Anda di halaman 1dari 38

TUGAS RESUME KMB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN

DIBUAT OLEH
RACHMAT HIDAYAT
18019

DOSEN PEMBIMBING
Ns. ADE RAHMAN, M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM I/BB


PADANG
2019-2020
1. Anatomi Sistem Saraf
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf,
lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan
khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas,
atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur
oleh sistem saraf dalam tiga cara utama :

1.  Input Sensorik: Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui


reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun
internal (reseptor viseral).
2.  Antivitas Integratif: Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik
yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang
kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon
terhadap informasi bisa terjadi.
3.Output Motorik: Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon
yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.

  Pembagian sistem saraf secara anatomis atau secara struktural dibedakan atas


2 divisi anatomi yaitu :

1.   Sistem Saraf Pusat ( sentral ) terdiri dari otak dan medulla spinalis
 ( sumsum tulang belakang)  yang dilindungi tulang kranium dan kanal
vertebral.
2.   Sistem Saraf Perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh.
Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal.  Yang
menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor.
Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan
sistem eferen.
a. Saraf Aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor
sensorik ke Sistem Saraf Pusat
b.  Saraf Eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot
dan kelenjar. Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua
subdivisi :
a) Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan
lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik
volunter pada otot rangka.
b) Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon
involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan
cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur .
·  Saraf Simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada
medulla spinalis
·  Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral
pada medulla spinalis.
·  Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom
memiliki inervasi simpatis dan parasimpatis.

2. Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron


    Neuron atau sel saraf adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf.
Neuron mempunyai kemampuan dalam konduktivitas (penghantar) dan
kemampuan eksistabilitas (dapat dirangsang), serta kemampuan merespon
ransangan dengan sangat baik. Neuron terdiri atas beberapa bagian-bagian yang
setiap jenisnya berbeda antara satu dengan yang lain. Di otak terdapat sekitar
100 milliar neuron dan sel  glial. Neuron berkomunikasi melalui persimpangan
neuron yang disebut sinapsis. 
            Bagian - bagian Sel Saraf (Neuron) adalah sebagai berikut:
1. Badan Sel atau Perikarion, yaitu suatu neuron yang mengendalikan
metabolisme keseluruhan neuron serta berfungsi untuk menerima impuls
(ransangan) dari dendrit dan meneruskan ke Akson (neurit). Bagian ini tersusun
dari komponen berikut :
a. Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain
seperti kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nucleus ini tidak
memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
b. Badan nissl, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-
ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
c. Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat
dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan
perak.
2. Dendrit, adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan
pendek, serta berfungsi dendrit berfungsi untuk menghantar impuls ke sel
tubuh. Permukaan dendrit penuh dengan Spina dendrit yang dikhususkan untuk
berhubungan dengan neuron lain.
3. Akson, adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari
dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke
sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal
akson. Akson memiliki bagian-bagian spesifik. Bagian-bagian akson adalah
sebagai berikut:
a.   Neurofibril : Neurofibril adalah bagian terdalam dari akson,
berupa serabut-serabut halus. Bagian-bagian pada akson inilah
yang mempunya tugas pokok atau funsi yaitu untuk meneruskan
impuls
b. Selubung Mielin : Selubung mielin merupakan bagian yang
tersusun atas sel-sel pipih yang juga disebut dengan sel Schwann.
Selubung Mielin adalah bagian paling luar dari akson. Fungsi
Selubung Mielin adalah untuk melindungi akson. Selain dari itu,
selubung mielin memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson
c. Nodus Ranvier : Nodus ranvier adalah bagian akson yang
menyempit dan tidak dilapisi oleh selubung mielin. Bagian dari
akson ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya bagian-
bagian ini, nodus ranvier terlihat seperti berbuku-buku. Fungsi
nodus ranvier adalah sebagai loncatan untuk mempercepat
impuls saraf ke otak atau sebaliknya. 
d. Sel Schwann : Sel Schwann merupakan sel yang menjadi
pembungkus selubung mielin. Sel Schwann memiliki fungsi
untuk menghasilkan lemak berkali-kali hingga terbentuklah
selubung mielin. Fungsi dari sel schwann sendiri adalah untuk
mempercepat pergerakan rangsangan, membantu dalam
menyediakan persediaan makanan untuk akson dan juga
membantu neurit dalam melakukan regenerasi.

3.Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron


           
· Susunan Sistem Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

1.     SSP (Sistem Saraf Pusat)

a.    Otak

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur
dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak,
beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak
besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak dibagi
menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah cerebrum, mesenchepalon,
dienchephalaon, thalamus, lobus frontalis, lobus temporalis, lobus parientalis,
lobus oksipitalis,  pons varoli, hipotalamus, ganglia basalis.

Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan araknoid, dan
lapisan piameter.

1. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak


dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang
tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus
dari otak dan medula spinalis.
2.  Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri
dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini
disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut
cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan
medulla spinalis dari guncangan.
3. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan
melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh
darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.

             

2. SST (Sistem Saraf  Tepi/Perifer)

Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang  menghubungkan semua


bagian  tubuh dengan sistem saraf pusat. Ada 2 sistem saraf tepi yaitu

a.      Sistem saraf sadar/somatic

Sistem saraf sadar/somatik merupakan sistem saraf yang  kerjanya


berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak.  Bedakan menjadi dua
yaitu:1. Sistem saraf pada otak, merupakan sistem saraf yang berpusat
pada otak dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf,

2.Sistem saraf sumsum spinalis, merupakan sistem saraf yang


berpusat pada medula spinali (sumsum tulang belakang) yang
berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis.
31 pasang saraf medula spinalis.

b.      Sistem Saraf Tak Sadar

            Sistem saraf otonom, mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang
tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan
dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah
dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik.

1.    Sistem saraf simpatik, Disebut juga sistem saraf torakolumbar,


karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1
sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion
atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang.
Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah untuk mempercepat
denyut jantung, memperlebar pembuluh darah, memperlebar
bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak
peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu,
menurunkan sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin.

2.    Sistem saraf parasimpatik, disebut juga dengan sistem saraf


kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan
daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jarring-jaring
yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di
seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai
oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik memiliki
fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik.
Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat
denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan
memperlambat denyut jantung(Suyitno, 2007: 34-40)

·         Klasifikasi Neuron:
            Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi
impulsnya yaitu:
1.    Neuron Sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari
reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke
sistem saraf pusat.
2.      Neuron Motorik menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat
ke efektor.
3.      Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya
dalam sistem saraf pusat. Neuron ini menghubungkan neuron
sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lain.
        Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah
prosesusnya yaitu :
1.    Neuron Multipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau
lebih. Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak
dan medulla spinalis, masuk dalam golongan ini.
2.    Neuron Bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini
ditemukan pada organ indera, seperti mata, telinga, dan hidung.
3.    Neuron Unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal,
tetapi neuron ini sebenarnya bipolar.

2.4. Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis ( Spinal


Cord)

            Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan


dari sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang
dilindungi oleh tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang
memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan.

Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu,


maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan
kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).

·         Anatomi Sumsum Tulang Belakang

Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem


saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang
atau biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem
saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang melindungi
sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:

            Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf


spinalis yang berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral
(anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung
membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan
(motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen
dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. 31 pasang saraf spinalis terdiri
dari :

1.    Vertebra Servikalis ( ruas tulang leher ) yang berjumlah 7 buah


dan membentuk daerah tengkuk.
2.    Vertebra Torakalis ( ruas tulang punggung ) yang berjumlah 12
buah dan membentuk bagian belakang torax atau dada.
3.    Vertebra Lumbalis ( ruas tulang pinggang ) yang berjumlah 5
buah dan membentuk daerah lumbal atau pinggang.
4.    Vertebra Sakralis ( ruas tulang kelangkang ) yang berjumlah 5
buah dan membentuk os sakrum (tulang kelangkang).
5.    Vertebra koksigeus ( ruas tulang tungging ) yang berjumlah 4
buah dan membentuk tulang koksigeus (tulang tungging)

·         Fungsi Sumsum Tulang Belakang

Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak
sadar (saraf otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di
atur oleh otak sedangkan sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol
aktivitas yang tidak diatur oleh kerja otak seperti denyut jantung, sistem
pencernaan, sekresi keringat, gerak peristaltic usus, dan lain-lain. Selain itu
fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut:

1.    Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui


neuron sensori ditransmisikan dengan bantuan interneuron (impuls
saraf dari dan ke otak).
2.    Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga
sumsum tulang belakang juga biasa disebut saraf refleks.
3.    Mengurusi persarafan tubuh, anggota badan dan kepala
2.5. Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri

            Dalam area fungsional korteks serebri terdapat area sensorik korteks


yang terdiri dari:

1.    Area Sensorik Primer, terdapat dalam girus postsentral disini


neuron menerima informasi sensorik umum yang berkaitan dengan
nyeri, tekanan, suhu, sentuhan, dan propriosepsi dari tubuh.

2.    Area Visual Primer, terletak dalam lobus oksifital dan menerima


informasi dari retina mata.

3.    Area Auditori Primer, terletak pada tepi atas lobus temporal ,


menerima implus saraf yang berkaitan dengan pendengaran.

4.    Area Olfaktori Primer, terletak pada permukaan medial lobus


temporal, berkaitan dengan  indera penciuman.

5.    Area Pengecap Primer (Gustatory), terletak dalam lobus parletal


dekat bagian inferior girus postsentral , terlibat dalam persepsi
rasa.

2.6.  Reseptor – Reseptor Sensorik

            Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensorik yang mendeteksi


rangsangan sensorik seperti sentuhan, suara, cahaya, dingin, dan hangat.
Mekanisme dasar reseptor ini mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat
saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan kekuatan dideteksi oleh otak.
Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan kekhususan tinggi. Dengan alat
ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan
dalam dan lingkungan luar. Reseptor ini dapat diklasifikasikan berdasarkan
sumber stimulus yang memperngaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang
terdeteksi reseptor, distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada ujung
reseptor.

1.    Sumber ( lokasi ) sensasi

a.      Eksteroseptor: Sensitif terhadap stimulus eksternal, terhadap


tubuh dan terletak pada atau di dekat permukaan tubuh.
Misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit dan suhu,
penciuman, penglihatan, serta pendengaran.

b.      Proprioseptor: Terletak dalam tubuh dalam otot, tendon, dan


persendian, juga mencakup reseptor ekuilibrium pada area
telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut akan
menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya
tonus otot, dan ekuilibrium.

c.       Interoseptor: Dipengaruhi oleh stimulus yang muncul


dalam organ viseral dan pembuluh darah yang memiliki
inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah stimulus yang
tejadi akibat perubahan selama proses digesti, eksresi, dan
sirkulasi.

2.    Jenis Reseptor Sensorik

a.      Mekanoreseptor, reseptor mekanik dari berbagai kelompok


reseptor sensorik yang mendeteksi perubahan bentuk reseptor
atau sel di dekat reseptor ( misalnya, kulit, otot rangka,
persendian, dan organ viseral ).

b.      Termoreseptor, mendeteksi perubahan suhu. Beberapa


reseptor mendeteksi suhu dingin dan panas yang merupakan
aliran saraf bebas dalam kulit dan sensitif akan berubahan
suhu dalam darah

c.       Nosiseptor, mendeteksi nyeri, biasanya disebabkan


kerusakan fisik maupun kerusakan kimia , terdapat
hipotalamus otak.

d.      Reseptor Elekromaknetik, mendeteksi perubahan cahaya


pada retina mata. Perubahan cahaya akan membuat perubahan
gelombang spektrum elektromaknetik.

e.       Kemoreseptor, mendeteksi pengecapan dalam mulut, bau


dalam hidung, kadar oksigen dalam darah arteri, osmolitas
cairan tubuh , konsentrasi karbondioksida, dan faktor bahan
kimia tubuh.

3.    Distribusi Reseptor

a. Penginderaan Umum: Mengacu pada informasi dari tubuh


sebagai satu kesatuan.

a.   Penginderaan Khusus: Mengacu pada organ indera yang


terletak dalam kepala.

4.    Ujung Reseptor Sensorik

               Biasanya terbagi menjadi 2 yaitu :

a.   Ujung Saraf Bebas: tidak memiliki lapisan selular dan


terdapat dalam kulit, jaringat ikat, dan pembuluh darah. Saraf
ini merasakan nyeri, sentuhan ringan, dan suhu.

b.   Ujung Saraf Berkapsul: terbungkus dalam bermacam jenis


kapsul dan terletak di kulit, otot, tendon, persendian, dan
organ tubuh. Reseptor berikut ini berkapsul:
a)      Korpuskel Pacinian, mendeteksi stimulus dan
tekanan vibratori. Korpuskel ini banyak terdapat pada
jari tangan, genetalia ekternal, dan payudara.

b)     Korpuskel Meissner dan Diskus Merkle, mendeteksi


sentuhan.

c)      Korpuskel Ruffini, responsif terhadap tegangan di


sekitar jaringan ikat dan memantau tekanan.
Korpuskel ini ditemukan terutama pada permukaan
palntar kaki.

d)     Ujung Bulbus Krause, tipis berkapsul dan dipercaya


berkontribusi terhadap tekanan sentuhan,
kesadaranakan posisi dan kesadaran akan gerakan.

e)      Spindel Neuromuskular, memantau tonus otot


(regangan dan tegangan ) dalam otot dan organ tendon
golgi memantau tegangan dalam tendon.

2.7. Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan


suhu)  

·         Sensasi Somatik

            Kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit


bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa
nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di alihkan Dari suatu bagian tubuh yang
lain. nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bila
jaringan sedang rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri tersebut.

            Sifat nyeri:
1.      Nyeri tertusuk: Bila suatu jarum ditusukkan kedalam kulit
dirasakan daerah kulit mengalami iritasi kuat.

2.      Nyeri terbakar: Nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar


merupakan jenis nyeri yang paling kuat menyebabkan penderitaan.

3.      Pegal; Suatu nyeri dalam dengan berbagai  tingkat gangguan dan


intensitas rendah di daerah tubuh yang tersebar luas dapat, bersatu
menjadi suatu sensasi yang sangat tidak enak.

             Reseptor nyeri didalam kulit dan jaringan merupakan ujung saraf bebas
yang tersebar luas dalam lapisan superfisial kulit. Jaringan dalam tertentu tidak
dipersarafi secara luas oleh ujung tetapi mendapatkan persarafan yang lemah.
Setiap kerusakan jaringan yang tersebar menyebabkan pegal pada saerah
ini.           Perangsangan sangat ringan pada ujung saraf nyeri bila dihambat
dengan anastesi atau dengan menekan saraf fenomena geli atau gatal akan
lenyap. Sensasi gatal dapat dibangkitkan melalui reflex menggaruk dan
berkurangnya gatal dapat bangkitkan melalui  refleks menggaruk dan
berkurangnya gatal dapat terjadi dengan menggaruk,garukan yang kuat
menimbulkan rasa nyeri.
            Nyeri dari berbagai visera perut dan ada merupakan salah satu dari
beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan
dan gangguan visera lain. Pada umumnya visera tidak mempunyai reseptor
sensoris untuk modalitas sensasi selain nyeri. Nyeri viseral berbeda dengan
nyeri permukaan. Jenis kerusakan sangat teralokasi, pada visera jarang
menyebabkan nyeri hebat.

            Pada permukaan visera, spasme otot polos dalam suatu visera berongga
menyebabkan peregangan ligamentum. Isyarat nyeri berasal dari rongga dada
atau rongga perut dihantarkan melalui serabut saraf sensoris yang berjalan
dalam simpatis nyeri spastik dalam bentuk kejang dan terjadi secara ritmis, tiap
beberapa menit menyebabkan nyeri otot iskemik.

            Nyeri kepala merupakan nyeri alihan ke permukaan kepala dari struktur-


struktur dalam otot kepala. Sebagai besar nyeri kepala bukan karena kerusakan
di dalam otak, sebaiknya tarikan pada sinus venosus dan kerusakan membran
yang menutupi otak dapat menyebabkan nyeri hebat yang dikenal sebagai nyeri
kepala.

            Macam-macam nyeri kepala:

1.    Nyeri kepala pada meningitis: Salah satu nyeri kepala terhebat


yang disebabkan oleh penyakit meningitis (peradangan selaput
otak).

2.    Nyeri kepala migren: Nyeri kepala jenis khusus yang disebabkan


fenomena vaskuler, hilangkanya lapangan penglihatan, aura
visceral, atau halusinasi sensoris lain.

3.    Nyeri kepala alkoholik: Terjadi setelah minuman keras alcohol,


menimbulkan toksik terhadap jaringan langsung mengiritasi dan
menyebabkan nyeri serebral.

4.    Nyeri kepala konstipasi: Akibat dari produksi toksik diabsorpsi


yang menimbulkan perubahan dalam sistem sirkulasi,kehilangan
plasma untuk sementara waktu dalam dinding usus, dan buruknya
aliran darah ke kepala menimbulkan nyeri kepala.

5.    Nyeri kepala karena iritasi struktur hidung: Membran mukosa


hidung dan sinus nasal iritasi menyebabkan nyeri alih ke belakang
mata, permukaan frontal dahi, dan kulit kepala

6.    Nyeri kepala gangguan mata: Kesulitan dalam memfokuskan


mata menyebabkan kontraksi berlebihan otot silaris berusaha
mendapatkan penglihatan yang lebih jelas meskipun otot ini sangat
kecil kontraksi tonik menjadi penyebab nyeri kepala retro-orbital.

·         Sensasi Suhu
            Manusia dapat merasakan berbagai gradasi dingin dan gradasi panas,
progresif dingin dari sejuk ke dingin sampai membekukan, progresif panas dari
hangat ke panas membakar. Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ
akhir yaitu reseptor dingin, reseptor hangat, dan dua subtipe reseptor nyeri
(reseptor nyeri dingin dan reseptor nyeri panas). Reseptor dingin dan reseptor
hangat terletak tepat di bawah kulit. Pada titik yang terpisah masing-masing
mempunyai diameter stimulasi sekitar 1mm. Pada bagian terbesar tubuh jumlah
reseptor hangat tiga kali jumlah reseptor dingin.

            Bila suatu reseptor suhu mengalami perubahan tiba-tiba ia menjadi


terangsang dengan kuat tetapi perangsangan ini menghilang dengan cepat .
Pada menit pertama secara progresif lebih lambat selama setengah jam
berikutnya beradaptasi tetapi tidak seluruhnya. Bila suhu kulit turun secara
aktif, orang merasa jauh lebih dingin, jika suhu meningkat secara aktif ia
merasa jauh lebih hangat dari pada yang dirasakan pada suhu yang sama.
            Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik, karena
suhu mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan
suhu 10 derajat Celcius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh
perangsangan tidak langsung, tetapi perangsangan kimia dari ujung saraf
tersebut karena diubah oleh suhu.

            Isyarat suhu ditransmisikan dalam lintasan yang hampir sama dengan


nyeri, dengan memasuki medulla spinalis. Isyarat dihantarkan oleh beberapa
segmen ke atas atau ke bawah, kemudian diproses neuron medulla spinalis,
akhirnya memasuki serat s4h4 yang panjang menyeberang ke traktus
spinotalamikus ke antekolateralis. Beberapa isyarat dihantarkan ke korteks
somestetik dari kompleks ventrobasal suatu neuron dalam daerah sensoris
somestetik yang bereaksi terhadap rangsangan dingin dan hangat dalam daerah
kulit tertentu.

2.8.  Mata ( Sifat Optik Mata dan Fisiologi Penglihatan )

            Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada


fotoreseptor , yang mengubah energi cahaya menjadi implus saraf.
a.    Struktur Mata

1.      Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa.
Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi
jaringan ikat fibrosa putih.

a.      Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan


tempat perlekatan untuk ekstrinsik.

b.     Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pda


sklera di bagian depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya
dan memfokuskan berkas cahaya.

2.      Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular ( uvea ), dan


tersusun dari :

a.    Lapisan Koroid, adalah bagian yang sangat terpigmentasi


untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini
juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada
mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori.

b.   Badan Siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan


koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot
meleka pada ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa.
Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan, atau
kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke
objek nberjarak dekat di depan mata.

c.    Iris, merupakan perpanjangan sisi anterior koroid, dan


merupakan bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini
terdiri dari jaringan  ikat dan otot radialis serta sirkulasi yang
berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.

d.   Pupil, adalah ruangan terbuka yang bulat dan iris yang harus


dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.
3.      Lensa, adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang
pupil. Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun
seiring proses penuaan.

4.      Rongga mata, lensa memisah interior mata menjadi dua rongga


yaitu rongga interior dan rongga posterior.

a.    Rongga Anterior terbagi menjadi dua ruang

1.      Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan


iris dan Ruang Posterior terlatak di depan lensa dan di
belakang iris.

2.      Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan


bening yang diproduksi prosesus siliaris untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous mengalir ke
saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.

3.      Tekanan intraokular, pada aqueous humor penting untuk


mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous
humor terhambat , tekanan akan meningkat dan
mengakibatkan kerusakan penglihatan , suatu kondisi yang
disebut glaukoma.

b.   Rongga Posterior,  terletak di anatara lensa dan retina dan


berisi viterus humor. Semacam gel transparan yang juga
berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan posisi retina terhadap kornea.

5.      Retina (lapisan dalam mata),  adalah lapisan yang tipis dan


transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, da
lapisan jaringan saraf dalam.

a.    Lapisan terpigmentasi luar: pada retina melekat pada lapisan


koroid . lapisan ini lapisan tngga sel epitel kuboidal yang
mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap
cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya
yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin
A.

b.   Lapisan jaringan saraf dalam ( optikal ),  yang terletak


bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi , adalah struktur
kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang
tersusun  dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.

1)   Sel batang dan Kerucut,  adalah reseptor fotosensitif yang


terletak berdekatan dengan lapisan terpigmentasi.

2)   Neuron Bipolar, membentuk lapisan tengah dan


menghubungkan sel batang dan sel kerucut ke sel – sel
ganglion.

3)   Sel ganglion, mengandung akson yang berhubungan pada


regia khusus dalam retina untuk membentuk saraf optik

4)   Sel Horizontal dan Amakrin,  merupakan sel lain yang


ditemukan dalam retina. Sel ini berperan untuk
menghubungkan sinaps – sinaps lateral.

5)   Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar,


dan badan sel batang serta kerucut untuk menstimulasi
prosesus dendrit dan memicu impuls daraf. Kemudian
impuls saraf menjalar dengan arah terbalik melalui kedua
lapisan sel saraf.

c.    Bintik Buta ( diskus optik ), adalah titik keluar saraf optik.


Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada
sensasi penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area ini.

d.   Lutea buta, adalah area kekuningan yang terletak agak lateral


terhadap pusat.
e.    Fovea Makula, adalah pelekukan sentral makula yang tidak
memilik sel batang dan hanya mengandung sel kerucut. Bagian
ini adalah pusat visual mata, bayangan yang terfokus disini
akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh otak.

f.     Jalur visula ke otak

1)   saraf optik terbentuk fari akson sel – sel ganglion yang


keluar dari mata dan bergabung tepat di sisi superior
kelenjar hipofisis membentuk kiasma optik.

2)   Pada kiasma optik, serabut neuron yang berasal dari


separuh bagian temporal ( lateral ) setiap retina tetap
berada di sisi yang sama sementara serabut neuron yang
ebrasal dari separuh bagian nasal ( medial ) setiap retina
menyilang ke sisi yag berlawanan.

3)   Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus


optik yang memanjang untuk bersinapsis dengan neuron
dalam nuklei genikulasi lateral talamus. Aksonnya
menjalar ke korteks lobus oksipital.

4)   Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior,


okulomotorik, dan nuklei pratektumuntuk berpartisipasi
dalam refleks  pupilaris dan siliaris.

b.   Karakteristik atau Sifat Optik Mata

1.       Refraksi, adalah defleksi, atau pembelokan , berkas sinar saat


melewati salah satu medium menuju medium lain yang memiliki
densitas optik berbeda. Semakin koveks suatu permukaan , maka
akan semakin reflaktif dayanya.

a.    Kornea: bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif


dan merupakan alat penyesuaian kasar pada mata

b.   Lensa:  berperan dalam sebagian besar aktivitas refraktif yang


tersisa dan merupakan alat penyesuaian halus pada mata.

c.    Cairan aquosus dan vitreus:  bertanggung jawab untuk refraksi


minimal.

2.    Akomondasi: adalh proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk


memfokuskan objek secara jelas pada jarak yang beragam.

a.    Lensa Konveks (tebal di tengah dan tipis di perifer) lebih


bundar, mengumpulkan berkas sinar, dan fokusnya pada objek
yang dekat.

b.   Lensa konkaf (tipis di tengah dan tebal di perifer) membiaskan


berkas sinar, mendatar dan fokusnya pada objek berjarak jauh.

c.    Pada emetropia atau akomodasi normal , kontraksi otot siliaris


mengurangi tarikan ligamen suspensorik pada lensa, yang
kemudian menonjol ke luar sehingga semakin konveks , atau
membulat untuk penglihatan dekat. Relaksasi otot siliaris
memperkuat tarikan ligamen suspensorik pada lensa, sehingga
semakin memipihkan lensa untuk penglihatan jauh.

d.   Daya akomodasi: suatu refleks tak sadar, akan menurun


seiring pertambahan usia akibat penurunan elastisitas lensa,
yang tidak dapat menonjol ke luar lagi sebanyak di usia
muda. Kondisi seperti ini disebut presbiopia dan diperbaiki
dengan lensa bifocal.
e.    Konvergensi: bola mata saat mengamati objek yang dekat
membantu proses akomodasi dengan memastikan bahwa
bayangan dalam kedua mata jatuh pada bagian koresponden
retina.

f.     Konstriksi pupil: juga terjadi secara refleks salam proses


akomodasi untuk menampilkan berkas sianr yang paling terbias
pada layar dan memungkinkan pembentukan bayangan yang
jelas pada retina.

3.    Defek Visual

a.    Miopi ( rabun dekat )

1.      Bola mata yang memiliki daya refraktif terlalu panjang,


atau sistem lensa yang terlalu kuat, menyebabkan fokus
bayangan jatuh pada titik di depan retina.

2.      Akibatnya adalah rabun dekat disebut demikian karena


mata hanya dapat berfokus pada objek yang dekat.

3.      Miopia diperbaiki dengan lensa konkaf yang diletakkan


di depan mata, sehingga didapatkan  refraksi yang cukup
untuk memfokuskan objek berjarak jauh ke retina

b.   Hiperopia ( rabun jauh )

1.      Bola mata dengan sistem lensa yang terlalu pendek atau


terlalu lemah mengakibatkan bayangan jatuh dibelakang
retina. Sehingga penglihatan buram terhadap objek yang
berjarak dekat.

2.      Hiperopia diperbaiki dengan lensa konveks yang


diletakkan di depan mata sehingga fokus benda jatuh pada
retina
c.    Astigmatisme

1.      Jika lengkungan kornea atau lensa tidak seimbang,


berkas sinar yang melewati juga tidak terefraksi dengan
merata sehingga bayangan menjadi buram di salah satu
lempeng.

2.      Astigmatisme dapat diperbaiki dengan lensa khusus yang


memiliki lengkung perbaikan berbeda untuk lempeng yang
tepat.

c.    Fisiologi penglihatan

1.    Rodopsin (visual unggu) adalah pigmen yang terkandung dalam


sel batang yang memiliki dua sub-unit.

a.    Retinal, disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari


vitamin A. zat ini ada dalam dua bentuk isomer; sebuah 11-cis-
retinal bengkok dan sebuah all-trans retinal lurus.

b.    Opsin atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia


lemah dengan 11-cis-retinal.

2.    Pemutihan rodopsin darin unggu menjadi merah muda terjadi saat


cahaya masuk ke retina. Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal yang
berkaitan dengan opsin berubah bentuk menjadi  bentuk all-trans,
sehingga bentuk tersebut terlepas dari opsin.

a.    Pemisahan opsin dan retinal memicu potensial saraf dalam sel


batang (reseptor), yang menyebabkan stimulasi sel-sel bipolar
dan ganglion retina. Stimulasi ini ditransmisi ke otak melalui
saraf optik.
b.    Tidak seperti membrane sel saraf lainnya, saluran Na + pada
membran sel batang akan terbuka jika tidak ada stimulasi
(cahaya). Dengan demikian, dalam gelap, aliran masuk
Na+ akan mengakibatkan depolarisasi dan pelepasan transmiter
inhibitorik. Neuron bipolar dan sel ganglion tidaknterstimulasi.

c.    Jika sel batang stimulasi oleh cahaya, pelepasan Ca++  dari


dalam sel batang menyebabkan saluran Na+ menutup.  Karena
konduksi Na+ menurun, maka bagian sel menjadi semakin
negatif. Atau hiperpolarisasi. Pelepasan transmiter inhibitorik
berkurang dan sel-sel bipolar berdepolarisasi.

d.   Potensial aksi terjadi akibat hiperpolarisasi membrane bukan


akibat depolarisasi membran.

3.    Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans


retinal diubah kembali menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan
opsin. Reaksi ini membutuhkan energi dan enzim.

4.    Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya


reaksi ptihan hanya membutuhkan sedikit cahaya.

5.    Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian


penglihatan secara otomatis terhadap intensitas cahaya yang
memasuki nretina saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang
atau sebaliknya.

a.    Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan


(kemampuan melihat dalam cahaya redup) sebagian ditentukan
dari waktu yang dibutuhkan untuk meresintesis dan
mengumpulkan cadangan rodopsin.

b.    Dalam cahaya terang, semua rodopsin yang akan terurai


dengan cepat dan hanya tersisa sedikit untuk membentuk
potensial aksi dalam sel batang; mata disebut
beradaptasi         terhadap terang. Waktu yang dibutuhkan
untuk adaptasi terang dari cahaya remang adalah sekitar 20
menit.

c.    Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut)


membutuhkan vitamin A suatu           prekursor untuk retinal.

d.   Kekurangan asupan vitamin A dapat menyebabkan


abnormalitas penglihatan akbat          degenerasi sel batang dan
kerucut.

1)      Rabun senja, suatu kondisi yang sensitivitasnya terhadap


cahaya ber24rang, biasanya terjadi pada tahap awal
defisiensi vitamin A. Hal ini paling jelas terlihat pada
malam hari ketika hanya ada sedikit cahaya untuk
penglihatan yang adekuat.

2)      Defisiensi vitamin A berkepanjangan juga


mempengaruhi sel kerucut. Pengobatan dengan vitamin A
dapat mengembalikan fungsi retinal jika sel batang dan sel
kerucut belum rusak.

3)      Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung


fungsi sempurna retina dan semua jaringan saraf.

e.    Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks


pupilaris, untuk menentukan banyak sedikitnya cahaya yang
memasuki bagian interior mata.

6.    Penglihatan warna

a.     Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta sel kerucut bipolar


yang bertanggung jawab untuk kejelasan pandangan dan
penglihatan warna.
b.    Sel kerucut mengandung iodopsin, yaitu retinal yang terikat
pada opsin yang berada dengan opsin dalam sel batang.

c.     Iodopsin ini bisa saja bersifat sensitif-biru, sensitif-merah,


ata4 sensitif-hijau, sehingga setiap sel kerucutb memiliki
sensitivitas selektif untuk membedakan warna.

d.    Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk


membentuk potensial aksi juga terjadi dalam sel kerucut.
Karena pigmen iodopsin tidak merespons dalam cahaya yang
redup, maka sel kerucut hanya dapat berfungsi dalam cahaya
yang terang.

2.9.   Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri

            Area fungsional korteks serebral meliputi area motorik primer, area


sensorik primer, dan yang berdekatan dengan area primer dan berfungsi untuk
integrasi dan interpretasi tingkat tinggi.

1.      Area motorik primer pada korteks

a.    Area Motorik Primer terdapat dalam glrus presentra. Di sini,


neuron (piramidal) mengendalikan kontraksi vlunter otot
rangka. Aksonnya menjalar dalam traktus piramidal.

b.   Area Pramotorik Korteks terletak tepat di sisi anterior girus


presentral. Neuron (ekstrapiramidal) mengendalikan aktivitas
motorik yang terlatih dan berulang, seperti mengetik

c.    Area Broca terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi


bawahnya. Area ini mungkin hanya terdapat pada satu hemisfer
saja (biasanya sebelah kiri). Dan hubungannya dengan
kemampuan wicara.
2.10.   Fungsi Motorik Medulla Spinalis

            Medula spinalis sebagai pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris


yang datang dan mengaktifkan respons motorik secara langsung tanpa campur
tangan otak. Fungsi ini terlihat pada kerja reflek spinal untuk melindungi tubuh
dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh.  Sebagai pusat perantara,antara
susunan saraf tepi dan otak (susunan saraf pusat). Semua komando motorik
volunter dari otak dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat motorik spinal
akan memproses sinyal sebagaimana mestinya sebelum mengirimkannya ke
otot. Demikian juga sinyal sensoris di medula spinalis. Pada medula spinalis
sinyal sensoris sebagian besar diproses dan diintegrasikan. Oleh karena itu
medula spinalis dikatakan sebagai tempat komunikasi dua arah antara otak dan
medula spinalis.

2.11.   Serebelum dan Ganglia Basalis

1.    Serebelum ( Otak kecil )

            Serebelum ( otak kecil ) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah


tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata.
Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis .
Serebelum dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri superior ,
dengan pons varolli oleh pedunkulus serebri media dan dengan medulla
oblongata oleh pedunkulus serebri inferior. Lapisan permukaan setiap hemisfer
serebri disebut korteks yang disusun oleh subtansia grisea. Lapisan – lapisan
korteks sereberi ini dipisahkan oleh fisura transverses yang tersusun rapat.
Kelompok massa substansia grisea tertentu pada serebelum tentanam dalam
substansia alba yang paling besar dikenal sebagai nucleus dentatus.
            Serebelum berfungsi dalam melakukan tonus otot dan
mengkoordinasikan gerakan otot pada sisi tubuh yang sama. Serebelum juga
berfungsi untuk mempertahankan postur. Berat serebelum ± 150 gram ( 8%
-9% ) dari otak seluruhnya . sama seperti lobuli serebelum , vermis juga dibagi
dalam beberapa bagian dari depan ke belakang yaitu :

1.      Lobulus quadrangularis anterior lingua

2.      Lobus sentralis kulmen

3.      Quadrangularis posterior deklive

4.      Lobules semilunaris inferior tuber.

            Potongan melintang serebelum dibagi atas 3 bagian :

a.      Arkhi Serebelum, lobus otak kecil merupakan bagian kolumna


aferen somatic. Lobus ini menerima input langsung lewat serabut
saraf vestibularis dan nucleus vestibularis medialis inferior, berperan
sebagai tonus otot keseimbangan dan sikap tubuh.

b.      Paleoserebelum, bagian terbesar dari vermis superior hemisfer otak


kecil di depan visura prima . bagian ini merupakan input dari susunan
saraf vestibular ang ber[eran pada pengaturan tonus otot.

c.       Neoserebelum, bagian utama dari otak kecil , bagian vermisnya


merupakan suatu bangunan neokorteks serebelum, nucleus pons, dan
nucleus oliveri inferior principal pada medula oblongata . input
diperoleh dari indra penglihatan , pendengaran , dan kulit . peranan
secara mendasar adalah menjaga kehalusan kontraksi otot serta
ketetapan kekuatan arah dan besarnya garapan gerakan volunter.

            Struktur internal . serebelum terdiri atas korteks substansia grisea dan


korteks substansia alba , didalamnya terdapat kumpulan nuclei pada tiap tiap
hemisfer nuklei:
a.    Nucleus dentatus : menerima serabut dari bagian neoserebelum
lobus posterior dan lobus anterior , lalu mengirim serabut ke nucleus
ruber ( red nucleus dan nucleus netro lateral talamus ).

b.   Nucleus interpolaris : terdiri atas nucleus globulus dan nukleus


Emboliformis. Kedua nukleus ini menerima serabut dari paleo
sebelum dan mengirim serabut ke nukleus ruber.

c.    Nukleus Fastigii ( fastioginal nukleus ) : menerima serabut dari


lobus flokulonodulus ( lobus flocculonodularis ), lalu mengirim
serabut ke nukleus vestibularis dan nukleus retikularis melalui
fesikulus unsinatus ( fasciculus uncinatus )

Substansia alba serebelum Mengandung 3 kelompok serabut proyeksi


yang berpasangan sebagai berikut.

1.    Pedunkulus Serebelaris Superior ( Brachium Conjunctivum )

·         Serabut dentatorubral dan dentatotalamikus membawa implus


dari nukleus dentatus ke nukleus ruber kontra lateral dan ke
talamus.

·         Traktus spinoserebelaris ventaris, masuk ke serebelum dari


medula spinalis dan berakhir pada korteks paleo serebelum.

·         Fasikulus unisinatus (hook bundle of russell),melalui


fasikulus ini serabut dari nukleus fastagii berakhir pada nukleus
vestibularis.

2.    Pedunkulus Serebralis Medialis ( Brachium Pontis ), merupakan


bagian terbesar, tempat berjalannya serabut dari nuklei di pons yang
menuju ke neoserebelum kontralatera.

3.    Pedunkulus Sereberalis Medialis (Rrestiform Body )


·         Traktus olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius
inferior kontralateral menuju ke korteks hemisfer dan vermis
serebelum.

·         Traktus spinoserebelaris dorsalis, mengandung serebut dari


medula spinalis menuju ke korteks lobus anterior dan ke bagian
piramidal dan paleoserebelum.

·         Serabut arkuatus eksterna dorsalis, berasal dari nuklei


funikulus grasilis dan kuneatus.

            Serebelum memiliki suatu mekanisme umpan balik yang bertujuan


untuk mengendalikan pergerakan-pergerakan saat pergerakan sedang
berlangsung. Fungsi  utamanya adalah mengembalikan tonus otot di luar
kesadaran merupakan suatu mekanisme saraf yang berpengaruh dalam
pengaturan dan pengendalian terhadap perubahan ketegangan dalam otot, untuk
mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh, terjadinya kontraksi dengan
lancar dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan
mempunyai aspek keterampilan.

             Setiap pergerakan memerlukan suatu koordinasi dalam kegiatan


sejumlah otot. Otot antagonis harus mengalami relaksasi secara teratur,
sedangkan otot sinergis berusaha memfiksasi sendi sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan oleh bermacam-macam pergerakan.

2.    Ganglia Basalis ( Basal ganglia )

            Basal Ganglia terdiri atas beberapa kumpulan subtansia grisea padat


yang terbentuk dalam hubungan yang erat dengan dasar ventrikulus lateralis.
Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon.
Pada otak manusia, ganglia basalis terdiri atas beberapa elemen saraf sebagai
berikut.
1.    Nukleus Kaudatus dan Putamen, nukleus kaudatus sering disebut
korpus striatum, sedangkan putamen dan globus palidus disebut
nukleus lentikularis / lentiformalis.

§  Korpus Striatum : merupakan suatu kumpulan substansia grisea di


sebelah anterior kaput nuklei kaudatus berhubungan dengan
nukleus lentiformalis. Fungsi korpus striatum adalah
pengendalian gerakan-gerakan tertentu dan tonus otot tidak
bekerja sendiri tapi merupakan bagian penting dari sistem
ekstrapiramidal tetapi tetap dibawah pengendalian korpus
striatum.

§  Nukleus Lantiformalis : merupakan lapisan subtansia yang tipis di


antara korteks dan permukaan lateral putamen.

2.    Globus Pallidus, terdiri atas dua bagian yaitu globus palidus


medialis dan globus palidus lateralis. Globus palidus terletak di
sebelah lateral kapsula interna dan dikenal sebagai paleostriatum.

3.    Korpus Amigdaloideum (corpus amygdaloideum), dikenal sebagai


arkhistriatum (archistriatum), terletak di sebelah dalam lobus
temporalis dan mempunyai hubungan olfaktorik dengan
hipotamulus,dan fungsi-fungsi viseral.

§  Hubungan Aferen: langsung melalui serat traktus olfaktorius


lateralis untuk mencapai bagian anterior, kelompok nuklei pars
kortikomedialis, dan tidak langsung mencapai kelompok nuklei
pars basolateralis.

§  Hubungan Eferen: stria terminalis berjalan melengkung sepanjang


tepi medial nukleus kaudatus dan berakhir dalam nukleus
hipotalamus ventromedialis dan fibrae amygdalo. Beberapa serat
ini mencapai nukleus medialis dorsalis talami, girus
paraterminalis, dan girus cinguli.
            Secara fungsional basal ganglia merupakan satu satuan fungsi dari:

a.    Nukleus kaudatus, putamen, dan globus pallidus

b.    Nuleus subtalmikus

c.    Subtansia nigra

d.   Nukleus ruber (red nucleus)

            Hubungan antara nukleus basal ganglia ini sangat kompleks, Nuklei


basal ganglia mendapat implus dari daerah motorik dan premotorik. Fungsi
yang tepat dari basal ganglia belum jelas. Perangsangan pada umumnya juga
tidak memperlihatkan hasil yang jelas tetapi perangsangan pada nukleus
kaudatus menghambat stretch reflex. Hambatan ini mungkin terjadi dengan cara
pengaktifan area inhibisi pada korteks melalui jalur umpan balik talamo
kortikal.           Basal ganglia aktif pada gerakan lambat dan mantap, sedangkan
pada gerakan cepat dan tiba- tiba basal ganglia tidak aktif. Basal ganglia sudah
mulai aktif sebelum gerakan dimulai karena berperan dalam penataan dan
perencanaan gerakan yaitu dalam proses konversi pikiran menjadi gerakan
voluter. Aktivitasnya disalurkan melalui talamus menuju korteks dan jarak
kortikospinalis merupakan jalur akhir menuju ke neuron motorik.

            Kerusakan pada ganglia basalis pada manusia ke neuron motorik.

1.    Hiperkinetik: terjadinya gerakan- gerakan abnormal yang


berlebihan.

2.    Hipokinetik : berkurangnya gerakan misalnya kekakuan.

2.12.    Korteks Serebri

            Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh


subtansia grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah
diantara dua lekuk disebut sulkus ( fisura ). Beberapa daerah tertentu dari
korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik. Pada tahun 1909
Brodmann (seorang neuropsikiater bangsa jerman) membagi korteksn  selebri
menjadi 47 area bersarkan struktru selukar. Telah dilakukan banyak usaha
untuk menjelaskan berbagagai makna fungsinonal tertentu dari area-area
tersebut.

            Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan
tulang kranium.Lapisan korteks terdiri dari:

1.    Lamina Molekularis: Mengandung sedikit sel berjalan secara


horizontal dengan permukaan korteks terdapat percabangan akhir
dendrit dari lappisan yang lebih dalam.

2.    Lamina Granularis Externa: Lapisan mengandung sel neuoron


berbentuk segi tiga memadati lapisan ini.

3.    Lamina Piramidalis: Lapisan ini mengandung sel berbentuk


piramid. Diantara sel piramid terdapat sel-sel granural dengan akson
yang berjalan naik ke arah lapisan superfisial.

4.    Lamina Granularis Interna: Terdiri dari sel neoron berbentuk


bintang berukuran kecil dengan akson yang pendek mencapai lapisan
superfisial.

5.    Lamina Ganglionaris: Sel neuron granular ,sel neuron yang naik


mencapai lamina molekullaris akson dari sel ini memasuki subtansia
alba.

6.    Lamina Multiformis: Sel-sel nya berbentuk kumparan dengan


sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan korteks.Akson
mencapai subtansia alba sebagai serat proyeksi aferent dan asosiasi.

            Permukaan hemisfer diliputi oleh cekungan-cekungan yang berupa


sulkus,fisura,dan tonjolan yang disebut dengan gisrus. Oleh karena adanya
sulkus dan fisura-fisura ini ,maka korteks cerebri dibagi menjadi beberapa lobus
:
1.    Lobus Frontalis

a.    Area 4 (area motortik primer), sebagian besar girus presentalis


dan bagian anterior lobus parasentralis

b.   Area 6 adalah bagian sirkuit traktus piramidalis (area


premotorik) mengatur berakan motortik dan prematorik

c.    Area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil

d.   9.10,11,12 (area asosiasi frontalis)

                        Lobus frontalis terletak didepan serebrum,bagian


belakang dibatasi oleh sulkus sentralisRolandi.Bagian lateral
lobus frontalis terbagi dalam girus frontalis superior,girus
frontalis media,dan girus frontalis inferior.Bagian basal lobus
frontalis terdapat girus orbitalis sebelah lateral dan girus rektus
sebelah medial.

2.    Lobus Parientalis

a.    Area 3,1,2 adalah area sensorik primer (area postsentral),


meliput girus sentralis dan meluas kearah anterior sampai
mencapai dasar sulkus sentralis.

b.    Area 5,7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian


permukaan medial hemisfer serebri .

               Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus


pariental posterior,giruspariental superior girus supramarginalis
,girus angularis,dan bagian media lobus parasentralis.

3.    Lobus Oksipitalis

a.    Area 17 (korteks visual primer): Permukaan medial lobus


oksipitalis sepanjang bibir superior dan inferior sulfus kalkanius.
b.    Area 18,19 (area asosiasi visual) : Sejajar dengan area 17
meluas sampai meliputi permukaan lateral lubus oksipitalis.
Bagian lateral terdiri dari girus oksipitalis lateralis, bagian medial
girus lingualis, bagian basal diantara kuneus dan girus lingalis
terdapat fisura kalkarina.

4.    Lobus Temporalis

a.    Area 41 (korteks audiotori primer): Meliputi girus temporalis


superior meluas sampai ke permukaan lateral girus temporalis

b.    Area 42 (area asosiasi auditorik): Korteks area sedikit meluas


sampai ke pada permukaan girus termporalus superior

c.    Area 38, 40, 20, 21, 22 (area asosiasi): Permukaan lateral dibagi
menjadi girus temporalis superior, girus temporalis media,dan
girus temporalis  inferior. Pada bagian basal terdapat girus
fusiformis.

5.    Area Broka (area bicara motoris): Terletak sulkus latelaris,


mengatur gerakan berbicara

6.    Area Visualis:  Terdapat pada polus posterior dan aspek


medial  hemisfer cerebri di daerah sulkus kalkaneus,merupakan
daerah menerima visual.

7.    Insula Reili: Bagian  serebrum yang membentuk dasar fisura  silvi


yang terdapat diantara lobus frontalis, lobus parientalis, dan lobus
oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus temporalis dan girus
frontalis inferior

8.    Girus Singuli: Bagian meidal hemisfer terletak diatas korpus


kolosum

·      Fungsi  korteks serebri :
1.    Korteks motorik primer (area4, 6, 8)

a.       Mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh


kontralateral. Implusnya berjalan melalui akson-akson dalam
traktus kortikobulber dan kortikospinal, menuju nuklei saraf-
saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh
terutama daerah kaki terletak di ats,sedangkan daerah wajah
bilateral terletak di bawah. Daerah lain unilateral berbagai bagian
tubuh sesuai  dengan tingkat perbandingan ketermpilan dari
bagian tubuh , keterampilan yang tinggi mempunyai gambaran
yang luas

b.      Lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari


kumpulan otot yang disarafi

c.       Area 6 dan 8 pada perangsang akan timbul gerakan mata dan


kepala

2.    Korteks sensorik primer (area3, 4, 5)

a.       Penerima sensasi umum(area somestesia).

b.      Menerima serabut saraf : Radiasi talamikus yang membawa


implus sensoris dari kulit, otot sendi, dan tendo di sisi
kontralateral.Lesi daerah ini dapat menimbulkan gangguan
sensasi pada sisi tubuh kontralateral.

c.       Terdapat homunkulus sensorik : Menggambarkan luas daerah


proyeksi sensorik dari bagian-bagian tubuh di sisi tubuh
kontralateral.Luasnya daerah sensorik suatu bagian tubuh,
sebanding dengan jumlah reseptor di bagian tubuh tersebut.
3.    Korteks visual (penglihatan) area 17

a.       Terletak di lobus oksipitalis pada fisura kalkarina.

b.      Lesi iritatif menimbulkan halusinasi visual.

c.       Lesi destruktif menimbulkan gangguan lapangan pandang.

d.      Menerima impuls dari radio-optika.

4.    Korteks auditorik (pendengaran) primer area 41

a.       Terletak pada transvers temporal temporal girus di dasar visura


latelaris selebri.

b.      Menerima impuls dari radiasiaudiotorik yang bersal dari korpus


genikulatum medialis.

c.       Lesi area ini hanya menimbulkan ketulian ringan kecuali bila


lesinya bilateral.

5.    Area penghidu ( area reseptif  olfakturis)

a.       Terletak di daerah yang berdekatan dengan girus


parahipotalamus lobus temporalis.

b.      Kerusakan jalur olfaktoris menimbulkan anosmia (tidak


mampu mneghidu).

c.       Lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktoris. Pada keadaan


ini penderita dapat menghidu bau yang aneh atau mengecap rasa
yang aneh.

6.    Area asosiasi
a.       Korteks yang mempunyai hubungan dengan area sensorik
maupun motorik,dihubungkan oleh serabut asosiasi.

b.      Pada manusia penting untuk aktivitas mental yang tinggi,


seperti berbicara, menuliskan kata-kata, dsb.

c.       Pada manusia terdapat tiga daerah asosiasi yang penting, yaitu


daerah frontal (di depan korteks motorik), daerah temporal
(antara girus temporalis superior dan korteks limbuk) dan daerah
parieto-oksipital (antara korteks somestik dan korteks visual).

d.      Kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan gangguan


dengan gejala yang sesuai  dengan tempat kerusakan.Misalnya,
pada area 5,7 akan menimbulkan asteriognosis (tidak mengenali
bentuk benda yang diletakan ditangan dengan mata tertutup)
karena rea ini merupakan pusat asosiasi sensasi (indera) kulit.

Anda mungkin juga menyukai