Anda di halaman 1dari 10

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN DEWASA DENGAN

CEDERA PLEKSUS BRAKIALIS


1
Darryl Setiawan
2
Joudy Gessal

1
PPDS-1Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: odilo.darryl@gmail.com

PENDAHULUAN
Cedera pada pleksus brakialis dapat
menyebabkan disabilitas fisik yang berat. Lesi ini
dapat menyebabkan hilangnya kemampuan
fungsional anggota gerak atas, nyeri yang
mengganggu, stres psikologis, kesulitan
sosioekonomi dan mengurangi kualitas hidup
pasien secara umum.1,2 Prevalensi cedera pleksus
brakialis tertinggi pada usia dewasa muda 19 – 34
tahun dengan angka kejadian pada laki –laki
sebesar 89%.
Penyebab tersering cedera pleksus brakialis
adalah trauma, dapat disebabkan oleh berbagai
mekanisme, meliputi luka tembus, terjatuh, serta
kecelakaan kendaraan bermotor 1,2,3 Data mengenai
insiden trauma plekus brakialis sulit diketahui
Gambar 1. Komponen dari pleksus brakialis serta
dengan pasti, Goldie dan Coates melaporkan 450-
hubungannya dengan arteri
500 kasus cedera supraklavikular tertutup terjadi
setiap tahun di Inggris. Lesi traumatik yang
berhubungan dengan paralisis pleksus brakialis ANATOMI PLEKSUS BRAKIALIS 
antara lain fraktur klavikula (10%), fraktur Pleksus brakialis biasanya memiliki panjang
humerus (10%), sublukasi cervical spine (5%), 15-18 cm pada pasien dewasa, 4 berbentuk segitiga
trauma medula spinalis cervical (5-10%).2,4,5 dan berjalan ke arah anterior dan inferior, mulai
Penatalaksanaan pasien dengan cedera dari leher sampai axilla. Secara sederhana, bagian
pleksus brakialis merupakan masalah kompleks posterior triangle, yang merupakan sudut antara
yang memerlukan kerjasama yang erat dari sebuah klavikula dan batas bawah dari m.
tim terdiri dari dokter-dokter ahli dari bagian yang Sternocleidomastoideus, adalah daerah leher yang
berbeda dan diperlukan juga kolaborasi dengan berisi pleksus brakialis.2
bidang lain seperti okupasional terapis, fisioterapis, Secara garis besar, pleksus ini terbagi
psikolog, pekerja sosial dan konselor vokasional.1,2,6 menjadi 5 buah komponen penting,4,3 yaitu:
Prognosis dari cedera pleksus brakialis 1. Akar saraf: merupakan ramus primer anterior
bervariasi dan tergantung dari letak, derajat dari saraf spinal C5-T1
kerusakan saraf dan kecepatan memperoleh terapi. 2. Trunkus: superior, tengah, dan inferior
Pasien yang tidak mendapatkan penanganan yang 3. Divisi: anterior dan posterior dari setiap bagian
tepat dapat memperburuk kondisinya, dengan trunkus
adanya kontraktur sendi, subluksasi sendi bahu 4. Korda: medial, lateral, dan posterior
serta bertambahnya kelemahan dan atrofi otot 5. Beberapa cabang saraf tepi yang di derivasi dari
akibat disuse.5,7 akar, trunkus, divisi, dan korda
Dari 5 buah akar saraf membuat 3 buah trunkus,
DEFINISI lalu setiap trunkus akan membuat dua buah cabang,
Cedera pleksus brakialis adalah cedera pada ke sisi anterior atau posterior, untuk membuat tiga
jaringan saraf perifer yang membentuk pleksus buah bagian besar yang disebut korda. Semua
brakialis, mulai dari akar saraf saraf hingga saraf trunkus akan memberikan cabang posteriornya
terminal. Cedera ini dapat menimbulkan gangguan untuk membuat divisi posterior, yang akan
fungsi motorik, sensorik maupun otonom pada bergabung dan membuat korda posterior.
anggota gerak atas. Istilah lain yang sering Sedangkan untuk divisi anterior, trunkus superior
digunakan yaitu neuropati pleksus brakialis atau dan tengah akan bergabung untuk membuat korda
pleksopati brakialis.4,6 lateralis, dan divisi anterior dari trunkus inferior
akan membuat korda medialis. Penting diketahui

1
bahwa semua divisi anterior adalah penggerak 1. Avulsi : mengacu pada saraf yang robek dari
fleksor, dan semua divisi posterior adalah perlekatannya (disebut avulsi proksimal jika
antagonisnya, yaitu penggerak ekstensor.4 perlekatannya terlepas dari medulla spinalis,
disebut avulsi distal jika perlekatannya terlepas
ETIOLOGI   dari otot)
Selain itu penyebab cedera pleksus 2. Ruptur : adalah cedera saraf yang diakibatkan
brakialis juga dibedakan berdasarkan mekanisme oleh trauma traksi yang terbelah secara
trauma, antara lain:2,7 inkomplit sehingga menyebabkan bentuk akhir
1. Cedera akibat traksi / traumatic traction iregular proksimal dan distal.
injuries – merupakan penyebab yang Cedera paling banyak mengenai daerah
terbanyak  cedera pleksus brakialis yang supraklavikuler. Daerah supraklavikuler ini dibagi
disebabkan oleh dislokasi bahu atau tangan menjadi menjadi preganglionik dan postganglionik.
kearah bawah karena adanya tarikan yang kuat, Pada lesi preganglionik, akar saraf tertarik dari
seringkali disertai fleksi lateral leher pada arah medulla spinalis sehingga serabut saraf motorik
yang berlawanan.7 terpisah dengan badan sel motorik pada kornu
2. Trauma penetrasi pada bahu atau leher - luka anterior. Serabut dan badan sel sensorik masih
trauma akibat tusukan pisau, laserasi kaca, atau terhubung dengan ganglion akar saraf dorsalis,
luka tembak pada regio supra atau namun serabut eferen yang memasuki kolumna
infraklavikula menyebabkan kontusio atau dorsalis terputus. Karena inilah maka masih
robeknya pleksus brakialis.7 terdapat potensi aksi saraf sensorik (SNAP) pada
3. Tumor : pemeriksaan EMG. Lesi ini menyebabkan paralisis
a. Tumor neural sheath: neurofibroma, yang menetap pada otot yang dipersarafi dan
schwannoma, malignant peripheral nerve hilangnya sensorik sesuai dermatomnya.5,10
sheath tumor dan meningioma Sebaliknya, pada lesi postganglionik
b. Tumor non neural : kanker mammae, kanker menunjukkan bahwa sel-sel saraf motorik maupun
paru sensorik terputus dengan serabut sarafnya sehingga
4. Radiation-induced, insidensi cedera pleksus terdapat abnormalitas baik pada potensi aksi
brakialis yang dipicu oleh radiasi diperkirakan motorik maupun sensorik dan badan sel secara
sebanyak 1,8 - 4,9 %, paling sering terjadi pada anatomis masih baik sehingga diharapkan terjadi
pasien dengan kanker pada thoraks atau paru.12 regenerasi saraf.5,10
5. Entrapment, postur tubuh dengan bahu yang
lunglai dan dada kolaps menyebabkan thoracic MANIFESTASI KLINIS
outlet menyempit sehingga menekan struktur Pasien dengan cedera pleksus brakialis
neurovaskuler.12,13 biasanya akan mengeluhkan gejala berupa
6. Idiopatik, pada Parsonage Turner Syndrome kelemahan motorik, gangguan sensorik, dan bahkan
terjadi pleksitis brakialis tanpa diketahui autonomik pada bahu dan atau ekstremitas atas
penyebab yang jelas, namun diduga terdapat yang terkena. Gambaran klinisnya mempunyai
infeksi virus yang mendahului.7 banyak variasi tergantung dari letak lesi dan derajat
kerusakan pleksus brakialis.4,10,11,17
PATOFISIOLOGI 1. Nyeri
Sebagian besar patologi dari lesi pleksus Sebagian besar pasien dengan gangguan
brakialis pada orang dewasa adalah karena trauma pleksus brakialis merasakan nyeri berupa sakit,
tertutup. Lesi pada saraf dalam kasus ini rasa terbakar di sekitar bahu, lengan atas, atau
disebabkan oleh traksi (95% kasus) atau kompresi. lengan bawah, yang bertambah berat bila
Pada kasus traksi, saraf dapat mengalami ruptur, menggerakkan lengan atas atau bahu, dan jarang
avulsi pada tingkat medulla spinalis, atau tertarik diperburuk oleh Valsava maneuver yang lebih
secara signifikan tetapi tetap intak.8,9 Terdapat lima khas pada akar sarafulopati.1,5,17
tingkat dimana pleksus dapat mengalami lesi, 2. Gangguan Sensorik dan Parestesia
yaitu : 5,9 Kehilangan sensorik secara umum
1. Akar saraf: merupakan ramus primer anterior mengikuti distribusi dermatom. Pasien dengan
dari saraf spinal C5-T1 lesi pleksus brakialis trunkus superior
2. Trunkus: superior, tengah, dan inferior mengalami kehilangan sensorik pada lateral
3. Divisi: anterior dan posterior dari setiap bagian lengan atas dan lengan bawah, lesi pleksus
trunkus trunkus brakialis medial pada dorsal lengan
4. Korda: medial, lateral, dan posterior bawah dan tangan, serta lesi pleksus brakialis
5. Beberapa cabang saraf tepi yang di derivasi dari trunkus inferior pada medial tangan dan lengan
akar, trunkus, divisi, dan korda bawah.1,5,17
David Chuang juga membagi 2 tipe lesi pada 3. Kelemahan dan Atrofi
cedera pleksus brakialis yang dibedakan untuk
tujuan perbedaan pengobatannya : 3,11

2
Secara umum, kelemahan mengikuti pleksus brakialis secara menonjol mengenai
distribusi miotom, dengan kelemahan pada
AVULSI RUPTUR

Saraf terlepas dari perlekatannya atau margin tulangnya Saraf terbelah + tertarik

Pada operasi, ditemukan hanya 1 ujung terputus yang Dua ujung terputus dapat dilihat saat operasi
terlihat.

Cedera level 1 merupakan avulsi proksimal, level 4 Cedera level 2,3, dan 4
merupakan avulsi distal dari otot atau margin tulang

Tabel 1. Perbandingan Avulsi dan Ruptur

abduksi, eksternal rotasi dan fleksi lengan pada lesi kronologi kejadian / mekanisme trauma dan
pleksus superior; fleksi dan ekstensi lengan dan gejala klinis yang dirasakan pasien, dan tanda
jari-jari tangan dengan lesi trunkus media, dan reinervasi. Nyeri yang dirasakan pasien biasanya
kelemahan instrinsik tangan dengan lesi pleksus berupa nyeri neuralgik seperti terbakar, atau
inferior.1,5,10,17 tertusuk-tusuk. Nyeri hebat merupakan tanda
avulsi saraf. Pada bayi baru lahir dengan dugaan
Klasifikasi Cedera Pleksus Brakialis cedera pleksus brakialis, perlu diketahui riwayat
Berdasarkan terjadinya maka cedera pleksus kehamilan, riwayat persalinan, usia kehamilan,
brakialis dibedakan menjadi 17,18,21 berat badan lahir, presentasi bayi, riwayat
1. Compressive brachial pleksus neuropaty penggunaan forceps atau vakum, distosia bahu,
(CBPN), adalah tipe yang biasa disebut thorasic Apgar skor, dan kebutuhan akan resusitasi saat
outlet syndrome (TOS) yaitu neuropati atau kelahiran.1,4,24
vaskulopati kompresi yang mengenai pleksus Seseorang  dengan  cedera bahu berat,
brakialis dan pembuluh darah subklavia. khususnya pada kecelakaan bermotor.
2. Brachial pleksus traction cedera (BPTI), Mekanisme cedera harus dipertimbangkan,
merupakan trauma tarikan pada pleksus karena dapat terjadi pada multiple trauma.
brakialis. BPTI akan mengganggu neural tissue Pasien dapat memberikan gejala-gejala
gliding dan kemampuan untuk mentoleransi berupa:1,20,21
tekanan. Hal ini dapat disebabkan oleh fibrosis a. Nyeri, khususnya leher dan
intra dan ekstraneural akibat trauma langsung, bahu. Nyeri  saraf umumnya disebabkan
patologi lokal pada vertebra servikal atau thorak adanya ruptur.
atau kompresi yang berlebihan atau overuse. b. Parestesia dan distesia.
Brachial plexopathy dibagi berdasarkan c. Kelemahan atau rasa berat pada ekstremitas.
region yang terkena, misalnya supraklavikular (akar d. Menurunnya nadi, disebabkan cedera
saraf dan trunkus), retroklavikular (divisi), dan pembuluh darah yang menyertainya.
infraklavikular (corda dan cabang terminal saraf). 2. Pemeriksaan Fisik
Pleksus supraklavikular dibagi lagi menjadi bagian Pemeriksaan fisik dilakukan dengan acuan
atas (akar saraf C5, C6 dan trunkus superior), sebagai berikut :
bagian tengah (akar saraf C7 dan trunkus tengah), a. Luasnya lesi (apakah lesi parsial atau
dan bagian bawah (C8 dan akar saraf T1 dan komplit)
trunkus inferior). Karena mayoritas kasus b. Level lesi (otot proksimal yang tidak terkena
pleksopathy brakial adalah lesi pada akson, pada dampak)
pemeriksaan saraf biasanya ditemukan gangguan c. Tingkat keparahan lesi (avulsi atau rupture)
sensorik dan kelemahan. Dengan lesi d. Waktu perubahan klinis (apakah terdapat
supraklavikular, pola kerusakan sensorik dan perbaikan klinis)
motoric adalah segmental- dermatom dan myotome, 3. Pemeriksaan Penunjang
di mana pada pleksopathy infraklavikular biasanya a. Pemeriksaan foto rontgen vertebra regio
gejala kehilangannya sensorik dan motoriknya servikal diperlukan untuk identifikasi trauma
bersifat nonsegmental (dengan keterlibatan satu osteal di daerah pleksus brakialis dan
atau lebih cabang saraf terminal). menyingkirkan adanya kemungkinan fraktur
yang tidak stabil atau dislokasi. Adanya
DIAGNOSIS fraktur pada prosessus transversus
1. Anamnesis meningkatkan kecurigaan kemungkinan
Pada anamnesis yang penting untuk avulsi atau ruptur neural root. Fraktur
ditanyakan adalah riwayat trauma sebelumnya, klavikula, fraktur humerus atau dislokasi dari

3
sendi bahu mungkin berkaitan dengan cedera lokasi, menentukan derajat kerusakan akson,
pleksus pada tingkat yang sama. Elevasi satu komplit atau tidak lesi yang terjadi,
sisi diafragma yang terlihat dari hasil foto menyingkirkan kondisi lain sebagai diagnosa
rontgen thoraks mengindikasikan paralisis banding, menunjukan perbaikan subklinis,
nervus frenikus, sehingga kemungkinan atau tidak ditemukan kelainan subklinis.19
terjadi cedera pada roots bagian atas pleksus Pemeriksaan elektrodiagnosa secara serial
brakialis.17,23 dapat dilakukan bersama dengan
b. CT scan dapat menunjukkan fraktur pada pemeriksaan fisik ulangan dalam beberapa
prosessus transversus yang tidak tampak dari bulan untuk mendokumentasikan dan
foto rontgen. MRI dapat mendeteksi mengkuantifikasi proses reinervasi atau
hematom ekstra atau intradural, edema dan denervasi yang sedang terjadi.19 EMG dapat
perdarahan pada jaringan lunak.5,17,19 membantu untuk membedakan lesi
c. Standard Myelography dan CT Myelography preganglioner dan lesi postganglioner. 12,19
Standard myelography berguna untuk PENATALAKSAAN
melihat saraf ventral dan dorsal yang tidak Tatalaksana pada cedera pleksus brakialis
dapat dievaluasi secara terpisah. dibagi menjadi 2 bagian besar, operatif dan non
CT myelography merupakan modalitas yang operatif. Beberapa faktor penting sebagai panduan
paling terpercaya untuk mendeteksi cedera dalam menentukan pilihan penanganan pada lesi
avulsi. CT myelography memungkinkan pleksus brakialis yaitu mekanisme trauma, lama
penilaian terpisah pada akar saraf ventral dan waktunya dari cidera dan prioritas penanganan. 20,22
dorsal dan deteksi defek saraf intradural. 1. REHABILITASI MEDIK
Modalitas ini memiliki akurasi diagnostik Untuk semua pasien dengan cedera
yang lebih baik dibandingkan dengan pleksus brakialis, ada sejumlah tujuan
standard myelographydan MR imaging, rehabilitasi yang perlu dicapai tanpa
khususnya pada level C5 dan C6, walaupun membedakan etiologi, lokasi, luasan lesi, atau
artifak tulang dari bahu kadang memberi kronisitas dari pleksopati. Prinsip ini meliputi:
gangguan pada level C8 dan 6,18,20,22

T1.Perkembangan terbaru pada multi– a. Manajemen nyeri (penilaian dengan VAS).6


detector row CT memungkinkan perolehan Nyeri merupakan gejala yang umum
gambaran yang resolusi spasial longitudinal dikeluhkan oleh pasien cedera pleksus
yang lebih baik dan besar.17,20 brakialis. Nyeri yang dikaitkan dengan
d. Conventional MR Imaging pleksopati sering dideskripsikan sebagai
Rekomendasi terhadap pemeriksaan nyeri neuropatik. 6,12 Penanganan non
radiologi yang optimal pada cedera pleksus farmakologis untuk nyeri tipe ini dapat
brakialis berupa pemeriksaan CT menggunakan :
myelography sebagai modalitas pemeriksaan 1) Transcutaneous electrical nerve
awal, dengan menambahkan standard stimulation (TENS)
myelography  dan MRI kontras. CT TENS mengaktivasi serabut saraf
myelography merupakan pilihan pertama diameter besar (A- beta) yang
untuk evaluasi kecurigaan terdapat cedera menginhibisi interneuron (substantia
preganglion karena merupakan modalitas gelatinosa) pada medulla spinalis. Pada
radiologik yang paling terpercaya untuk giliranya menghasilkan inhibisi pada
mendeteksi cedera avulsi. Jika CT serabut saraf diameter kecil (A-delta)
myelography tidak dapat dilakukan, dan C (serabut saraf nyeri), bersama
maka MR myelography harus dilakukan dengan inhibisi presinaps dari T-cells
sebagai pemeriksaan tambahan untuk menutup gerbang dan mengatur
terhadap MRI konvensional untuk nyeri. TENS diberikan dengan implus
mengevaluasi nerve roots.14,16,17,20 frekuensi tinggi (50-100Hz) selama 30
e. USG muskuloskeletal, dapat digunakan untuk menit sampai 1 jam per sesi, maksimal
melakukan efaluasi pada daerah Thorasic 2 jam per sesi, dengan total 8 jam
Outlet. Pemeriksaan ini memiliki peranan perhari. Terapi dilanjutkan selama 3
yang terbatas terutama karena keterbatasan minggu dan dikurangi bertahap setelah
tampilan serta keterbatasan dalam visualisasi 8 – 12 minggu.6,22
struktur seperti tulang dan abnormalitas 2) Terapi low-level laser terapi berguna
pleura yang disebabkan oleh invasi dari untuk mengurangi nyeri, mempercepat
tumor.17,23 penyembuhan, membantu
f. Pemeriksaan elektrodiagnostik berguna mengembalikan fungsi saraf, stimulasi
untuk menentukan diagnostik maupun pelepasan endorphin.adalah merupakan
prognosis. Pemeriksaan elektrodiagnosa terapi cahaya dalam spektrum
dapat membantu diagnosa, menentukan elektromagnetik. Dosis dari low level

4
laser terapi yang digunakan 6 J/cm2, 90 dikerjakan bila kekuatan otot penderita
detik tiap titik, 3 kali per minggu, ≥ 3.
diberikan pada titik penjalaran saraf d. Memberikan support ekstremitas dengan
yang mengalami cedera. perhatian khusus pada sendi yang
b. Imobilisasi (Fase akut) mengalami kelemahan atau paralisis.
Imobilisasi (3-6 minggu pertama Terdapat beberapa jenis sling dan shoulder
setelah cedera) merupakan terapi yang support yang dapat digunakan untuk
efektif untuk mengurangi nyeri akut. Pada mencegah atau meminimalkan subluksasi
trauma pleksus brakialis dilakukan bahu. Tujuan dari orthosis ini adalah
positioning, yakni lengan diletakkan dalam memberi support berat ekstremitas dan
sikap adduksi, posisikan lengan di sisi counteract gaya tarik akibat berat
badan dengan fleksi siku pada 90 derajat. ekstremitas. Selain untuk support sendi
Sambil menjaga lengan atas dekat dengan yang mengalami kelemahan atau paralisis,
tubuh, dengan tangan posisi nyaman untuk sling dapat juga digunakan untuk
mencegah peregangan saraf spinal dan melindungi ekstremitas yang mengalami
membantu mengembalikan fungsi saraf.1,25 paresis dari luka akibat gerakan tidak
c. Mempertahankan lingkup gerak sendi terkontrol.
(Range of motion/ROM) ektremitas e. Mempertahankan atau meningkatkan
Terapi untuk mempertahankan lingkup kekuatan otot yang mengalami kelemahan
gerak sendi dapat dimulai sejak awal. Pada Masih memungkinkan untuk melakukan
fase cedera akut, latihan LGS mungkin penguatan otot pada pasien dengan cedera
terbatas akibat nyeri atau karena ada inkomplit pleksus brakialis yang sebagian
kontraindikasi medis atau bedah yang kontinuitas saraf dan fungsi ototnya masih
berkaitan dengan manajemen cedera lain ada. Perubahan adaptif yang terjadi pada
yang diderita pasien. 6,22,25 Untuk pasien otot selama latihan penguatan awalnya
yang telah terjadi kekakuan diperlukan didapatkan dari peningkatan efisiensi dan
latihan peregangan secara progresif untuk hipertrofi dari serabut otot yang masih
mendapatkan kembali LGS yang normal. memiliki inervasi.
Modalitas terapi seperti hot pack, atau Latihan penguatan otot dibagi menjadi :20,28
diatermi dapat digunakan sebelum exercise 1) Latihan isotonic : suatu bentuk latihan
untuk meningkatkan elastisitas jaringan yang dinamik, yang dilakukan melawan
yang akan diregang. pemakaian modalitas beban konstan sepanjang LGS tanpa
ini harus dengan hati-hati untuk mencegah memperhitungkan kecepatan gerak.
terjadinya luka bakar. Seringkali diperlukan 2) Latihan isometric : suatu bentuk latihan
pasif positioning atau dynamic splint statik, dimana terjadi kontraksi otot
sebagai bagian dari program mengurangi tanpa terjadinya perubahan panjang
kontraktur.6,20,27 Tahapan-tahapan latihan otot atau tanpa disertai gerakan sendi.
LGS 22,25,29 : 3) Latihan isokinetic : suatu bentuk
1) Latihan LGS pasif : yaitu gerakan latihan dinamik dimana kecepatan
dalam lingkup gerak sendi yang pemendekan atau pemanjangan otot
dilakukan dengan kekuatan dari luar, tetap (statik), dimana diperlukan suatu
tidak ada kontraksi otot volunter. alat untuk mengontrol kecepatan
Kekuatan dari luar bisa berasal dari anggota gerak tubuh.
orang lain, bantuan bagian tubuh lain
dari penderita atau dari mesin. Latihan
LGS pasif dikerjakan bila penderita
tidak dapat menggerakkan anggota
tubuhnya, dengan kekuatan otot ≤ 1
2) Latihan LGS aktif dibantu : yaitu
latihan LGS aktif dengan bantuan dari
kekuatan luar, baik secara manual atau
mesin, karena kekuatan otot penderita
memerlukan bantuan untuk memenuhi
LGS. Latihan ini diperuntukkan bagi
penderita dengan kekuatan otot < 3 Gambar 2. Posisi imobilisasi pasien
3) Latihan LGS aktif : yaitu gerakan cedera pleksus brakialis
dalam LGS yang dilakukan dengan
kontraksi aktif dari otot yang bekerja
pada sendi tersebut. Jadi hanya
menggunakan tenaga penderita. Dapat

5
Gambar 3. Latihan Fisik Otot Penunjang
akibat Cedera Pleksus Brakialis

Gambar 4. Elektrikal stimulasi

Pada otot dengan kekuatan di bawah 2, pasien


seringkali mengalami kesulitan berpartisipasi
dalam program penguatan karena mereka tidak
mendapatkan feedback bahwa mereka telah
mengkontraksikan otot. Penggunaan
biofeedback misalnya dengan EMG atau
elektrostimulasi bagian otot untuk
menghasilkan kontraksi dapat membantu untuk
kasus semacam ini.1,19 Neuromuscular
Electrical Stimulation (NMES) merupakan
stimulasi listrik yang lebih kuat dari pada
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS). Alat ini digunakan untuk menambah
kekuatan dan memelihara massa otot walaupun
tanpa usaha volunter dari subyek. Pada
penderita cedera pleksus brakialis berat dengan
adanya denervasi otot, terapi NMES berguna
untuk mencegah terjadinya atrofi otot.
Diberikan minimal 10 kontraksi/repetisi
sebanyak 3 set per hari dengan waktu istirahat
antar set selama 2 menit, 3 kali per
minggu.6,10,18
f. Mencegah edema pada esktremitas yang
mengalami kelemahan atau paralisis
Edema yang terjadi dapat memperberat
penurunan fleksibilitas sendi, nyeri dan
penurunan aktivitas lebih lanjut. Penanganan
edema refrakter dapat berupa manual lymphatic
drainage, limfedema wrapping, seccuential

6
lymphatic compression pump, dan pemakaian dapat menyebabkan hilangnya graft secara
compression garment.1,22,23 keseluruhan, untuk menjembatani defek
g. Latihan ADL mandiri merupakan salah satu yang panjang (30 cm atau lebih), seperti
tujuan rehabilitasi pada pasien cedera pleksus pada transfer kontralateral, graft saraf
brakialis adalah mendukung pasien untuk dapat tervaskularisasi terbukti lebih baik. 
mengkontrol kehidupan dan lingkungannya b. Nerve Allografts
sehingga tetap tidak tergantung. Okupasional Allograft saraf bekerja sebagai
terapi dan rehabilitasi vokasional memiliki kerangka temporer sampai terjadi
peran yang sangat penting dalam bagian regenerasi akson. Jaringan allograft secara
rehabilitasi ini. Terapis juga dapat keseluruhan menggantikan bahan dasar.
menyarankan teknik-teknik baru, teknik Imunosupresan fk 506 yang baru, dikenal
adaptasi dan peralatan-peralatan adaptasi dengan takrolimus, memiliki efek samping
khusus yang memungkinkan pasien untuk yang lebih rendah dibandingkan
dapat melakukan aktivitas ADL. Secara umum imunosupresan lainnya. Imunosupresan ini
tujuannya adalah untuk membantu pasien tetap memiliki kemampuan neurogeneratif dan
dapat mengkontrol kehidupannya dan tidak neuroprotektif.21
menjadi handicap.6,22,23 c. Nerve Transfers
e. Edukasi penggunaan ekstremitas superior sisi Neurotisasi (atau transfer saraf)
yang sehat secara proporsional untuk mencegah dilakukan pada repair cedera pleksus
terjadinya gangguan muskuloskeletal akibat brakialis yang berat, dimana akar saraf
overuse. spinal proksimal robek dari medulla
spinalis. Saraf proksimal yang sehat
2. PEMBEDAHAN kemudian disambungkan ke distal untuk
Trauma saraf perifer dapat dibagi menjadi menginervasi saraf yang tidak menerima
trauma terbuka dan trauma innervasi melalui akson yang didonorkan.
tertutup. Repair secepat mungkin pada trauma Konsep ini adalah dengan mengorbankan
laserasi akut harus dilakukan dengan fungsi dari otot donor yang kurang
tujuan end-to-end suture repair primer jika berguna untuk menghidupkan kembali
memungkinkan. Repair pleksus brakialis dapat fungsi saraf  dan otot resipien melalui re-
ditempuh dengan beberapa cara, antara lain :21 innervasi.21 Idealnya transfer saraf harus
a. Nerve Grafts dilakukan sebelum 6 bulan paska trauma.
Graft saraf merupakan teknik yang Neurotisasi bertujuan untuk meng-inervasi
paling banyak dilakukan pada repair kembali saraf resipien sedekat mungkin
pleksus brakialis. Tension free nerve graft dengan otot target. Pasien juga perlu
lebih baik dibandingkan dengan repair dipersiapkan pre operasi untuk melakukan
under tension. Graft saraf yang latihan induksi sebelum neurotisasi
tervaskularisasi sesuai untuk jaringan skar dilakukan.
dan untuk memperbaiki defek ukuran
besar pada saraf.  Komplikasi vaskuler

Skema 1. Algoritma timing penatalaksanaan cedera pleksus brakialis

7
memerlukan reedukasi mengenai kontraksi
Sebagai contoh, setelah transfer saraf otot, fungsi dan kontrol dengan
interkostal dan frenikus, pasien harus menggunakan
dilatih untuk berlari, berjalan, atau
mendaki untuk mencapai pernapasan elektrostimulasi dan atau biofeedback. 1,21
dalam. Seiring proses penyembuhan, Setelah pembedahan immobilisasi bahu
latihan yang frekuen dilakukan selama 3-4 minggu. Terapi
pada otot yang di re-inervasi akan rehabilitasi dilakukan setelah 4 minggu
memungkinkan adanya  impuls saraf pasca operasi dengan gerakan pasif pada
internal.21 semua sendi anggota gerak atas untuk
mempertahankan luas gerak sendi.
3. PENANGANAN REHABILITASI Stimulasi elektrik diberikan pada minggu
BERKAITAN DENGAN TINDAKAN ketiga sampai ada perbaikan motorik.
PEMBEDAHAN Apabila terdapat perbaikan motorik,
Banyak pasien dengan cedera pleksus latihan aktif bisa segera dimulai. 18,26
brakialis memerlukan beberapa tipe b. Pasca operasi free muscle transfer8
pembedahan. Pada saat pre operatif, tujuan dari Setelah transfer otot, ekstremitas atas
rehabilitasi adalah untuk mencegah kontraktur diimobilisasi dalam posisi bahu abduksi
sendi dan mempertahankan kekuatan dan trofi 30, fleksi 60 dan rotasi internal, siku fleksi
otot semaksimal mungkin. Secara umum tujuh 100. Pergelangan tangan posisi neutral,
prinsip rehabilitasi tetap harus diupayakan jari-jari dalam posisi fleksi atau ekstensi
selama masa pre operatif maupun post operatif. tergantung jenis rekonstruksinya. 21,26
Setelah tindakan pembedahan reparasi saraf Ekstremitas dibantu dengan arm brace dan
atau pembedahan rekonstruksi, sendi-sendi cast selama 8 minggu, selanjutnya dengan
perlu diimobilisasi selama periode waktu yang sling untuk mencegah subluksasi sendi
diperlukan untuk penyembuhan saraf, tendon glenohumeral sampai pulihnya otot gelang
otot atau tulang sehingga tidak terjadi disrupsi. bahu. Statik splint pada pergelangan
a. Pasca operasi Nerve repair dan graft tangan dengan posisi netral dan ketiga
Rehabilitasi pasca nerve repair akan sendi-sendi dalam posisi intrinsik plus
memerlukan upaya menjaga ROM untuk mencegah deformitas intrinsik
fungsional sembari menunggu reinervasi minus selama rehabilitasi.21 Dilakukan
otot yang mengalami denervasi. Setelah juga latihan gerak sendi gentle pasif pada
otot mengalami reinervasi, terapi ditujukan sendi bahu, siku dan semua jari-jari,
untuk memfasilitasi dan memperkuat kecuali pada pergelangan tangan. 22,26
kontraksi otot. Tergantung dari tempat Pemberian elektrostimulasi pada
repair lokasi otot, pemulihan mungkin transfer otot dan saraf yang di repair
tidak dilakukan pada target otot yg paralisa
terjadi dalam 12 sampai 18 bulan atau
lebih pasca operasi. 21 Pasien ini

ME Sembuh Waktu Penyembuhan Pembedahan


Spontan

I (Neuropraksia) Penuh Dalam hitungan hari sampai 4 bulan setelah cedera Tidak

II (Aksonotmesis) Penuh Regenerasi kira-kira 1 inci per bulan Tidak

III Parsial Regenerasi kira-kira 1 inci per bulan Ya

IV Tidak ada Setelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira-kira 1 Ya


inci per bulan

V Tidak ada Setelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira-kira 1 Ya


inci per bulan

Tabel 2. Perbedaan Penyembuhan Cedera Saraf menurut Derajat nya8


adanya reinervasi. 19 Enam minggu pasca
seperti pada otot gracilis, tricep brachii, operasi selama menjaga regangan berlebihan
supraspinatus dan infraspinatus. dari jahitan otot dan tendon, dilakukan
Elektrostimulasi intensitas rendah diberikan ekstensi pergelangan tangan dan mulai dilatih
mulai pada minggu ketiga pasca operasi dan pasif ekstensi siku. Sendi metakarpal juga
tetap dilanjutkan sampai EMG menunjukkan digerakkan pasif untuk mencegah deformitas

8
claw hand.21 Ortesa fungsional digunakan yang berat, hasil yang memuaskan dapat terjadi pada
untuk imobilisasi ekstremitas atas. Dapat lebih dari 70% pasien postoperatif setelah perbaikan
digunakan tipe airbag (nakamura brace) untuk primer dan 48% setelah nerve graft.12,15
imobilisasi sendi bahu dan siku. Sembilan
minggu pasca operasi, ortesa airbag dilepas KESIMPULAN
dan ortesa elbow sling dipakai untuk 1. Cedera pleksus brakialis dapat terjadi pada anak
mencegah subluksasi bahu.21,23 maupun dewasa. Prevalensi tertinggi pada usia
c. Setelah Reinervasi 19 dewasa muda 19 – 34 tahun dengan angka
Setelah EMG menunjukkan reinervasi kejadian pada laki –laki sebesar 89%.1,2
pada transfer otot, biasanya 3 - 8 bulan pasca 2. Cedera pleksus brakialis mengakibatkan
operasi, EMG biofeedback dimulai untuk penurunan kemampuan fisik seorang pasien.
melatih transfer otot menggerakkan siku dan Lesi ini dapat berakibat hilangnya fungsi, nyeri
jari. Latihan EMG biofeedback dilakukan 4 yang mengganggu, stres psikologis yang
kali seminggu dan tiap sesi selama 10 – 70 merugikan pasien secara finansial dan
menit, dan latihan segera dihentikan bila ada mengurangi kualitas hidup pasien secara umum.
tanda-tanda kelelahan. Efektivitas latihan 3. Rehabilitasi pasien dengan cedera pleksus
biofeedback tidak dapat dicapai bila pasien brakialis memerlukan kerjasama yang erat dari
tidak mempunyai motivasi dan konsentrasi sebuah tim terdiri dari dokter-dokter ahli dari
yang cukup. bagian yang berbeda dan diperlukan juga
d. Reedukasi otot kolaborasi dengan bidang lain seperti
Diindikasikan saat pasien menunjukkan okupasional terapis, fisioterapis, psikolog,
kontraksi aktif minimal yang tampak pada pekerja sosial dan konselor vokasional.5
otot dan group otot. Tujuan reedukasi otot 4. Strategi rehabilitasi harus disusun secara khas
untuk pasien adalah mengaktifkan kembali dan spesifik untuk tiap-tiap pasien, dan hal ini
kontrol volunter otot. Waktu sesi terapi hanya bisa dilakukan setelah dilakukan evaluasi
seharusnya pendek dan dihentikan saat terjadi menyeluruh kondisi pasien.3
kelelahan dengan ditandai penurunan 5. Prinsip rehabilitasi meliputi: mempertahankan
kemampuan pasien mencapai tingkat yang lingkup gerak sendi (Range of Motion/ROM)
diinginkan.22,28 ektremitas, memberikan support ekstremitas
e. Electrical Muscle Stimulation (EMS) dengan perhatian khusus pada sendi yang
Manfaat dari EMS : mengalami kelemahan atau paralisis,
1). Relaksasi otot yang mengalami mempertahan atau meningkatkan kekuatan otot
ketegangan/kejang,  yang mengalami kelemahan, mencegah edema
2). Pencegahan atrofi otot karena tidak pada esktremitas yang mengalami kelemahan
digunakan / kelumpuhan, atau paralisis, latihan ADL mandiri, edukasi
3). meningkatkan sirkulasi darah lokal,  penggunaan ekstremitas superior sisi yang sehat
secara proporsional untuk mencegah terjadinya
gangguan muskuloskeletal akibat overuse, dan
4). stimulasi pasca operasi otot betis untuk manajemen nyeri.5,6,9
mencegah thrombosis vena, 
5). mempertahankan atau meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
jangkauan gerak.12 1. Rehabilitation of Brachial Plexus Injury in
Stimulasi otot listrik pada dasarnya dilakukan Adult and Children. EUR Journal Phys
dengan merangsang beberapa bagian tubuh. 6,10,22 Rehabilitation, 2012. 48:483-506.
Alat ini dapat mengatur tegangan listrik yang 2. Foster, M. Traumatic Brachial Pleksus Injuries.
ditimbulkan untuk disesuaikan dengan lokasi otot 2011, emedicine. p. 1-4.
yang dirangsang. Menggunakan EMS sangat 3. Martini, F. Fundamentals of Anatomy and
dianjurkan pada kasus-kasus cedera, dan gangguan Physiology Fifth edition. New Jersey : Prenticle
pergerakan yang disebabkan oleh kerusakan saraf Hall. 2001.
pusat.6,10 4. Kelly BM, DO, Leonard JA. Rehabilitation
concepts for adult brachial plexus injuries. In:
PROGNOSIS Chung KC, Yang LJ-S, McGillicuddy JE,
Keluaran dan prognosis cedera pleksus editors. Practical Management of Pediatric and
brakialis bervariasi tergantung dari letak, derajat Adult Brachial Plexus Palsies. Philadelphia
kerusakan saraf dan kecepatan memperoleh terapi. 10 (PA): ELSEVIER Saunders; 2012. p. 301–17
Faktor-faktor yang mempengaruhi keluaran yaitu 5. Scott KR, Ahmed A, Scott L, Kothari MJ.
luasnya cedera jaringan saraf, usia (regenerasi akson Rehabilitation of brachial plexus and peripheral
menurun sejalan dengan menngkatnya usia), status nerve disorders. Handb Clin Neurol.
medis pasien, kepatuhan dan motivasi pasien dalam 2013;110:499–514.
menjalani terapi. 10 Untuk lesi pleksus brakialis

9
6. Wahyuni, L, Panduan Pelayanan Klinis Pederson WC, Kozin SH (Editor). Green’s
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta ; Operative Hand Surgery. Elsevier Churchill
PERDOSRI, 2012. Livingstone, 2011. Chapter 38
7. Ensrud E, King JC. Plexopathy - Brachial. In: 22. Ensrud E, King JC. Plexopathy Brachial. In:
Frontera WR, Silver JK, Rizzo TD, editors. Frontera WR, Silver JK, Rizzo DR. Essential Of
Essentials of Physical Medicine and Physical Medicine And Rehabilitation. Elsevier
Rehabilitation. 2nd ed. Philadelphia (PA): Saunders. Philadelphia, 2008;773-78
Saunders Elsevier; 2010. 23. Baxter T, Jonathan K, Gerald Y, Brachial
8. Snell, R., Ekstremitas superior, in Anatomi Plexopathy : A review of traumatic and
Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, J. Oswari, nontraumatic causes. 2012.
Editor. 1998, Penerbit Buku Kedokteran EGC: 24. Jabaley ME. Primary Nerve Repair. In: Slutsky
Jakarta. p. 132-253. DJ, Hentz VR, editors. Peripheral Nerve
9. Moore, K. and A. Agur, Essential Clinical Surgery: Practical Applications in the Upper
Anatomy ed. 3. 2007, Baltimore: Lippincott Extremity. Philadelphia (PA): Churchill
Williams & Wilkins. Livingstone; 2006. p. 23–38.
10. Cuccurullo S, Physical Medicine and 25. Thomas MA, Therattil M. Peripheral
Rehabilitation Board Review. New Jersey : Neuropathy. In: Frontera WR, DeLisa JA, Gans
Demos; 2004. BM, Walsh NE, Robinson LR, editors. DeLisa’s
11. Wood, M. and P. Murray, Current Concepts in Physical Medicine & Rehabilitation: Principles
the Surgical Management of Brachial Pleksus and Practice. 5th ed. Philadelphia (PA):
Injuries. 2006, www. DCMSonline.org. p. 31-4. Lippincott Williams & Wilkins; 2010. p. 741–
12. Murad, G., S. Yamada, and R. Lonser, Brigde 56.
Bypass Coaptation for Upper Trunk Cervical 26. Kisner C, Colby L. Therapeutic Exercise
Nerve Root Avulsion, in Neurosurgical Foundation and Techniques 6th ed. Philadelphia
Operative Atlas Spine and Peripheral Nerves, B. : Davis Company : 2012.
Brandenburg, Editor. 2007, Thieme Medical 27. Nath R. Family Guide Brachial Plexus Palsies.
Publisher: New York. p. 396-401. 2010. Texas Nerve & Paralysis Institute.
13. Aulina, S. and A. Pratiwi, Rehabilitasi pada 28. Treatment Option for Brachial Plexus Injuries.
nyeri dalam nyeri neuropatik. 2001: Kelompok ISRN Orthopedics. 2012; 11.
Studi Nyeri PERDOSSI. 29. Kang L, Wolfe S. Traumatic Brachial Plexus
14. Van, H., et al. MRI of the brachial Injuries. In: Skirven TM, Osterman AL,
pleksus.  Volume, 84-90 Fedorczyk JM, Amadio PC, editors.
15. Grant, G., R. Goodkin, and M. Kliot, Evaluation Rehabilitation of the Hand and Upper
and treatment of traumatic peripheral nerve Extremity. 6th ed. Philadelphia (PA): Elsevier
injuries, in Neurosurgical Operative Atlas Spine Mosby; 2011. p. 749–59.
and Peripheral Nerves, B. Brandenburg, Editor. 30. Craig A, Richardson JK, Ayyangar R.
2007, Thieme Medical Publisher: New York. p. Rehabilitation in Patients with Peripheral
888-94. Neuropathy. In: Cifu DX, editor. Braddom’s
16. Baehr M, Frotscher M. DUUS’ Topical Physical Medicine & Rehabilitation. 5th ed.
Diagnosis in Neurology. Germany: Thieme; Philadelphia (PA): ELSEVIER; 2016. p. 907–4
2005.
17. Yoshikawa, T., et al., Brachial Pleksus Injury:
Clinical Manifestations, Conventional Imaging
Findings, and the Latest Imaging
Techniques. Radiographics, 2006. 26: p. 133-44.
18. Bhandari, P., et al., Current trends in the
management of brachial pleksus injuries. Indian
Journal of Neurotrauma, 2008. 5(1): p. 21-5.
19. Weiss, L. and J. Silver, Brachial Plexopathies in
Easy EMG. 2004, Eidenburgh: Butterworth
Heinemann.
20. Kelly BM, Leonard JA. Rehabilitation Concept
In Adult Brachial Pleksus Injury. In: Chung
KC, Yang LJ, McGillicuddy JE. Practical
Management Of Pediatrics And Adults Brachial
Palsies. Elsevier Saunders. Philadelphia, 2012;
301-17
21. Spinner RJ, Shin AY, Hybert-Blouin MN,
Elhassan BT, Bishop AT. Traumatic Brachial
Pleksus Injury. In: Wolfe SW, Hotchkiss RM,

10

Anda mungkin juga menyukai