• Pons adalah bagian dari batang otak antara otak tengah dan sumsum tulang
belakang oblongata; itu terletak di bagian anterior fossa cranial posterior.
• Serebelum adalah massa otak besar yang terletak di posterior pons dan
medulla dan inferior ke bagian posterior serebrum. Ini terdiri dari dua belahan
Ventrikel Otak
• Ventrikel lateral, ventrikel 1 dan 2,
adalah rongga terbesar sistem
ventrikel dan menempati area besar
dari belahan otak. Setiap ventrikel
lateral membuka melalui foramen
interventricular ke ventrikel ke-3.
• Ventrikel 4 berbentuk piramida di
bagian posterior dari pons dan
medulla memanjang inferoposterior
• Suplai darah ke otak berasal dari
arteri karotid interna dan vertebral
SIMPATIS
• Presinaps terdapat di kolom sel intermediolateral (IML) dari
sumsum tulang belakang
Postsinaps berada di :
• Ganglia paravertebral = ganglion paravertebral superior terletak
di bagian basal kranium.
• Ganglia prevertebral = berada di pleksus yang mengelilingi
cabang utama aorta abdomen
Badan sel saraf parasimpatis presinaptik terletak di dua tempat di dalam
SSP, dan seratnya keluar melalui dua rute:
• Dalam materi abu-abu batang otak, serat saraf keluar dari SSP dalam saraf
kranial III, VII, IX, dan X; serat-serat ini merupakan aliran keluar
parasimpatis kranial.
2. Astrosit
• Astrosit adalah sel berbentuk bintang dengan banyak prosessus yang menjalar (Gambar9-10b dan 9-11) dan unik
untuk SSP.
• Astrosit dengan sedikit prosessus panjang disebut astrosit fibrosa dan terdapat di substansia alba; astrosit
protoplasma dengan banyak prosessus bercabang pendek ditemukan di substansia grisea
• Astrosit memiliki peran suportif bagi neuron dan sangat penting untuk pembentukan SSP selama perkembangan
embrio dan janin.
• Selain fungsi penyokongnya, astrosit berperan penting dalam mengendalikan lingkungan ion dan kimiawi
neuron
• Beberapa astrosit memiliki Prosessus dengan ujung-ujung perivaskular (perirtascular feet) yang melebar yang
menyelubungi sel endotel kapiler dan ikut membentuk sawar darah-otak.
• Ujung-ujung perivaskular ini penting untuk kemampuan dalam mengatur vasodilatasi dan pemindahan O2
dan ion serta zat lain dari darah ke neuron.
• bila terdapat cedera pada susunan saraf pusat astrosit berproliferasi untuk membentuk jaringan parut sel
(yang sering menganggu regenerasi neuron)
• Astrosit mengatur konstituen lingkungan ekstrasel, mengabsorpsi kelebihan neurotransmiter setempt dan
menyekresikan molekul metabolik dan faktor yang mengatur aktivitas neuron.
• astrosit saling berkomunikasi melalui taut celah, yang membentuk suatu jejaring yang memungkinkan arus
informasi dari satu tempat ke tempat lain
• Prosessus semua astrosit diperkuat berkas-berkas filamen intermedia yang terdiri atas protein asam glia
berfibril (GFAP, glial fibrillary acid protein) yang berfungsi sebagai suatu penanda unik bagi astrosit, yang
merupakan sumber utama tumor otak.
3. Sel ependim
• Sel ependim adalah sel epitel kuboid atau silindris rendah yang melapisi ventrikel otak dan canalis centralis di medula
spinalis (Gambar 9-10c dan 9-12).
• pada lokasi SSP tertentu, ujung apikal sel ependim memiliki silia, yang memudahkan pergerakan cairan serebrospinal
(CSS), atau mikrovili panjang yang tampaknya terlibat dalam absorpsi.
4. Mikroglia
• Mikroglia adalah sel kecil memanjang dengan prosessus pendek yang iregular (Gambar 9-10d dan 9-13), yang berjumlah
lebih sedikit daripada oligodendrosit atau astrosit tetapi tersebar lebih merata di seluruh substansia alba dan grisea.
• Mikroglia menyekresi sejumlah sitokin imunoregulatorik dan menjadi mekanisme utama pertahanan imun pada
jaringan SSP.
• Mikroglia berasal dari monosit dalam sirkulasi darah, yang termasuk dalam famili yang sama seperti makrofag dan sel
penyaji-antigen lainnya.
• Inti sel-sel mikroglia dapat dikenali pada sediaan HE rutin oleh strukturnya yang memanjang dan padat, yang berbeda
dengan inti sel glia lain yang sferis dan terpulas lebih pucat.
5. Sel schwann
• Sel Schwann/ neurolemmosit, hanya ditemukan pada SST dan memiliki interaksi trofik dengan
akson dan memungkinkan mielinisasinya seperti oligodendrosit pada SSP.
• Satu sel Schwann membentuk mielin di sekeliling satu segmen sebuah akson, berbeda dengan
kemampuan oligodendrosit yang dapat bercabang dan meliputi bagian sejumlah akson.
(Gambar 9-10e)
1. Serabut saraf
• Serabut saraf terdiri atas akson yang dibungkus selubung khusus yang berasal dari crista neuralis
embrional.
• Pada serabut saraf perifer, akson diselubungi oleh sel Schwann, yang juga disebut neurolemmosit
(Gambir
• 9-10e). Selubung dapat atau tidak dapat membentuk mielin disekitar akson bergantung pada
diameternya.
• Akson berdiameter kecil umumnya adalah serabut saraf tak bermielin (Gambar 9-22 dan 9,25).
• Akson yang lebih tebal umumnya diselubungi oleh lebih banyak lapisan konsentris sel penyelubung
yang membentuk selubung mielin. Serabut-serabut ini dikenal sebagai serabut saraf bermielin
2. Saraf
• Pada sistem saraf perifer, serabut-serabut saraf berkelompok menjadi berkas untuk membentuk saraf. Kecuali
beberapa saraf yang sangat tipis yang terdiri atas serabut tak bermielin
• saraf memiliki tampilan yang mengilap, dan keputihan karena kandungan mielin dan kolagennya.
• Di luar terdapat lapisan fibrosa iregular yang disebut epineurium, yang berlanjut lebih dalam dan juga mengisi
rongga di antara berkas-berkas serabut saraf.
• Setiap berkas tersebut atau fasciculus dikelilingi oleh perineurium, yaitu selapis jaringan ikat khusus yang terdiri
atas lapisan sel-sel gepeng mirip-epitel. Sel-sel ini berfungsi penting unfuk melindungi serabut saraf dan membantu
mempertahankan lingkungan mikro.
• Di dalam selubung perineurium, terdapat akson-akson berselubung sel Schwann dan jaringan ikat pembungkusnya,
yaitu endoneurium (Gambar 9-27).
• Saraf memungkinkan komunikasi antara pusat-pusat di otak dan medula spinalis dan organ sensorik serta efektor
(otot, kelenjar, dan lain-lain).
• Saraf memiliki serabut-serabut aferen dan eferen.
• Serabut aferen membawa informasi yang diperoleh dari bagian dalam tubuh dan lingkungan ke susunan saraf pusat.
• Serabut-serabut eferen membawa impuls dari susunan saraf pusat ke organ efektor yang dipengaruhi pusat-pusat
saraf tersebut.
• Saraf yang hanya memiliki serabut sensorik disebut saraf sensorik; saraf yang hanya terdiri atas serabut yang
membawa impuls ke efektor disebut saraf motorik.
• Kebanyakan saraf memiliki serabut sensorik dan motorik, dan disebut saraf campuran yang biasanya memiliki
akson bermielin dan tak bermielin (Gamb ar 9-27b).
3. Ganglia
• Ganglia biasanya merupakan struktur lonjong yang mengandung badan sel neuron dan sel glia yang ditunjang oleh
jaringan ikat.
• bekerja sebagai stasiun relay untuk menghantarkan impuls saraf, satu saraf masuk dan saraf yang lain keluar dari
setiap ganglion.
• Arah impuls saraf menentukan apakah suatu ganglion menjadi ganglion sensorik atau otonom.
• Ganglia sensorik menerima impuls aferen yang menuju SSP.Ganglia sensorik berhubungan dengan saraf kranial
(ganglia kranial) dan radiks dorsal saraf spinal (ganglia spinalis).
• Ganglia sensorik disangga oleh simpai dan kerangka jaringan ikat
khusus. Neuron ganglia ini merupakan neuron pseudounipolar dan
meneruskan informasi dari ujung saraf ganglion ke substansia grisea
medula spinalis melalui sinaps dengan neuron setempat.
• Saraf otonom memengaruhi efek aktivitas otot polos, sekresi
sejumlah kelenjar,memodulasi irama jantung dan aktivitas involuntar
lainnya sehingga tubuh dapat mempertahankan lingkungan internal
• ganglia otonom merupakan pelebaran berbentuk bulbus pada saraf
otonom. Simpai ganglia ini memiliki batas yang kurang tegas. Selapis
sel satelit sering membungkus neuron ganglia otonom
FISIOLOGI
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sistem Saraf dibagi :
• Sistem saraf Pusat
• Otak
• Medula spinalis
• Sistem saraf Tepi
• Divisi Aferen (sensorik)
• Divisi Eferen (motorik)
• Sist. Saraf somatik
• Sist. Saraf Autonom
• Sist saraf simpatis
• Sist saraf parasimpatik
• Sist saraf enterik
Neuron
Neuron (sel saraf)satuan
struktural sistem saraf.
Klasifikasi neuron
Berdasarkan:
• Jumlah kutub (unipolar
,bipolar dan multipolar)
• Fungsi (neuron motorik dan
neuron sensorik
• Panjang akson (neuron golgi 1
dan neuron golgi 2)
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Neuroglia
Neuroglia (glia = lem)/ sel glia sel pendukung sistem saraf. Sel glia
tidak dapat menghantarkan impuls (potensial aksi). Jumlahnya 10 – 15
kali lebih banyak dari sel neuron.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Central Neuroglia Cell
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Periferal Neuroglia cell
• Schwan cell ( sel glia major di PNS)
• Berikan mielinasi (isolasi) di sekitar serabut saraf di PNS.
• Mainkan peran penting dalam regenerasi saraf
• Hapus debris seluler selama regenerasi dengan aktivitas fagositik mereka.
• Satellite cell (sel glial yang ada di bagian luar permukaan neuron PNS)
• Berikan dukungan fisik pada neuron PNS
• Membantu mengatur lingkungan kimia ECF di sekitar neuron PNS.
Sistem Saraf Pusat
• Sistem saraf pusat (SSP) termasuk otak dan
medula spinalis yang dibentuk oleh neuron dan
sel pendukung(neuroglia).
Klasifikasi :
Sistem saraf Pusat
Diensefalon Serebrum
1. Nukleus basal
1.Hipotalamus
2. Korteks
2. Talamus serebrum
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Pelindung Sistem Saraf Pusat
1. SSP dibungkus oleh struktur tulang keras .Kranium ( tengkorak ) dan
kolumna vertebralis mengelilingi korda spinalis.
2. Antara tulang pelindung dan jar. Saraf terdapat 3 lapis membran
protektif dan nutritif ,yaitu meningen.(durameter ,arachnoid
meter,piameter)
3. Otak mengapung dalam suatu bantalan cairan khusus , cairan
serebrospinal (CSS)
4. Terdapar sawar darah otak sangan selektif yg membatasi akss
bahan “ di dalam darah masuk ke jaringan otak yg rentan.
Struktur dan fungsi Otak
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Korteks Serebrum
Serebrum dibagi 2hemisfer kiri dan kanan. Keduanya dihubungkan oleh korpus kalosum.
Hemisfer kiri tugas logis analitik ,sekuensial,dan verbal ( matematika ,bahasa , filosofi)
Hemister kanan keterampilan non- bahasa ,memiliki talenta bermusik dan artistik)
Korpus kalosum adalah “information superhighway” . Kedua hemisfer berkomunikasi dan saling bekerja
sama melalui pertukaran informasi konstan melalui koneksi saraf ini.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Daerah fungsional korteks
serebrum
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Peta
somatotropik
korteks
somatosensorik
dan korteks
motorik primer
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Berbahasa
Bahasa = bentuk komunikasi yg kompleks ketika kata yg ditulis atau diucapkan menyimbolkan
benda dan menyampaikan gagasan.
2. Daerah Broca (letak di lob frontalis kiri berdekatan daerah motorik korteks mengontrol otot
u/ artikulasi)
mengontrol otot u/ artikulasi (PPembentukan bicara)
Jalur untuk mengucapkan kata yg dilihat dan
didengar
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Nukleus Basal
(inhibitorik penting kontrol motorik)
Peran :
• Menghambat tonus otot di seluruh tubuh (mempertahankan
keseimbangan antara masukan eksitatorik dn inhibitorik ke neuron”
pada otot rangka.
• Memilih dan mempertahankan aktivitas motorik bertujuan menekan
pola gerakan yang tidak berguna/diinginkan.
• Memantau dan mengkoordinasikan kontraksi lambat yg menetap
,terutama yg berkaitan dg postur dan penopangan.
Talamus
(pemancar sensorik dan penting dl
kontrol motorik)
Talamus “ stasiun pemancar”
Peran :
Pemrosesan awal semua masukan sensorik dan
meneruskan ke daerah somatosensorik yg sesuai
,serta ke bag lain otak.
Kesadaran kasar terhadap sensasi
Berperan dalam kesadaran
Berperan dalam kontrol motorik
Hipotalamus
(homeostatik)
Peran =
• Mengontrol suhu tubuh
• Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
• Mengontrol asupan makanan
• Kontrol sekresi hormon hipofisis anterior
• Menghasilkan hormon hiposisis poserior
• Kontrol kontraksi uterus dan ejeksi susu
• Ikut mempengaruhi otot polos ,otot jantung ,dan kel eksokrin
• Berperan dalam emosi dan prilaku
• Berperan dlam siklus tidur bangun
Emosi
Mencakup perasaan emosional sbjektif dan suasana hati.( mis: marah ,
takut ,sedih,gembira)
Diperankan oleh sistem limbik .
Amigdala ( interior di bawah lobus temporalis)
Penting untuk memroses masukan yg menghasilkan senasi takut.
Memori
Memori prnyimpanan pengetahuan yg didapat untuk dapat diingat kembali kemudian.
Perubahan “ saraf yg berperan dalam retensi atau penyimpanan pengetahuan dikenal sebagai
jejak memori.
Penyimpanan informasi ada 2 cara : ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
Ingatan jangka pendek berlangsng beberapa detik hingga jam ,sedangkan jangka panjang
dipertahankan dalam hitungan harian sampai tahunan.
Proses pemindahan dan fiksasi jejak ingatan jangka pendek menjadi simpanan ingatan jangka
panjang dikena sbg konsolidasi.
Perbandingan ingatan jangka pendek
dan jangka panjang.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Serebelum
Peran =
• Mempertahankan keseimbangan
• Meningkatkan tonus otot
• Mengkoordinasikan dan merencanakan aktivitas otot sadar
terampil.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Korda spinalis
Dari korda spinalis keluar
pasangan” saraf spinalis
melalui ruang” yg terbentuk
antara lengkung tulang
berbentuk sayap vertebra”
berdekatan.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Korda spinalis
Struktur
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Saraf spinalis
Akar dorsal dan akar ventral berhubungan
membentuk saraf spinalis.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Traktus Ascendens dan descendens subtansia
alba korda spinalis.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Traktus
• Traktus Ascendens
Korda spinalis ke otak
• Tractus Descendens
Otak ke korda spinalis
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Refleks
Refleks setiap respon yg terjadi secara otomatis tanpa upaya sadar.
Ada 2 :
1.Reflek sederhana (respon inheren tanpa dipelajari)
Cth: menarik tangan saat terkena benda panas.
2. Reflek Didapat(terjadi karena latihan dan belajar)
Cth: main piano.
• Badan meissner:
• Sentuhan ringan
• Adaptasi cepat
• > sensitif dr badan merkel tapi receptive field >
• Ruffini:
• Tekanan dalam yg dipertahankan & regangan kulit
• Responsif thd stimulus internal (presentasi jari)
• Nosiseptor → mengeluarkan:
• Substansi P → interneuron di dorsal horn spinal cord → aktivasi jalur
asendens
• Korteks → lokalisasi nyeri
• Talamus → persepsi nyeri
• Formasio retikularis → hipotalamus & limbik → memori → me↑ kewaspadaan
• Glutamat:
• Ikatan dg reseptor AMPA → perubahan permeabilitas → pembentukan potensial
aksi di dorsal horn
• Ikatan dg reseptor NMDA → influks Ca2+ ke dorsal horn → sel dorsal horn lebih
peka L. Human physiology: from cells to systems. 8th ed.
Sherwood,
Sherwood, L. Human physiology: from cells to systems. 8th ed.
Analgesik endogen
• Opiat endogen:
• Endorfin
• Enkefalin
• Dinorfin
• Jalur analgesik endogen:
Substansia grisea periakuaduktus → medula & formasio retikularis →
melepaskan enkefalin → ikatan dg reseptor opiat μ → inhibisi
pelepasan subs P
Toronto notes 2014. Toronto: Toronto Notes for Medical Students Inc.; 2014.
Adams. Principle of neurology. New York:
McGraw-Hill, 2009.
Instruction manual for the ILAE 2017 operational classification of seizure types. ILEA Commission Report.
Penyebab Kejang Onset
Baru
Kelainan Neurologis Primer Kelainan Sistemik
• Idiopatik • Hipoglikemi
• Disgenesis serebral • Hiponatremi
• Trauma • Status hiperosmolar
• Stroke / malformasi vaskuler • Hipokalsemi
• Lesi massa • Uremia
• Infeksi SSP • Ensefalopati hepatik
• Ensefalopati • Porfiria
• Toksisitas obat
• Withdrawal obat
• Eklampsia
• Demam, hipertermia
Clinical neurology. 7th ed. 2009.
Differential diagnosis of
seizure
• Cardiac arrhythmias (Stokes Adams Attacks)
• Breath holding spells
• Movement Disorders
• Sleep disorder (Parasomnias)
• Migraine “equivalent”
• Tic or habit spasm
• Normal behavioral variant
• Pseudoseizures
• Syncope
KEJANG DEMAM
= kejang yang terjadi pada anak setelah usia 1 bulan yang terkait
dengan demam & tidak disebabkan oleh infeksi dari SSP, tanpa ada
riwayat kejang neonatal sebelumnya atau kejang unprovoked
sebelumnya, dan tidak memenuhi kriteria untuk kejang simtomatik
akut. (ILAE)
= bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
>380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial tanpa adanya
proses infeksi intrakranial.
https://www.lybrate.com/topic/febrile-seizures-a-nightmare/7a54d9d92a199b6f78fb2ad98e26c092
Tanda & Gejala
1. Kejang demam sederhana
• Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit),
bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang
dalam waktu 24 jam.
• Keterangan
• Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam
• Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit
dan berhenti sendiri.
• National Institute of Health. Febrile seizure: Consensus development conference statement summary. Pediatr. 1980;66:1009-12.
• Vestergaard M, Pedersen MG, Ostergaard JR, Pedersen CB, Olsen J, Christensen J. Lancet. 2008;372(9637):457-63.
Epilepsi
• Bangkitan epileptik: tanda dan/atau gejala yang tumbul sepintas
akibat aktivitas neuron di otak yang berlebihan dan abnormal serta
sinkron
• Epidemiologi:
10-41 kasus/100.000 orang pertahun
Angka mortalitas: 100 kasus/100.000 di usia >60 tahun
• Etiologi:
penyakit serebrovaskular, penghentian konsumsi obat antikonvulsan secara tiba-tiba, trauma kepala
Penyebab lain: hipoglikemia, hipoksemia, trauma, infeksi, alkohol, peny metabolik, toksisitas obat,
tumor
Faktor pencetus: terkena cahaya tertentu, - tidur, suara trtentu, menstruasi
Klasifikasi berdasarkan bentuk
bangkitan
1. Dengan gejala motor prominen
• Konvulsif (SE dengan bentuk bangkitan tonik klonik
• Mioklonik
• Dengan bentuk bbangkitan motorik fokal
• Tonik
• Hiperkinetik
2. Tanpa gejala motor prominen
• Nonkonvulsif dengan koma
• Nonkonvulsif tanpa koma
1. Umum
• Status absans tipikal
• Status absans atipikal
• Status absans mioklonik
2. Fokal
• Tanpa gg kesadaram
• Status afasia
• Dengan gg kesadaran
3. Tidak diketahui umum atau fokal
• SE otonom
Klasifikasi
SE konvulsif
• Tonik-klonik umum:
Bangkitan tonik-klonik berulang kali atau berkepanjangan > 30 mnt atau > 5mnt tanpa diselingi pemulihan kesadaran.
Bangkitan melibatkan kedua belah hemisfer.
SE non-konvulsif
• Parsial kompleks
Melibatkan sebagian hemisfer. Lobus temporalis atau frontalis satu sisi, tetapi bangkitan epilepsi sering menyeluruh.
Tjd pd smua usia
• Lena
Jarang. Biasa pada usia pubertas dan dewasa. Bangkitan status dapat berulang, herlangsung beberapa jam atau
beberapa hari. Faktor presipitasi: menstruasi, henti obat mendadak, hipoglikemi, hiperventilasi, sinar atau cahaya yang
menyilaukan, gg tidur, kelalahan dan stress
• Lena atipikal
Biasa pd penderita kerusakan otak difus dan secara spesifik terdapat pd sindrom Lennox-Gastaut. Melibatkan neuron
kortikal dan thalamus.
Etiologi
• Proses akut
• Gg metabolik: gg eletrolit, hipoglikemia,
gg ginjal
• Sepsis
• Infeksi SSP: meningitis, ensefalitis, abses
• Proses kronik
• Stroke: stroke iskemik, perdarahan
intraserebral, perdarahan subaraknoid • Epilepsi: penghentian atau
dan trombosis sinus serebral penurunan OAE
• Trauma kepala dengan atau tanpa • Penyalahgunaan alkohol kronik
hematom epidural atau subdural
• Gg SSP lampau (misal pasca stroke,
• Obat-obatan: intoksikasi obat, alkohol,
pascaensefalitis)
withdrawal obat gol opoioid
benzodiazepin, barbiturat, alkohol • Gg metabolisme bawaan pada nak
• Hipoksia • Proses Progresif
• Ensefalopati hipertensif, sindrom
• Tumor SSP
ensefalopati posterior reverseibel
• Ensefalitis autoimun
Patfis epileptik tunggal jd SE
• Fosforilasi protein
• Pembukaan dan penutupan kanal ion
Tahap 1 (mS- • Penglepasan neurotransmiter
S)
• Pengaturan reseptor
• penurunan subunit reseptor GABA yang bersifat inhibitorik
Tahap 2 (S- • Peningkatan reseptor eksitatorik NMDA &A
min)
• Ekspresi neuropeptida
• peningkatan substansi P eksitatorik
Tahap 3 • penurunan neuropeptida Y inhibitorik
(min-h)
Microbiology Jawetz
• Patofisiologi
• C.tetani butuh tekanan oksigen rendah untuk berkembang
• Memproduksi 2 toksin. Tetanospasmin dan tetanolisin
• Yang berperan dalam patogenesis adalah tetanospasmin.
• Toksin ditransportasikan secara intraaxonal menuju nuklei motorik
dan saraf pusat
• Toksin menghambat pelepasan transmiter inhibisi dan inhibisi
sinyal interneuron
• Toksin menghambat pengeluaran Gamma Amino Butyric Acid
inhibisi neuron motorik
• Gejala
• Masa inkubasi 7-10 hari
• Gejala pertama, trismus (rahang terkunci)
• Gejala
• 4 tipe gejala :
• Generalized : Paling sering. Trismus, kekakuan otot maseter,
punggung dan bahu, posisi dekortikasi dan ekstensi ekstremitas
bawah.
• Localized : Kaku hany di tempat ada luka, biasanya lebih ringan
• Cephalic : Gangguan pada otot yang terjadi setelah ada trauma
bagian wajah dan leher. Disfagia, trismus dan parese wajah adalah
yang sering ditemukan
• Neonatal : Terjadi karena proses melahirkan yang tidak bersih.
Gejala tersering adalah hiperpireksia dan ketidak mampuan
menyusu.
• Diagnosis
• Anamnesis dan PF (trismus dan spasme otot yang nyeri didahului
trauma sudah cukup menegakkan diagnosis)
• PP : Kultur bakteri pada luka
Derajat Tingkat Keparahan Gejala
1 Ringan Trismus ringan, kekakuan general, tanpa gangguan respirasi,
disfagia maupun spasme
2 Sedang Trismus sedang, kekakuan disertai spasme sebentar, disfagia
ringan, gangguan respirasi sendang RR >30x/menit
3 Berat Trismus berat, kaku disertai spasme terus menerus, disfagia
berat, RR >40x/menit kadang disertai apneu, nadi
>120x/menit
4 Sangat berat Grade 3 disertai gangguan otonomik
• Tatalaksana
– Tetanus imunoglobulin 500 unit IM atau IV
– Equine antitoksin 10.000-20.000 dosis tunggal IM (hati-hati syok
anafilaktik)
– Antibiotik
• Metronidazole 500 mg tiap 6 jam selama 7 hari
• Penisilin G 100.000-200.000 IU/kgBB/hari IV terbagi 2-4 dosis
– Pengontrol spasme
• Diazepam 5 mg. (Anak dimulai dari 0,1-0,2 mg/kgBB)
• Prognosis dan Komplikasi
• Hambatan jalan napas
• Fraktur tulang spinal dam rhabdomiolisis
• Zat Toksik: debu mangan, karbon disulfide, keracunan karbon monoksida berat, pestisida, asap saat
welding
• Vaskular: infark subkortikal multiple
• Post-Traumatik: trauma kepala berulang pada petinju/ pemain football chronic traumatic
encephalopathy
• Genetik: Autosomal dominan krn mutasi gen α-synuclein (SNCA), leucine-rich repeat kinase 2 (LRRK2),
and ubiquitin carboxylterminal esterase L1 (UCHL1).Autosomal resesif krn mutasi parkin (PARK2) & DJ1
Epidemiologi
• Usia: 45 – 70 tahun, peak age onset 60
tahun
• Jenis Kelamin: laki-laki > perempuan
• Etnis: semua etnis
• Karakteristik: resting tremor,
hypokinesia, rigidity, abnormal gait &
posture
Patologi
• Idiopathic parkinsonism (Parkinson disease)
merupakan proteinopati dgn karakteristik
misfolding & agregasi α-synuclein, sehingga
disebut juga sinukleinopati.
• Pada pemeriksaan histopatologi, ditemukan
berkurangnya pigmentasi & sel di substansia
nigra, cell loss di globus pallidus & putamen
& ditemukan granula inklusi eosinofilik (Lewy
Bodies) yg mengandung α-synuclein dibasal
ganglia, batang otak, medulla spinalis &
ganglia simpatetik
Gejala Klinis
Clinical Neurology
Clinical Neurology
Clinical Neurology
Clinical Neurology
• Frontotemporal dementia
• Atrofi lobus temporal dan frontal
• Patogenesis
• Genetik : Mutasi microtubulu associated protein tau, progranulin,
chromosome 9 open reading frame 72
• Inklusi intraseluler
• Disfungsi neuron dan atrofi otak
• Gejala
• Perubahan perilaku, emosi berubah-ubah, afasia.
• Lewy body disease
• Gangguan memori, halusinasi visual dan parkinsonism
• Huntington disease
• Chorea, gangguan memori
• Corticobasal degeneration
• Atrofi asimetri frontoparietal dan
depigmentasi substansia nigra
• Gejala : apraxia, berkurangnya rasa
sensori, mioklonus, bradikinesia,
tremor, alien hand sign.
• Progressive supranuclear palsy
• Mengenai batang otak, subcortical
gray matter, korteks serebral.
• Gejala khas : ophtalmoplegia
• Creutzfeldt-jakob (prion) disease
• Akibat prion, partikel protein yang
infeksius
Clinical Neurology
• Vascular dementia
• Infark multiple pada bagian kortikal, hipokampus atau talamus (ukuran
>1cm)
• Infark multiple pada subcortical white matter, ganglia basalis atau
talamus. (ukuran <1cm)
• Gejala
• Riwayat hipertensi
• Pseudobulbar palsy
• Disarthria
• Disfagia
• Gangguan memori