Anda di halaman 1dari 49

REFERAT

GAMBARAN RADIOLOGI PADA


KOMPLIKASI LEUKEMIA
DISUSUN OLEH :
1. Hayyumahdania Reswan 1210313082
2. Fitria Akbar Syani 1210319004
3. Muhammad Reza Nasution 1310311058

Preseptor
dr. Tuti Handayani, Sp.Rad
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia : Penyakit keganasan dimana terdapat kelainan genetik
pada sel hematopoietik sehingga menghasilkan kelainan pada sel-
sel klonal.

Leukemia dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa

Leukemia Akut (leukemia limfoblastik akut dan


leukemia mieloblastik akut)
Kronik (Leukemia mielogenous kronik)
Gold standard diagnosis leukemia dengan evaluasi pada sumsum tulang
lewat pemeriksaan bone marrow puncture (BMP).

Selain itu, BMP untuk mengetahui jenis leukemia yang terjadi

Leukemia juga memiliki komplikasi terhadap beberapa organ tubuh


seperti sistem saraf pusat dan sistem respirasi
Referat ini membahas definisi, etiologi,
Batasan patofisiologi, menifestasi klinik, diagnosis,
Masalah penatalaksanaan, dan gambaran radiologis
komplikasi leukemia.
Referat ini bertujuan untuk meningkatkan
Tujuan pengetahuan dan pemahaman tentang
Penulisan gambaran radiologis komplikasi pada
Leukemia.
Penulisan Referat ini merujuk dari
Metode berbagai kepustakaan dan literatur
Penulisan kepustakan .
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
Definisi Leukemia

Pada tahun 1874, Virchow pertama kali menjelaskan leukemia


darah putih: penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik, sehingga
membentuk sel leukosit yang abnormal dampaknya dapat
mengurangi pembentukan sel darah lainnya.

(Besa, Emmanuel C.
2011)
Epidemiologi Leukimia
1. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA): terbanyak pada anak-anak dan dewasa,
2. Leukemia Meiloblastik Kronik (LMK): semua usia, lebih sering pada orang
dewasa
3. Leukemia Meiloblastik Kronik (LMA): semua usia tersering usia 40-60
tahun
4. Leukemia Limfositik Kronik (LLK): terbanyak pada orang tua
Leukemia menyerang kedua jenis kelamin, perbandingan pria dengan wanita
2:1
(Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH, 2002)
2.4 Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, tapi dikarenakan
adanya multifaktorial :
Terinfeksi virus
Faktor Genetik.
Kelainan Herediter
Faktor lingkungan
Kemoterapi
(Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH, 2002)
Klasifikasi Leukemia
Maturitas sel Tipe sel asal

Mieloblastik
Akut (Mieloblast yang
kronis dihasilkan sumsum
tulang)
Limfoblastik
(limfoblast yang
dihasilkan sistem
limfatik)
Leukemia Mieloblastik Akut
(LMA)

Disebut juga LGA,


mengenai sel stem Produksi Mieloblast
hematopoetik

GK : leukosit
Mengenai semua immature, pembesaran
kelompok usia, sesuai pada limfe, rasa lelah,,
usia nafsu makan menurun,
anemia,

perdarahan , nyeri tulang,


Infeksi,pembesaran
kelenjer getah
bening,,hati dan kelenjer
mediastinum.
Leukemia Mieloblastik Akut
(LMA)
Klasifikasi LMA menurut French American British :
M-4: Leukemia
M-1: Diferensiasi granulositik mielomonoblastik akut: kedua
tanpa pematangan garis sel granulosit dan
M-2: Diferensiasi granulositik monosit.
disertai pematangan menjadi M-5a: Leukemia monoblastik
stadium promielositik akut : kurang berdiferesiasi
M-3: Diferensiasi granulositik M-5b: Leukemia monoblastik
disertai promielosit akut : berdiferensiasi baik
hipergranular yang dikaitkan
dengan pembekuan intra M-6: Eritroblast predominan
vaskular tersebar disertai diseritropoiesis berat
(Disseminated intravascular M-7: Leukemia megakariositik.
coagulation).
Leukemia Meiloblastik Kronik
(LMK)

>> sel normal di


Termasuk dalam
banding pada bentuk
keganasan stem
akut, sehingga penyakit
mieloid
ini lebih ringan.

Karakteristik LMK :
Jarang mengenai usia adanya kromosom
<20 th philadelphia dan krisis
blast
Leukemia Limfoblastik Akut
(LLA)

Gejala awal terjadi


Proliferasi ganas >> anak-anak, puncak karena sum-sum tulang
limfoblas usia 4 th, jarang > 15 th gagal menghasilkan
eritrosit

LLA menyebabkan
Lemah, sesak nafas, hematopoesis normal
demam, infeksi, terhambat, penurunan
perdarahan jml leukosit, eritrosit
dan trombosit
Leukemia Limfositik Kronik
(LLK)

awalnya penambahan jumlah


Ditandai sejumlah besar > usia lebih 60 th limfosit matang
limfosit matang yang ganas
2-3x lebih sering pada pria yang ganas terjadi di kelenjar
dan pembesaran KGB
getah bening

Masuknya limfosit ke sumsum


tulang akan menggeser sel-sel
Kemudian menyebar ke hati
yang normal, sehingga terjadi
dan limpa, dan kedua nya
anemia dan penurunan jumlah
mulai membesar.
sel darah putih dan trombosit
di dalam darah
Patogenesis Leukemia
Menyebabkan
translokasi
Gangguan kromosom Sel membelah tidak
pematangaan stem sehingga terkendali dam akan
sel menjadi sel mengganggu menguasai sumsum
darah putih pengendalian tulang
normal pembelahan
sel

Dapat menyusup ke Mengantikan sel-sel


organ lai (hati, yang menghasilkan
limpa,kgb, sel-sel darah yang
ginjal,otak) normal
Patofisiologi Leukemia

Proliferasi ganas sehingga


sel induk ini sehingga terjadi menimbulkan
menghasilkan sel bone marrow organomegali,
leukemia dan hipoaktivasi, katabolisme sel
mengakibatkan infiltrasi sel meningkat,
penekanan leukemia ke dalam sehingga terjadi
hematopoesis organ keadaan
normal hiperkatabolisme.
Manifestasi Klinis

Penderita akan mudah


Perdarahan Sel darah putih yang
lelah, pucat, bernafas diproduksi tidak normal
cepat Trombosit tidak di sehingga tidak berfungsi
Sel darah merah di produksi sseperti norbal dengan semestinya
bawah nornal (oksigen karena dominasi sel
dalam tubuh kurang darah puitih

Anemia Infeksi
Manifestasi Klinis

nyeri perut
Sumsum tulang didesak sel leukemia dapat
padat oleh sel darah terkumpul disini dan
putih sel leukemia dapat menyebabkan
terkumpul pada ginjal, pembengkakan.
hati dan empedu
(organomegali)
menimbulkan rasa
timbulah nyeri
Nyeri tulang Pembengkakan
dan persendian KGB
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan
Biopsi
dara rutin

Lumbal
Sitogenetik
puncture
Tatalaksana

Kemoterapi

cangkok sumsum tulang


Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Komplikasi

Komplikasi
Komplikasi
pada sistem
pada paru
saraf
Komplikasi pada paru
Infeksi pada paru
a. infeksi bakteri

Pneumonia pada pasien dengan CML, CT thoraks axial menggambarkan


konsolidasi di lingula dan nodul yang tidak khas pada lobus kiri bawah,
gambaran ini menunjukkan gambaran bronkopneumonia. Pseudomonas
aeruginosa ditemukan pada kultur bilasan bronkus.
Infeksi pada paru
a. infeksi jamur

Aspergillosis angioinvasive memperlihatkan gambaran halo dan reversed halo sign. (a)
Gambaran CT thoraks pada pasien CML adalah konsolidasi dan dikelilingi ground-glass
opacities (halo sign). Gambaran ini menggambarkan apergilossis invasif paru. (b) Gambaran
CT thoraks pada pasien AML terdapat area fokal yang ovoid dari ground-glass opacities
dengan gambaran cincin seperti gambaran donat yang tebal pada konsolidasi padat
(reversed halo sign). Pada pasien dengan pneumonia, reversed halo sign menggambarkan
Pulmonary mucormycosis atau aspergillosis paru invasif
Infeksi pada paru
a. infeksi jamur

Gambaran CT thoraks Trakeobronkitis akut yang disebabkan Aspergilus pada pasien AML
adalah penebalan dinding bronkus dan material intraluminal dengan atenuasi yang sama
dengan jaringan lunak didalam bronkus utama kanan (panah). Tampak paru kanan yang
kolaps.
Infeksi pada paru
a. infeksi jamur

Pneumonia yang disebabkan oleh P-jiroveci pada pasien yang sudah menjalani HSCT selama
2 bulan pada perawatan multiple myeloma. Gambaran CT thoraks coronal adalah ground-
glass opacities perihiler bilateral
Infeksi pada paru
a. infeksi virus

Pneumonia yang disebabkan CMV pada pasien yang sudah menjalani HSTC untuk
pengobatan AML 70 hari sebelumnya. CT thoraks menggambarkan mikronodul yang tersebar
dengan ground-glass opacities dikedua lobus
Infeksi pada paru
a. infeksi virus

Pneumonia yang disebabkan Respiratory syncitial virus yang sudah menjalanii HSTC
lymphoblastic T-cell lymphoma 10 hari sebelumnya. (a) radiografi thoraks menggambarkan
konsolidasi multipel dan ground-glass opacities dikedua lobus paru. (b) pada CT thoraks
cornonal tampak beberapa fokus nodular dan konsolidasi yang tidak jelas dan ground-glass
opacities difus pada kedua lobus bawah paru.
Infeksi pada paru
a. infeksi virus

Influenza A viral pneumonia pada pasien multipel myeloma yang sedang menjalani
kemoterapi. (a) Radiografi thoraks menggambarkan fokus konsolidasi multipel dan ground-
glass opacities pada kedua paru. (b) Gambaran CT thoraks adalah patchy ground-glass
opacities dengan distribusi subpleural asimetriks dikedua lapangan paru
Leukostasis

Pulmonary leukostasis pada pasien leukemia limfositik akut dan jumlah leukosit 431.300
mikroliter. (a) pada radiograf thoraks tampak ground-glass opacities difus bilateral dan
kranialisasi. (b) CT-scan thoraks tampak penebalan interlobular dan efusi pleura bilateral,
gambaran yang sama terlihat pada udem paru
2. PERDARAHAN PARU

Keganansan hematologi supresi sumsum tulang


trombositopenia rusaknya kapiler alveolar darah masuk ke
alveloli

Gejala klinis :

sesak nafas yang progresif, batuk, demam, hipoksia, nyeri dada, dan kadang
bisa didapatkan hemoptysis.

(Choi MH, dkk, 2014 & Nanjappa S, dkk, 2016)


Pemeriksaan Radiografi Toraks:
Tampak gambaran opak di perihilar dan bagian basal paru.
Gambaran ground glass opacities yang difuse dan patchy consolidation
Rticulation or a crazy-paving appearance (Choi MH, dkk, 2014 & Nanjappa S, dkk, 2016)
Ct-scan thorak axial:
Tampak gambaran ground-glass opacity multifokal dengan distribusi
perdarahan di alveolar
(Choi MH, dkk, 2014 & Nanjappa S, dkk, 2016)
Komplikasi Pada Sistem Saraf

Serebrovaskular

Apabila terjadi stasis sel dalam Kondisi tersebut ditambah


Leukemia dikaitkan dengan
arteriol akan menyebabkan dengan pengunaan obat2 tan
leukositosis, trombositopenia,
perdarahan masif atau merup resiko terjdi kel serebro
sepsis, atau koagulopati
trombosis vaskular

Asparginase menyebabkan
penipisan protein plasma yang
terlibat dalam koagulasi dan Pada CT scan perdararah
fibrinolisis sehingga dikaitkan terlihat adanya lesi hiperdens
trombosis dari sinus dural /
infark serta perdarahan.
Seorang anak 16 tahun yang memperlihatkan perubahan sensorik diikuti
oleh hilangnya kesadaran. CT scan (A) menunjukkan lesi hyperdense
(panah) di wilaya frontoparieta , dengan sekitar white matter edema dan
terlihat adanya efek massa. MRI (B) pada tingkat yang sesuai menunjukkan
pinggiran hyperintense (panah) karen adanya methemoglobin intraseluler
dan hypointensity pusat (panah) karena deoxyhemoglobin
Hematoma Subdural Kiri pada AML dengan efek massa pada struktur yang berdekatan
DIC pada pasien yang didiagnosis dengan AML, nyeri, dan
letargi: multiple supra dan infratentorial hyperattenuating small
lesions (lesi perdarahan).
Infeksi Otak

status kurang gizi, rawatan


rumah sakit yang
Terjadi karena netropenia
berkepanjangan, kateter,
dan imunosupresi pada
mucositis, dll, mempengaruhi
penderita leukemia
terjadinya infeksi dari
berbagai organisme

organisme mencapai CNS Patogen dapat


sering melalui penyebaran mempengaruhi parenkim
secara hematogenen dan otak (focal atau difus),
dapat pula terjadi melalui lapisan meningeal, atau
fokus infeksi yang berdekatan ruang ekstra-aksial
MULTIPLE BRAIN ABSCESS (frontal bilateral and left
fronto-parietal) and right maxillary sinusitis, pada pasien yang
didiagnosis dengan diagnosed ALL ( sakit kepala, kejang and
demam).
Multiple Brain Abscess pada ALL, terletak di daerah parieto-oksipital
BAB 3
KESIMPULAN
Kesimpulan:

Leukemia memiliki komplikasi terhadap beberapa organ tubuh seperti


sistem saraf pusat dan sistem respirasi. Komplikasi pada sistem saraf pusat
pada penderita leukemia adalah terjadinya kelainan serebrovaskular seperti
perdarahan intra dan ekstra serebral, serta DIC dan terjadinya infeksi pada
serebral. Pada sistem respirasi leukemia juga dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan paru, infeksi dan leukostasis. Komplikasi pada leukemia dapat
dilihat dengan radiologis seperti radiografi konvensional, CT-Scan, dan MRI
yang memiliki gambaran khas pada masing-masing kelainan organ.

Anda mungkin juga menyukai