TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
disebabkan karena adanya tenaga yang kuat dari tulang yang berada di atasnya
sehingga menekan susunan tulang dibawah dan menimbulkan fraktur di area yang
tertekan.1
normal antara struktur anatomi dari kolumna vertebralis sehingga terjadi perubahan
fungsi alaminya. Instabilitas dapat terjadi karena fraktur dari korpus vetebralis,
lamina, dan atau pedikel. Kolumna vertebralis tidak lagi mampu menahan beban
normal sehingga dapat terjadi deformitas tulang dan menimbulkan rasa nyeri serta
1.2 Anatomi
1.2.1 Tulang belakang
spinalis. Medula spinalis merupakan satu kumpulan saraf yang terhubung ke susunan
saraf pusat yang berjalan sepanjang kanalis spinalis yang dibentuk oleh tulang
vertebrae. Apabila fraktur, maka akan terjadi gangguan masukan sensoris dan
motoris, gerakan dari bagian tertentu tubuh dan fungsi involunter seperti pernapasan
dapat terganggu atau hilang sama sekali. Ketika gangguan sementara ataupun
permanen terjadi akibat dari kerusakan pada medula spinalis, kondisi ini disebut
1
sebagai cedera medula spinalis. Medula spinalis yang cedera akan berkaitan dengan
trauma vertebrae yang dialami, maka dari itu perlu diketahui bagian-bagian dari
Leher mendukung berat dari kepala dan memproteksi saraf yang datang dari
otak ke seluruh tubuh. Bagian tulang belakang ini mempunyai 7 tulang vertebra yang
semakin kecil apabila semakin mendekati basis cranii. Kebanyakan pergerakan rotasi
pada tulang servikal datang dari dua segmen atas dan untuk pergerakan fleksi/ekstensi
Tulang belakang thorakal terdiri dari 12 tulang vertebra pada punggung atas.
Perlekatan kuat dari tulang iga pada setiap tingkat dari tulang thorakal memberikan
vital seperti paru dan jantung. Punggung atas tidak bertujuan untuk pergerakan, maka
Punggung bawah terlibat dengan pergerakan yang lebih dari bagian thorakal
dan juga menerima semua beban dari batang tubuh sehingga menyebabkan bagian ini
paling sering terjadinya cedera. Pergerakan pada tulang belakang lumbal dibagikan
2
terpaksa diterima oleh segmen bawah (L3-L4 dan L4-L5). Oleh karena itu, kedua
merupakan bagian belakang dari pelvis. Tulang ini berbentuk seperti segitiga yang
menempati antara dua tulang pelvis dan menyambungkan tulang belakang kepada
bagian bawah tubuh. Sacrum tersambung dengan bagian pelvis (tulang iliaca) pada
sacroiliac joint. 5
3
1.2.2 Medula Spinalis
Berawal dari ujung bawah medula oblongata (foramen magnum) sampai
motoric ipsilateral.
2. Traktus spinotalamikus
Terdapat dibagian anterolateral medulla spinalis. Mempersarafi system
1.2.3 Dermatom
Dermatom adalah kawasan/area kulit pada satu sisi tubuh yang menerima sinyal
dari satu saraf spinalis. Dermatom merupakan zona dari informasi sensoris atau
perasaan yang dibawa oleh cabang saraf di area tersebut. Para dokter menggunakan
pengetahuan mereka tentang peta dermatom untuk memeriksa area atau zona yang
4
terjadinya disfungsi atau nyeri. Peta tersebut membantu mereka untuk melokalisasi
5
Gambar 1.5 Miotom
1.3 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) menyatakan pada tahun 2008 telah terjadi
sekitar 13 juta kasus fraktur di dunia dengan prevalensi 2,7% dan meningkat pada
tahun 2009 menjadi 18 juta orang dengan prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat
menjadi 21 juta orang dengan prevalensi 3,5%. Fraktur tersebut didalamnya termasuk
jatuh (43%), diikuti dengan kecelakaan lalu lintas (35%), menyelam (9%), kekerasan
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 kasus fraktur
di Indonesia terbanyak disebabkan oleh cedera karena jatuh, kecelakaan lalu lintas
6
dan trauma benda tajam atau tumpul. Terdapat 1.775 orang mengalami fraktur dari
Fraktur kompresi merupakan fraktur yang banyak terjadi pada tulang lumbal
terakhir. Kejadian traumatik yang menyebabkan fraktur kompresi termasuk jatuh dan
1.4 Etiologi
Terdapat berbagai macam jenis faktur yang diakibatkan oleh kecelakaan. Salah
satu fraktur yang dapat terjadi adalah fraktur kompresi pada tulang belakang. Salah
prosesus spinosus dan prosesus tranversus. Daerah T12 sampai L2 merupakan daerah
yang paling rentan terhadap fraktur. Fraktur pada area torakalumbal biasanya
disebabkan oleh cedera pada posisi fleksi seperti jatuh dari ketinggian dan mendarat
menggunakan bagian tubuh seperti kepala, bokong, dan bahu. Hal tersebut
merupakan cedera berbahaya karena akan mengenai saraf spinal dan dapat
menyebabkan kelumpuhan.1
medula spinalis didefinisikan sebagai sebagai lesi traumatik pada medula spinalis
dengan beragam defisit motorik dan sensorik atau paralisis. Sesuai dengan
7
American Board of Physical Medicine and Rehabilitation Examination Outline for
Spinal Cord Injury Medicine, cedera medula spinalis traumatik mencakup fraktur,
mengakibatkan kerusakan pada medula spinalis, atau kerusakan yang terjadi pada
medula spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal. Faktor penyebab
perkembangan.1
1.5 Klasifikasi
spinal menjadi tiga kolom yaitu anterior, middle dan posterior. Penilaian berdasarkan
1. Bagian anterior merupakan ligamentum longitudinal anterior dan 2/3 bagian depan
2. Bagian middle merupakan 1/3 bagian posterior dari korpus vertebra dan diskus
8
Gambar 1.5 Klasifikasi denis berdasarkan bagian dari corpus vertebrae
preservasi dari fungsi motor dan sensorik di bawah level neurologis, termasuk pada
segmen sakral yang paling rendah. Penilaian tingkat dan komplit atau tidaknya suatu
cedera medula spinalis memungkinkan prognosa untuk dibuat. Jika lesi yang terjadi
lesi inkomplit.1
Derajat keparahan cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi beberapa grade
Frankel C : Fungsi sensorik ada, fungsi motorik ada tetapi tidak berfungsi.
Frankel D : Fungsi sensorik ada , fungsi motorik ada tetapi tidak sempurna.
1.6 Patofisiologi
Pada cedera tulang belakang hal tersebut dapat terjadi perubahan secara primer
dan sekunder. Pada perubahan primer, terjadi cedera fisik yang terbatas hanya sampai
pada kolumna vertebrae disertai jaringan lunak dan beberapa jenis ligamentum yang
menahan, maka akan terjadi fraktur vertebrae dan atau fraktur disertai dislokasi.
Karena hal tersebut maka sangat mungkin medulla spinalis mengalami cedera yang
dapat bersifat inisial trauma atau instabilitas struktur vertebrae segmen yang sedang
9
energi yang berat akibatnya physical disruption atau kerusakan pada suplai pembuluh
darah.1
Perubahan sekunder terjadi dalam hitungan jam sampai dengan hari. Hal
tersebut diketahui dari adanya perubahan biokimia pada cedera spinal yang dapat
inisial.1
1.7 Diagnosis
a. Anamnesis1
Tanyakan mekanisme kejadian. Penting untuk mencurigai keadaan-
diatas selalu dicurigai adanya cedera tulang belakang terlebih dahulu, sampai
muncul juga yaitu kehilangan indra peraba dan/atau lemah. Tanyakan terasa
lemah di bagian tubuh yang mana, sejak kapan, apabila kelumpuhan terjadi
didaerah pelvis, tanyakan bagaimana buang air kecil dan buang air besarnya,
10
Apakah pasien pernah mengalami cedera didaerah tulang belakang
cedera tulang belakang, seperti metastasi dari kanker ditempat lain, atau
b. Pemeriksan fisik
Gambaran umum :5
Status lokal :
a. Look
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
11
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
b. Feel
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
Krepitasi
c. Move
anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
dengan ukuran derajat gerakan dari setiap arah pergerakan mulai dari titik
0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik. Pencatatan ini penting untuk
Pada pasien dengan curiga cedera tulang belakang maka perlu adanya dilakukan
12
pemeriksaan penunjang yaitu rontgen. Penilaian neurologis pada cedera medula
spinalis meliputi :
disfagia)
Dengan memeriksa dermatom dan miotom dengan cara demikian, level dan
lainnya seperti cedera pleksus brakialis dapat dinilai. Segmen terakhir dari fungsi
saraf spinal yang normal, seperti yang diketahui dari pemeriksaan klinis, disebut
sebagai level neurologis dari lesi tersebut. Hal ini tidak harus sesuai dengan level
Untuk menentukan hal tersebut dapat digunakan asia score untuk membantu
menilai cedera yang ada. Dimana pada asia score pasien dinilai baik fungsi motoric
dan sensorik dengan dibantu oleh gambar untuk melihat dibagian mana letak kelainan
dan sumbernya.
13
Gambar 1.6 Asia Score
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologis
14
Paraestesi perifer
Cedera kepala
Cedera berat pada wajah (cervical)
Fraktur tulang iga
Memar berat diakibatkan seat-belt trauma (thorakalis)
Cedera abdomen pelvis yang berat (thorakolumbal)
Pasien dengan penurunan kesadaran (routine workup)
Orang tua, atau pasien-pasien yang menderita penyakit yang memungkinkan
terjadi fraktur hanya dengan trauma minor, meski pasien tidak mengeluhkan
nyeri
patah tulang di daerah yang sulit di evaluasi seperti fraktur asetabulum dan
ligamentum flavum dan struktur saraf, juga pada pasien-pasien yang memiliki
gejala gangguan neurologis dan pemeriksaan ini baik dilakukan pada semua
b. Pemeriksaan laboratorium
15
1. Pemeriksaan darah rutin untuk mengenai keadaan umum, infeksi
akut/menahun
2. Atas indikasi tertentu
Diperlukan pemeriksaan kimia darah, reaksi imunologi, fungsi hati/ginjal
3. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan sensitivity test
1.8 Tatalaksana
instabilitas dari kolumna vertebralis dan kerusakaan jaringan saraf baik yang
belakang apabila ditemukan fraktur unstable yang disertai dengan kelainan neurologis
yang menurun secara progresif dan MRI memberikan gambaran cedera saraf yang
lebih lanjut dan juga pada pasien yang secara kontroversial memiliki fraktur unstable
namun pasien tersebut juga mengalami cedera multiple. Tindakan stabilisasi memiliki
tujuan untuk mengembalikan stabilitas tulang dan mengoreksi deformitas yang terjadi
akibat fraktur. Stabilisasi dilakukan dengan menggunakan plate dan screw sebagai
sarana untuk menstabilkan tulang. Stabilisasi dapat dilakukan pada bagian anterior
dan posterior tulang belakang sesuai dengan area fraktur kompresi yang akan
distabilisasi.1
16
Tindakan pembedahan yang dilakukakan pada pasien dengan fraktur kompresi
biasanya dilakukan pada fraktur yang mengenai segmen thorakolumbal dan lumbal
saraf spinal dari tekanan yang menyebabkan penurunan fungsi neurologi. Tindakan
tulang tersebut diangkat agar tidak menekan saraf spinal yang berada di area tulang
yang fraktur.1
yaitu :1
a. Rekognisi
Rekognisi yaitu suatu cara untuk mengenali, mendiagnosa dan menilai sebuah
fraktur yang terjadi. Tindakan seperti pengkajian fisik dan pengkajian medis
yang stabil dan senormal mungkin. Reduksi dilakukan dengan tiga cara yaitu
dengan manipulasi tertutup, traksi mekanik dengan atau tanpa manipulasi, atau
reduksi pada sebagian besar kasus fraktur. Reduksi manipulasi biasanya dilakukan
di bawah anestes baik local maupun regional. Tujuan tindakan ini guna
17
mengurangi tingkat keparahan dari patahan, serta mengembalikan posisi tulang
traksi mekanik digunakan ketika patahan melukai atau berdampak pada kontraksi
otot-otot besar sehingga fragmen yang patah harus disangga sedemikian rupa
hingga posisi senormal mungkin. Teknik reduksi ini biasa digunakan pada fraktur
pasien setelah dilakukan tindakan pada fraktur yang diderita. Rehabilitasi biasanya
yaitu menjaga fungsi skeletal segera setelah fraktur mengalami penulangan dan
mengembalikan fungsi ke arah normal ketika prose penulangan selesai. Dua hal
yang biasa dilakukan saat rehabilitasi yaitu aktif menggunakan bagian yang fraktur
dan melakukan latihan secara rutin. Aktif menggunakan bagian yang fraktur
bagian tubuh yang terluka perlahan-lahan sesuai kemampuan dan tidak kontradiksi
membutuhkan waktu beberapa hari atau minggu untuk aktif bergerak seperti
18
sebelum cedera, namun memulai aktivitas bergerak kembali sesegera mungkin
setelah diperbolehkan. Sedangkan latihan secara rutin dilakukan pada otot dan
sendi guna menjaga kekuatan otot terutama pada bagian yang telah diimobilisasi
selama beberapa waktu. Tindakan latihan ini dapat berupa latihan rentang gerak,
19
BAB II
LAPORAN KASUS
a. Identitas pasien
No Rekam Medis : 95 99 80
Usia : 48 tahun
b. Anamnesis
Keluhan utama :
tersebut terjadi setelah pasien mengalami kecelakaan di tempat kerja, saat itu
pasien sedang berjongkok memunggungi dinding tanah yang tidak stabil, tiba-
tiba tertimpa bongkahan tanah berukuran kira-kira sebesar kulkas dengan berat
pasien tetap sadar, lalu dibawa ke dukun kampung dalam keadaan tidak bisa
berjalan.
Nyeri dirasakan ada, didaerah punggung yang tertimpa batu, apabila digerakan.
20
Saat dilakukan pemeriksaan didukun kampung, keluarga melihat terdapat
bengkak di punggung sebesar kepalan tangan, dan saat sampai di RSUP Dr. M.
tidak ada dan disertai nyeri perut, akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit di
rumah sakit solok, setelah itu dilakukan rujukan ke rumah sakit rsup dr. m.
djamil padang.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami cedera pada tulang belakang sebelumnya
Pasien tidak menderita penyakit kronis tertentu
Riwayat keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keadaan serupa
Tidak ada anggota yang mempunyai riwayat penyakit kronis tertentu
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Nadi : 82 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
21
Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Perkusi : Sonor
Perkusi : Timpani
22
Auskultasi : Bising usus postif normal
luka
krepitasi
Foto Klinis :
23
24
d. Pemeriksaan penunjang
Foto Rontgen :
25
26
Foto ct-scan :
27
Hasil laboratorium : Hb : 10,2 gr/dl
28
Hematokrit : 31 %
Pt / Aptt : 11 / 38,7
SGOT / SGPT : 57 / 78
IVFD RL 28 tts/menit
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv
Paracetamol 2 x 500 mg po
Ketorolac 3 x 1 amp iv
g. Rencana :
Stabilisasi dan dekompresi
BAB III
DISKUSI
29
Telah datang seorang pasien laki-laki berumur 48 tahun, ke RSUP Dr. M.
Djamil Padang, dengan keluhan utama kedua tungkai lemah sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien didiagnosis dengan fraktur kompresi lumbal 3 frankel tipe
berlebih yang yang berasal dari tulang diatasnya dikarenakan trauma yang
menyebabkan patahnya tulang yang mengalami tekanan. Munculan klinis yang terjadi
dapat bervariasi, maka dari itu fraktur kompresi dapat di klasifikasikan ke dalam
pasien, yaitu pasien seorang pekerja tambang, saat itu pada posisi berjongkok pasien
tertimpa batu di bagian punggung atas, dimana batu yang menimpa diperkirakan
sebesar kulkas, setelah pasien mengalami trauma pasien masih sadar, namun pasien
kampung, pasien beristirahat dirumah, namun setelah satu hari berlalu pasien tidak
ada buang air kecil ataupun buang air besar, perut terasa membuncit dan terasa sakit.
Lalu pasien dibawa ke rumah sakit terdekat, lalu mendapatkan rujukan ke RSUP Dr.
2,5 cm. bengkak ada disekitar luka, tidak tampak hiperemis. Pada perabaan teraba
hangat, supel. Pada movement pasien tidak dapat menggerakan tubuh bagian atas
30
otot kiri kanan 000 / 000. pada pemeriksaan asia score diperoleh nilai untuk motorik
50 dan untuk sensorik pin prick score 74, light touch score 112.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu laboratorium darah, foto rontgen
dan ct-scan. Hasil laboratorium darah didapatkan adanya anemia ringan, leukositosis
dan peningkatan SGOT dan SGPT. Rontgen thorakolumbal dapat terlihat adanya
fraktur kompresi pada lumbal 3. Pada ct-scan dapat terlihat adanya fraktur kompresi
di lumbal 3.
Pada pasien dilakukan pemberian cairan intravena ringer laktat untuk
perlawanan terhadap luka yang dialami apabila adanya infeksi, pemberian analgetik
neurologis lebih lanjut. Perlu dilakukan edukasi pada keluarga tentang prognosis dari
31