Anda di halaman 1dari 6

1.

embriologi sistem saraf perifer


sistem saraf berkembang dari lapis palin luar ketiga lapis embrional, yaitu ektoderm,
dimulai pada minggu ketiga perkembangan. Dengan sinyal struktur aksial di bawahnya,
notokorda, ektoderm pada sisimid-dorsal embrio menebal membentuk lempeng neural.
Sisi lempeng ini melipat ke atas dan tumbuh ke medial, serta dalam beberapa hari
menyatu membentuk tuba neuralis (neural tube). Saat lipatan menyatu dan tuba
neuralis melepaskan diri dari permukaan ektoderm di atasnya yang akan membentuk
epidermis, banyak sel-sel penting untuk perkembangan seperti krista neuralis
memisahkan diri dari neuroepitel dan menjadi mesenkimal. Sel-sel krista neuralis
bermigrasi secara luas dan berdiferensiasi sebagai semua sel sistem saraf tepi.
 Sistem saraf somatic
Kalau nerveous kranialis dan spinalis sudah terbentuk pada minggu keempat
kehamilan yang berkembang dari sel krista menjadi sel neuro epitel lalu menjadi
nerveous kranialis dan spinalis.
 Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpati dan para simpatis terbentuk dari sel sel krista neuralis yang
bermigrasi dan berdifrensiasi.

2. struktur makroskopik dan mikroskopik sistem syaraf perifer dan otonom


mikroskopik
1, Neuron Sensoris (aferen): membawa impuls dari reseptor ke SSP, di ujung perifernya memiliki
reseptor sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai respons terhadap jenis rangsangan
tertentu, badan selnya tidak mengandung dendrit dan masukan prasinaps, terletak di dekat
medulla spinalis. Akson perifernya Panjang (serabut aferen) dan akson sentral yang pendek .
2. Neuron Motorik (eferen):membawa impuls dari SSP ke efektor seperti otot dan kelenjar,
badan- badan selnya terletak pada ssp, akson akson eferen (serabut eferen) meninggalkan ssp
menuju organ efektor.
Pada sst.
Pengkhususan:
 Pada sistem saraf otonom badan sel neuron simpatis tahap preganglionik
berloksi di daerah segmen torakal dan segmen lumbal medullaspinal. Otak
neuron sekun der simpatis terletak pada ganglia kecil sepajang kolumna
vertebralis.
 Sedangkan badan sel para simpatik terdapat di medulla, sedangkan neuron
sekunder seri para simpatis ditemukan dalam ganglia efektor.
 Pada sst sel aferen dan eferen aksonnya terdapat aada yang bermielin( yaitu dimana akson
dibungkus sepanjang seratnya oleh sederet neurolemosit yang sedang berkembang dengan
cara sel schwan meleburkan diri pada tempat yang disebut mesa akson, dan sebuah juluran
lebar dan gepeng sel yang terus memperluas dirinya bergerak melingkari akson berkali-kali.)
dan tak bermielin( yaitu dimana pada aksonsel ini tidak terbentuk banyak lipatan selubung
mielin yang berasal dari sel schwan).
 Ganglia
Adalah struktur yang biasanya berbentuk lonjong yang mengandung badan sel saraf dan sel
glia satelit yang mengelilinginya, ditunjang oleh jaringan ikat halus dan dikelilingi oleh kapsul
yang lebih padat. Berfungsi sebagai stasiun relai untuk meneruskan impuls saraf. Arah
impuls saraf menentukan apakah itu ganglion sensoris atau autonom.
 Ganglia sensoris
Adalah bagian yang menerima impuls aferen yang datang ke ssp. Ditunjang
oleh kapsul jaringan ikat yang jelas dan struktur arangka internal yang menyatu
dengan jaringan ikat syaraf.
 Ganglia autonom
Adalah dilatasi berupa benjolan kecil pada saraf autonom, biasnaya dengan
neuron multipolar. Ada yang berlokasi di dalam organ tertentu. Kapsul ganglia
inin tidak jelas di antara jaringan ikat setempat. Sellapis sel satelit juga
membungkus neuron ganglia autonomy meskipun kurang mencolok.
 Ujung saraf
Cakram motorik (Motor end plate)
Gelendong otot (Muscle spindle)
Badan Vater Paccini (Paccinian corpuscle)
Badan Meissner (Meissner corpuscle
Makroskopik
Pada saraf somatik
 Saraf kranial
Saraf sensorik: 3 saraf kranial: N. I (n.olfactorius), N.II (n.opticus), & N.VIII
(n.vestibulocochlearis )
2. Saraf Motorik: 5 saraf kranial: N.III(n.occulomotorius), N.IV (n.trochlearis), N.VI
(n.abducens), N.XI (n.accesoris), & N.XII (n.hypoglosal )
3. Saraf Campuran: 4 saraf kranial: N.V (n.trigeminus), N.VII (n.facialis), N.IX
(n.glossopharingeal), N.X (n.vagus )
 Saraf spinalis

Serta pada sst terdapat dermatom yang menujukkan region


kulit di mana nantinya merupakan tujuan dari saraf saraf yang ada
pada sst yang akan menunjukkan saraf sensorik
3. fisiologi sistem saraf perifer dan otonom serta hubungannya dengan homeostasis
Sistem informasi yang terintegrasi, berfungsi menerima dan mengolah informasi, menentukan
respon dan memberi perintah ke setiap organ tubuh untuk melakukan tindakan yang penting
untuk keadaan HOMEOSTASIS
 Pada divisi aferen di sini memiliki peran sangat penting dimana reseptor yang
tersebar di seluruh tubuh memberikan informasi tentang apa yang terjadi di
lingkungan eksternal sehingga bisa diteruskan ke dalam tubuh yang nantinya
akan di laku kan umpan balik sehingga dapat terjasinya keseimbangan
(homeostasis) dan tubuh tetap bisa mejalankan fungsi normalnya.
 Pada divisi eferen yang memiliki cabang yaitu sistem
 saraf otonom yang dimemiliki peran penting dalam berbagai kegiatan
homeostatik seperti

 Mengatur tekanan darah


 Mengontrol sekresi getah pencernaan dan kontraksi saluran cerna
 Mengontrol berkeringat untuk membantu mempertahankan suhu tubuh
 Saraf somatik, yaitu cabang eferen yang mempersarafi otot rangka , berperan
dalam homeostasis dengan merangsang aktivitas-aktivitas berikut :
 Kontraksi otot rangka yang memungkiunkan tubuh bergerak dalam
kaitannya dengan lingkungan kesternal dan berperan dalam
homeostasis dengan memindahkan tubuh menuju makanan atau
menjauhi makanan.
 Kontraksi yang melaksanakan pernafasan untuk mempertahankan o2
dan co2 tubuh dalam kadar yang tepat.
 Reaksi dalam memepertahankan suhu tubuh.

4. refleks dan neomuscular junction

Medula spinalis memiliki lokasi strate-


gis antara otak dan serabut aferen
dan eferen susunan saraf tepi; lokasi
ini memungkinkan medula spinalis
memenuhi dua fungsi utamanya: (1)
berfungsi sebagai penghubung untuk
bagian tubuh sisanya dan (2) mengintegrasikan aki-
transmisi informasi antara otak dan
vitas refleks antara masukan aferen dan keluaran
eferen tanpa melibatkan otak.
Lengkung Refleks Refleks adalah setiap respons
yang terjadi secara otomatis tanpa sadar. Jalur saraf
yang terlibat dalam melaksanakan aktivitas refleks
dikenal sebagai lengkung refleks, yang biasanya men-
cakup lima komponen dasar:
1, Reseptor sensorik
2. Jalur aferen
3. Pusat integrasi
4. Jalur eferen
5. Organ efektor
Reseptor sensorik (disingkat reseptor) berespons terhadap rangsangan,cyaitu perubahan yang
dapat dideteksi di dalam lingkungan reseptor. Sebagai respons terhadap rangsangan tersebut,
Reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen ke pusat integrasi
(biasanya adalah SSP) untuk diolah. Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia
baginya dari reseptor ini, serta dari semua masukan lain, kemudian "mengambil keputusan"
mengenai respons yang sesuai. Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur eferen ke
organ efektor--otot atau kelenjar-yang melaksanakan respons yang diinginkan. Tidak seperti
perilaku sadar, yaitu ketika terdapat sejumlah kemungkinan respons, respons refleks dapat
diprediksi, karena jalurnya selalu sama.
Muscular junction
Setiap ujug akson membentuk taut khusus yaitu neuro muscular junction. Setiap
cabang mempersyarafi hanya satu sel otot; olehn sebub itu, setiap sel otot
hanya memiliki satu taut neuromuskular: Baik komponen saraf maupun
otot memnbentuk taut neuromuskular, sama seperti sinaps meliputi komponen
prasinaptik dan pascasinaptik. Sel otot tunggal, yang disebut serat otot,
berbentuk silindris dan panjang. Di dalam taut neuromuskular; ujung akson
terpecah menjadi beberapa cabang halus, yang masing-masing berakhir pada
struktur mirip kenop yang membesar dan disebut tombol terminal atau bouton.
Seluruh bagian akhir akson (semua cabang halus dengan tombol terminal)
dengan pas mengisi cekungan dangkal, atau alur, pada serat otot di bawahnya.
Bagian khusus membrane sel otot ini disebut cakram motorik (motor end plate)

Asetilkolin adalah neurotransmiter


taut neuromuskular

Di taut neuromuskular, sel saraf dan sel otot sebenarnya tidak berkontak
langsung. Ruang, atau celah, antara kedua struktur ini terlalu besar untuk
memungkinkan transmisi listrik suatu impuls antara keduanya (artinya potensial
aksi tidak dapat "meloncat" sedemikian jauh). Seperti di sinaps kimiawi saraf
messenger kimiawi mengangkut sinyal antara tombol terminal dan serat otot.
Neurotransmiter ini adalah ACh.
Terdapat berbagai bahan kimia dan penyakit yang dapat mrnghambat kinerja
taut neuromuscular, contohnya :
i. Bisa laba-laba black widow menyebabkan pelepasan asetilkolin secara
besar-besaran dari vesikel simpanan.
ii. Penyakit botulisme yang menimbulkan efek menghambat pelepasan
asetilkolin dari tombol terminal sebagai respons terhadap potensial aksi
neuron motoric.cthnya disebabkan oleh clastidium botulinium.
iii. Kurare yaitu bahan kimia yang menghambat aktivitas taut
neuromuscular dengan menghambat efek ach yag telah di bebaskan.
iv. Organofosfat menghambat inaktivasi asetilkolin\
v. Penyakit miasternia yaitu penyakit yang ditandai dengan kelemahan
otot yang di sebabkan oleh inaktifnya kanal-reseptor asetilkolin.

Anda mungkin juga menyukai