Anda di halaman 1dari 55

SISTEM SOMATOSENSORI

Dokter Pembimbing :
dr. Ricky Gusanto Kurniawan, Sp. S

Disusun oleh:

Nadya Lutfi 2016730075

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022
• Manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya jika ia tidak tahu
adanya bahaya yang mengancam atau menimpa dirinya. Adanya
bahaya dapat diketahui dengan jalan melihat, mendengar, mencium
dan merasakan rasa-nyeri, rasa-raba, rasa dingin dan sebagainya.
Inilah yang disebut dengan sistem sensorik.

Pemeriksaan Fisik dan Mental. Neurologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2018. hal 115.
Reseptor adalah organ sensorik khusus yang menerima implus lalu mengirimkan implus ke
2. Dalam Tubuh
sistem saraf.
-Enteroreseptor -> osmoreseptor, kemoreseptor, baroreseptor.
• Reseptor Ada 2 Jenis Utama
Dari reseptor diperifer sampai ke korteks sensorik di otak jalur sensorik
1. Luar Tubuh
sekurang kuragnya terdiri dari 3 tingkatan neuron, yaitu neuron pertama
- Eksteroreseptor -> Permukaan Tubuh -> Reseptor Dikulit
ganglion radiks dorsalis, neuron kedua nucleus kutaneus dan neuron yang
- Telereseptor ->Lingkungan Jauh -> Mata Dan Telinga
ketiga nucleus ventralis posterolateral, neuron yang ketiga ini berproyeksi
- Propioseptor -> Posisi Tubuh Dan Ekstermitas, Informasi Arah Pergerakan Kepala,
melalui kaki posterior kapsula interna ke korteks sensorik di girus postsentral
Tekanan Otot Dan Tendon, Kekuatan Otot Yang Diperlukan, Contoh Sistem Vestibular,
( area Brodmann 3-2-1 ).
Muscle Spindle.
Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.
RESEPTOR DIKULIT

UNTUK RABA DAN TEKANAN RINGAN ADA 2

DISKUS MERKEL
TAKTIL. LOKASI DI
BANTALAN JARI

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


RESEPTOR DIKULIT

UNTUK TEKANAN DAN GETAR

KORPUSKEL
GOLGI MAZZONI
TERLETAK DI
KUTIS DAN
SUBKUTIS
UNTUK
TEKANAN

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


RESEPTOR DIKULIT

UNTUK SUHU
SOMATOSENSORI PERIFER
PERJALANAN SOMATOSENSORIK AFEREN
DARI PERIFER Stimulus pada kulit akan
mengaktivasi reseptor di
Ganglion kulit
Radik radiks
poste s dorsalis
rior

Pleksus

Pusat Perifer

Saraf perefer
 Stimulus pada kulit akan mengaktivasi reseptor di kulit -> kemudian impuls aferen dari reseptor
berjalan ke dalam saraf perifer -> impuls aferen masuk ke pleksus -> impuls aferen menuju ganglion
radiks dorsalis -> impuls aferen masuk ke radiks posterior dan sampai ke medulla spinalis
 Urutan perjalanan aferen :
 Reseptor -> saraf perifer -> pleksus -> ganglion radiks dorsalis -> radiks posterior -> medulla
spinalis
 Kesimpulannya : impuls saraf aferen berjalan dari system perifer ke system saraf pusat

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


 Sedangkan impuls eferen berjalan dari system saraf pusat ke perifer melalui
radiks anterior. Serabut aferen, eferen dan otonom dari suatu bagian tubuh yang
berdekatan berjalan bersama-sama dalam seabut saraf perifer. Sehingga lesi pada
serabut perifer dapat menyebabkan gangguan sensorik, motoric dan otonom.
 Lesi radiks posterior menyebabkan gangguan sensorik. Lesi radiks anterior
menyebabkan gangguan motoric.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


SARAF PERIFER

Saraf perifer seperti kabel yang berlapis


dengan gabungan dari serabut akson,
aferen, eferen dan otonom serta
pembuluh darah (vasa vesorum)

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Serabut – serabut aferen dari area tubuh yang berdekatan akan terdistribusi dan
bergabung ke beberapa saraf perifer -> selanjutnya serabut berjalan dalam saraf perfier
menuju ke plexus -> saat masuk ke pleksus serabut aferen akan di distribusi ulang
sesuai dengan segmen medulla spinalis -> saat masuk ke radiks posterior, serabut saraf
sudah sesuai segmen medulla spinalis

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Pada gambar tersebut ada 3 segmen radiks medulla spinalis. Segmen tersebut masing-masing otot
dipersarafi oleh 1 saraf perifer, 1 saraf perifer mengandung serabut dari beberapa segmen radiks
sehingga disebut persarafan poliradikular atau plurisegmental. Jadi saraf perifer merupakan
gabungan dari sebagian serabut saraf dari beberapa segmen radiks yang berdekatan.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Ganglion radiks dorsalis

Terletak di medial dar pertemuan


radiks posterior dan radiks anterior,
semua serabut sensorik atau aferen
akan berhubungan dengan
ganglion radiks dorsalis kemudian
ke medulla spinalis
MEDULA SPINALIS

Terdapat 31 pasang nervus

8 pasang nervus cervicalis

12 pasang nervus thorakalis

5 pasang nervus lumbalis

5 pasang nervus sakrum

1 pasang koksigeus

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


 Batas segmen servikalis dari foramen magnum sampai
vertebra Cervical 7. Meskipun hanya ada 7 vertebra
cervical, tetapi ada 8 pasang nervus spinalis servikal. C1
keluar dari kanali spinalis antara os oksipital dan atlas,
 nervus servikalis 1-7 keluar di atas dari nomor vertebra
yang sesuai.
 Sejak dari nervus sevikalis c8 semua nervus spinalis keluar
di bawah dari nomor vertebra yang sesuai
 Batas segmen torakalis dari vertebra T1 sampai T10.
 Batas segmen lumbal dari vertebra T11 sampai T12.

 Batas segmen sacral dan koksigeus dari vertebra L1


sampai L2.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


DEFISIT SENSORI AKIBAT LESI RADIKULAR

 Lokasi lesi akan terjadi deficit sensori pada dermatom


sesuai tingkat lesi medulla spinalis. Karena persarafan
area dermatom tumpang tindih, maka lesi yang terbatas
hanya pada satu segmen radiks tidak menimbulkan deficit

sensorik yang bermakna. Deficit sensori akan tampak


bila lesi mengenai 2 atau lebih radiks posterior atau
segmen medulla spinalis.

Lokalis dermatom yang mengalami deficit sensori merupakan indicator yang


sangat bermakna untuk menunjukan level lesi yang mengenai medulla
spinalis.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


DERMATOM

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


DEFISIT SENSORI AKIBAT LESI PADA SARAF
PERIFER

 Ketika terjadi cedera pada saraf perifer, serabut yang berada di dalamnya, yang berasal
dari beberapa radiks, tidak bergabung kembali di perifer dengan serabut yang berasal
dari radiks yang sama tetapi bergabung dengan saraf perifer lainnya – dengan kata lain,
serabut pada saraf yang cedera tidak dapat mencapai dermatomnya kembali. Jadi,
deficit sensorik memiliki distribusi yang berbeda dari deficit dermatom yang terjadi pada
cedera radicular.
 Sering diikuti deficit motoric dan otonom.
Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.
INERVASI NERVUS PERIFER

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Otot akan teregang secara cepat sehingga musle
spindle terstimulasi kemudian implus diteruskan
melalui ujung annulospiral dan flower spray. Implus
diteruskan melalui serabut Ia dan II lalu ke ganglion
dorsalis masuk ke radiks posterior lalu masuk ke
medulla spinalis, lalu serabut Ia dan II berpisah.

Dilanjutkan ke otot lalu kontraksi otot


lurik maka timbul gerakan dari kaki.
Memiliki jalur keatas dan kebawah
untuk meghubungkan medulla spinalis
2. Masuk ke radiks posterior -> kemudian ke 1.Stimulus akan menstimulasi reseptor
subtansi gelatinosa medulla spinalis –> setelah nosiseptor ( reseptor nyeri dan suhu).
sampai ke medulla spinalis, serabut saraf aferen
melakukan kontak dengn 3 neuron utama yang
berperan dalam reflex polisinaptik.
• Neuron assosiasi dari fasikulus propius -> mengirimkan segmen implus keatas
dan bawah medulla spinalis -> menyebabkan kontraksi dari otot ( psoas dan
iliacis )-> kaki tertarik keatas.
• Neuron komisura mengirimkan implus ke sisi kontralateral kemudian implus
meyebar ketas dan kebawah melalui fasikulus proprius -> sehingga terjadii
kntraksi dari otot ekstensor kontralateral -> adanya reflek tersebut
menyebabkan kita dapat berdiri dengan 1 kaki dan tidak jatuh. ( dinamakan
reflex ekstensor silang).
• Neuron interneuron mengirim implus inhibisi ke otot antagonis. -> sehingga
terjadi relaksasi antagonis ( otot antagonis yaitu kuadriseps femoris )
• Rangkaian dari system reflek sangat cepat sebelum kita menyadari adanya rasa
nyeri segera setelah itu kita baru menyadari adanya nyeri.
• Implus aferen nyeri yang masuk ke medulla spinalis selain ke 3 neuron tadi juga
dikirim ke otak melalui spinotalamikus lateral -> setelah implus sampai ke otak
kita sadar adanya nyeri kemudian melihat cedera di kakinya.
SOMATOSENSORI
SENTRAL
Dorsal root entry zone (DREZ)

• Disebut juga Redlich-


obersteiner adalah
peralihan radiks posterior
dengan medulla spinalis
atau pintu masuk ke
medulla spinalis.
• Setelah serabut aferen
masuk ke medulla spinalis,
selebung myelin dari semua
serabut aferen perifer
menjadi lebih tipis dan sel-
sel pembentuk myelin
bukan sel schwann tetapi
oligodendrosit.
Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.
JARAS SOMATOSENSORIS
SENTRAL

5 traktus utama :
1. Spinoserebelaris anterior
2. Spinoserebelaris posterior
3. Funikulis posterior (kolumna posterior)
4. Spinotalamikus anterior
5. Spinotalamikus lateral

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


TRAKTUS
SPINOSEREBELARIS POSTERIOR
SPINOSEREBELARIS ANTERIOR
SPINOSEREBERALIS
POSTERIOR

• Impuls propiosepsis dari muscle spindles,


organ tendon golgi dan sendi dihantarkan ke
medulla spinalis melalui neuron pertama
yaitu radiks dorsalis -> di medulla spinalis,
aferen propioseptif membentuk beberapa
cabang kolateral

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Yang pertama ke motor neuron alfa yang berperan
pada reflex monosinaptik, motor neuron alfa
mengirimkan impuls aferen yang di teruskan ke
otot dan terjadi kontraksi.

Kontraksi

Yang kedua ke traktus spinosereberalis posterior.


Di substansia grisea kornu posterior cabang
kolateral akan kontak (sinaps) dengan nucleus
torasikus (nama lain: nucleus stilling/kolumna
Clarke) yang merupakan neuron (orde) ke dua
pada traktus spinoserebelaris posterior. -> dari
nucleus torasika jaras diteruskan ke traktus
spinosereblaris posterior -> berjalan naik sampai ke
vermis serebelum.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


SPINOSEREBERALIS
ANTERIOR

Impuls juga berasal dari aferen propioseptif sama


seperti spinotalamikus posterior -> ganglion radiks
dorsalis akan menjadi neuron pertama -> cabang
kolateral ketiga dari jaras ini ke traktus spinoserebelaris
anterior. Di subtansia grisea kornu posterior medulla
spinalis, kontak (sinaps) dengan neuron funikularis
(adalah neuron kedua pada traktus ini). -> serabut dari
neuron ini bercabang ke traktus spinoserebelaris anterior
sisi ipsilateral dan kontralateral -> jaras kedua traktus
ini berjalan naik sampai ke vermis serebelum.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Jalur traktus spinosereberalis
anterior dan posterior yang
berwarna garis biru.
FUNGSI
 Bersama – sama menerima impuls
dari serabut aferen propioseptif.
 Sehingga informasi yang di bawa
oleh spinoserebralis anterior dan
posterior adalah mengenai kondisi
regangan dan tegangan otot.
 Informasi akan diolah di vermis
serebelum kemudian akan
dihasilkan eferen berupa
penyesuaian tonus otot ( missal
angkat barang ).

Jika jaras ini terganggu makan tidak bisa membawa


barangnya. Karena mekanisme yang td tidak berjalan.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


TRAKTUS
FUNICULUS POSTERIOR
ATAU KOLUMNA POSTERIOR
KOLUMNA POSTERIOR

Kolumna posterior dibagi


menjadi 2 :
• Lateral (fasikulus kuneatus
/ Burdach) -> menerima
serabut saraf dari
ekstremitas superior
• Medial (fasikulus grasilis /
Goll) -> eksterimtas
inferior.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


KOLUMNA POSTERIOR LATERAL

Impuls dari getaran, posisi, tekanan,


diskriminasi dan sentuhan yang berasal
dari ekstremitas atas akan dibawa oleh
serabut aferen masuk ke fasikulus
kuneatus melewati neuron pertama
(ganglion radiks dorsalis)

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Setelah masuk serabut langsung berjalan
naik sampai ke tingkat medulla
oblongata dan kontak dengan nucleus
kuneatus (burdach) yang merupakan
neuron kedua -> kemudian menyebrang
ke kontralateral

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Lalu naik dan masuk ke lemniscus medialis -
> sampai ke thalamus. Di thalamus akan
kontak (sinaps) dengan nucleus ventralis
posterolateral (VPL) yang merupakan
neuron ketiga -> kemudian diteruskan ke
korteks melalui traktus thalamukortikalis.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


KOLUMNA POSTERIOR
MEDIAL

 Fasikulus grasilis sama saja dengan


fasikulus kuneatus
 Serabut aferen dari ekstremitas bawah ke
fasikulus grasilis -> kontak dengan
nucleus graslisis di medulla oblongata -
> menyilang ke kontralateral dan masuk ke
lemniscus medialis -> naik ke thalamus di
nucleus ventralis posterolateral (VPL)

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


FUNGSI

 Funikulus posterior menerima impuls aferen sensasi posisi, getaran, tekanan, diskriminasi dan
raba -> informasi impuls aferen ini diteruskan sampai ke korteks serebri.
 Fungsi : jaras yang mengerimkan sensasi posisi, getar, diskriminasi, tekan dan raba. Bila terjadi
gangguan pada jaras ini akan terjadi tanda-tanda klinis syndrome kolumna posterior

Tanda-tanda klinis syndrome kolumna posterior

Hilangnya sensasi posisi dan gerakan (sensasi kinetic)

Astereognosis -> tidak dapat mengenalis suatu angka atau huruf melalui sensasi raba di telapak tangan

Hilangnya diskriminasi dua-titik

Hilangnya sensasi getar ( garputala pada tulangnya tidak terasa )

Tanda Romberg positif -> tidak dapat berdiri dalam jangka lama dengan kedua kaki bersatu dan mata tertutup tanpa
bergoyang dan mungkin juga terjatuh.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


TRAKTUS
SPINOTHALAMIKUS ANTERIOR
SPINOTHALAMIKUS LATERAL
SPINOTHALAMIKUS
ANTERIOR

Menerima impuls aferen raba kasar dan tekan ->


impuls berjalan ke medulla spinalis melewati
neuron pertama yaitu ganglion radix dorsalis ->
sampai di medulla spinalis membentuk 2 cabang,

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Cabang pertama ke funiculus posterior -> naik sampai ke
medulla oblongata

Cabang kedua kontak dengan nucleus funikularis di


substansia grisea kornu posterior (neuron ke 2 untuk
cabang yang ke 2) -> masuk ke traktus spinotalamikus
anterior -> naik sampai medulla oblongata.

• Kedua cabang tersebut naik sampai ke medula


oblongata -> cabang pertama kontak dengan
neuron kedua -> menyebrang ke kontralateral
Nukleus funikularis
di substansia grisea seperti jalur funiculus posterior
kornu posterior

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


• Jaras dari traktus spinotalamikus anterior bertemu
dengan cabang pertama di medulla oblongata -> kedua
jaras ini masuk ke lemniscus medialis -> naik ke
thalamus dan kontak dengan nucleus ventralis
posterolateral thalamus yang merupakan neuron
ketiga. -> diteruskan ke korteks melalui traktus
thalamukortikalis

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


FUNGSI SPINOTALAMIKUS
ANTERIOR
 Mengirimkan sensasi tekanan dan raba kasar,
bila terjadi gangguan pada jaras ini akan terjadi
gangguan sensasi tekan dan raba kasar.
 Jalur spinotalamikus terdapat 2 cabang,
sehingga bila terjadi pada salah satu sisi tidak
terjadi gangguan pada sensasi raba kasar dan
tekan. Jikapun ada hanya minimal
gangguannya
 Namun bila terjadi lesi di tingkat sevikal atas
tepatnya didasar medulla oblongata, maka akan
terjadi deficit sensori raba kasar dan tekan.

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


SPINOTHALAMIKUS LATERAL

 Menerima impuls aferen nyeri dan suhu ->


impuls berjalan ke medulla spinallis seperti
biasa melewati neuron 1 yaitu ganglion
radiks dorsalis

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


 Di medulla spinalis serabut aferen masuk ke
substansia gelationsa medulla spinalis ->
kontak dengan neuron funikularis di substansia
gelatinosa merupakan neuron ke dua -> serabut
dari neuron tersebut berjalan kearah
kontralateral -> masuk ke traktus
spinotalamikus lateral -> berjalan naik keatas
masuk ke traktus spinotalamikus lateral di
medulla oblongata -> serabut ini masuk ke
traktus spinotalamikus lateral di
mecenchepalon -> naik sampai ke thalamus dan
kontak dengan VPL yang merupakan neuron
ketiga -> kemudian diteruskan ke korteks
melalui traktus talamokortikalis.
Nukleus
funikularis di
substansia
gelatinosa

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


FUNGSI

 Fungsi : informasi nyeri dan suhu diteruskan


sampai ke korteks somatosensorik.
 Bila terjadi gangguan pada jaras ini akan
terjadi gangguan sensasi nyeri dan suhu
(analgesia dan termanestesia)

Diagnosis Topik Neurologi DUUS Edisi 5. M. Baehr & M. Frotscher. 2017.


Defisit somatosensorik berdasarkan lesi
dari jaras somatosensorik
Lesi di homunculus sensorik tangan Lesi thalamus
Menyebabkan hilangnya sensasi Menyebabkan hilangnya sensasi
raba, getar, diskriminasi, tekanan nyeri dan suhu pada sisi
pada sisi kontralateral . Hanya kontralateral
sensasi nyeri dan suhu yang tidak
terganggu
Lesi di C6

Yang merupakan jalur traktus


spinotalamikus anterior dan Akan menyebabkan
funiculus posterior menyebabkan hilangnya semua
hilangnya sensasi raba, tekan modalitas
diskriminasi dan getar sisi somatosensorik
kontralateral.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai