Anda di halaman 1dari 67

SISTEM KOORDINASI

SISTEM
KOORDINASI

APA YANG BISA ANANDA CERITAKAN TENTANG GAMBAR INI


TAHUKAH ANDA, BAGAIMANA MEKANISME KERJA ORGAN-
ORGAN SISTEM INDRA BERIKUT?

TAHUKAH ANDA, BAGAIMANA MEKANISME KERJA ORGAN-


ORGAN SISTEM INDRA BERIKUT?
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Neuron (Sel Saraf)

Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf, terdiri atas bagian:


• Badan sel. Berfungsi mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
• Serabut saraf tdd:
1. Dendrit: Juluran sitoplasma untuk menerima impuls dari sel lain
ke badan sel.
2. Akson:Juluran sitoplasma yang panjang untuk mengirimkan impuls ke neuron
lainnya. Akson dibungkus selubung mielin.
• Nodus Ranvier : bagian akson tanpa mielin untuk mempercepat jalannya impuls.
• Schwann (neurilema) penunjang sel saraf berupa lemak, membungkus Selubung mielin
Neuron tidak dapat melakukan mitosis, namun serabutnya dapat beregenerasi.
• Tipe Neuron berdasarkan fungsi:
• Neuron sensor (aferen): menghantarkan impuls dari organ sensor ke saraf pusat.
• Neuron motor (eferen): menghantarkan impuls dari saraf pusat ke organ motor atau kelenjar.
• Neuron konektor: penghubung antar neuron.
Struktur sel saraf (neuron)
• Neuron berdasarkan juluran sitoplasma:
• Neuron multipolar: satu akson dan dua dendrit atau lebih.
• Neuron bipolar: dua juluran berupa dendrit dan akson.
• Neuron unipolar: neuron bipolar yang tampak hanya memiliki satu juluran dari badan
sel karena akson dan dendritnya berfusi.
Tabel perbedaan macam-macam neuron
Prinsip Penghantar Impuls
Penghantaran Lewat Sel Saraf

Muatan listrik di luar membran neuron adalah positif,


sedangkan muatan listrik di dalam neuron adalah negatif.
• keadaan seperti ini disebut
polarisasi
• Impuls berjalan sepanjang
akson,
• membran membran neuron
memulihkan keadaanya seperti
semula
• Selama masa pemulihan, impuls
tidak bisa melewati neuron
tersebut (periode refraktori)
Sumber : commons.wikimedia.org Sinapsis
Prinsip Penghantar Impuls
Penghantaran lewat Sinapsis

Sinapsis adalah penghubung yang mengendalikan komunikasi antarneuron.


Struktur sinapsis
Pada setiap neuron,
Akson berakhir pada suatu tonjolan kecil (tombol sinapsis)
Permukaan membran tombol sinapsis disebut membran prasinapsis.
Permukaan membran dendrit dari sel yang dituju disebut membran
post-sinapsis
Kedua membran dipisahkan oleh celah sinapsis

Pada sitoplasma,
tombol sinapsis terdapat neurotransmitter .
Neotransmitter adalah zat kimia yang menanggapi impuls elektrik pada
neuron dan dapat mentransmisikan impuls ke neuron berikutnya .
Prinsip Penghantar Impuls

Mekanisme Kerja Sinapsis

• Impuls tiba di tombol sinapsis


• Terjadi peningkatan permeabilitas membran prasinapsis
terhadap ion Ca
• Akibatnya , ion Ca masuk dan gelembung sinapsis melebur
dengan membran prasinapsis sambil melepaskan
neutransmitter ke celah sinapsis
• Kemudian neotransmitter dihirolisis oleh enzim yang
dikeluarkan membran postsinapsis
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Impuls Saraf, Gerak Sadar dan Gerak Refleks

• Impuls saraf adalah rangsangan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron menjalari serabut saraf.
• Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan.

• Gerak sadar (disengaja/disadari): Impuls  reseptor/indra  saraf sensoris 


otak  saraf motor  efektor/otot
• Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari):Impuls  reseptor/indra  saraf
sensoris  sumsum tulang belakang  saraf motor  efektor/otot
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Mekanisme Penghantaran Impuls
• Impuls yang diterima oleh reseptor dihantarkan oleh dendrit menuju badan
sel saraf dan akson, kemudian dihantarkan ke neuron lainnya.
• Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi potensial membran untuk
bekerja mengirim impuls. Energi tersebut dihasilkan oleh perbedaan
komposisi ion intraseluler dan ekstraseluler.
• Di dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K+, dan Na+ rendah. Di luar
sel, kation utamanya Na+. K+ rendah.
• Energi dipertahankan dengan cara pompa K+ ke dalam sel dan Na+ ke luar
sel.
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Mekanisme Penghantaran Impuls
Tahap penghantaran impuls
• Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak menghantarkan impuls,
ekstraseluler bermuatan positif (+) dan intraseluler bermuatan negatif (-).
• Tahap depolarisasi. Neuron mendapat rangsang, saluran Na+ terbuka dan
Na+ masuk ke dalam sel. Terjadi perubahan muatan listrik: ekstraseluler
bermuatan negatif, intraseluler bermuatan positif.
• Tahap repolarisasi. Saluran Na+ tertutup, saluran K+ terbuka sehingga K+
keluar. Kondisi akan kembali seperti tahap istirahat.
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem Saraf Pusat (SSP)
• Terdiri atas otak (serebral) dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis). Keduanya dilapisi jaringan ikat yang disebut meninges, yang
terdiri atas:
• Pia meter, lapisan paling dalam dan mengandung pembuluh darah.
• Araknoid, lapisan tengah dan mengandung sedikit pembuluh darah.
• Dura meter, lapisan terluar yang terdiri atas dua lapisan. Lapisan
terluar melekat pada kranium.
• Otak dan medula spinalis memiliki substansi abu-abu (bagian luar) dan
substansi putih (bagian dalam).
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem Saraf Pusat (SSP)
1. OTAK
Bagian-bagian otak:
(1) Serebrum (otak besar). Mengisi bagian depan dan atas rongga
tengkorak. Bagian terluarnya disebut korteks serebral, dan
bagian dalamnya disebut nukleus (ganglia) basal.
Terdiri dari empat lobus :
1. frontal : mengatur kemampuan berpikir,
2. parietal : memproses stimulus dari indra
3. oksipital : mengatur kemampuan penglihatan
4. temporal : menangkap impuls dari indra pendengaran
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem Saraf Pusat (SSP)

Area fungsional korteks serebral:


• Area motor primer, mengendalikan kemampuan bicara.
• Area sensor korteks, meliputi area sensor, area visual, area
auditori, area alfaktori, dan area pengecap.
• Area asosiasi, meliputi area frontal (pusat intelektual dan
fisik), area somatik (pusat interpretasi), area visual, dan area
wicara Wernicke.
Nukleus basal merupakan pusat koordinasi motor.
Bagian-bagian otak
Sumber : commons.wikimedia.org
Sumber : commons.wikimedia.org
Area fungsional serebrum
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem Saraf Pusat (SSP)

(2) Diensefalon. Terletak di antara serebrum dan otak tengah. Terdiri atas:
• Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan impuls ke korteks otak
besar, serta berperan dalam sistem kesadaran dan kontrol motor.
• Hipotalamus, berfungsi mengendalikan sistem saraf otonom, pusat
pengaturan emosi, dan memengaruhi sistem endokrin.
• Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi.
(3) Sistem limbik, yaitu cincin struktur otak depan yang mengelilingi otak
dan berfungsi dalam pengaturan emosi, mempertahankan kelangsungan
hidup, pola perilaku sosioseksual, motivasi, dan belajar.
Sistem limbik penciuman dan respons emosional
Sumber : commons.wikimedia.org
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem Saraf Pusat (SSP)
(4) Mesensefalon (otak tengah), menghubungkan pons dan serebelum (otak kecil) dengan otak
besar, berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks, serta meneruskan informasi
penglihatan dan pendengaran.
(5) Pons Varolii (jembatan varol), mengatur frekuensi dan kekuatan bernapas.
(6) Serebelum (otak kecil), mempertahankan keseimbangan, kontrol gerakan mata,
meningkatkan kontraksi otot, serta koordinasi gerakan sadar yang berkaitan dengan
keterampilan.
(7) Medula oblongata, berfungsi dalam pengendalian ferkuensi denyut jantung, tekanan darah,
pernapasan, gerakan alat pencernaan makanan, menelan, muntah, sekresi kelenjar
pencernaan, dan mengatur gerak refleks.
(8) Formasi retikuler, berfungsi memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran.
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem Saraf Pusat (SSP)
2. MEDULA SPINALIS (SUMSUM TULANG BELAKANG)
• Berfungsi mengendalikan aktivitas refleks, komunikasi antara otak
dengan semua bagian tubuh, serta menghantarkan rangsangan
koordinasi antara otot dan sendi ke serebelum.
• Substansi abu-abu mengisi struktur dalam dan substansi putih mengisi
struktur bagian luar.
Struktur medula spinalis

Sumber :es.wikipedia.org
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem Saraf Tepi (SST)
1. Saraf kranial

upload.wikimedia.org
No Nama saraf kranial Fungsi
1 Saraf olfaktori (CN I) Indra penciuman
2 Saraf optik (CN II) Indra penglihatan
3 Saraf okulomotor (CN III) Impuls dari dan ke otot mata
4 Saraf troklear (CN IV) Impuls dari dan ke otot sadar mata
5 Saraf trigeminal (CN V) Impuls otot mastikasi, wajah, hidung, dan mulut
6 Saraf abdusen (CN VI) Impuls dari dan ke otot rektus lateral mata
7 Saraf fasial (CN VII) Impuls ekspresi wajah, lidah, kelenjar air mata dan saliva

8 Saraf vestibulokoklear (CN VIII) Impuls dari indra pendengaran

9 Saraf glosofaring (CN IX) Impuls otot bicara, menelan, kelenjar liudah, rasa pada lidah

10 Saraf vagus (CN X) Impuls organ pada toraks dan abdomen


11 Saraf aksesori spinal (CN XI) Impuls faring, laring, trapezius, dan sternokleidomastoid

12 Saraf hipoglosal (CN XII) Impuls dari dan ke otot lidah


A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem Saraf Tepi (SST)
2. Saraf spinal
• Terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari segmen-segmen medula spinalis dan diberi
nama sesuai nama ruas tulang belakang.

Berdasarkan arah impuls, SST dibagi menjadi divisi aferen (membawa informasi dari reseptor
ke SSP dan divisi eferen (membawa instruksi dari SSP ke organ efektor.
Divisi eferen: sistem saraf somatik (neuron motor pada otot rangka) dan sistem saraf otonom
(neuron motor pada otot polos)
Sistem saraf otonom: sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Perbedaan saraf simpatis dengan parasimpatis
Perbedaan Saraf Simpatis Saraf Parasimpatis

Asal serat saraf Berasal dari bagian toraks dan lumbar Berasal dari area kranium (kepala)
medula spinalis dan sakrum

Ukuran serat Pendek Panjang


praganglion

Ukuran serat Panjang Pendek


pascaganglion

Jenis neurotransmiter Aaasetilkolin dan noradrenalin Asetilkolin

efek Untuk aktivitas fisik berat Untuk keadaan tenang


Saraf Autonom

Sistem Saraf Tepi


Saraf Autonom

Sistem
Saraf Tepi
A. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Gangguan Sistem Saraf
• Meningitis, radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.
• Ensefalitis, peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.
• Neuritis, gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau tekanan.
• Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat gangguan metabolisme,
tertutupnya aliran darah, atau kekurangan vitamin neurotropik (B1, B6, dan B12).
• Epilepsi (ayan), penyakit serangan mendadak karena trauma kepala, tumor otak, kerusakan
otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol.
• Alzheimer, sindrom kematian sel otak secara bersamaan.
• Gegar otak, bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan perubahan fungsi
mental atau kesadaran.
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
• Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang
memproduksi hormon, yaitu senyawa organik pembawa pesan
kimiawi di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan tubuh.
• Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi
mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis,
pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus
tidur, serta siklus nutrisi.
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
Karakteristik Kelenjar Endokrin
• Tidak memiliki saluran dan menyekresikan hormon langsung ke dalam
cairan di sekitar sel.
• Menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali kelenjar paratiroid.
• Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak pembuluh
darah dan ditopang oleh jaringan ikat.
• Masa aktif kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-
beda.
• Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat oleh kadar hormon
lainnya dan senyawa nonhormon dalam darah, serta impuls saraf.
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon

1. HIPOFISIS (PITUITARI)
a. Lobus anterior, menghasilkan hormon:
• Hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH): Mengendalikan
pertumbuhan sel, tulang, dan kartilago; mengatur laju sintesis protein;
serta mengatur pemakaian lemak.
• Hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone/TSH):
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar tiroid
(gondok), laju produksi hormonnya (tiroksin), dan metabolisme sel.
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon

• Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic Hormone/ACTH):


merangsang kelenjar korteks adrenal untuk menyekresi glukokortikoid.
• Hormon gonadotropin:
Follicle Stimulating Hormone (FSH): menstimulasi pertumbuhan foliker
ovarium dan memproduksi hormon estrogen (wanita); menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan spermatozoa (laki-laki)
Luteinizing Hormone (LH): bekerjasama dengan FSH menstimulasi
produksi estroge, berperan dalam ovulasi dan sekresi progesteron
(wanita); menstimulasi produksi testosteron (laki-laki)
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon

b. Lobus intermedia, menghasilkan endorfin (mengilangkan nyeri alamiah,


merespon stres, dan aktivitas seperti olahraga) dan Melanocyte
Stimulating Hormone (MSH) (merangsang pembentukan pigmen dan
penyebaran sel penghasilnya (melanosit) pada epidermis.
c. Lobus inferior, menghasilkan Antidiuretic Hormone (ADH) (menurunkan
volume air yang hilang dalam urine) dan oksitosin (menstimulasi kontraksi
otot polos saat melahirkan dan pengeluaran ASI pada ibu menyusui.
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon
2. TIROID (KELENJAR GONDOK)
• Menghasilkan hormon tiroksin (meningkatkan laju metabolisme sel, menstimulasi
konsumsi oksigen, meningkatkan pengeluaran energi panas, serta mengatur
pertumbuhan dan perkembangan normal tulang, gigi, jaringan ikat, dan saraf) dan
triiodotironin.
3. PARATIROID (KELENJAR ANAK GONDOK)
• Menghasilkan hormon parathormon (parathyroid Hormone/PTH) untuk
mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui stimulasi
aktivitas osteoklas (sel penghancur tulang), aktivasi vitamin D, dan stimulasi
reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon
4. ADRENAL (SUPRARENALIS/ANAK GINJAL)
• Adrenal bagian medula menghasilkan adrenalin (epinefrin) (meningkatkan
frekuensi jantung, metabolisme, dan konsumsi oksigen) dan noradrenalin
(norepinefrin) (meningkatkan tekanan darah dan menstimulasi otot jantung).
• Adrenal bagian korteks menghasilkan aldosteron (mengatur keseimbangan air
dan elektrolit), glukokortikoid (memengaruhi metabolisme glukosa, protein,
lemak, dan menjaga membran lisosom), dan gonadokortikoid (sebagai
prekursor pengubahan testosteron dan estrogen oleh jaringan lain.
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon

5. PANKREAS
• Menghasilkan hormon glukagon (meningkatkan penguraian glikogen di
hati menjadi glukosa, dan sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat),
insulin (menurunkan katabolisme lemak dan protein, menurunkan kadar
gula darah, serta meningkatkan sintesis protein dan lemak),
somatostatin (penghalang hormon pertumbuhan dan penghambat
sekresi glukagon dan insulin), dan polipeptida pankreas (fungsi belum
diketahui).
B. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon

6. PINEAL (EPIFISIS SEREBRI)


• Menghasilkan melatonin yang berpengaruh pada pelepasan gonadotropin dan menghambat
produksi melanin.

7. TIMUS
• Menghasilkan timosin untuk pengendalian perkembangan sistem imun.

8. OVARIUM, TESTIS DAN PLASENTA


• Ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron; testis menghasilkan testosteron; plasenta
menghasilkan gonadotropin korion, estrogen, progesteron, dan somatotropin.
Sumber : en.wikipedia.org
Kelenjar endokrin pada manusia
C. PERBEDAAN SISTEM SARAF DENGAN SISTEM ENDOKRIN

No Aspek Pembeda Sistem Hormon Sistem Saraf

1. Aksi Lambat Cepat atau segera

2. Respons Tidak langsung, distribusi lebih luas Langsung, distribusi lebih sempit

3. Pengaturan Jangka panjang (misal Jangka pendek (misal kontraksi otot


pertumbuhan) jantung)
4. Sekresi Hormon Neurotransmiter

5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antarneuron melalui sinapsis


D. SISTEM INDERA
Indera Penglihatan (Mata)
• Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada
fotoreseptor dan mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.
• Aksesori mata: alis, orbita, kelopak mata, otot mata, dan air mata.
D. SISTEM INDERA
Indera Penglihatan (Mata)
Struktur mata
• Lapisan luar bola mata: tunika fibrosa, sklera, dan kornea (untuk
mentransmisikan dan memfokuskan cahaya).
• Lapisan tengah bola mata: koroid, badan siliari, iris (bagian yang berwarna,
mengendalikan diameter pupil), dan pupil (ruang terbuka yang dilalui cahaya)
• Lensa, struktur bikonveks yang bening.
• Rongga mata, ruang anterior berisi aqueous humor (mengandung nutrisi untuk
lensa dan kornea) dan ruang posterior berisi vitreous humor (mempertahankan
bentuk bola mata dan posisi retina terhadap kornea).
D. SISTEM INDERA
Indera Penglihatan (Mata)
• Retina, lapisan paling dalam, tersusun dari:
• Bagian luar, terpigmentasi dan menyimpan vitamin A
• Bagian dalam, terdapat sel batang (berpigmen rodopsin, tidak sensitif terhadap
warna) dan sel kerucut (berpigmen iodopsin, sensitif terhadap warna).
• Lutea makula
• Fovea sentralis (bintik kuning). Jika bayangan benda tepat jatuh di bintik
kuning, bayangan akan terlihat jelas.
• Saraf mata, terhubung di sisi superior kelenjar hipofisis.
• Bintik buta, bagian yang tidak mengandung fotoreseptor.
Anatomi mata manusia
Sumber : commons.wikimedia.org
Anatomi mata manusia
D. SISTEM INDERA
Indera Penglihatan (Mata)
1. MEKANISME MELIHAT
• Cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap mata, menembus kornea dan pupil.
• Inttensitas cahaya diatur oleh pupil, lalu cahaya diteruskan menembus lensa mata ke
retina.
• Daya akomodasi mata mengatur cahaya agar tepat jatuh di bintik kuning retina.
• Impuls cahaya disampaikan saraf optik ke otak.
• Cahaya akan diinterpretasikan sehingga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat.
Titik jauh: jarak benda terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas.
Titik dekat: jarak benda terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas.
D. SISTEM INDERA
Indera Penglihatan (Mata)
2. ADAPTASI TERHADAP GELAP DAN TERANG
• Adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis terhadap intensitas cahaya
yang memasuki retina saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang, atau
sebaliknya.
• Dalam cahaya terang, semua rodopsin akan terurai dengan cepat dan hanya
tersisa sedikit. Berpindah tempat dari terang ke gelap akan membutuhkan
waktu untuk menyintesis ulang rodopsin agar dapat melihat jelas pada
kondisi gelap.
• Sintesis rodopsin dan iodopsin perlu vitamin A.
• Pupil akan melebar dalam ruang gelap dan menyempit dalam ruang terang
D. SISTEM INDERA
Indera Penglihatan (Mata)
3. GANGGUAN/KELAINAN MATA
• Miopia (rabun dekat)
• Hipermetropia (rabun jauh)
• Presbiopia
• Kebutaan
• Kerabunan
• Rabun senja
• Buta warna
• Katarak
• Astigmatisma
• Mata juling (strabismus)
D. SISTEM INDERA
Indera Pembau (Hidung)
• Hidung memiliki kemoreseptor olfaktori untuk menerima
rangsangan berupa bau atau zat kimia yang berbentuk gas.
• Epitelium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal, dan sel
olfaktori.
• Mekanisme mencium bau: gas masuk ke hidung  larut pada
selaput mukosa  merangsang silia sel reseptor  rangsangan
diteruskan ke otak untuk diolah  jenis bau dapat diketahui.
• Gangguan indra pembau: hiposmia dan anosmia, hiperosmia,
sinusitis, dan polip.
Sumber : commons.wikimedia.org Epitelium olfaktori
D. SISTEM INDERA
Indera Pengecap (Lidah)
• Lidah memiliki kemoreseptor berupa kuncup pengecap yang terdapat pada papila
lidah langit-langit lunak, epiglotis, dan faring.
• Bentuk papila: filiformis (kerucut), fungiformis (bulat), sirkumvalata (menonjol dan
tersusun seperti huruf V), dan foliata (seperti daun).
• Area kepekaan rasa:
• Rasa manis, di ujung lidah.
• Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping.
• Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang.
• Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.
D. SISTEM INDERA
Indera Pendengar (Telinga)
Struktur telinga
• Telinga luar: pinna/aurikula (daun telinga) dan membran timpanum (gendang pendengar).
• Telinga tengah: tabung Eustachius (penghubung telinga dengan faring, berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpanum) dan osikel auditori
(tulang pendengaran maleus (martil), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi)).
• Telinga dalam: labirin tulang (terbagi menjadi vestibula (mengandung reseptor
keseimbangan tubuh), kanalis semisirkularis (tiga saluran setengah lingkaran), dan koklea
(mengandung reseptor pendengaran)) dan labirin membranosa (terdiri dari utrikulus dan
sakulus yang dihubungkan oleh duktus endolimfa).
D. SISTEM INDERA
Indera Pendengar (Telinga)

1. MEKANISME MENDENGAR
• Gelombang bunyi ditangkap daun telinga  ke kanal auditori eksternal 
membantuk getaran pada membran timpanum  ke osikel auditori  ke
fenestra vestibuli  terbentuk gelombang tekanan pada perilimfa skala vestibuli
 ke skala timpani  getaran pada membran basilar  sel-sel rambut
melengkung  memicu impuls saraf  ke serabut saraf vestibulokoklear (CN
VIII)  ke korteks auditori di otak  bunyi diinterpretasikan.
D. SISTEM INDERA
Indera Pendengar (Telinga)
2. PERANAN TELINGA DALAM KESEIMBANGAN
a. Ekuilibrium statis: kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika
tubuh diam.
• Reseptor yang berperan: makula pada dinding utrikulus dan sakulus. Makula
terdiri atas sel penunjang dan sel rambut. Kumpulan sel rambut membentuk
masa gelatin yang mengandung otolit.
• Jika posisi kepala tegak lurus, otolit berada di puncak sel rambut. Jika kepala
miring arah otolit berubah dan sel rambut melengkung  aktivasi sel
reseptor  ke saraf vestibulokoklear.
D. SISTEM INDERA
Indera Pendengar (Telinga)
b. Ekuilibrium dinamis: kesadaran akan posisi kepala saat merespons
gerakan.
• Reseptor yang berperan: ampula yang berisi krista, pada duktus
semisirkular.
• Krista terdiri atas sel penunjang dan sel rambut yang menonjol
membentuk lapisan gelatin kupula

3. GANGGUAN INDRA PENDENGAR


• Tuli (tuna rungu), furunkulosis, otitis media, dan mastoiditis.
D. SISTEM INDERA
Indera Peraba (Kulit)
Reseptor sensor pada kulit:
• Korpuskula Paccini, mendeteksi tekanan yang dalam (kuat) dan getaran.
• Korpuskula Meissner, mendeteksi sentuhan.
• Cakram Merkel, mendeteksi sentuhan dan sebagai reseptor raba yang
beradaptasi lambat.
• Korpuskula Ruffini, reseptor tekanan dan tegangan di sekitar jaringan ikat.
• Ujung bulbus Krause, mendeteksi tekanan sentuhan, kesadaran posisi, dan
gerakan.
• Ujung saraf bebas, mendeteksi rasa nyeri, sentuhan ringan, dan suhu
(panas/dingin).
E. PENGARUH NAPZA TERHADAP SISTEM KOORDINASI
Pengertian NAPZA

• NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif, yaitu
zat-zat yang jika dikonsumsi akan memengaruhi sistem saraf pusat.
• Narkotika: zat/obat yang menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi/menghilangkan rasa nyeri, dan
menimbulkan ketergantungan.
• Psikotropika: zat/obat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas
normal dan perilaku.
• Zat adiktif: zat/obat yang dapat menyebabkan ketagihan.
E. PENGARUH NAPZA TERHADAP SISTEM KOORDINASI
Jenis NAPZA
1. Stimulan, dapat merangsang sistem saraf pusat dan menyebabkan organ tubuh
bekerja lebih cepat. Penggunanya lebih bertenaga serta lebih senang dan
gembira untuk sementara waktu. Contoh: amfetamin, ekstasi, kokain, kafein, dan
alkohol.
2. Depresan, menekan/mengurangi kerja sistem saraf sehingga menurunkan
aktivitas pemakainya menjadi lambat atau tertidur. Contoh: opiat, barbiturat,
alkohol, dan ganja.
3. Halusinogen, mengacaukan sistem saraf pusat, memberi pengaruh halusinasi
berlebihan, dan khawatir berlebihan. Contoh: ganja, bunga kecubung, lem,
bensin, dan jamur kotoran sapi.
E. PENGARUH NAPZA TERHADAP SISTEM KOORDINASI
Dampak Buruk Penyalahgunaan NAPZA
Gangguan fisik
• Jumlah zat yang sama tidak mampu menghasilkan rasa atau akibat yang sama.
• Gejala berhenti menggunakan obat: rasa sakit di sekujur tubuh.
• Mengacaukan denyut nadi, jantung, dan paru-paru.
Psikologis
• Kemampuan berpikir rasional menurun drastis.
• Ketergantungan psikologis
• Gangguan mental dan emosional
E. PENGARUH NAPZA TERHADAP SISTEM KOORDINASI
Dampak Buruk Penyalahgunaan NAPZA
Ekonomi
• Butuh biaya besar untuk memenuhi ketergantungan terhadap obat-
obatan.
• Kerugian dalam berbagai aspek, seperti kemanan, biaya kesehatan, dan
kesempatan pendidikan.
Sosial
• Rusaknya hubungan kekeluargaan dan pertemanan.
• Berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
E. PENGARUH NAPZA TERHADAP SISTEM KOORDINASI
Kiat Menghindari Penyalahgunaan NAPZA
• Tidak mencoba-coba menggunakan obat terlarang.
• Meyakinkan diri tidak membutuhkan NAPZA dalam menghadapi
persoalan hidup.
• Membatasi pergaulan dengan kelompok pengguna NAPZA.

Anda mungkin juga menyukai