Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN PUSTAKA

PHBS Terkait dengan Penyakit Coronavirus (COVID-19)

Disusun oleh :
1. Muhammad Reyhan Hidayat 2016730068
2. Nadya Lutfi 2016730075

Pembimbing:
Dr. dr. Toha Muhaimin, M.Sc

PUSKESMAS LANGENSARI 1 KOTA BANJAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat, nikmat, serta karunia dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “PHBS Terkait dengan Penyakit
Coronavirus (COVID-19)”.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW, pemimpin yang mampu membawa perubahan dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang, dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan
teknologi.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Toha Muhaimin, M.Sc yang telah mebimbing dalam penyusunan
tinjaun pustaka ini
2. Orangtua yang telah memberikan support baik moral, spiritual maupun
materi
3. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tinjauan pustaka
ini
4. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu
persatu
Sekiranya tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama
bagi penyusun. Apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun menerima apabila ada
saran dan kritik yang membangun.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 3
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 5
2. PHBS Terkait COVID-19 ......................................................................... 5
2.1. Definisi...................................................................................................... 5
2.2. Strategi Pembinaan PHBS ........................................................................ 7
2.3. Kegiatan PHBS Terkait Coronavirus (COVID-19) .................................. 8
2.4. Upaya Meningkatkan Imunitas ............................................................... 14
BAB III ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

2
BAB I
PEDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO tahun 2011, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-
negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit
yang disebabkan oleh kurangnya air minum yang aman, sanitasi yang buruk. Selain
itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang
aman dan sistem pembuangan sampah serta pendidikan kebersihan diri dapat
menekan angka kematian akibat diare sampai 65% serta penyakit-penyakit lainnya
sebanyak 26%.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan oleh sebab itu, rumah yang layak huni merupakan dasar dan
salah satu komponen penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan. Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Hasil Riskesdas 2010 secara nasional, penduduk yang telah memenuhi
kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima provinsi dengan pencapaian
diatas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (59,4%), Bali (53,7%), Kalimantan
Timur (52,4%), Jawa Tengah (51,2%) dan Sulawesi Utara (50,4%). Sedangkan
provinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut–turut adalah Gorontalo
(33,8%), Riau (30,1%), Sumatra Barat (28,2%), Nusa Tenggara Timur (26,8%) dan
Papua (24,4%).
Berdasarkan data WHO per 31 maret 2020 , penyakit corona (COVID-19)
yang terjadi di Indonesia sebanyak 1543 orang dan masih berkembang sampai saat
ini, dengan jumlah kematian sebanyak 136 orang. Saat ini kejadian terbanyak pada
penyakit ini di negara Amerika Serikat dan Italia. Menurut WHO 2020 mengenai
pencegahan terkait penyakit corona (COVID-19) ini yaitu dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan menggunakan sabun atau hand
sanitizer, menghindari menyentuh mulut, hidung, dan mulut. Kemudian

3
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, menerapkan etika batuk
dan bersin serta lainnya.

1.2. Tujuan
Meningkatnya PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan,
tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan terkait
dengan penyakit coronavirus (COVID-19).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. PHBS Terkait COVID-19


2.1. Definisi
PHBS (Perilaku hidup bersih dan sehat) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh
anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki
peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan
lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun,
penngelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air
bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi
syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-
lain. Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus
dipraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, menjadi akseptor
keluarga berencana dan lain-lain.
Pada bidang gizi dan farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan
gizi seimbang, minum tablet tambah darah selama hamil, memberi bayi air susu
ibu (ASI) eksklusif, mengonsumsi garam beryodium dan lain-lain. Sedangkan
di bidang pemeliharaan kesehatan harus dipraktikkan perilaku ikut serta dalam
jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), memanfaatkan Puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lain dan lain-lain. PHBS dapat dilakukan di rumah
tangga, sekolah, tempat umum, tempat kerja dan institusi kesehatan.
1. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
2. PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah

5
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.
3. PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja,
pemilik dan pengelola usaha/ kantor, agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja
sehat.
4. PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-
tempat umum sehat.
5. PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi
Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan.
Perlu disadari bahwa PHBS di tatanan rumah tangga sangat dipengaruhi
oleh PHBS di tatanan-tatanan lain. Demikian sebaliknya, PHBS di tatanan-
tatanan lain juga dipengaruhi oleh PHBS di tatanan rumah tangga. Sebagaimana
masyarakat di tatanan rumah tangga, yaitu masyarakat umum, masyarakat di
masing-masing tatanan pun memiliki struktur masyarakat dan peran-peran
dalam masyarakat. Jika di masyarakat umum terdapat struktur masyarakat
formal dan struktur masyarakat informal, di tatanan-tatanan lain pun terdapat
pula struktur yang serupa.

6
2.2. Strategi Pembinaan PHBS
Mengacu pada Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang merupakan
hasil dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa
(Kanada), tiga strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi
kesehatan adalah (1) advokasi, (2) bina suasana, dan (3) pemberdayaan. Ketiga
strategi tersebut dilaksanakan dalam bentuk tindakan (aksi-aksi) sebagai
berikut.
1. Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy
public policy), yaitu mengupayakan agar para penentu kebijakan dengan
mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Supportive Environtment), yaitu
mengupayakan agar setiap sector dalam melaksanakan kegiatannya mengarah
kepada terwujudnya lingkungan sehat.
3. Memperkuat gerakan masyarakat (community action), yaitu memberikan
dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya dalam
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
4. Mengembangkan kemampuan individu (personal skills) yaitu
mengupayakan agar setiap individu masyarakat tahu, mau dan mampu
membuat keputusan yang efektif dalam upaya memelihara, meningkatkan,
serta mewujudkan kesehatannya, melaluipemberian informasi, serta
pendidikan dan pelatihan yang memadai.
5. Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services), yaitu
mengubah pola piker serta sistem pelayanan kesehatan masyarakat agar
lebih mengutamakan aspek promotive dan preventif tanpa
mengesampingkan aspek kuratif dan rehabilitatif
Dengan melaksanakan strategi pokok tersebut secara benar dan
terkoordinasi diharapkan akan tercipta PHBS yang berupa kemampuan
masyarakat berperilaku mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan.

7
Gambar. Strategi Pembinaan PHBS

2.3. Kegiatan PHBS Terkait Coronavirus (COVID-19)


Kegiatan yang dilakukan tenaga kesehatan menurut Occupational Health
and Safety Administration (OSHA) dan Nuclear Regulation Commision (NRC)
adalah:
1. Pembuatan standar kualitas air dan udara
2. Pemeriksaan dan pemantauan kesehatan
3. Evaluasi terhadap bahaya lingkungan
4. Penerimaan informasi tentang kesehatan yang terkait dengan lingkungan
5. Penyaringan terhadap bahan-bahan kimia baru
6. Pemeliharaan data dasar
7. Menetapkan, mengevaluasi dan mengusahakan agar peraturan-peraturan
yang telah dibuat dapat ditepati.
Adapun kegiatan–kegiatan PHBS terhadap kesehatan lingkungan di setiap
tatanan pada penyakit Coronavirus (COVID-19) yang dapat diterapkan untuk
upaya pencegahan, yaitu :
1. Tatanan Dalam Rumah dan Pada Diri Sendiri
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah
COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal, dalam rumah, tempat umum,
tempat kerja dan institusi pendidikan. Yaitu dengan cara:
a. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik
atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol (hand sanitizer),
serta mandi atau mencuci muka jika memungkinkan, sesampainya

8
rumah atau di tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung,
batuk atau bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci
c. Jangan berjabat tangan
d. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit
e. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam
atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera
cuci tangan
f. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian
g. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-benda
yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja,
kursi, dan lain- lain), gagang pintu, dan lain-lain.
h. Menggunakan masker, yang digunakan bila mengalami gejala COVID-
19, seperti batuk, sesak, dan demam, atau akan berkontak dengan pasien
COVID-19, seperti petugas medis. Masker ini hanya digunakan sekali,
tidak boleh digunakan berkali-kali bahkan dicuci. Bila tidak sakit atau
tidak berkontak dengan pasien COVID-19, penggunaan masker justru
membuang-buang sumber saya. Saat ini, seluruh dunia kekurangan
masker.

2.Tatanan di Tempat Umum, Tempat Kerja, dan Institusi Pendidikan


Upaya pada tempat umum, tempat kerja dan institusi pendidikan selain
upaya pada diri sendiri dan menjaga imunitas, yaitu dengan melakukan
Pembatasan social. Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu
penduduk dalam suatu wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua
orang di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit.
Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk mencegah meluasnya
penyebaran penyakit di wilayah tertentu. Pembatasan sosial berskala besar
paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja; pembatasan
kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas
umum.

9
Selain itu, pembatasan sosial juga dilakukan dengan meminta
masyarakat untuk mengurangi interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di
dalam rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik.
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical distancing),
yang dapat dilakukan dengan cara:
1. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak
minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman.
2. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot)
yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika berpergian.
3. Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini.
4. Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
5. Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat
wisata.
6. Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk berkunjung /
bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan bersama. Hubungi
mereka dengan telepon, internet, dan media sosial.
7. Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau
fasilitas lainnya.
8. Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda
tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung
dengan mereka.
9. Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah.
10. Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.
11. Dalam tempat umum, tempat kerja, institusi pendidikan juga harus
menerapkan etika batuk dan bersin untuk mencegah penyebaran virus
corona (COVID-19), yaitu jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan
bersin gunakan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan
segera cuci tangan., jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi
dengan lengan atas bagian dalam.

10
3. Tatanan di Pelayanan Kesehatan
Upaya dalam pelayanan kesehatan dalam melindungi diri dari penyakit
corona (COVID-19) selain Universal Precaution, petugas kesehatan perlu
melakukan dua jenis control, yaitu :
1. Kontrol Administratif : Memastikan adanya sarana dan prasarana yang
memadai untuk tindakan pencegahan, seperti infrastruktur yang baik,
akses ke laboratorium, sistem triase yang baik, rasio petugas-pasien
yang cukup, kebijakan yang jelas dalam terkait pencegahan infeksi di
fasilitas kesehatan.
2. Kontrol Lingkungan : Bertujuan meminimalisasi penyebaran patogen
dan kontaminasi, seperti jarak yang cukup (minimal 1 meter) antara
pasien dengan petugas kesehatan. ventilasi yang baik pada ruang
isolasi.
Akibat dalam pelayanan medis memiliki keterbatasan sumber daya,
WHO merekomendasikan intervensi berikut untuk melindungi petugas
kesehatan :
 Batasi jumlah petugas kesehatan memasuki kamar pasien COVID-19
jika tidak terlibat dalam perawatan langsung. Pertimbangkan kegiatan
gabungan (misal periksa tanda-tanda vital bersama dengan pemberian
obat atau mengantarkan makanan bersamaan melakukan perawatan
lain).
 Idealnya pengunjung tidak akan diizinkan tetapi jika ini tidak
memungkinkan. batasi jumlah pengunjung yang melakukan kontak
dengan suspek atau konfirmasi terinfeksi COVID-19 dan batasi waktu
kunjungan. Berikan instruksi yang jelas tentang cara memakai dan
melepas APD dan kebersihan tangan untuk memastikan pengunjung
menghindari kontaminasi diri.
 Tunjuk tim petugas kesehatan terampil khusus yang akan memberi
perawatan kepada pasien terutama kasus konfirmasi untuk menjaga
kesinambungan pencegahan dan pengendalian serta mengurangi
peluang ketidakpatuhan menjalankannya yang dapat mengakibatkan
tidak adekuatnya perlindungan terhadap pajanan.

11
 Tempatkan pasien pada kamar tunggal. Ruang bangsal umum
berventilasi alami ini dipertimbangkan 160 L / detik / pasien. Bila tidak
tersedia kamar untuk satu orang, tempatkan pasien-pasien dengan
diagnosis yang sama di kamar yang sama. Jika hal ini tidak mungkin
dilakukan, tempatkan tempat tidur pasien terpisah jarak minimal 1
meter.
 Jika memungkinkan, gunakan peralatan sekali pakai atau yang
dikhususkan untuk pasien tertentu (misalnya stetoskop, manset tekanan
darah dan termometer). Jika peralatan harus digunakan untuk lebih dari
satu pasien, maka sebelum dan sesudah digunakan peralatan harus
dibersihkan dan disinfeksi (misal etil alkohol 70%).
 Petugas kesehatan harus menahan diri agar tidak
menyentuh/menggosok– gosok mata, hidung atau mulut dengan sarung
tangan yang berpotensi tercemar atau dengan tangan telanjang.
 Hindari membawa dan memindahkan pasien keluar dari ruangan atau
daerah isolasi kecuali diperlukan secara medis. Hal ini dapat dilakukan
dengan mudah bila menggunakan peralatan X-ray dan peralatan
diagnostik portabel penting lainnya. Jika diperlukan membawa pasien,
gunakan rute yang dapat meminimalisir pajanan terhadap petugas,
pasien lain dan pengunjung.
 Pastikan bahwa petugas kesehatan yang membawa/mengangkut pasien
harus memakai APD yang sesuai dengan antisipasi potensi pajanan dan
membersihkan tangan sesudah melakukannya.
 Memberi tahu daerah/unit penerima agar dapat menyiapkan
kewaspadaan pengendalian infeksi sebelum kedatangan pasien.
 Bersihkan dan disinfeksi permukaan peralatan (misalnya tempat tidur)
yang bersentuhan dengan pasien setelah digunakan.
 Semua orang yang masuk kamar pasien (termasuk pengunjung) harus
dicatat (untuk tujuan penelusuran kontak).
 Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah
dan/atau badan, maka pemakaian APD harus ditambah dengan: masker

12
bedah dan pelindung mata/ kacamata, atau pelindung wajah; gaun dan
sarung tangan.
 Menghindari masuk ke ruang isolasi sementara. Bila terpaksa, harus
menggunakan APD dan membersihkan tangan sebelum serta sesudah
memasuki ruang isolasi
Untuk tenaga medis terdapat PHBS yang harus dipakai dalam
menagani pasien coronavirus (COVID-19), yaitu Alat Pelindung Diri (APD).
Dalam pemakaian APD ini terdapat 3 level, namun dalam menagani pasien
COVID-19 ini memakai APD level 3, berikut cara pemakaian dan melepas
APD level 3 :

Gambar. Cara Memasang Alat Pelindung Diri (APD) level 3

Gambar. Cara Melepas Alat Pelindung Diri (APD) level 3

13
2.4. Upaya Meningkatkan Imunitas
Dalam melawan penyakit COVID-19, menjaga sistem imunitas diri
merupakan hal yang penting, terutama untuk mengendalikan penyakit penyerta
(komorbid). Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatan imunitas diri pada
orang yang terpapar COVID-19, yaitu sebagai berikut:
a. Konsumsi gizi seimbang
b. Aktifitas fisik/senam ringan
c. Istirahat cukup
d. Suplemen vitamin
e. Tidak merokok
f. Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus, hipertensi, kanker).

Gambar. Media Promosi Kesehatan COVID-19

14
15
BAB III
PENUTUP

PHBS (Perilaku hidup bersih dan sehat) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya
mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif
dalam aktivitas masyarakat. Mengacu pada Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang
merupakan hasil dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa
(Kanada), tiga strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi kesehatan adalah
(1) advokasi, (2) bina suasana, dan (3) pemberdayaan. Ketiga strategi tersebut dilaksanakan
dalam bentuk tindakan (aksi-aksi) sebagai berikut : Mengembangkan kebijakan yang
berwawasan Kesehatan, Menciptakan lingkungan yang mendukung, Memperkuat
gerakan masyarakat, Mengembangkan kemampuan individu, Menata kembali arah
pelayanan Kesehatan. Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu
mencegah COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal, dalam rumah, tempat
umum, tempat kerja dan institusi Pendidikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran UI. Buku Rancangan Pembelajaran. Indonesia : 2020.


Available from :
http://dev.fk.ui.ac.id/cloudX/fkui.pdf
2. KEMENKES RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus (COVID-
19). Indonesia : 2020. Available from :
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-
virus/dokumen-resmi-kesiapsiagaan-menghadapi-novel-coronavirus-covid-19-
revisi-ke-4/#.XoRzF4gzbIX
3. KEMENKES RI. Pola Hidup Bersih dan Sehat. Indonesia : 2016. Available from :
http://promkes.kemkes.go.id/phbs
4. Gani, H. A., Istiaji, E., & Pertiwi, P. E. (2015). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Masyarakat Using (Studi Kualitatif di Desa
Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi). IKESMA, 11(1).
5. Maharani, A., Pramono, D., & Nugraheni, A. (2016). Evaluasi Data Pelaksanaan
Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sigaluh 2 Kabupaten Banjarnegara (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).
6. World Health Organization (WHO). Coronavirus Disease (COVID-19) Situation
Reports 71 : 2019. Available from :
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-
reports

17

Anda mungkin juga menyukai