Anda di halaman 1dari 56

BAB 9

sistem
koordinasi
Tahukah Anda, bagaimana mekanisme kerja
organ-organ sistem indra berikut?
I. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
A. Neuron (Sel Saraf)
• Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf,
terdiri atas bagian:
• Badan sel. Berfungsi mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron.
• Dendrit. Juluran sitoplasma untuk menerima impuls dari
sel lain untuk dikirimkan ke badan sel.
• Akson. Juluran sitoplasma yang panjang untuk
mengirimkan impuls ke neuron lainnya. Akson dibungkus
selubung mielin. Bagian akson tanpa mielin disebut
nodus Ranvier untuk mempercepat jalannya impuls.
Mielin ditutupi oleh selubung Schwann (neurilema).
• Neuron tidak dapat melakukan mitosis, namun
serabutnya dapat beregenerasi.
• Neuron berdasarkan fungsi:
• Neuron sensor (aferen): menghantarkan impuls dari organ sensor
ke saraf pusat.
• Neuron motor (eferen): menghantarkan impuls dari saraf pusat
ke organ motor atau kelenjar.
• Neuron konektor: penghubung antar neuron.
• Neuron berdasarkan juluran sitoplasma:
• Neuron multipolar: satu akson dan dua dendrit atau lebih.
• Neuron bipolar: dua juluran berupa dendrit dan akson.
• Neuron unipolar: neuron bipolar yang tampak hanya memiliki
satu juluran dari badan sel karena akson dan dendritnya berfusi.
Gambar 9.3. Struktur sel saraf (neuron)
B. Sel Neuroglia (Glia)
Adalah sel penunjang pada saraf pusat yang
berfungsi sebagai jaringan ikat.
Jenis sel glia:
• Astrosit, sebagai lem yang menyatukan neuron.
• Oligodendrosit, membentuk lapisan mielin.
• Mikroglia, untuk pertahanan imun.
• Sel ependima, membran epitelium yang melapisi
rongga serebral dan medula spinalis.
C. Sinapsis
• Adalah hubungan satu neuron dengan yang lain; titik
temu ujung akson satu neuron dengan dendrit dari
neuron lain; atau hubungan ke otot dan kelenjar.
• Bagian sinapsis: prasinaps (bagian akson terminal),
celah sinaps (ruang antara prasinaps dengan
pascasinaps), dan pascasinaps (bagian dendrit).
• Pada celah sinaps terdapat substansi kimia
neurotransmiter untuk mengirimkan impuls.
• Neurotransmiter dapat bersifat eksitasi
(meningkatkan impuls) atau inhibisi (menghambat
impuls).
Sinapsis
D. Impuls Saraf, Gerak Sadar, dan
Refleks
• Impuls saraf adalah rangsangan yang diterima
oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian
dibawa oleh neuron menjalari serabut saraf.
• Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan.
• Gerak sadar (disengaja/disadari):
impuls  reseptor/indra  saraf sensoris  otak  saraf
motor  efektor/otot
• Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari):
Impuls  reseptor/indra  saraf sensoris  sumsum
tulang belakang  saraf motor  efektor/otot
E. Mekanisme Penghantaran
Impuls
• Impuls yang diterima oleh reseptor dihantarkan oleh
dendrit menuju badan sel saraf dan akson, kemudian
dihantarkan ke neuron lainnya.
• Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi
potensial membran untuk bekerja mengirim impuls.
Energi tersebut dihasilkan oleh perbedaan komposisi ion
intraseluler dan ekstraseluler.
• Di dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K+, dan
Na+ rendah. Di luar sel, kation utamanya Na+. K+ rendah.
• Energi dipertahankan dengan cara pompa K+ ke dalam sel
dan Na+ ke luar sel.
Tahap penghantaran impuls
• Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak
menghantarkan impuls, ekstraseluler bermuatan
positif (+) dan intraseluler bermuatan negatif (-).
• Tahap depolarisasi. Neuron mendapat rangsang,
saluran Na+ terbuka dan Na+ masuk ke dalam sel.
Terjadi perubahan muatan listrik: ekstraseluler
bermuatan negatif, intraseluler bermuatan
positif.
• Tahap repolarisasi. Saluran Na+ tertutup, saluran
K+ terbuka sehingga K+ keluar. Kondisi akan
kembali seperti tahap istirahat.
F. Sistem Saraf Pusat (SSP)
• Terdiri atas otak (serebral) dan sumsum tulang
belakang (medula spinalis). Keduanya dilapisi
jaringan ikat yang disebut meninges, yang terdiri
atas:
• Pia meter, lapisan paling dalam dan mengandung pembuluh
darah.
• Araknoid, lapisan tengah dan mengandung sedikit pembuluh
darah.
• Dura meter, lapisan terluar yang terdiri atas dua lapisan. Lapisan
terluar melekat pada kranium.
• Otak dan medula spinalis memiliki substansi abu-
abu (bagian luar) dan substansi putih (bagian
dalam).
1. OTAK
Tersusun dari 100 milyar neuron yang terhubung
oleh sinapsis membentuk anyaman kompleks.
Bagian-bagian otak:
(1) Serebrum (otak besar). Mengisi bagian depan dan atas rongga
tengkorak. Bagian terluarnya disebut korteks serebral, dan bagian
dalamnya disebut nukleus (ganglia) basal. Area fungsional korteks
serebral:
• Area motor primer, mengendalikan kemampuan bicara.
• Area sensor korteks, meliputi area sensor, area visual, area
auditori, area alfaktori, dan area pengecap.
• Area asosiasi, meliputi area frontal (pusat intelektual dan fisik),
area somatik (pusat interpretasi), area visual, dan area wicara
Wernicke.
Nukleus basal merupakan pusat koordinasi motor.
Bagian-bagian otak
Area fungsional serebrum
(2) Diensefalon. Terletak di antara serebrum dan otak
tengah. Terdiri atas:
• Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan impuls ke
korteks otak besar, serta berperan dalam sistem kesadaran
dan kontrol motor.
• Hipotalamus, berfungsi mengendalikan sistem saraf
otonom, pusat pengaturan emosi, dan memengaruhi sistem
endokrin.
• Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi.
(3) Sistem limbik, yaitu cincin struktur otak depan yang
mengelilingi otak dan berfungsi dalam pengaturan
emosi, mempertahankan kelangsungan hidup, pola
perilaku soioseksual, motivasi, dan belajar.
Sistem limbik penciuman dan respons emosional
(4) Mesensefalon (otak tengah), menghubungkan pons dan
serebelum (otak kecil) dengan otak besar, berfungsi sebagai jalur
penghantar dan pusat refleks, serta meneruskan informasi
penglihatan dan pendengaran.
(5) Pons Varolii (jembatan varol), mengatur frekuensi dan kekuatan
bernapas.
(6) Serebelum (otak kecil), mempertahankan keseimbangan, kontrol
gerakan mata, meningkatkan kontraksi otot, serta koordinasi
gerakan sadar yang berkaitan dengan keterampilan.
(7) Medula oblongata, berfungsi dalam pengendalian ferkuensi
denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, gerakan alat
pencernaan makanan, menelan, muntah, sekresi kelenjar
pencernaan, dan mengatur gerak refleks.
(8) Formasi retikuler, berfungsi memicu dan mempertahankan
kewaspadaan serta kesadaran.
2. MEDULA SPINALIS (SUMSUM TULANG BELAKANG)
• Berfungsi mengendalikan aktivitas refleks,
komunikasi antara otak dengan semua bagian
tubuh, serta menghantarkan rangsangan
koordinasi antara otot dan sendi ke serebelum.
• Substansi abu-abu mengisi struktur dalam dan
substansi putih mengisi struktur bagian luar.
Struktur medua spinalis
G. Sistem Saraf Tepi (SST)
1. Saraf kranial
No Nama saraf kranial Fungsi

1 Saraf olfaktori (CN I) Indra penciuman

2 Saraf optik (CN II) Indra penglihatan

3 Saraf okulomotor (CN III) Impuls dari dan ke otot mata

4 Saraf troklear (CN IV) Impuls dari dan ke otot sadar mata

5 Saraf trigeminal (CN V) Impuls otot mastikasi, wajah, hidung, dan mulut

6 Saraf abdusen (CN VI) Impuls dari dan ke otot rektus lateral mata

7 Saraf fasial (CN VII) Impuls ekspresi wajah, lidah, kelenjar air mata dan saliva

8 Saraf vestibulokoklear (CN VIII) Impuls dari indra pendengaran

9 Saraf glosofaring (CN IX) Impuls otot bicara, menelan, kelenjar liudah, rasa pada lidah

10 Saraf vagus (CN X) Impuls organ pada toraks dan abdomen

11 Saraf aksesori spinal (CN XI) Impuls faring, laring, trapezius, dan sternokleidomastoid

12 Saraf hipoglosal (CN XII) Impuls dari dan ke otot lidah


2. Saraf spinal
• Terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari
segmen-segmen medula spinalis dan diberi nama
sesuai nama ruas tulang belakang.

Berdasarkan arah impuls, SST dibagi menjadi divisi aferen


(membawa informasi dari reseptor ke SSP dan divisi
eferen (membawa instruksi dari SSP ke organ efektor.
Divisi eferen: sistem saraf somatik (neuron motor pada
otot rangka) dan sistem saraf otonom (neuron motor
pada otot polos)
Sistem saraf otonom: sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis.
Perbedaan saraf simpatis dengan parasimpatis

Perbedaan Saraf Simpatis Saraf Parasimpatis

Asal serat saraf Berasal dari bagian toraks Berasal dari area kranium
dan lumbar medula spinalis (kepala) dan sakrum

Ukuran serat Pendek Panjang


praganglion

Ukuran serat Panjang Pendek


pascaganglion

Jenis Aaasetilkolin dan Asetilkolin


neurotransmiter noradrenalin

efek Untuk aktivitas fisik berat Untuk keadaan tenang


H. Gangguan Sistem Saraf
• Meningitis, radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.
• Ensefalitis, peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.
• Neuritis, gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau tekanan.
• Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat gangguan
metabolisme, tertutupnya aliran darah, atau kekurangan vitamin neurotropik
(B1, B6, dan B12).
• Epilepsi (ayan), penyakit serangan mendadak karena trauma kepala, tumor
otak, kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol.
• Alzheimer, sindrom kematian sel otak secara bersamaan.
• Gegar otak, bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan
perubahan fungsi mental atau kesadaran.
II. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
• Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan
organ yang memproduksi hormon, yaitu senyawa
organik pembawa pesan kimiawi di dalam aliran
darah menuju sel atau jaringan tubuh.
• Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf
berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti
metabolisme, homeostasis, pertumbuhan,
perkembangan seksual dan siklus reproduksi,
siklus tidur, serta siklus nutrisi.
A. Karakteristik Kelenjar Endokrin
• Tidak memiliki saluran dan menyekresikan hormon
langsung ke dalam cairan di sekitar sel.
• Menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali
kelenjar paratiroid.
• Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak
pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat.
• Masa aktif kelenjar endokrin dalam menghasilkan
hormon berbeda-beda.
• Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat oleh
kadar hormon lainnya dan senyawa nonhormon dalam
darah, serta impuls saraf.
B. Kelenjar Endokrin dan Sekresi
Hormon
1. HIPOFISIS (PITUITARI)
a. Lobus anterior, menghasilkan hormon:
• Hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH):
Mengendalikan pertumbuhan sel, tulang, dan kartilago;
mengatur laju sintesis protein; serta mengatur
pemakaian lemak.
• Hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating
Hormone/TSH): meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan kelenjar tiroid (gondok), laju produksi
hormonnya (tiroksin), dan metabolisme sel.
• Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic
Hormone/ACTH): merangsang kelenjar korteks adrenal
untuk menyekresi glukokortikoid.
• Hormon gonadotropin:
Follicle Stimulating Hormone (FSH): menstimulasi
pertumbuhan foliker ovarium dan memproduksi
hormon estrogen (wanita); menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan spermatozoa (laki-laki)
Luteinizing Hormone (LH): bekerjasama dengan FSH
menstimulasi produksi estroge, berperan dalam ovulasi
dan sekresi progesteron (wanita); menstimulasi
produksi testosteron (laki-laki)
b. Lobus intermedia, menghasilkan endorfin
(mengilangkan nyeri alamiah, merespon stres, dan
aktivitas seperti olahraga) dan Melanocyte Stimulating
Hormone (MSH) (merangsang pembentukan pigmen dan
penyebaran sel penghasilnya (melanosit) pada
epidermis.
c. Lobus inferior, menghasilkan Antidiuretic Hormone
(ADH) (menurunkan volume air yang hilang dalam urine)
dan oksitosin (menstimulasi kontraksi otot polos saat
melahirkan dan pengeluaran ASI pada ibu menyusui.
2. TIROID (KELENJAR GONDOK)
• Menghasilkan hormon tiroksin (meningkatkan laju
metabolisme sel, menstimulasi konsumsi oksigen,
meningkatkan pengeluaran energi panas, serta
mengatur pertumbuhan dan perkembangan normal
tulang, gigi, jaringan ikat, dan saraf) dan triiodotironin.
3. PARATIROID (KELENJAR ANAK GONDOK)
• Menghasilkan hormon parathormon (parathyroid
Hormone/PTH) untuk mengendalikan keseimbangan
kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui stimulasi
aktivitas osteoklas (sel penghancur tulang), aktivasi
vitamin D, dan stimulasi reabsorpsi kalsium dari
tubulus ginjal.
4. ADRENAL (SUPRARENALIS/ANAK GINJAL)
• Adrenal bagian medula menghasilkan adrenalin
(epinefrin) (meningkatkan frekuensi jantung,
metabolisme, dan konsumsi oksigen) dan noradrenalin
(norepinefrin) (meningkatkan tekanan darah dan
menstimulasi otot jantung).
• Adrenal bagian korteks menghasilkan aldosteron
(mengatur keseimbangan air dan elektrolit),
glukokortikoid (memengaruhi metabolisme glukosa,
protein, lemak, dan menjaga membran lisosom), dan
gonadokortikoid (sebagai prekursor pengubahan
testosteron dan estrogen oleh jaringan lain.
5. PANKREAS
• Menghasilkan hormon glukagon (meningkatkan
penguraian glikogen di hati menjadi glukosa, dan
sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat),
insulin (menurunkan katabolisme lemak dan
protein, menurunkan kadar gula darah, serta
meningkatkan sintesis protein dan lemak),
somatostatin (penghalang hormon pertumbuhan
dan penghambat sekresi glukagon dan insulin),
dan polipeptida pankreas (fungsi belum
diketahui)
6. PINEAL (EPIFISIS SEREBRI)
• Menghasilkan melatonin yang berpengaruh pada
pelepasan gonadotropin dan menghambat
produksi melanin.
7. TIMUS
• Menghasilkan timosin untuk pengendalian
perkembangan sistem imun.
8. OVARIUM, TESTIS DAN PLASENTA
• Ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron;
testis menghasilkan testosteron; plasenta
menghasilkan gonadotropin korion, estrogen,
progesteron, dan somatotropin.
Kelenjar endokrin pada
manusia
III. PERBEDAAN SISTEM SARAF
DENGAN SISTEM ENDOKRIN
No Aspek Sistem Hormon Sistem Saraf
Pembeda
1. Aksi Lambat Cepat atau segera

2. Respons Tidak langsung, distribusi Langsung, distribusi lebih


lebih luas sempit
3. Pengaturan Jangka panjang (misal Jangka pendek (misal
pertumbuhan) kontraksi otot jantung)
4. Sekresi Hormon Neurotransmiter

5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antarneuron melalui


sinapsis
IV. SISTEM INDRA
A. Indra Penglihat (Mata)
• Mata adalah sistem optik yang
memfokuskan berkas cahaya pada
fotoreseptor dan mengubah energi cahaya
menjadi impuls saraf.
• Aksesori mata: alis, orbita, kelopak mata,
otot mata, dan air mata.
Struktur mata
• Lapisan luar bola mata: tunika fibrosa, sklera, dan
kornea (untuk mentransmisikan dan memfokuskan
cahaya).
• Lapisan tengah bola mata: koroid, badan siliari, iris
(bagian yang berwarna, mengendalikan diameter pupil),
dan pupil (ruang terbuka yang dilalui cahaya)
• Lensa, struktur bikonveks yang bening.
• Rongga mata, ruang anterior berisi aqueous humor
(mengandung nutrisi untuk lensa dan kornea) dan ruang
posterior berisi vitreous humor (mempertahankan
bentuk bola mata dan posisi retina terhadap kornea).
• Retina, lapisan paling dalam, tersusun dari:
• Bagian luar, terpigmentasi dan menyimpan vitamin A
• Bagian dalam, terdapat sel batang (berpigmen
rodopsin, tidak sensitif terhadap warna) dan sel kerucut
(berpigmen iodopsin, sensitif terhadap warna).
• Lutea makula
• Fovea sentralis (bintik kuning). Jika bayangan benda
tepat jatuh di bintik kuning, bayangan akan terlihat
jelas.
• Saraf mata, terhubung di sisi superior kelenjar hipofisis.
• Bintik buta, bagian yang tidak mengandung
fotoreseptor.
Anatomi mata manusia
Anatomi mata manusia
1. MEKANISME MELIHAT
• Cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap mata,
menembus kornea dan pupil.
• Inttensitas cahaya diatur oleh pupil, lalu cahaya diteruskan
menembus lensa mata ke retina.
• Daya akomodasi mata mengatur cahaya agar tepat jatuh di
bintik kuning retina.
• Impuls cahaya disampaikan saraf optik ke otak.
• Cahaya akan diinterpretasikan sehingga kita bisa
mengetahui apa yang kita lihat.
Titik jauh: jarak benda terjauh yang masih dapat dilihat
dengan jelas.
Titik dekat: jarak benda terdekat yang masih dapat dilihat
dengan jelas.
2. ADAPTASI TERHADAP GELAP DAN TERANG
• Adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis
terhadap intensitas cahaya yang memasuki retina saat
bergerak dari tempat gelap ke tempat terang, atau
sebaliknya.
• Dalam cahaya terang, semua rodopsin akan terurai
dengan cepat dan hanya tersisa sedikit. Berpindah
tempat dari terang ke gelap akan membutuhkan waktu
untuk menyintesis ulang rodopsin agar dapat melihat
jelas pada kondisi gelap.
• Sintesis rodopsin dan iodopsin perlu vitamin A.
• Pupil akan melebar dalam ruang gelap dan menyempit
dalam ruang terang
3. GANGGUAN/KELAINAN MATA
• Miopia (rabun dekat)
• Hipermetropia (rabun jauh)
• Presbiopia
• Kebutaan
• Kerabunan
• Rabun senja
• Buta warna
• Katarak
• Astigmatisma
• Mata juling (strabismus)
B. Indra Pembau (Hidung)
• Hidung memiliki kemoreseptor olfaktori untuk
menerima rangsangan berupa bau atau zat kimia
yang berbentuk gas.
• Epitelium olfaktori mengandung sel penunjang, sel
basal, dan sel olfaktori.
• Mekanisme mencium bau: gas masuk ke hidung 
larut pada selaput mukosa  merangsang silia sel
reseptor  rangsangan diteruskan ke otak untuk
diolah  jenis bau dapat diketahui.
• Gangguan indra pembau: hiposmia dan anosmia,
hiperosmia, sinusitis, dan polip.
Epitelium olfaktori
C. Indra Pengecap (Lidah)
• Lidah memiliki kemoreseptor berupa kuncup
pengecap yang terdapat pada papila lidah langit-
langit lunak, epiglotis, dan faring.
• Bentuk papila: filiformis (kerucut), fungiformis
(bulat), sirkumvalata (menonjol dan tersusun
seperti huruf V), dan foliata (seperti daun).
• Area kepekaan rasa:
• Rasa manis, di ujung lidah.
• Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping.
• Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang.
• Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.
D. Indra Pendengar (Telinga)
Struktur telinga
• Telinga luar: pinna/aurikula (daun telinga) dan membran
timpanum (gendang pendengar).
• Telinga tengah: tabung Eustachius (penghubung telinga dengan
faring, berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi
membran timpanum) dan osikel auditori (tulang pendengaran
maleus (martil), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi)).
• Telinga dalam: labirin tulang (terbagi menjadi vestibula
(mengandung reseptor keseimbangan tubuh), kanalis
semisirkularis (tiga saluran setengah lingkaran), dan koklea
(mengandung reseptor pendengaran)) dan labirin membranosa
(terdiri dari utrikulus dan sakulus yang dihubungkan oleh duktus
endolimfa).
1. MEKANISME MENDENGAR
• Gelombang bunyi ditangkap daun telinga  ke
kanal auditori eksternal  membantuk getaran
pada membran timpanum  ke osikel auditori
 ke fenestra vestibuli  terbentuk gelombang
tekanan pada perilimfa skala vestibuli  ke skala
timpani  getaran pada membran basilar  sel-
sel rambut melengkung  memicu impuls saraf
 ke serabut saraf vestibulokoklear (CN VIII) 
ke korteks auditori di otak  bunyi
diinterpretasikan.
2. PERANAN TELINGA DALAM KESEIMBANGAN
a. Ekuilibrium statis: kesadaran akan posisi kepala
terhadap gaya gravitasi jika tubuh diam.
• Reseptor yang berperan: makula pada dinding utrikulus
dan sakulus. Makula terdiri atas sel penunjang dan sel
rambut. Kumpulan sel rambut membentuk masa gelatin
yang mengandung otolit.
• Jika posisi kepala tegak lurus, otolit berada di puncak sel
rambut. Jika kepala miring arah otolit berubah dan sel
rambut melengkung  aktivasi sel reseptor  ke saraf
vestibulokoklear.
b. Ekuilibrium dinamis: kesadaran akan posisi
kepala saat merespons gerakan.
• Reseptor yang berperan: ampula yang berisi
krista, pada duktus semisirkular.
• Krista terdiri atas sel penunjang dan sel rambut
yang menonjol membentuk lapisan gelatin kupula

3. GANGGUAN INDRA PENDENGAR


• Tuli (tuna rungu), furunkulosis, otitis media, dan
mastoiditis.
E. Indra Peraba (Kulit)
Reseptor sensor pada kulit:
• Korpuskula Pacini, mendeteksi tekanan yang dalam (kuat)
dan getaran.
• Korpuskula Meissner, mendeteksi sentuhan.
• Cakram Merkel, mendeteksi sentuhan dan sebagai
reseptor raba yang beradaptasi lambat.
• Korpuskula Ruffini, reseptor tekanan dan tegangan di
sekitar jaringan ikat.
• Ujung bulbus Krause, mendeteksi tekanan sentuhan,
kesadaran posisi, dan gerakan.
• Ujung saraf bebas, mendeteksi rasa nyeri, sentuhan
ringan, dan suhu (panas/dingin).
V. PENGARUH NAPZA TERHADAP SISTEM
KOORDINASI
A. Pengertian NAPZA
• NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif, yaitu zat-zat yang jika dikonsumsi akan
memengaruhi sistem saraf pusat.
• Narkotika: zat/obat yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan
ketergantungan.
• Psikotropika: zat/obat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas normal dan perilaku.
• Zat adiktif: zat/obat yang dapat menyebabkan ketagihan.
B. Jenis NAPZA
1. Stimulan, dapat merangsang sistemsaraf pusat dan
menyebabkan organ tubuh bekerja lebih cepat.
Penggunanya lebih bertenaga serta lebih senang dan
gembira untuk sementara waktu. Contoh: amfetamin,
ekstasi, kokain, kafein, dan alkohol.
2. Depresan, menekan/mengurangi kerja sistem saraf
sehingga menurunkan aktivitas pemakainya menjadi
lambat atau tertidur. Contoh: opiat, barbiturat, alkohol,
dan ganja.
3. Halusinogen, mengacaukan sistem saraf pusat, memberi
mengaruh halusinasi berlebihan, dan khawatir berlebihan.
Contoh: ganja, bunga kecubung, lem, bensin, dan jamur
kotoran sapi.
C. Dampak Buruk Penyalahgunaan NAPZA
Gangguan fisik
• Jumlah zat yang sama tidak mampu menghasilkan rasa
atau akibat yang sama.
• Gejala berhenti menggunakan obat: rasa sakit di sekujur
tubuh.
• Mengacaukan denyut nadi, jantung, dan paru-paru.
Psikologis
• Kemampuan berpikir rasional menurun drastis.
• Ketergantungan psikologis
• Gangguan mental dan emosional
Ekonomi
• Butuh biaya besar untuk memenuhi
ketergantungan terhadap obat-obatan.
• Kerugian dalam berbagai aspek, seperti
kemanan, biaya kesehatan, dan kesempatan
pendidikan.
Sosial
• Rusuknya hubungan kekeluargaan dan
pertemanan.
• Berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
D. Kiat-kiat Menghindari
Penyalahgunaan NAPZA
• Tidak mencoba-coba menggunakan obat
terlarang.
• Meyakinkan diri tidak membutuhkan NAPZA
dalam menghadapi persoalan hidup.
• Membatasi pergaulan dengan kelompok
pengguna NAPZA.

Anda mungkin juga menyukai