GANGGUAN KECEMASAN
Dokter Pembimbing :
dr. Ni Wayan Ani Purnamawati, Sp.KJ
Disusun Oleh :
Nadya Lutfi
2016730075
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas refreshing yang berjudul
”Gangguan Cemas”. Adapun penulisan Refreshing ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa RS jiwa islam klender.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Ni Wayan
Ani Purnamawati, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan
bimbingan dalam penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan
kepada semua pihak yang turut serta membantu penyusunan laporan ini yang tidak
mungkin diselesaikan tepat waktu jika tidak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam laporan
ini, penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif bagi perbaikan laporan ini. Terimakasih.
Nadya Lutfi
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya,kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap
manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu
dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat
menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan
gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum
terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu
dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas
tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya
kesulitan yang berarti. Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara
didepan umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut
dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
8. Substance/ medication induced anxiety disorder ( gangguan cemas yang disebabkan
oleh substansi / medikasi)
9. Anxiety disosder due to another medical condition ( gangguan cemas yang disebabkan
oleh kondisi medis lain)
A. Teori Psikologis
1. Teori Psikoanalitik
Fread dalam bukunya Inhibitions, Symptoms, Anxiety tahun 1926
menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu sinyal kepada ego bahwa
suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan
perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan
menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensife terhadap tekanan dari
dalam.(Carole, 2007)
2. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan suatu yang dibiasakan terhadap stimuli
lingkungan spesifik. Dalam model pembiasan klasik (Classic conditioning ),
seorang anak laki – laki yang dibesarkan oleh ibunya yang
memperlakukannya semena-mena , akan segera cemas bila ia bertemu dengan
ibu nya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak percaya dengan
wanita. Bahkan seorang anak dapat meniru sifat orang tuanya yang
cemas.(Carole, 2007)
3. Teori Eksistensial
Teori ini mengenai kecemasan memberikan model untuk gangguan
kecemasan umum dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi
secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan kronis.(Carole, 2007)
B. Teori Biologis
1. Sistem Saraf Otonom
Stimulus sistem saraf otonom menyebabkan gejala-gejala seperti pada
sistem kardiovaskular (takikardi), musculoskeletal (nyeri kepala),
5
gastrointestinal (diare) dan sistem pernapasan (takipneu). Menurut James –
Lange menyatakan bahwa kecemasan subjektif merupakan suatu respon
terhadap fenomena perifer. (Carole, 2007)
2. Neurotransmitter
Neurotransmitter utama yang berhubungan dengan kecemasan pada
binatang dan respon terhadap terapi obat terdapat 3, yaitu norepinefrin,
serotonin dan gamma- aminobutyric acid (GABA).
Norepinefrin
Gangguan kecemasan ialah bahwa pasien yang menderita kecemasan
mungkin memiliki sistem noradrenergik yang tergulasi secara buruk
yang terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak. Pada gejala
kronis pada pasien dapat memunculkan gangguan panik, insomnia,
terkejut dan autonomic hyperarousal, yang merupakan karakteristik dari
peningkatan fungsi noradrenergic.(Carole, 2007)
Serotonin
Serotonim berperan dalam petogenesis gangguan kecemasan, yang
dimotivasi pertama kali oleh pengamatan bahwa antidepresan
serotonergik memiliki efek terapeutik pada beberapa gangguan
kecemasan. Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berkolasi
di nucleus raphe di batang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral,
sistem limbik (khususnya amigdala dan hipokampus) dan hipotalamus.
Walaupun pemberian obat serotonergic pada binatang menyebabkan
perilaku yang mengarah kecemasan, data tentang efek yang serupa pada
manusia adalah kurang kuat.(Carole, 2007)
GABA (Gamma-Aminobutyric Acid)
GABA (Gamma-Aminobutyric Acid) memiliki peran dalam
gangguan kecemasan dipengaruhi oleh manfaat benzodiazepine yang
meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABAA di dalam
pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan. (Carole, 2007)
6
GEJALA UMUM GANGGUAN KECEMASAN
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-
masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom
tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat mengganggu:
1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk mengeluarkan adrenalin secara berlebihan pada
pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa
berdebar. Namun beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalamai kecemasan
kontinuitas, detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2. Rasa sakit dan nyeri pada dada.
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat
merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda
serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik
yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3. Rasa sesak
Ketika rasa cemas muncul syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang
menimbulkan sensasi dan sesak nafas, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan
bernafas karena kehilangan udara.
4. Keringat berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang
muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor.
5. Kehilangan aktivitas seksual
6. Gangguan tidur
7. Tubuh gemetar
8. Ekstrimitas dingin
9. Kecemasan depresi memunculkan ide untuk bunuh diri
10. Gangguan kesehatan seperti sakit kepala ( migren )
7
2. Ciri perilaku: perilaku menghindar, independen
3. Ciri kognitif: merasa tidak bisa mengendalikan semua, merasa ingin melarikan diri dari
tempat tersebut, serasa ingin mati.
8
F.40.228 : Fobia spesifik, lingkungan alam
F.40.230 : Fobia spesifik, darah
F.40.231 : Fobia spesifik, Injection-transfusions
F 40.232 : Fobia spesifik, tindakan medis lain
F.40.233 : Fobia spesifik, kecelakaan (injury)
F.40.248 : Fobia spesifik, situasional
F.40.298 : Fobia spesifik, lainnya
2) Fobia social
Fobia sosial yaitu ketakutan terhadap situasi sosial atau
tampil di depan orang-orang yang belum dikenal atau situasi yang
memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat
perhatian, merasa takut bahwa ia akan berprilaku memalukan atau
menampakkan gejala anxietas, atau bersikap yang dapat
merendahkan dirinya. Memiliki kekhawatiran yang berlebihan dari
penghinaan atau malu di berbagai pengaturan sosial, seperti dalam
berbicara di depan umum, buang air kecil di toilet umum dan
berbicara dengan kencan.
Penyebab:
Teori Psikoanalitik: Pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan ide
yang direpres. Kecemasan: pindahan impuls ide yang ditakuti ke
objek/situasi, yang mempunyai hubungan simbolik dengan hal tersebut,
Menghindari konflik yang direpres. Cara ego untuk mcnghadapi masalah
yang sesungguhnya konflik pada masa kanak-kanak yang direpres. Teori
Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik, kondisioning operan,
modeling.
DSM-V : F.40.10 : Social Anxiety disorder (social phobia)
2. Obsesif kompulsif
Obsesif-kompulsif (OCD) ini ditandai dengan pikiran yang tidak diinginkan atau
perilaku yang tampak mustahil untuk menghentikan atau mengendalikan. Obsesif adalah
pemikiran yang berulang dan terus-menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan
9
dari pemikirannya tersebut. Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada orang
tersebut dengan mencuci tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang telah ia
perbuat.
Obsesif kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih. Perilaku
seperti ini sebenarnya banyak terjadi pada lingkungan kita tetapi, kita kadang malah
menganggap perilaku ini wajar.
a. Obsesi: pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak rasional -
tidak dapat dikontrol → mengganggu hidup. dapat berbentuk keragu-raguan yang
ekstrim, penangguhan tidak dapat membuat keputusan. pasien tidak dapat mengambil
kesimpulan.
b. Kompulsi: impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik berkali-
kali. Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan. Penderita
merasa apa yang dilakukannya asing.
10
dapat dikontrol dan merasa mampu → membuat orang tersebut merasa menguasai cara
menguasai sesuatu.
4. Gangguan Panik
Gangguan panik ditandai dengan berulang, serangan panik yang tak terduga, serta
takut mengalami episode lain. Gangguan panik juga bisa disertai dengan agoraphobia, yaitu
rasa takut berada di tempat di mana melarikan diri atau bantuan akan sulit jika terjadi
serangan panik.
Depersonalisasi dan derealisasi: perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak
nyata, ketakutan kehilangan kontrol, ketakutan menjadi gila, takut akan mati. Terjadinya:
sering, sekali seminggu atau lebih sering. Beberapa menit dihubungkan dengan situasi
khusus, misalnya mengendarai mobil. Laki-laki 0,7 %, wanita 1%. 4 kali serangan panik
11
dalam 4 minggu, satu serangan diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1
bulan. Serangan panik dapat diikuti agorafobia, 80% penderita panik juga menderita
gangguan kccemasan yang lain. Sering juga ada depresi. Sering penyebabnya gangguan
fisiologis, misalnya gangguan jantung.
Penderita panik sering merasa bahwa penyakitnya parah → menyebabkan panik.
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan anxietas fobik (F40.-). Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa
kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira
satu bulan:
(a) Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;
(b) Tidak terbebas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situations);
(c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara
serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga "anxietas
antisipatorik," yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi).
12
Penyebab: Psikoanalitik: konflik antara impuls id dan ego yang tidak disadari.
Impuls itu seksual atau agresif → ingin keluar, dihalangi → tidak disadari → cemas. Teori
belajar: kondisioning klasik dari rangsang luar. Kognitif behavioral: memfokus kontrol dan
ketidakberdayaan.
13
dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka
gangguan depresif harus diutamakan. BiIa gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres
kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
Penatalaksanaan
Tatalaksana pada gangguan cemas dilakukan pendekatan holistik pada pasien gangguan
anxietas dengan fokus pada aspek fisik, mental dan lingkungannya. Ada pilihan terapi depresi
seperti:
1. Farmakoterapi atau terapi obat dengan obat anti anxietas.
2. Psikoterapi seperti konseling dengan penderita dan keluarganya
Farmakoterapi
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan. Ini termasuk:
• Antidepresan.
Obat-obat ini mempengaruhi aktivitas kimia otak (neurotransmitter) diperkirakan
memainkan peran dalam gangguan kecemasan. Contoh antidepresan digunakan untuk
mengobati gangguan kecemasan termasuk fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil),
escitalopram (Lexapro), sertraline (Zoloft), venlafaxine (Effexor) dan imipramine
(Tofranil).
• Buspirone.
Ini obat anti-kecemasan dapat digunakan secara berkelanjutan. Seperti kebanyakan
dengan antidepresan, biasanya memakan waktu sampai beberapa minggu untuk
menjadi sepenuhnya efektif. Sebuah efek samping yang umum dari buspironea dalah
perasaan kepala ringan tak lama setelah meminumnya. Efek samping yang kurang
umum termasuk sakit kepala, mual, gugup dan insomnia.
• Benzodiazepin.
Dalam keadaan terbatas dokter mungkin meresepkan salah satu obat penenang
untuk menghilangkan gejala kecemasan. Contohnya termasuk clonazepam (Klonopin),
lorazepam (Ativan), diazepam (Valium), chlordiazepoxide (Librium) dan alprazolam
(Xanax). Benzodiazepin biasanya digunakan hanya untuk menghilangkan kecemasan
akut secara jangka pendek. Karena mereka dapat membentuk kecanduan (adiktif), obat
14
ini bukan pilihan yang baik jika Anda punya masalah dengan penyalahgunaan
alkohol atau obat (membuat Anda lebih rentan terhadap kecanduan). Mereka dapat
menyebabkan efek samping yang mencakup kantuk, koordinasi berkurang, dan
masalah dengan keseimbangan dan memori.
15
mengakibatkan depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan
antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4. Pendekatan belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak
dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk
membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi
penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam
pendekatan belajar, diantaranya:
a. Pemaparan gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan
setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas
terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan
untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada
penanganan agorafobia.
Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada
situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan
individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat
tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar.
Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama.
Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:
b. Rekonstruksi pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi
sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya
takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita
anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d. Terapi kognitif behavior
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-
emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa
kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan
16
perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial.
Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan
sosial.
Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang
disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak
ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan
bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup
mereka.Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis
dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional.
Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu
proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari
alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit
kecemasan. Untuk mencegah terjadinya anxiety, yaitu :
1. Control pernafasan
2. Relaksasi
3. Intervensi kognitif
4. Pendekatan agama
5. Pendekatan keluarga
6. Olah raga
17
BAB III
KESIMPULAN
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal
yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi
yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi
gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Kategori gangguan
kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) - V: fobia,
obsesif komplusif, PTSD, gangguan panik, GAD.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
20