Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)

UJI VALIDITAS REABILITAS


METODOLOGI RISET KUALITATIF
Dosen: Dr. Tintin Sukartini, M.Kes

OLEH : KELOMPOK 2

Arum Dwi Ningsih (NIM. 131614153008)


Auliasari Siskaningrum (NIM. 131614153006)
Imam Tri Sutrisno (NIM. 131614153028)
Khairun Nisa (NIM. 131614153051)
Nissa Aruming Sila (NIM. 131614153007)
Nurul Bariyyah (NIM. 131614153094)
Putu Sintya Arlinda Arsa (NIM. 131614153027)
Sandi Alfa Wiga Arsa (NIM. 131614153052)
Shelfi Dwi Retnani Putri S. (NIM. 131614153090)
Tuty Alawiyah Alimuddin (NIM. 131614153096)
Yudisa Diaz Lutfi Sandi (NIM. 131614153026)

MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
DAFTAR ISI

BAB 1 ................................................................................................. 1
1.2 Latar Belakang ......................................................................
BAB 2 .................................................................................................
2.2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas
reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data
menurut penelitian kulitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada
konstruksi manusia. Dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap
individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti
dengan latar belakang yang berbeda meneliti pada obyek yang sama, akan mendapatkan
10 temuan, dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak berbeda
dengan kenyataansesungguhnya yang terjadi pada obyek yang diteliti. Dalam obyek yang
sama peneliti yang berlatarbelakang pendidikan akan menemukan data yang berbeda
dengan peneliti yang berlatar belakang Managemen, Antropologi, Sosiologi, Kedokteran,
teknik dan sebagainya.
Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif berbeda dengan reliabilitas
pada penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan paradigma dalam
melihat realitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda,
dinamis/selali berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula.
Heraclites dalam Nasution (1988) menyatakan bahwa kita tidak bisa dua kali masuk
sungai yang sama Air mengalir teru, waktuterus berubah, situasi senantiasa berubah dan
demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial. Dengan demikian tidak
ada suatu data yabg tetap/konsisten/stabil.
Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat ideosyneratic dan individualistik,
selalu berbeda dari orang perorang.tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan
jalan fikiran sendiri. Demikian dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan
wawancara terkadung unsur-unsur individualistik. Proses penelitian sendiri selalu bersifat
personalistik dan tidak ada dua peneliti akan menggunakan dua cara yang persis sama.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui uji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif ?

1.3 Masalah
a. Bagaimana uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fenomenologi
Penelitian fenomena ini pertama dikemukakan oleh Edmund Hursserl (1859-
1938) seorang filsuf Jerman. Pada mulanya penelitian ini bermula dari penelitian
sosial. Ada beberapapengertian tentang fenomenologi menurut Hursserl diantaranya
yaitu: (a) pengalaman subjektif atau fenomenologikal, (b) suatu studi tentang
kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Hal ini dapat dipahami bahwa
penelitian fenomenolgi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada
pengalamanpengalaman manusia dan bagaimana manusia menginterpretasikan
pengalamannya. Menurut pandangan lain bahwa penelitian fenomenologi merupakan
suatu kajian untuk mengungkap dan menjelaskan makna konsep atau fenomena
pengalaman berdasarkan kesadaran pada beberapa individu.
Para fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang yang berada dalam situasi situasi tertentu. Inkuiri
fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap
pengertian sesuatu yang sedang diteliti.Dalam hal ini ditekankan pada aspek subjektif
dari perilaku orang. Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia
konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti
apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Para fenomenologis percaya bahwa pada
makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman
melalui interaksi dengan orang lain. Pengertian pengalaman kitalah yang membentuk
kenyataan.
Peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap
orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi yaitu :
a. Mengorganisir semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena
pengalaman yang telah dikumpulkan.
b. Membaca dan memahami data secara keseluruhan serta membuat catatan
khusus pada data yang dianggap penting kemudian memberikan kode data.
c. Mencari makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan
horizonaliting, yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki
nilai yang sama.
d. Menyeleksi pernyataan yang tidak relevan dengan pertanyaan penelitian dan
menghilangkan pernyataan yang bersifat repetitif (tumpang tindih) sehingga
yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun
dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
e. Mengumpulkan pernyataan ke dalam unit makna kemudian dijelaskan tentang
bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
f. Menguraikan secara keseluruhan tentang fenomena tersebut untuk
menemukan esensinya.
g. Mengembangkan fenomena yang terjadi pada responden yaitu menjelaskan
bagaimana fenomena itu terjadi.
h. Menjelaskan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti
sehingga memperoleh makna yang tepat.
i. Menyusun laporan pengalaman setiap partisipan secara keseluruhan.

2.2 Uji Validitas Data


2.2.1 Definisi
Menurut Gronlund dan Linn (1990) menyebutkan bahwa Validitas adalah
ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi. Menurut
Arikunto (1995) Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat
instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
Sedangkan Sukadji (2000) mengambil pengertian bahwa Validitas adalah derajat
yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Azwar (2000)
menyebutkan Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsinya.
Dari pengertian beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Validitas adalah suatu derajad ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah
instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan
diukur.
2.2.2 Kegunaan
Kegunaan validitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya yaitu
agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya
pengukuran tersebut.

2.3 Reabilitas data


2.3.1 Definisi
Menurut Gronlund dan Linn (1990) Reliabilitas adalah ketepatan hasil
yang diperoleh dari suatu pengukuran. Sedangkan menurut Sukadji (2000)
Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten
sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya
sebagai koefesien. Koefesien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Anastasia dan
Susana (1997) menyebutkan bahwa Reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk
pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji
ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan
seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah
kondisi pengujian yang berbeda lain halnya dengan Sugiono (2005) dalam
Suharto (2009) yang menyebutkan bahwa Reliabilitas adalah serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran
yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Menurut
Suryabrata (2004) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan alat
tersebut dapat dipercaya.
Dalam hal reabilitas, Susan Stainback (1998) menyatakan bahwa
reability is often defined as the consistency and stability of data or findings. From
a positivistic perspective, reability tipically is considered to be synonymous with
the consistency of data by observations made by different researchers (e.g
interrater reability), by the same researcher at different times (e.g test retest), or
by splitting a data set in two parts (split half) reabilitas berkenaan dengan derajat
konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
Dari pengertian beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Reliabilitas data adalah derajat konsistensi data yang bersangkutan. Realibilitas
berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu data dapat dipercaya sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Suatu data dapat dikatakan reliabel jika selalu
memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu
atau kesempatan yang berbeda.
2.3.2 Kegunaan
untuk mengetahui atau menunjukkan keajekan suatu tes dalam mengukur gejala
yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda.

2.4 Perbedaan Validitas dan Reliabilitas pada Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan
reliabel, yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah dengan instrumen
penelitian, sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh
karena itu, kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan
penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas.

2.5 Analisis Data dan refleksi dalam penelitian Kualitatif


Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun
data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kateori. Melakukan analisis
adalah pakerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Data dari fenemena sosial
yang diteliti dapat dikumpulkan dengan berbagai cara, diantaranya observasi dan
interview, baik interview mendalam (in-depth interview). Data yang diperoleh
dengan in-depth interview dapat dianalisis proses analisis data dengan
Interpretative Phenomenological Analysis sebagaiman ditulis oleh Smith (2009: 79-
107).
Tahap-tahap Interpretative Phenomenological Analysis yang dilaksanakan
sebagai berikut:
1) Reading and re-reading
2) Initial noting;
3) Developing Emergent themes;
4) Searching for connections across emergent themes;
5) Moving the next cases; and
6) Looking for patterns across cases.
Pada penelitian fenomenologi data yang diporeleh dalam lapangan segera
harus dituangkan dalam bentuk yulisan dan analisis. Cara-cara yang dapat diikuti
yaitu reduksi data, displaydata dan mengambil kesimpulan dan verifikasi.
Reduksi data
Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,
difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya, jadi laporan
lapangan senagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis,
ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis,
sehingga lebih mudah dikendalikan. Reduksi data dapat pula membantu dalam
memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.
Display data
Agar dapat melihat gambaran yang keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu
dari penelitian itu, harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik,
networks dan charts. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak
tenggelam dalam tumpukan detail. Membuat display ini juga merupaka analisis.
Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi
dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih grounded. Jadi
kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi dapat singkat dengan mencari data baru, dapat pula lebih mendalam
bila penelitian dilakukan oleh suatu teme untun mencapai inter-subjective
consensus yakni persetujuan bersama agar lebih menjamin validitas atau
confirmability.

Dalam penelitian fenomenologi dilakukan pengujian dengan deskripsi dan


refleksi terhadap setiap hal yang penting terutama dari fenomena yang given.
Deskripsi dari pengalaman yang fenomenologis hanya merupakan tahap pertama.
Yang real/nyata dilakukan dalam pengujian adalah untuk mendapatkan
pengalaman dengan lebih general. Pengujian dilakukan dengan mencoba dan
menetapkan apakah inti dari pengalaman subyektif dan apakah essensi atau ide
dari obyek (Smith, etc., 2009: 14). Fenomenologi juga mengadakan refleksi
mengenai pengalaman langsung atau refleksi terhadap gejala/fenomena. Dengan
refleksi ini akan mendapatkan pengertian yang benar dan sedalam-dalamnya.

2.6 Kriteria Teori Abraham Lincorn dan Guba pada penelitian kualitatif
Menurut Lincoln dan Guba, paling sedikit ada empat kriteria utama guna menjamin
keabsahan data dalam penelitian kualitatif (Poerwandari, 2005), yaitu:

Uji Kredibilitas data

Uji Kredibilitas

Uji Keabsahan Data

Uji Dependabilitas

Uji Konfirmabilitas

Gambar 2.1 Uji Keabsahan data dalam penelitian kualitatif

Gambar 2.2 Keabsahan data beserta aspek

2.6.1 Kredibilitas (Derajat Kepercayaan)


Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai
maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses,
kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi yang
mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspekaspek
yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran
kredibilitas penelitian kualitatif (Poerwandari, 2005).
Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data ditunjukkan pada
gambar 2.1. berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa uji kredibilitas data
atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain:
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru.
b. Meningkatkan ketekunan
Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkan secara pasti dan sistematis
c. Triangulasi
Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu, dengan demikian terdapat triagulasi sumber
data, teknik pengumpulan data dan waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang
diperoleh melalui bebrapa sumber.
atasan teman

bawahan
gambar 2.3 Triangulasi sumber data
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

wawancara observasi

kuesioner/dokumen
gambar 2.4 Triangulasi tekhnik pengumpulan data
3) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengecek melalui
wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang
berbeda. Bila data yang dihasilkan berbeda makan dilakukan
pengulangan sampai data yang dihasilkan pasti dan tidak berubah

siang sore

pagi

gambar 2.5 triangulasi waktu pengumpulan data


d. Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penlitian hingga pada saat tertentu. Dengan melakukan analisis kasus
negatif berarti penelit mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Apabila semua data telah
sama dan tidak bertentangan maka data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya atau kredibel. Kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu
e. Menggunakan bahan referensi
Peneliti menggunakan bahan pendukung untuk membuktikan data yang
telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara didukung
dengan adanya rekaman wawancara, dan lain-lain. Adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai
contoh. Data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara
f. Mengadakan member check
Member Check dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila
data hasil temuan peneliti disepakati oleh narasumber maka data tersebut
kredibel. Tujuan member check adalah agar dat ayang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud
narasumber. Proses pengecekan data yang diperlukan peneliti kepada
pemberi data, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
2.6.2 Transferbilitas (Keteralihan)
Transferbilitas pada penelitian fenomenologi berupa pertanyaan
empirik yang tidak dijawab oleh peneliti itu sendiri, tetapi dijawab dan dinilai
oleh pembaca laporan penelitian. Transferbilitas menunjukan derajat
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana
sampel tersebut di ambil. Apabila pembaca penelitian tersebut memperoleh
gambaran dan pemahaman yang jelas tentang laporan penelitian (konteks dan
foku penelitian), hasil penelitian itu dapat dikatakan memiliki transferabilitas
yang tinggi.
2.6.3 Dependabilitas (Kebergantungan)
Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada
kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan
menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik
kesimpulan. Lincoln dan Guba (dalam Poerwandari, 2005) mengusulkan
suatu konstruk lain untuk menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian
kualitatif yakni dependabilitas. Adapun jenisnya antara lain :
1) Koherensi, yakni bahwa metode yang dipilih memang mencapai tujuan
yang diinginkan.
2) Keterbukaan, sejauh mana peneliti membuka diri dengan memanfaatkan
metodemetode yang berbeda untuk mencapai tujuan.
3) Diskursus, sejauh mana dan seintensif apa peneliti mendiskusikan
temuan dan analisisnya dengan orang lain (Sarantoks, 1993 dalam
Poerwandari, 2005).
Melalui konstruk ini peneliti memperhitungkan perubahanperubahan
yang mungkin terjadi menyangkut fenomenafenomena yang diteliti,
juga perubahan dalam desain sebagai hasilpemahaman yang lebih
mendalam tentang setting yang diteliti (Poerwandari, 2005). Upaya yang
dilakukan peneliti agar memenuhi standar dependibilitas :
4) Mencatat halhal penting serinci mungkin, mencakup catatan
pengamatan obyektif terhadap setting, partisipan, atau hal lain yang
terkait. Terutama ketika proses wawancara dilakukan
5) Mendokumentasikan dan menyusun secara rapi data yang terkumpul,
proses pengumpulan data maupun strategi analisisnya segera setelah
wawancara dilakukan untuk menghindari bias personal (lupa atau
terdistorsi hal lain)
6) Konsultasi terusmenerus dengan dosen pembimbing dan dosen lain
yang terkait dengan penelitian fenomenologi, serta membaca referensi
tambahan berkaitan dengan personal branding maupun teknik
penggalian data setiap selesai melakukan wawancara untuk mempelajari
kekurangan yang terjadi selama melakukan wawancara (agar tidak
diulangi lagi pada wawancara sesi berikutnya, jika ternyata wawancara
pertama belum memenuhi kecukupan data).
7) Melakukan pengecekan kembali data untuk menguji keyakinan dugaan
dugaan yang berbeda melalui penyajian pertanyaanpertanyaan tentang
data.
2.6.4 Confirmability (Kepastian/Konfirmabilitas)
Streubert dan Carpenter (2003) menjelaskan bahwa konfirmabilitas
merupakan suatu proses pemeriksaan kriteria, yaitu cara atau langkah peneliti
melakukan konfirmasi hasil-hasil temuannya. Pada umumnya, cara yang
banyak dilakukan peneliti untuk mengkonfirmasi penelitiannya adalah
dengan merefleksikan hasil-hasil penelitiannya pada jurnal terkait, peer
teaching, konsultasi dengan peneliti ahli, atau melakukan konfirmasi data
atau informasi dengan cara mempresentasikan hasil penelitiannya pada suatu
konferensi untuk memperoleh berbagai masukan untuk kesempurnaan hasil
penelitiannya. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian
dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian
dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
Confirmability pada penelitian fenomenologi termasuk konstruk terakhir
untuk menggantikan konsep mengenai obyektifitas. Obyektifitas dapat
diartikan sebagai sesuatu yang muncul (emergent) dari hubungan subyek
subyek yang terinteraksi. Hal tersebut membuat obyektivitas dilihat sebagai
konsep inter subyektivitas, terutama dalam rangka pemindahan dari data
yang subyektivitas kearah generalisasi data (data obyektif) (Poerwandari,
2005). Upaya yang ditempuh oleh peneliti untuk mencapai obyektivitas pada
penelitian strategi personal brand pada praktisi industri kreatif adalah dengan
cara penelitian transparan (terbuka) dalam mengungkapkan proses dan
elemenelemen penelitiannya kepada orang lain. Sehingga hal ini
memungkinkan orang lain menilai hasil penelitian ini.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan
gambar. Data kualitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan (scoring) misalnya terdapat dalam
skala pengukuran. Fenomenologis menekankan kepada fenomena, gejala yang
timbul atau terjadi dalam masyarakat secara nyata dimana peneliti terjun
kelapangan bebas dari proposisi, teori yang ada.
Validitas dan reabilitas dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya.
Validitas adalah suatu derajad ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah
instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan
diukur. Sedangkan reliabilitas data adalah derajat konsistensi data yang
bersangkutan
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Lincoln, Y S, & Guba EG (1985) Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications,
Inc:
Moleong, L. Y. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi . Bandung: PT
Penerbit Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogjakarta :
Graha Ilmu.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan r & d . Bandung : Alfabeta
Sukmadinata, Nana S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Poerwandari K, 2005. Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.
Fakultas Psikologi UI. Jakarta
Streubert, H.J. & Carpenter, D.R. (2003). Qualitative Research in Nursing: Advancing
the Humanistic Imperative. 3th (eds). Philadelphia: Lippincott, PA.
Smith, Jonathan A., Flowers, Paul., and Larkin. Michael. 2009. Interpretative
phenomenological analysis: Theory, method and research. Los Angeles,
London, New Delhi, Singapore, Washington: Sage.
Smith, Jonathan A. (ed.). 2009. Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset.
Terjemahan dari Qualitative Psychology A Practical Guide to Research Method.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai