SIMPATIS
• Presinaps terdapat di kolom sel
intermediolateral (IML) dari sumsum tulang
belakang
Postsinaps berada di :
• Ganglia paravertebral = ganglion
paravertebral superior terletak di bagian
basal kranium.
• Ganglia prevertebral = berada di pleksus yang
mengelilingi cabang utama aorta abdomen
Badan sel saraf parasimpatis presinaptik terletak di dua tempat
di dalam SSP, dan seratnya keluar melalui dua rute:
1. Serabut saraf
• Serabut saraf terdiri atas akson yang dibungkus selubung khusus yang berasal dari
crista neuralis embrional.
• Pada serabut saraf perifer, akson diselubungi oleh sel Schwann, yang juga disebut
neurolemmosit (Gambir
• 9-10e). Selubung dapat atau tidak dapat membentuk mielin disekitar akson
bergantung pada diameternya.
• Akson berdiameter kecil umumnya adalah serabut saraf tak bermielin (Gambar 9-22
dan 9,25).
• Akson yang lebih tebal umumnya diselubungi oleh lebih banyak lapisan konsentris sel
penyelubung yang membentuk selubung mielin. Serabut-serabut ini dikenal sebagai
serabut saraf bermielin
2. Saraf
• Pada sistem saraf perifer, serabut-serabut saraf berkelompok menjadi berkas untuk membentuk
saraf. Kecuali beberapa saraf yang sangat tipis yang terdiri atas serabut tak bermielin
• saraf memiliki tampilan yang mengilap, dan keputihan karena kandungan mielin dan
kolagennya.
• Di luar terdapat lapisan fibrosa iregular yang disebut epineurium, yang berlanjut lebih dalam
dan juga mengisi rongga di antara berkas-berkas serabut saraf.
• Setiap berkas tersebut atau fasciculus dikelilingi oleh perineurium, yaitu selapis jaringan ikat
khusus yang terdiri atas lapisan sel-sel gepeng mirip-epitel. Sel-sel ini berfungsi penting unfuk
melindungi serabut saraf dan membantu mempertahankan lingkungan mikro.
• Di dalam selubung perineurium, terdapat akson-akson berselubung sel Schwann dan jaringan
ikat pembungkusnya, yaitu endoneurium (Gambar 9-27).
• Saraf memungkinkan komunikasi antara pusat-pusat di otak dan medula spinalis dan organ
sensorik serta efektor (otot, kelenjar, dan lain-lain).
• Saraf memiliki serabut-serabut aferen dan eferen.
• Serabut aferen membawa informasi yang diperoleh dari bagian dalam tubuh dan lingkungan ke
susunan saraf pusat.
• Serabut-serabut eferen membawa impuls dari susunan saraf pusat ke organ efektor yang
dipengaruhi pusat-pusat saraf tersebut.
• Saraf yang hanya memiliki serabut sensorik disebut saraf sensorik; saraf yang hanya terdiri
atas serabut yang membawa impuls ke efektor disebut saraf motorik.
• Kebanyakan saraf memiliki serabut sensorik dan motorik, dan disebut saraf campuran yang
biasanya memiliki akson bermielin dan tak bermielin (Gamb ar 9-27b).
3. Ganglia
• Ganglia biasanya merupakan struktur lonjong yang mengandung badan sel neuron dan sel
glia yang ditunjang oleh jaringan ikat.
• bekerja sebagai stasiun relay untuk menghantarkan impuls saraf, satu saraf masuk dan saraf
yang lain keluar dari setiap ganglion.
• Arah impuls saraf menentukan apakah suatu ganglion menjadi ganglion sensorik atau
otonom.
• Ganglia sensorik menerima impuls aferen yang menuju SSP.Ganglia sensorik berhubungan
dengan saraf kranial (ganglia kranial) dan radiks dorsal saraf spinal (ganglia spinalis).
• Ganglia sensorik disangga oleh simpai dan kerangka jaringan ikat
khusus. Neuron ganglia ini merupakan neuron pseudounipolar dan
meneruskan informasi dari ujung saraf ganglion ke substansia
grisea medula spinalis melalui sinaps dengan neuron setempat.
• Saraf otonom memengaruhi efek aktivitas otot polos, sekresi
sejumlah kelenjar,memodulasi irama jantung dan aktivitas
involuntar lainnya sehingga tubuh dapat mempertahankan
lingkungan internal
• ganglia otonom merupakan pelebaran berbentuk bulbus pada
saraf otonom. Simpai ganglia ini memiliki batas yang kurang tegas.
Selapis sel satelit sering membungkus neuron ganglia otonom
Fisiologi sistem saraf tepi (aferen)
• Stimulus: perubahan yg terdeteksi o/ tubuh
• Reseptor sensorik: berespon thd stimulus
• Transduksi sensorik: proses perubahan bentuk
stimulus mjd sinyal listrik utk bisa
menghasilkan potensial reseptor
• Potensial reseptor: potensial berjenjang di
reseptor
• Neurotransmitter:
– Asetilkolin (ACh)
– Norepinefrin
• Respon:
– Autonomik
– Motorik
Epidemiologi
• Berhubungan dengan infeksi Campylobacter jejuni
• Laki-laki> perempuan
• AIDP: amerika utara, arab, eropa
• AMAN: amerika tengah, amerika selatan, bangladesh, jepang, meksiko
Patofisiologi
• 2/3 kasus dimulai dengan infeksi (antecendent infection) pd sal naps
atau GI
• 31% kasus SGB ditemukan Campylobacter jejuni pada analisis
fesesnya
– Haemopillus influenza, Mycoplasma oneumonia,CMV,EBV,VZV reaksi
silang antibodi thd gangliosida
– Transfer gangliosida parenteral, pascavaksinasi influenza H1N1, adanya
kelainan autoimun lain yang diderita sebelumnya, penggunaan obat-obatan
imunosupresan, pascapembedahan
• Infeksi antesenden proses antibodi mimikri kemiripan struktur
antigen patogen dengan dinding sel tubuh antibodi dibentuk
tubuh dapat melemahkan untuk melemahkan patogen tsb dapat
berikatan dengan jar tubuh itu sendiri
Varian klinis sindrom Guillain Barre dan
antibodi terkait
Subtipe dan varian Antibodi IgG
Sindrom Guillain Barre
Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy Belum ditemukan
(AIDP)
Varian: Facial diplegia and paresthesia, bifacial GM1, GD1a
weakness with paresthesia GM1, GD1a
Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN) GM1, GD1a
1. Acute motor-sensory axonal neuropathy (AMSAN) GT1a>GQ1b>>GD1a
2. Acute motor-conduction black neuropathy GM1, GD1a
3. Pharyngeal –cervival-brachial weakness
4. Varian lain: SGB hiper-refleks, SGB paresis GQ1b,GT1a
Sindrom Miller Fisher GQ1b,GT1a
5. Acute ophtalmoparesis/ptosis/mydriasis (without GQ1b,GT1a
ataxia)
6. Acute ataxic neuropathy (without ophtalmoplegia)
7. Bickerstaff’s barin-stem encephalitis
8. Acute ataxic hypersomnolencea
Diagnosis
• Kriteria diagnostik menurut NINCDS:
Tanda minimum Tanda memperkuat Tanda meragukan
DD
• Miastenia gravis
• Periodik paralisis hipokalemia
• Botulisme
• Poliomielitis
• Mielopati akut
Komplikasi
• Sepsis
• Emboli paru
• disautonomia
GBS diasbility score atau hughes score
0= sehat
1= tanda gejala minimal
2=mampu berjalan 10 meter atau lebih tanpa
bantuan namun tidak dapat berlari
3= mampu berjalan 10 meter dengan bantuan tongkat
lari
4=aktivitas terbatas pada tempat tidur atau kursi roda
5=membantu ventilator mekanik untuk bernafas
6= kematian
tatalaksana
• Imunoterapi dalam 2 minggu pertama onset pada ps GBS
disability score >2 plasmafaresis dan imunoglobuin IV
• Plasmapheresis menurunkan waktu pemulihan & bisa
menurunkan kemungkinan sisa deficit neurologis. Sebaiknya
diberikan saat awal & diindikasikan untuk pasien dengan
gannguan pernapasan yg berprogresif cepat atau berat
• IV immunoglobulin (400mg/kg/hari selama 5 hari): tampak
sama efektif, sebaiknya digunakan pada anak & dewasa dgn
instabilitas kardiovaskular disbanding plasmapheresis.
• Terapi simptomatik: untuk mencagah gagal napas atau
vascular collapse
Prognosis
Erasmus GBS Outcome Score (EGOS)
• Adanya riwayat diare sebelumnya
• Usia >60 tahun
• Nilai GBS disability score pada minggu kedua sejak onset
https://www.bodyheal.com.au
Anatomi
• Kanal tarsal terbentuk dari tulang talus dan
calcaneus pada dinding medial dan tulang
tibia pada dinding medial bagian distal dan
flexor retinaculum diluarnya.
https://id.pinterest.com/pin/
271060471302900937/?lp=true
Tanda dan gejala
• Kesemutan, rasa terbakar, atau sensasi mirip
dengan sengatan listrik
• Mati rasa
• Nyeri (including shooting pain)
Gejala-gejalanya biasanya dirasakan di bagian dalam
pergelangan kaki dan / atau di atas bagian bawah kaki
kadang gejalamuncul tiba-tiba. Sering diperburuk
dengan terlalu sering berdiri dalam waktu yang lama,
berjalan, berolahraga.
Pemeriksaan Fisik
• Nyeri
• Rasa baal
• Tinel test Perkusi dari saraf bagian distal dengan manifestasi
berupa parestesia.
nyeri yang menyebar dan parestesi sepanjang perjalanan dari
saraf. dapat timbul pada bagian posterior dari maleolus medial.
Gejala-gejala tersebut umumnya akan berkurang saat
beristirahat, meskipun tidak semua gejala tersebut hilang
seluruhnya.
• Phalen test , yaitu kompresi saraf selama 30 detik, dengan
timbulnya kembali gejala-gejala tersebut
Pemeriksaan Penunjang
• MRI massa jaringan lunak dan lesi yang
menempati ruang lain di terowongan tarsal
• X ray mengevaluasi struktur kaki( patah
tulang, massa tulang, osteofit, dan koalisi
subtalar joint)
• Elektromyographic (EMG) dan nerve
conduction Velocity (NCV) mengevaluasi
penyebab dari tarsal tunnel syndrome dan
untuk memastikan adanya neuropathy.
Tatalaksana
• Terapi konservatif
obat-obatan antiinflamasi, imobilisasi, dan
steroid injeksi.
• Terapi bedah
diindikasikan ketika pengobatan konservatif
gagal, gejala klinis bertahan ≥6 bulan dan saat
pemeriksaan fisik menunjukkan saraf terjebak .
Space-occupaying masses harusnya dihilangkan.
Non farmako
• Olahhraga stretching untuk
meningkatkan fleksibilitas otot
gastrocnemius
• Pada pasien dengan flat foot
dilakukan foot orthosis atau insole
khusus untuk mengurangi tekanan di
nervus tibialis
• Membalut dengan posisi plantar flexi
pada pasien dengan valgus foot
• Farmako
– Sama dengan CTS
• Pembedahan
– Jika terapi konservatif tidak berhasil
– Saat pembedahan kaki dalam posisi
supine atau lateral
– tujuannya dekompresi pada bagian
nervus tibialis
– Setelah operasi, kaki harus
diimobilisasi dahulu dengan posisi
sedikit inversi dengan balut selama 3
minggu
Neuropati
Klasifikasi
• Mononeuropati simpleks: ggn satu saraf perifer
• Mononeuropati multipleks: ggn beberapa saraf secara
random dan tidak menjalar, jika ekstensif bisa mjd
konfluen
• Polineuropati: ggn bbrp saraf secara bersamaan,
biasanya simetris dan kebanyakan pada bagian distal
• Aksonopati: ggn pd akson
• Mielinopati: ggn pd selubung mielin
• Neuronopati: ggn pd badan sel neuron di cornu anterior medulla
spinalis, dorsal root ganglia, ganglia simpatis atau ganglia
parasimpatis
Lange clinical neurology. 9th ed. 2015.
Lange clinical neurology. 9th ed. 2015.
Patofisiologi
• Kelainan vaskuler
→ ggn suplai nutrisi ke saraf → infark saraf
• Immune mediated neuropathy (humoral & cells)
→ merusak mielin → demielinasi
→ antibodi berikatan dg nodus Ranvier → konduksi listrik tdk
terjadi
• Toxin difteri
→ merusak mielin di daerah dorsal root ganglia dan saraf sensorik
dan motorik di sekitarnya
• Herediter
→ kelainan pembentukan mielin
→ defek akson
Adam’s and Victor’s principles of neurology.
10th ed. 2014.
Patofisiologi demielinasi
• Segmental: kerusakan mielin pada daerah di
sekitar akson yang mengalami gangguan,
akson masih intact
• Wallerian: kerusakan akson dan mielin di
bagian distal akson yg mengalami gangguan
(dying forward)
• Axonal: kerusakan akson dan mielin dari
bagian distal ke proksimal (dying backward)
Adam’s and Victor’s principles of neurology.
10th ed. 2014.
Adam’s and Victor’s principles of neurology.
10th ed. 2014.
• Degenerasi wallerian & aksonal bisa
menyebabkan atrofi otot
• Kerusakan segmental lebih mudah pulih krn
hanya mengenai mielin & akson masih intact
• Kerusakan wallerian & axonal butuh waktu
bbrp bulan – tahun utk pulih: perlu waktu utk
regenerasi akson dahulu → reinervasi organ
Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Epidemiologi
• Kerusakan pada N. peroneal communis merupakan
penyebab tersering mononeuropati pada ekstremitas
bawah
• Kelemahan dorsofleksi kaki (foot-drop) ditemukan
pada 116 kasus common peroneal neuropathy
dilaporkan oleh Katirji & Wilbourn
• Mati rasa pada dorsum pedis juga dilaporkan pada
banyak kasus
Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Adams & Victor’s principles of neurology. 10th Edition. McGraw-Hill. 2014.
Etiologi
Lesi pada saraf peroneal trauma atau kompresi pada caput fibula
Penyebab lesi pada N. peroneal communis :
• Tekanan selama operasi atau tidur atau dari tight plaster cast
• Kebiasaan menyilangkan kaki saat duduk dalam waktu yang lama
• Tight knee boots
• Penurunan berat badan pada pasien kanker atau AIDS meningkatkan
insidensi cedera kompresif
• Neuropati diabetikum
• Fraktur pada ujung atas fibula
• Kista Baker sinovium yang meradang meluas sampai ruang
retropopliteal dapat mengompresi saraf
Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Adams & Victor’s principles of neurology. 10th Edition. McGraw-Hill. 2014.
Tanda & Gejala
Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Pemeriksaan Fisik
Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Tatalaksana
• Murni suportif, harus dilindungi dari kerusakan
atau kompresi lebih jauh.
• Drop-foot perlu brace sampai sembuh.
• Pemulihannya berlangsung spontan seiring waktu
& biasanya komplit kecuali pada kerusakan berat
yang dapat menyebabkan degenerasi aksonal.
• Pasien harus menahan diri untuk tidak
menyilangkan kaki, berjongkok (squatting) dalam
waktu lama, atau duduk meringkuk pada
permukaan kursi yang keras.
• Surgical treatment end-to-end anastomosis
pada laserasi akut
Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Adams & Victor’s principles of neurology. 10th Edition. McGraw-Hill. 2014.
Prognosis
• Prognosis biasanya baik pada paralisis parsial
• Sama seperti mononeuropati yang lain,
prognosis tergantung pada derajat dan
lamanya kerusakan aksonal, yang dapat
ditelusuri melalui riwayat penyakit, gejala
klinis dan data elektrofisiologis.
Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Adams & Victor’s principles of neurology. 10th Edition. McGraw-Hill. 2014.
Polimiositis
• Polimiositis: immune mediated inflammatory myopathies, dgn
karakterisktik destruksi serat otot & infiltrasi inflammatorik otot.
• Pada polimiosistis, serat otot yang mengekspresikan antigen
MHC kelas I di invasi oleh sel T sitotoksik CD8+ sehingga terjadi
nekrosis. Infiltrat paling sering pada intrafasikular