Anda di halaman 1dari 137

PENYAKIT KEGANASAN

Penyakit keganasan pada anak usia di bawah 18 tahun terdapat 2%-4% dari seluruh
penyakit kanker pada manusia, meski pun angka pasti di Indonesia belum ada. Menurut
laporan luar negeri, kira-kira 10% kematian pada masa anak-anak disebabkan kanker. Kalau
angka dunia untuk penderita kanker anak terdapat 150 penderita per 1 juta anak.
Penyebab penyakit keganasan anak sampai saat ini, belum diketahui secara pasti,
namun demikian berdasarkan pengamatan dan penelitian penyakit keganasan pada anak
dikatakan dapat terjadi karena gabungan faktor genetik dan lingkungan. Tentang faktor
genetik, katanya, tidak berasal dari gen orangtuanya, tapi terjadi mutasi gen di dalam diri
anak itu sendiri. Kanker dapat disembuhkan, asal diketahui pada stadium dini. Tapi
kebanyakan pasien dibawa ke rumah sakit setelah stadium lanjut
Berbagai jenis penyakit keganasan yang banyak ditemukan pada anak adalah
leukemia (kanker darah), tumor otak, retinoblastoma (kanker retina mata), limfoma (kanker
kelenjer getah bening), neuroblastoma (termasuk golongan kanker saraf), tumor wilms
(kanker ginjal), rabdomiosarkoma (kanker jaringan otot), osteosarkoma (kanker tulang).

1. LEUKEMIA
Leukemia keganasan sel-sel darah putih. Leukemia terjadi jika proses pematangan
dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke
arah keganasan. sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-
sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dar i sel-sel yang menghasilkan
sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.

PENYEBAB:
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui , KEADAAN
meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
1. Virus.
2. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu
3. Kelainan genetik tertentu, misalnya sindrom down

Klasifikasi
Klasifikasi FAB (French-American British) didasarkan atas kelainan morfologi; untuk :
 Pendekatan pengobatan

0
 Perjalanan penyakit
 Penentuan prognosis
A. Leukemia Akut
1. Leukemia Limfoblastik Akut (ALL)
L1 : sel kecil, sitoplasma kecil, homogen  sering pada anak (>85%).
L2 : sel besar, sitoplasma lebih besar, heterogen  dewasa
L3 : sel lebih besar, sitoplasma lebar-basofilik, homogen, vakuolisasi
 Burkitt

2. Leukemia Akut Non-limfoblastik (ANLL)


M1 (AML) : mieloblas tanpa maturasi
M2 (AML) : mieloblas dengan maturasi
M3 (APL) : Leukemia Promielosit Akut
M4 : Leukemia Mielomonositik Akut
M5 : Leukemia Monositik Akut
M6 : Eritroleukemia
M7 : Leukemia Megakarioblastik Akut

B. Leukemia Kronik
1. Leukemia Limfositik Kronik (CLL)
2. Leukemia Mielositik Kronik (CML)

Klasifikasi lain :
A. Jumlah leukosit
1. Leukemia leukemik
2. Leukemia subleukemik
B. Cell surface markers  imunologis
C. Sitokimiawi  PAS, Peroksidase, Sudan Black :
 Limfoblas
 Mieloblas
 Monoblas
D. Analisa Kromosom  Philadelphia  CML.
Insidens
 1/100000
 Frekuensi tiap jenis :
1. ALL : > 80%
2. ANLL : 10%

1
3. CML : 2%
4. CLL : tidak ditemukan pada anak.

LEUKEMIA AKUT
 Dijumpai pada semua umur.
 Dewasa  mieloblastik  ANLL
 Anak  ALL : umur terbanyak 2-5 tahun.
 Petanda imunologis (surface maekers)  ALL :
1. ALL non-T non-B
o Common ALL (antigen “aALL’)  tersering pada anak, prognosis
paling baik
o Null ALL
2. Pre-B ALL
3. B-ALL
4. T-ALL

Gejala Klinik
1. Pendesakan sumsum tulang mengakibatkan kegagalan sumsum tulang 
pansitopenia.
2. Infiltrasi ekstra medular.

Kegagalan Sumsum Tulang


Gejala umum :
Keluhan pertama yang paling sering ialah pucat, lelah dan anoreksia, Demam
ditemukan pada  60% kasus. Gejala lain ialah perdarahan dan nyeri pada tulang (25%).
a. Anemia :
 Gejala umum anemia; pucat, lelah
 Timbulnya mendadak dan progresif
b. Granulositopenia:
 Demam
 Mudah infeksi
c. Trombositopenia  perdarahan
 Spontan/trauma ringan
 Kulit, selaput lendir

Infiltrasi Di Luar Sumsum Tulang


1. Pembesaran kelenjar limf
2. Splenomegali

2
3. Hepatomegali
4. Gejala infiltrasi SSP :
 Saat didiagnosa : 70% telah terjadi infiltrasi SSP  tanpa gejala.
 Sering pada ALL sel T
 Paling sering bentuk sindrom meningeal : tekanan intrakranial meningkat dan
gejala rangsang menings.
 LCS : pleositosis  sel blas leukemia
 Sumber relaps ekstramedular.
5. Gonad; testis merupakan sumber relaps ekstramedular.
6. Ginjal
7. Traktus gastrointestinalis
 Infiltrasi pada dinding usus.
 Ulserasi, invaginasi.
8. Orbita.

Laboratorium
1. Darah tepi :
 Anemia ; normositik normokrom
 Trombositopenia
 Leukosit : meninggi (>60%), rendah ( 20%) dan normal (15%)
 Sel blas  leukositosis
2. Sumsum tulang :
 Hiperseluler  dominasi sel blas (sel leukemia)
 Pendesakan hemopoetik normal  elemen normal turun.

Reaksi leukemoid
Reaksi leukosit dimana terjadi hiperleukositosis dengan sel muda :
 Mieloid : infeksi piogen, perdarahan hebat, TBC, hemolisis.
 Limfoid : pertusis, mononuklleosis infeksiosa, TBC

KARAKTERISTIK LEUKEMIA REAKSI LEUKEMOID


Darah tepi Biasa  blas Jarang  blas
Anemia + -
Trombositopenia + -
Splenomegali + 
Limfadenopati + 
Infiltrasi jaringan + -
Perjalanan penyakit Persisten Sementara
Sumsum tulang Abnormal Normal
Hiatus leukemikus + -

3
Terdapat 4 jenis utama leukemia, yang diberi nama berdasarkan kecepatan perkembangan
penyakit dan jenis sel darah putih yang terkena:

Perkembangan Sel darah putih yg


Jenis
penyakit terkena

Leukemia Limfositik (limfoblastik) Akut Cepat Limfosit

Leukemia, Mieloid (mielositik,


mielogenous,mieloblastik, mielomonositik) Cepat Mielosit
Akut

Leukemia Limfositik Kronik


termasuk sindroma Sézary dan leukemia Lambat Limfosit
sel berambut)

Leukemia Mielositik (mieloid,


Lambat Mielosit
mielogenous, granulositik) Kronik

Leukemia Limfositik Akut

LLA merupakan leukemia yang paling sering terjadi pada anak-anak. merupakan
25% dari semua jenis kanker yang mengenai anak-anak di bawah umur 15 tahun. Paling
sering terjadi pada anak usia antara 3-5 tahun.
Sel-sel yang belum matang, yang dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit,
berubah menjadi ganas. Sel leukemik ini tertimbun di sumsum tulang, lalu enghancurkan dan
menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian
dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke hati, limpa, kelenjar getah bening, otak,
ginjal dan organ reproduksi; dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah
diri.
Sel kanker bisa mengiritasi selaput otak, menyebabkan meningitis dan bisa menyebabkan
anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya Sebagian besar kasus
tampaknya tidak memiliki penyebab yang pasti.
Radiasi, bahan racun (misalnya benzena) dan beberapa obat kemoterapi diduga berperan
dalam terjadinya leukemia. Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal
menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa:
- lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit)
- infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel darah putih
- perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
Pada beberapa penderita, infeksi yang berat merupakan pertanda awal dari leukemia;
sedangkan pada penderita lain gejalanya lebih ringan, berupa lemah, lelah dan tampak pucat.
Perdarahan yang terjadi biasanya berupa perdarahan hidung, perdarahan gusi, mudah memar
dan bercak-bercak keunguan di kulit.

4
Sel-sel leukemia dalam otak bisa menyebabkan sakit kepala, muntah dan gelisah; sedangkan
di dalam sumsum tulang menyebabkan nyeri tulang dan sendi. Pemeriksaan darah rutin
(misalnya hitung jenis darah komplit) bisa memberikan bukti bahwa seseorang menderita
leukemia.
Jumlah total sel darah putih bisa berkurang, normal ataupun bertambah; tetapi jumlah sel
darah merah dan trombosit hampir selalu berkurang.
Sel darah putih yang belum matang (sel blast) terlihat di dalam contoh darah yang diperiksa
dibawah mikroskop.
Biopsi sumsum tulang hampir selalu dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan
jenis leukemia.

Leukemia Limfositik Kronik

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit
(salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah
bening.
Beberapa jenis leukemia limfositik kronik dikelompokkan berdasarkan jenis limfosit yang
terkena.
Leukemia sel B (leukemia limfosit B) merupakan jenis yang paling sering ditemukan, hampir
mencapai 3/4 kasus LLK.
Leukemia sel T (leukemia limfosit T) lebih jarang ditemukan.

Pengobatan
o Tujuan/prinsip pengobatan :
1. Remisi dan mempertahankan sampai terjadi penyembuhan.
2. Mengatasi gejala/akibat dari penyakit dan obat.
o Strategi :
1. Induksi remisi
2. Profilaksis SSP
3. Mempertahankan remisi:
a. Konsolidasi/Intensifikasi.
b. Maintenance & reinduksi
4. Cangkok sumsum tulang
5. Penghentian pengobatan
o Remisi
1. Remisi lengkap :
 Gejala klinis menghilang

5
 Semua elemen darah tepi normal dan tidak ada blas.
 Blas dalam sumsum tulang < 5%
2. Remisi sebagian :
 Klinis tampak sehat
 2 dari 3 elemen darah tepi normal
 Blas dalam sumsum tulang 6-10%
o Mengatasi gejala/akibat : suportif
 Antibikroba  infeksi.
 Komponen darah  anemia, trombositopenia, granulositopenia.
 Perbaiki keadaan umum
 Hemopoetik growth factor; G-CSF dan GM CSF
Prognosis
 Tanpa pengobatan > 50% meninggal kurang dari 6 bulan.
 Pengobatan adekuat : > 80% sembuh  cALL
Prognosis kurang baik bila :
1. Umur : < 1 tahun dan > 10 tahun.
2. Leukosit : > 50000/mm3.
3. Kelamin : Laki-laki
4. Ada masa mediastinal
5. Ada leukemia SSP
6. Jenis leukemia : ALL sel T, sel B dan Pre-B
7. Ada kromosom Philadelphia.
Sebab kematian
1. Infeksi.
2. Perdarahan.
3. Atau keduanya

2. NEUROBLASTOMA
Neuroblastoma adalah kanker pada sistem saraf yang sering ditemukan pada masa
kanak-kanak. Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh.
kanker ini berasal dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem
saraf yang mengatur fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang hormon
tertentu). Neuroblastoma paling sering berasal dari jaringan kelenjar adrenal di perut.
Keganasan ini biasanya segera menyebar ke kelenjar getah bening, hati, tulang dan sumsum
tulang. Sekitar 75% kasus ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 5 tahun.

6
Neuroblastoma terjadi pada 1 diantara 100,000 orang dan agak lebih sering menyerang anak
laki-laki.

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang berhubungan dengan neuroblastoma adalah sebagai berikut;

 Umur Terjadi paling sering pada infant dan 50% dari semua keganasan didiagnosis
pada masa infant.

 Jenis kelamin. Terjadi lebih sering pada pria dari pada perempuan.
 Ras. Terjadi lebih sering pada anak berkulit putih dari pada kulit hitam.
 Riwayat keluarga. Jika neuroblastoma terjadi pada sanak saudara, seorang anak
lebih beresiko terkena penyakit tersebut.

GEJALA KLINIK

Salah satu atau kombinasi gejala tersebut dapat menjadi tanda dari neuroblastoma:

 Massa, biasanya di leher, dada, abdomen, atau pelvis


 Abdominal pain atau discomfort
 Bone pain
 Demam
 Bola mata menonjol dan lingkaran hitam di sekitar bola mata

Gejala yang lebih jarang terjadi termasuk;

 Paralysis
 Tekanan darah tinggi
 Diare dehidrasi berat
 Gerakan otot yang tidak terkoordinasi
 Gerakan bola mata yang tidak terkontrol

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Blood tests
 Urine tests
 CT (or CAT) Scan
 MRI
 Biopsi

7
HISTOLOGY & CYTOGENETICS

Karakteristik dikenal dalam neuroblastoma:

N-myc amplifikasi. N-myc adalah onkogen, gen yang daoat menyebabkan pertumbuhan
sel. Amplification artinya lebih dari 1 ditemukan dalam sel.

Hiperploidi. Hiperpolidi adalah sel ganas yang memiliki kromosom lebih dari kromosom
normal, 46 kromosom.

VMA/HVA ratio. HVA, homovanillic acid dan VMA, vanillylmandelic acid. Ratio
metabolit yang ditemukan dalam urin.

NSE. Neuron-specific enolase, petanda serum, enzyme spesifik terhadap saraf simpatik dari
derivate neuroblastoma.

Serum ferritin.

LDH. Lactate dehydrogenase (LDH) adalah grup of enzyme yang memiliki aktivitas
biologi

Gd2. Petanda serum marker (sialic acid-mengandung glycosphingolipid) berperan dalam


progresi tumor.

CD44 antigen. Antigen yang menunjukkan stadium perkembangan dari sel neuroblastoma.

TRK-A protooncogene. Onkogen yang merangsang pertumbuhan sel.

1p deletion. Delesi pada chromosome 1.

PENANGANAN

o Operasi
o Terapi radiasi
o Kemoterapi (daunorubicin, cyclophosphamide, carboplatin, dan epotoside)
o Transplantasi sumsum tulang
o Immunotherapy, monoclonal antibody, dosis terapi I-131 mIBG, kadang-kadang
kombinasi dengan kemoterapi.

3. TUMOR WILMS

Tumor wilms, juga disebut nephroblastoma, malignansi tumor dalam sel di


ginjal. Merupakan jenis keganasan renal yang paling sering, sekitar 6% dari keganasan pada
anak-anak. Hampir 500 anak di amerika didiagnosa dengan TUMOR WILMS seriap tahun.
Tumor ini dapat terjadi pada usia antara masa infant dan 15 tahun, tapi paling sering pada
usia 3 tahun. Insiden sama antara laki-laki dan perempuan. Tumor tersebut dapat menjadi
besar dan bermetastase pada jaringan lain, paling sering ke paru-paru. Juga bisa ke hati,

8
ginjal satunya, otak dan tulang. Hampir 5-10% anak dengan tumor wilm’s, kedua ginjalnya
terkena.

PENYEBAB

Tumor wilms jarang diturunkan dalam keluarga (< 2 % kasus). Paling sering
disebabkan oleh mutasi gen yang mempengaruhi pertumbuhan sel ginjal. Mutasi tersebut
umumnya timbul setelah lahir. Tapi pada beberapa kasus terjadi perubahan genetik setelah
lahir. Persentasi kecil dari pasien dengan tumor wilm’s memiliki salah satu dari 3 sindrom
genetik, termasuk ;

 WAGR syndrome - Tumor wilms, Aniridia (hilangnya iris), Genitourinary

malformasi, and Retardasi mental. Hal ini disebabkan oleh inaktivasi tumor

suppressor gen, disebut WT1 pada kromosom #11. Tumor suppressor gen biasanya

mensupresi pertumbuhan tumors dan mengkontrol pertumbuhan sel. Ketika terjadi

perubahan gen, pertumbuhan sel tidak dapat dikontrol dan berkembang menjadi

tumor.

 Denys-Drash syndrome – Sindrom yang dikarakteristik dengan kelainan ginjal,

malformasi genitourinary dan tumor gonad (ovarium atau testis). Juga disebabkan

oleh hilangnya atau inaktivasi tumor suppressor gen, WT1 pada kromosom #11.

Tumor suppressor gen biasanya mensupresi pertumbuhan tumor dan control

pertumbuhan sel. Ketika terjadi perubahan gen, pertumbuhan sel tidak dapat

dikontrol dan berkembang menjadi tumor.

 Beckwith-Wiedemann syndrome – Sindrom yang dikarakteristik ole berat badan

lahir besar dan pembesaran hati, limpa dan lidah, gula darah rendah pada masa

neonatal, malformasi telinga, pertumbuhan tubuh asimetri, defek dinding abdomen

(omphalocele), dan tumor hepar dan kelenjar adrenal. Disebabkan oleh aktivitas

berlebihan dari onkogen pada kromosom #11, IGF2. Onkogen kontrol pertumbuhan

sel, tapi jika terjadi mutasi, pertumbuhan sel tidak terkontrol.

GEJALA KLINIK
Gejala paling sering dari TUMOR WILMS sebagai berikut;

9
 Massa tidak keras, dapat dilihat atau diraba di abdomen
 pembesaran abdomen
 vena terlihat distended atau membesar menyilang abdomen
 darah di urine (hematuria)
 nyeri abdomen akibat tekanan dari organ lain sekitar tumor
 nafsu makan menurun, lemah dan lelah
 demam
 hipertensi

Jika dicurigai tumor, perlu diperhatikan jangan memberikan tekanan pada daerah tersebut,
karena jika tumor tersebut rupture, sel kanker dapat metastase ke jaringan tubuh lainnya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 abdominal ultrasound – menggambarkan pembuluh darah, jaringan dan organ,


dapat memberi batasan ginjal dan tumor.
 abdominal computerized tomography scan
 magnetic resonance imaging (MRI) - MRI dapat menentukan jika ada keganasan
 chest x-ray – memberikan gambaran jika ada metastase ke paru-paru.
 blood and urine tests - evaluasi ginjal dan fungsi hepar.
 biopsy – untuk Evaluasi sel, perluasan penyakit dan diagnosa

PENANGANAN

 operasi
 biopsi tumor (jika tumor terlalu besar atau melibatkan struktur di sekitarnya, biopsy
dilakukan untuk menegakkan diagnosa dan stadium penyakit)
 kemoterapi (membasmi sel tumor yang sisa atau mengobati metastase dan penyakti
rekuren)
 radiasi (membasmi sel tumor yang sisa atau mengobati metastase dan penyakti
rekuren)
 medikasi (kontrol nyeri, hipertensi, nausea, dan infeksi)
 Monitor tekanan darah
 Pengawasan lebih lanjut (menentukan respon terapi, mendeteksi penyakit berulang,
Evaluasi fungsi ginjal dan mengatasi efek samping pengobatan)

3. HEPATOBLASTOMA

10
Tumor hati dapat dibagi atas tumor primer dan tumor sekunder. Sedangkan tumor
primer bisa ganas atau jinak. Pada anak, tumor ganas hati kebanyakan tumor sekunder atau
metastase dari tempat lain (limfoma, leUkemia, neuroblastoma, tumor Wilm's,
rabdomiosarkoma, sarkoma Ewing)

Tumor ganas hati primer pada anak bisa berasal dari sel hati, saluran empedu, dan
mesodermal. Yang berasal dari sel hati adalah karsinoma hepatoseluler, fibrolamellar variant,
dan hepatoblastoma. Yang berasal dari saluran empedu adalah kolangiokarsinoma intra
hepatik dan ektra hepatik, karsinoma hepatoseluler campuran, karsinoma kistadenoma,
karsinoma kandung empedu, serta karsinoma ampulla vaterii. Sedang yang berasal dari
mesodermal adalah angiosarkoma, hemangio endotelioma epiteloid, dan sarkoma.

Tumor hati primer pada anak relatif jarang dijumpai, lebih kurang 0,5--2%
dibandingkan dengan semua keganasan lain pada anak (termasuk leukemia dan limfoma).
Tumor ganas hati primer merupakan tumor ganas kesepuluh tersering yang dijumpai. Di
Amerika Serikat, insiden tumor ganas hati primer 1,6/1.000.000 dari populasi anak per tahun.
Dari semua ini, yang paling sering dijumpai adalah hepatoblastoma (0,9 per 1.000.000
populasi/tahun) dan karsinoma hepatoseluler (0,7 per 1.000.000 populasi pertahun).

Seperti tumor abdomen lain (tumor Wilm's, neuroblastoma, dan lain-lain) penderita
dengan tumor hati sering datang dengan keluhan hanya pembengkakan di abdomen tanpa ada
gejala lain atau ditemukan pembesaran hati pada pemeriksaan kesehatan rutin. Pada anak
dengan dugaan tumor hati primer, harus dipikirkan proses jinak atau ganas. Pembesaran hati
disebabkan oleh proses non-neoplastik atau barangkali oleh adanya massa lain di abdomen
(tumor Wilm's atau neuroblastoma). Dari sejumlah tulisan yang dipublikasi, 57% tumor hati
pada anak adalah ganas.

Penegakan diagnosa yang dini pada penderita tumor sangat penting karena akan
mempengaruhi prognosa dan pengobatan serta hasilnya. Pengobatan dengan total eksisi
operasi merupakan satu-satunya pengobatan. Pada hepatoblastoma yang belum bermetastase,
operasi eksisi total dapat dilakukan terhadap 50% kasus di samping pemberian kemoterapi.
Sedangkan pada karsinoma hepatoseluler dapat dilakukan terhadap 33% di samping
pemberian kemoterapi.

11
DIAGNOSIS

Dalam menegakkan diagnosa tumor ganas hati pada anak dengan pembesaran hati
atau tanpa gejala, pemeriksaan ditujukan untuk mencari lesi fokal, petanda tumor, di samping
gejala klinis serta faktor predisposisinya.

FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa keadaan dapat disebut sebagai faktor predisposisi bagi terjadinya tumor
ganas hati. Pada karsinoma hepatoseluler, faktor predisposisi meliputi mycotoxin, sirosis hati,
hepatitis B dan C, tumor supressor genes, tirosinemia, galaktosemia, defisiensi alfa-1
antitrypsin, glycogen storage disease, cystinosis, Wilson disease, cystinuria, dan penyakit
Soto. Faktor predisposisi pada fibrolamellar meliputi serum tembaga. Sedangkan faktor
predisposisi pada hepatoblastoma meliputi penggunaan kontrasepsi oral, gonadotropin,
sindroma fetal alkohol, sindroma Beckwith-Wiedeman, Polyposis Coli, tumor Wilm's,
hemihypertrofi, divertikulum Meckel, kelainan ginjal, dan neonatal hepatitis. Pada
Hepatokolangio, karsinoma meliputi clonorchiasis, primary sclerosing cholangitis, penyakit
fibroseptik, steroid anabolik, dan throatrast. Karsinoma hepatoseluler campuran meliputi
faktor predisposisi karsinoma hepatoseluler dan kolangiokarsinoma. Faktor predisposisi pada
angiokarsinoma meliputi vinyl chlorida, arsenic, throatrast, steroid anabolik, dan
neurofibromatosis. Faktor predisposisi pada hemangio endotelioma epiteloid adalah
kontrasepsi oral. Pada sarkoma undifferentiated, faktor predisposisinya keracunan phenytoin
pada saat ibu hamil dan fibrosis kistik pada tumor ganas kandung empedu.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang sering dijumpai pada tumor ganas hati bervariasi. Pada karsinoma
hepatoseluler, gejalanya rasa nyeri pada kuadran kanan atas, pembesaran hati, rasa penuh
pada abdomen, kehilangan berat badan, demam, anoreksia, konstipasi, diare, dispnea,
jaundice, dan asites. Gejala klinis pada karsinoma fibrolamellar berupa massa di abdomen
dengan atau tanpa rasa nyeri; pada hepatoblastoma berupa pembesaran hati, anoreksia,
muntah, demam, nyeri, malaise, dan jaundice. Pada hepatokolangio karsinoma, gejala klinis
berupa pembesaran hati dengan atau tanpa rasa nyeri, asites, kelemahan, jaundice, dan
splenomegali; pada karsinoma hepatoseluler campuran berupa pembesaran di abdomen
dengan rasa nyeri dan gejala hepatoseluler lainnya. Gejala klinis pada karsinoma
kistadenoma adalah rasa penuh di abdomen, nyeri, dan kehilangan berat badan. Pada
angiosarkoma berupa demam, kaheksia, kehilangan berat badan, asites, dan hepatomegali.
Gejala pada epitheloid haemangioma-endothelioma yaitu nyeri, pembesaran hati, jaundice,

12
kehilangan berat badan, dan hipertensi portal. Sedangkan pada sarkoma undifferentiated
berupa demam, massa di abdomen, nyeri, hipoglikemia, dan jaundice. Terakhir, gejala pada
karsinoma kandung empedu yaitu teraba massa pada perut kanan atas, nyeri, muntah,
dispepsia, kolik, dan berat badan menurun.

LABORATORIUM

Dalam menegakkan diagnosa suatu tumor ganas hati, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang meliputi darah rutin, fungsi hati, dan sebagainya. Pada karsinoma
hepatoseluler, dapat dijumpai lekositosis, anemia, gangguan pembekuan darah, serum feritin
meningkat, dan peningkatan nilai serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) serta
serum glutamic-pyruvate transaminase (SGPT). Pada karsinoma fibrolamellar, dijumpai
anemia ringan, lekositosis, dan peningkatan nilai SGOT/SGPT. Pada hepatoblastoma terdapat
anemia ringan, lekositosis, peningkatan serum kolesterol, dan peningkatan nilai SGOT/SGPT
pada 15--30% kasus. Pada pemeriksaan laboratoriun hepatokolangiokarsinoma, didapati
lekositosis sedangkan nilai SGOT/SGPT normal. Pada karsinoma hepatoseluler campuran
dijumpai lekositosis, gangguan pembekuan darah, anemia, dan peningkatan SGOT/SGPT.
Pada karsinoma kistadenoma, pada pemeriksaan darah fungsi hati didapati normal. Pada
karsinoma kandung empedu dijumpai kenaikan kadar bilirubin direk /indirek dan serum
SGOT/SGPT serta serum kolesterol.

Tumor Marker 'Petanda Tumor'

Petanda tumor yaitu zat yang kehadiran dan atau kenaikan kadarnya di dalam serum
ataupun cairan tubuh yang lain menandakan adanya tumor. Suatu petanda kanker yang baik
haruslah memenuhi beberapa syarat berikut (Gall dan kawan-kawan):

1. Dapat melacak adanya kanker atau tumor pada tahap dini pada suatu populasi yang
belum menunjukkan suatu gejala apapun juga.
2. Dapat membedakan suatu jenis kanker atau tumor dari suatu kanker atau tumor yang
lain dan juga dari penyakit yang bukan keganasan.
3. Dapat memberi prognosis dan memperingatkan akan adanya rekurensi.

Berbagai jenis petanda tumor ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Protein dan polipeptida: hormon-hormon dari jenis polipeptida, enzim-enzim, antigen


membran, dan macam-macam protein onkofetal.

13
2. Substansi yang lebih sederhana: steroid, hormon-hormon yang merupakan metabolit
asam amino tertentu, serta poliamin yang juga merupakan metabolit asam amino,
namun tidak bersifat hormonal.

Ada sekitar 50--60 jenis zat yang diajukan sebagai petanda tumor atau dihubungkan dengan
adanya satu atau beberapa jenis tumor. Pada karsinoma hepatoseluler, petanda tumor meliputi
alfa feto protein (AFP) yang meninggi, karsinoma embrionik antigen yang meninggi, serum
asam alfa glutamyl transferase dan serum vitamin B-12 binding protein, serta serum
neurotensin. Pada hepatoblastoma berupa peningkatan serum AFP. Pada hepatokolangio
karsinoma berupa peningkatan serum keratin dan pada karsinoma hepatoseluler campuran
berupa peningkatan serum keratin. Pada karsinoma kistadenoma, petandanya tidak jelas.
Sedang pada angiosarkoma adalah faktor VIII related antigen. Pada sarkoma
undifferentiated, dapat dijumpai serum vimentin dan alfa 1-antitrypsin pada alfa 1-
antithymotrypsin sebagai petanda tumor.

Serum Alpha Fetoprotein

Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) secara klinik pada karsinoma hepatoseluler
pertama kali dilakukan Abelev. Pada hepatoblastoma dijumpai kenaikan 60--70% kadar AFP,
karsinoma hepatoseluler 50%, dan fibrolamellar 21%. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan Serum AFP untuk setiap penderita hepatomegali. Cara pemeriksaan
ELISA untuk serum AFP mempunyai kepekaan yang tinggi dan tidak kalah dengan RIA.
Pemeriksaan AFP hampir spesifik untuk karsinoma hepatoseluler. Namun, kadar AFP juga
dapat meninggi pada berbagai tumor lain seperti hepatoblastoma, dan dapat pula menjadi
petunjuk penilaian keganasan.

Mencari Lesi Fokal

1. Pemeriksaan Radiologi (Foto Polos Abdomen)

Pada penderita yang diduga menderita penyakit hati, perlu dilakukan


pemeriksaan foto polos abdomen. Jika didapati karsinoma hepatoseluler, terutama
pada orang dewasa, sering terlihat kalsifikasi. Sedangkan pada kolangio karsinoma
dan hemangioma kadang-kadang mengalami kalsifikasi. Kalsifikasi dijumpai kira-
kira 6% dari tumor ganas hati.

14
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi terutama berguna untuk menentukan adanya massa dan


pembesaran hati serta perbedaan antara tumor padat atau kista. Gambaran USG
karsinoma hati primer fase dini memperlihatkan nodul gema berdensitas rendah dan
homogen atau heterogen. Hal ini terjadi karena dalam jaringan tumor hati primer
hanya ditemukan sel karsinoma yang mengandung pembuluh darah kapiler dan tidak
mengandung stroma intraseluler. Bentuk soliter sering memperlihatkan suatu nodul
besar berdensitas tinggi. Bentuk campuran adalah campuran bentuk noduler dan
difusi, noduler dengan soliter, soliter dengan difusi.

3. Computed Tomography (CT)

Pada kanker hati primer, akan tampak vaskularisasi yang meningkat, yaitu
peninggian densitas tumor. Sedangkan pada kanker hati, metastatik tampak
avaskuler, yaitu densitas tumor sama.

4. Pemeriksaan Skintigrafi (Scaning)

Skintigrafi hati sering dipakai untuk mendeteksi kelainan hati. Teknik ini
merupakan pemeriksaan hati yang sederhana, mudah, dan noninvasif. Visualisasi hati
melalui pemeriksaan ini bergantung pada proses fisiologis dimana sel-sel poligonal
(60%) yang mampu menangkap secara selektif dan mengeluarkan kembali
radiofarmaka ke dalam darah umumnya kelainan lokal. Baik yang jinak ataupun yang
ganas akan tampak sebagai suatu daerah kosong (Space Occupying Lesion = SOL)
karena kelainan tersebut tidak menyerap radiofarmaka dan disebut daerah dingin.

Nilai diagnostik skintigrafi terbatas karena:

1. Tidak dapat mendeteksi kelainan dengan diameter < 2 cm.


2. Interprestasi sering tidak tepat karena variasi ukuran, bentuk, dan posisi hati.
3. Sukar untuk menilai kelainan hati pada vena porta.
4. Adanya SOL belum menentukan jenis kelainannya.

Untuk membedakan apakah penyebab SOL suatu proses jinak atau ganas maka skintigrafi
dapat dilanjutkan dengan 75 Se seleno metionin yang dapat diserap sel hati normal dan
karsinoma hepatocelluler.

15
6. Pemeriksaan Angiografi

Dengan pemeriksaan ini, dapat diperoleh gambaran arteri coeliac, arteri


mesenterika, dan cabang-cabangnya di dalam hati (arteriogram) dengan
menyuntikkan zat konstras ke dalam arteri femoralis kanan atau kiri melalui kateter.
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi, diagnosis, dan
menentukan apakah dapat dioperasi atau tidak serta menentukan efek pengobatan dan
terapi (embolisasi). Tumor disuplai darah oleh arteri hepatika. Arteri coeliac dan
mesenterika superior yang selektif dapat mendemonstrasikan lesi tersebut. Infus
dengan menggunakan kontras yang selektif, terutama bernilai dalam mengenali
tumor-tumor yang kecil. 7.

7. Peritoneoskopi

Akhir-akhir ini, pemeriksaan rongga peritoneum dengan endoskopi sering


dilakukan. Lebih-lebih jika digabungkan dengan biopsi yang terarah. Dengan
laparoskopi ini, pemeriksaan makin lebih aman dan hasil yang diperoleh semakin
bertambah baik. Pada proses keganasan di hati, baik yang primer ataupun metastasis,
dengan pengamatan endoskopi dan biopsi terarah, akan memberi manfaat besar.
Dengan laparoskopi dapat diamati besar, bentuk, warna, dan permukaan hati itu
sendiri.

8. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan MRI lebih baik jika


dibandingkan dengan teknik pemeriksaan lain. MRI dapat menjelaskan secara akurat
(tepat) keterlibatan parenkim dan batas-batas tumor. Struktur vaskuler, terutama vena
hepatik dan vena kava inferior, lebih jelas bahkan pada pasien terkecil sekalipun.
MRI lebih dapat menentukan secara lebih akurat stadium tumor sebelum pengobatan
dibanding CT Scan.

9. Biopsi Hati

Untuk menegakkan diagnosis penyakit hati, perlu dilakukan pemeriksaan


histologis jaringan hati dengan melakukan biopsi hati. Untuk diagnosis biopsi hati
membuta dapat dipakai 2 metode, Menghini dengan cara aspirasi dan metode Vim
Silverman yaitu dengan cara memotong jaringan hati. Biopsi hati merupakan
diagnosa pasti (gold standard) dalam menegakkan diagnosis tumor ganas hati.

16
Kelainan histopatologi beberapa kelainan hati:

Karsinoma Hepatoseluler

Ditandai dengan sel-sel poligonal dalam ukuran yang bervariasi dengan inti yang
hiperkromatik dan terlihat sering mitosis. Tumor-tumor sering terlihat multisentris. Beberapa
mensekresi empedu serta menyerang cabang-cabang vena porta dan hepatik.

Hepatoblastoma

Ditandai dengan dilatasi saluran sinusoid, potongan melintang berwarna hijau, kuning atau
putih. Tumor menyebar ke jaringan penunjang dan kelenjar limfe, susunan saraf pusat,
tulang, dan jaringan lainnya. Secara mikroskopis, tumor ditandai dengan sel-sel epitel yang
menyerupai sel hati, tetapi kadang-kadang dijumpai epitel fetal, embrional, atau anaplastik.
Biasanya tergabung dalam bentuk cord, tetapi terkadang dalam bentuk tubuli atau tidak
menentu.

Fibrolamellar Variant

Ditandai dengan sel-sel dalam ukuran yang sangat besar, sitoplasma asidofilik yang sangat
dalam, dan inti yang menonjol dengan pembagian/pembatasan oleh pita-pita serta kolagen
lamelar.

Kolangio Karsinoma

Ditandai dengan perkembangan yang abnormal dari saluran empedu intra hepatik dan ekstra
hepatik. Tumor tetap keras dan berwarna putih, merupakan tumor kelenjar yang berasal dari
epitel saluran empedu. Sel-sel tumor mirip dengan epitel saluran empedu, terkadang
papilernya tertata.

Hepatoseluler-Kolangiokarsinoma Campuran

Ditandai dengan gambaran yang dijumpai pada hepatoseluler dan kolangiokarsinoma.

Kistadenokarsinoma

Ditandai dengan masa molekuler dengan batas proyeksi multipel polypoid oleh sel epitel
biliar dan memiliki stroma hyalin. Tumor multikistik dan mengandung warna empedu.
Secara histologis kista-kista dibatasi oleh sel-sel epitel maligna dengan papiler dan stroma
fibrous yang longgar.

17
Angiosarkoma (Hemangioma-endotelioma)

Ditandai dengan saluran-saluran dalam ukuran yang bervariasi dan dibatasi oleh endotelium
yang tegak lurus. Mungkin terdapat fokus dari sel-sel vaso formative, tetapi mitosis jarang.

Epiteloid haemangioma-endotelioma

Ditandai dengan diferensiasi cavernous/pembuluh darah, fibrosis, gambaran dihubungkan


dengan regressi, dan bagian dari tumor sukar dibedakan dengan angiosarkoma. Sel-sel tumor
seperti dendrit dan epitel menginfiltrasi sinusoid serta vena intra hepatik semua ukuran.

Sarkoma Undifferentiated

Secara histologis mirip dengan sarkoma. Terdapat sel multisentris, proliferasi intravaskular
yang lokal, hepatosit yang melebar, berdarah, dan infark.

DIAGNOSIS BANDING

1. Hepatomegali oleh sebab lain seperti: Amiloidosis, Hemokromatosis.


2. Keadaan gizi atau hematologis seperti: Lipid storage disease, histiocytosis -X,
glycogen storage disease, abses hati (piogenik atau amubik), kista atau hemangioma.
3. Infeksi parasit, toksin, dan obat-obatan.
4. Penyakit vena oklusif.
5. Trombosis vena hepatik.
6. Pseudo kista pankreas jika letak pembesaran hepar ke kiri.
7. Tumor ekstra hepatik seperti neuroblastoma dan nefroblastoma.

KOMPLIKASI

1. Pembesaran tumor yang progressif.


2. Rasa tidak enak di perut (abdominal discomfort).
3. Asites.
4. Kesukaran bernafas (respiratory difficulty).
5. Penyebaran metastasis dari tumor ke paru dan lymph node.
6. Anemia progressif.
7. Sepsis.
8. Badan kurus.

18
PENGOBATAN

1. Reseksi hati baik komplit atau inkomplit.


2. Transplantasi hati.
3. Kemoterapi sistemik.
4. Transcateter / arterial embolization.
o Embolisasi
o Injeksi lipiodol
o Injeksi alkohol perkutan
o Imuno targeting
o Imuno terapi
o Manipulasi hormon
5. Cryosurgery dengan nitrogen cair.
6. Terapi radiasi.

PROGNOSIS

Pada umumnya, prognosis dari karsinoma hati adalah jelek. Prognosis tergantung
pada stadium tumor dan kecepatan pertumbuhannya. Tumor yang kecil (<3 cm) mempunyai
kemungkinan hidup 1 tahun 90% , untuk 2 tahun 55%, dan 3 tahun 12,8%. Tumor yang
infiltratif mempunyai prognosis yang lebih buruk bila dibandingkan dengan yang menyebar.
Terdapatnya kapsul yang intact merupakan pertanda yang baik. Kemungkinan hidup 5 tahun
untuk hepatoblastoma 35%, karsinoma hepatoseluler 31%, karsinoma fibrolamelar 32--62%,
dan hepatoblastoma 36%. Angiosarkoma sangat jelek karena hanya sensitif dengan
penyinaran. Yang paling jelek adalah kholangiokarsinoma karena tidak mempunyai respons
terhadap pengobatan sitostatika. Reseksi bedah yang komplit pada saat didiagnosa dan
tambahan dengan pengobatan kemoterapi mempunyai kemungkinan hidup lebih baik, tetapi
harapan hidup jelek jika setelah reseksi bedah masih terdapat sisa tumor meskipun kemudian
hari diberi tambahan dengan berbagai obat. Prognosis karsinoma hepatoseluler lebih buruk,
rata-rata hanya hidup 6 bulan.

5. LIMFOMA

Limfoma merupakan infiltrasi sel maligna dari sistim limfatik. Sistim limfatik terdiri
dari kelenjar limfe, yang terdapat di leher, lipat paha. Kelenjar tersebut dihubungkan satu
sama lain, juga ke limpa, timus, tonsil dan usus halus melalui pembuluh limfe. Pembuluh
limfe membawa cairan limfe yang mengandung limfosit. Sekali keganasan mengenai sistim

19
limfe, sering menyebar sebelum terdeteksi. Limfoma memberi gejala pembengkakan
kelenjar limfe, demam dan fatique

Limfoma dibagi atas 2 grup non-Hodgkin's(NHL) dan Hodgkin's(HL). NHL lebih


sering didapati pada anak-anak, antara usia 10-20 tahun. Ada sekitar 15 tipe NHL telah
diindentifikasi. HL jarang pada usia dibawah 5 tahun, umumnya lebih banyak pada anak
laki-laki dibanding anak perempuan. Limfoma Hodgkin lebih dapat diobari dari pada non-
Hodgkin.

NHL (Non-Hodgkin's Lymphoma)

Ada 3 tipe NHL yang banyak terjadi pada anak-anak :

1. Limfoblastik lymphoma: didominasi sel T, sering sulit dibedakan dari leukemia;


30% dari kasus NHL

2. Small noncleaved cell lymphoma (Burkitt's dan non-Burkitt's): sel B, cALLa;


40-50% dari kasus NHL.

3. Large cell lymphoma heterogene sel B dan sel T, 20-25% dari kasus NHL

Hodgkin's Lymphoma

Hodgkin's lymphoma dikarakteristik oleh adanya sel besar, binukleated, ”Reed-


Sternberg cells." Hodgkin's limfoma biasanya disertai pembesaran kelenjar limfe.

PENANGANAN

Penanganan semua tipe limfoma tergantung tipe, stadium dan gradasi penyakit.

STADIUM

I Hanya pada sisi kanker, tidak terlibat sumsum tulang

II Kanker pada 2 sisi, atas atau bawah dari diafragma, tidak terlibat sumsum tulang

III Lokasi atas dan bawah diafragma, sumsum tulang tidak terlibat

IV Sumsum tulang terkena atau sel ganas telah menyebar dari sistim limfatik

B Demam, penurunan berat badan atau keringat malam

A Tidak ada demam, penurunan berat badan atau keringat malam

E Disease has spread to organs outside the lymph system.

GRADES

 High : biasanya ditemukan sel B dan sel T

 Intermediate : biasanya ditemukan sel B dan sel T

 Low : didominasi oleh sel B.

20
Lymphoma biasanya diobati dengan kombinasi kemoterapi, radiasi , operasi dan atau
transplantasi sumsum tulang.

Perbedaan limfoma hodgkin dan non hodgkin

No Perbedaan Limfoma Maligna Limfoma Maligna


Non Hodgkin’s Hodgkin’s
1. Berasal dari Sel limfosit B dan sel T Sel histiosit
2. Usia  15 tahun Lebih banyak pd dewasa
3. Onset cepat Lambat

4. Gambaran  Massa intraabdominal  Pembesaran kel. Limf di


Klnik & mediastinum daerah servikal & supra
 Gejala yg menonjol : klavikular, tidak nyeri
Nyeri, disfagi, sesak  Gejala yg menonjol :
Napas, pembengkakan demam, keringat malam
daerah leher, muka & hari, BB sulit naik bahkan
sekitar leher menurun
 Pembesaran kel. Limf di  Pembesaran kel. Limf juga
leher, di inguinal, axilla, supra
supraklavikuler/axiller, diafragma (jarang).
tidak nyeri
5. Sumsum Tulang (±) (±)
6. SSP jarang Lebih sering

7. Liver Tidak ada pembesaran hepar Ada pembesaran hepar


8. Tulang jarang Lebih banyak
9. Laboratorium Biasanya dalam batas Tidak spesifik, bisa
normal ditemukan leukositosis,
limfopenia, eosinofilia,
monositosis dan anemia.
10. Gambaran Tergantung klasifikasinya, Ditemukan sel Reed
Histopatologi untuk jenis yang Burkitt’s atau Sternberg yg spesifik, yang
Non Burkitt’s gambaran merupakan sel limfoid yg
selnya difuse undiferentiated, besar dgn banyak nukleus
imunoblastrik : histiositik yang mengelilingi nuklei
difus atau sel limfoblastik sehingga memberikan
konvoluted/berlekuk gambaran seperti halo.
11 Prognosis Bergantung lokasi Bergantung lokasi

6. RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma adalah keganasan yang disebabkan akibat pertumbuhan abnormla di
sel retina. Keganasan ini sangat jarang terjadi, dapat terjadi pada setiap umur, biasanya pada
anak, sebelum usia 5 tahun, dapat terjadi herediter atau tidak herediter. Retinoblastoma yang
terjadi pada hanya 1 mata, biasanya tidak herediter dan retinoblastoma yang ditemukan pada
kedua bola mata biasanya herediter. Bentuk herediter biasanya berkembang sebelum anak
mencapai usia 2 tahun, dimana bentuk herediter berkembang belakangan.

21
FAKTOR RESIKO

 Umur. Rata-rata usia pasien retinoblastoma adalah 2 tahun. 80% didiagnosa


sebelum usia 4 tahun, sangat jarang pada dewasa.

 Heredity. Sekitar 40% dari semua kasus diturunkan akibat mutasi yang diturunkan
dari salah satu orang tua.
 Ras dan jenis kelamin. Terjadi sama pada semua ras dan jenis kelamin

GEJALA KLINIK

 Cat's eye reflex / leucocoria: Biasanya ketika bola mata disinari, pupil akan tampak
merah, tapi pada retinoblastoma pupil tampak putih

 Nyeri bola mata


 Visus menurun
 Strabismus
 Gejala yang jarang terjadi (Rubeosis iridis, kemerahan pada iris, selulitis orbita,
heterochromia iridis, midriasis unilateralm hyphaema, nistagmus)
 Kemerahan pada bagian putih mata
 Pupil tidak retraksi saat terpapar sinar

22
DIAGNOSA

Pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosa adalah pemeriksaan mata di bawah
anestesi pada keadaan pupil dilatasi maksimal dengan oftalmoskopi indirek dan penekanan
sclera oleh dokter mata. Aspirasi dan biopi sumsum tulang serta punksi lumbal untuk
pemeriksaan sitologi sangat dianjurkan apabila ada penyebaran ekstraokuler. Pemeriksaan
LDH serum atau cairan mata diperiksa untuk membedakan dengan lesi lain yang bisa
merangsang produksi LDH. Biopsi intraokuler untuk mengambil jaringan atau cairan untuk
pemeriksaan enzim merupakan kontraindikasi.

PENANGANAN

Dua aspek pengobatan retinoblastoma adalah pengobatan local untuk jenis


intraokuler dan pengobatan sistemik untuk jenis ekstraokuler. Pemilihan jenis terapi
bergantung pada ukuran, jumlah dan lokasi tumor dan satus mata. Pada dasarnya pengobatan
retinoblastoma adalah untuk menjaga potensi dan kegunaan visus, meminimalkan komplikasi
jangka panjang (metastase)

Jenis terapi :

 Pembedahan (enukleasi)
 External Beam radiotherapy (EBRT)
 Radioterapi plaque

 Kryo dan fotokoagulasi (untuk tumor < 5mm)


 Kemoterapi (Carboplatin, cisplatin, etoposid, teniposid, siklofosfamid, vinkristin,
adriamisin, idarubisin)

Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan
resiko relaps. Kemoterapi intratekal dan penyinaran ke otak tidak dianjurkan.
7. RHABDOMYOSARCOMA

Rhabdomyosarcoma adalah sebuah pertumbuhan cepat dari jaringan soft tissue


sarkoma pada anak-anak. Rhabdomyosarcoma berasal dari sel rhabdomyoblas, sel
mesenkim primitif yang tumbuh diluar kontrol, yang di kemudian hari menjadi otot lurik.
70% dari semua kasus didiagnosa dalam usia 10 tahun pertama. Biasanya mempengaruhi
anak usia 2-6 tahun dan 15-19 tahun. Puncak insiden 1-5 tahun.

4 lokasi rhabdomyosarcoma adalah :

 Kepala dan leher; sekitar mata -- 35-40%

23
 genitourinary tract -- 20%

 extremities -- 15-20%

 trunk (chest and lungs) -- 10-15%

Berdasarkan “histologi" dari sel, tumor diklasifikasi sebagai berikut :

 Embryonal rhabdomyosarcoma. Tipe paling sering, biasanya ditemukan pada


anak dibawah 15 tahun dan ditemukan di daerah kepala, leher dan saluran
genitourinary.

 Botryoid type. Variasi dari tipe embryonal; the tumor timbul seperti lesi anggir di
mukosa seperti vagina dan kandung kemih.

 Alveolar type. Tipe tumor agresif fan melibatkan otot dari ekstrmitas atau dada.
Pleomorphic type. Biasanya didapati pada orang dewasa dan timbul di otot
ekstremitas.

GEJALA

Rhabdomyosarcoma adalah tumor yang sangat agresif dan cenderung berinfiltrasi


dipermukaan dan dalam jaringan sekitarnya dan juga menyebar secara limfogen dan
hemtogen. Gejala tergantung pada tempat tumor primer dan mulai tanpa gejala sampai pada
proptosis mata, poliposis (tumor) di daerah telinga, hidung atau vagina. Tumor di kepala
dapat menyerupai disfungsi neurologis akibat pendesakan tumor ke dalam otak. Tumor di
daerah penis dapat menyebabkan gangguan kencing atau retentio urinae.

TERAPI

Rhabdomyosarcoma diterapi dengan kombinasi operasi, kemoterapi dan radiasi

 Operasi. Reseksi tumor primer

 Kemoterapi.: vincristine, cyclophosphamide, dactinomycin, adriamycin, ifosfamide,


VP-16.

 Radiasi. Radiasi external beam radiation.

PROGNOSIS

Rhabdomyosarcoma embrional adalah bentuk yang paling dapat diterapi. Prognosis


juga dipengaruhi oleh lokasi tumor primer. Rhbdomyosarcomas Orbital dan genitourinary
memiliki prognosis lebih baik dibanding tumor lain yang ada di kepala, leher, ekstremitas,
pelvis dan dada. Prognosis juga bergantung pada stadium tumor

8. TUMOR OTAK
KLASIFIKASI

24
Banyak klasifikasi tumor susunan saraf pusat, perpaduan dari semuanya telah
dirangkum dalam klasifikasi WHO. Modifikasi klasifikasi histogenesis dari Bailey dan
Cushing. Klasifikasi glioma ini merupakan dasar terbesar dari prinsip klasifikasi tumor
susunan saraf pusat serta mengurangi berbagai keruwetan dan keanckaragaman dari tumor
ini. Dasar dari modifikasi klasifikasi Bailey dan Cushing ini ialah persangkaan migrasi dan
difcrensiasi dari primitive lining cells dari embryonic neural canal menjadi meduloblas yang
bipotensial; dapat menjadi seri neuronal (neuroblas dan neuron) atau menjadi seri glial
melalui spongioblas akan menjadi astrosit atau oligodcndrosit. Sel-sel yang melapisi kanal
neural akan menjadi sel ependimal yang matang. Dari sel-sel tersebut di atas bila timbul
keganasan diberi nama-nama sebagai berikut : meduloblastoma, neuroblastoma,
ganglioneuroma (dari neuron matur), astrositoma, oligodendrogliomadan ependimoma.
Tumor-tumor yang berasal dari sel glia disebut glioma

Astrositoma, merupakan tumor susunan saraf pusat yang paling sering dijumpai.
Astrositoma dibagi menjadi empat tingkatan, semuanya bersifat invasif, tingkat (grade) 1
dan 2 banyak pada anak-anak, tingkat (grade) 3 dan 4, 90% pada orang tua. Ependimoma,
merupakan tumorglioma kedua terbanyak.
Gejala yang harus diwaspadai adalah sakit kepala yang disertai mual sampai
muntah yang menyemprot. Dapat pula disertai daya penglihatan menjadi berkurang,
penurunan kesadaran atau perubahan perilaku. Pada bayi biasanya ubun-ubun besarnya
menonjol. Hal ini yang perlu dicurigai ialah bila terdapat gangguan berbicara dan atau
keseimbangan, anggota gerak melemah ataupun kejang.

25
ANEMIA

Anemia adalah keadaan dimana konsentrasi hemoglobin (protein pembawa oksigen)


dalam sel darah merah berada dibawah normal sesuai umur dan jenis kelamin.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan.

BATAS HB TERENDAH
6 bulan – 6 tahun : 11,0 g/dl
> 6 bulan : 12,0 g/dl

KADAR HB NORMAL (g/dl)


Darah tali pusat : 13,5 – 20,5 g/dl
Hari pertama : 15,0 – 23,5 g/dl
2 – 3 bulan : 9,0 – 12,5 g/dl
6 bulan – 6 tahun : 11,0 – 14,5 g/dl
6 tahun – 14 tahun : 12,0 – 15,5 g/dl

GEJALA ANEMIA
Anemia merupakan manifestasi dari suatu penyakit, jadi anemia bukanlah diagnosis
akhir.
Gejalanya berupa : lesu, mudah lelah, dispnea, palpitasi, angina, sakit kepala, vertigo, dll
Tanda-tanda fisik : pucat, takikardia, tekanan nadi yang melebar, tanda-tanda kegagalan
jantung kongestif dan perdarahan

PEMBAGIAN ANEMIA

I. Berdasarkan Etiologi

a. Anemia Post Hemoragik


b. Anemia Defisiensi
c. Anemia Aplastik
d. Anemia Hemolitik
e. Anemia karena Leukemia

II. Berdasarkan Morfologi

Besarnya sel :

26
- Anemia normositik : MCV 76 - 963 (fl)
- Anemia mikrositik : MCV < 76 3 (fl)
- Anemia makrositik : MCV > 96 3 (fl)

Konsentrasi hemoglobin :
- Anemia normokrom : MCHC 32 - 38% / MCH 27 - 32 pg.
- Anemia hipokrom : MCHC < 32% / MCH < 27 pg.

Bagan Diagnostik Anemia

Anemia Perdarahan Hepatomegali/ Limfadenopati


Splenomegali
An. defisiensi + - - -
An. post – + + -/+ -/+
hemoragik
An. aplastik + + - -
An. hemolitik + - + -
An karena leukemia + + + +
Leukemia subleukemik + + - -

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang
diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Paling sering dijumpai di seluruh dunia pada ibu
hamil, bayi dan anak 6 bulan –2 tahun berhubung dengan cadangan besi tubuh.

Cadangan besi tubuh dipengaruhi oleh :


1. Simpanan besi yang didapat dari ibu.
- Cadangan besi ibu.
- Lamanya janin dalam kandungan
- Kehamilan kembar
2. Laju pertumbuhan.

27
DISTRIBUSI DAN METABOLISME BESI TUBUH

Besi tubuh dalam 2 bentuk :


1. Besi fungsional :
a. Hemoglobin
b. Besi pada transferin
c. Mioglobin
d. Enzym, dll

2. Besi non-fungsional (simpanan)


a. Ferritin (60-65%)
b. Hemosiderin (30-35%)
Transferin mengangkut besi ke seluruh tubuh, Normalnya tiap molekul transferin mengikat 2
atom feri.
100 ml serum :
- Transferin  300-360 g besi.
- Kemampuan maksimal transferin  total iron binding capacity (TIBC).
Normalnya 1/3 transferin terikat dengan besi  saturasi transferin normal 30%.
- Sisa transferin tidak mengikat besi 200-240 g besi  unsaturated iron binding
capacity.

ABSORBSI BESI

1. Faktor intraluminal :
a. Jumlah dan jenis zat besi; heme dan non heme.
b. Makanan lain :
i. Menghambat : fosfat, fitat, telur dan teh.
ii. Meningkatkan : asam amino dan vit c.
2. Faktor ekstraluminar :
a. Besarnya simpanan besi
b. Aktivitas eritropoesis

ETIOLOGI
1. Suplai besi kurang.
a. Simpanan besi waktu lahir tidak cukup :
i. BBLR, premature, gemeli.
ii. Ibu menderita anemia defisiensi berat.
iii. Fetus kehilangan darah.

28
b. Masukan Fe kurang
c. Gangguan absorbsi Fe :
i. Diare kronik.
ii. Sindrom malabsorbsi.
iii. Kelainan saluran cerna.
2. Kebutuhan meningkat.
3. Kehilangan besi karena perdarahan :
a. Poliposis
b. Diverticulum Meckeli
c. Ankilostomiasis
d. Epistaksis berulang
e. Hemorrhoid
4. Kombinasi
PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang
berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan
menyebabkan cadangan besi terus berkurang.
 Tahap pertama
Disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi
lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.
Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal
 Tahap kedua
Dikenal dengan iron deficient erythropoietin atau iron limited erythropoiesis didapatkan
suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eriropoisis. Hasil pemeriksaan
laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun
sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan free erythrocyte porphyrin
(FEP) meningkat
 Tahap ketiga
Disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju
eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari
gambaran darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif

MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala-gejala penyebab.
2. Gejala-gejala hematologik; seperti anemia pada umumnya.

29
3. Gejala-gejala non-hematologik :
a. Perubahan perilaku : anoreksi, mudah marah, cengeng.
b. Gangguan intelektual : prestasi menurun.
c. Pika
d. Mudah infeksi
e. Kelainan epitel

LABORATORIUM
- Hemoglobin berkurang.
- Hapusan darah tepi : anisositosis, poikilositosis, hipokromi, mikrositosis.
- MCV dan MCHC berkurang.
- Hematokrit rendah.
- Retikulosit rendah.
- Serum besi rendah.
- TIBC menurun.
- Saturasi transferin < 16%.
- Feritin serum < 12 g/liter
- FEP (free erythrocyte protoporphyrin) RBC meningkat.

PENGOBATAN

Dasar pengobatan :
1. Koreksi factor penyebab.
2. Preparat Fe.
3. Pantau respon pengobatan.
4. Obati komplikasi.
Prinsip pengobatan besi :
1. Dosis berdasarkan kadar elemen besi.
2. Diberikan peroral.
3. Lama pengobatan sampai 3-4 bulan Hb normal.
Sediaan besi : Dosis Fe : 3 mg elemen Fe/kgBB/hari oral.
Kandungan Fe :
1. Ferro–sulfat : 20%  pilihan utama.
2. Ferro-fumarat : 33%
3. Ferro-suksinat : 22%
4. Ferro-glukonat : 12%
5. Ferro-laktat : 36%
Tindakan pada intoleransi :

30
1. Dimulai dosis rendah, lambat laut dinaikan.
2. Fe diberikan selama atau sesudah makan.
3. Bila 1 & 2 tidak menolong : stop Fe beberapa hari  mulai dosis rendah.
4. Bila 3 tidak menolong  ganti sediaan lain.
5. Bila 4 tidak menolong  Fe parenteral.
Hasil pengobatan tidak memuaskan :
1. Pastikan obat diminum.
2. Selidiki perdarahan tersembunyi.
3. Selidiki factor yang mengganggu repon sumsum tulang : infeksi kronis & keganasan.
4. Selidiki gangguan absorbsi : diare kronik.

ANEMIA APLASTIK

DEFINISI

Berkurang atau tidak adanya jaringan hemopoetik sehingga aktifitas sumsum tulang
menurun yang mengakibatkan penurunan pembentukan sel-sel dewasa.

ETIOLOGI
Dasar kelainan : Gangguan/kerusakan :
1. Jumlah dan fungsi dari stem cell pluripotens menurun  penurunan proliferasi dan
diferensiasi.
2. Microenviroment :
a. Kelainan mikrovaskuler.
b. Kelainan factor humoral.
c. Adanya bahan penghambat pertumbuhan sel
 yang mengakibatkan sumsum tulang tidak mampu untuk pertumbuhan dan perkembangan
stem cell.
Faktor Penyebab :
I. Primer/idiopatik : 50%.
II. Sekunder :
i. Obat-obatan; tersering : sitostatik.
ii. Zat kimia.
iii. Radiasi.
iv. Infeksi.
v. Konstitusional/familial.

31
MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala klinik  Panstiopenia.
- Anemia : lesu, lelah, pucat, dll.
- Granulositopenia : mudah infeksi.
- Trombositopenia : perdarahan.
2. Darah tepi :
- Anemia normositik normokrom
- Retikulosit rendah
- Sumsum tulang hiposeluler (relatif banyak sel limfoid dan retikulum) dan lebih
banyak jaringan lemak.
- Hb F dapat meningkat.
- Besi serum meningkat.

PENGOBATAN
Prinsip pengobatan :
1. Hilangkan penyebab.
2. Hindari trauma
3. Hindari infeksi
4. Stimulasi sumsum tulang (homopoesis)  hormon androgen : testosteron &
oksimetolon.
5. Transfusi darah.
6. Transplantasi sumsum tulang.
7. Lain-lain : kortikosteroid, splenektomi dan imunosupresif.

ANEMIA HEMOLITIK

DEFINISI

Penghancuran sel darah merah lebih cepat darinormal sehingga umur sel darah merah
lebih pendek.

KLASIFIKASI
I. Pencetusnya.
A. Intrinsik
1. Kelainan membran sel :
a. Sferositosis
b. Ovalositosis
c. Eliptositosis

32
d. Acanthocytosis
2. Hemoglobinopati :
a. Hemoglobin patologis/abnormal.
b. Thalassemia.
3. Defisiensi enzym :
a. Defisiensi G6PD
b. Defisiensi Pyruvat kinase
c. Defisiensi Glutation reduktase.
B. Ekstrnsik
1. Anemia Hemolitik Imun :
a. Isoimun :
i. Reaksi transfusi darah
ii. Penyakit hemolitik bayi baru lahir.
b. Autoimun :
i. Idiopatik
ii. Sekunder :
1. Obat : PAS, Kina.
2. Kimia : insektisida.
3. Infeksi : virus, bakteri.
4. Penyakit kolagen : leukemia, limfoma.
5. Sindrom Uremi Hemolitik
2. Anemia Hemolitik Non-Imun :
c. Obat : vit. K, Sulfa dan pirimidon.
d. Kimia : benzena, naftalen.
e. Infeksi : virus, bakteri, parasit.
f. Toksin/racun
g. Combutio
h. Hipersplenisme.
II. Herediter & Didapat.
III. Lokasi penghancuran :
a. Intravaskuler  di sirkulasi.
b. Ekstravakuler  sistem RES; hati, lien dan sumsum tulang.

GEJALA-GEJALA
Berdasarkan 3 proses bukti hemolisis :
1. Kerusakan eritrosit :
a. Fragmentasi dan kontraksi sel darah merah.

33
b. Mikrosferosit
 aktifitas RES meningkat  splenomegali/hepatomegali.
2. Katabolisme Hb meningkat :
a. Hiperbilirubinemia.
b. Urobininogenuria/urobilinuria
c. Hemoglobinemia
d. Hemoglobinuria/methemoglobinuria
e. Hemosiderinuria
f. Haptoglobulin menurun.
3. Regenerasi/kompensasi  eritropoesis meningkat.
a. Darah tepi :
i. Retikulositosis.
ii. Normoblastemia/eritroblastemia.
b. Sumsum tulang : hiperplasia eritroid  rasio myeloid : eritroid
menurun/terbalik.
c. Eritropoesis ekstramedular  splenomegali, hepatomegali.

THALASEMIA-β

- Sintesa rantai-β  (β+) atau tidak ada (β˚)  HbA /-


- Sintesis rantai α normal.
- Reaktivasi sintesis rantai-γ  HbF .
Thalasemia- β :
1. Thalasemia- β mayor (homozigot)
2. Thalasemia- β minor/trait (heterozigot)

THALASEMIA- β MAYOR

PATOFISIOLOGI
1. Anemia :
- Eritropoesis tidak efektif
- Hemolisis perifer.
2. Ekspansi sumsum tulang hebat  aktivitas sumsum tulang 6-8 kali.

GAMBARAN KLINIS

1. Pucat
2. Ikterus
3. Gangguan pertumbuhan  PEM

34
4. Splenomegali dan hepatomegali  perut membesar.
5. Kelainan tulang-tulang :
- Penipisan korteks
- Facies Cooley
- Tulang tengkorak : Hair on end/hair brush apperance.
6. Hipertrofi jantung.

GAMBARAN DARAH
1. Hb rendah  anemia berat
2. MCV dan MCHC 
3. Retikulosit 
4. Hapusan darah  eritrosit :
- anisositosis dan poikilositosit.
- mikrositik, hipokrom
- fragmentasi, sel target, leptositosit
- normoblas
5. Resistensi osmotik 
6. Besi serum 
7. Saturasi transferin 
8. Analisis Hb/elektroforesis Hb :
- Hb A sangat rendah
- Hb F tinggi (10-90%)
- Hb A2 : bervariasi.

PENGOBATAN
1. Transfusi darah 
- menjamin pertumbuhan dan perkembangan
- mencegah ekspansi sumsum tulang
- hepatosplenomegali 
- kardiomegali 
- penimbunan besi
2. Kelasi besi : Desferoxamine (DFO).
3. Splenektomi
- Indikasi :
a. Limpa sangat membesar (> S IV)
 membatasi gerak
tekanan intraabdominal

35
mudah ruptur
b. Interval transfusi makin pendek.
- Setelah umur 5 tahun
- Mengurangi pooling eritrosit dan volume darah.
- Mengurangi frekuensi transfusi
- Mencegah hipersplenisme
4. Transplantasi sumsum tulang
5. Mencegah/mengatasi infeksi
6. Pendukung ; Vitamin C, Kalsium, Asam folat dan Hydroxyurea.

PENCEGAHAN

- Deteksi pembawa sifat/heterozigot


- Konsultasi genetic
- Diagnosis prenatan

THALASEMIA- β MINOR

- Bentuk heterozigot
- Asimtomatik
- Ditemukan pada family survey/pemeriksaan rutin
- Gambaran darah :
o Hb normal atau anemia ringan
o Hapusan darah  eritrosit :
Mikrositik hipokrom, target cell, granula basofil
- Resistensi osmotic meninggi.
- Analisis Hb : Hb A2 > 3,5%
Hb F normal atau sedikit meningkat
- Feritin serum dan saturasi transferin normal

ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN

Definisi Anemia Hemotilik Autoimun :


Anemia hemolitik yang terjadi akibat antibodi dari dalam tubuh penderita sendiri.
Insiden anemia hemolitik autoimun :
1 – 2,6 kasus dalam 100.000 penduduk
Klasifikasi anemia hemolitik autoimun
a. Warm reactive antibodies
1. Primer ( idiopatik )
2. Sekunder :

36
- Kelainan limfoproliferatif
- Kelainan autoimun ( Lupus eritromatosus sistemik )
- Infeksi mononucleosis
b. Cold reactive antibodies
1. Idiopatik ( Cold agglutinin diseases )
2. Sekunder :
- Atipikal atau pneumonia mikoplasma
- Infeksi mononucleosis
- Kelainan limfoproliferatif
c. Paroxysmal cold hemoglobinuria (PCH)
- Sifilis
- Pasca infeksi virus
d. Drug induce hemolytic anemia
- Hapten mediated
- Imun komplek (kinin)
- True autoimmune anti RBC type
Gambaran klinis Anemia hemolitik autoimun :
- Mudah lelah, malaise dan demam
- Ikterus dan perubahan warna urin
- Nyeri abdomen
- Hepatomegali
- Splenomegali
Laboratorium :
- Kadar Hb : 3 – 9 gr/dl
- Jumlah lekosit bervariasi
- Trombositopeni
- Kadar bilirubin II meningkat
- Hiperplasi Normoblas
- Apusan darah tepi : sferositosis, polikromasi, poikilositosis
Pemeriksaan lain :
Coombs test, Pemeriksaan Direct antiglobulin tes ( DAT ) positif yang menunjukkan adanya
antiodi permukaan / komplemen sel eritrosit. Terjadi reaksi aglutinasi sel eritrosit dengan
reagen antiglobulin yang dicampurkan, Adanya reaksi aglutinasi oleh anti IgG menunjukkan
permukaan sel eritrosit mengandung IgG.
Terapi :
1. Kortikosteroid dengan dosis 2 – 10 mg/kgBB/hari.
2. Gammaglobulin Intravena dengan dosis 2 g/kgBB.

37
3. Plasmafaresis / transfusi tukar
Patogenesis terjadinya HUS
Kolitis EHEC

Lipopolisakarida Shiga like toksin

Kerusakan endotel

IL-1 TNF α FvWB PAF TXA2,Pg12 ET,NO

Aktivasi Aktivasi kaskade Aktivasi agregasi Vasokonstriksi


neutrofil koagulasi trombosit arteriol ginjal

Trombotik mikroangiopati

Trombositopenia Anemia hemolitik GGA

IL-1 : interlukein, TNF : Tumor necrosis factor, FvWB : Faktor von Willebrand, PAF : Faktor
yang mengaktifkan trombosit, ET : Endotelin, NO : Nitrit oksida, TXA : tromboksan, Pg12 :
prostasiklin.

HEMATOPOIESIS
DEFENISI
Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel darah di mana
terjadi pematangan “hematopoietic stem cell” menjadi sel-sel darah fungsional, bersifat
dinamis dan berlangsung terus menerus.
Sel hemopoietik yang paling primitif adalah sel induk hemopoietik pluripoten. Sel ini
menghasilkan dua jenis sel induk yang berbeda yaitu sel-sel induk mieloid multipoten dan
sel-sel induk limfoid. Sel-sel induk mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
jumlahnya dengan cara proliferasi selain kemampuannya untuk tumbuh matang menjadi sel-
sel jenis lain. Sel-sel induk limfoid menghasilkan sel-sel progenitor limfosit yang mana sel-
sel progenitor akan matang menjadi limfosit baik jenis T, B dan non-T, non-B. Sel-sel induk

38
multipoten mieloid berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel progenitor mieloid yang mana
sel-sel progenitor ini akan menjadi eritrosit, neutrofil, eosinofil, basofil dan sel mast, monosit
dan keping darah.
Jadi sistem hematopoietik mempunyai karakteristik berupa pergantian sel yang
konstan dengan konsekuensi untuk mempertahankan populasi leukosit, trombosit dan
eritrosit.

Pembentukan sistem hematopoiesis


1. Periode Mesoblastik
masa embrio → sampai umur 2 bulan
Yolk sac : pulau-pulau darah (blood island) → jaringan mesenkim
Dari pulau-pulau darah → sel darah primitif → eritroblas, granulosit dan
megakaryosit.
2. Periode Hepatik/limpa
embrio sejak umur 2 bulan – 7 bulan
jaringan mesenkim hati dan limpa
Limpa → dibentuk eritropoesis dan leukopoesis tapi hanya sampai 5 bln.
Timus membentuk limfosit dan juga sedikit mielosit dan eritroblas
3. Periode Mieloid
janin sejak umur 5 bulan → kelahiran → seumur hidup.
Sumsum tulang (bone marrow) menggantikan fungsi hati dan limpa
Aktifitas optimal mulai bayi umur 2-3 bulan
Tempat Hemopoiesis
Produksi sel-sel darah (hemopoiesis) telah dimulai di dalam yolk sac dari embrio
manusia pada hari ke14 -19. Dalam beberapa minggu pertama kehamilan indung telur (yolk
sac) merupakan tempat utama hemopoiesis. Pada trimester kedua kehamilan (6-7 bulan
kehidupan janin), hati dan limpa adalah organ-organ utama yang diperlukan dan keduanya
diperlukan terus untuk menghasilkan sel darah sampai sekitar 2 minggu setelah lahir. Setelah
lahir, sumsum tulang merupakan satu-satunya tempat hemopoiesis. Dalam 4 tahun pertama
kehidupan, hampir semua rongga-rongga sumsum tulang berisi sel-sel hemopoiesis darah
merah dengan sedikit sel-sel lemak. Pada umur 25 tahun, hemopoiesis secara aktif terjadi di
dalam tulang tengkorak, tulang iga, tulang dada, skapula, klavikula, tulang belakang, tulang
panggul, setengah bagian atas dari sakrum, dan ujung proksimal femur dan humerus.
Selama masa intrauterine, hemopoiesis terdapat pada tulang (skletal) dan
ekstraskletal dan waktu lahir hemopoiesis terutama pada skletal. Secara umum hemopoiesis
ekstramedullar terutama pada organ perut, terjadi akibat penyakit yang menyebabkan

39
produksi satu atau lebih tipe sel darah, seperti eritroblastosis fetalis, anemia perniciosa,
talasemia, sickle sel anemia, sferositosis herediter dan leukemia.
Tabel tempat pembentukan sel darah
USIA TEMPAT HEMOPOIESIS
Janin 0 - 2 bulan Indung telur (yolk-sac)
2 – 7 bulan Hati, limpa
7 - 9 bulan Sum-sum tulang

Bayi Sumsum tulang (semua tulang)

Dewasa tulang belakang, iga, sternum, tengkorak,


sakrum, pelvis, ujung proksimal femur.

Sistem hematopoietik dibagi menjadi 3, yaitu :


1. Sel stem (progenitor awal) yang menyokong hematopoiesis
2. Colony forming unit (CFU) sebagai pelopor yang selanjutnya berkembang dan
berdiferensiasi dalam memproduksi sel
3. Faktor regulator yang mengatur agar sistem berlangsung beraturan.
SEL STEM
Sel stem merupakan satu sel induk (klonal) yang mempunyai 2 karakteristik yaitu
kemampuan berdiferensiasi menjadi beberapa turunan, membelah diri dan memperbaharui
populasi sel stem sendiri (proliferasi) di bawah pengaruh faktor pertumbuhan hemopoiesis
Sel stem setelah sejumlah pembelahan sel dan langkah diferensiasi menjadi urutan sel
progenitor untuk 3 jalur sel sumsum tulang utama :
1. Eritropoiesis
2. Granulositik dan monositik
3. Megakariositik.
COLONY FORMING UNIT(CFU)
Prekursor mieloid yang paling dini, mampu membentuk granulosit, eritroblas,
monosit dan megakariosit diberi nama CFU GEMM (CFU-Colony Forming Unit). Progenitor
yang lebih matang dan khusus dinamakan CFUGM (granulosit dan monosit),
CFUEO(eosinofil), CFUe(eritroid) dan CFUmeg(megakariosit), BFUe (burst forming unit,
eritroid) merupakan progenitor eritroid yang lebih dini daripada CFU e.
Sel stem memiliki kemampuan untuk memperbaharui diri kembali sehingga
walaupun sumsum tulang adalah tempat utama produksi sel baru, jumlah sel keseluruhan

40
tetap konstan pada keadaan seimbang dan normal. Akan tetapi sel prekursor sanggup
memberi respon terhadap berbagai rangsang dan pesan hormonal dengan meningkatnya
produksi satu atau lain garis sel bila kebutuhan meningkat.
FAKTOR REGULATOR
Regulasi hemopoiesis sagat kompleks dan banyak faktor pertumbuhan yang berfungsi
tumpang tindih serta banyak tempat untuk memproduksi faktor-faktor tersebut, termasuk
organ hemopoiesis. Proliferasi dan maturasi dari sel sel progenitor dipengaruhi oleh berbagai
faktor pertumbuhan hemopoietik yang disekresi oleh sel stroma (makrofag, sel-sel endotel
dan fibroblas). Hal ini meliputi Interleukin 3 (IL-3), faktor pemacu pertumbuhan koloni
granulosit makrofag (GM-CSF), faktor pemacu pertumbuhan granulosit (G-CSF) dan faktor
pemacu pertumbuhan koloni makrofag (M-CSF)
ERITROPOIESIS
Sel eritroid yang paling awal dapat dikenal dalam sumsum tulang adalah
pronormoblas, yang merupakan suatu sel yang besar dengan sedikit sitoplasma agranular
yang bersifat basofilik(disebabkan adanya berbagai ribosom) dan satu inti besar berisi
kromatin inti yang tersebar secara merata dan nukleoli.
Pronormoblas selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi normoblas basofil,
normoblas polikromatofil, normoblas asidofil, retikulosit sumsum, yang diikuti oleh
retikulosit darah. Retikulosit sumsum memasuki aliran darah dan beredar selama 1-2 hari
sebelum eritrosit menjadi matang. Satu sel pronormoblas akan menghasilkan 16 sel darah
merah matur.
Karena sangat besar jumlah sel darah merah baru yang diproduksi setiap hari,
sumsum memerlukan banyak prekursor untuk mensintesis sel baru dan jumlah besar
hemoglobin. Komponen dasar eritropoiesis tersebut adalah :
o Mineral : terutama besi. Juga mangan dan kobalt
o Vitamin : terutama vitamin B12 dan asam folat. Juga vitamin C, vitamin E, vitamin
B6, tiamin, riboflavin, dan asam pantotenat.
o Asam amino
o Hormon eritropoietin, androgen, tiroksin
Aktivitas eritropoietik diatur oleh hormon eritropoietin yang dihasilkan oleh
gabungan faktor ginjal dengan protein plasma. Rangsang untuk produksi eritropoietin adalah
tekanan O2 dalam jaringan ginjal. Bila terjadi anemia atau hemoglobin karena suatu sebab
tidak mampu memberi O2 secara normal, produksi eritropoietin meningkat dan merangsang
eritropoiesis dengan :
 Meningkatkan jumlah sel stem yang diperlukan untuk eritropoiesis. Proporsi sel
eritroid dalam sumsum meningkat dan pada keadaan kronis, terdapat perluasan

41
jaringan eritroid sepanjang tulang panjang dan kadang-kadang ke dalam tempat-
tempat di luar medula. Pada bayi, ruang sumsum dapat meluas ke dalam tulang
kortek dan mengakibatkan deformitas tulang misalnya penonjolan os frontal dan
maksila.
 Meningkatkan sintesis hemoglobin dalam prekursor sel darah merah
 Mengurangi waktu pematangan prekursor sel darah merah
 Melepaskan retikulosit sumsum ke dalam darah tepi pada stadium lebih dini dari
pada normal (shift reticulocyte).
Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkut oksigen ke jaringan dan
mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Untuk mencapai pertukaran gas
ini, sel darah merah mengandung protein khusus, haemoglobin. Setiap sel darah merah
mengandung 640 juta molekul hemoglobin dan setiap molekul hemoglobin dewasa normal
(Hb A) terdiri atas 4 rantai polipeptida α 2β2, masing-masing dengan gugus hem nya sendiri.
Berat molekul HbA adalah 68.000. Darah dewasa normal juga berisi Hb F α 2γ2 dan Hb A2
α2δ2. Pada embrio dan janin hemoglobin Gower 1,Gower 2, Portland, dan fetal. Gen untuk
rantai globin ini terdapat dalam 2 kelompok; kelompok β,δ, γ,ε pada kromosom 11 dan
kelompok α,ζ pada kelompok 16. Pergeseran utama dari hemoglobin janin ke dewasa terjadi
3-6 bulan setelah lahir. 65% hemoglobin disintesa dalam eritroblas dan 25% pada stadium
retikulosit.
GRANULOSITOPOIESIS
Leukosit dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu fagosit dan limfosit. Fagosit
terdiri dari granulosit dan monosit. Granulosit sendiri terdiri dari 3 jenis sel, yaitu : neutrofil
(polimorf), eosinofil dan basofil. Dalam perkembangannya, neutrofil dan makrofag berasal
dari sel progenitor yang sama yaitu CFU-GM (colony-forming units-granulocyte-
macrophage).
NEUTROFIL
Sel ini berdiameter 12-15 mm memiliki inti yang khas padat terdiri atas sitoplasma
pucat di antara 2 lobus dan 5 lobus dengan rangka yang tidak teratur dan banyak mengandung
granula.
Prekursor paling dini dari neutrofil adalah mieloblas, sel yang mempunyai kontur
yang halus dan tajam tidak bergerak, nukleusnya bundar atau oval, nucleoli 2-5, sitoplasma
basofilik, dan mengandung sedikit granula. Mieloblas dengan pembelahan sel menjadi
promielosit dengan kontur yang halus dan jelas, tidak bergerak, nucleus bundar atau oval,
kromatin makin tebal, nucleoli berangsur menghilang, sitoplasma abu-abu, granula merah
atau biru kehitaman. Sel ini menjadi mielosit yang memiliki granula spesifik, kromatin inti
lebih padat dan nukleoli tidak terlihat. Dengan pembelahan sel, mielosit menjadi
metamielosit dengan kontur ireguler, bergerak seperti amuba, nukleus bentuk tapal kuda,

42
nucleoli tidak ada, sitoplasma abu-abu dengan granula primer. Sel ini kemudian membelah
menjadi netrofil polimorfonuklear dengan kontur ireguler, bergerak sepert amuba , inti
berlobus, kromatin kasar, granula merah muda keunguan. Fungsi neutrofil yaitu kemotaksis,
fagositosis, membunuh dan mencerna.
EOSINOFIL
Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih
merah gelap dan jarang terdapat lebih dari 3 lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali
tetapi stadium sebelumnya tak dapat dibedakan dengan prekursor neutrofil.
Fungsi eosinofil yaitu sebagai sel killer mirip neutrofil dan berfungsi juga sebagai sel
imunomodulator yang melayani respons imun dan mencegah penyebaran.
BASOFIL
Basofil terlihat hanya kadang-kadang dalam darah tepi normal. Basofil memiliki
banyak granula sitoplasma yang menutupi inti dan mengandung heparin dan histamin. Dalam
jaringan ia menjadi sel mast. Berfungsi sebagai sumber utama mediator kimia yang berperan
dalam proses imunologi dan inflamasi.
LIMFOSITOPOIESIS
Sel induk limfoid di dalam sumsum tulang menghasilkan sel progenitor B di dalam
jaringan tersebut. Sel progenitor B ini akan mengalami pematangan menjadi sel B di dalam
lingkungan sumsum tulang tersebut dan sel ini kemudian akan beredar melalui aliran darah
menuju ke daerah sel B dari jaringan limfoid perifer.
Sel induk limfoid dan sel progenitor T primitif yang berasal dari sumsum akan
berpindah melalui aliran darah dari sumsum tulang ke jaringan timur dimana pematangan
(maturasi) menjadi sel T. Sel-sel T kemudian akan berpindah ke daerah sel T dari jaringan
limfoid perifer.
Sel pre B awal→ sel pre B → sel B imatur→ sel B matur.
Limfoblas timus (protimosit) → tahap I atau timosit awal → tahap II atau timosit biasa →
tahap III atau timosit metur → sel T matur.
MEGAKARIOSITOPOIESIS
Megakariosit jarang didapatkan pada darah perifer. Intinya biasa seperti jelly,
sitoplasma berwarna biru muda dengan massa granula yang lebih tua. Massa ini akan pecah
dan menjadi trombosit.
Selama proses megakariositopoiesis terjadi relikasi DNA tanpa terjadinya
pembelahan inti ataupun sel, hal ini mengakibatkan terbentuknya sel-sel dengan satu inti
yang sangat besar yang mengandung DNA. Keping dalam jumlah besar terbentuk dari
sitoplasma megakariosit yang matang; keping darah ini secara cepat dikeluarkan ke dalam
sinusoid-sinusoid sumsum. Sisa dari megakariosit kemudian akan difagositir oleh makrofag.

43
PENYAKIT PERDARAHAN

DEFINISI

Suatu penyakit/keadaan dimana terjadi perdarahan spontan atau setelah trauma


ringan(dalam keadaan normal tidak ada perdarahan). Kelainan Perdarahan ditandai dengan
kecenderungan untuk mudah mengalami perdarahan, yang bisa terjadi akibat kelainan pada
pembuluh darah maupun kelainan pada darah. Kelainan yang terjadi bisa ditemukan pada
faktor pembekuan darah atau trombosit. Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam
pembuluh darah Jika terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut, baik ke
dalam maupun ke luar tubuh. Tubuh mencegah atau mengendalikan perdarahan melalui
beberapa cara.
Homeostatis :
Cara tubuh untuk menghentikan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami
cedera, mempertahankan darah dalam vaskuler dan mempertahankan darah dalam keadaan
cair. Hal ini melibatkan 3 proses utama:
1. Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah (vaskuler)
2. Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di
dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)
3. Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).
Perdarahan :
Keluarnya darah dari intravaskuler ke ekstravaskuler karena hilangnya kontinuitas pembuluh
darah.
Menduga penyakit perdarahan :
1. Perdarahan spontan
2. Perdarahan yang berlangsung lama/berlebihan.
3. Perdarahan yang terjadi lebih dari 1 tempat.

PATOGENESIS

Yang dimaksud dengan hemostasis merupakan proses :


1. Mempertahankan darah dalam keadaan cair.
2. Mempertahankan dalam dalam vaskuler
3. Menghentikan perdarahan.
Ada tiga komponen hemostasis :
- Vaskuler
- Trombosit
- Pembekuan

44
1. Pendekatan secara klinis
Keterangan Vaskuler Trombosit Pembekuan

Terjadinya spontan spontan trauma


Petechie + + -
Ecchymosis + + + besar
Perdarahan - - +
jaringan dalam :
hemartosis, dll
Perdarahan pada - segera - segera - tidak segera
luka - singkat - singkat - lebih lama
Setelah jarang berulang Jarang Sering
perdarahan berulang berulang
berhenti

2. Pendekatan secara laboratorium


Jenis penyakit Jumlah Waktu PT/ Uji
Trombosit Perdarahan APTT Tourniquet

Vaskuler normal normal normal +


Trombosit:
Trombositopenia   normal +
Trombopatia normal  normal +
Pembekuan normal Normal  -

PENULUSURAN PENYAKIT PERDARAHAN

Anamnesa dan pemeriksaan fisik secara seksama.


1. Riwayat trauma secara kronologis.
2. Banyak dan lamanya perdarahan.
3. Perdarahan berulang
Tanda penyakit perdarahan kongenital :
1. Selalu terjadi perdarahan bila terkena trauma.
2. Perdarahan terajdik di jaringan dalam (hematoma besar, hemartrosis)

LABORATORIUM

45
PEMERIKSAAN SARINGAN
1. Jumlah trombosit.
2. Waktu perdarahan.
3. Protrombine Time/PT
4. Activated Partial Tromboplastin Time/APTT
5. Retraksi bekuan

PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Aktifitas dan konsentrasi faktor pembekuan (factor assay)
2. Fungsi trombosit: agregasi, release reaction, dll.

GANGGUAN VASKULER

Kebanyakan sekunder : purpura vaskuler


1. Imunologis : Sindroma Schőnlein-Henoch.
2. Infeksi : virus, bakteri, rickettsia.
3. Obat-obatan
4. Defisiensi vit C
5. Uremia
Kongenital :
Teleangoiektasis hemoragika herediter (Osler-Weber-Rendu)
Telangiektasi Hemoragik Herediter (penyakit Rendu-Osler-Weber) adalah suatu
penyakit keturunan, dimana terdapat kelainan pembuluh darah sehingga pembuluh darah
menjadi rapuh dan mudah mengalami perdarahan.Penyakit ini diturunkan melalui rantai
autosom dominan. Perdarahan di bawah kulit tampak sebagai peteki, terutama di wajah, bibir,
lapisan mulut dan hidung serta ujung jari tangan dan jari kaki. Kelainan yang sama juga bisa
ditemukan pada saluran pencernaan. Pembuluh darah yang rapuh bisa robek dan
menyebabkan perdarahan hidung serta perdarahan saluran pencernaan yang berat. Anak
seringkali mengalami perdarahan hidung. Perdarahan ke dalam otak bisa menimbulkan
berbagai kelainan kelainan neurologis (saraf), termasuk kejang-kejang.
Pada pemeriksaan fisik, tampak dengan jelas bintik-bintik perdarahan. Tanda lainnya
adalah pembesaran hati (hepatomegali) dan perdarahan saluran pencernaan. Perdarahan
hampir selalu berulang, menyebakan anemia karena kekurangan zat besi; karena itu kepada
penderita diberikan zat besi tambahan.
Penyebab tidak terjadinya bekuan darah:
1. Trombositopenia : konsentrasi trombosit yang rendah di dalam darah
2. Penyakit von Willebrand : trombosit tidak melekat pada lubang di dinding pembuluh
darah

46
3. Penyakit trombosit herediter : trombosit tidak melekat satu sama lain untuk
membentuk suatu sumbatan
4. Hemofilia : tidak ada faktor pembekuan VII atau IX
KLINIS :
- Biasanya peteki  kulit dan selaput lendir yang terjadi secara spontan.
- Uji tourniquet (+).
- Gejala penyakit primer.
GAMBARAN LABORATORIUM :
- Jumlah trombosit, waktu perdarahan, PT & APTT  normal.

SINDROMA SCHŐNLEIN-HENOCH
Nama lain : Purpura alergik = Purpura anafilaktoid.

INSIDEN
- Umur 3-7 tahun
- Rasio laki-laki : perempuan 3:2

ETIOLOGI

Reaksi imunologis :
- Infeksi : Streptococcus beta hemolitikus, virus.
- Makanan : Susu, telur, tomat, ikan, dll.
- Obat-obatan : Eritromisin, sulfa, penisilin, dll.
- Gigitan insecta.

PATOGENESIS

Kompleks imun :
- Vaskulitis  Permeabilitas meningkat.
- Radang perivaskuler.

GEJALA KLINIK

1. Gejala kulit.
- Urtikaria  eritema, makulopapular, peteki dan ekimosis.
- Distribusi lesi simetrik, terbanyak di :
a. Ekstensor tungkai bawah.
b. Pinggang, gluteus.
c. Ekstensor lengan  siku.
2. Gejala sendi

47
- Poliartralgia/poliartritis non-migrans
- Pembengkakan periartikuler
- Terutama di lutut dan pergelangan kaki
- Sembuh sempurna
3. Gejala perut :
Kolik disertai muntah, diare dan melena.
- Paling sakit dirasakan di umbilicus.
- Patogenesis : udema dan perdarahan  dinding usus.
4. Gejala ginjal :
- Terjadi pada minggu ke 2-3.
- Proteinuria dan hematuria (mikro/makroskopis)
- Sering pada laki-laki.
- Bisa berakhir dengan payah ginjal.

PENGOBATAN
Self limiting disease, bersifat simptomatik :
- Kortikosteroid : pada gejala sendir dan udema dinding usus  koloik dan invagiansi.
- Istirahat.

PROGNOSIS
- Baik bila tanpa komplikasi.
- Sembuh dalam 4 minggu.
- Sering residif.
- Komplikasi (jarang): invagiansi, perforasi usus, perdarahan otak dan gagal ginjal.

GANGGUAN TROMBOSIT

A. GANGGUAN KUANTITATIF
1. Trombositopenia : Perdarahan.
2. Trombositosis : Pembentukan thrombus.
TROMBOSITOPENIA
a. Depresi hanya megakariosit : obat, zat kimia, infeksi virus.
b. Bagian dari kegagalam sumsum tulang :
 Anemia aplastik
 Anemia megaloblastik
 Leukemia

48
 Mielosklerosis
 Multipel mieloma
 Sindroma mielodispalstik
 Inflitrasi sumsum tulang; karsinoma, limfoma.
c. Destruksi trombosit meningkat :
 Purpura trombositopenik autoimun : kronis, akut.
 Purpura setelah tranfusi.
 Trombositopenia imun sekunder (post infeksi, SLE, CLL dan
limfoma).
 Trombositopenia imun karena obat.
 DIC
DIC (disseminated intravascular coagulation) adalah
keadaan., dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh
aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil
dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahanIni diawali dengan pembekuan darah
yang berlebihan, yang biasanya dirangsang oleh suatu zat racun di
dalam darah. Perdarahan bisa menetap di daerah tempat penyuntikan
atau tusukan; perdarahan masif bisa terjadi di dalam otak, saluran
pencernaan, kulit. Otot dan rongga tubuh. Bekuan darah di dalam
pembuluh darah yang kecil bisa merusak ginjal (kadang sifatnya
menetap) sehingga tidak terbentuk air kemih.
Pemeriksaan darah menunjukkan:
- penurunan jumlah faktor pembekuan
- adanya bekuan-bekuan kecil yang tidak biasa
- sejumlah besar hasil pemecahan bekuan darah.
Penyebabnya dapat infeksi atau kanker.
Jika penyebabnya diatasi, maka gangguan pembekuan bisa
berkurang.
DIC bisa berakibat fatal, sehingga harus diatasi sesegera mungkin.
Diberikan transfusi trombosit dan faktor pembekuan untuk
menggantikan kekurangand an menghentikan perdarahan. Untuk
memperlambat pembekuan kadang diberikan hepar
 Heparin
d. Distribusi trombosit abnormal ; splenomegali.
e. Kehilangan pengen ceran ; transfusi massif darah lama ke pasien perdarahan.

49
B. GANGGUAN KUALITATIF/TROMBOPATI/TROMBASTENIA
1. Gangguan adhesi
2. Gangguan agregasi  Diphenydramin
3. Gangguan platelet release reaction  Asam asetil salisilik.
IDIOPHATIC/IMMUNE TROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP)

Destruksi trombosit meningkat dimana umur trombosit menjadi lebih pendek karena reaksi
imunologis yang melibatkan antibody IgG terhadap trombosit dan komplemen C3.

KLASIFIKASI

1. ITP akut : self limiting disease  anak-anak.


2. ITP kronik : dewasa.

ITP AKUT
- Umur : 2-8 tahun.
- 1-6 minggu sebelumnya mengalami infeksi virus : hepatits, mumps, mononukleosus
infectiosa, sitomegalovirus.
GEJALA KLINIS :
- Perdarahan : petekie dan ekimosis.
- Jarang perdarahan alat dalam.
- Uji tourniquet positif.

LABORATORIUM
- Trompositopenia.
- Hapus darah : bentuk trombosit abnormal, ukuran besar, terpisah-pisah.
- Retraksi bekuan berkurang.
- Waktu perdarahan memanjang.
- PT dan APTT normal.

PENGOBATAN
- Istirahat dan hindari trauma.
- Kasus ringan : tidak perlu pengobatan.
- Kasus berat : kortikosteroid, suspensi trombosit (kalau perlu)

PROGNOSIS
- 85-90% sembuh.
- 10-15% kronis.

ITP KRONIK

50
Umur > 10 tahun, perempuan lebih banyak terkena dibandingkan perempua.

PENGOBATAN

1. Kortikosteroid.
2. Imunosupresi  bila 1 tidak berhasil.
3. Splenektomi  bila 1 dan 2 tidak berhasil.

GANGGUAN PEMBEKUAN

Komponen pembekuan :
1. Sistem pembekuan darah.
2. sistem Pencegahan pembekuan.
3. Sistem Fibrinolitik.

1. SISTEM PEMBEKUAN DARAH


Faktor-faktor pembekuan darah :
I : Fibrinogen
II : Protrombin
III : Faktor jaringan, Tromboplastin jaringan.
IV : Calcium (Ca)
V : Proakselerin, Factor Labil
VII : Prokonvertin, Faktor stabil.
VIII : Antihemophuilic Factor, AHF-A.
IX : Plasma Tromboplastin Component (PTC), Christmas
Factor, AHF-B.
X : Stuart Power Factor.
XI : Plasma Tromboplastin Antecedent (PTA), AHF-C.
XII : Hageman Factor, AHF-D.
XIII : Fibrin Stabilizing Factor (FSF)
Prekalikrein : Fletcher Factor.
HMW-Kininogen : Fizgerald Factor.

2. SISTEM PENCEGAH PEMBEKUAN


Inhibitor pembekuan :
- Antitrombin III, Protein C dan Aprotein S.
- Alpha-2 makroglobulin.
3. SISTEM FIBRINOLITIK

51
- Sistem plasminogen-plasmin.
Proses pembekuan darah :
1. Pembentukan activator protrombin (protrombinase).
2. Perubahan protrombin  trombin.
3. Perubahan fibrinogen  fibrin.

Kontak permukaaan Kerusakan jaringan

XII XIIa III

XI XIa VII

IX IXa
VIII
APTT X Xa X PT
I Ca++ Ca++ E

N V K
T Protrombinase F.Tr.3 S
R T
I Protrombin Trombin R
N Ca++ I

S Fibrinogen Fibrin N
I XIII S
K Fibrin polimer I
K
Gangguan sistem/mekanisme pembekuan karena defisiensi satu atau lebih factor pembekuan.
1. Pembentukan berkurang :

52
- Genetik/congenital : Hemofilia.
- Defisiensi vit K  II, VII, IX dan X, Protein C.
- Penyakit hati berat.
2. Pemakaian bertambah : DIC.
Sifat-sifat gangguan pembekuan :
1. Dengan trauma ringan sudah timbul perdarahan.
2. Perdarahan pada sendi dan jaringan dalam.
3. Perdarahan dari luka :
o tidak timbul segera.
o sering berulang
o berlangsung lama (>48jam)
o merembes (oozing)

LABORATORIUM

- PT dan APTT : salah satu atau keduanya memanjang.


- Waktu perdarahan normal.
- Retraksi bekuan rapuh.
VITAMIN K
DEFINISI :
Vitamin K adalah vitamin esensial yang larut lemak yang memegang peranan
penting dalam produksi protein koagulasi. Vitamin K merupakan kelompok substansi
yang mengandung struktur rantai 2-methyl-1, 4-naphthoquinone dan memiliki
aktivitas hemostasis.
Ada 3 tipe vitamin K :
1. Vitamin K1 (phylloquinone) : sumbernya dari sayur berwarna hijau,
merupakan sumber vitamin K utama
2. Vitamin K2 (menaquinone) : dibuat oleh bakteri flora usus normal , kuning
telur, mentega, keju dan bahan-bahan fermentasi. Jumlahnya lebih sedikit dari
vitamin K1.
3. Vitamin K3 (menadione) : bahan sintetik larut air, dan bila diberikan dapat
menimbulkan hemolisis
Vitamin K adalah vitamin esensial yang larut lemak yang memegang peranan penting
dalam produksi protein koagulasi. Vitamin K merupakan kelompok substansi yang

53
mengandung struktur rantai 2-methyl-1, 4-naphthoquinone dan memiliki aktivitas
hemostasis.
Ada 3 tipe vitamin K :
4. Vitamin K1 (phylloquinone) : sumbernya dari sayur berwarna hijau, merupakan
sumber vitamin K utama
5. Vitamin K2 (menaquinone) : dibuat oleh bakteri flora usus normal , kuning telur,
mentega, keju dan bahan-bahan fermentasi. Jumlahnya lebih sedikit dari vitamin K1.
6. Vitamin K3 (menadione) : bahan sintetik larut air, dan bila diberikan dapat
menimbulkan hemolisis

DEFISIENSI VITAMIN K

Dapat terjadi pada semua umur. Bayi mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk terjadinya HDN oleh karena kekurangan vitamin K yang lewat plasenta
(prematur), kadar yang rendah pada ASI dan kurangnya sintesis vitamin K oleh
koloni bakteri usus. Walaupun begitu, vitamin K dalam jumlah besar yang diberikan
pada ibu hamil dapat menyebabkan ikterus pada bayi baru lahir.
Pada orang dewasa, defisiensi vitamin K jarang terjadi, biasanya oleh karena intake
makanan yang tidak adekuat, sindrom malabsorbsi, penyakit hepar, nutrisi parenteral
yang lama atau kondisi yang menyebabkan kurangnya absorbsi dari makanan
misalnya obstruksi bilier, colitis ulcerative, enteritis regional, cystic fibrosis, reseksi
usus.
1. Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
2. Ikterus obastruktiv.
3. Sterilisasi usus oleh antibiotika

Mekanisme Kerja
Faktor-faktor pembekuan 2,7,9,10 nonfungsional disintesis dalam sel hati dan
disimpan dalam bentuk prekursor non fungsional karena belum dikarboksilase oleh vitamin
K. Molekul ini disebut PIVKA (Protein Induced by Vitamin K Absence).
Vitamin K merupakan co-enzym untuk vitamin K-dependent carboxylase yang
mengkatalisis karboksilase asam amino, asam glutamat yang menyebabkan perubahan
gamma-carboxyglutamic acid, yang akan merubah prekursor non fungsional menjadi faktor
koagulasi (faktor 2,7,9,10) yang fungsional dan akan mengikat Calsium.
Selain itu faktor pembekuan yang tergantung pada adanya vitamin K adalah protein
C, protein S, dan protein Z. Defisiensi vitamin K atau gangguan pada hati dapat
menyebabkan defisiensi faktor pembekuan dan perdarahan yang masif. Contohnya jika kadar

54
protrombin menurun 10-15% dari kadar normal, maka perdarahan akan muncul pada trauma
yang ringan. Jika kadar protrombin menurun sampai dibawah 10% menyebabkan perdarahan
spontan.

Gejala Klinis

Defisiensi vitamin K menyebabkan perdarahan dan bila berlangsung kronik maka


akan menyebabkan osteoporosis dan resiko terjadinya fraktur meningkat.

Terapi
Intake makanan yang kaya akan vitamin K : sayuran berwarna hijau seperti bayam,
brokoli, kol,asparagus, kacang-kacangan, daging, cereal dan produk susu.
Dosis yang direkomendasikan pada saat lahir: Vitamin K diberikan secara injeksi
pada semua bayi baru lahir untuk mencegah HDN. The American Academy of Pediatric
merekomendasikan pemberian vit K 1 dosis tunggal 0,5-1 mg pada semua bayi. Dosis oral
umumnya tidak memberikan prevensi yang adekuat terutama bayi yang minum ASI.
Jika terjadi perdarahan dapat diberikan injeksi vitamin K 1 1-2 mg intramuskuler atau
subcutaneus dapat diulangi tiap 6 jam , dan bila perdarahan membahayakan jiwa dapat
ditambahkan fresh frozen plasma

Hemorrhagic disease of the newborn


Faktor-faktor pembekuan yang tergantung pada vitamin K adalah factor II, VII, IX dan X.
Bayi baru lahir kadar vitamin K rendah dan menurun sampai kadar terendah pada 48-72 jam
setelah lahir.
Penyebab :
- Hepar imatur terutama prematuritas.
- Flora usus bayi masih kurang.

INSIDENS

- Umur 2-5 hari.

GEJALA KLINIS

Perdarahan diberbagai tempat :


- Saluran cerna : melena.
- Tali pusat, kulit, selaput lendir.
- Cephal hematoma, perdarahan otak.

LABORATORIUM
- PT dan APTT memanjang.

55
PENGOBATAN
- Injeksi vitamin K 1 mg/kali  dapat diulangi tiap 6 jam.
- Tranfusi darah  perdarahan masif dan sukar ditanggulangi.

DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION (DIC)


Suatu keadaan dimana terjadi pembekuan dalam pembuluh darah yang tersebar di
berbagai tempat akibat aktivasi patologik mekanisme hemostasis.

ETIOLOGI

- Kerusakan endotel vaskuler luas.


- Faktor jaringan (tromboplastin) masuk kedalam sirkulasi.
1. Trauma; luka bakar, crush injury, sengatan panas.
2. Infeksi; virus, bakteri, jamur.
3. Metabolik : asidosis, alkalosis, hipertermi, hipotermi.
4. Imunologis : reaksi tranfusi darah, anafilaktik, immune complex diseases.
5. Keganasan ; Leukemia (ANLL-M3).
6. Lain-lain : renjatan dan anoksia.

DIAGNOSIS

KLINIS

Penyakit primer yang berat, yang dalam perjalanan penyakitnya disertai :


- Perdarahan.
- Iskemia jaringan/organ : gagal ginjal.

LABORATORIUM

- Hapusan darah tepi mikroangiopatik : burr cells, helmet cell.


- Trombositopenia dan waktu perdarahan memanjang.
- PT, APTT dan waktu trombin memanjang.
- Kadar faktor pembekuan menurun.
- Kadar FDP meningkat.

PENGOBATAN

1. Hilangkan faktor penyebab.


2. Substitusi komponen darah/plasma yang kurang.

PENYAKIT von WILLEBRAND

56
- Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya produksi protein von Willebrand oleh karena
disfungsi sintesa protein.
- Protein von Willebrand mengandung komponen adhesif-trombosit (factor von
Willebrand) dan juga protein ini berfungsi untuk membawa factor VIII dalam
plasma.
- Bersifat autosomal dominan, dapat timbul pada kedua jenis kelamin.

MANIFESTASI KLINIS
- Perdarahan gusi.
- Epistaksis.
- Perdarahan uterus, traktus gastrointestinal atau traktus urinarius.

LABORATORIUM
- Jumlah trombosit normal.
- PT normal.
- PTT mungkin normal tetapi biasanya memanjang ringan sampai sedang.
- Waktu perdarahan memanjang.
- Kadar VIIIR:AG (VIII-related antigen) rendah.
- Faktor VIII (VIII:C) rendah.
- Aktifitas VIII:VWF rendah.

PENGOBATAN
- Plasma beku segar.
- Konsentrat factor VIII.
- Kriosipitat (2-4 kantong kriosipitat/10 kg, yang dapat diulangi tiap 12-14 jam).
- DDAVP (desmopresin) 0,4g/kgBB/hari, dapat diulang dalam 48 jam.

HEMOFILIA

DEFENISI
Kelainan gangguan pembekuan darah akibat kekurangan salah satu faktor pembekuan.
Yang diturunkan secara X-linked resesif

JENIS HEMOFILIA
1. Hemofilia A (Hemofilia klasik) yaitu kekurangan faktor VIII, yang meliputi 80%
kasus

57
2. Hemofilia B (Penyakit Christmas) yaitu kekurangan faktor IX.

KRITERIA DIAGNOSTIK
Kriteria yang dapat membantu :
- kecenderungan terjadi perdarahan yang sukar berhenti setelah suatu tindakan,
atau timbulnya kebiruan atau hematoma setelah trauma ringan atau terjadinya
hemarthrosis
- adanya riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
- masa pembekuan memanjang
- PT normal, APTT memanjang
- Masa pembekuan tromboplastin abnormal.

DIAGNOSIS PASTI
Periksa kadar faktor VIII untuk hemofilia A dan kadar faktor IX untuk hemofilia B.

PENGOBATAN
 Plasma beku segar
 Transfusi Kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII.

KUMPULAN TUGAS DISKUSI


1. Bedakan Mitosis dan Meiosis
ASPEK MITOSIS MEIOSIS
Tujuan Untuk pertumbuhan Sifat mempertahankan diploid
Hasil pembekuan 2 sel anak 4 sel anak
Sifat sel anak Diploid (2n) Haploid (n)
Tempat terjadinya Sel somatic Sel gonad

2. Dimana dibentuk heme dan globin


Heme dibentuk di mitokondria dan globin dibentuk di ribosom

3. Apa yang dimaksud dengan Apparatus Golgi ?


Apparatus golgi adalah bagian dari organel sel dihubungkan dengan fungsi ekskresi

4. Retikulosit ada berapa macam


Retikulosit darah ada 2 macam yaitu retikulosit darah perifer dan sumsum tulang. Retikulosit pada
sumsum tulang masih dapat menghasilkan hemoglobin karena memiliki ribosom yang akan
menghasilkan globin dan mitokondria menghasilkan heme, bila sudah di darah tepi retikulosit tidak
bisa menghasilkan hemoglobin.

5. Granulosit terdiri dari :


Neutrofil, eosinofil dan basofil

6. Apa yang dimaksud dengan Hemopoiesis

58
Proses pembentukan dan perkembangan sel darah yang berlangsung secara dinamis dan
terus menerus.

7. Sebutkan sel induk


a. Stem cell pluripoten
Merupakan induk dari semua sel darah mempunyai kemampuan berdiferensiasi
menjadi menjadi beberapa turunan, membelah diri dan memperbaharui populasi stem cell
sendiri dibawah pengaruh factor pertumbuhan hematopoeitik. Stem cell berfungsi sebagai
reservoar, bukan penyedia langsung. Kerusakan pada stem cell menyebabkan tidak ada
satupun sel darah yang terbentuk.

b. Sel progenitor
Turunan dari stem cell ( dibentuk oleh stem cell), mempunyai kemampuan
berproliferasi tapi terbatas, dan berdiferensiasi lebih spesifik dapat unipoten maupun
multipoten.
c. Sel prekursor
Turunan dari sel progenitor yang mempunyai kemampuan proliferasi sangat terbatas
dan hanya berdiferensiasi menjadi sel matur

8. Apa yang dimaksud dengan germ cell karakteristiknya


Germ cell adalah sel yang terdiri dari sperma dan ovum, berbentuk haploid dan mempunyai 22
kromosom + 1 kromosom sex.

9. Apa itu sel histiosit ?


Histiosit berasal dari monosit yang berada di sirkulasi yang kemudian berdiferensiasi menjadi
banyak jumlahnya dan masuk ke dalam jaringan dan menjadi makrofag jaringan.
Histiosit normal terdapat dalam jaringan, jika pada jaringan jumlahnya meningkat disebut
histiositosis

10. Apa artinya RDW


RDW ( Red cell distribution width ) merupakan salah satu intrumen perhitungan distribusi
volume eritrosit yang memungkinkan dilakukan dalam suatu populasi dan menunjukkan derajat
anisositosis eritrosit seseorang.
11. Apa arti langsung RDW meningkat ?
Derajat anisositosis meningkat

12. Apa itu anisositosis


Ukuran yang bervariasi dari sel darah

13. Dimana ditemukan RDW meningkat


Pada Anemia defisiensi, anemia hemolitik
14. Apa kepentingan mengetahui RDW ?
Dengan RDW kita dapat mengetahui derajat anisositosis eritrosit seseorang

15. Bagaimana diperoleh.


Koefisien variasi (%) = deviasi standar x 100 %
MCV
16. Ada berapa macam globin ?
Globin merupakan suatu tetramer yang tersusun atas dua pasang rantai globin polipeptida yang
tidak sejenis yaitu sepasang rantai produk gugus gen globin  pada kromosom 16 dan sepasang
rantai globin produk gugus gen globin  pada kromosom 11.

17. Apa yang perlu di evaluasi pada Hapusan darah tepi


a. Kelainan sel darah merah
- Target cells - Macroovakocyte

59
- Spherocytes - Sickled cells
- Siderocytes - Helmet cells
- Basophilic stippling - Teardrop cells
- Howel Jolly bodies - Reticulocytes

b. Kelainan sel darah putih


- Granules toxic - Atypical lymphocytes
- Dohle bodies - Immature granulocytes
- Hypersegmented - Bacteria
- Auer rods - Vacuolisasi

18. Perbedaan haploid dan diploid

Haploid Diploid
Jumlah kromosom 22 kromosom + kromosom sex 46 kromosom
Sifat sel anak Tidak identik Identik
Berasal dari Sel gonad Sel somatik

19. Sebutkan berapa macam RNA


- Messenger RNA
- Transfer RNA
- Ribosomal RNA
- Catalytic RNA

20. Buat kisi-kisi perbedaan heme dan non heme


Heme Non heme
Jumlah yang diserap 10 % dari makanan 90 % dari makanan
Harus dirubah dulu menjadi
Cara penyerapan Dapat langsung di serap
bentuk yang diserap
Bioavailibilitas Tidak dipengaruhi makanan Dipengaruhi makanan

21. Apa perbedaan dan persamaan dari maturation arrest dan inefectif eritropoiesis
Maturration arrest adalah dalam perkembangan suatu sel dimana terjadi pembentukan sel-sel
muda tapi tidak matang.
Inefectif eritopoiesis adalah Terjadinya pembentukan sel darah muda tetapi sebelum berkembang
menjadi dewasa sudah dihancurkan dalam sumsum tulang.
Perbedaannya : Pada inefectif eritropoiesis terjadi penghancuran sel darah, sedangkan
maturration arrret tidak terjadi pematangan sel darah.
Persamaannya : tidak ada pembentukan sel-sel dewasa

22. Berdasarkan tingkat pematangan sel dimulai dari mana

Stem sel

mieloblast

promielosit

mielosit eosinofil mielosit netrofil mielosit basofil

60
metamielosit eosinofil metamielosit netrofil metamielosit basofil

batang eosinofil batang netrofil batang basofil

segmen eosinofil segmen netrofil segmen basofil

23. Retikulosit meningkat pada


- Destruksi / penghancuran eritrosit yang berlebihan, misalnya pada anemia hemolitik
- Pada anemia defisiensi Fe yang telah mendapat terapi Fe
- Pada perdarahan yang masif dan akut
- Pada anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat dan B12 yang telah mendapat
terapi asam folat.
- Leukemia  ANLL M6

24. Retikulosit menurun pada


- Anemia aplastik
- Anemia defisiensi Fe
- Leukemia
- Penyakit keganasan yang metastasis ke sumsum tulang

25. Jumlah sel yang digantikan dalam sehari : 10. 13

26. Hemopoiesis bertujuan;


1. menggantikan sel-sel yang mati
2. mempertahankan jumlah sel agar tetap normal
3. mengetahui jenis penyakit berdasarkan aktif tidaknya hemopoiesis
4. Kepentingan transfusi

27. Monosit berasal dari sumsum tulang, masuk ke dalam darah dan beredar selama kurang lebih 72
jam. Sel-sel ini kemudian masuk ke jaringan. Usia dalam jaringan diduga bertahan selama 3
bulan.

28. Sel induk ada 3 macam :


- stem cell pluripoten
- sel progenitor
- sel precursor

Sifat-sifat stem cell pluripoten :


- sel hemopoietik paling primitif
- berasal dari sel mesenkim (mesodermal)
- mempunyai dua karakteristik:
1. proliferasi (tidak terbatas):
 memperbaharui diri (self renewal)
2. Diferensiasi (pluripoten)
 sel darah dewasa (fungsional)

Sifat-sifat sel progenitor :


- keturunan dari stem cell

61
- proliferasi  tapi terbatas
- diferensiasi  lebih spesifik:
multipoten : lebih satu jalur diferensiasi
unipoten : hanya satu jalur diferensiasi

Sifat-sifat sel precursor :


- keturunan dari sel progenitor
- prekursor awal  proliferasi sangat terbatas
- prekursor akhir  hanya diferensiasi  matur

29. Stem sel, sel progenitor, sel prekursor berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan sel-sel
darah dalam tubuh manusia di bawah pengaruh faktor pertumbuhan hematopoietik. Bila terjadi
ketidakseimbangan salah satu komponen sel darah maka sel induk akan memproduksi komponen
sel darah tersebut agar keseimbangan sel darah dalam tubuh tetap terjaga.
Manfaat kliniknya antara lain:
a. Dapat dilihat pada pemberian kemoterapi dimana bekerja pada sel-sel induk (pada sel-sel
yamg masih aktif membelah) dan bukan pada sel-sel matur.
b. Stem sel sebagai resource yang tidak habis-habisnya, sementara sel progenitor dan sel
precursor merupakan penyedia langsung
c. Makin ke kiri maka makin peka terhadap pengaruh eksogen misalnya radiasi
d. Jika terjadi transformasi maligna makin ke kiri makin ganas, berat dan jenis/ragamnya.
e. Kerusakan pada stem sel, maka tidak ada lagi kesempatan bagi sel-sel darah untuk
berkembang.
f. Jika terjadi kekurangan sel-sel darah, progenitor dan prekursor yang berperan

30. Retikulosit ada dua:


Retikulosit darah perifer Retikulosit sumsum tulang

1. Tidak bisa menghasilkan 1. Bisa menghasilkan hemogobin


Hemoglobin
2. Tidak memiliki ribosom dan 2. Memiliki ribosom dan mitokondria
mitokondria
3. Berkembang menjadi eitrosit 3. Tidak berkembang menjadi erirosit

31. Pengukuran besarnya testis dapat dilakukan dengan:


- orkidometer Prader: ,suatu rentetan ukuran testis yang diberi angka 1 sampai 25. Pada bayi
ukurannya 1, pada permulaan pubertas 4 dan pada masa dewasa pada umunya di atas 10.
Jadi di atas 4 sudah dianggap masuk dalam masa pubertas.
- Secara langsung dengan menggunakan kaliper:, sebelum umur 11 tahun diameter testis
adalah 1,5- 2 cm, sedangkan pada umur dewasa muda
3,5 – 5 cm.

32. Sel darah merah berinti (normoblas) ditemukan dalam darah jika eritropoiesis sedang terjadi di
luar sum-sum tulang ( eritropoiesis ekstrameduler) dan juga pada beberapa penyakit sum-sum
tulang.

33. Perbedaan maturation arrest dengan eritropoiesis inefektif: maturation arrest


adalah pada maturation arrest tidak terjadi pematangan sel darah sedangkan
pada eritropoiesis inefektif terjadi penghancuran sel darah.
Persamaannya: tidak ada pembentukan sel-sel dewasa.

34. Tempat hemopoiesis:

62
Janin : 0-2 bulan ---yolk sac
2 –7 bulan ---- hati, limpa
5 – 9 bilan ---- sumsum tulang
Bayi : Sumsum tulang (praktis semua tulang)
Dewasa : Tulang belakang, iga, sternum, tengkorak, sacrum dan pelvis, ujung
proksimal femur.

35. Kepentingan klinis mengetahui baynyaknya zat besi dalam sel darah merah:
a. jika terjadi perdarahan massif maka akan terjadi kehilangan zat besi yang banyak
b. bila mana melakukan transfusi darah berarti kita juga menambah besi ke dalam darah
sehingga hati-hati pada transfusi berulang karena bisa mengakibatkan kelebihan besi
dalam tubuh.

36. Sitokin adalah merupakan pembawa pesan protein, bagaimana sel-sel system imun
berkomunikasi
satu dengan yang lain, dilepas atas rangsangan antigen atau sitokin yang lain. Reseptor yang
diekspresikan dan afinitasnya merupakan factor kunci dalam mengatur respon seluler. Jadi sitokin
berperan dalam aktivasi sel T, sel B, monosit, makrofag, induksi sitotoksisitas dan inflamasi.

37. Granulosit terdiri dari 3 jenis, yaitu : netrofil (polimorf), eosinofil dan basofil.

38. Fungsi dari makrofag adalah:


- kemotaksis
- fagositosis
- membunuh dan mencerna

39. Monosit berasal dari sumsum tulang masuk ke dalam darah dan beredar selama kurang lebih 72
jam. Sel-sel ini kemudian masuk jaringan dan menjadi makrofag jaringan. Usia dalam jaringan
diduga bertahan selama 3 bulan.
Monosit : pada paru disebut makrofag alveolar paru, peradangan menahun (TBC) disebut sel
raksasa berinti banyak (Giant cell langerhans), di hati disebut sel kupffer, di otak disebut osteoklas
dan mikroglia.

40. Trombosit merupakan jasad kecil bergranula. Megakariosit yaitu sel raksasa di dalam sumsum
tulang, membentuk trombosit dengan cara mengeluarkan secuil sitoplasma di sirkulasi. Sekitar 60-
70% trombosit yang telah dilepas dari sumsum tulang berada dalam peredaran darah, sedangkan
sisanya sebagian besar terdapat dalam limpa.
Sel PMN : netrofil (batang & segmen), eosinofil dan basofil.

41. Fagositosis :
- Mononuklear : Monosit
- Polimorfonuklear

42. Retikulositosis :
- Anemia hemolitik
- Anemia defisiensi besi yang telah diterapi
- Anemia pasca perdarahan

43. Perbedaan Retikulosit darah perifer dan sumsum tulang, yaitu :


Retikulosit pada sumsum tulang masih dapat menghasilkan hemoglobin
Karena memiliki ribosom yang akan menghasikan globin dan mitokondria
Menghasikan hem, bila sudah di darah tepi retikulosit tidak bisa
menghasilkan hemoglobin.

63
44. Trombosit berasal dari sitoplasma megakariosit yang matang , kemudian pecah dan
mengeluarkan
keping-keping trombosit dalam jumlah yang banyak.

45. Bukti hemolisis :


 Kerusakan eritrosit : Fragmentasi & kontraksi SDM
Fragmen eritrosit → skistosit
Mikrosferosit
→ aktiitas RES ↑ → Splenomegali/hepatomegali
 Katabolisme Hb meningkat : Hiperbilirubinemia → ikterus
Urobilinogenuri/urobilinuri
Hemoglobinemia
Hemoglobinuri/methemoglobinuri
Hemosiderinuria
Haptoglobulin ↓
 Regenerasi/kompensasi :
o Eritropoiesis meningkat (6-8 kali) :
Darah tepi : retikulositosis → derajat hemolisis
Normoblastemia/eritroblastemia
o Sumsum tulang :
Perubahan tulang-tulang (tengkorak & panjang)
Anemia hemolitik kongenital
o Eritropoiesis ekstramedular :
Splenomegali/ hepatomegali

46. Nilai normal netrofil : 65% - 70%

47. Normoblastemia adalah ditemukannya sel darah merah berinti (normoblas)


dalam darah. Hal ini dapat ditemukan pada keadaan eritropoiesis ekstramedular
dan pada beberapa penyakit sumsum tulang.
48. Sel Darah Fungsional
Sel darah fungsional adalah sel darah matur/sel darah dewasa yang mempunyai sifat :
 Tidak berproliferasi dan tidak berdiferensiasi, karena sudah mencapai tahap
akhir dari pertumbuhan dan perkembangannya.
 Mempunyai fungsi yang spesifik, misalnya eritrosit terutama berperan dalam
transport oksigen dan leukosit berperan dalam mekanisme imunitas.
 Mempunyai masa hidup yang terbatas, misalnya :
’ granulosit masa hidupnya hanya 7-10 jam
’ trombosit masa hidupnya hanya 7-10 hari
’ eritrosit masa hidupnya hanya 100-120 hari

49. SIRS
Systemic inflamatory response syndrome (SIRS) didefinisikan sebagai proses inflamasi sistemik,
tergantung dari penyebabnya.
Dalam mendiagnosis SIRS harus terdapat 2 atau lebih gejala berikut :
1. Suhu rektal > 38◦C atau < 36◦C
2. Takikardi
3. Takipneu
4. Kelainan leukosit :
- Jumlah leukosit > 15.000/mm3 atau <4000/mm3
- 10% neutrofil imatur
- Granula toksik dan vakuolisasi pada neutrofil

64
Takikardi : denyut jantung lebih dari 2 SD diatas nilai mean sesuai umur (bayi : > 160/menit, anak
: > 150/menit)
Takipneu : frekuensi pernapasan > 2 SD diatas nilai mean sesuai umur (bayi : >
60/menit, anak : > 50/menit)

Sepsis, bila ada bukti/tanda adanya infeksi (klinis atau laboratorium) + SIRS
Sindroma sepsis, bila terjadi sepsis + gangguan perfusi organ
Gangguan perfusi organ (perfusi jaringan/organ tidak aekuat), yaitu :
1. Perubahan akut status mental : gelisah (irritability), soporous, koma
2. Kulit lembab, dingin sampai sianosis
3. Oligouri (< 1 ml/kgBB/jam)
4. Hipoksemia (PaO2 < 75 mmHg)
5. Peninggian asam laktat plasma (plasma darah vena > 20 mg/dl)
6. Capillary refill > 5 detik atau nadi bounding

50. Sel induk hemopoetik : stem cell pluripoten, sel progenitor, sel prekursor
o Stem cell pluripoten : merupakan induk dari semua sel darah.
Mempunyai kemampuan berdiferensiasi menjadi beberapa turunan,membelah diri dan
memperbaharui populasi stem cell sendiri dibawah pengaruh faktor pertumbuhan
hematopoitik. Stem cell berfungsi sebagai reservoar, bukan penyedia langsung. Kerusakan
pada stem cell menyebabkan tidak ada satupun sel darah yang terbentuk.
o Sel progenitor: turunan dari stem cell (dibentuk oleh stem cell), Mempunyai kemampuan
berproliferasi tetapi terbatas, dan berdiferensiasi lebih spesifik dapat unipoten maupun
multipoten
o Sel progenitor dan prekursor sebagai penyedia langsung bila terjadi kekurangan Salah satu
sell darah.
Usia trombosit dalam darah 7 – 10 hari .
o Trombosit berasal dari sitoplasma megakariosit yang matang, kemudian pecah dan
mengelyarkan keping-keping trombosit dalam jumlah yang banyak.
o Poling trombosit di sinusoid-sinusoid sum-sum tulang dan limpa.
o Pewarnaan retikulosit : - Brylliant cresyl blue
- New methylen blue.
51. Poling netrofil : sum-sum tulang dan jaringan.

52. Sel fagosit terdiri atas seri granulosit (netrofil, basofil dan eosinofil) dan monosit.

53. Monosit berada dalam peredaran darah selama 8 jam yang selanjutnya bermigrasi ke jaringan.

54. Fungsi homeostasis:


- Mempertahankan darah dalam keadaan cair agar tetap dapat mengikuti sirkulasi.
- Mempertahankan darah dalam vaskuler
- Menghentikan perdarahan.

55. Trombositopenia; gangguan produksi, distribusi, pengenceran, pengrusakan abnormal dn


konsumsi abnormal dari trombosit.Untuk membedakannya dengan trombopati periksa kadar
trombosit.
Trombopati terjadi gangguan adhesi, agregasi dan platelet release reaction.

56. Segmen = polimorfonuklear (PMN).

57. Komponen dasar eritropoiesis adalah :


 Mineral : terutama besi. Juga mangan dan kobalt

65
 Vitamin : terutama vitamin B12 dan asam folat. Juga vitamin C, vitamin E, vitamin B 6,
tiamin, riboflavin, dan asam pantotenat.
 Asam amino
 Hormon eritropoietin, androgen, tiroksin
 Sitokin

58. Hepar dan limpa tetap berfungsi sebagai hematopoiesis ekstramedular pada penyakit
yang menyebabkan gangguan produksi satu atau lebih tipe sel darah seperti
eritroblastosis fetalis, anemia pernisiosa, talasemia, sickel cell anemia, sferositosis
herediter.

Tabel tempat pembentukan sel darah


USIA TEMPAT HEMOPOIESIS
Janin 0 - 2 bulan Indung telur (yolk-sac)
2 – 7 bulan Hati, limpa
7 - 9 bulan Sum-sum tulang

Bayi Sumsum tulang (semua tulang)

Dewasa tulang belakang, iga, sternum, tengkorak,


sakrum, pelvis, ujung proksimal femur.

59. Perkembangan monosit:


TAHAP NAMA JENIS SEL LOKASI
1 Sel induk Sum-sum tulang
2 Monoblast Sum-sum tulang
3 Promonosit Darah
4 Monosit
5 Magrofag Jaringan
Histiosit Jaringan ikat
N Makrofag alveoler Paru-paru
O Sel kupffer Jaringan hati
R Magrofag pleural & peritoneal Ruang serosa
M
Osteoklas Tulang
A
Sel mikroglia Sisitem saraf pusat
L
Sel Schwann Serabut saraf perifer
Sel sinovial tipe A Ruang sendi
Makrofag bebas Jaringan pengikat
Sel Langerhans Kulit
Dentritus Kelenjar limfe
Makrofag eksudat
Makrofag aktif

66
RADANG Dalam semua
Sel epiteloid
Jaringan
Sel datia (Multi nuklear)

60. Pengambilan bone marrow puncture bergantung pada umur, hal ini disebabkan pada bayi sumsum
tulang terjadi pada semua sumsum tulang baik tulang panjang dan ceper sementara pada
anak/dewasa sumsum tulang terjadi pada tulang-tulang ceper misalnya costa, scapula, tengkorak,
crista iliaca superior.

60. Sebutkan tahap pembelahan pada mitosis


 Profase : Pada tahap ini yang terpenting adalah benang-benang kromatin menebal menjadi
kromosom mulai berduplikasi.
 Metafase : Pada tahap ini kromosom berjejer teratur dibidang pembelahan ( bidang equator )
sehingga pada tahap inilah kromosom mudah diamati dan dipelajari.
 Anafase : pada fase ini kromatid akan tertarik oleh benang gelondong menuju ke kutub-kutub
pembelahan sel.
 Telofase : pada fase ini terjadi peristiwa kariokinesis ( pembagian inti menjadi dua bagian )
dan sitokinesis.( pembagian sitoplasma menjadi dua bagian )

61. Perbedaan antara netrofil dan monosit


Netrofil Monosit
1. Seri Mieloid 1. Seri monosit
2. Morfologi : 2. Morfologi :
- ukuran :10-15 - ukuran :12-20
- inti:sentral, 2-5/lebih lobus - inti : 1
- granula: + - granula -

3. Fungsi : kemotaktik sangat berperan dan 3. Fungsi : kemotaktik kurang berperan dan
fagositosis.bakteri & partikel kecil fagositosis bakteri, protozoa, bahan
( Microphage) partikulat (Macrophage)

62. Amegakariositik penyebabnya adalah hipoplasi megakariosit isolasi, penyakit sumsum tulang yang
menyeluruh seperti aplasia sumsum tulang, infiltrasi sumsum tulang oleh penyakit neoplastik
maupun non neoplastik.

63. Eritropoiesis ada 2 macam yaitu eritropoiesis intrameduller (pada sumsum tulang) dan
ekstrameduller (pada hati, lien).

64. Amegakariositik trombositopenia disebabkan oleh Hipoplasia megakariosit terisolasi


1. Amegariositik trombositopenia kongenital disertai tidak adanya kedua radius
2. Hipoplasia megakariositik kongenital tanpa disertai kelainan
3. Hipoplasia megakariositik kongenital disertai dengan mikrosefali
4. Sindrom Rubella
5. Trombositopenia hipoplastik kongenital berhubungan dengan Sindrom Trisomi

67
65. Penyebab metabolik (bisa salah satu atau lebih yang terganggu)
1. Dihubungkan dengan asidosis dan ketosis
 Hiperglikemia
 Asidemia metilmalonik
 Asidemia isovalerik
 Asidemia propionik
2. Lainnya
Ibu yang menderita hipertiroid

66. Kompleks imun ialah kompleks dari molekul antigen dan molekul antibodi yang pada konsentrasi
rendah menstimulasi makrofag/ monosit.

67. Fungsi khusus granulosit dan monosit :


Granulosit terdiri dari tiga jenis sel, yaitu : neutrofil (polimorf), eosinofil dan basofil.
a. Fungsi normal neutrofil sama dengan monosit dapat dibagi dalam 3 fase :
- Kemotaksis (mobilisasi dan migrasi sel), sel fagosit akan ditarik ke bakteri
atau tempat peradangan yang mungkin terjadi karena ada zat kemotaktik
yang dibebaskan oleh jaringan yang rusak atau oleh komplemen.
- Fagositosis, terjadi dengan cara zat asing (misalnya bakteri, jamur dll) atau
sel tubuh hospes yang mati atau rusak di”makan” (fagositosis).
- Membunuh dan mencerna.
b. Fungsi Eosinofil :
- Sel killer
- Sel imunomodulator yang melayani respons imun dan mencegah
penyebaran
c. Fungsi Basofil :
Merupakan sumber utama mediator kimia yang paten yang berperan
dalam proses imunologi dan inflamasi.

68. Makrofag dan fungsinya adalah :


sel – sel monosit yang diproduksi dalam sumsum tulang yang akan masuk ke pembuluh darah .
Setelah 24 jam, sel monosit akan bermigrasi dari peredaran darah ke tempat tujuan di berbagai
jaringan untuk berdiferensiasi sebagai makrofag. Nama makrofag berbeda – beda tergantung dari
jaringan yang ditempati tapi semuanya mempunyai kesamaan yaitu dapat mengikat dan memakan
partikel antigen.

69. Normoblastemia/eritroblastemia yaitu polikromasi ( sel – sel darah merah yang muda).

70. hyperplasia eritroid dimana ratio mieloid : eritroid menurun / terbalik.

71. Hyperplasia sumsum tulang terlihat adanya perubahan tulang- tulang ( tengkorak dan panjang).

72. Pooling granulosit: sumsum tulang, sirkulasi darah dan jaringan.


Pooling trombosit : sumsum tulang, sirkulasi darah dan lien.
Pada keadaan stabil atau normal, ruang simpanan sumsum tulang mengandung 10 – 15 kali
jumlah granulosit yang ditemukan dalam darah tepi. Setelah dibebaskan dari sumsum tulang,
granulosit memakan waktu kira-kira 10 jam dalam sirkulasi sebelum pindah ke jaringan untuk
melakukan fungsi fagositosis. Dalam aliran darah terdapat dua kelompok dengan ukuran yang
sama yaitu kelompok sirkulasi ( circulating pool , yang dimasukkan dalam hitung darah) dan
kelompok batas ( marginating pool, yang tidak dimasukkan dalam hitung darah).

72. Dimana tempat cadangan Monosit dan nama monosit pada jaringan ;

68
Monosit dari sumsum tulang masuk ke dalam darah dan beredar selama kurang lebih 72 jam.Sel-
sel ini kemudian masuk jaringan dan menjadi makrofag jaringan. Usia dalam jaringan diduga
bertahan selama 3 bulan .
Monosit : pada paru disebut makrofag alveolar paru , peradangan menahun (TBC) disebut sel
raksasa berinti banyak (giant cell”Langerhans) , hati disebut sel kupfer, di otak disebut osteoklas
dan mikroglia, dendritus pad limpa

73. Trombosit berasal dari bagian mana megakaryosit, di mana tempat cadangan?
Trombosit merupakan keping sel,
Megakaryosit yaitu sel raksasa di dalam sumsum tulang, membentuk trombosit dengan cara
mengeluarkan secuil sitoplasma dalam sirkulasi. Sekitar 60-70% trombosit yang telah dilepas dari
sumsum tulang berada dalam peredaran darah, sedangkan sisanya sebagian besar terdapat
dalam limpa.

74. Dimana tempat penyimpanan netrofil dan prosesnya sampai ke tempat peradangan ?
Jawab :
a.Tempat penyimpanan : 1. Sumsum tulang
2. endotel pembuluh darah
3. Jaringan.

b. Prosesnya :
1. Diapedesis : Netrofil dari jaringan akan ditarik oleh selektin dan bergulir di permukaan
endotel selanjutnya akan berikatan dengan integrin, kemudian dai akan menyusup
diantara sel endotel, menembus dinding kapiler. Bergerak seperti cacing (locomotion).
2. Kemotaksis : Bila ada peradangan interaksi produk bakteri dengan faktor plasma dan
sel menghasilkan zat yang menarik netrofil ke daerah peradangan. Zat kemotaksik ini
C5a, leukotrien dan polipeptida sel limfosit, sel mast dan basofil.
3. Opsonisasi : Opsonin utama yang menyelubungi bakteri bakteri adalah IgG dan protein
komplemen. Bakteri yang telah diselubungi akan berikatan dengan reseptor pada
membran sel netrofil.

75. Apa yang dimaksud RDW dan pada penyakit apa yang RDW  atau  ?
Jawab RDW = Red blood distribution width = variasi besarnya eritrosit yang dilihat (untuk
menghitung koefisien variasi dari MCV)

76. Bagaimana rumus RDW ?


Jawab : Standar deviasi (SD) X 100% = CV
MCV

Fase-fase perubahan sel yaitu :


 Fase G0 = fase istirahat, sel tidak berproliferasi
 Fase G1 = fase pra sintesis DNA, periode setelah mitosis sampai sintesis DNA
berikutnya yang lamanya sangat bervariasi, 12 sampai beberapa hari (disebut juga masuk
fase istirahat atau G0). Pada fase G1 terjadi sintesis RNA dan protein.
 Fase S = fase sintesis DNA (2-4 jam)
 Fase G2 = gap antara akhir síntesis DNAZ dan permulaan mitosis (2-4 jam)
 Fase M ialah fase mitosis, pada fase ini terjadi pembagian sel yang sebenarnya (1-2 jam).

69
77. Tabel klasifikasi anemia berdasarkan MCV dan RDW
MCV rendah MCV normal MCV tinggi
RDW Normal Mikrositik Normositik Makrositik
Thalasemia -Penyakit kronis - Anemia aplastik
heterosigot -Peny.hati kronis - Preleukemik
Peny.kronik -Hemoglobinopati
nonanemic
-Transfusi
-Kemoterapi
-Leukemia mielositik
kronik
- Perdarahan
- sferositosis herediter
RDW meningkat Mikrositik Normositik Makrositik
- Defisiensi Fe - Defisiensi Fe dan folat Defisiensi as.folat
-  Thalasemia dini Defs.vit B12
- Hemoglobin H -Mixed defisiensi Anemia hemolitik
- Fragmentasi darah - Hemoglobinopati autoimun
merah - Mielofibsrosis
- anemia sideroblastik

78. Berapa rasio mieloid dan eritroid ?


Jawab : Rasio mieloid :eritroid = 3 : 1
79. Purinetol termasuk golongan apa
Purinetol adalah obat anti metabolik yang spesifik terhadap fase S siklus sel yang kadarnya dalam
darah maksimal 2 jam setelah pemberian oral, diekskresi melalui ginjal sebagai metabolit di urin
dalam 24 jam pertama.

80. Ada berapa jumlah sel darah yang harus diganti setiap hari

70
Untuk mempertahankan sel-sel darah dewasa setiap hari ada 1013 sel darah

81. Berapa lama umur dari granulosit, trombosit dan eritrosit


Granulosit : Beberapa jam ( 7 – 10 jam )
Trombosit : Bebeapa hari ( 7 – 10 Hari )
Eritrosit : Beberapa minggu ( 15 – 18 minggu )

82. Apa yang dimaksud dengan Haptoglobin


Haptoglobin adalah suatu α2 globulin yang berfungsi mengangkut Hb plasma yang normalnya 100
– 150 mg/dl.

83. Anisositosis dan poikilositosis terjadi akibat proses hemolisis sehingga eritrosit pecah
menjadi berbagai macam bentuk dan ukuran.

Cel darah dan pembelahan


84.Jelaskan sel-sel normoblas merupakan seri granulosit
Normoblas ( sel darah merah berinti ) merupakan tanda eritropoesis yang meningkat pada darah
tepi.
Pernyataan sel-sel normoblas merupakan seri granulosit salah seharus normoblas adalah bagian
dari perkembangan eritropoesis, yang dimulai dari stem sel  proeritroblas ( pronormoblas ) 
eritroblas basofil (normoblas basofil)  eritroblas polikromatofil (normoblas polikromatofil ) 
eritroblas asidofil (normoblas asidofil )  retikulosit  eritrosit.

Proeritroblast
Besar sel ( 20-30 µm ), Nukleus large
spherical, Nukleoli prominent,
Sitoplasma basophilic

Basophilic Erythroblast
Besar sel : (15-20 micrometers),
nukleus bulat dan sama besar,
sitoplasma basophilic , Kromatin lebih
padat

71
Polychromatophilic Erythroblast
Besar sel ( 12-15 µm ), Sitoplasma with
diffuse basophilic (blue = ribosomes)
and acidophilic (pink = Hb)
staining,Nukleus spherical and
proportionately smaller with chromatin
more condensed.

Normoblast (orthochromic erythroblast)


Besar sel ( 8-10 µm ), Nukleus small and
dark-staining (condensed
heterochromatin), Sitoplasma pinkish-
blue to pink

Reticulocyte
Besar sel ( 8-10 µm ), no nucleus ,
more acidophilic cytoplasm but still
some basophilia due to ribosomes.

Eritrosit
Besar sel ( 10-12 µm ) sitoplasma
asidofilik

Normoblas biasa meningkat pada penghancuran eritrosit yang berlebihan, anemia defisiensi Fe
yang telah diterapi, perdarahan yang masif dan akut, pada leukemia  ANLL M6.

Sedangkan perkembangan granulosit :


Stem sel  mieloblas  promielosit  mielosit ( eosinofil, basofil, netrofil)  metamielosit
(eosinofil, basofil, netrofil )  batang ( eosinofil, basofil, netrofil)  segmen ( eosinofil, basofil,
netrofil)

72
Anemia defisiensi

85. Penyebab iron overload pada thalasemia


1. Absorbsi Fe meningkat sebagai kompensasi terhadap eritopoesis yang meningkat
2. Akibat transfusi yang berlebihan.
3. Akibat hemolisis yang berlangsung kronik, sistematis dan terus menerus

86. Bagaimana pemberian desferal yang ideal ? kenapa dilakukan dengan cara itu ?
Pemberian infus desferal subkutan selama 8 jam menggunakan syringe pump karena diharapkan
desferal akan secara perlahan-lahan dilepaskan kedalam tubuh dengan demikian akan lebih
banyak Fe bebas yang akan terikat.

87. Mengapa kadar besi berkurang pada anemia aplastik


Pernyataan ini salah seharusnya kadar besi pada anemia aplastik meningkat karena terjadi
penurunan pembentukan / aplasia system eritropoietik sehingga banyak besi yang tidak digunakan
oleh eritrosit, hal inilah yang menyebabkan kadar besi meningkat. Besi tidak diangkut dan
disimpan dalam SST, akan tetapi disimpan dalam sel parenkhim hati.

88. Apa indikasi pemberian desferal ?


 Feritin serum > 1000 ng/l
 Saturasi transferin > 50%
 Telah mendapat transfusi PRC 5 liter

89. Sebutkan dasar dan prinsip pengobatan besi :


Dasar pegobatan besi :
 Koreksi faktor penyebab
 Preparat Fe sesuai diperlukan
 Pantau respon pengobatan
 Obati Komplikasi

90. Prinsip pengobatan besi :


 Dosis berdasrkan kadar elemen besi

73
 Diberikan peroral
 Lama pengobatan 3 – 4 bulan setelah Hb normal.

91. Terangkan mengapa TIBC menurun pada penderita gizi buruk


Karena TIBC untuk mengetahui jumlah transferin ( β globulin yaitu protein pengangkut Fe ) yang
berada dalam sirkulasi darah pada penderita gizi buruk sintesa transferinnya rendah oleh karena
protein kurang

92. Apa yang dimaksud dengan Hemosiderinuria


Hemosiderinuria adalah adanya hemosiderin ( besi non fungsional ) dalam urin merupakan refleksi
adanya hemolisis intravaskular.
Pada anemia hemolitik terjadi penghancuran intravaskuler dimana hemoglobin bebas beredar
dalam darah ( hemoglobinemia )  di ginjal  pada tubulus renalis  Fe (urin)  Hemosiderin
 banyak hemosiderin yang dikeluarkan di urin.

93. Apa yang dimaksud dengan Haptoglobin


Haptoglobin adalah suatu α2 globulin yang berfungsi mengangkut Hb plasma yang normalnya 100
– 150 mg/dl.

94. Bagaimana bentuk besi yang kita makan


Besi non heme di lumen usus akan berikatan dengan apotransferin membentuk kompleks
transferin besi yang kemudian akan masuk kedalam sel mukosa.Didalam sel mukosa,besi akan
dilepaskan dan apotransferinnya kembali ke dalam lumen usus.
Besi dalam makanan terbanyak ditemukan dalambentuk senyawa besi non heme berupa
kompleks senyawa besi in organic (Feri/Fe3+) yang oleh pengaruh asam lambung, vitamin C dan
asam amino mengalami reduksi menjadi bentuk fero ( Fe2+). Bentuk fero ini kemudian diabsorpsi
oleh sel mukosa dan didalam sel usus, bentuk fero ini mengalami oksidasi menjadi bentuk feri
yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Selanjutnya besi feritin diepaskan
kedalam peredaran darah setelah melalui reduksi menjadi fero dan didalam plasma ion fero
direoksidasi kembali menjadi bentuk feri.Yang kemudian berikatan dengan 1 globulin membentuk
transferin.

95. Bagaimana kadar zat besi dalam tubuh kita


Didalam tubuh mngandung zat besi sekitar 55 mg/kgBB atau sekitar 4 grm. Lebih 67% zat besi
tersebut dalam bentuk hemoglobin, 30% sebagai cadangan dalam bentuk feritin atau hemosiderin
dan 3% dalam bentuk mioglobin. Hanya sekitar 0,07% sebagai transferin dan 0,2% sebagai enzim.

96. Secara teori apa yang perlu diperiksa pada pasien Anemia defisiensi Fe
- Hemoglobin - Serum besi
- Hapusan darah tepi - TIBC
- MCV & MCHC - Saturasi transferin
- Hematokrit - Feritin serum
- Retikulosit

97. Sebutkan sebab-sebab anemia defisiensi Fe


a. Suplai besi kurang
i. Simpanan besi waktu lahir tak cukup ;
- BBLR, prematur, gemelli
- Ibu menderita anemia defisiensi Fe berat
ii. Masukan ( intake ) Fe kurang :
- Makanan kurang Fe
- Bayi minum susu sapi
iii. Gangguan absorpsi Fe :
- Diare kronik

74
- Sindroma malabsorpsi
- Kelainan saluran cerna
b. Kebutuhan meningkat
- Pertumbuhan pesat
c. Kehilangan besi karena perdarahan
- Poliposis
- Diverticulum Meckel
- Ankilostomiasis
- Epistaksis berulang
- Hemorrhoid

98. Bila terjadi kekurangan zat besi apa yang terlebih dahulu digunakan
Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium
yaitu :

a. Tahap pertama : Iron depletion atau iron defisiency.


Ditandai dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin
dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi
besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui
adanya kekurangan besi masihnormal.

b. Tahap kedua : Iron deficient erythropoiesis atau iron limited erythropoises


Ditandai hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai besi dan berkurangnya besi di
sirkulasi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan
saturasi transferin menurn sedangkan TIBC meningkat dan Free Erythrocyte Porphyrin (FEP)
meningkat.

c. Tahap ketiga : Iron deficiency anemia


Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari hasil gambaran darah tepi didapatkan mikrositik
hipokrom.

99. Bagaimana Anemia defisiensi Fe dapat mengganggu kognitif.


Karena pada anemia defisiensi Fe menyebabkan gangguan pada pembentukan enzim yang
berperan dalam metabolisme neurotransmitter, gangguan metabolisme sel dan gangguan
mielinasi, dimana myelin ini berfungsi sebagai penghantar impuls ke otak, sehingga daya kognitif
menjadi menurun

100. Buat kisi-kisi feritin dan hemosiderin


Ferritin Hemosiderin
Cadangan besi dari besi
60 - 65 % 30 - 35 %
total
Sifat kelarutannya Mudah larut Tidak mudah larut
Tersebar di sel parenkhim & Sel kupfer hati dan makrofag
Tempat
makrofag, terbanyak di hati di limpa dan sumsum tulang

101.Apa kepentingan klinis kita mengetahui banyak zat besi dalam sel darah merah
1. Jika terjadi perdarahan yang masif maka akan terjadi kehilangan zat besi yang banyak.
2. Bila mana kita melakukan transfusi kita juga menambah Fe dalam darah, sehingga hati-hati
pada transfusi berulang bisa mengakibatkan kelebihan Fe dalam tubuh.

102.Sebutkan beberapa keadaan yang menyebabkan anemia mikrositik hipokrom


1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia sideroblastik

75
3. Thallasemia
4. Intoksikasi timah hitam
5. Infeksi kronik

103.Kenapa pada anak yang ibunya menderita anemia defisiensi Fe tapi anak tersebut tidak menderita
anemia defisiensi
Karena kadar Fe pada anak tidak semata-mata tergantung pada ibu, anak dapat menderita
anemia defisiensi Fe pada ibunya yang menderita anemia defisiensi berat.

104. Buat karakteristik besi pada ASI dan susu sapi


ASI Susu sapi
Kadar Besi 0,4 – 0,5 mg Fe/liter 0,2 mg/liter
Absorpsinya 50 % 10 – 12 %
Kadar laktoferin tinggi rendah
Kadar fosfat rendah tinggi

105.Sebutkan penyakit darah akibat terganggunya sintesis porfirin


Anemia sideroblastik.

106.Bagaimana karakteristik besi pada anemia aplastik


Pada anemia aplastik besi lama tertinggal dalam plasma dan tidak dapat dimanfaatkan untuk
pembentukan eritrosit. Besi tidak diangkut dan disimpan dalam SST, akan tetapi di simpan dalam
sel parenkhim hati.

107.Sebutkan hormon yang menyebabkan retikulosit meningkat


1. Eritropoeitin
2. Somatotropin
.
108.Kenapa bisa anemia defisiensi Fe pada APCD
Pada APCD dapat terjadi perdarahan yang berulang-ulang dan berlangsung lama.

109.Bagaimana infeksi kronik menyebabkan anemia mikrositik hipokrom


a. Gangguan hemostasis Fe
 Terjadinya anemia pada penyakit infeksi kronis disebabkan karena terjadinya
hambatan penyaluran besi dari simpanan diretikuloendotel ke sel-sel darah merah yang
sedang dibentuk.
 Fe digunakan sebagai makanan bagi kuman sehingga terjadi kompetisi dengan eritrosit
akibatnya kadar Fe pada eritrosit menurun
 Pada infeksi kronik terjadi pelepasan sitokin seperti IL-1 dan IL-6 yang mengaktiviasi
sintesis feritin sehingga Fe fungsional diubah menjadi Fe non fungsional
 Penghambatan pelepasan Fe dari makrofag dan organ RES
b. Penghambatan proses eritropoeiesis
c. Produksi eritropoietin yang tidak mencukupi seperti pada infeksi kronik oleh gagal ginjal dan
respon eritropoesis yang terganggu
d. Penurunan survival dari eritrosit

110.Sebut masing-masing jumlah prosentase dari granulosit total


Kadar normal eosinofil : 5 – 15%
Kadar normal netrofil : 80 – 90 %
Kadar normal basofil : 1 – 5%

111. Besi tubuh terdapat dalam bentuk:

76
1. besi fungsional/esensial (%)
- hemoglobin 65
- besi pada transferin 0,1
- mioglobin 3,5
- enzim dll 0,2
2. Besi nonfungsional (simpanan) 30
- ferritin (60 –65%)
- hemosiderin (30 –35%) → hati, lien dan sumsum tulang

112. Pada PEM dapat terjadi anemia defisiensi Fe karena:


 sintesa transferin rendah oleh karena protein kurang
 malabsorpsi besi di mana mukosa ususnya mengalami perubahan secara histologis dan
fungsional.
 adanya perdarahan, infeksi dan investasi parasit, yaitu ascariasis dan
amubiasis.

113. Infeksi kronik dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe karena:


 Adanya hambatan penyaluran besi dari simpanan di retikuloendotelial system ke sel-sel darah
merah yang sedang dibentuk
 Fe digunakan sebagai makanan bagi kuman sehingga terjadi kompetisi dengan eritrosit,
akibatnya kadar Fe pada eritrosit menurun
 Pada infeksi kronik terjadi pelepasan sitokin seperti IL 1 dan IL6 yang mengaktivasi sintesis
ferritin sehingga Fe fungsional diubah menjadi Fe non fungsional
 Penghambatan pelepasan Fe dari makrofag dan organ RES
 Penghambatan pelepasan Fe dari makrofag dan organ RES.
a. Penghambatan proses eritropoiesis
b. Produksi eritropoietin yang tidak mencukupi seperti pada infeksi kronik oleh gagal
ginjal dan respon eritropoiesis terganggu
c. Penurunan survival dari eritrosit.

114. Pemberian therapeutical trial pada pasien dengan PEM setelah 2 minggu terapi gizi karena
diharapkan setelah terapi gizi, protein dapat ditemukan dalam tubuh yang digunakan untuk
mengangkut Fe. Selain itu karena adanya gangguan absorbsi besi sehingga bisa menyebabkan
pertumbuhan kuman yang berlebihan

115. Solubel transferin reseptor adalah vesikel kecil yang mengandung reseptor transferin yang berada
dalam retikulosit selama maturasi menjadi eritrosit.. Kadar solubel transferin reseptor
menggambarkan aktivitas eritropoiesis di mana kadar STR yang meningkat didapatkan pada
eritropoiesis inefektif dan anemia defisiensi, sedangkan kadar STR menurun ditemukan pada
keadaan anemia aplastik.

116. Cara untuk mengevaluasi kadar zat besi cadangan:


a. Ferritin serum
b. Pewarnaan prussian blue (iron staining) sediaan sumsum tulang
c. MRI yang menghasilkan spin dephasing (T2* related signal loss)

117.Pada anemia aplastik besi lama tertinggal dalam plasma dan tidak dapat
dimanfaatkan untuk pembentukan eritrosit karena aktovitas eritropoiesis menurun sehingga
penggunaan besi berkurang menyebabkan penimbunan besi

118. Kadar Fe serum : 100 – 120 ug besi , sedangkan transferin 300 – 360 ug.
. Bagaimana bentuk besi yang kita makan
Besi dalam makanan terbanyak dalam bentuk senyawa besi non heme berupa kompleks senyawa
besi inorganik (Feri / Fe 3+) yang oleh pengaruh asam lambung, vitamin C dan asam amino

77
mengalami reduksi menjadi bentuk Fero (Fe 2+). Bentuk fero ini kemudian diabsorbsi oleh sel
mukosa usus dan di dalam sel usus, bentuk fero ini mengalami oksidasi menjadi bentuk feri yang
selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Selanjutnya besi feritin dilepaskan ke
dalam peredaran darah setelah melalui reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero
direoksiodasi kembali menjadi bentuk feri yang kemudian berikatan dengan 1 globulin membentuk
transferin.

119. Apoferitin adalah: protein yang terdapat dalam mukosa usus yang berfungsi dalam proses
absorbsi besi. Zat besi setelah terikat oleh apoferitin akan menjadi feritin, jika sel mukosa usus
telah jenuh feritin maka zat besi tidak dapat diserap lagi oleh mukosa usus. Apoferitin juga
berperan dalam transport besi pada tingkat seluler.
o Pada penyakit jantung rematik dapat menyebabkan anemia karena adanya proses kronik
sehingga terjadi:
a. Gangguan hemostasis Fe
 Adanya hambatan penyaluran besi dari simpanan di retikuloendotelial system ke
sel-sel darah merah yang sedang dibentuk
 Fe digunakan sebagai makanan bagi kuman sehingga terjadi kompetisi dengan
eritrosit, akibatnya kadar Fe pada eritrosit menurun
 Pada infeksi kronik terjadi pelepasan sitokin seperti IL 1 dan IL6 yang
mengaktivasi sintesis ferritin sehingga Fe fungsional diubah menjadi Fe non
fungsional
 Penghambatan pelepasan Fe dari makrofag dan organ RES
b. Penghambatan proses eritropoiesis
c. Produksi eritropoietin yang tidak mencukupi seperti pada infeksi kronik oleh gagal
ginjal dan respon eritropoiesis terganggu
d. Penurunan survival dari eritrosit.
o Penderita anemia defisiensi besi yang telah diterapi mengalami retikulositosis karena dengan
pemberian preparat besi dengan sendirinya bahan untuk pemebentukan hem menjadi ada,
sehingga akan merangsang aktivitas system eritropoietik.

120. Akumulasi besi yang berlebihan pada Thalassemia- disebabkan karena :


 Peningkatan absorbsi besi di usus karena hiperaktif eritropoiesis
 Meningkatnya penghancuran sel darah merah/hemolisis
 Transfusi berulang ulang.

121. Besi jaringan ada 2 macam, yaitu:


- Feritin yang bersifat mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati.
- Hemosiderin yang mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibandingkan feritin.

122. Tahap-tahap defisiensi besi terdiri dari 3 yaitu:


- Tahap pertama : iron depletion atau storage iron deficiency
- Tahap kedua : iron deficient erythropoietin atau iron limited erythropoiesis
- Tahap ketiga : iron deficiency anemia. Adapun perbedaannya dapat dilihat sebagai
berikut

Hemoglobin Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3


normal Sedikit menurun Jelas menurun

123. Elemen besi yang paling mudah diserap adalah bentuk heme (sekitar 10% berasal dari makanan)
besinya dapat langsung diserap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam
lambung ataupun zat makanan yang di konsumsi.

78
124. Selain PEM pada infeksi juga kadar besi bisa menjadi rendah sedang saturasi bisa normal,
karena kemampuan transferin menurun karena infeksi menghambat pelepasan transferin.

125. Penimbunan besi berlebihan dalam jaringan:


- Hemosiderosis (belum disertai kerusakan jaringan)
- Hemokromatosis (sudah disertai kerusakan jaringan  fibrosis).

126. Therapeutical trial : Boleh diberikan besi apabila:


- Pantau apakah anemia mikrositik hipokrom (ferritin dan transferin)
- Lihat heparnya, bila tidak ada hepatomegali dan splenomegali
- Hb meningkat 7-8 hari setelah pemberian
- Lihat retikulosit, apakah Hb meningkat atau tidak (hari keempat)

127. Anemia sideroblastik merupakan kelompok anemia yang heterogen, yang gambaran
hematologiknya sangat mirip dengan thalasemia dan anemia terjadi karena globin tidak
terbentuk sehingga diseritropoetik, dengan karakteristik adanya sideroblast bercincin di sumsum
tulang akibat dari penumpukan besi di mithokondria.

128. Jika pada pemeriksaan status besi didapatkan kadar Fe serum menurun dan
TIBC meningkat.
Pemeriksaan Fe serum untuk menentukan jumlah besi yang terikat pada transferin, sedangkan
TIBC untuk mengetahui jumlah transferin yang berada dalam sirkulasi darah. Perbandingan antara
Fe serum dan TIBC (Saturasi Transferin) diperoleh dengan cara menghitung Fe serum/TIBC x
100%. Jika saturasi transferin <16% menunjukkan suplai besi yang tidak adekuat untuk
mendukung eritropoeisis. Diagnosis anemia defisiensi besi dapat ditegakkan jika saturasi
transferin <16%

129. kadar besi total bayi baru lahir 75 mg/kg BB.

130. Bahaya dari besi bebas ialah memudahkan overgrowth kuman karena besi digunakan untuk
pertumbuhan kuman sehingga dapat menyebabkan sepsis. Bahaya besi dalam jaringan ialah
menyebabkan kerusakan pada jantung, hati, organ-organ endokrin, dan jaringan-jaringan lainnya.
Manifestasi klinis dapat berupa pigmentasi kulit seperti tembaga, disfungsi jantung, dan sirosis.

131. Umur kehamilan 10 minggu maka sumsung tulang sudah aktif membentuk sel- sel darah, dan
menjadi optimal sesudah kehamilan 16 minggu.

132. Pemeriksaan cadangan besi tubuh dengan menggunakan


a. Feritin serum
b. MRI yang menghasilkan spin dephasing (T2* related signal loss)
133.Transferin merupakan protein beta globulin yang berfungsi untuk mengikat dan mengangkut
besi

134. Bahayanya jika ada Fe bebas dalam jaringan :


- memudahkan overgrowth kuman karena besi digunakan untuk pertumbuhan kuman sehingga
dapat menyebabkan sepsis.
- Besi menginduksi radikal bebas → oksidasi membran sel darah merah.

135. Saturasi transferin dapat diketahui dengan menghitung perbandingan fe


serum dengan tibc,
sedangkan test khusus untuk mencari saturasi transferin tidak ada.

79
136. Fungsi Besi ?
Jawab : 1 .Ada dalam heme untuk membentuk hemoglobin  transport O2 ke jaringan.
2. Enzim katalase, sitokrom pada transport ion hidrogen, dan xantine oksidase
mengandung besi
3. Besi diperlukan sebagai ko-faktor enzim yang lain.

137. Berikan contoh pemeriksaan kasus seserang untuk mendapatkan saturasi


transferin?
Jawab : Misalnya :seorang anak dari pemeriksaan laboratorium didapatkan : serum besi 111 mol
sedangkan TIBC 345 mol. Dengan memakai rumus saturasi transferin = SI/ TIBC =111/345
X100% = 32%

138. Kenapa pada bayi prematur beresiko tinggi untuk defisiensi besi ?
Jawab : oleh karena cadangan besinya kurang hanya sampai 4 bulan

139. Transferin termasuk protein apa dan fungsinya?.Haptoglobin termasuk protein


apa dan
fungsinya apa?
Jawab : Transferin 1-serum globulin fungsi : mengangkut besi
Haptoglobin : 2-globulin fungsi mengangkut hemoglobin

140. Reseptor transferin ialah protein transmembran dengan 2 komponen identik yang masing masing
dapat mengikat 2 molekul transferin, reseptor ini diekspresikan di permukaan sel yang
memerlukan besi dan bertindak sebagai molekul pengangkut besi.
Hal ini bisa dijadikan parameter mengukur kegiatan erythropoiesis.

141. FEP (Free Erytrhrocyte Protoporphyrin) yaitu suatu porfirin bebas yang digunakan sebagai
parameter untuk mengetahui kecukupan penyediaan besi ke eritroid sum sum tulang. Pada
pembentukan eritrosit akan dibentuk cincin porfirin sebelum besi terikat untuk membentuk heme.
Bila penyediaan besi tidak adekuat menyebabkan terjadinya penumpukan porfirin didalam sel.
Nilai FEP > 100 µg/dl eritrosit menunjukkan adanya Anemia defisiensi Besi.

143. Serum feritin menggambarkan bagian cadangan besi, sedangkan reseptor


Transferin menggambarkan bagian fungsional besi.
Serum feritin dan reseptor transferin mengalami perubahan saat terjadi penurunan cadangan
besi. Pada kondisi defisiensi besi deplesi tahap pertama feritin mengalami penurunan (<22 ug/L),
sedangkan reseptor transferin masih stabil. Pada tahap kedua ferritin mengalami penurunan lebih
berat dan baru terjadi peningkatan reseptor transferin (>2,75 ug/L). Pada tahap ketiga
merupakan tahap anemia defisiensi besi dengan keadaan penurunan feritin lebih berat dan
peningkatan reseptor transferin jauh lebih tinggi.
Bila dua nilai ini digabungkan menjadi sebuah ratio yang diatur secara timbal balik akan
didapatkan nilai Indeks sTfR-F (reseptor transferin/log feritin).
Pada kondisi defisiensi besi deplesi Index sTfR-F mulai meningkat > 1,8 pada tahap kedua
Index meningkat >2,2 dan pada tahap ketiga nilai Index > 2,8.
Hal ini dapat digunakan sebagai prediktif membedakan anemia defisiensi besi dengan anemia
penyakit kronis, ataupun mengetahui anemia penyakit kronis yang mengalami defisiensi besi.

144. Gangguan homeostasis Fe:


Pada penyakit kronis terjadi penurunan absorpsi dari Fe karena pelepasan besi dari sistem
retikuloendotelial ke sirkulasi terhambat, sehingga kadar ferritin normal atau meningkat. Hal ini

80
disebabkan oleh adanya pelepasan IL-1 dan IL-6 pada proses inflamasi. Sedangkan pada
anemia defisiensi disebabkan oleh kurangnya intake sehingga baik kadar besi serum dan ferritin
serumnya rendah.

145. Besi Porfirin

Defisiensi Fe Sideroblastik

Radang kronik = =
Keganasan
Timah Hitam

Hem + Globin

═ Thalasemia

Hemoglobin

Eritrosit Mikrositik Hipokrom

Penyebab anemia mikrositik hipokrom adalah kekurangan besi (defisiensi besi) atau
kurangnya pelepasan besi dari makrofage ke serum (an. Radang kronik atau keganasan), kegagalan
sintesis protoporfirin (an. Sideroblastik) atau timbal juga menghambat sintesis hem dan globin.
Demikian juga sintesis globin (thalasemia) dapat mempengaruhi pembentukan hemoglobin.

Anemia. Radang Kronik


Anemia paling sering terjadi pada penderita berbagai penyakit keganasan. Anemia ini terkait
dengan menurunnya pelepasan besi dari makrofage ke plasma, memendeknya umur eritrosit, dan
respons erotropoetin yang tidak adekuat terhadap anemia yang disebabkan oleh efek sitokin seperti
IL-1 dan TNF pada eritropoesis.

Anemia Sideroblastik
Anemia refrakter dengan sel hipokrom dalam darah tepi dan besi sum sum tulang yang
meningkat, anemia ini dipastikan dengan adanya banyak cincin sideroblast yang patologis dalam sum
sum tulang yang disebabkan adanya defek dalam sintesis heme.

Pb (timbal,timah hitam)
Timbal menghambat sintesis heme dan globin pada sejumlah titik, selain itu, timbal
mengganggu pemecahan RNA dengan cara menghambat enzim pirimidin 5' nukleotidase yang
menyebabkan akumulasi RNA terdenaturasi dalam eritrosit. Pada sum sum tulang dapat menunjukkan
adanya cincin sideroblast, terdapatnya peningkatan kadar protoporfirin eritrosit bebas .

81
Penyakit keganasan darah

1. Buat kisi-kisi dari Leukemia Limfoblastik Akut ( ALL)

L1 L2 L3
Sel limfoblas lebih
Sel limfoblas Sel limfoblas kecil serupa Sel limfoblas besar
besar
Bentuk kromatin Kromatin homogen Kromatin lebih kasar Kromatin berbercak
Intinya Anak intinya tak tampak Anak inti satu / lebih Anak inti banyak
Sitoplasma sangat
Sitoplasma Sitoplasma sempit Sitoplasma lebih besar besar berbentuk
basofilik & vakuolisasi

2. Bagaimana retikulosit meningkat pada anemia aplastik


Mohon maaf atas pernyataan diskusi kemarin retikulosit meningkat pada anemia aplastik adalah
salah, seharusnya pada anemia aplastik retikulosit menurun, sedangkan retikulosit meningkat
pada
- Destruksi / penghancuran eritrosit yang berlebihan, misalnya pada anemia hemolitik
- Pada anemia defisiensi Fe yang telah mendapat terapi Fe.
- Pada perdarahan yang masif dan akut
- Pada anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat dan B12 yang telah mendapat terapi
asam folat.
- Leukemia  ANLL M6
Retikulosit bisa menurun pada keadaan / penyakit :
- Anemia aplastik
- Anemia defisiensi Fe
- Leukemia
- Penyakit keganasan yang metastasis ke sumsum tulang
Retikulosit menurun pada anemia aplastik karena pada anemia aplastik terjadi gangguan
hematopoiesis yang ditandai oleh penurunan produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam
sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, dengan penurunan aktivitas
sumsum tulang tersebut maka pembentukan sel-sel darah dewasa akan menurun yang
menyebabkan retikulosit menurun.

Patomekanisme dari anemia aplastik. Ada 2 yaitu :


a. Stem cell pluripotensial yaitu terjadi kerusakan stem sel yang mengakibatkan penurunan
jumlah dan fungsi sel darah dewasa, keberadaan sel induk hemopoitik dapat diketahui lewat
petanda sel yaitu CD 34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan sel induk
hemopoitik dikenal sebagai longterm culture initiating (LCT-IC), long term marrow culture
(LTMC), jumlah sel induk/ CD 34 sangat menurun hingga 1 – 10 % dari normal. Dengan
penurunan jumlah dan fungsi sel darah maka retikulosit pun akan didapatkan menurun. Defek
sel induk yang didapat (acquired) diduga disebabkan oleh obat-obat: kloramfenikol,
asetaminofen, klorpromazina, benzenebenzol, penisilin, streptomisin, sulfonamid dan lain-lain.

b. Microenvironment : dimana stem cell baik tetapi lingkungan yang tidak kondusif
Kelainan microenvironmet memegang peranan terjadinya anemia aplastik. Akibat radiasi,
pemakaian kemoterapi yang lama atau dosis tinggi, dapat menyebabkan microarchitecture
mengalami sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel.

3. Tujuan Pengobatan leukemia


- Remisi secepat mungkin dan mempertahankan selama mungkin
- Mengatasi gejala / akibat dari penyakit dan obat kemoterapi

4. Strategi pengobatan leukemia

82
 Fase induksi : mencapai remisi sesegera mungkin dan restorasi elemen-elemen darah yang
normal. ( vincristin, kortikosteroid, daunocin, leunase )
 Fase konsolidasi : memperkuat remisi yang terjadi tidak semua sel dapat dihancurkan pada
fase induksi karena ada sel yang belum mengalami pembelahan sel. ( Mtx it, HD Mtx dg
lecovorin )
 Fase reinduksi : mencegah relaps dan membunuh sel-sel leukemia yang tersisa. ( Mtx it,
vincristin, kortikosteroid )
 Fase lanjutan / maintenance : mencegah pertumbuhan sel-sel leukemia baru.
( Mtx po, purinetol )

5. Mengapa tidak bisa dilakukan kemoterapi pada fase G0


Karena pada GO sel dalam keadaan istirahat dimana sel tidak berproliferasi

6. Terangkan dengan kisi-kisi terapi kuratif, paliatif, adjuvan dan preventif

Terapi Kuratif Terapi paliatif Terapi adjuvant Terapi preventif


Menghancurkan Menghancurkan Mengecilkan volume
Kemoterapi yang
seluruh sel tumor sebagian dari sel tumor dan secepatnya
diberikan setelah /
primer dan tumor, menghambat menangkal mikrostasis
menyertai pengobatan
sekunder Bertujuan perkembangan sel tujuannya mencegah
primer (pembedahan)
untuk kanker, bersifat relaps dan metastasis.
Menghancurkan sisa
menyembuhkan simptomatis dan kemoterapi prabedah
sel-sel mikrostasis
leukemianya mengatasi gejala sebagai tindakan
yang tidak kelihatan
berupa kemoterapi Bertujuannya pencegahan kalau ada
secara klinis.
yang meliputi mempertahankan sel yang tercecer
meningkatkan angka
induksi, profilaksis kemoterapi dengan karena rupture /
kesembuhan dan
SSP, konsolidasi, dosis yang dapat pecahan massa tumor
mencegah relaps.
reinduksi dan ditoleransi oleh tubuh ketika dilakukan
maintenan penderita. tindakan operasi.

7. Cari penyebab perdarahan pada thalasemia


1. Karena trombositopeni karena hiperslenisme
2. Kegagalan hati akibat penimbunan zat besi, karena sebagian faktor-faktor pembekuan

8. Apa perbedaan Thalassemia β mayor dan Thalassemia Hb E ?

Thalassemia β mayor Thalassemia β Hb E


Terjadi mutasi pada kedua sel alel Terjadi mutasi pada kedua sel alel
rantai globin β dengan mutasi yang rantai β tetapi masing-masing
Genetik
sama pada kedua alel membawa mutasi yang berbeda
( homozigot ) (Compound heterozigot )
Hb A sangat rendah Hb A2 meningkat > 15%
Elektroforesis Hb F tinggi ( 10-90%) Hb F tinggi ( 10 – 90%)
Hb A2 bervariasi HbA sangat rendah

9. Transfusi pada thalasemia Hemoglobin dipertahankan pada 8 – 9,5 gr/dl


Pada kadar Hb < 8 g/dl dapat terjadi eritropoeisis massif, hiperaktivitas sumsum tulang yang
mengakibatkan hiperplasia dan deformitas tulang. Selain itu terjadi peningkatan absorbsi besi dari
usus yang mengakibatkan kadar besi serum meningkat. Kadar besi yang meningkat ini bersifat
sebagai radikal bebas yang dapat memperberat hemolisis.

83
Mempertahankan kadar Hb 8 – 9,5 gr/dl dapat menjamin tumbuh kembang anak dengan baik,
meminimalkan terjadinya kardiomegali, dapat mengurangi aktivitas eritropoeisis ekstramedular
oleh hepar dan lien ), mencegah deformitas tulang
Bila kadar Hb > 9,5 gr/dl dapat terjadi kelebihan besi dan penimbunan besi.

10. Mengapa perdarahan pada thalasemia dapat menyebabkan trombositopeni


Karena terjadi hipersplenisme, dimana terjadi penghancuran sel darah merah selain trombosit juga
ikut dihancurkan.Mengapa trombositopeni dapat mengakibatkan perdarahan pada thalasemia

11. Cari radikal bebas pada thalasemia


Kadar besi yang meningkat dan rantai α yang berlebihan

12. Buat kisi-kisi Hb A dan Hb F


Hb A Hb F
Komposisi 22 22
Kadar masa gestasi 5 – 10 % 90%
Kadar saat lahir 30% 70%
Kadar setelah lahir ( 6 bln) > 98-99% 0-1%
Afinitas terhadap oksigen Lebih rendah Lebh tinggi

13. Mengapa terjadi reaksi hemolisis pada ibu dengan rhesus (+) dan anak dengan rhesus (–)
Pernyataan ini salah seharusnya reaksi hemolisis terjadi bila Ibu dangan rhesus (–) dan anak
dengan rhesus (+). Pada saat kelahiran, pada saat plasenta terpisah, sel darah merah fetus
masuk ke dalam sirkulasi maternal. Resiko imunisasi Rh (D) tergantung pada dosis maternal dari
sel darah fetus dan kemampuan ibu untuk mersepons terhadap stimuli antigen. Sekitar 30%
individu tidak responsif terhadap reaksi ini. Antibodi anti rhesus merupakan penyebab utama
penyakit hemolisis pada bayi baru lahir. Secara klinis Rh-positif (Rh+) berarti adanya D (Rho),
sedangkan Rh-negatif berarti tidak adanya D (Rho). D adalah imunogen utama pada antigen-
antigen Rh.

14. Sebutkan pembagian Leukemia Akut non limfoblastik ( ANLL )


 M1 ( AML ) : mieloblas tanpa maturasi
 M2 ( AML ) : mieloblas dengan maturasi
 M3 ( APL ) : promielosit hipergranular
 M4 ( Leukemia Mielomonositik Akut ) : maturasi granulosit & monosit.
 M5 ( Leukemia Monositik Akut ) : monoblas dan promonosit
 M6 ( Eritroleukemia ) : Eritroblas ( normoblas ) dengan kelainan morfologi
 M7 ( Leukemia Megakaryoblastik Akut ) : megakaryoblas dan
megakaryosit

15. Jelaskan cara melakukan pemeriksaan waktu perdarahan :


- Cara duke :
a. Sterilkan daerah yang akan dilakukan pemeriksaan yaitu telinga/ ujung jari, dengan kapas
alkohol.
b. Tusuk bagian telinga dengan lancet sedalam + 3 mm, bila darah telah mengalir lakukan
penghisapan dengan menempelkan kertas saring tanpa menyentuh kulit.
c. Tempelkan setiap 15” sampai darah berhenti mengalir. Hitung jumlah resapan pada
kertas saring.
d. Nilai normalnya adalah 1 – 3 menit.

- Cara Ivy :
a. Pasang manset pada lengan atas dan tahan pada tekanan 40 mmHg.
b. Kemudian sterilkan lengan pada daerah volar dengan kapas alkohol.

84
c. Tusuk lengan dengan lancet sedalam + 3 mm, bila darah telah mengalir lakukan
penghisapan dengan menempelkan kertas saring tanpa menyentuh kulit.
d. Tempelkan setiap 15” sampai darah berhenti mengalir. Hitung jumlah resapan pada
kertas saring.
e. Nilai normal adalah 1 – 7 menit.

16. Leukemia Mielositik kronik (CML) terdiri dari 2 type yaitu : tipe adult dan
juvenile, perbedaannya yaitu:

TIPE ADULT TIPE JUVENILE


Umur > 5 tahun < 5 tahun
Kromosom Philadelphia + -
Perdarahan - +
Hemoglobin Anemia ringan Sering Anemia Berat
Rash pada kulit Tidak ada Sering
Splenomegali Ada Ringan-sedang
Limpadenopati Jarang Sering
Leukosit Sering > 100000/mm3 Jarang > 100000/mm3
Trombositopenia Tidak ada Biasa ada
Sel blast Jarang Ada
Megakariosit Sering meningkat Biasanya menurun
Remisi setelah terapi Sering Jarang
Jumlah monosit Normal-meningkat Meningkat

17. Jelaskan GM-CSF dan G-CSF


GM-CSF ( Granulocyte-macrophage colony stimulating factor ), Molgramostim (E.Coli-derived GM-
CSF, leukomax), Sargamostim ( yeast-derived GM-CSF, leukokine, Prokine )

Jenis : Growth factor, sargamostim dan Molgramostim berbeda dalam glikolisasi.


Sargamostim terglikolisasi sedang molgramostim tidak, glikolsasi dapat
mengadakan perubahan farmakokinetik dan memperpanjang
kekuatannya.
Cara kerja : GM-CSF ialah faktor pertumbuhan alamiah multipotensial yang diproduksi
oleh makrofag, mast cell, sel dendrit, sel-sel endotel sumsum tulang. Zat
ini selain merangsang proliferasi, diferensiasi dan aktivasi sel-sel
progenitor seri granulosit dan monosit. Juga meningkatkan aktivitas sel-
sel monosit, granulosit dan eosinofil dewasa. GM-CSF juga dapat
meningkatkan proliferasi prekursor eritrosit dan trombosit.
Indikasi : Neutropenia karena kemoterapi, untuk melindungi pasien terhadap infeksi
dan pada transplantasi sumsum tulang.
Kontra indikasi : Tidak ada
Cara pemberian : Subkutan atau per infus untuk pasien dengan transplantasi sumsum
tulang, dalam larutan NaCl 50 ml diberikan selama 2 – 4 jam.
Dosis : 5 µg/kg/hari 24 jam setelah kemoterapi, selama 10 – 14 hari.
Kemasan : Molgramostim : 400 µg/vial, Sargramostim 250 dan 500 µg/vial
Efek samping : Pada dosis tinggi > 30 µg/kg/hari dapat timbul kebocoran kapiler.

G-CSF ( Granulocyte colony stimulating factor ), Figrastim, (Neupogen)

Jenis : Growth factor

85
Cara kerja : G-CSF ialah faktor pertumbuhan alamiah yang diproduksi oleh sel-sel
stroma, fibroblas, monosit dan sel-sel endotel sumsum tulang. Zat ini
merangsang proliferasi, diferensiasi dan aktivasi sel-sel progenitor seri
granulosit.
Indikasi : Neutropenia karena kemoterapi, untuk melindungi pasien terhadap infeksi
dan pada transplantasi sumsum tulang.
Kontraindikasi : Gangguan ginjal dan hati yang berat.
Cara pemberian : Injeksi subkutan. Dapat diberikan IV
Dosis : 5 µg/kg/hari 24 jam setelah kemoterapi, selama 10 – 14 hari.
Kemasan : 300 µg/ml.
Efek samping : Muskulosklelet : nyeri tulang

18. Pada penderita hemofilia apa yang ditanyakan riwayat dari pihak ibunya, kenapa ditanyakan.
Ditanyakan pada ibu penderita apakah saudara kandung laki-laki, ada riwayat penyakit yang
sama.
Karena pada Hemofilia ( A dan B ) diturunkan secara sex (X)-linked recessive dan gen untuk faktor
VIII dan IX terletak pada ujung lengan panjang (q) kromosom X. Oleh karena itu, perempuan
biasanya sebagai pembawa sifat sedangkan laki-laki sebagai penderita. Perempuan pembawa
sifat hemofilia yang menikah dengan laki-laki normal dapat menurunkan satu atau lebih anak laki-
laki penderita hemofilia atau satu atau lebih anak perempuan pembawa sifat, Sedangkan laki-laki
penderita hemofilia yang menikah dengan perempuan normal akan menurunkan anak laki-laki
yang normal atau anak perempuan pembawa sifat

XY >< XXh XX : perempuan normal


XY : laki-laki normal
XXh : perempuan pembawa sifat
XhY : laki-laki penderita hemofilia
XX XXh XY XYh

XhY >< XX

XXh XXh XY XY

19. Jelaskan Hukum Mendel

Hasil penyerbukan silang dari kacang polong kuning dan hijau pada generasi keturunan pertama
(f1) selalu menghasilkan kacang polong kuning. Sedangkan pada generasi berikutnya (f2) secara
konsisten akan dihasilkan perbandingan 3 : 1 antara kacang polong kuning dan hijau

Pada perbandingan 3 : 1 yang terjadi pada generasi berikutnya (f2). Hal inilah yang menjadi
mekanisme dasar pewarisan sifat.

86
20. Mengapa bilirubin II meningkat dan bilirubin I tidak ada pada anemia hemolitik
Maaf pernyataan ini salah seharusnya pada anemia hemolitik bilirubin I yang meningkat dalam
darah dan bilirubin II tidak ada. Terjadi proses katabolisme Hb yang terurai menjadi Heme dan
globin, dimana heme akan terurai menjadi Fe dan porfirin, porfirin akan dirubah menjadi biliverdin
yang selanjutnya menjadi bilirubin I.

21. Mengapa urobilin meningkat pada anemia hemolitik


Pada keadaan hemolisis, kadar Hb yang dibebaskan akan bertambah, sehingga makin banyak
bilirubin I yang dibebaskan, Peningkatan bilirubin tak terkonjugasi dalam hati, menghasilkan
produksi dari bilirubin konjugasi, yang kemudian akan disekresi ke dalam traktus intestinal,
mengakibatkan peningkatan produksi urobilinogen, yang pada tahap selanjutnya akan
mengakibatkan peningkatan ekskresi urobilinogen dalam feses, peningkatan urobilinogen melalui
sirkulasi enterohepatik dan pada akhirnya peningkatan ekskresi urobilin dalam kemih.

22. Pada Thalasemia β HbA2 berhimpit dengan apa ?


Hb E, Mobilitas elektroforesis HbE berhimpit dengan HbA2 ( dengan cara selulose asetat ). HbE
diduduki oleh HbA2 karena kadarnya yang meningkat sehingga yang terbaca adalah HbA2.

23. Indikasi pemberian desferal


- Feritin serum > 1000 ng/l
- Saturasi transferin > 50%
- Telah mendapat transfusi PRC 5 liter

24. Berapa lama interval pemberian kemoterapi fase reinduksi, dan terangkan mengapa
Lamanya 1 atau 2 bulan dengan interval 1 minggu, tujuan mencegah relaps dan membunuh sel-
sel leukemia yang tersisa pada fase G0 dimana sel-sel tersebut tidak berproliferasi serta
memberikan kesempatan tubuh untuk melakukan recovery

25. Bagaimana penanganan HDN ?


 Jika ada tanda-tanda perdarahan, periksa PT, APTT
 Jika PT, APTT memanjang, berikan vit K 1 mg/IM
 Periksa kembali APTT
 Jika perdarahan masih tetap berlangsung dan APTT masih memanjang berikan kembali vit K
1 mg/IM dengan interval pemberian 6 jam.
 Injeksi vit K 1 mg/IM dapat diulang sampai 3 x pemberian jika perdarahan belum berhenti.
 Jika setelah pemberian vit K 3 x dan perdarahan belum berhenti maka diberikan transfusi
FFP.
 Jika perdarahan sudah berhenti tetapi ada anemia dan ada tanda-tanda anoksia jaringan
maka diberikan transfusi PRC
 Jika terjadi perdarahan hebat dan renjatan maka atasi renjatannya dengan pemberian
kristaloid atau plasma expander.

26. Apa bahaya dari aktivitas eritropoisis yang berlebihan pada thalasemia

87
 Dapat terjadi hiperplasia sumsum tulang yang menyebabkan desakan, sehingga deformitas
tulang terutama pada tulang seper, seperti tulang wajah. Tulang-tulang frontal, parietal,
zigomatikus dan maksila menonjol hingga gigi-gigi atas nampak dan pangkal hidung depresi
yang memberikan penampakan facies cooley. Ekspansi sumsum tulang mengakibatkan
pelebaran diploe disertai pemisahan tabula interna dan eksterna pada tulang tengkorak yang
menyebabkan trabekula tulang tersusun vertikal, keadaan ini memberikan gambaran berupa
adanya garis-garis tegak lurus pada tulang yang terlihat dengan foto tengkorak dan disebut
Hair on end appearance.
 Terjadi peningkatan absorbsi besi dari usus yang mengakibatkan kadar besi serum
meningkat. Kadar besi serum yang meningkat ini bersifat sebagai radikal bebas yang dapat
memperberat hemolisis.
 Terjadi eritropoeisis ekstrameduler oleh splenomegali.
 Eritropoiesis ekstra medular yang terjadi menyebabkan peninggian volume darah yang
mengakibatkan high output cardiac failure.

27. Tujuan Transfusi darah


 Mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran darah yaitu
derivat/fraksi plasma ( Fresh Frozen Plasma )
 Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,contohnya Packed Red Cell
(PRC), Trombosit.
 Meningkatkan oksigenasi jaringan,contohnya sel darah merah ; dapat berupa PRC, Red Cell
Suspension, Wash Red Cell.
 Tindakan terapi khusus, contohnya Kriopresipitat, konsentrat factor VIII, konsentrat factor IX

28. Fase apa yang dilakukan bersamaan dengan fase induksi pada kemoterapi
Fase profilaksis SSP dengan menggunakan metotrexat + dexametason

29. Cari apa saja produk plasma darah


 Plasma biasa tidak mengandung faktor pembekuan V dan VII
 Plasma segar mengandung faktor pembekuan yang masih lengkap
 Plasma segar beku ( FFP ) mengandung semua komponen plasma
 Plasma kering ( Lyophilized pooled plasma Z)
 Plasma kaya trombosit mengandung komponen plasma dan banyak trombosit.
 Kriopresipitat

30. Mengapa transfusi whole blood tidak diperlukan / digunakan lagi


Karena untuk menghindari penumpukan komponen darah yang tidak diperlukan yang dapat
mengakibatkan beban volume jantung bertambah.

31. Apa kepentingan pemeriksaan urin ?


Pada pemeriksaan urin dapat diketahui beberapa hal :
1. Warna urin (warna urin dapat menunjukkan adanya perdarahan,infeksi, kelainan saluran
kemih atau pun konsumsi obat / pangan jenis tertentu)
2. pH (nilai keasaman urin),dengan batas normal 4,6- 8,0
3. BJ (berat jenis), dengan batas normal 1,001 – 1,035
4. Glukosa,keton,bilirubin,nitrit (normalnya semua negatif dalam urin)
5. Urobilinogen normalnya 3,2 – 16 Umol/L
6. Eritrosit (normalnya < 1 /LPB).Peningkatan eritrosit dalamurin menunjukkan adanya infeksi
atau batu saluran kemih.
7. Lekosit (normalnya < 5/LPB).Peningkatan lekosit dalamurin menunjukkan adanya infeksi
saluran kemih.
8. Pada keadaan normal, kadar protein, keton,bilirubin dan darah samar tidakboleh melebihi
batas normal.

88
32. Apa kepentingan pemeriksaan feses ?
Pada pemeriksaan feses ada 2 pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan makroskopik ( dapat dilihat dengan mata telanjang ; konsistensi,
warna,darah,lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera
diobati,yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella
2. Pemeriksaan mikroskopik ( hanya dapat dilihat melalui mikroskop : lekosit, eritrosit, epitel,
telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap
amuba.

33. Perbedaan hemoglobinuria dengan hematuria

HEMOGLOBINURIA HEMATURIA
Pengertian Hemoglobin dalam uria Tredapatnya eritrosit didalam urin
i. Perdarahan lokal ( contoh : pada sal.
cerna )
Terjadi Hemolisis intravaskuler
ii. Penyakit perdarahan ( karena
trombositopeni dan gangguan pembekuan
Endapan (-) Endapan (+)
Perbedaan
Supernatan (-): warna seperti Supernatan (+) jernah
(sentrifuse)
sebelum disentrifuse

34. Perbedaan transudat dan eksudat

TRANSUDAT EKSUDAT
Warna Serous,kuning pucat Fibrinous, purulent
Aspek Jernih Jernih atau keruh
BJ < 1,015 > 1,018
Bekuan Tidak menggumpal Menggumpal
Protein < 2,5 gr% > 3 gr%
Glukosa Sama dgn glukosa darah Lebih kecil dari glukosa darah
Banyak (bentuk tergantung pada macam-
Sel Beberapa (mesotel & eritrosit)
macam dan derajat inflamasi
Bakteri Tidak ada Bisa ditemukan
Tes Rivalta Negative Positif

35. Apa yang dimaksud dengan Hemarthrosis


Perdarahan yang terjadi pada sendi

36. Hemofilia ada berapa macam dan bedakan


Hemofilia ada 2 yaitu hemofilia A dan B

Hemofilia A Hemofilia B
Kekurangan fc.VIII (anti Kekurangan fc. IX (Christmas
Penyebab
hemophilic factor) factor)
Insiden 80 - 85 % 10 - 15 %
Transfusi fc VIII dosis 20 – 25 Transfusi fc. IX dosis 40 – 50
Pengobatan
U/kg tiap 12 jam U/kg tiap 24 jam

37. Apa beda hematokesia dan melena

Hematokesia Melena
Perdarahan sal. Cerna bawah Perdarahan sal. Cerna atas
Asal
(rektum dan kolon sigmoid ) (lambung dan duodenum)
Warna Merah segar Merah kehitaman

38. Apa yang penyebab kematian utama pada anemia aplastik

89
1. perdarahan
2. infeksi
3. kombinasi.

39. Buat daftar fokus infeksi yang perlu diperhatikan pada anemia aplastik
1. Otitis media - Moniliasis
2. Tonsilofaringitis - Gastroenteritis
3. Bronkhopneumonia - Infeksi saluran kemih
4. Tuberkulosis - Piodermi
40. Fenomena PT memanjang-APTT memanjang, PT memanjang-APTT, normal, PT normal-
APTT memanjang, PT normal-APTT normal.

- PT memanjang, APTT memanjang


Berarti terdapat gangguan di jalur bersama yaitu faktor X,V, fungsi trombosit III, faktor
intrinsik dan ekstrinsik juga terganggu. Contoh : DIC, HDN, penyakit hati

- PT memanjang-APTT normal
Berarti faktor III dan VII terganggu, sedangkan faktor VIII,IX,XI,XII normal, kesan faktor
ekstrinsik terganggu, faktor intrinsik normal, faktor V,X, trombosit 3 normal.

- PT normal-APTT memanjang
Berarti faktor III dan VII normal, sedangkan faktor VIII,IX,XI,XII terganggu, kesan faktor
ekstrinsik normal, intrinsik terganggu, faktor V,X, faktor trombosit 3 normal

- PT normal-APTT normal.
Berarti faktor ekstrinsik dan intrinsik normal, biasanya didapat pada gangguan vaskuler dan
trombosit.

90
Kontak permukaaan Kerusakan jaringan

XII XIIa III

XI XIa VII

IX IXa
VIII
APTT X Xa X PT
I Ca++ Ca++ E

N V K
T Protrombinase F.Tr.3 S
R T
I Protrombin Trombin R
N Ca++ I

S Fibrinogen Fibrin
N
I XIII S
K Fibrin polimer I
K
41. Kapan saturasi transferin dikatakan bermakna pada anemia defisiensi Fe ?
< 16%

42. Batas Hb tertinggi pada anak umur 2 – 3 bulan ? 9,0 - 12,5 g/dL

43. Pada umur berapa kadar Hb tertinggi ? hari pertama kelahiran : 15,0 – 23,5 g/dL

44. Untuk apa dilakukan EKG pada pemberian Doxorubicin


Karena doxorubicin dapat menyebabkan gangguan irama jantung yaitu supraventrikuler takikardi

45. Berapa skor TB pada pasien Nuno ; skor TB 5

46. Apa isi cairan asites


1. Transudat
2. Eksudat
3. Chilus
4. Darah

47. Jelaskan tentang Kriopresipitat

91
Kriopresipitat adalah bahan tak larut dalam keadaan dingin yang tertinggal pada sedimen
apabila FFP dilelehkan. Satu unit cryo mengandung aktivitas faktor yang terkandung dalam 1
ml plasma segar. Satu kantong cryo mengandung 10 - 160 unit faktor VIII.

48. Apa isi kriopresipitat ?


1. Fibrinogen
2. Faktor VIII
3. Faktor XIII
4. Faktor von wille brand

49. Sebutkan pembagian anemia hemolitik


 Pencetusnya

i. Intrinsik
I. Kelainan membran sel
- Sferositosis
- Ovalositosis
- Eliptositosis
II. Hemoglobinopati
- Hemoglobin patologis / abnormal
- Thalassemia
III. Defisiensi enzim
- Defisiensi G6PD
- Defisiensi Pyruvate kinase
- Defisiensi Glutation reduktase

ii. Ekstrinsik
I. Anemia hemolitik imun
a. Isoimun
- Reaksi transfusi darah
- Penyakit hemolitik bayi baru lahir
b. Autoimun
1. Idiopatik
2. Sekunder
- Obat : kina
- kimia : insektisida
- Infeksi : virus, bakteri
- Penyakit kolagen : SLE
- Keganasan : leukemia, limfoma
- Sindroma uremi hemolitik ( HUS )

II. Anemia hemolitik non imun


a. Obat ; vit K, sulfa, piramidon
b. Kimia : bensol, naftalen
c. Infeksi : virus, bakteri
d. Toksin / racun
e. Combustio

 Herediter dan didapat

 Lokasi penghancuran
- Intravaskuler, penghancuran terjadi pada sirkulasi
- Ekstravaskuler, penghancuran terjadi pada RES ( lien, hati & sumsum tulang )

92
50. Sebutkan berapa macam Hb embrional dan karateristiknya
Gower-1, Gower-2, Portland
Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritroblas primitif dalam yolk sac membentuk rantai
globin-epsilon () dan zeta (Z) yang akan membentuk hemoglobin primitif Gower-1 (Z22).
Selanjutnya mulai sintesis rantai  mengganti rantai zeta ; rantai  mengganti rantai  di yolk sac,
yang akan membentuk Hb-portland (Z22) dan Gower-2 (22).
Hemoglobin yang terutama ditemukan pada masa gestasi 4 – 8 minggu adalah Hb Gower-1 dan
Gower-2 yaitu kira-kira 75% dan merupakan hemoglobin yang disintesis di yolk sac, tetapi akan
menghilang pada masa gestasi 3 bulan.

51. Apa fungsi trombosit


 Menutup lubang endotel dengan jalan membentuk gumpalan trombosit pada tempat endotel
pembuluh darah sehingga mempertahankan kontinuitas dinding pembuluh darah
 Membuat adhesi dan agregasi trombosit dan trombostenin untuk memperkuat gumpalan
trombosit disamping fibrin di tempat kerusakan pembuluh darah.
 Mengeluarkan serotonin untuk kontraksi pembuluh darah dan ADP untuk mempercepat
pembentukan gumpalan trombosit.
 Membantu proses koagulasi, berlangsung bersama-sama dengan faktor pembekuan

52. Apa itu monosit dan karakteristiknya ?


Monosit berasal dari sumsum tulang masuk ke dalam darah dan beredar selama kurang lebih 72
jam. Sel-sel ini kemudian masuk jaringan dan menjadi makrofag jaringan. Usia dalam jaringan
diduga bertahan selama 3 bulan. Monosit pada paru disebut makrofag alveolar paru, peradangan
menahun (TBC) disebut sel raksasa berinti banyak (Giant Cell Langerhans), dihati disebut sel
Kupffer, di otak disebut Osteoklas dan mikroglia, di limpa disebut dendritus dan di jaringan disebut
histiosit.

53. Faktor-faktor pembekuan apa yang terganggu pada HDN


Faktor II, VII, IX, X

54. Apa fungsi vit K dalam faktor pembekuan


Vitamin K berperan dalam membentuk faktor II, VII, IX dan X yang fungsional. Vitamin K
merupakan koenzim terlaksananya proses karboksilasi untuk membentuk reseptor fungsional
sehingga dapat mengikat kalsium.
Pada dasarnya tanpa vit K, faktor pembekuan sudah terbentuk tetapi masih dalam bentuk protein
yang tidak aktif, bila belum mendapat gugusan COH (karboksilasi). Faktor pembekuan
membutuhkan reseptor (dalam hal ini karboksilasi) untuk dapat menangkap Ca agar dapat menjadi
aktif.

55. Mengapa PT memanjang dan APTT memanjang pada DIC


Pada DIC terjadi kerusakan endotel secara sistemik sehingga penggunaan faktor pembekuan dan
trombosit meningkat untuk menutupi endotel yang mengakibatkan faktor pembekuan dan trombosit
menjadi banyak digunakan.

56. Apa perbedaan dan persamaan gangguan vaskuler dan gangguan trombosit
VASKULER TROMBOSIT
Terjadinya Spontan Spontan
Peteki + +
Perdarahan jaringan dalam - Bisa, lebih jarang
- Segera timbul - Segera timbul
Manifestasi perdarahan jika luka
- Berlangsung singkat - Berlangsung singkat
Setelah perdarahan berhenti Jarang berulang Jarang berulang
Jumlah trombosit Normal Menurun / normal
Waktu perdarahan Normal Meningkat

93
APTT Normal Normal
Uji Turniket + +
Retraksi bekuan Normal Abnormal
Merupakan gejala dari penyakit lain + +

57. Dalam keadaan apa trombosit menurun dan waktu perdarahan normal
Kesalahan laboratorium

58. Pada keadaan apa yang bisa meningkatnya retikulosit


Nilai retikulosit meninggi pada bayi karena terjadi migrasi, ada pengalihan berangsur-angsur dari
fase hepatik ke sumsum tulang melalui aliran darah, sehingga pada darah tepi akan di temukan
kadar retikulosit yang meningkat.

59. Apa artinya kausa imun dan kausa non imun pada anemia hemolitik
Kausa imun pada anemia hemolitik artinya faktor-faktor penyebabnya gangguan antigen antibodi.
Kausa non imun penyebabnya berasal dari luar seperti obat-obat, infeksi, racun dan combustio.

60. Tanda-tanda anoksia jaringan akibat anemia


1. Takikardi - Pucat
2. Takipnu - Akral dingin
3. Gelisah - Kolik abdomen

61. Apa yang dimaksud dengan SIRS dan jelaskan


SIRS ( Systemic Imflamatory Response Syndrome ) atau reaksi inflamasi sistemik adalah
kumpulan gejala akibat reaksi sistemik yang terdiri dari :
1. Suhu rektal > 380C atau < 360C
2. Takikardia ( denyut jantung > 2 SD diatas nilai mean sesuai umur ; bayi > 160 x/menit,
anak > 150 x/menit. Takipnu ( frekuensi pernapasan > 2 SD diatas nilai mean sesuai umur ;
bayi > 60x/menit, anak > 50x/menit.
3. Kelainan lekosit
1. Jumlah lekosit > 15.000/mm3, < 4.000/mm3
2. 10 % netrofil immatur
3. Granulotoksik dengan vakuolisasi
Dikatakan telah terjadi SIRS jika ada 2 atau lebih dari kriteria diatas.

62. Sebutkan perdarahan pada rongga tubuh


1. Hematom : Perdarahan di bawah kulit
2. Hemathorak : Perdarahan pada cavum pleura
3. Hemaarthrosis : Perdarahan pada sendi
4. Hematokesia : Perdarahan pada saluran cerna bagian atas
5. Melena : Perdarahan pada saluran cerna bagian bawah
6. Asites hemoragis : Perdarahan pada rongga abdomen
7. Hemo perikard : Perdarahan pada cavum perikard

63. Cari sumber-sumber makanan yang mengandung heme dan non heme
Sumber makanan heme berasal dari hewani seperti daging, ikan, hati
Sumber makanan non heme berasal dari nabati seperti sereal, sayuran dan buah-buahan

64. Cari karakteristik Etoposide


Etoposide adalah semi sintesis turunan podophylum peltatum dan podohyllum emodi. Etoposide
tidak memproduksi metafase tetapi menghentikan pelepasan sel pada akhir fase S atau G2 dalam
siklus sel. Etoposide secara kimiawi mengganggu DNA dan RNA dengan merusak atau
menghentikan replikasi DNA.
Indikasi : Limfoma maligna, leukemia, trophoblastik disease, Ca paru, Refractory
testicular tumor

94
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati yang berat, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : - Supresi sumsum tulang, lekopeni, trombositopeni
- Alopesia
- Mual, muntah
- Hipotensi
Dosis : 100 - 120 mg/m2 luas permukaan tubuh / hari selama 3 – 5 hari kemudian di
ulang dengan interval 3 – 4 minggu.
Kemasan : vial 100 mg/ 5 ml

65. Bagaimana cara pemeriksaan Rivalta


100 ml air destilasi + 2 tetes asam asetat 98% + 2 tetes cairan yang akan diperiksa
- jika larutan menjadi jernih maka Tes Rivalta (-)
- jika larutan terdapat gumpulan dan keruh maka Tes Rivalta (+)

66. Ada 3 kejadian besar pada anemia hemolisis


1. Kerusakan pada eritrosit
2. Katabolisme hemoglobin yangmeningkat
3. Eritropoiesis yang meningkat ( regenerasi sumsum tulang )

67. Berapa kadar Hb F yang normal ?


1. Umur 0 - 30 hari : 60% - 90%
2. Umur 1 – 23 bulan : 2%
3. Umur 24 bulan – dewasa : 0% - 2%

68. IT ratio apa itu dan batas-batas nilainya


Immatur total diperoleh dari perbandingan batang dengan batang + segmen
Pada anak nilainya < 0,16
Pada bayi nilanya < 0,20

69. Sebutkan faktor-faktor assay


I = fibrinogen
II = protrombin
III = faktor jaringan, tromboplastin jaringan
IV = Kalsium ( Ca)
V = Proakselerin, faktor labil
VII = Prokonvertin, faktor stabil
IX = plasma thromboplastin component (PTC), Christmas factor, AHF-8
X = Stuart prower factor
XI = Plasma thromboplastin antecedent (PTA), AHF-C
XII = Hageman factor, AHF-D
XIII = Fibrin stabilizing factor (FSF)
Prekalirein = Fletcher factor
HMW kininogen = Fitzgerald factor

70. Buat secara sistematis pemeriksaan klinis pada anemia aplastik


1. Pucat
2. Tanda-tanda anoksia jaringan
3. Tidak ada organomegali
4. Ada manifestasi perdarahan
5. Fokus infeksi
6. Bising jantung

71. Buat secara sistematis pemeriksaan laboratorium pada anemia aplastik


1. Hemoglobin - Indeks eritrosit
2. Eritrosit - Hematuri mikroskopis

95
3. Lekosit - Feses rutin
4. Hematokrit - Hapusan darah tepi
5. Trombosit - Waktu perdarahan
6. Retikulosit - BMP

72. Bagaimana sustanon mengstimuli eritropoiesis pada anemia aplastik


Sustanon mengandung hormone androgen, yaitu testosterone propionate, diberikan pada
penderita anemia aplastik untuk menstimuli sumsum tulang. Testosterone dapat merangsang
pembentukan eritropoeitin dan eritropoeisis.

73. Buat kisi-kisi jenis HDN


Early HDN Classic HDN Late HDN
Umur terjadimya < 24 jam 2 – 7 hari 2 mgg – 6 bulan
Belum ada sintesis vit Malabsorpsi vit K :
Asupan vit K kurang
Penyebab K di usus fibrosis kistik, diare,
hepatitis
Intrakranial, GIT, Intrakranial, GIT,
Intrakranial, GIT,
Umbilikus, Tempat suntik,
Lokasi yang sering umbilikus, tempat
intraabdominal saluran kemih, intra
suntik , sirkumsisi
torakal
Insidensi Sangat jarang 1 – 1,5/10.000 4 – 10/10.000
Hindari obat yang
Beri vit K adekuat : vit Beri vit K adekuat : vit
Profilaksis berisiko, profilaksis vit
K IM K IM,
K pada ibu

74. Kenapa bilirubin I ditemukan di urin pada anemia hemolitik


Dalam diskusi kemarin pernyataan bilirubin I ditemukan dalam urin pada anemia hemolitik adalah
salah. Bilirubin I tidak ditemukan dalam urin karena bilirubin I tidak larut dalam air.

75. Apa yang diharapkan pada hapusan darah tepi untuk menyokong diagnosis anemia hemolisis
1. Fragmentasi
2. Anisositosis
3. poikilositosis

76. Syarat – syarat terjadinya ikterus


1. Kadar bilirubin darah 2 – 2,5 mg/dl
2. Lamanya peninggian
3. Permeabilitas vaskuler
4. Afinitas jaringan
77. Apa yang diperiksa di urin yang berhubungan dengan penyakit darah
Urobilinogen,
Urobilinogen dalam urin biasanya pada anemia hemolitik akut, sebaliknya pada anemia hemolitik
kronik tidak ditemukan
Hemoglobinuria
Hemoglobin yang melalui ginjal disaring oleh glomeruli setelah dipecah menjadi setengah molekul.
Sebagian besar hemoglobin yang disaring akan diabsorpsi dan dipecah oleh sel-sel tubulus
proksimalis seperti yang terjadi dalam RES
Hemosiderinuri
Besi yang dilepas oleh hemoglobin sulit kembali ke peredaran darah dan sebagian melalui
eksfoliasi sel-sel tubuli sebagai hemosiderin oleh karena itu hemosiderinuri merupakan suatu
indikator sensitif bagi adanya hemolisis

78. Apa yang diperiksa di feses yang berhubungan dengan penyakit darah

96
Urobilinogen meningkat pada anemia hemolitik oleh karena pada anemia hemolitik, Bilirubin
indirek meningkat. Dalam batas tertentu bilirubin direk juga meningkat dan akan segera
diekskresikan ke dalam sal. Cerna sehingga akan didapatkan peninggian kadar urobilinogen di
dalam tinja.

79. Kenapa mudah terjadi infeksi pada anemia aplastik


Karena pada anemia aplastik terjadi granulositopeni sehingga kuman dengan mudah berkembang
biak

80. Sebutkan sebab perdarahan pada DIC


1. Defisiensi faktor pembekuan
2. Trombositopeni
3. Gangguan vaskuler
4. Fibrinolisis

81. Apa yang dimaksud faktor trombosit 3


Faktor trombosit 3 adalah komponen phospholipid dari trombosit yang diperlukan untuk
mekanisme koagulan intrinsik. Normal PF 3 adalah 70 – 130%.

82. Apa itu plasminogen dan plasmin


Plasminogen adalah suatu glikoprotein rantai tunggal dengan asam amino terminal acid glutamic
acid yang mudah dipecah oleh protease menjadi menjadi bentuk modifikasi dengan suatu
terminal lysine, valin dan metionin
Pada tempat jaringan yang rusak, fibrinolisis dimulai dari perubahan plasminogen menjadi
plasmin. Plasmin mempunyai banyak fungsi seperti degradasi dari fibrin, inaktifasi faktor V dan
faktor VIII dan aktifasi dari metaloprotein yang berperan penting dalam proses penyembuhan
luka dan perbaikan jaringan.

83. Apa itu Hair on end / hair brush appearance ?


Ekspansi sumsum tulang mengakibatkan pelebaran disertai pemisahan tabula interna dan
eksterna pada tulang tengkorak yang menyebabkan trabekula tulang tersusun vertikal. Keadaan
ini memberikan gambaran berupa adanya garis-garis tegak lurus pada tulang yang terlihat
dengan foto tengkorak. Dan disebut sebagai hair on end appearance.

84. Berapa visus mata pasien Bayu bagaskara ? visus mata 1/6

85. Apa fungsi pemberian vitamin C pada pasien thalassemia ?


Meningkatkan efektifitas Desferal

86. Apa fungsi pemberian asam folat pada pasien thalassemia ?


Sebagai suplemen, Dalam hati, asam folat direduksi menjadi zat aktifnya THFA (tetrahydrofolic
acid), suatu ko enzim yang penting bagi sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel.
87. Dalam keadaan apa bilirubin II ditemukan di urin ?
Pada ikterus parenkhimatosa dan ikterus obstruktif

88. Mengapa waktu perdarahan memanjang pada HDN ?


Pernyataan ini salah karena pada HDN waktu perdarahan adalah normal, Yang memanjang
adalah PT dan APTT.

89. Sebutkan usulan pemeriksaan pada anemia hemolitik


1. Hemoglobin
2. MCV,MCH
3. Retikulosit
4. Hapusan darah tepi
5. Urobilin

97
6. Bilirubin
7. Hemoglobinuri
8. Hemosiderinuri
9. Haptoglobin
10. Tes Coomb’s
11. Tes Osmotik fragility
12. Analisa Hb
13. Normoblas
14. Enzim-enzim : G6PD

90. Apa kepentingan klinis kita mengetahui banyak zat besi dalam sel darah merah
1. Jika terjadi perdarahan yang masif maka akan terjadi kehilangan zat besi yang banyak.
2. Bila mana kita melakukan transfusi kita juga menambah Fe dalam darah, sehingga hati-hati
pada transfusi berulang bisa mengakibatkan kelebihan Fe dalam tubuh.

91. Bagaimana kerja vit K


Vitamin K merupakan co-enzym untuk vitamin K-dependent carboxylase yang mengkatalisis
karboksilase asam amino, asam glutamat yang menyebabkan perubahan gamma-
carboxyglutamic acid, yang akan merubah prekursor non fungsional menjadi faktor koagulasi
(faktor 2,7,9,10) yang fungsional dan akan mengikat Calsium.

92. Vit K1, K2 dan K3 berasal dari


K1 K2 K3
Nama Filakuinon = fitodion Menakuinon Menadion
Berasal dari Alam Alam Sintesis
Absorpsinya Langsung diabsorpsi Langsung diabsorpsi Perlu asam empedu

93. Buat kisi-kisi dari Leukemia Limfoblastik Akut ( ALL)


L1 L2 L3
Sel limfoblas Sel limfoblas kecil serupa Sel limfoblas lebih besar Sel limfoblas besar
Bentuk kromatin Kromatin homogen Kromatin lebih kasar Kromatin berbercak
Intinya Anak intinya tak tampak Anak inti satu / lebih Anak inti banyak
Sitoplasma sangat
besar
Sitoplasma Sitoplasma sempit Sitoplasma lebih besar berbentuk
basofilik &
vakuolisasi

94. Apa fungsi pemberian vitamin C pada pasien thalassemia ?


Meningkatkan efektifitas Desferal dan anti oksidan
95. Apa fungsi pemberian asam folat pada pasien thalassemia ?
Sebagai suplemen, dimana asam folat digunakan untuk produksi sel darah merah yang baru.
Pada penderita thalasemia terdapat kekurangan asam folat ( karena eritropoeisis masif) oleh
karena itu diberikan asam folat untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat
Di hati, asam folat direduksi menjadi zat aktifnya THFA ( tetrahydrofolic acid), suatu ko enzim
yang penting bagi sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel.

96. Apa itu kromosom Philadelphia


Translokasi spesifik t (9;22)(q34;q1), translokasi ini mendekatkan gen bcr pada kromosom 22
dengan gen abl pada kromosom 9, dimana bagian lengan panjang kromosom 9 yang berpindah
ke kromosom 22, sehingga menghasilkan gen gabungan yang menyandi protein gabungan bcr-
abl, dan saat replikasi kromosom yang telah berubah inilah yang terus diperbanyak.

97. Auer Rods ditemukan pada penyakit apa ? ANLL

98
98. Apa peranan G6PD ?
Pembentukan NADPH dan GSH pada jalur pentosa fosfat membutuhkan perubahan glukosa 6
fosfat (G6PO4) menjadi 6 fosfoglukonat (6PG). Untuk konversi ini diperlukan enzim glukosa 6
fosfat dehidrogenase ( G6PD). Rendahnya aktivitas enzim G6PD akan mengakibatkan
menurunnya kemampuan membentuk senyawa NADPH dan GSH. Keadaan ini akan
menyebabkan sel darah merah tak dapat terlindungi dari berbagai pengaruh oksidan.
Fungsi utama NADPH dalam sel darah merah ialah mereduksi glutation bentuk disulfide
( glutation teroksidasi, GSSG ) menjadi glutation bentuk sulfhidril ( glutation tereduksi, GSH )
melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim glutation reduktase. Glutation tereduksi ( GSH )
mempunyai peranan yang sangat penting bagi sel darah merah, karena dengan gugus sulfhidril
bebasnya (SH) mempertahankan residu sistein pada hemoglobin dan protein lain pada sel darah
merah utamanya pada membran sel agar tetap dalam bentuk tereduksi dan aktif.

99. Apa itu PIVKA ?


Protein induced by vitamin K absence. Molekul – molekul faktor II, VII, IX, X disintesis dalam sel
hati dan disimpan dalam bentuk prekursor belum fungsional.

100.Sebutkan kaitannya penyebab early HDN dengan defisiensi vit K


Biasanya terjadi pada bayi dari ibu yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu
metabolisme vitamin K, misalnya bayi yang baru lahir dari ibu yang mendapat pengobatan
fenitoin atau fenobarbital. Ibu yang mendapatkan tuberkulostatika, seperti isoniazid atau
rifampisin

101.Profilaksis early HDN yaitu menghindari obat-obat seperti antikonvulsan apa? antikoagulan apa ?
Antikonvulsan : Fenitoin atau Fenobarbital
Antikoagulan : asam traneksamat / warfarin

103. Kapan dilakukan transfusi pada penderita Thalassemia?


Pada thalassemia, transfusi dilakukan bila kadar Hb < 8 g/dl., sebab pada kadar Hb di bawah 8
d/dl dapat terjadi eritropoiesis masif, yaitu eritopoiesis ekstramedular oleh lien dan hepar, yang
dapat mengakibatkan terjadinya splenomegali dan hepatomegali dan hiperaktivitas sumsum
tulang yang mengakibatkan hiperplasia dan deformitas tulang. Selain itu terjadi peningkatan
absorbsi besi dari usus yang mengakibatkan kadar besi serum meningkat. Kadar besi serum
yang meningkat ini bersifat sebagai radikal bebas yang dapat memperberat hemolisis. Pada
kadar Hb< 8 g/dl, hiperaktivitas dari sumsum tulang dan eritropoiesis ekstramedular yang
terjadi menyebabkan peninggian volume darah yang mengakibatkan high output cardiac
failure. Dapat pula malnutrisi protein.
Mempertahankan kadar Hb 8 – 9,5 mempunyai keuntungan klinis yang nyata yaitu
hepatosplenomegali berkurang (karena pada terapi dengan mempertahankan kadar Hb 8 – 9,5
g/dl dapat mengurangi aktivitas eritropoiesis ekstramedular oleh hepar dan lien), mencegah
ekspansi dari sumsum tulang dan masalah kosmetik progresif yang terkait dengan perubahan
tulang-tulang muka (facies cooley), pertumbuhan yang lebih baik, meminimalkan dilatasi
jantung dan osteoporosis.

104. Apa perbedaan Thalassemia  Mayor dan Thalassemia HbE?

Thalassemia  Mayor Thalassemia  HbE

Genetik Kedua sel rantai mengalami mutasi Kedua sel rantai


yang sama sehingga sintesis rantai mengalami mutasi yang
 tidak ada  berbeda, kombinasi antara
mutasi HbE pada satu alel
dan mutasi thalassemia
pada alel lainnya
Manifestasi Timbul lambat laun, mulaiumur 6 bulan: Bisa ringan tanpa

99
Klinik - Pucat gejalaatau bisa berat
- Ikterus dengan gejala klinik
- Gangguan pertumbuhan (PEM) seperti thalassemia
- Perut membesar mayor
(hepatomegali,splenomegali)
- Kelainan tulang-tulang:
 Penipisan korteks
 Facies cooley (facies
thalassemia/mongoloid)
 Tulang tengkorak: hair on
end/hair brush appearance
Laboratorium - Hb rendah Bentuk yang ringan :
- MCV dan MCHC - Hb normal atau anemia
- Retikulosit  ringan
- Hapusan darah  eritrosit: - Hapusan darah 
Anisositosis dan poikilositosis, eritrosit:
mikrositik hipokrom, fragmentasi, sel Tanda hemolisiis dan
target, lep[tositosis, normoblas eritropoiesis inefektif
Elektroforesis - Resistensi osmotic  tidak jelas
- Besi serum 
- Saturasi transferin  Bentuk yang berat:
- Sama dengan
Hb A sangat rendah halassemia mayor
Hb F tinggi (10 – 90%) Hb A2 meningkat > 15%
Hb A2 bervariasi Hb F tinggi (10 – 90 %)
Hb A sangat rendah

105. Pada pasien Fitri Ramadhani selama 1 tahun terakhir telah menerima transfusi darah sebanyak:
(9 x 125 cc) : 11 kg = 103 cc/kg BB.
106. Thalassemia β HbE merupakan bentuk compound heterozygote. Thalassemia β, yang terjadi
akibat interaksi Thalassemia β dengan varian hemoglobin E. Hb E adalah hemoglobin varian yang
terjadi karena perubahan asam amino pada kedudukan 26, yaitu glutamat menjadi lisin, yang akan
memproduksi rantai globin βE..
Profil elektroforesis Hb untuk heterozigot ganda Thalassemia β HbE mudah dikenal dengan
adanya pita HbE dan HbF. Lokasi mobilitas elektroforesis HbE berimpit dengan lokasi mobilitas
elektroforesis HbA2 sehinggha yang tampak pada pemeriksaan Hb elektroforesis peningkatan
HbA2.
107. Komplikasi transfusi dibagi menjadi komplikasi transfusi akut dan komplikasi transfusi lambat.
1. Komplikasi transfusi akut:
a. Reaksi ringan : Hipersensitivitas ringan berupa urtikaria
b. Reaksi sedang :
1. Reaksi hipersensitivitas sedang sampai berat: urtikaria hebat
2. Reaksi demam
Reaksi hebat yang mengancam kehidupan:
1. Hemolisis intravaskuler yang mengancam kehidupan
2. Bakteremia dan renjatan septic
3. Reaksi anafilaktik
4. TRALI : Transfusion Acute Lung Injury → berat karena menciderai jaringan
sehingga timbul alergi, autoimun disease.
2. Komplikasi transfusi lambat:
a. Infeksi yang ditularkan oleh transfusi
b. Reaksi hemolitik lambat
c. Purpura pasca transfusi
d. Penyakit graft versus host
e. Kelebihan besi pada penderita-penderita yang mendapata transfusi berulang
seperti psds penyakit thalassemia mayor.

100
108. Ada beberapa cara transfusi yang telah diperkenalkan:
1. Low transfusion, pemberian darah hanya dilakukan kalau kadar Hb penderita 6 g/dl atau
kurang
2. High transfusion, kadar Hb penderita dipertahankan pada 10 g/dl
3. Super transfusion, mempertahankan kadar Hb penderita sampai 12 g/dl.

109. Thalassemia β adalah mutasi pada kedua alel gen globin β. Thalassemia β
heterozygot/Thalassemia β trait/ pembawa sifat thalassemia β adalah mutasi hanya pada satu
alel gen globin β dan tanpa gejala klinik.
Bentuk compound heterozygot/heterosigot ganda adalah interaksi thalassemia β (mutasi pada
kedua alel gen globin β) dengan hemoglobin varian. Tipe interaksi yang paling penting adalah
thalassemia β HbE yang memperlihatkan manifestasi kinik yang sangat bervariasi, dari bentuk
klinik ringan tanpa memerlukan transfusi darah sampai bentuk berat sebagai thalassemia β
mayor. Sebenarnya bentuk homosigot HbE sendiri merupakan penyakit yang sangat ringan
dengan kadar Hb dalam batas normal atau sedikit kurang; hemolisis dsn eritropoiesis inefektif
tidak jelas serta kadar HbF tidak meningkat. Namun bila HbE diwariskan bersama dengan
mutasi thalassemia β0 atau β+ yang berat dapat menyebabkan bentuk compound heterozygote
thalassemia β dengan manifestasi yang lebih berat.

Compound Thalassemia β Thalassemia β Normal


heterozygot Mayor Minor

110. Gambaran bilirubin pada ikterus hemolitik, parenkimatosa dan obstruktif:

Ciri Klinis Normal Hemolitik Parenkimatosa Obstruktif


Darah :

Bil. 1 +/- Meningkat Meningkat Meningkat

Bil 2 Tidak ada Tidak ada Meningkat Sangat


meningkat
Tinja:

Warna Kuning Kuning pekat Pucat Seperti dempul

Urobilionogen Ada Meningkat Menurun Tidak ada

Urin:

Warna Kuning Kuning gelap Gelap Gelap


Bil 1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Bil2 Tidak ada Tidak ada Ada Ada
Urobilinogen +/- Meningkat +/- Tidak ada

101
111. Pada penderita by. Hasnah, lekositosis terjadi karena adanya perdarahan,
terjadi peningkatan hematopoiesis sehingga lekosit ikut meningkat.

112. Perbedaan heme dan non heme:

Heme Non heme


Jumlah yang diserap 10 % dari makanan 90 % dari makanan

Cara penyerapan Dapat langsung diserap Harus dirubah dulu


menjadi bentuk yang
diserap
Bioavailibilitas Tidak dipengaruhi Dipengaruhi makanan
makanan

113. Hubungan penyakit jantung dengan anemia adalah anemia bisa disebabkan
karena penyakit radang kronis misalnya pada penyakit endokarditis bakterialis.
Patogenesis anemia ini nampak berkaitan dengan berkurangnya pembebasan
besi dari makrofag ke plasma, umur sel darah merah memendek dan respon
eirtopoetin tidak memadai.

114. Faktor-faktor resiko terjadinya HDN:


a.Faktor resiko dari ibu:
1). Riwayat kehamilan cukup bulan
2). Riwayat minum obat-obataan yang mengganngu metabolisme vitamin K yang diminum
selama kehamilan, misalnya golongan antikoagulan oral (warfarin), antikonvulsan
(fenobarbital, fenitoin,karbamazepin), obat anti tuberkulostatik (INH,Rifampisin), sintesis
vitamin K yang kurang oleh bakteri usus akibat pemakaian antibiotik.
b. Faktor resiko dari bayi:
1) .Prematuritas ok
 Cadangan vit. K yang sangat rendah
 Belum ada sintesa vitamin K di usus (flora usus belum ada)
 Absorbsi vitamin K di usus sangat kurang
 Fungsi hepar yang imatur sehingga empedu masih kurang diekskresikan
ke usus di mana garam empedu penting untuk penyerapan vitamin K
di usus.
2). Bayi mendapat ASI eksklusif atau tidak
3) Riwayat muntah atau diare hebat pada bayi
4) Riwayat pemberian antibiotik dan lamanya pemberian
5). Berat badan bayi pda waktu lahir
c. Faktor resiko dari plasenta: adanya solusio plasenta

115. Jelaskan tentang TRALI.


TRALI (Transfusion Related Acute Lung Injury adalah suatu komplikasi yang dapat terjadi
setelah transfusi dengan whole blood, PRC, FFP. Juga pernah dilaporkan setelah transfusi dengan
kriopresipitat dan konsentrat trombosit atau trombosit asal aferesis.
Gejala-gejala:
Mulai 1-2 jam pasca transfusi, biasanya dapat dideteksi dalam 4-6 jam
- Dispnu,sianosis, hipotensi,demam, menggigil
- Pemeriksaan fisik/rediologik: edema paru bilateral
- Sulit dibedakan dari ARDS (Acute Respiratory Dystress Syndrome)
Etiologi:

102
- Adanya zat anti anti-leukosit dalam plasma donor (biasanya multipara) yang ditujukan pada
leukosit resipien. Pada 70% kasus ada anti HLA kelas Iatau UU dan zat antileukosit.
Akibatnya terjadi peningkatan permeabilitas mikrosirkulasi kapiler paru-paru.

116. Jelaskan tentang Transfusion Associated Graft versus Host Disease)


Penyebabnya ialah transfusi komponen seluler yang mengandung sel T imunokompeten yang
mampu bersarang dalam resipien dan memicu respon imun terhadap antigen resipien.
Patogenesisnya: sel-sel limfostit T imunokompeten asing yang masuk dalam darah resipien tak
mampu dienyahkan karena berbagai sebab:
- Gangguan imunitas berat
- Resipien tak mampu mengenali limfosit T domnor sebagai sel asing
- Homozigositas donor tehadap haplotipe HLA resipien hingga sel T donor mengenali
antigen resipien tapi sebaliknya resipien tidak mengenali sel T donor sebagai benda
asing. Sel-sel ini akan menimbulkan respon imun yang ditujukan terhadap antigen
jaringan resipien.
Gejalanya biasanya timbul 3-30 hari setelah transfusi komponen seluler, yaitu demam
tinggi,eritema kulit, gangguan fungsi hepar, aplasi sumsum tulang, pansitopenia dll.
117. Jelaskan tentang reaksi Arthus
Reaksi Arthus adalah bagian dari reaksi hipersensitivitas tipe III. Pada reaksi tipe III antigen larut
dan antibodinya berada dalam keadaan bebas di dalam sirkulasi darah dan apabila keduanya
bereaksi akan membentuk suatu kompleks imun sehingga disebut pula sebagai reaksi kompleks
imun. Bergantung pada perbandingan antigen dengan antibody maka kompleks imun ini dapat
berada dalam bentuk kompleks imun tak larut atau kompleks terlarut. Kompleks imun tak larut
akan cepat diendapkan dan kelainan biasanya terbatas pada tempat masuknya
antigen,sedangkan kompleks imun terlarut akan mengikuti sirklasi darah. Contoh penyakit yang
disebabkan kompleks imun tidak larut adalah pada reaksi Arthus di mana Arthus membuktikan
bahwa penyuntikan antigen secara intradermal kepada kelinci yang telah mempunyai kekebalan
akan menimbulkan reaksi eritema dan edema pada tempat suntikan setelah 3-8 jam.
118. Jelaskan tentang purpura pasca transfusi
Purpura pasca transfusi terjadi pada keadaan antibody trombosit membentuk respon sekunder
dan merusak tombosit yang ditransfusikan.
119. Cara transfusi apa yang lebih baik dan apa alasannya.
Cara high dan super transfusion memberikan kualitas hidup yang lebih baik, mencegah ekspansi
sumsum tulang dan splenomegali karena hiperaktif eritropoiesis dan mencegah absorbsi besi.
Namun kedua cara ini mempunyai konsekuensi yang berbahaya, yaitu menyebabkan kelebihan
dan penimbunan besi. Sehingga kedua cara ini sudah ditinggalkan.
Cara yang sekarang umumnya dipakai adalah kadar Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl–
9,5 g/dl (intermediate transfusion). Dengan keadaan ini akan :
 Memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat
 Menurunkan tingkat akumulasi besi dan
 Dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita

120. Pada penderita Fadlan tidak diberikan desferal sejak tanggal 15 Agustus 20004 karena
mengalami reaksi alergi berupa anak biru (cyanosis ) dan pucat.

121. Pada saat pertama kali datang pada tanggal 2 September 2003, dari pemeriksaan fisik didpatkan
hepar teraba 2 cm bawah arkus kosta dan lien teraba SIII, saat ini hepar teraba 2 cm bawah arkus
kosta dan lien teraba SVII.

103
122. Blast krisis: adalah fase ketiga dari ACML setelah fase kronik (stabil) dan fase akselerasi. Blast
krisis ditandai bila hitung jenis terdiri dari 20 –30% sel-sel blast dan adanya promyelosit pada
hapusan darah tepi atau sumsum tulang.. 75 – 80 % penderita ACML (Adult Chronic Type
Myelogeneus Leukemia) yang tidak mendapat pengobatan akan mengalami blast krisis. Blast
krisis merupakan bentuk ganas dari ACML yang sulit dikontrol dengan pemberian kemoterapi dan
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Ada dua bentuk ACML blast krisis yaitu
lymphoid blast krisis dabn myeloid blast krisis yang memiliki perbedaan dalam hal gambaran
morfologi sel, sitokimia, immunofenotype dan respon terhadap tera.
123. Contoh reaksi Arthus: vaskulitis pada Schonlein Henoch Syndrome

124. Mempertahankan kadar Hb 8 – 9,5 g/dl disebut

125. Akibat lien membesar:


a. umur eritrosit lebih pendek
b. aktivasi sumsum tulang (kompensasi)
c. lekopenia
d. trombositopenia

126. Perdarahan pada thalassemia disebabkan oleh:


a. trombositopenia akibat hipersplenisme
b. gangguan faktor pembekuan akibat gangguan fungsi hati akibat kromatosis.
c. Hiperkoagulopati tiba-tiba

127. Pada anemia aplastik dapat terjadi peningkatan HbF karena gen HbF yang ada pada eritroid yang
mengontrol pembentukan HbF masih ada (progenitor dan prekursornya masih ada) dan tidak
terganggu pada anemia aplastik sehingga bila terjadi penurunan aktivitas eritropoiesis akan terjadi
stimulasi pembentukan HbF. Kadar HbF > 200 mg% memberikan prognosis yang baik.

128. Semua neonatus dalam 48 – 72 jam setelah kelahiran secara fisiologis mengalami penurunan
faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K sekitar 50%. Keadaan transien ini mungkin
diakibatkan oleh sebelum kelahiran vitamin K banyak disimpan di plasenta, sesaat sebelum
kelahiran jumlah vitamin K yang terdapat dalam plasenta menurun tanpa diketahui penyebabnya.
Selain itu karena kurangnya flora normal usus yang bertanggung jawab terhadap sintesis vitamin
K sehingga cadangan vitamin K pada bayi baru kahir rendah.

129. Hubungan anemia dengan penyakit jantung: Anemia yang menahun dapat mempengaruhi jantung
melalui beberapa cara al: hiperkinetik sirkulatori state.Pada anemia post hemoragik terjadi
penurunan volume darah sehingga dapat terjeai decompensasi cordis. Pada keadaan ini jantung
dengan volume darah yang kurang berusaha memenuhi fungsinya yang normal dengan cara
takikardi dan peningkatan tekanan vena. Tekanan vena meningkat karena adanya pelebaran
kapiler atau kontriksi vena perifer serta dilatasi arteri dan arteriol.Takikardi dan peninggian vena
merupakan usaha untuk meningkatkan curah jantung. Peninggian curah jantung berarti kerja
jantung menjadi lebih berat sementara suplai darah yang mengandung cukup O2 ke jantung
sudah kurang. Akibatnya dapat terjadianoksia jaringsn dehinggas mudah timbul angina pectoris
atau coronary insufisensi yang akut/fungsional dan perubahan-perubahan nutrisi yang degeneratif
pada otot jantung. Akhirnya reserve jantung akan berkurang. Bilamana proses tersebut
berlangsung mendadak maka akan terjadi dilatasi jantung dan kalau menahun akan
menyebabkan hipertrofi.

130. Hubungan penyakit jantung dengan anemia:


Pada penyakit jantung cyanosis saturasi darah arteri rendah. Salah satu mekanisme tubuh
untuk mengatasi saturasi darah arterial yan rendah adalah meningkatkan kapasitas darah untuk
mengangkut oksigen yaitu dengan cara meningkatkan jumlah eritrosit (polysitemia) dan

104
peninggian nilai Hb masing-masing sel darah merah (anemia defisiensi besi relatif). Dengan
cara ini tidak saja keadaan anak bertambah baik tapi juga symptom yang berkurang .

131. Terapi steroid diberikan pada ITP akut bila ditemukan :


o perdarahan dari membran mukosa → perdarahan masif
o purpura dan hematom yang luas, terutama pada kepala dan leher
o purpura yang bersifat progresif
o trombositopeni yang menetap (lebih dari 3 minggu)
o trombositopeni berulang
o kadar trombosit kurang dari 40.000/mm3

132. Fungsi kortikosteroid pada ITP adalah:


o Memperbaiki resistensi kapiler dengan menggantikan fungsi trombosit sementara waktu yang
menurun dan memperbaiki kualitas trombosit
o Menghambat pembentukan antibodi yang spesifik terhadap trombosit.
o Mencegah ikatan antigen antibodi
o Mencegah penghancuran trombosit dalam sistem RES
o Mempercepat clearance ikatan antigen antibodi dari darah
o Mencegah fagositosis trombosit oleh sel-sel makrofag

133. Perbedaan ITP akut dan kronik :


ITP Akut ITP Kronik
Umur Anak – anak Dewasa
Insidens 85-90 % 10-15 %
Perlangsungan penyakit < 6 bulan ≥ 6 bulan
Remisi Self limiting disease Remisi spontan jarang
Relaps Jarang Sering

134. Pengobatan ITP kronik :


o Kortikosteroid selama 3-6 bulan, yang berguna untuk menghambat penghancuran trombosit
dalam sistem retikuloendotelial, mengurangi pembentukan antibodi terhadap trombosit dan
mempunyai efek stabilisasi kapiler yang dapat mengurangi perdarahan.
o Danazol (10 - 1 5 mg/kgbb/hari) atau Dapson (75 mg/kgbb/hari), untuk menutup permukaan
trombosit agar tidak terjadi ikatan antigen antibodi
o Ig G (1 mg/kgbb/hari), di mana berfungsi untuk mengisi reseptor makrofag yang melibatkan
limfosit T
o Imunosupresi : Vincristin, Siklofosfamid dan Azatioprin
o Splenektomi.

135. Mekanisme steroid mencegah fagositosis trombosit pada ITP yang telah terbentuk antibodi adalah
dengan menghambat motilitas makrofag, menghambat aktivasi komplemen, menghambat motilitas
neutrofil, menstabilkan lisosom.

136. Terapi steroid diberikan pada ITP akut bila ditemukan :


o perdarahan dari membran mukosa → perdarahan masif
o purpura dan hematom yang luas, terutama pada kepala dan leher
o purpura yang bersifat progresif
o trombositopeni yang menetap (lebih dari 3 minggu)
o trombositopeni berulang
o kadar trombosit kurang dari 40.000/mm3
136. Mekanisme imunologik pada ITP, melibatkan:
o Antibody (Ig G) trombosit

105
o komplemen C3
o Aktivasi imunitas seluler : makrofag dan sel sitotoksik
Menyebabkan destruksi trombosit meningkat sehingga umur
trombosit menjadi lebih pendek.

137.Pada pasien ITP tidak dianjurkan pemberian transfusi trombosit oleh karena trombosit yang
dimasukkan akan dihancurkan sebagai akibat dari reaksi autoantibodi terhadap glikoprotein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti
antibodi (antibody-coated platelets) tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada limpa
dan organ retikuloendotelial lainnya.

138. Ciri yang membedakan ikterus hemolitik, ikterus obstruksi, ikterus


parenkimatosa :
Ciri Klinis normal hemolitik hepatoseluler obstruktif
Darah:
Bil.1 ± ↑ ↑ +
Bil. 2 - - ↑↑ +

Tinja:
Warna Normal Normal Normal Dempul
Urobilinogen + ↑ +↓ -

Urin:
Warna Kuning Lebih tua Lebih tua Lebih tua
Bil.1 - - - -
Bil.2 - - + +
Urobilinogen ±/- ↑ ↑ -

139. Sejak masa embrio, janin, anak dan dewasa sel darah merah mempunyai 6
hemoglobin antara lain :
Hemoglobin embrional : Gower-1, Gower-2, Portland
Hemoglobin fetal : Hb-F
Hemoglobin dewasa : Hb-A1 dan Hb-A2

Hemoglobin embrional
Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritroblas primitive dalam yolk sac membentuk rantai
globin-epsilon (ε) dan zeta (Z) yang akan membentuk hemoglobin primitif Gower-1 (Z2ε2).
Selanjutnya mulai sintesis rantai alfa mengganti rantai zeta; rantai gamma mengganti rantai ε
di yolk sac, yang akan membentuk Hb-portland (Z2γ2) dan Gower -2 (α2 ε2).
Hemoglobin yang terutama ditemukan pada masa gestasi 4-8 minggu adalah Hb Gower-1 dan
Gower-2 yaitu kira-kira 75% dan merupakan hemoglobin yang disintesis di yolk sac, tetapi
akan menghilang pada masa gestasi 3 bulan.

Hemoglobin fetal
Migrasi pluripoten sel stem dari yolk sac ke hati, diikuti dengan sintesis hemoglobin fetal dan
awal dari sintesis rantai beta. Setelah masa gestasi 8 minggu Hb F paling dominan dan
setelah janin berusia 6 bulan merupakan 90% dari keseluruhan hemoglobin, kemudian
berkurang bertahap dan pada saat lahir ditemukan kira-kira 70% Hb F. Sintesis Hb F menurun
secara cepat setelah bayi lahir dan setelah usai 6-2 bulan hanya sedikit ditemukan.

Hemoglobin dewasa

106
Pada masa embrio telah dapat dideteksi HbA (α2β2), karena telah terjadi perubahan sintesis
rantai γ menjadi β dan selanjutnya globin β meningkat dan masa gestasi 6 bulan ditemukan 5-
10% HbA, pada waktu lahir mancapai 30% dan pada usia 6-12 bulan sudah memperlihatkan
hemoglobin dewasa.
Hemoglobin dewasa minor ditemukan kira-kira 1% pada saat lahir dan pada usia 12 bulan
mencapai 2-3,4% dengan rasio normal antara HbA dan HbA2 adalah 30:1. Hb masih tinggi
pada hari-hari I kehidupan oleh karena :
- Hb F masih tinggi dimana Hb F ini memiiki afinitas O2 tinggi sehingga perlu Hb yang banyak
agar oksigenasi ke jaringan cukup.
- Tekanan O2 intrauterine rendah.

140. Hb terendah pada umur 2-3 bulan oleh karena penghancuran sel darah merah
berlangsung terus sementara produksi di SST belum optimal.

141. Anemia post hemoragik tanpa organomegali : pasca perdarahan hebat, ITP
Anemia post hemoragik dengan organomegali : Leukemia.

142. Pada ikterus hemolitik, bilirubin II yang sebelumnya normal dapat meningkat yang bila bergabung
dengan bilirubin I akan membentuk gumpalan yang disebut inspissated bile.

143. Haptoglobulin adalah suatu α2 globulin yang mengikat Hb plasma yang normalnya adalah 100 -
150 mg/dl.
144. Pada thalassemia dapat terjadi perubahan tulang-tulang panjang disebabkan oleh karena adanya
eritropoiesis yang massif. Selain menyebabkan eritropoiesis ekstra medular meningkat juga
menyebabkan sel-sel eritroid memenuhi rongga sumsum tulang atau terjadi hiperplasia sumsum
tulang yang menyebabkan desakan, sehingga deformitas tulang terutama pada tulang ceper,
seperti pada tulang wajah. Tulang-tulang frontal, parietal, zigomatikus dan maksila menonjol
hingga gigi-gigi atas nampak dan pangkal hidung depresi yang memberikan penampakan facies
Cooley. Ekspansi sumsum tulang mengakibatkan pelebaran diploe disertai pemisahantabula
interna dan eksterna pada tulang tengkorak yang menyebabkan trabekula tulang tersususn
vertical. Keadaan ini memberikan gambaran berupa adanya garis-garis tegak lurus pada tulang
yang terlihat dengan foto tengkorak, dan disebut sebagai hair on end appearance.

145. Mikrosferosit adalah salah satu bentuk kelainan membran eritrosit yang dapat ditemui pada
anemia hemolitik. Defek yang terjadi pada kelainan ini menimbulkan perubahan stabilitas ikatan
antara sitoskeleton dengan lapisan ganda lipid yang akan menghasilkan sel yang fragil dan kaku.

146. Transfusi pada Thalasemia


Kapan dilakukan transfusi pada penderita thalasemia ?
Pada thalasemia transfusi dilakukan bila kadar Hb < 8 g/dL.
Mengapa tidak ditransfusi di bawah nilai X ?
Pada kadar Hb di bawah 8 g/dL dapat terjadi eritropoesis masif, yaitu eritropoesis
ektramedular oleh lien dan hepar, yang dapat mengakibatkan terjadinya splenomegali dan
hepatomegali dan hiperaktifitas sumsum tulang yang mengakibatkan hiperplasia dan
deformitas tulang. Selain itu, terjadi pula peningkatan absorpsi besi dari usus yang
mengakibatkan kadar besi serum meningkat. Kadar besi serum yang meningkat ini bersifat
sebagai radikal bebas yang dapat memperberat hemolisis. Pada kadar Hb < 8 g/dL,
hiperaktifitas dari sumsum tulang dan eritropoesis ektramedular yang terjadi menyebabkan
peninggian volume darah yang mengakibatkan high output cardiac failure. Dapat pula terjadi
malnutrisi protein.
Transfusi darah diberikan sampai Hb berapa ?
Transfusi darah diberikan untuk mempertahankan kadar Hb 8-9,5 g/dL.
Mengapa harus dipertahankan sampai kadar Hb 8-9,5 g/dL?
Mempertahankan kadar Hb 8-9,5 g/dL mempunyai keuntungan klinis yang nyata, yaitu
hepatosplenomegali berkurang (karena pada terapi dengan mempertahankan kadar Hb 8-9,5

107
g/dL dapat mengurangi aktivitas eritropoesis ekstramedular oleh hepar dan lien), mencegah
ekspansi dari sumsum tulang dan masalah kosmetik progresif yang terkait dengan perubahan
tulang-tulang muka (facies Cooley), pertumbuhan yang lebih baik, meminimalkan dilatasi
jantung dan osteoporosis.
Kalau ditransfusi lebih dari itu apa yang terjadi ?
Dapat terjadi kelebihan besi dan penimbunan besi.
Setelah transfusi bagaimana ukuran lien ?
Pada pasien thalasemia ukuran lien mengecil karena aktivitas eritropoesis ekstramedular oleh
lien berkurang.

147. Pemeriksaan Fisis Kelenjar Getah Bening

Pemeriksaan fisis kelenjar getah bening/kelenjar limfe dilakukan bersama dengan pemeriksaan
organ tubuh setempat. Pada pemeriksaan dirinci mulai dari :
1. Warna sama dengan sekitarnya atau tidak, ada tidaknya fistel atau pus..
2. Ukuran. Pada keadaan normal ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter sampai kira-kira
1-2 cm.
3. Bentuk. Kelenjar limfe berbentuk sepeti kacang.
4. Pada perabaan apakah terasa hangat, ada tidaknya nyeri, konsistensi kenyal atau keras.
5. Mobilitas.

Kelenjar-kelenjar yang biasanya diraba yaitu:


1. Kelenjar retroaurikuler, terletak retroaurikuler.
2. Kelenjar servikal anterior, terletak diatas muskulus sternokleidomastoideus.
3. Kelenjar servikal posterior, terletak diantara posterior muskulus sternokleidomastoideus dan
didepan dari muskulus trapezius setinggi garis dari tulang mastoid dan clavikula.
4. Kelenjar tonsilar, terletak dibawah sudut mandibula.
5. Kelenjar submandibular, terletak sebelah bawah dari rahang bawah.
6. Kelenjar sub-mental, terletak di bawah dagu.
7. Kelenjar supraklavikula, terletak diatas klavikula, sebelah lateral dari persendian dengan
sternum.
8. Kelenjar supratrochlear, terletak disebelah atas dari epicondilus medial dari humerus dan
medial dari vena basilica.
9. Kelenjar deltoideopektoral, terletak diantara muskulus pektoralis mayor dan deltoideus,
sebelah bawah dari klavikula.
10. Kelenjar aksiler, terletak di daerah axilla, terdiri dari kelenjar lateral, kelenjar anterior
(pektoral), kelenjar posterior (subskapular), kelenjar sentral (intermediate) dan kelenjar medial
(subklavikular).
11. Kelenjar inguinal, terletak di daerah inguinal, terdiri dari kelenjar sakralis, kelenjar iliaka
interna, kelenjar iliaka eksterna, kelenjar iliaka communis.

148. Waktu perdarahan

Berikan penjelasan bagaimana gangguan vaskuler menyebabkan waktu perdarahan memanjang ?


Pada diskusi saya menyebutkan perdarahan memanjang pada gangguan vaskuler, pernyataan
tersebut salah, karena waktu perdarahan tidak memanjang pada gangguan vaskuler. Waktu
perdarahan memanjang pada gangguan fungsi trombosit, yaitu jika jumlah atau kualitasnya
mengalami penurunan.

149. Krepitasi
Apa yang dimaksud dengan krepitasi dan terdapat pada keadaan apa ?
Krepiasi merupakan bunyi yang ditimbulkan karena membukanya alveoli, dapat terdengar secara
normal pad bagian basal paru atau pada pneumoni, emfisema subkutis.

150.Differensial diagnosa anemia aplastik : Leukemia subleukemik.

108
151.Leukemia subleukemik secara klinis sulit dibedakan dengan anemia aplastik karena keduanya
terdapat pansitopenia tanpa pembesaran organ. Untuk membedakannya harus diperiksa sediaan
hapusan darah tepi yang pada leukemia ditemukan sel blas.

152.Pada sefisiensi vitamin K menyebabkan perdarahan . Anemia yang terjadi adalah anemia pasca
perdarahan.

153. Enzim G6PD berperan dalam sintesa glukosa (gula sederhana) yang merupakan sumber energi
utama untuk sel darah merah dan menghasilkan glutation yang berfungsi untuk mencegah
pecahnya sel. Kekurangn G6PD dapat mempercepat penghancuran sel darah merah sehingga
menimbulkan anemia (anemia hemolitik).

154. Pemberian kortikosteroid pada Sindroma Henoch Schoenlein bila ada nyeri sendi dan kolik
abdomen.

155. Reaksi leukemoid adalah keadaan dimana jumlah lekosit >50x109/L, dimana terdapat pergeseran
kee kiri dari sel mieloid imatur didarah perifer.

156. Etiologi : - infeksi bakteri piogenik, pneumonia, tuberkulosis, toksoplasmosis, invasi tumor ke sum-
sum tulang, glomerulonefritis, gagal hati, rematoid artritis.

157.
 Fungsi vaskuler:
o Mempertahankan darah dalam pembuluh darah
o Membantu menghentikan perdarahan (vasokonstriksi)
 Fungsi trombosit:
o Menutup luka dengan jalan membentuk gumpalan trombosit pada tempat
kerusakan pembuluh darah (mempertahankan kontinuitas dinding pembuluh
darah).
o Membuat faktor trombosit dan trombostenin untuk memperkuat gumpalan
trombosit disamping fibrin.
o Mengeluarkan serotonin untuk kontraksi pembuluh darah dan ADP untuk
mempercepat pembentukan gumpalan trombosit.
 Gambaran (klinik dan laboratorium) penyebab perdarahan.

vaskuler trombosit Faktor pembekuan


Pencetus Trauma atau spontan Sering spontan Biasanya trauma
Manifestasi Epistaksis,peteki,ekimosis Sering peteki Sering,hematoma,ekimosis
(memar) , hemartrosis. Merembes
(oozing). Jarang peteki.
Lokasi Sesuai letak vaskuler (kulit, Kulit dan mukosa Sendi dan jaringan dalam
mukosa, jaringan ikat)
Perdarahan Segera timbul Tidak segera timbul Tidak segera timbul
Berhentinya segera segera >48 jam
perdarahan
Kekerapan Jarang berulang Jarang berulang Sering berulang

Waktu Normal Memanjang Normal


perdarahan
Waktu Normal Normal Memanjang
pembekuan
Tes turniket Positif Positif Negatif
Retraksi bekuan normal abnormal normal

109
 Transfusi trombosit pada ITP diindikasikan jika terjadi perdarahan intraserebral dengan
jumlah trombosit < 30.000/mm3. Transfusi yang sering tidak akan bermanfaat karena
akan dihancurkan oleh makrofage.
 Fungsi kortikosteroid pada penanganan ITP:
o Memperbaiki resisitensi kapiler dan kualitas trombosit.
o Menghambat pembentukan antibodi.
o Mencegah ikatan antigen antibodi.
o Mempercepat clearance ikatan antigen antibodi dari darah.
o Mencegah fagositosis trombosit oleh sel-sel makrofage.
 Terapi ITP kronis:
o Pemberian kortikosteroid selama 3 bulan.
o Jika tidak ada respon, berikan imunosupresif (Azathioprine, cyclphosphamid,
Cyclosporine)
o Jika tidak berespon, berikan intravenous immuno globulin (1 g/k/hari, 2-3 hari).
o Jika belum berespon, berikan Danazol (10-15 mg/kg/hari) atau dapsone (75-100
mg/kg/hari).
o Jika tidak berespon juga lakukan splenektomi.
 Immuno globulin yang diberikan berfungsi sebagai idiotype dengan immuno globulin
dalam darah sehingga makrofage akan memakannya sampai dia jenuh. Dengan
demikian jumlah trombosit yang dapat dihancurkan makrofage berkurang.
 Vitamin K ada 3 macam:
o K1 nama lainnya Phyloquinone
o K2 nama lainnya Menaquinone.
o K3 nama lainya Menadion atau napthoquinone.
 Bakteri penghasil vitamin K di usus adalah Bacteroides fragillis dan E. Coli komensial.
 PIVKA = protein induced vitamine K absence yaitu protein (factor pembekuan II, VII, IX,X)
yang tidak fungsional atau tidak di karboklisasi karena tidak adanya vitamain K
 Penanganan HDN
o Injeksi Vitamin K3 1 mg/i.m jika berdarahan belum berhenti dapat diulang sampai
3 kali dengan jarak 6 jam.
o Jika terjadi perdarahan hebat berikan transfusi FPP.
o Jika terjadi anemia berat berikan transfusi PRC
o Jika terjadi renjatan berikan, Whole blood atau plasma expander.
 Battered child syndrome adalah multiple trauma yang dialami oleh serang anak karena
kekerasan fisik yang mengakibatkan trauma fisik dan mental pada anak tersebut.
 Resisitensi osmotik diperiksa dengan 3 cara:
o Cara konvensional: dimana specimen atau sample darah dimasukkan ke dalam
12 tabung yang terisi NaCl dengan konsentrasi yang berbeda-beda (0,1% s.d
0,9%) lalu diliat pada konsentrasi berapa sel darah merah hemolisis.
o Cara otomatis: tetap menggunakan 12 tabung dengan konsentrasi yang sama
dengan cara konvensional hanya masing-masing tabung dimasukkan ke dalam
alat fragiligraf lalu di konvirmasi ke kurva fragilitas osmotik.
o Cara satu tabung: specimen darah dimasukkan dalam satu tabung dengan
konsentrasi NaCl 0,36% atau 0,4%, lalu dilihat berapa sel darah merah yang
hemolisis.
 Prevalensi leukemia adalah 25% - 35% dari semua keganasan pada anak.
 Jenis sel yang mengalami transformasi malignan pada leukemia berbeda-beda
tergantung jenis dan lokasi mutasi genetik yang terjadi dan pada tingkat proliferasi apa,
mutasi itu terjadi. Jika transformasi malignan terjadi pada stem sel maka seluruh elemen
darah tidak terbentuk.

110
 Transformasi malignan terjadi karena mutasi pada gen promotor(protooncogen) dan gen
supresor. Jika gen supresor mengalami mutasi maka dia tidak mampu mengendalikan
proliferasi dari sel yang di stimulasi oleh gen promotor.
 Polimorfisme adalah keanekaragaman/variasi genetik dalam populasi masyarakat.
 Kelainan vaskuler pada Schonlein – Henoch Purpura :

158. Schonlein-Henoch sindrome adalah vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik yang ditandai oleh
lesi kulit spesifik berupa purpura non trombositopenia, arthritis/arthalgia, nyeri abdomen atau
perdarahan gastrointestinal dan nefritis.
Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Johan Schonlein yang menemukan beberapa kasus
purpura dan arthritis. Kemudian, Edward Henoch juga mendapatkan adanya gejala gastrointestinal
seperti muntah, kolik abdomen dan melena, serta kelainan ginjal, di samping gejala purpura dan
arthritis.

159. Mengapa pada ITP, megakariosit ditemukan meningkat ?


Karena pada ITP terjadi destruksi pada trombositnya, di perifer, bukan pada megakariosit sebagai
sel induknya. Sehingga produksi megakariosit tidak terpengaruh. Juga adanya mekanisme
kompensasi (feed back mechanism) trombosit dengan jalan meningkatkan megakariosit.

160. Histiosit berasal dari monosit yang berada di sirkulasi yang kemudian berdiferensiasi menjadi
banyak jumlahnya dan masuk ke dalam jaringan dan menjadi makrofag jaringan.
Monosit dalam jaringan dikenal sebagai mikroglia bila ditemukan di otak, dendritus di ginjal, sel
kuffer di hati, langerhans di kulit dan usus, dan makrofag alveolar di paru.
Histiosit normal terdapat dalam jaringan, jika pada jaringan jumlahnya meningkat disebut
histiositosis.
Fungsi dari histiosit adalah fagositosis dan sebagai APC yang akan membantu sel T dan sel B
untuk timbulnya antibodi. Histiositosis dapat timbul mendahului suatu kelainan hematologi antara
lain leukemia atau timbul setelah terjadi penyakit infeksi. Kelainan ini terjadi secara sistemik ke
berbagai organ dan menimbulkan berbagai gambaran klinik sehingga disebut sindrom histiositosis.
Berdasarkan pemeriksaan PA, histiositosis dibagai menjadi 3 tipe yaitu :
1. Tipe I : Langerhans cell histiocytosis (LCH)/Histiositosis X
Terdiri dari 3 kelainan klinis :
 Hand Schuller-Christian
 Letterrer-Siwe
 Granuloma eosinofilik
2. Tipe II : Histiositosis atau fagosit mononuklear selain sel Langerhans.
Terdiri dari :
a. Infection Associated Histiocytosis Syndrome (IAHS)
b. Familial Enthrophagocytic Limphohistiocytosis (FEL)
c. Sinus Histiocytosis with massive lymphadenopathy
3. Tipe III : Malignant histiocytosis terdiri dari 3 bentuk :
a. Acute Monocytic Leukemi/AML
b. Malignant Histiocytosis
c. True histiocytosis Lymphoma

161.Pengertian FDP (Fibrin Degradation Product) :


 FDP adalah hasil penguraian dari fibrinogen oleh plasmin di mana proses ini
menyebabkan fibrinogen terurai menjadi fragmen X, Y, D dan E.
 Fragmen X dan Y akan bergabung dengan fibrin monomer dan menjadi soluble fibrin
monomer (sFM) yang selanjutnya akan membentuk fibrin
 Fragmen D dan E melekat pada dinding trombosit, menyebabkan disfungsi trombosit
sehingga bersama dengan trombositopenia dapat menyebabkan perdarahan.
 Kadar FDP yang meningkat dalam darah merupakan salah satu penyebab timbulnya
perdarahan pada penderita dengan DIC.

111
 Untuk mengetahui adanya peningkatan tersebut, kita dapat melakukan D-Dimer test yang
biasa dilakukan pada penderita yang dicurigai mengalami DIC.

162.Thalassemia- adalah berkurangnya atau tidak dibentuknya sama sekali rantai globin- sebagai
akibat adanya mutasi pad a kedua gen globin-. Di lain pihak sintesis rantai globin- berlangsung
seperti biasa, sehingga terjadi ketidakseimbangan produksi rantai globin- dengan rantai globin-.
Rantai  yang berlebihan dalam eritrosit sebagian akan berikatan dengan rantai delta () dan
rantai gamma (), yang meningkat produksinya sehingga sintesis HbF dan HbA2 meningkat.
Analisis Hb/elektroforesis Hb pada Thalassemia- :
 HbA sangat rendah karena dibentuk oleh 2 rantai- dan 2 rantai-
 Hb F tinggi (10-90 %), sebagai kompensasi pembentukan rantai- yang meningkat
 HbA2 bervariasi, bisa normal atau meningkat (< 5%).
Thalassemia-/HbE merupakan bentuk compound heterozygote Thalassemia-, yang terjadi
akibat interaksi Thalassemia- dengan varian hemoglobin E.
HbE adalah hemoglobin varian yang terjadi karena perubahan asam amino pada kedudukan 26,
yaitu glutamat menjadi lisin, yang akan memproduksi rantai globin-E.
Profil elektroforesis Hb (selulosa asetat) untuk heterosigot ganda Thalasemia β/Hb E dengan
adanya pita HbE dan HbF, pita HbA sangat tipis. Mobilitas elektroforesis HbE berimpit dengan
HbA2. HbE di duduki oleh HbA2 karena kadarnya yang meningkat sehingga yang terbaca adalah
HbA2.
Analisis Hb/elektroforesis Hb pada Thalassemia-/HbE :
 HbA2 meningkat > 15%
 Hb F tinggi (10-90 %)
 HbA sangat rendah.

163.Akumulasi besi yang berlebihan pada Thalassemia- disebabkan karena :


 Peningkatan absorbsi besi di usus karena hiperaktif eritropoiesis
 Meningkatnya penghancuran sel darah merah/hemolisis
 Transfusi yang berulang-ulang.

164.Transfusi darah pada penderita Thalassemia- mayor bertujuan untuk :


i. mengatasi anemia yang menyebabkan anoksia
jaringan dan mengancam hidup penderita,
ii. supresi eritropoiesis yang berlebih-lebihan dan
iii. menghambat peningkatan absorpsi besi di usus.

Ada beberapa cara transfusi darah telah diperkenalkan :


a. Low transfusion, pemberian darah hanya dilakukan kalau kadar Hb penderita 6 g/dl atau
kurang
b. High transfusion, kadar Hb penderita dipertahankan pada 10 g/dl atau lebih
c. Super transfusion, mempertahankan kadar Hb penderita sampai 12 gr/dl.
Cara high transfusion dan super transfusion memberikan kualitas hidup yang lebih baik, mencegah
ekspansi sumsum tulang dan splenomegali karena hiperaktif eritropoiesis dan mencegah absorpsi
besi.
Namun kedua cara ini mempunyai konsekuensi yang berbahaya, yaitu menyebabkan kelebihan
dan penimbunan besi. Sehingga kedua cara ini sudah ditinggalkan.
Cara yang sekarang umumnya dipakai adalah kadar Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl
sampai 9.5 g/dl.
Dengan keadaan ini akan :
 memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat,
 menurunkan tingkat akumulasi besi dan
 dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita.

165.Transfusi tidak boleh diberikan sampai Hb normal, karena :

112
i. Untuk merangsang eritropoesis sumsum tulang
ii. Bisa terjadi penumpukan zat besi (hemosiderosis) dan meningkatkan resiko tertular
penyakit
iii. Mencegah hemolisis oleh karena reaksi autoimun akibat pemakaian besi yang rendah.

166.Kelainan vaskuler pada Schonlein – Henoch Purpura :


Schonlein-Henoch sindrome adalah vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik yang ditandai oleh
lesi kulit spesifik berupa purpura non trombositopenia, arthritis/arthalgia, nyeri abdomen atau
perdarahan gastrointestinal dan nefritis.
Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Johan Schonlein yang menemukan beberapa kasus
purpura dan arthritis. Kemudian, Edward Henoch juga mendapatkan adanya gejala gastrointestinal
seperti muntah, kolik abdomen dan melena, serta kelainan ginjal, di samping gejala purpura dan
arthritis.

167.Mengapa pada ITP, megakariosit ditemukan meningkat ?


Karena pada ITP terjadi destruksi pada trombositnya, di perifer, bukan pada megakariosit sebagai
sel induknya. Sehingga produksi megakariosit tidak terpengaruh. Juga adanya mekanisme
kompensasi (feed back mechanism) trombosit dengan jalan meningkatkan megakariosit.

168.Kromosom Philadelphia adalah kromosom 22 yang mengalami translokasi dengan kromosom 9,


dimana bagian lengan panjang kromosom 9 yang berpindah ke kromosom 22, dan saat replikasi
kromosom yang telah berubah inilah yang terus menerus di perbanyak.

171. Pucat bisa terjadi oleh karena :


- vasokonstriksi pembuluh darah perifer untuk meningkatkan suplay darah
ke otak.
- Berkurangnya volume darah.
- Berkurangnya Hb serum

172. Splenomegali pada thalasemia terjadi oleh karena :


- Destruksi eritrosit yang berlebihan
- Hiperfungsi limpa oleh karena pembentukan eritrosit

173.Patofisiologi kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi pada trombosit yang diselimuti antibody
tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial lainnya.
Jenis glikorotein permukaan trombosit diantaranya: GP Iib-Iia, GP Ib, dan GP V.

174.Immunosupresi pada ITP adalah vincristin, siklofosfamid, azatioprin.

175.Terapi ITP. Danasol (10-15 mg/kgbb/hari) atau dapson (75 mg/kg/hari) untuk menutup permukaan
trombosit.Sedangkan Imunoglobulin dosis tinggi (1 gram /kgbb/hari, 2-3 kali/hari)di mana fungsi
imunoglobulin mengisi reseptor makrofag yang melibatkan limfosit T.

176.Fungsi kortikosteroid adalah:


- Memperbaiki resistensi kapiler dan kualitas trombosit
- Menghambat pembentukan antibody
- Mencegah ikatan antigen antibody
- Mempercepat clearance ikatan antigen antibody dari darah
- Mencegah fagositosis trombosit oleh sel-sel makrofag

177. Profil elektroforesis Hb (selulosa asetat) untuk heterosigot ganda


thalasemia β/Hb E dengan adanya pita HbE dan HbF, pita HbA sangat tipis.

113
Mobilitas elektroforesis HbE berimpit dengan HbA2. HbE di duduki oleh HbA2 karena kadarnya
yang meningkat sehingga yang terbaca adalah HbA2. Sedangkan pada thalasemia ß HbA2
menurun.

178. Penyebab sindroma schonlein henoch adalah akibat reaksi imunologis dalam tubuh maka terjadi
kompleks imun, sehingga terbentuk ikatan antigen antibody yang menarik komplemen sehingga
terjadi vaskulitis. Merupakan contoh reaksi imun tipe III.

179. Talasemia ß Hb E merupakan bentuk compound heterozygote Talasemia ß, yang terjadi


akibat interaksi Talasemia ß dengan varian hemoglobin E. Hb E adalah hemoglobin varian yang
terjadi karena perubahan asam amino pada kedudukan 26, yaitu glutamat menjadi lisin, yang
akan memproduksi rantai globin ßE.

180. Analisa Hb/ elektroforesis Hb pada talasemia ß Hb E adalah


- Hb A2 meningkat >15%
- Hb F tinggi (10-90%)
- Hb A sangat rendah

181. Desferal tidak diberikan pada mereka yang alergi atau keluarga pasien menolak. Efektifitas dari
desferal berupa mencegah gangguan pertumbuhan dan disfungsi gonadal, mencegah penurunan
toleransi glukosa.

182.Pemberian transfusi darah pada talasemia dimaksudkan untuk


A. mengurangi komplikasi anemia yang menyebabkan anoksia jaringan & eritropoiesis yang
tidak efektif
B. membantu pertumbuhan dan perkembangan selama masa anak-anak
C. menghambat peningkatan absorpsi besi di usus
D. mencegah ekspansi sumsum tulang
E. hepatosplenomegali ↓
F. kardiomegali ↓

183.Folavit acid (asam folat) digunakan sebagai suplement pada pasien talasemia yang diberikan tiap
hari. Dalam hati, asam folat direduksi menjadi zat aktifnya THFA (tetrahydrofolic acid), suatu ko-
enzim yang penting sekali bagi sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel

184.Pada talasemia sebelum terjadi hemosiderosis (penimbunan besi yang berlebihan dalam jaringan
tanpa disertai kerusakan jaringan), eritrosit telah pecah karena banyaknya penimbunan besi. Besi
yang banyak menginduksi radikal bebas → oksidasi membran sel darah merah

185.Pada anemia hemolitik, bilirubin indirek akan meningkat. Dalam batas tertentu bilirubin direk juga
meningkat dan akan segera diekskresikan ke dalam saluran pencernaan, sehingga akan
didapatkan peninggian kadar urobilinogen di dalam tinja. Yang mana sebagian urobilinogen akan
diserap oleh usus, masuk ke dalam darah dan selanjutnya akan dikeluarkan oleh ginjal bersama
air kemih. Jadi bilirubin tidak ditemukan dalam urin. Urin pekat karena mengandung urobilin.

186.Analisa Hb dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu


 Elektroforesis
 HPLC = High Perform Liquid Chromatografi

187.Patognomonik Auer body ditemukan pada leukemia mieloid akut

114
188.Eradikasi parasit (cacing) dilakukan tanpa memandang hasil pemeriksaan feses bertujuan agar
a. cacing yang biasanya menyebabkan anemia (misalnya Ankilostoma) dapat dihilangkan,
sehingga penyebab anemia karena cacing dapat disingkirkan dan mencari kausa lain
dari anemia
b. cacing dapat mengganggu respon dari obat kemoterapi
c. cacing juga dapat mempengaruhi pengobatan

189.Transfusi darah pada anemia aplastik tidak dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb yang tinggi
karena
1. Transfusi darah yang terlampau sering akan menyebabkan timbulnya depresi terhadap
sumsum tulang
2. Dapat menyebabkan timbulnya reaksi hemolitik sehingga akan menyebabkan terjadinya
penimbunan besi.
3. Mempercepat penimbunan besi
4. Risiko dari transfusi darah itu sendiri antara lain :
1. Komplikasi infeksi (bakteri, virus)
2. Komplikasi transfusi non-infeksi misal hemolisis akut, hemolisis lambat, penyakit paru-
paru akut, anafilaksis, alergi, menggigil

199. Insiden iceberg phenomena DHF (puncak) dan Non DHF/ Asymptomatic (dasar) ialah 1:150-200
orang

200.Pada anemia aplastik dapat terjadi peningkatan Hb F karena adanya aktivitas relatif dari sistem
retikuloendotelial. Jadi sel darah merah yang mengandung Hb F prekursor progenitornya tetap ada
dan tidak terganggu (pronormoblast Hb F yang terstimulasi→tetap ada sisa dari kelahiran yang
tidak terganggu sehingga meningkat sebagai kompensasi)
Arti klinisnya dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan prognosis anemia
aplastik

201.Pemberian transfusi trombosit pada penderita anemia aplastik dapat diberikan pada keadaan yang
sangat gawat (trombositopenia berat) misalnya perdarahan masif, perdarahan otak dan
perdarahan gastrointestinal

202.Anemia aplastik terjadi kerusakan pada stem cell progenitor

203.Vitamin K1 (filokuinon=fitonadion) dan vit K2 (menakuinon) merupakan vit K alam. Vit K3


(menadion) merupakan vit K sintetik. Absorpsi vit K melalui usus sangat tergantung dari
kelarutannya. Absorpsi filokuinon dan menakuinon hanya berlangsung baik bila terdapat garam-
garam empedu, sedangkan menadion dan derivatnya yang larut air dapat diabsorpsi walaupun

115
tidak ada empedu. Berbeda dengan filokuinon dan menakuinon yang harus melalui saluran limfe
lebih dahulu, menadion dan derivatnya yang larut air dapat langsung masuk ke sirkulasi darah.

204.G6PD = Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase

205.Enzim G6PD
Bekerja pada lintasan pentosa fosfat, dimana mengubah NADP menjadi NADPH yang
kemudian NADPH dengan bantuan enzim glutation reduktase mengubah GSSG (yang
merupakan glutation yang teroksidasi) menjadi GSH. GSH berguna untuk menangkap H2O2
yang merupakan radikal bebas dan mengubahnya menjadi H2O (air) yang aman dan mudah
dikeluarkan.
Jalur heksosa monofosfat

H2O2 H2O
Glutation peroksidase

Jalan glikolisis
Embden GSH GSSG
meyerhof

Glukosa Glutation reduktase


NADP NADPH

Glukosa 6-P 6-P-glukonat


Glukosa 6- fosfat
dehidrogenase

Fruktosa 6-P Ribulosa 5-P

Laktat

206.Secara sistematis hemolisis terjadi 3 proses yaitu


Kerusakan eritrosit :
d. Fragmentasi dan kontraksi sel darah merah.
e. Mikrosferosit
 aktifitas RES meningkat  splenomegali/hepatomegali.

Katabolisme Hb meningkat :
f. Hiperbilirubinemia.
g. Urobininogenuria/urobilinuria
h. Hemoglobinemia
i. Hemoglobinuria/methemoglobinuria
j. Hemosiderinuria
k. Haptoglobulin menurun.
Regenerasi/kompensasi  eritropoesis meningkat.
l. Darah tepi :

116
i. Retikulositosis.
ii. Normoblastemia/eritroblastemia.
m. Sumsum tulang : hiperplasia eritroid  rasio myeloid : eritroid
menurun/terbalik.
n. Eritropoesis ekstramedular  splenomegali, hepatomegali.

208. Gejala sendi yang timbul pada SHS adalah poliartralgia/ poliartritis non-migrans, pembengkakan
periartikuler, terutama lutut dan pergelangan kaki, yang penyembuhannya sempurna tanpa
sekuele.

209. Starting point pada jalur instrinsik ialah kontak permukaan asing yaitu endotel vaskuler.

210. Starting point pada jalur ekstrinsik ialah kerusakan jaringan endovaskuler yang luas akan
mengeluarkan faktor jaringan (III).

211. Patogenesis pada SHS ialah antigen yang masuk kesirkulasi menyebabkan timbulnya antibodi
yang bereaksi dengan antigen tersebut membentuk kompleks imun. Kompleks imun kemudian
masuk kedalam sirkulasi, menyebabkan sistem komplemen dalam tubuh ikut bereaksi sehingga
komplemen C3 akan bersatu dengan kompleks imun membentuk deposit dimembran basalis
mengeluarkan inflamator sehingga timbul vaskulitis.

212. Pertemuan antara jalur ekstrinsik dan instrinsik ialah Protrombinase (=aktivator protrombin) yang
dibentuk oleh faktor pembekuan Xa, V dan F. Tr-3

213. Pembagian hemofilia


 Hemofilia berat jika F VIII < 1%
Dapat terjadi perdarahan spontan, hemartrosis, perdarahan otot, perdarahan
gastrointestinal, hematuri dan perdarahan otak
 Hemofilia sedang jika F. VIII 1-5%
Perdarahan setelah trauma ringan
 Hemofilia ringan jika F. VIII 6-25%
Perdarahan setelah trauma berat, tindakan operasi

214. Koate diberikan jika


1. Ada perdarahan
2. Akan dilakukan tindakan operasi
3. On demand

215. Vitamin K melakukan karboksilasi untuk membentuk reseptor yang bisa mengikat Ca++. Reseptor
untuk Ca++ adalah karboksiglutamat. Jadi dengan ciri tambahan tersebut PIVKA dapat diubah
menjadi faktor pembekuan yang fungsional sehingga darah bisa membeku.

216.Transfusi pada thalasemia meskipun telah dihitung sesuai kebutuhan, namun terkadang tidak
sesuai dengan kadar Hb yang ingin dicapai. Hal ini disebabkan pembesaran limpa yang
menyebabkan terjadi penimbunan eritrosit didalam limpa.
Jadi terjadi vasculer bag atau ”pooling of blood”.

217. Alopurinol diberikan pada Leukemia ALL-L1 HR karena :


Asam urat terbentuk dari proses degradasi purin sebagai akibat lisisnya inti sel tumor.
Keadaan ini dapat terjadi pada penderita yang mendapat kemoterapi seperti pada pasien
dengan penyakit proliferatif seperti leukemia Asam urat difiltrasi di glomerulus dan 98 % -
100 % direabsorbsi di tubulus proksimal kemudian disekresi kembali oleh tubulus distal.
Pengobatan hiperurisemia terdiri dari tindakan untuk menurunkan produksi asam urat dan
meningkatkan daya larutnya di dalam urine. Produksi asam urat dapat dikurangi dengan

117
pemberian alopurinol yang bersifat inhibitor kompetitif dari enzim xanthin oksidase yang
mengkatalisator proses degradasi purin menjadi asam urat. Preparat urikase dapat
mengubah asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air sehingga dapat pula
menurunkan kadar asam urat dalam plasma.

218. Perbedaan plasmodium falsifarum dan vivax :


P. Falcifarum P.Vivax
Masa inkubasi 10-13 hari 12-16 hari
Kepadatan parasit Hingga 500.000/mm3 < 20.000/mm3
Demam Kurang khas Interval 48 jam
Insidens Sering Lebih sering
Pembesaran limpa Tidak terlalu besar > besar
Beratnya gejala Paling berat Berat

Bentuk akole pada perbedaan morfologi plasmodium adalah

Bentuk marginal pada plasmodium falcifarum sehingga bentuknya seperti sabit.


Perbedaan morfologi P.falcifarum dan P.vivax :
P. falcifarum P.vivax
Jenis eritrosit Semua bentuk eritrosit Eritrosit muda (retikulosit)
Eritrosit membesar
Titik Schuffner - +
Titik Maurer + -
Parasit :
- semua bentuk pada
darah tepi - +
- bentuk akole + -
- bentuk cincin dengan + jarang
2 inti
- bentuk pita (trofozoit - -
tua )
- gametosit bentuk + -
pisang.
- Infeksi ganda + -
- Tanda lain. parasit muda bentuk cincin trofozoit tua sitoplasma amuboid.
yg banyak (star in the sky)

118
119
120
219. Trias Histiositosis adalah :
a. Kelainan tulang membranosa, terutama tengkorak, akibat proses osteolitik
Gambaran radiologik dari tulang tengkorak bisa memperlihatkan gambaran daerah
tulang “punched out” yaitu defek dengan ukuran yang irregular, gambaran map like
appearance atau “geographical skull”. Defek pada tulang tengkorak pada palpasi
seperti suatu “a hole” atau suatu massa di kepala. Sedangkan pada tulang vertebral
dapat memperlihatkan gambaran “pancake appearance” akibat diskus intervetabral
yang rusak.
b. Eksoptalmus, dapat unilateral atau bilateral dapat disertai gangguan
visus akibat destruksi tulang pada tulang orbita dan penimbunan lemak pada orbita.
c. Diabetes insipidus, akibat infiltrasi histiosit pada kelenjar hipofise yang
mengakibatkan defisiensi antidiuretik hormon.

121
220. Splenektomi dilakukan pada penderita thalasemia jika :
- Limpa yang sangat ( > S IV) sehingga membatasi gerak penderita, tekanan intra abdominal
yang meningkat, mudah ruptur.
- Interval transfusi yang makin pendek yang ditandai dengan kebutuhan transfusi atau kebutuhan
suspensi transfusi (PRC) > 250 ml/kgBB dalam 1 tahun.
- Setelah umur 5 tahun karena resiko mudah mengalami infeksi. Oleh karena sebelum 5 tahun
organ limfoid terbesar dan terpenting bagi tubuh adalah limpa. Setelah 5 tahun organ limfoid lain
bias menggantikan peran dari limpa.

221.Aplikasi klinis antara stem sel, sel progenitor, sel prekursor adalah antara lain :
a. Dapat dilihat pada pemberian kemoterapi dimana bekerja pada sel-sel induk (pada sel-
sel yang masih aktif membelah) dan bukan pada sel-sel matur.
b. Stem sel sebagai resource yang tidak habis-habisnya, sementara sel progenitor dan sel
prekursor merupakan penyedia langsung
c. Makin kekiri maka makin peka terhadap pengaruh eksogen misalnya radiasi
d. Jika terjadi transformasi maligna makin kekiri makin ganas berat dan jenis/ragamnya
e. Jika terjadi kerusakan pada stem sel maka tidak ada lagi kesempatan bagi sel-sel darah
untuk berkembang.
f. Jika terjadi kekurangan sel- sel darah, progenitor dan prekursor yang berperan.

222. Sustanon mengandung hormon androgen, yaitu testosterone propionate, diberikan pada penderita
anemia aplastik untuk menstimulasi sumsum tulang karena dapat merangsang pembentukan
eritropoietin dan eritropoiesis.
Dosis sustanon adalah 10-25 mg. Sustanon diberikan setiap 3 mingg

223.Warna urin pada pemberian desferal adalah warna seperti pink/merah.

224.Yang dimaksud infeksi ganda pada plasmodium falcifarum adalah satu sel darah mengandung 2
plasmodium.

225.Monosit berada dalam peredaran darah adalah selama kurang lebih 72 jam selanjutnya akan
bermigrasi ke jaringan.

.226. Efek samping testosterone propionat / sustanon adalah :


- Maskulinisasi
- Menghambat spermatogenesis
- Hiperplasia prostat
- Gangguan pertumbuhan : mempercepat penutupan epifisis sehingga mungkin anak tidak akan
mencapai tinggi badan yang seharusnya.

226. Yang terjadi jika terjadi penurunan sintesis rantai ß :


adalah adanya ketidakseimbangan antara rantai ß dan ά yang mengakibatkan :
- penurunan produksi hemoglobin A yang merupakan hemoglobin utama di dalam eritrosit yang
mengakibatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom.
- penurunan sintesis rantai ß akan menyebabkan berlebihnya rantai α yang membentuk badan
inklusi α4 yang bersifat unstable. Rantai α membentuk presipitasi α4 yang menyebabkan
membran eritrosit teroksidasi dan merusak eritrosit.
- disfungsi eritrosit yang berat dan kerusakan eritrosit berinti di dalam sumsum tulang
menyebabkan terjadinya eritropoeisis inefektif.

227. Umur bayi yang untuk terjadinya aktivitas sumsum tulang berproduksi optimal adalah
umur 4 bulan – 6 bulan.

228. Efek samping sustanon yang bersifat maskulinisasi pada :

122
-pria : - kebotakan
- jerawat
- suara menjadi berat
- otot membesar
- penis membesar
- wanita : - rahim mengkisut
- klitoris membesar
- payudara mengecil
- siklus menstruasi berhenti
pria dan wanita bisa mengalami peningkatan gairah seksual, hirsutisme yaitu menyebabkan
pertumbuhan rambut di seluruh badan dan muka.

229. Dalam perkembangan suatu sel dimana terjadi pembentukan sel – sel muda
tapi tidak matang disebut maturation arrest.

230. Iktisar Sickle cell anemia adalah :


- Kelainan ini ditandai dengan penyakit hemolitik kronis yang disebabkan oleh destruksi eritrosit
prematur yang sukar berubah bentuk dan rapuh. Hal ini diakibatkan karena adanya substitusi
asam glutamat pada posisi 6 rantai ß oleh vialin.Pada keadaan teroksigenasi fungsi HbS normal.
Bila HbS ini mengalami deoksigenasi, interaksi antara vialin ß6 dan regio yang komplementer
pada rantai ß molekul yang berdekatan menyebabkan pembentukan polimer molekular
bersusunan tinggi, polimer ini memanjang membentuk struktur filamen, yang beragregasi menjadi
batang yang kaku, seperti kristal. Proses polimerisasi molekular ini menyebabkan sifat eritrosit
sabit rapuh, berduri pada penurunan oksigenasi.
- Manifestasi kliniknya baru muncul sesudah umur 2-4 bulan , sejajar dengan penggantian
sejumlah besar HbF oleh Hb S. Gejala kliniknya biasanya nyeri, biasanya simetris,
pembengkakan tangan dan kaki. Kelainan yang mendasari adalah nekrosis iskemik tulang-
tulang kecil. Episode vaso-oklusif nyeri akut merupakan manifestasi penyakit sel sabit paling
sering dan mencolok
- Hasil laboratorium : kadar Hb biasanya berkisar dari 5 sam 9 g/dL. Hapusan darah tepi khas
mengandung sel target, poikilositosis dan sel sabit yang tidak reversibel. Hitung retikulosit
biasanya berkisar dari 5 – 15 % dan sel darah merah berinti dan badan Howell- Jolly sering
terdapat.Hitung sel darah putih total meningkat sampai 12.000 – 20.000/mm 3 dengan neutrofil
predominan.

230.Bilirubbin II juga meningkat pada anemia hemolitik bisa juga didapatkan yang
bukan kelainan hepar yaitu pada inssipited bile ( pengentalan empedu )

231.Sitokin utama yang berperan dalam eritropoiesis adalah IL – 3, IL – 11, IGF – 1


(Gamma Interferon), BFU – E.

232. Anemia Hemolitik Imun terbagi atas isoimun dan autoimun.


Isoimun bisa terjadi akibat reaksi transfusi darah (mismathced) dan penyakit hemolitik bayi
baru lahir (antagonisme ABO/Rh).
Pada autoimun antibodi dibentuk oleh tubuh sendiri dan menghancurkan sel darah merahnya
sendiri, bisa terbagi atas :
a. Idiopatik
b. Sekunder : - Obat : PAS, Kina, Kloroquin.
- Kimia : insektisida
- Infeksi : virus,bakteri
- Penyakit kolagen : SLE
- Keganasan : leukemia, limfoma
- Sindrom uremi hemolitik (HUS)

233.Obat – obat yang dikonsumsi ibu sehubungan dengan bayi-bayi baru lahir yang baru mengalami

123
perdarahan adalah obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K yang diminum ibu
selama kehamilan, terutama golongan antikoagulan oral (warfarin), antikonvulsan (fenobarbital,
fenitoin,karbamazepin), obat anti tuberkulostatika (INH,Rifampisin),sintesis vitamin K yang kurang
oleh bakteri usus akibat pemakaian antibiotik, khususnya pada bayi kurang bulan .

234. Fungsi trombosit:


a. Menutup lubang endotel dengan jalan membentuk gumpalan trombosit pada tempat endotel
pembuluh darah sehingga mempertahankan kontinuitas dinding pembuluh darah
b. Membuat adhesi dan agregasi trombosit dan trombostenin untuk memperkuat gumpalan
trombosit disamping fibrin di tempat kerusakan pembuluh darah.
c. Mengeluarkan serotonin untuk kontraksi pembuluh darah dan ADP untuk
mempercepat pembentukan gumpalan trombosit

235. Sirkulasi enterohepatik::


Pembentukan bilirubin terjadi di hepar, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi kemudian akan
berikatan dengan albumin (bilirubin I) hepar, kemudian bilirubin I di konyugasi oleh glukoronil
trasferase menjadi bilirubin II. Selanjutnya diekskresikan ke dalam kantung empedu , usus
(diubah menjadi urobilinogen) , urobilinogen sebagian langsung diekskresi bersama feses
sebagian lagi melalui sirkulasi enterohepatik masuk kembali hepar, di hepar sebagian kembali
ke sirkulasi untuk kemudian masuk ke ginjal dan diekskresi bersama urin (dalam bentuk urobilin
atau urobilinogen) sebagian lagi yang tidak bisa diolah ldieliminasi untuk kemudian dihancurkan.

RES  Hem + Globin

Besi + porfirin

Bilirubin Sirkulasi : Bilirubin + albumin (Bilirubin I)

sirkulas urobilinoge Hepar : Bilirubin I Bilirubin II

Ginjal
sirkulasi dieliminasi

enterohepati

Urin sirkulasi urobilinogen usus

Urobilinogen/urobilin Faeses

237. Perbedaan isoimun dan autoimun :


- Isoimun : disebabkan karena adanya antibodi dari luar.
- Autoimun : disebabkan karena adanya antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri.

238. Defisiensi vitamin K terjadi pada bayi kurang bulan karena :


 Cadangan vitamin K yang sangat rendah

124
 Belum ada sintesa vitamin K di usus (flora usus belum ada)
 Absorpsi vitamin K di usus sangat kurang
 Fungsi hepar yang imatur sehingga empedu masih kurang diekskresikan ke usus dimana
garam empedu penting untuk penyerapan vitamin K di usus.

239. Late Hemorrhagic Disease of the New Born atau APCD ( Acquired Prothrombin Complex
Deficiency) penyebab utamanya karena minum ASI eksklusif : pada susu sapi kadar vit K 6 g/dl
dan pada ASI kadar vit K : 1,5 g/dl.

240. Trombosit mengeluarkan factor trombosit- 3 yang akan membantu proses pembekuan darah
yaitu faktor X aktif (Xa), V, Ca+2 dalam hal ini proses pembekuan yang mengubah protrombin
menjadi trombin.

241. Haptoglobin menurun pada hemolisis intravaskular karena pada eritrosit setelah terpecah akan
menjadi hemoglobin (Hb) dalam plasma dan Hb ini akan terikat dengan haptoglobin untuk dibawa
ke hepar.

242. Black water fever adalah warna kencing yang berwarna hitam yang disebabkan karena
methemoglobinuria akibat hemoglobinuria yang mengalami oksidasi.

245.Prinsip penanganan anemia aplastik :


 Hilangkan penyebab
 Hindari trauma terutama selaput lendir dan kulit
 Hindari infeksi
 Stimulasi sumsum tulang (hemopoeisis ) dengan penggunaan hormon androgen
 Transfusi darah :
Fraksi : PRC, suspensi trombosit, granulosit.
 Mengganti stem cell rusak : transplantasi sumsum tulang
 Tindakan lain :
- kortikosteroid : trombositopenia berat
- splenektomi : kasus resisten (kasus imunologik)
- imunosupresif : kausa imunologik

246. Faktor – faktor terjadinya ITP :


- Adanya antibody (IgG)
- Antigen permukaan trombosit.
- Komplemen C3
- Makrofag
- Sel T cytotoxic
-
247.Gambaran elektroforesis pada Thalassemia β HbE :
Profil elektroforesis Hb (selulose asetat) untuk heterozigot ganda thalassemia β HbE mudah
dikenal dengan adanya pita HbE dan HbF. Lokasi mobilitas elektroforesis HbE berimpit dengan
lokasi mobilitas elektroforesis HbA2 sehingga yang tampak pada pemeriksaan Hb elektroforesis
peningkatan HbA2.

248. Perbedaan dan persamaan thalasemia dan sickle cell anemia :


Sickle cell anemia Thalassemia
Kejadian Kelainan di kromosom 11 Kelainan di kromosom 16
Mutasi Mutasi asam amino valin menjadi Mutasi : insersi,delesi,substitusi
asam glutamat di kodon ke 6 gen rantai globin ß
HbS + -
Hand foot syndrome + -

125
Vaso-occlusive:
- Episode nyeri + -

Bentuk eritrosit Sabit (+), poikilositosis yang sel sabit (-) poikilositosis yang
terfragmentasi,bizarre, sel target terfragmentasi,bizarre, sel target
HbA2 Jumlah Normal Bervariasi
HbF 2-10 % Hb F>10%
Lekositosis Bisa hingga 20.000-60.000 Bervariasi
Perjalanan penyakit Kronik eksaserbasi akut Kronik
Persamaan :
248.Fenomena yang terjadi di DIC yang mirip dengan HUS yaitu sama – sama terjadi microangiopathy
Hemolitic Anemia dimana sel-sel darah merah mengalami pemerasan dan melisis di microvaskuler
yaitu terbentuk Helmet cell, Burr cell.
Pada DIC prosesnnya di sistemik sedangkan HUS prosesnya di local.

250. Kemoterapi :
 Pada fase induksi bisa terjadi restorasi elemen – elemen darah oleh karena sel-sel
leukemia yang sebelumnya mendesak elemen-elemen sel- sel darah normal menjadi
berkurang atau hilang sama sekali.
 Reinduksi dilakukan sekitar 1 atau 2 bulan agar sel leukemia sisa hancur juga. Obat yang
dipakai adalah metotrexat intra tekal, vincristin.
 Purinetol adalah obat anti metabolik yang spesifik terhadap fase S siklus sel yang
kadarnya dalam darah maksimal 2 jam setelah pemberian oral, diekskresi melalui ginjal
sebagai metabolit di urin dalam 24 jam pertama.
 Contoh penyebab kerusakan pada stem sel adalah radiasi menyebabkan kerusakan stem
sel masa kritis 3-6 minggu, obat – obatan sitostatika, dan infeksi yang menimbulkan
mekanisme imunologik dimana kompleks imun yang mengalami deposit sumsum tulang
sehingga terjadi inflamasi yang dapat menyebabkan depressi sumsum tulang
 Contoh penyebab kerusakan pada mikro environment adalah radiasi yang dapat
menyebabkan kerusakan kapiler.

251.Perbedaan dan persamaan penyakit von Willebrand dengan hemofilia :


Hemofilia A Penyakit von Willebrand
Prevalensi 10-85 % <1%
Faktor VIII Kekurangan Penurunan sangat bervariasi
Faktor FwB Ada Kekurangan atau tidak ada
Masa perdarahan Normal > 10 menit
Peteki + +
Jumlah trombosit Normal Normal
Perdarahan alat dalam + -
PT Normal Normal
APTT Memanjang Memanjang
Retraksi bekuan Normal Abnormal
Observasi bekuan Abnormal Abnormal
Uji tourniquet - +

2. Perbedaan hemoglobinuria dengan hematuria


Hemoglobinuria Hematuria
Pengertian Hemoglobin dalam urin Terdapatnya eritrosit didalam urin
Terjadi Hemolisis intravaskular Perdarahan lokal (contoh pada
saluran kemih)-Penyakit perdarahan
(karena trombositopeni dan gangguan
pembekuan

126
Perbedaan (sentrifuge) Endapan (-) Endapan (+)
Supernatan (-) : warna seperti Supernatan (+) jernih
sebelum disentrifuge

252.Kadar haptoglobin adalah 100 – 150 mg/dl.

253.Retraksi bekuan adalah suatu tes yang dilakukan untuk menilai adekuat tidaknya fungsi trombosit
dengan melihat cepat dan luasnya retraksi bekuan serta banyaknya cairan yang terperas. Nilai
normalnya.

254.Cara mengatasi kelebihan besi pada thalasemia adalah dengan pemberian bahan kelasi besi
( Iron Chelating Agent ) yang mengeluarkan besi dari tubuh.

255.Vitamin E diberikan pada thalasemia sebagai anti oksidan yang dapat memperpanjang umur sel
darah merah. Dosis 200-400 IU.

256.Pemeriksaan uji saring untuk pemeriksaan laboratorium yang dapat dipakai sebagai penyaring
diagnosis thalasemia beta adalah pemeriksaan fragilitas osmotik yang dimaksudkan untuk
mengukur ketahanan eritrosit terhadap hemolisis ketika terpapar dengan larutan NaCl hipotonik.
Ada beberapa cara uji fragilitas osmotik antara lain :
 cara konvensional : menggunakan 12 buah tabung serta larutan NaCl dengan konsentrasi
bertingkat dari 0,1 % - 0,9 %. Eritrosis yang mengalami lisis dalam setiap konsentrasi NaCl
dibaca dengan fotometer kemudian dibuatkan kurva hemolisis. Cara ini dapat mendeteksi
derajat hemolisis pada berbagai konsentrasi garam. Tetapi cara ini membutuhkan banyak
waktu dan tidak praktis.
 Cara otomatik : menggunakan alat fragiligraph yang dapat mencatat secara otomatik derajat
hemolisis dalam bentuk kurva.Hasilnya sering berbeda dengan cara konvensional dan tidak
cocok dipakai untuk survey di lapangan.
 Uji fragilitas satu tabung hanya menggunakan satu larutan dapar NaCl yaitu konsentrasi 0,4 %
atau 0,36 %.Cara ini cukup praktis,sederhana dan ekonomis sehingga cocok dipakai di
lapangan.

257.Pemberian PRC dan trombosit untuk penderita anemia aplastik untuk mengatasi perdarahan yang
akut dan masif akibat trombositopeni, adanya Hb yang menurun < 8 gr %, dan adanya tanda
anoxia jaringan.

258.Komponen – komponen yang menghancurkan trombosit pada ITP selain makrofag adalah sel
Natural Killer, sel CTL(Cytotoxic T Lymphocyte)/Tc spesifik, sel Mast.

259.Tahap – tahap pengobatan ITP kronik adalah :


1. Kortikosteroid selama 3-6 bulan.
2. Imunosupresi : Vincristin, Siklofosfamid dan Azatioprin
3. Ig G (400 mg/kgbb/hari), di mana berfungsi untuk mengisi reseptor makrofag yang melibatkan
limfosit T
4. Pilihan lain : Danazol (10 - 1 5 mg/kgbb/hari) atau Dapson (75 mg/kgbb/hari), untuk
melindungi permukaan trombosit agar tidak terjadi ikatan antigen antibodi
5. Splenektomi bilamana semua 1,2,3,4 tidak berhasil.
260.Mekanisme steroid mencegah fagositosis trombosit pada ITP yang telah terbentuk antibodi adalah
dengan menghambat motilitas makrofag, menghambat aktivasi komplemen, menghambat motilitas
neutrofil, menstabilkan lisosom.

261.Terapi IVGG diberikan bila tidak responsif terhadap terapi steroid

127
Fungsi IVGG pada terapi ITP :
 Retikuloendothelial Fc-receptor blockade
 Menurunkan sintesis autoantibodi
 Melindungi trombosit dan megakaryosit dari antibodi trombosit
 Membersihkan infeksi virus yang menetap dengan memberikan imunoglobulin.
261.Krepitasi :
i. Krepitasi ialah suara membukanya alveoli. Krepitasi normal terdengar di belakang bawah dan
samping pada waktu inspirasi dalam sesudah istirahat terlentang beberapa waktu lamanya.
ii. Krepitasi subcutis menunjukkan adanya udara di bawah kulit ,contohnya pada emfisema
subkutis.

262.Retraksi bekuan : prinsipnya sample darah dibiarkan membeku selama waktu tertentu dan pada
suhu tertentu. Bekuan darah dikeluarkan kemudian diukur serum yang terperas terhadap volume
darah semula.
Cara kerja :
 Tuang 5 ml darah vena ke dalam tabung berskala.
 setelah darah membeku di dalam tabung, tabung diletakkan dalam penangas air 37 oC selama
24 jam sambil diobservasi secara berkala. Satu jam setelah beku terjadi retraksi dan bekuan
sudah harus padat dan tahan goncangan. Persentasi bekuan dicatat yaitu cairan yang
terperas kemudian volumenya diukur dan hasilnya dinyatakan dalam % yang dihitung
terhadap volume darah semula. Kalau kurang dari normal mungkin ada gangguan trombosit
atau jumlahnya kurang. Sifat bekuan perlu diamati, apakah bekuan telah mengalami retraksi
sempurna atau hanya sebagian, apakah bekuan itu rapuh atau padat. Nilai rujuk : 40-60%.

263.Splenektomi dilakukan pada anemia aplastik yang resisten :


Splenektomi bukan merupakan indikasi sebagai terapi primer pada anemia aplastik. Beberapa
pederita yang hanya mendapat recovery hemopoetic parsial setelah terapi imunosupressif dapat
diuntungkan dengan splenektomi oleh karena jumlah trombosit secara cepat akan meningkat dan
penurunan kebutuhan transfuse.Pada beberapa penelitian ternyata terjadi perbaikan hemopoetic
secara progresif setelah splenektomi karena ternyata lien mempunyai peranan dalam patofisiologi
dalam terjadinya anemia aplastik.

264.Thalasemia ß adalah mutasi pada kedua alel gen globin ß. Thalasemia ß heterosigot /
Thalasemia ß trait / pembawa sifat thalasemia ß adalah mutasi hanya pada satu alel gen globin
ß dan tanpa gejala klinik.

265.Mengapa pada anemia hmolitik tidak terdapat bilirubin di urine?


Jawab : Oleh karena pada Anemia hemolitik yang meningkat adalah bilirubin I dan bilirubin tidak
dikeluarkan melalui urin.

266.Kisi-kisi perbedaan 5 macam anemia :


An. Defs. Fe An.Hemolitik An.pasca An.aplastik An.keganasan
perdarahan
Gej.klinis
Ikterus - + - - -
Mdh infeksi + - - + +
Perdarahan - - + + +
Hepatomegali _ +/- - - +
Splenomegali _ + - - +
Limfadenopati _ - - - +

Darah:
MCV/MCHC  N/ N N N
Retikolosit     N
Hb F N N/ N  N

128
Besi serum  N/ N  N
RDW    N N
Sumsum tulang N hiperplasia N Hiposeluler Hiperseluler
eritroid

267. Kenapa kita tidak memburu Hb normal pada Anemia Aplastik ?


- Kita membiarkan tetap dalam keadaan anemia sehingga stimulasi SST tetap ada .
- Pemberian darah yang sering bisa menyebabkan hemolisis dari sel-sel donor
- Karena dia akan kelebihan besi bila diberi transfusi yang berlebihan

268.Bagaimana gambaran SST pada anemia hemolitik ?


Jawab : - Hiperplasia eritroid  rasio mieloid:eritroid menurun/terbalik
- Hiperplasia sumsum tulang :
 perubahan tulang-tulang (tengkorak & tulang panjang)
 anemia hemolitik kongenital

269. Penyebab anemia sideroblastik ;


Herediter : A. X-linked :
- Piridoksin-responsif
- Piridoksin refrakter
B. Autosomal :
- Piridoksin-responsif
- Piridoksin refrakter
Acquired :
A.Idiopatik :
- Piridoksin-responsif
- Piridoksin refrakter
B. Sekunder
1. Obat : a. Obat antituberkulosis (isoniasid, cycloserin)
b. Klorampenikol
c. Alkohol
d. Obat sitotoksik
2. Penyakit :
a. Hematologik :
- Leukemia
- Polisitemia vera
- Anemia hemolitik
- Anemia megaloblastik
b. Keganasan :
- Sindrom preleukemik
- Penyakit Hodgkin
- Non- Hodgkin limfoma
- Karsinoma
c. Peradangan :
- Penyakit autoimun
- Artritis reumatoid
- Poliartritis nodosa
- Infeksi
d. Misellaneous :
- Miksedema
- Tirotoksikosis
- Uremia

270.Leukemia mengapa mudah infeksi ?

129
Jawab : Pada leukemia terjadi netropenia karena penggantian sumsum tulang oleh blas leukemia
dan karen terapi sitotoksik intensif. yang menyebabkan depresi sumsum tulang

271.Mengapa kekurangan enzim G6PD menyebabkan hemolisis, berapa tingkat defisiensi G6PD?
Jawab : defisiensi diturunkan secara X-linked.Kerentanan sel darah merah terhadap hemolisis
meningkat pada defisiensi G6PD, yang mengkatalisis langkah awal dalam oksidasi glukosa
melalui jalan heksosa monofosfat. Jalan ini menghasilkan NADPH dari NADP yang diperlukan
untuk pemeliharaan fragilitas sel darah merah normal.
Derajat Defisiensi :
1. Anemia hemolitik spherositik herediter  jarang ditemukan & kelainan fungsi yang berat.
2. Varian G6PD Mediteranian (hemolisis tetap berlanjut selama ada pemaparan)
3. Kelompok defisiensi G6PD ringan (varian G6PD-)hemolisis terhenti walaupun
pemaparan masih berlanjut.
4. Kelompok tanpa gejala.

272.Dimana kelainan Hb S dan Hb E ?


Jawab: - Hb S terjadi akibat adanya substitusi asam amino glutamat menjadi as.amino valin pada
rantai  ke 6
Hb E : kelainan rantai hemoglobin dimana asam glutamat diganti dengan lysin pada asam amino
ke 26 rantai  Hb A (22 26 glu-lys).
Berdasarkan kelainan gen :
Hb E heterozygot(/E) dan Hb E homozygot (E/E)

273.Pada Thalasemia dimana letak kelainan mutasi gennya ?


Jawab : Pada thalasemia  pada gen globin pada kromosom 16 & pada thalasemia  gen globin
pada kromosom 11

274.Hb Lefore dan delesi filipino dimana kelainannya?


Jawab :- Delesi thalasemia  filipino dan Hb Lefore merupakan delesi besar dari gen globin 
yang menyebabkan tidak terbentuknya rantai globin- (Thalasemia 0).
- Delesi filipino menyebabkan hilangnya secara utuh gen globin  mulai
4279 dari cap site gen globin- sampai daerah sekuens L1 repetitive,
dengan besar delesi 45 kb.
- Hb Lefore dibentuk dari rantai globin- normal dan rantai globin abnormal
produksi dari fusi gen globin- . Hal ini karena terjadi crossing over antar
bagian gen globin  dan sebagian gen globin  ( Thalasemia-)
-
275.Kenapa bisa terjadi anemia pada Thalasemia ?
Jawab :
1. Destruksi  rantai  berlebihan presipitasi  kerusakan sel darah merah
2. Rantai   tidak ada/kurang sintesis Hb A berkurang  penurunan kadar Hb A
3. Sel darah merah masuk sirkulasi  perubahan morfologi  anisositosis dan paikilositosis 
masuk sinunosid limpa  penghancuran.

276.Faktor Von Willebrand :(VIII:WF) adalah bagian faktor VIIIR:AG yang tersangkut pada proses
adhesi dan agregasi. Protein ini beredar sebagai molekul kompleks yang tersusun atas beberapa
rantai-subunit dengan ukuran yang sama yang diikat oleh ikatan disulfida. Unit lebih kecil dengan
aktivitas antikoagulan (VIII:C) disambung dengan molekul VIIIR:AG oleh ikatan non kovalen.

277.Sintesis VIIIR:AG terjadi dalam sel endotel.


Berperan pada :
1. Proses adhesi (perlekatannya) ke jaringan ikat subendotel yang terbuka
2. protein pengangkut faktor VIII

130
278. APCD penyebab utamanya : karena minum ASI eksklusif : pada susu sapi kadar vit K 6 g/dl
dan pada ASI kadar vit K : 1,5 g/dl.
Selain itu defisiensi vit K pada anak-anak : ikterus obstruktif, penyakit pankreas atau usus halus

279. Tipe dari CML :


Adult Type Juvenile type
Onset umur Biasanya diatas 2 tahun Dibawah 2 tahun
Gejala klinik :
Rash pada muka (-) (+)
Limfadenopati biasa ada sering ada tendensi
supurative
Splenomegali Jelas bervariasi
Manifestaasi perdarahan (-) Sering
Pemeriksaan Laboratorium:
Asal sel hematopoetic pleuripoten Sel progenitor & melibatkan
stem cell monosit dan sel granulosit

BMP : 2:1–5:1
Rasio mieloid:eritroid 10:1 - 50 : 1 < 100.000
Leukosit >100.000 (+)
Monositosis pada darah&SST (-) Sering ada
Trombositopenia Jarang
Kromosom : (-)
Kromosom Philadelphia (+) mungkin ada
Kromosom lain mungkin ada
Kelainan sel darah merah (+)
Eritropoesis inefektif (-) menurun
I antigen pada sel darah merah Normal 15-50%
Kadar HbF Normal sering
Normoblas pada darah Jarang
Pem.laboratorium lain : Meningkat jelas
Muramidase urin dan serum Meningkat sedikit Insidens tinggi antinuklear
Gangguan imunologis Tidak ada antibodi(52%) dan anti Ig-G
antibodi (43%)
Monosit

Koloni alami diproduksi in vitro dr Granulosit predominan Jelek


darah < 9 tahun
Respon terhadap busulfan Baik Intak
Median survival 2,5- 3 tahun
Splenic malphigian corpuscle Obliterasi

131
280. Asam folat terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam para-aminobenzoat dan asam glutamat.
Dari penelitian yang memiliki arti biologik adalah gugus PABA gugus asam glutamat. PABA
diperlukan untuk membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesa purin dan asam-asam
nukleat.

PABA

Dihidropteroat
sintetase

Asam dihidrofolat

Dihidrofolat
reduktase Metotrexate

Asam tetrahidrofolat

Purin

DNA

281. Fungsi vitamin K dalam faktor pembekuan :


Vitamin K berperan dalam membentuk faktor II, VII, IX dan X yang fungsional.
Vitamin K merupakan koenzim terlaksananya proses karboksilasi untuk membentuk reseptor
fungsional sehingga dapat mengikat calsium.
Pada dasarnya tanpa vit. K, faktor pembekuan sudah terbentuk tetapi masih dalam bentuk
protein yang tidak aktif, bila belum mendapat gugusan COH (karboksilasi). Faktor
pembekuan membutuhkan reseptor (dalam hal ini karboksilasi) untuk dapat menangkap Ca
agar dapat menjadi aktif.

Protein (II, VII, IX & X)


Vitamin K  Karboksilasi
Faktor pembekuan fungsional
(faktor II, VII, IX)

282. Buat kisi – kisi neuroblastoma dan nefroblastoma

132
TUMOR WILMS NEUROBLASTOMA
Unilateral, tidak melewati garis Sering bilateral, sering lewat garis
Lokalisasi
tengah median
IVP : Plevis renalis Sering distorsi kalises Sering displacement ke bawah
IVP : Kalsifikasi Sering ada Jarang
Metastase utama Paru-paru Tulang
Anemia & penurunan BB Timbulnya lambat Sebagai gejala awal
Lab : LDH Meningkat Normal
Lab : VMA Normal Meningkat
Jar. Blastema metanefrik
Asal jaringan Primitive neural crest
primitive
283. Bagaimana Farmakologi dari Myleran®
Busulfan (1,4-Butanediol dimethanesulfonate ) Myleran® adalah agen alkilating

Bersifat terhidrolisis di dalam air, dapat larut dalam aseton dan sedikit larut dalam etanol.
Indikasi : - Pada kasus kelainan sitologi ( giant nuclei, cytomegali, dysplasia )
- Chronic Myelositic Leucemia

Sediaan : tablet 2 mg, injeksi 6 mg/mL


Dosis :
Myleran : 0,06 mg/kgBB/ hari dosis tunggal
Selanjutnya dosis disesuaikan jumlah lekosit :
- < 10.000/mm3  obat dihentikan, lekosit cepat menurun meskipun masih > 10.000/mm3 
dosis dikurangi
- > 10.000 – 20.000/ mm3  maintenan
- Bila setelah 4 minggu tidak ada penurunan lekosit dosis dinaikkan menjadi 0,08 mg/kgBB/hari

Efek samping :
- Disuria
- Demam
- Stomatitis
- Nyeri punggung
- Sakit kepala

284. Stadium retinoblastoma menurut Reese-Ellsworth, untuk retinoblastoma intraokular (klinis) :

Grup Deskripsi
I (a) Tumor solid kurang dari 4 dd (disc diameter), pada atau di belakang ekuator
(b) Tumor multiple tidak lebih dari 4 dd, semua berada atau di belakang ekuator
II (a) Tumor solid dengan diameter 4-10 dd, pada atau di belakang ekuator
(b) Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd, pada atau di belakang ekuator
III (a) Beberapa lesi di depan ekuator
(b) Tumor solid lebih besar dari 10 dd di belakang ekuator
IV (a) Tumor multiple, sebagian besar lebih besar dari 10 dd
(b) Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
V (a) Tumor massif mengenai lebih dari setengah retina
(b) Penyebaran ke vitreous.

133
Stadium retinoblastoma menurut pemeriksaan patologi :
Grup Deskripsi
I Intraorbita
(a) Tumor retina, tunggal atau multiple
(b) Ekstensi ke lamina cribrosa
(c) Ekstensi ke uvea
II Orbita
(a) Tumor orbita
1 Menyebar ke sel-sel episklera
2 Massa tumor (penonjolan tumor)
(b) Nervus optik
1 Menyerang sampai nervus distal
2 Menyerang sampai ke menings
III Metastasis intrakranial
(a) Positif hanya berdasarkan pemeriksaan CSF
(b) Lesi massa pada SSP
IV Metastasis hematogen
(a) Positif hanya berdasarkan pemeriksaan BMP
(b) Lesi pada tulang dengan atau tanpa positif pada BMP
(c) Menyerang organ-organ lain

285. Asal Neuroblastoma dari mana ? dipersarafi oleh ? bagaimana neuroblastoma dapat
menyebabkan hipertensi ?
Neuroblastoma adalah kanker pada sistem saraf yang berasal dari Krista neuralis. Kanker saraf
simpatis primitif ini dapat timbul di berbagai bagian tubuh. Bagian yang paling sering
mengalaminya adalah kelenjar anak ginjal (adrenal supra renal) Neuroblastoma bisa tumbuh di
berbagai bagian tubuh, dan berasal dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis ( bagian
dari sistem saraf yang mengatur fungsi tubuh involunter / diluar kehendak, dengan cara
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, mengerutkan pembuluh darah dan merangsang
hormon tertentu )

286. Deskripsikan hepar dari pasien Nurfianti


Ukuran : 7 cm, konsistensi kenyal, pinggir tajam, permukaan rata dan nyeri tekan (-)

287. Perbedaan Limfoma Non Hodgkin dan Limfoma Hodgkin

No Perbedaan Limfoma Maligna Non Hodgkin’s Limfoma Maligna Hodgkin


1 Berasal dari Sel limfosit B dan sel T Sel Histiosit
2 Usia < 15 tahun Anak besar atau dewasa
3 Onset Cepat Lambat
4 Gambaran klinik - Massa intraabdominal & - Pembesaran kel.limfe didaerah
mediastinum servikal & supra klavikular, tidak
- Gejala yang menonjol : disfagi, nyeri
sesak napas, pembengkakan - Gejala yang menonjol : demam,
daerah leher, tidak nyeri keringat malam hari, BB sulit naik
- Pembesaran kel. Limfe di daerah bahkan menurun

134
- Pembesaran kel.limfe juga di
leher, supraklavikuler/axiler inguinal, axilla, supra diafragma
(jarang)
5 Sumsum tulang (+) (+)
6 SSP Jarang Lebih sering
7 Liver Hepatomegali (-) Hepatomegali (+)
8 Tulang Jarang Lebih banyak
Tidak spesifik, bisa ditemukan
9 Laboratorium Dalam batas normal lekositosis, limfopenia,
eosinofilia,monositosis & anemia
Tergantung klasifikasinya untuk
Ditemukan sel Reed Sternberg yang
jenis yang Burkitt’s atau Non
spesifik, yang merupakan sel limfoid
Gambaran Burkitt’s gambaran selnya difuse
10 yang besar dgn banyak nukleus yang
Histopatologi undiferentiated, imunoblastik :
mengelilingi nuklei sehingga
histiositik difus atau sel limfoblastik
memberikan gambaran seperti halo
konvulted / berlekuk
11 Prognosis Jelek Lebih baik

288. Buat kisi-kisi histiositosis X


Hand Schuller Granuloma
Letterer-Siwe
Christian eosinofilik
Pada bayi,jarang > 2 Biasanya umur 20 –
Insiden Pada bayi & anak kecil
tahun 40 thn
Perlangsungan
Bersifat progresif Bersifat progresif Kronis
penyakit
Tulang kepala, Tulang kepala,
Kelainan tulang Tulang panjang
vertebra,kosta & pubis vertebra,kosta & pubis
Organomegali Hepatomegali Hepatosplenomegali Hepatomegali
Papula,peteki, Papula, peteki, dermatitis
Kelainan kulit Hanya papula
dermatitis seboroik seboroik
Prognosis Buruk Buruk Baik

289. Deffrensial Diagnosis Massa abdomen pada anak

Neonatus
o Hydronefrosis
o Renal Multidysplastik

135
o Neproma mesoblastik
o Trombosis vena renalis
o Penyakit ginjal Polikistik
o Wilm´s tumor
o Rhabdoid Tumor

Pelvik
o Kista ovari
o Hydrocolpos
o Hydrometocolpos
o Duplikasi Gastrointestinal

Infan dan anak


Retroperitoneal
o Neuroblastoma
o Wilm´s tumor
o Lymphoma
Liver
o Hepatoblastoma
o Embrional sarcoma
Gastrointestinal
o Duplication
o Divertikulum Meckel´s
o Fecall Mass
Pelvic
o Kista Ovari
o Teratoma
Yang lain
Kista Omental atau mesenterik

136

Anda mungkin juga menyukai