Anda di halaman 1dari 66

BAB 9

SISTEM KOORDINASI
Tahukah Anda, bagaimana mekanisme kerja organ-organ sistem indra
berikut?
SISTIM KOORDINASI
adalah : serangkaian aktivitas yang melibatkan sistim
hormon, sistim saraf dan indra.
Sistim koordinasi dibedakan atas :
I.SISTIM SARAF
adalah : sistem organ pada hewan yang terdiri atas
serabut saraf yang tersusun atas sel-sel
saraf yang saling terhubung dan esensial
untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik
volunter dan involunter organ atau
jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis
tubuh
II. SISTIM HORMON
adalah :sekumpulan kelenjar dan organ yang
memproduksi hormon
I. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
OTAK

SISTIM SARAF PUSAT

SUMSUM TULANG BELAKANG


SISTIM SARAF
SARAF KRANIAL AFEREN
SISTIM SARAF TEPI
SARAF SPINAL SADAR
EFEREN

TIDAK
SADAR
A. Neuron (Sel Saraf)
I. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
A. Neuron (Sel Saraf)
 Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf.
terdiri atas bagian:
1. Badan sel. Berfungsi mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron.
2. Dendrit. Juluran sitoplasma untuk menerima impuls
dari sel lain untuk dikirimkan ke badan sel.
3. Akson. untuk mengirimkan impuls ke neuron lainnya.
Akson dibungkus selubung mielin. Bagian akson
tanpa mielin disebut nodus Ranvier untuk
mempercepat jalannya impuls. Mielin ditutupi oleh
selubung Schwann (neurilema).
 Neuron berdasarkan fungsi:
1. Neuron sensor (aferen): menghantarkan impuls
dari organ sensor ke saraf pusat.
2. Neuron motor (eferen): menghantarkan impuls dari
saraf pusat ke organ motor atau kelenjar.
3. Neuron konektor: penghubung antar neuron.
 Neuron berdasarkan juluran sitoplasma:
1.Neuron multipolar: satu akson dan dua dendrit atau
lebih.
2.Neuron bipolar: dua juluran berupa dendrit dan akson.
3.Neuron unipolar: neuron bipolar yang tampak hanya memiliki
satu juluran dari badan sel karena akson dan dendritnya
berfusi.
B. Sel Neuroglia (Glia)
Adalah sel penunjang pada saraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat.
Jenis sel glia:
 Astrosit, sebagai lem yang menyatukan neuron.
 Oligodendrosit, membentuk lapisan mielin.
 Mikroglia, untuk pertahanan imun.
 Sel ependima, membran epitelium yang melapisi rongga serebral dan medula
spinalis.
C. Sinapsis
 Adalah hubungan satu neuron dengan yang lain; titik temu ujung akson satu
neuron dengan dendrit dari neuron lain; atau hubungan ke otot dan kelenjar.
 Bagian sinapsis: prasinaps (bagian akson terminal), celah sinaps (ruang
antara prasinaps dengan pascasinaps), dan pascasinaps (bagian dendrit).
 Pada celah sinaps terdapat substansi kimia neurotransmiter untuk
mengirimkan impuls.
 Neurotransmiter dapat bersifat eksitasi (meningkatkan impuls) atau inhibisi
(menghambat impuls)
contoh Neurotransmiter
1.Asetilkolin adalah zat yang memacu hubungan antar neuron, neuron
dan otot polos intestinum serta neuron dan otot serat lintang
2.Dopamin adalah zat yang berfungsi untuk membuat seseorang fokus
pada hal – hal tertentu
Sinapsis
D. Impuls Saraf, Gerak Sadar, dan
Refleks
 Impuls saraf adalah rangsangan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan
luar, kemudian dibawa oleh neuron menjalari serabut saraf.
 Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan.
 Gerak sadar (disengaja/disadari):

impuls ➔ reseptor/indra ➔ saraf sensoris ➔ otak ➔


saraf motor ➔ efektor/otot
 Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari):

Impuls ➔ reseptor/indra ➔ saraf sensoris ➔ sumsum


tulang belakang ➔ saraf motor ➔ efektor/otot
E. Mekanisme Penghantaran Impuls

 Impuls yang diterima oleh reseptor dihantarkan oleh


dendrit menuju badan sel saraf dan akson, kemudian
dihantarkan ke neuron lainnya.
 Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi
potensial membran untuk bekerja mengirim impuls.
Energi tersebut dihasilkan oleh perbedaan komposisi
ion intraseluler dan ekstraseluler.
 Di dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K+,
dan Na+ rendah. Di luar sel, kation utamanya Na+. K+
rendah.
 Energi dipertahankan dengan cara pompa K + ke dalam
sel dan Na+ ke luar sel.
Tahap penghantaran impuls
 Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak menghantarkan impuls, ekstraseluler
bermuatan positif (+) dan intraseluler bermuatan negatif (-).
 Tahap depolarisasi. Neuron mendapat rangsang, saluran Na + terbuka dan Na+
masuk ke dalam sel. Terjadi perubahan muatan listrik: ekstraseluler
bermuatan negatif, intraseluler bermuatan positif.
 Tahap repolarisasi. Saluran Na+ tertutup, saluran K+ terbuka sehingga K+ keluar.
Kondisi akan kembali seperti tahap istirahat.
F. Sistem Saraf Pusat (SSP)
 Terdiri atas otak (serebral) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).
Keduanya dilapisi jaringan ikat yang disebut meninges, yang terdiri atas:

• Pia meter, lapisan paling dalam dan mengandung


pembuluh darah.
• Araknoid, lapisan tengah dan mengandung sedikit
pembuluh darah.
• Dura meter, lapisan terluar yang terdiri atas dua
lapisan. Lapisan terluar melekat pada kranium.
 Otak dan medula spinalis memiliki substansi abu-abu (bagian luar) dan
substansi putih (bagian dalam).
1. OTAK
Tersusun dari 100 milyar neuron yang terhubung oleh sinapsis membentuk
anyaman kompleks.
Bagian-bagian otak:
Serebrum (otak besar). Mengisi bagian depan dan atas rongga
tengkorak. Bagian terluarnya disebut korteks serebral, dan
bagian dalamnya disebut nukleus (ganglia) basal. Terdiri dari
:
(1) Lobus frontal
(2) Lobus Parietal
(3) Lobus temporal
(4) Lobus oksipital

Nukleus basal merupakan pusat koordinasi motor.


Bagian-bagian otak
Area fungsional serebrum
(2) Diensefalon. Terletak di antara serebrum dan otak tengah. Terdiri atas:

 Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan


impuls ke korteks otak besar, serta berperan
dalam sistem kesadaran dan kontrol motor.
 Hipotalamus, berfungsi mengendalikan sistem
saraf otonom, pusat pengaturan emosi, dan
memengaruhi sistem endokrin.
 Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi.
(3) Sistem limbik, yaitu cincin struktur otak depan yang mengelilingi otak dan
berfungsi dalam pengaturan emosi, mempertahankan kelangsungan hidup, pola
perilaku soioseksual, motivasi, dan belajar.
Sistem limbik penciuman dan respons emosional
(4) Mesensefalon (otak tengah), menghubungkan pons dan
serebelum (otak kecil) dengan otak besar, berfungsi
sebagai jalur penghantar dan pusat refleks, serta
meneruskan informasi penglihatan dan pendengaran.
(5) Pons Varolii (jembatan varol), mengatur frekuensi dan
kekuatan bernapas.
(6) Medula oblongata, berfungsi dalam pengendalian
ferkuensi denyut jantung, tekanan darah, pernapasan,
gerakan alat pencernaan makanan, menelan, muntah,
sekresi kelenjar pencernaan, dan mengatur gerak refleks.
(7) Serebelum (otak kecil), mempertahankan keseimbangan,
kontrol gerakan mata, meningkatkan kontraksi otot, serta
koordinasi gerakan sadar yang berkaitan dengan
keterampilan.
(8) Formasi retikuler, berfungsi memicu dan mempertahankan
kewaspadaan serta kesadaran.
2. MEDULA SPINALIS (SUMSUM TULANG BELAKANG)
 Berfungsi mengendalikan aktivitas refleks, komunikasi antara otak dengan semua
bagian tubuh, serta menghantarkan rangsangan koordinasi antara otot dan sendi
ke serebelum.
 Substansi abu-abu mengisi struktur dalam dan substansi putih mengisi struktur
bagian luar.
Struktur medua spinalis
G. Sistem Saraf Tepi (SST)
1. Saraf kranial
No Nama saraf kranial Fungsi

1 Saraf olfaktori (CN I) Indra penciuman

2 Saraf optik (CN II) Indra penglihatan

3 Saraf okulomotor (CN III) Impuls dari dan ke otot mata

4 Saraf troklear (CN IV) Impuls dari dan ke otot sadar mata

5 Saraf trigeminal (CN V) Impuls otot mastikasi, wajah, hidung, dan mulut

6 Saraf abdusen (CN VI) Impuls dari dan ke otot rektus lateral mata

7 Saraf fasial (CN VII) Impuls ekspresi wajah, lidah, kelenjar air mata dan saliva

8 Saraf vestibulokoklear (CN VIII) Impuls dari indra pendengaran

9 Saraf glosofaring (CN IX) Impuls otot bicara, menelan, kelenjar liudah, rasa pada
lidah
10 Saraf vagus (CN X) Impuls organ pada toraks dan abdomen

11 Saraf aksesori spinal (CN XI) Impuls faring, laring, trapezius, dan sternokleidomastoid

12 Saraf hipoglosal (CN XII) Impuls dari dan ke otot lidah


2. Saraf spinal
 Terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari segmen-segmen medula spinalis
dan diberi nama sesuai nama ruas tulang belakang.

Berdasarkan arah impuls, SST dibagi menjadi divisi


aferen (membawa informasi dari reseptor ke SSP
dan divisi eferen (membawa instruksi dari SSP ke
organ efektor.
Divisi eferen: sistem saraf somatik (neuron motor
pada otot rangka) dan sistem saraf otonom (neuron
motor pada otot polos)
Sistem saraf otonom: sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis.
Perbedaan saraf simpatis dengan parasimpatis

Perbedaan Saraf Simpatis Saraf Parasimpatis

Asal serat saraf Berasal dari bagian toraks Berasal dari area
dan lumbar medula kranium (kepala) dan
spinalis sakrum
Ukuran serat Pendek Panjang
praganglion
Ukuran serat Panjang Pendek
pascaganglion
Jenis Asetilkolin dan Asetilkolin
neurotransmite noradrenalin
r
efek Untuk aktivitas fisik berat Untuk keadaan tenang
H. Gangguan Sistem Saraf
 Meningitis, radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.
 Ensefalitis, peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.
 Neuritis, gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau
tekanan.
 Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat
gangguan metabolisme, tertutupnya aliran darah, atau kekurangan
vitamin neurotropik (B1, B6, dan B12).
 Epilepsi (ayan), penyakit serangan mendadak karena trauma kepala,
tumor otak, kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol.
 Alzheimer, sindrom kematian sel otak secara bersamaan.
 Gegar otak, bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan
perubahan fungsi mental atau kesadaran.
II. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
 Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang memproduksi
hormon, yaitu senyawa organik pembawa pesan kimiawi di dalam aliran darah
menuju sel atau jaringan tubuh.
 Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur aktivitas
tubuh seperti metabolisme, homeostasis, pertumbuhan, perkembangan seksual
dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi.
A. Karakteristik Kelenjar Endokrin
 Tidak memiliki saluran dan menyekresikan hormon
langsung ke dalam cairan di sekitar sel.
 Menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali
kelenjar paratiroid.
 Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi
banyak pembuluh darah dan ditopang oleh
jaringan ikat.
 Masa aktif kelenjar endokrin dalam menghasilkan
hormon berbeda-beda.
 Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat
oleh kadar hormon lainnya dan senyawa
nonhormon dalam darah, serta impuls saraf.
B. Kelenjar Endokrin dan Sekresi
Hormon
1. HIPOFISIS (PITUITARI)

a. Lobus anterior, menghasilkan hormon:


 Hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH):
Mengendalikan pertumbuhan sel, tulang, dan
kartilago; mengatur laju sintesis protein; serta
mengatur pemakaian lemak.
 Hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating
Hormone/TSH): meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan kelenjar tiroid (gondok), laju
produksi hormonnya (tiroksin), dan metabolisme
sel.
 Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic
Hormone/ACTH): merangsang kelenjar korteks
adrenal untuk menyekresi glukokortikoid.
 Hormon gonadotropin:
Follicle Stimulating Hormone (FSH): menstimulasi
pertumbuhan foliker ovarium dan memproduksi
hormon estrogen (wanita); menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan spermatozoa
(laki-laki)
Luteinizing Hormone (LH): bekerjasama dengan
FSH menstimulasi produksi estroge, berperan
dalam ovulasi dan sekresi progesteron (wanita);
menstimulasi produksi testosteron (laki-laki)
b. Lobus intermedia, menghasilkan endorfin
(mengilangkan nyeri alamiah, merespon stres, dan
aktivitas seperti olahraga) dan Melanocyte
Stimulating Hormone (MSH) (merangsang
pembentukan pigmen dan penyebaran sel
penghasilnya (melanosit) pada epidermis.
c. Lobus inferior, menghasilkan Antidiuretic
Hormone (ADH) (menurunkan volume air yang
hilang dalam urine) dan oksitosin (menstimulasi
kontraksi otot polos saat melahirkan dan
pengeluaran ASI pada ibu menyusui.
2. TIROID (KELENJAR GONDOK)
 Menghasilkan hormon tiroksin (meningkatkan laju metabolisme sel,
menstimulasi konsumsi oksigen, meningkatkan pengeluaran energi panas, serta
mengatur pertumbuhan dan perkembangan normal tulang, gigi, jaringan ikat,
dan saraf) dan triiodotironin.
3. PARATIROID (KELENJAR ANAK GONDOK)
 Menghasilkan hormon parathormon (parathyroid Hormone/PTH) untuk
mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui
stimulasi aktivitas osteoklas (sel penghancur tulang), aktivasi vitamin D, dan
stimulasi reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
4. ADRENAL (SUPRARENALIS/ANAK GINJAL)
 Adrenal bagian medula menghasilkan adrenalin
(epinefrin) (meningkatkan frekuensi jantung,
metabolisme, dan konsumsi oksigen) dan
noradrenalin (norepinefrin) (meningkatkan
tekanan darah dan menstimulasi otot jantung).
 Adrenal bagian korteks menghasilkan aldosteron
(mengatur keseimbangan air dan elektrolit),
glukokortikoid (memengaruhi metabolisme
glukosa, protein, lemak, dan menjaga membran
lisosom), dan gonadokortikoid (sebagai prekursor
pengubahan testosteron dan estrogen oleh
jaringan lain.
5. PANKREAS
 Menghasilkan hormon glukagon (meningkatkan penguraian glikogen di hati
menjadi glukosa, dan sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat), insulin
(menurunkan katabolisme lemak dan protein, menurunkan kadar gula darah,
serta meningkatkan sintesis protein dan lemak), somatostatin (penghalang
hormon pertumbuhan dan penghambat sekresi glukagon dan insulin), dan
polipeptida pankreas (fungsi belum diketahui)
6. PINEAL (EPIFISIS SEREBRI)
 Menghasilkan melatonin yang berpengaruh pada pelepasan gonadotropin dan
menghambat produksi melanin.
7. TIMUS
 Menghasilkan timosin untuk pengendalian perkembangan sistem imun.
8. OVARIUM, TESTIS DAN PLASENTA
 Ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron; testis menghasilkan
testosteron; plasenta menghasilkan gonadotropin korion, estrogen,
progesteron, dan somatotropin.
Kelenjar endokrin pada manusia
III. PERBEDAAN SISTEM SARAF DENGAN
SISTEM ENDOKRIN

No Aspek Sistem Hormon Sistem Saraf


Pembeda
1. Aksi Lambat Cepat atau segera

2. Respons Tidak langsung, distribusi Langsung, distribusi


lebih luas lebih sempit
3. Pengaturan Jangka panjang (misal Jangka pendek (misal
pertumbuhan) kontraksi otot jantung)
4. Sekresi Hormon Neurotransmiter

5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antarneuron melalui


sinapsis
IV. SISTEM INDRA

A. Indra Penglihat (Mata)


 Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada
fotoreseptor dan mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.
 Aksesori mata: alis, orbita, kelopak mata, otot mata, dan air mata.
Struktur mata
 Lapisan luar bola mata: tunika fibrosa, sklera,
dan kornea (untuk mentransmisikan dan
memfokuskan cahaya).
 Lapisan tengah bola mata: koroid, badan siliari,
iris (bagian yang berwarna, mengendalikan
diameter pupil), dan pupil (ruang terbuka yang
dilalui cahaya)
 Lensa, struktur bikonveks yang bening.
 Rongga mata, ruang anterior berisi aqueous humor
(mengandung nutrisi untuk lensa dan kornea) dan
ruang posterior berisi vitreous humor
(mempertahankan bentuk bola mata dan posisi
retina terhadap kornea).
 Retina, lapisan paling dalam, tersusun dari:
• Bagian luar, terpigmentasi dan menyimpan vitamin
A
• Bagian dalam, terdapat sel batang (berpigmen
rodopsin, tidak sensitif terhadap warna) dan sel
kerucut (berpigmen iodopsin, sensitif terhadap
warna).
• Lutea makula
• Fovea sentralis (bintik kuning). Jika bayangan
benda tepat jatuh di bintik kuning, bayangan akan
terlihat jelas.
• Saraf mata, terhubung di sisi superior kelenjar
hipofisis.
• Bintik buta, bagian yang tidak mengandung
fotoreseptor.
Anatomi mata manusia
Anatomi mata manusia
1. MEKANISME MELIHAT

 Cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap


mata, menembus kornea dan pupil.
 Inttensitas cahaya diatur oleh pupil, lalu cahaya
diteruskan menembus lensa mata ke retina.
 Daya akomodasi mata mengatur cahaya agar tepat
jatuh di bintik kuning retina.
 Impuls cahaya disampaikan saraf optik ke otak.
 Cahaya akan diinterpretasikan sehingga kita bisa
mengetahui apa yang kita lihat.
Titik jauh: jarak benda terjauh yang masih dapat
dilihat dengan jelas.
Titik dekat: jarak benda terdekat yang masih dapat
dilihat dengan jelas.
2. ADAPTASI TERHADAP GELAP DAN TERANG

 Adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis


terhadap intensitas cahaya yang memasuki retina
saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang,
atau sebaliknya.
 Dalam cahaya terang, semua rodopsin akan terurai
dengan cepat dan hanya tersisa sedikit. Berpindah
tempat dari terang ke gelap akan membutuhkan
waktu untuk menyintesis ulang rodopsin agar
dapat melihat jelas pada kondisi gelap.
 Sintesis rodopsin dan iodopsin perlu vitamin A.
 Pupil akan melebar dalam ruang gelap dan
menyempit dalam ruang terang
3. GANGGUAN/KELAINAN MATA
 Miopia (rabun dekat)
 Hipermetropia (rabun jauh)
 Presbiopia
 Kebutaan
 Kerabunan
 Rabun senja
 Buta warna
 Katarak
 Astigmatisma
 Mata juling (strabismus)
B. Indra Pembau (Hidung)
 Hidung memiliki kemoreseptor olfaktori untuk menerima rangsangan berupa
bau atau zat kimia yang berbentuk gas.
 Epitelium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal, dan sel olfaktori.
 Mekanisme mencium bau: gas masuk ke hidung ➔ larut pada selaput mukosa
➔ merangsang silia sel reseptor ➔ rangsangan diteruskan ke otak untuk diolah
➔ jenis bau dapat diketahui.
 Gangguan indra pembau: hiposmia dan anosmia, hiperosmia, sinusitis, dan
polip.
Epitelium olfaktori
C. Indra Pengecap (Lidah)
 Lidah memiliki kemoreseptor berupa kuncup pengecap yang terdapat pada
papila lidah langit-langit lunak, epiglotis, dan faring.
 Bentuk papila: filiformis (kerucut), fungiformis (bulat), sirkumvalata (menonjol
dan tersusun seperti huruf V), dan foliata (seperti daun).
 Area kepekaan rasa:

• Rasa manis, di ujung lidah.


• Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping.
• Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang.
• Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.
D. Indra Pendengar (Telinga)
Struktur telinga
 Telinga luar: pinna/aurikula (daun telinga) dan membran
timpanum (gendang pendengar).
 Telinga tengah: tabung Eustachius (penghubung telinga
dengan faring, berfungsi menyeimbangkan tekanan udara
pada kedua sisi membran timpanum) dan osikel auditori
(tulang pendengaran maleus (martil), inkus (landasan), dan
stapes (sanggurdi)).
 Telinga dalam: labirin tulang (terbagi menjadi vestibula
(mengandung reseptor keseimbangan tubuh), kanalis
semisirkularis (tiga saluran setengah lingkaran), dan koklea
(mengandung reseptor pendengaran)) dan labirin
membranosa (terdiri dari utrikulus dan sakulus yang
dihubungkan oleh duktus endolimfa).
1. MEKANISME MENDENGAR
 Gelombang bunyi ditangkap daun telinga ➔ ke kanal auditori eksternal ➔
membantuk getaran pada membran timpanum ➔ ke osikel auditori ➔ ke
fenestra vestibuli ➔ terbentuk gelombang tekanan pada perilimfa skala
vestibuli ➔ ke skala timpani ➔ getaran pada membran basilar ➔ sel-sel
rambut melengkung ➔ memicu impuls saraf ➔ ke serabut saraf
vestibulokoklear (CN VIII) ➔ ke korteks auditori di otak ➔ bunyi
diinterpretasikan.
2. PERANAN TELINGA DALAM KESEIMBANGAN

a. Ekuilibrium statis: kesadaran akan posisi kepala


terhadap gaya gravitasi jika tubuh diam.
 Reseptor yang berperan: makula pada dinding
utrikulus dan sakulus. Makula terdiri atas sel
penunjang dan sel rambut. Kumpulan sel rambut
membentuk masa gelatin yang mengandung otolit.
 Jika posisi kepala tegak lurus, otolit berada di
puncak sel rambut. Jika kepala miring arah otolit
berubah dan sel rambut melengkung ➔ aktivasi
sel reseptor ➔ ke saraf vestibulokoklear.
b. Ekuilibrium dinamis: kesadaran akan posisi kepala saat merespons gerakan.
 Reseptor yang berperan: ampula yang berisi krista, pada duktus semisirkular.
 Krista terdiri atas sel penunjang dan sel rambut yang menonjol membentuk
lapisan gelatin kupula

3. GANGGUAN INDRA PENDENGAR


 Tuli (tuna rungu), furunkulosis, otitis media, dan mastoiditis.
E. Indra Peraba (Kulit)
Reseptor sensor pada kulit:

 Korpuskula Pacini, mendeteksi tekanan yang


dalam (kuat) dan getaran.
 Korpuskula Meissner, mendeteksi sentuhan.
 Cakram Merkel, mendeteksi sentuhan dan sebagai
reseptor raba yang beradaptasi lambat.
 Korpuskula Ruffini, reseptor tekanan dan
tegangan di sekitar jaringan ikat.
 Ujung bulbus Krause, mendeteksi tekanan
sentuhan, kesadaran posisi, dan gerakan.
 Ujung saraf bebas, mendeteksi rasa nyeri,
sentuhan ringan, dan suhu (panas/dingin).
V. PENGARUH NAPZA TERHADAP
SISTEM KOORDINASI
A. Pengertian NAPZA
 NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif, yaitu zat-zat yang jika dikonsumsi
akan memengaruhi sistem saraf pusat.
 Narkotika: zat/obat yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan
ketergantungan.
 Psikotropika: zat/obat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas normal dan perilaku.
 Zat adiktif: zat/obat yang dapat menyebabkan ketagihan.
B. Jenis NAPZA
1. Stimulan, dapat merangsang sistemsaraf pusat dan
menyebabkan organ tubuh bekerja lebih cepat.
Penggunanya lebih bertenaga serta lebih senang dan
gembira untuk sementara waktu. Contoh:
amfetamin, ekstasi, kokain, kafein, dan alkohol.
2. Depresan, menekan/mengurangi kerja sistem saraf
sehingga menurunkan aktivitas pemakainya menjadi
lambat atau tertidur. Contoh: opiat, barbiturat,
alkohol, dan ganja.
3. Halusinogen, mengacaukan sistem saraf pusat,
memberi mengaruh halusinasi berlebihan, dan
khawatir berlebihan. Contoh: ganja, bunga
kecubung, lem, bensin, dan jamur kotoran sapi.
C. Dampak Buruk Penyalahgunaan NAPZA

Gangguan fisik
 Jumlah zat yang sama tidak mampu menghasilkan
rasa atau akibat yang sama.
 Gejala berhenti menggunakan obat: rasa sakit di
sekujur tubuh.
 Mengacaukan denyut nadi, jantung, dan paru-paru.
Psikologis
 Kemampuan berpikir rasional menurun drastis.
 Ketergantungan psikologis
 Gangguan mental dan emosional
Ekonomi
 Butuh biaya besar untuk memenuhi ketergantungan terhadap obat-obatan.
 Kerugian dalam berbagai aspek, seperti kemanan, biaya kesehatan, dan
kesempatan pendidikan.
Sosial
 Rusuknya hubungan kekeluargaan dan pertemanan.
 Berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
D. Kiat-kiat Menghindari
Penyalahgunaan NAPZA

 Tidak mencoba-coba menggunakan obat terlarang.


 Meyakinkan diri tidak membutuhkan NAPZA dalam menghadapi persoalan
hidup.
 Membatasi pergaulan dengan kelompok pengguna NAPZA.

Anda mungkin juga menyukai