Penyakit keganasan pada anak usia di bawah 18 tahun terdapat 2%-4% dari seluruh
penyakit kanker pada manusia, meski pun angka pasti di Indonesia belum ada. Menurut
laporan luar negeri, kira-kira 10% kematian pada masa anak-anak disebabkan kanker. Kalau
angka dunia untuk penderita kanker anak terdapat 150 penderita per 1 juta anak.
Penyebab penyakit keganasan anak sampai saat ini, belum diketahui secara pasti,
namun demikian berdasarkan pengamatan dan penelitian penyakit keganasan pada anak
dikatakan dapat terjadi karena gabungan faktor genetik dan lingkungan. Tentang faktor
genetik, katanya, tidak berasal dari gen orangtuanya, tapi terjadi mutasi gen di dalam diri
anak itu sendiri. Kanker dapat disembuhkan, asal diketahui pada stadium dini. Tapi
kebanyakan pasien dibawa ke rumah sakit setelah stadium lanjut
Berbagai jenis penyakit keganasan yang banyak ditemukan pada anak adalah
leukemia (kanker darah), tumor otak, retinoblastoma (kanker retina mata), limfoma (kanker
kelenjer getah bening), neuroblastoma (termasuk golongan kanker saraf), tumor wilms
(kanker ginjal), rabdomiosarkoma (kanker jaringan otot), osteosarkoma (kanker tulang).
1. LEUKEMIA
Leukemia keganasan sel-sel darah putih. Leukemia terjadi jika proses pematangan
dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke
arah keganasan. sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-
sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dar i sel-sel yang menghasilkan
sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.
PENYEBAB:
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui , KEADAAN
meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
1. Virus.
2. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu
3. Kelainan genetik tertentu, misalnya sindrom down
Klasifikasi
Klasifikasi FAB (French-American British) didasarkan atas kelainan morfologi; untuk :
Pendekatan pengobatan
0
Perjalanan penyakit
Penentuan prognosis
A. Leukemia Akut
1. Leukemia Limfoblastik Akut (ALL)
L1 : sel kecil, sitoplasma kecil, homogen sering pada anak (>85%).
L2 : sel besar, sitoplasma lebih besar, heterogen dewasa
L3 : sel lebih besar, sitoplasma lebar-basofilik, homogen, vakuolisasi
Burkitt
B. Leukemia Kronik
1. Leukemia Limfositik Kronik (CLL)
2. Leukemia Mielositik Kronik (CML)
Klasifikasi lain :
A. Jumlah leukosit
1. Leukemia leukemik
2. Leukemia subleukemik
B. Cell surface markers imunologis
C. Sitokimiawi PAS, Peroksidase, Sudan Black :
Limfoblas
Mieloblas
Monoblas
D. Analisa Kromosom Philadelphia CML.
Insidens
1/100000
Frekuensi tiap jenis :
1. ALL : > 80%
2. ANLL : 10%
1
3. CML : 2%
4. CLL : tidak ditemukan pada anak.
LEUKEMIA AKUT
Dijumpai pada semua umur.
Dewasa mieloblastik ANLL
Anak ALL : umur terbanyak 2-5 tahun.
Petanda imunologis (surface maekers) ALL :
1. ALL non-T non-B
o Common ALL (antigen “aALL’) tersering pada anak, prognosis
paling baik
o Null ALL
2. Pre-B ALL
3. B-ALL
4. T-ALL
Gejala Klinik
1. Pendesakan sumsum tulang mengakibatkan kegagalan sumsum tulang
pansitopenia.
2. Infiltrasi ekstra medular.
2
3. Hepatomegali
4. Gejala infiltrasi SSP :
Saat didiagnosa : 70% telah terjadi infiltrasi SSP tanpa gejala.
Sering pada ALL sel T
Paling sering bentuk sindrom meningeal : tekanan intrakranial meningkat dan
gejala rangsang menings.
LCS : pleositosis sel blas leukemia
Sumber relaps ekstramedular.
5. Gonad; testis merupakan sumber relaps ekstramedular.
6. Ginjal
7. Traktus gastrointestinalis
Infiltrasi pada dinding usus.
Ulserasi, invaginasi.
8. Orbita.
Laboratorium
1. Darah tepi :
Anemia ; normositik normokrom
Trombositopenia
Leukosit : meninggi (>60%), rendah ( 20%) dan normal (15%)
Sel blas leukositosis
2. Sumsum tulang :
Hiperseluler dominasi sel blas (sel leukemia)
Pendesakan hemopoetik normal elemen normal turun.
Reaksi leukemoid
Reaksi leukosit dimana terjadi hiperleukositosis dengan sel muda :
Mieloid : infeksi piogen, perdarahan hebat, TBC, hemolisis.
Limfoid : pertusis, mononuklleosis infeksiosa, TBC
3
Terdapat 4 jenis utama leukemia, yang diberi nama berdasarkan kecepatan perkembangan
penyakit dan jenis sel darah putih yang terkena:
LLA merupakan leukemia yang paling sering terjadi pada anak-anak. merupakan
25% dari semua jenis kanker yang mengenai anak-anak di bawah umur 15 tahun. Paling
sering terjadi pada anak usia antara 3-5 tahun.
Sel-sel yang belum matang, yang dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit,
berubah menjadi ganas. Sel leukemik ini tertimbun di sumsum tulang, lalu enghancurkan dan
menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian
dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke hati, limpa, kelenjar getah bening, otak,
ginjal dan organ reproduksi; dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah
diri.
Sel kanker bisa mengiritasi selaput otak, menyebabkan meningitis dan bisa menyebabkan
anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya Sebagian besar kasus
tampaknya tidak memiliki penyebab yang pasti.
Radiasi, bahan racun (misalnya benzena) dan beberapa obat kemoterapi diduga berperan
dalam terjadinya leukemia. Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal
menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa:
- lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit)
- infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel darah putih
- perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
Pada beberapa penderita, infeksi yang berat merupakan pertanda awal dari leukemia;
sedangkan pada penderita lain gejalanya lebih ringan, berupa lemah, lelah dan tampak pucat.
Perdarahan yang terjadi biasanya berupa perdarahan hidung, perdarahan gusi, mudah memar
dan bercak-bercak keunguan di kulit.
4
Sel-sel leukemia dalam otak bisa menyebabkan sakit kepala, muntah dan gelisah; sedangkan
di dalam sumsum tulang menyebabkan nyeri tulang dan sendi. Pemeriksaan darah rutin
(misalnya hitung jenis darah komplit) bisa memberikan bukti bahwa seseorang menderita
leukemia.
Jumlah total sel darah putih bisa berkurang, normal ataupun bertambah; tetapi jumlah sel
darah merah dan trombosit hampir selalu berkurang.
Sel darah putih yang belum matang (sel blast) terlihat di dalam contoh darah yang diperiksa
dibawah mikroskop.
Biopsi sumsum tulang hampir selalu dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan
jenis leukemia.
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit
(salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah
bening.
Beberapa jenis leukemia limfositik kronik dikelompokkan berdasarkan jenis limfosit yang
terkena.
Leukemia sel B (leukemia limfosit B) merupakan jenis yang paling sering ditemukan, hampir
mencapai 3/4 kasus LLK.
Leukemia sel T (leukemia limfosit T) lebih jarang ditemukan.
Pengobatan
o Tujuan/prinsip pengobatan :
1. Remisi dan mempertahankan sampai terjadi penyembuhan.
2. Mengatasi gejala/akibat dari penyakit dan obat.
o Strategi :
1. Induksi remisi
2. Profilaksis SSP
3. Mempertahankan remisi:
a. Konsolidasi/Intensifikasi.
b. Maintenance & reinduksi
4. Cangkok sumsum tulang
5. Penghentian pengobatan
o Remisi
1. Remisi lengkap :
Gejala klinis menghilang
5
Semua elemen darah tepi normal dan tidak ada blas.
Blas dalam sumsum tulang < 5%
2. Remisi sebagian :
Klinis tampak sehat
2 dari 3 elemen darah tepi normal
Blas dalam sumsum tulang 6-10%
o Mengatasi gejala/akibat : suportif
Antibikroba infeksi.
Komponen darah anemia, trombositopenia, granulositopenia.
Perbaiki keadaan umum
Hemopoetik growth factor; G-CSF dan GM CSF
Prognosis
Tanpa pengobatan > 50% meninggal kurang dari 6 bulan.
Pengobatan adekuat : > 80% sembuh cALL
Prognosis kurang baik bila :
1. Umur : < 1 tahun dan > 10 tahun.
2. Leukosit : > 50000/mm3.
3. Kelamin : Laki-laki
4. Ada masa mediastinal
5. Ada leukemia SSP
6. Jenis leukemia : ALL sel T, sel B dan Pre-B
7. Ada kromosom Philadelphia.
Sebab kematian
1. Infeksi.
2. Perdarahan.
3. Atau keduanya
2. NEUROBLASTOMA
Neuroblastoma adalah kanker pada sistem saraf yang sering ditemukan pada masa
kanak-kanak. Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh.
kanker ini berasal dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem
saraf yang mengatur fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang hormon
tertentu). Neuroblastoma paling sering berasal dari jaringan kelenjar adrenal di perut.
Keganasan ini biasanya segera menyebar ke kelenjar getah bening, hati, tulang dan sumsum
tulang. Sekitar 75% kasus ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 5 tahun.
6
Neuroblastoma terjadi pada 1 diantara 100,000 orang dan agak lebih sering menyerang anak
laki-laki.
FAKTOR RESIKO
Umur Terjadi paling sering pada infant dan 50% dari semua keganasan didiagnosis
pada masa infant.
Jenis kelamin. Terjadi lebih sering pada pria dari pada perempuan.
Ras. Terjadi lebih sering pada anak berkulit putih dari pada kulit hitam.
Riwayat keluarga. Jika neuroblastoma terjadi pada sanak saudara, seorang anak
lebih beresiko terkena penyakit tersebut.
GEJALA KLINIK
Salah satu atau kombinasi gejala tersebut dapat menjadi tanda dari neuroblastoma:
Paralysis
Tekanan darah tinggi
Diare dehidrasi berat
Gerakan otot yang tidak terkoordinasi
Gerakan bola mata yang tidak terkontrol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Blood tests
Urine tests
CT (or CAT) Scan
MRI
Biopsi
7
HISTOLOGY & CYTOGENETICS
N-myc amplifikasi. N-myc adalah onkogen, gen yang daoat menyebabkan pertumbuhan
sel. Amplification artinya lebih dari 1 ditemukan dalam sel.
Hiperploidi. Hiperpolidi adalah sel ganas yang memiliki kromosom lebih dari kromosom
normal, 46 kromosom.
VMA/HVA ratio. HVA, homovanillic acid dan VMA, vanillylmandelic acid. Ratio
metabolit yang ditemukan dalam urin.
NSE. Neuron-specific enolase, petanda serum, enzyme spesifik terhadap saraf simpatik dari
derivate neuroblastoma.
Serum ferritin.
LDH. Lactate dehydrogenase (LDH) adalah grup of enzyme yang memiliki aktivitas
biologi
CD44 antigen. Antigen yang menunjukkan stadium perkembangan dari sel neuroblastoma.
PENANGANAN
o Operasi
o Terapi radiasi
o Kemoterapi (daunorubicin, cyclophosphamide, carboplatin, dan epotoside)
o Transplantasi sumsum tulang
o Immunotherapy, monoclonal antibody, dosis terapi I-131 mIBG, kadang-kadang
kombinasi dengan kemoterapi.
3. TUMOR WILMS
8
ginjal satunya, otak dan tulang. Hampir 5-10% anak dengan tumor wilm’s, kedua ginjalnya
terkena.
PENYEBAB
Tumor wilms jarang diturunkan dalam keluarga (< 2 % kasus). Paling sering
disebabkan oleh mutasi gen yang mempengaruhi pertumbuhan sel ginjal. Mutasi tersebut
umumnya timbul setelah lahir. Tapi pada beberapa kasus terjadi perubahan genetik setelah
lahir. Persentasi kecil dari pasien dengan tumor wilm’s memiliki salah satu dari 3 sindrom
genetik, termasuk ;
malformasi, and Retardasi mental. Hal ini disebabkan oleh inaktivasi tumor
suppressor gen, disebut WT1 pada kromosom #11. Tumor suppressor gen biasanya
perubahan gen, pertumbuhan sel tidak dapat dikontrol dan berkembang menjadi
tumor.
malformasi genitourinary dan tumor gonad (ovarium atau testis). Juga disebabkan
oleh hilangnya atau inaktivasi tumor suppressor gen, WT1 pada kromosom #11.
pertumbuhan sel. Ketika terjadi perubahan gen, pertumbuhan sel tidak dapat
lahir besar dan pembesaran hati, limpa dan lidah, gula darah rendah pada masa
(omphalocele), dan tumor hepar dan kelenjar adrenal. Disebabkan oleh aktivitas
berlebihan dari onkogen pada kromosom #11, IGF2. Onkogen kontrol pertumbuhan
GEJALA KLINIK
Gejala paling sering dari TUMOR WILMS sebagai berikut;
9
Massa tidak keras, dapat dilihat atau diraba di abdomen
pembesaran abdomen
vena terlihat distended atau membesar menyilang abdomen
darah di urine (hematuria)
nyeri abdomen akibat tekanan dari organ lain sekitar tumor
nafsu makan menurun, lemah dan lelah
demam
hipertensi
Jika dicurigai tumor, perlu diperhatikan jangan memberikan tekanan pada daerah tersebut,
karena jika tumor tersebut rupture, sel kanker dapat metastase ke jaringan tubuh lainnya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENANGANAN
operasi
biopsi tumor (jika tumor terlalu besar atau melibatkan struktur di sekitarnya, biopsy
dilakukan untuk menegakkan diagnosa dan stadium penyakit)
kemoterapi (membasmi sel tumor yang sisa atau mengobati metastase dan penyakti
rekuren)
radiasi (membasmi sel tumor yang sisa atau mengobati metastase dan penyakti
rekuren)
medikasi (kontrol nyeri, hipertensi, nausea, dan infeksi)
Monitor tekanan darah
Pengawasan lebih lanjut (menentukan respon terapi, mendeteksi penyakit berulang,
Evaluasi fungsi ginjal dan mengatasi efek samping pengobatan)
3. HEPATOBLASTOMA
10
Tumor hati dapat dibagi atas tumor primer dan tumor sekunder. Sedangkan tumor
primer bisa ganas atau jinak. Pada anak, tumor ganas hati kebanyakan tumor sekunder atau
metastase dari tempat lain (limfoma, leUkemia, neuroblastoma, tumor Wilm's,
rabdomiosarkoma, sarkoma Ewing)
Tumor ganas hati primer pada anak bisa berasal dari sel hati, saluran empedu, dan
mesodermal. Yang berasal dari sel hati adalah karsinoma hepatoseluler, fibrolamellar variant,
dan hepatoblastoma. Yang berasal dari saluran empedu adalah kolangiokarsinoma intra
hepatik dan ektra hepatik, karsinoma hepatoseluler campuran, karsinoma kistadenoma,
karsinoma kandung empedu, serta karsinoma ampulla vaterii. Sedang yang berasal dari
mesodermal adalah angiosarkoma, hemangio endotelioma epiteloid, dan sarkoma.
Tumor hati primer pada anak relatif jarang dijumpai, lebih kurang 0,5--2%
dibandingkan dengan semua keganasan lain pada anak (termasuk leukemia dan limfoma).
Tumor ganas hati primer merupakan tumor ganas kesepuluh tersering yang dijumpai. Di
Amerika Serikat, insiden tumor ganas hati primer 1,6/1.000.000 dari populasi anak per tahun.
Dari semua ini, yang paling sering dijumpai adalah hepatoblastoma (0,9 per 1.000.000
populasi/tahun) dan karsinoma hepatoseluler (0,7 per 1.000.000 populasi pertahun).
Seperti tumor abdomen lain (tumor Wilm's, neuroblastoma, dan lain-lain) penderita
dengan tumor hati sering datang dengan keluhan hanya pembengkakan di abdomen tanpa ada
gejala lain atau ditemukan pembesaran hati pada pemeriksaan kesehatan rutin. Pada anak
dengan dugaan tumor hati primer, harus dipikirkan proses jinak atau ganas. Pembesaran hati
disebabkan oleh proses non-neoplastik atau barangkali oleh adanya massa lain di abdomen
(tumor Wilm's atau neuroblastoma). Dari sejumlah tulisan yang dipublikasi, 57% tumor hati
pada anak adalah ganas.
Penegakan diagnosa yang dini pada penderita tumor sangat penting karena akan
mempengaruhi prognosa dan pengobatan serta hasilnya. Pengobatan dengan total eksisi
operasi merupakan satu-satunya pengobatan. Pada hepatoblastoma yang belum bermetastase,
operasi eksisi total dapat dilakukan terhadap 50% kasus di samping pemberian kemoterapi.
Sedangkan pada karsinoma hepatoseluler dapat dilakukan terhadap 33% di samping
pemberian kemoterapi.
11
DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosa tumor ganas hati pada anak dengan pembesaran hati
atau tanpa gejala, pemeriksaan ditujukan untuk mencari lesi fokal, petanda tumor, di samping
gejala klinis serta faktor predisposisinya.
FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa keadaan dapat disebut sebagai faktor predisposisi bagi terjadinya tumor
ganas hati. Pada karsinoma hepatoseluler, faktor predisposisi meliputi mycotoxin, sirosis hati,
hepatitis B dan C, tumor supressor genes, tirosinemia, galaktosemia, defisiensi alfa-1
antitrypsin, glycogen storage disease, cystinosis, Wilson disease, cystinuria, dan penyakit
Soto. Faktor predisposisi pada fibrolamellar meliputi serum tembaga. Sedangkan faktor
predisposisi pada hepatoblastoma meliputi penggunaan kontrasepsi oral, gonadotropin,
sindroma fetal alkohol, sindroma Beckwith-Wiedeman, Polyposis Coli, tumor Wilm's,
hemihypertrofi, divertikulum Meckel, kelainan ginjal, dan neonatal hepatitis. Pada
Hepatokolangio, karsinoma meliputi clonorchiasis, primary sclerosing cholangitis, penyakit
fibroseptik, steroid anabolik, dan throatrast. Karsinoma hepatoseluler campuran meliputi
faktor predisposisi karsinoma hepatoseluler dan kolangiokarsinoma. Faktor predisposisi pada
angiokarsinoma meliputi vinyl chlorida, arsenic, throatrast, steroid anabolik, dan
neurofibromatosis. Faktor predisposisi pada hemangio endotelioma epiteloid adalah
kontrasepsi oral. Pada sarkoma undifferentiated, faktor predisposisinya keracunan phenytoin
pada saat ibu hamil dan fibrosis kistik pada tumor ganas kandung empedu.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang sering dijumpai pada tumor ganas hati bervariasi. Pada karsinoma
hepatoseluler, gejalanya rasa nyeri pada kuadran kanan atas, pembesaran hati, rasa penuh
pada abdomen, kehilangan berat badan, demam, anoreksia, konstipasi, diare, dispnea,
jaundice, dan asites. Gejala klinis pada karsinoma fibrolamellar berupa massa di abdomen
dengan atau tanpa rasa nyeri; pada hepatoblastoma berupa pembesaran hati, anoreksia,
muntah, demam, nyeri, malaise, dan jaundice. Pada hepatokolangio karsinoma, gejala klinis
berupa pembesaran hati dengan atau tanpa rasa nyeri, asites, kelemahan, jaundice, dan
splenomegali; pada karsinoma hepatoseluler campuran berupa pembesaran di abdomen
dengan rasa nyeri dan gejala hepatoseluler lainnya. Gejala klinis pada karsinoma
kistadenoma adalah rasa penuh di abdomen, nyeri, dan kehilangan berat badan. Pada
angiosarkoma berupa demam, kaheksia, kehilangan berat badan, asites, dan hepatomegali.
Gejala pada epitheloid haemangioma-endothelioma yaitu nyeri, pembesaran hati, jaundice,
12
kehilangan berat badan, dan hipertensi portal. Sedangkan pada sarkoma undifferentiated
berupa demam, massa di abdomen, nyeri, hipoglikemia, dan jaundice. Terakhir, gejala pada
karsinoma kandung empedu yaitu teraba massa pada perut kanan atas, nyeri, muntah,
dispepsia, kolik, dan berat badan menurun.
LABORATORIUM
Dalam menegakkan diagnosa suatu tumor ganas hati, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang meliputi darah rutin, fungsi hati, dan sebagainya. Pada karsinoma
hepatoseluler, dapat dijumpai lekositosis, anemia, gangguan pembekuan darah, serum feritin
meningkat, dan peningkatan nilai serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) serta
serum glutamic-pyruvate transaminase (SGPT). Pada karsinoma fibrolamellar, dijumpai
anemia ringan, lekositosis, dan peningkatan nilai SGOT/SGPT. Pada hepatoblastoma terdapat
anemia ringan, lekositosis, peningkatan serum kolesterol, dan peningkatan nilai SGOT/SGPT
pada 15--30% kasus. Pada pemeriksaan laboratoriun hepatokolangiokarsinoma, didapati
lekositosis sedangkan nilai SGOT/SGPT normal. Pada karsinoma hepatoseluler campuran
dijumpai lekositosis, gangguan pembekuan darah, anemia, dan peningkatan SGOT/SGPT.
Pada karsinoma kistadenoma, pada pemeriksaan darah fungsi hati didapati normal. Pada
karsinoma kandung empedu dijumpai kenaikan kadar bilirubin direk /indirek dan serum
SGOT/SGPT serta serum kolesterol.
Petanda tumor yaitu zat yang kehadiran dan atau kenaikan kadarnya di dalam serum
ataupun cairan tubuh yang lain menandakan adanya tumor. Suatu petanda kanker yang baik
haruslah memenuhi beberapa syarat berikut (Gall dan kawan-kawan):
1. Dapat melacak adanya kanker atau tumor pada tahap dini pada suatu populasi yang
belum menunjukkan suatu gejala apapun juga.
2. Dapat membedakan suatu jenis kanker atau tumor dari suatu kanker atau tumor yang
lain dan juga dari penyakit yang bukan keganasan.
3. Dapat memberi prognosis dan memperingatkan akan adanya rekurensi.
13
2. Substansi yang lebih sederhana: steroid, hormon-hormon yang merupakan metabolit
asam amino tertentu, serta poliamin yang juga merupakan metabolit asam amino,
namun tidak bersifat hormonal.
Ada sekitar 50--60 jenis zat yang diajukan sebagai petanda tumor atau dihubungkan dengan
adanya satu atau beberapa jenis tumor. Pada karsinoma hepatoseluler, petanda tumor meliputi
alfa feto protein (AFP) yang meninggi, karsinoma embrionik antigen yang meninggi, serum
asam alfa glutamyl transferase dan serum vitamin B-12 binding protein, serta serum
neurotensin. Pada hepatoblastoma berupa peningkatan serum AFP. Pada hepatokolangio
karsinoma berupa peningkatan serum keratin dan pada karsinoma hepatoseluler campuran
berupa peningkatan serum keratin. Pada karsinoma kistadenoma, petandanya tidak jelas.
Sedang pada angiosarkoma adalah faktor VIII related antigen. Pada sarkoma
undifferentiated, dapat dijumpai serum vimentin dan alfa 1-antitrypsin pada alfa 1-
antithymotrypsin sebagai petanda tumor.
Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) secara klinik pada karsinoma hepatoseluler
pertama kali dilakukan Abelev. Pada hepatoblastoma dijumpai kenaikan 60--70% kadar AFP,
karsinoma hepatoseluler 50%, dan fibrolamellar 21%. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan Serum AFP untuk setiap penderita hepatomegali. Cara pemeriksaan
ELISA untuk serum AFP mempunyai kepekaan yang tinggi dan tidak kalah dengan RIA.
Pemeriksaan AFP hampir spesifik untuk karsinoma hepatoseluler. Namun, kadar AFP juga
dapat meninggi pada berbagai tumor lain seperti hepatoblastoma, dan dapat pula menjadi
petunjuk penilaian keganasan.
14
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pada kanker hati primer, akan tampak vaskularisasi yang meningkat, yaitu
peninggian densitas tumor. Sedangkan pada kanker hati, metastatik tampak
avaskuler, yaitu densitas tumor sama.
Skintigrafi hati sering dipakai untuk mendeteksi kelainan hati. Teknik ini
merupakan pemeriksaan hati yang sederhana, mudah, dan noninvasif. Visualisasi hati
melalui pemeriksaan ini bergantung pada proses fisiologis dimana sel-sel poligonal
(60%) yang mampu menangkap secara selektif dan mengeluarkan kembali
radiofarmaka ke dalam darah umumnya kelainan lokal. Baik yang jinak ataupun yang
ganas akan tampak sebagai suatu daerah kosong (Space Occupying Lesion = SOL)
karena kelainan tersebut tidak menyerap radiofarmaka dan disebut daerah dingin.
Untuk membedakan apakah penyebab SOL suatu proses jinak atau ganas maka skintigrafi
dapat dilanjutkan dengan 75 Se seleno metionin yang dapat diserap sel hati normal dan
karsinoma hepatocelluler.
15
6. Pemeriksaan Angiografi
7. Peritoneoskopi
9. Biopsi Hati
16
Kelainan histopatologi beberapa kelainan hati:
Karsinoma Hepatoseluler
Ditandai dengan sel-sel poligonal dalam ukuran yang bervariasi dengan inti yang
hiperkromatik dan terlihat sering mitosis. Tumor-tumor sering terlihat multisentris. Beberapa
mensekresi empedu serta menyerang cabang-cabang vena porta dan hepatik.
Hepatoblastoma
Ditandai dengan dilatasi saluran sinusoid, potongan melintang berwarna hijau, kuning atau
putih. Tumor menyebar ke jaringan penunjang dan kelenjar limfe, susunan saraf pusat,
tulang, dan jaringan lainnya. Secara mikroskopis, tumor ditandai dengan sel-sel epitel yang
menyerupai sel hati, tetapi kadang-kadang dijumpai epitel fetal, embrional, atau anaplastik.
Biasanya tergabung dalam bentuk cord, tetapi terkadang dalam bentuk tubuli atau tidak
menentu.
Fibrolamellar Variant
Ditandai dengan sel-sel dalam ukuran yang sangat besar, sitoplasma asidofilik yang sangat
dalam, dan inti yang menonjol dengan pembagian/pembatasan oleh pita-pita serta kolagen
lamelar.
Kolangio Karsinoma
Ditandai dengan perkembangan yang abnormal dari saluran empedu intra hepatik dan ekstra
hepatik. Tumor tetap keras dan berwarna putih, merupakan tumor kelenjar yang berasal dari
epitel saluran empedu. Sel-sel tumor mirip dengan epitel saluran empedu, terkadang
papilernya tertata.
Hepatoseluler-Kolangiokarsinoma Campuran
Kistadenokarsinoma
Ditandai dengan masa molekuler dengan batas proyeksi multipel polypoid oleh sel epitel
biliar dan memiliki stroma hyalin. Tumor multikistik dan mengandung warna empedu.
Secara histologis kista-kista dibatasi oleh sel-sel epitel maligna dengan papiler dan stroma
fibrous yang longgar.
17
Angiosarkoma (Hemangioma-endotelioma)
Ditandai dengan saluran-saluran dalam ukuran yang bervariasi dan dibatasi oleh endotelium
yang tegak lurus. Mungkin terdapat fokus dari sel-sel vaso formative, tetapi mitosis jarang.
Epiteloid haemangioma-endotelioma
Sarkoma Undifferentiated
Secara histologis mirip dengan sarkoma. Terdapat sel multisentris, proliferasi intravaskular
yang lokal, hepatosit yang melebar, berdarah, dan infark.
DIAGNOSIS BANDING
KOMPLIKASI
18
PENGOBATAN
PROGNOSIS
Pada umumnya, prognosis dari karsinoma hati adalah jelek. Prognosis tergantung
pada stadium tumor dan kecepatan pertumbuhannya. Tumor yang kecil (<3 cm) mempunyai
kemungkinan hidup 1 tahun 90% , untuk 2 tahun 55%, dan 3 tahun 12,8%. Tumor yang
infiltratif mempunyai prognosis yang lebih buruk bila dibandingkan dengan yang menyebar.
Terdapatnya kapsul yang intact merupakan pertanda yang baik. Kemungkinan hidup 5 tahun
untuk hepatoblastoma 35%, karsinoma hepatoseluler 31%, karsinoma fibrolamelar 32--62%,
dan hepatoblastoma 36%. Angiosarkoma sangat jelek karena hanya sensitif dengan
penyinaran. Yang paling jelek adalah kholangiokarsinoma karena tidak mempunyai respons
terhadap pengobatan sitostatika. Reseksi bedah yang komplit pada saat didiagnosa dan
tambahan dengan pengobatan kemoterapi mempunyai kemungkinan hidup lebih baik, tetapi
harapan hidup jelek jika setelah reseksi bedah masih terdapat sisa tumor meskipun kemudian
hari diberi tambahan dengan berbagai obat. Prognosis karsinoma hepatoseluler lebih buruk,
rata-rata hanya hidup 6 bulan.
5. LIMFOMA
Limfoma merupakan infiltrasi sel maligna dari sistim limfatik. Sistim limfatik terdiri
dari kelenjar limfe, yang terdapat di leher, lipat paha. Kelenjar tersebut dihubungkan satu
sama lain, juga ke limpa, timus, tonsil dan usus halus melalui pembuluh limfe. Pembuluh
limfe membawa cairan limfe yang mengandung limfosit. Sekali keganasan mengenai sistim
19
limfe, sering menyebar sebelum terdeteksi. Limfoma memberi gejala pembengkakan
kelenjar limfe, demam dan fatique
3. Large cell lymphoma heterogene sel B dan sel T, 20-25% dari kasus NHL
Hodgkin's Lymphoma
PENANGANAN
Penanganan semua tipe limfoma tergantung tipe, stadium dan gradasi penyakit.
STADIUM
II Kanker pada 2 sisi, atas atau bawah dari diafragma, tidak terlibat sumsum tulang
III Lokasi atas dan bawah diafragma, sumsum tulang tidak terlibat
IV Sumsum tulang terkena atau sel ganas telah menyebar dari sistim limfatik
GRADES
20
Lymphoma biasanya diobati dengan kombinasi kemoterapi, radiasi , operasi dan atau
transplantasi sumsum tulang.
6. RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma adalah keganasan yang disebabkan akibat pertumbuhan abnormla di
sel retina. Keganasan ini sangat jarang terjadi, dapat terjadi pada setiap umur, biasanya pada
anak, sebelum usia 5 tahun, dapat terjadi herediter atau tidak herediter. Retinoblastoma yang
terjadi pada hanya 1 mata, biasanya tidak herediter dan retinoblastoma yang ditemukan pada
kedua bola mata biasanya herediter. Bentuk herediter biasanya berkembang sebelum anak
mencapai usia 2 tahun, dimana bentuk herediter berkembang belakangan.
21
FAKTOR RESIKO
Heredity. Sekitar 40% dari semua kasus diturunkan akibat mutasi yang diturunkan
dari salah satu orang tua.
Ras dan jenis kelamin. Terjadi sama pada semua ras dan jenis kelamin
GEJALA KLINIK
Cat's eye reflex / leucocoria: Biasanya ketika bola mata disinari, pupil akan tampak
merah, tapi pada retinoblastoma pupil tampak putih
22
DIAGNOSA
Pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosa adalah pemeriksaan mata di bawah
anestesi pada keadaan pupil dilatasi maksimal dengan oftalmoskopi indirek dan penekanan
sclera oleh dokter mata. Aspirasi dan biopi sumsum tulang serta punksi lumbal untuk
pemeriksaan sitologi sangat dianjurkan apabila ada penyebaran ekstraokuler. Pemeriksaan
LDH serum atau cairan mata diperiksa untuk membedakan dengan lesi lain yang bisa
merangsang produksi LDH. Biopsi intraokuler untuk mengambil jaringan atau cairan untuk
pemeriksaan enzim merupakan kontraindikasi.
PENANGANAN
Jenis terapi :
Pembedahan (enukleasi)
External Beam radiotherapy (EBRT)
Radioterapi plaque
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan
resiko relaps. Kemoterapi intratekal dan penyinaran ke otak tidak dianjurkan.
7. RHABDOMYOSARCOMA
23
genitourinary tract -- 20%
extremities -- 15-20%
Botryoid type. Variasi dari tipe embryonal; the tumor timbul seperti lesi anggir di
mukosa seperti vagina dan kandung kemih.
Alveolar type. Tipe tumor agresif fan melibatkan otot dari ekstrmitas atau dada.
Pleomorphic type. Biasanya didapati pada orang dewasa dan timbul di otot
ekstremitas.
GEJALA
TERAPI
PROGNOSIS
8. TUMOR OTAK
KLASIFIKASI
24
Banyak klasifikasi tumor susunan saraf pusat, perpaduan dari semuanya telah
dirangkum dalam klasifikasi WHO. Modifikasi klasifikasi histogenesis dari Bailey dan
Cushing. Klasifikasi glioma ini merupakan dasar terbesar dari prinsip klasifikasi tumor
susunan saraf pusat serta mengurangi berbagai keruwetan dan keanckaragaman dari tumor
ini. Dasar dari modifikasi klasifikasi Bailey dan Cushing ini ialah persangkaan migrasi dan
difcrensiasi dari primitive lining cells dari embryonic neural canal menjadi meduloblas yang
bipotensial; dapat menjadi seri neuronal (neuroblas dan neuron) atau menjadi seri glial
melalui spongioblas akan menjadi astrosit atau oligodcndrosit. Sel-sel yang melapisi kanal
neural akan menjadi sel ependimal yang matang. Dari sel-sel tersebut di atas bila timbul
keganasan diberi nama-nama sebagai berikut : meduloblastoma, neuroblastoma,
ganglioneuroma (dari neuron matur), astrositoma, oligodendrogliomadan ependimoma.
Tumor-tumor yang berasal dari sel glia disebut glioma
Astrositoma, merupakan tumor susunan saraf pusat yang paling sering dijumpai.
Astrositoma dibagi menjadi empat tingkatan, semuanya bersifat invasif, tingkat (grade) 1
dan 2 banyak pada anak-anak, tingkat (grade) 3 dan 4, 90% pada orang tua. Ependimoma,
merupakan tumorglioma kedua terbanyak.
Gejala yang harus diwaspadai adalah sakit kepala yang disertai mual sampai
muntah yang menyemprot. Dapat pula disertai daya penglihatan menjadi berkurang,
penurunan kesadaran atau perubahan perilaku. Pada bayi biasanya ubun-ubun besarnya
menonjol. Hal ini yang perlu dicurigai ialah bila terdapat gangguan berbicara dan atau
keseimbangan, anggota gerak melemah ataupun kejang.
25
ANEMIA
BATAS HB TERENDAH
6 bulan – 6 tahun : 11,0 g/dl
> 6 bulan : 12,0 g/dl
GEJALA ANEMIA
Anemia merupakan manifestasi dari suatu penyakit, jadi anemia bukanlah diagnosis
akhir.
Gejalanya berupa : lesu, mudah lelah, dispnea, palpitasi, angina, sakit kepala, vertigo, dll
Tanda-tanda fisik : pucat, takikardia, tekanan nadi yang melebar, tanda-tanda kegagalan
jantung kongestif dan perdarahan
PEMBAGIAN ANEMIA
I. Berdasarkan Etiologi
Besarnya sel :
26
- Anemia normositik : MCV 76 - 963 (fl)
- Anemia mikrositik : MCV < 76 3 (fl)
- Anemia makrositik : MCV > 96 3 (fl)
Konsentrasi hemoglobin :
- Anemia normokrom : MCHC 32 - 38% / MCH 27 - 32 pg.
- Anemia hipokrom : MCHC < 32% / MCH < 27 pg.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang
diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Paling sering dijumpai di seluruh dunia pada ibu
hamil, bayi dan anak 6 bulan –2 tahun berhubung dengan cadangan besi tubuh.
27
DISTRIBUSI DAN METABOLISME BESI TUBUH
ABSORBSI BESI
1. Faktor intraluminal :
a. Jumlah dan jenis zat besi; heme dan non heme.
b. Makanan lain :
i. Menghambat : fosfat, fitat, telur dan teh.
ii. Meningkatkan : asam amino dan vit c.
2. Faktor ekstraluminar :
a. Besarnya simpanan besi
b. Aktivitas eritropoesis
ETIOLOGI
1. Suplai besi kurang.
a. Simpanan besi waktu lahir tidak cukup :
i. BBLR, premature, gemeli.
ii. Ibu menderita anemia defisiensi berat.
iii. Fetus kehilangan darah.
28
b. Masukan Fe kurang
c. Gangguan absorbsi Fe :
i. Diare kronik.
ii. Sindrom malabsorbsi.
iii. Kelainan saluran cerna.
2. Kebutuhan meningkat.
3. Kehilangan besi karena perdarahan :
a. Poliposis
b. Diverticulum Meckeli
c. Ankilostomiasis
d. Epistaksis berulang
e. Hemorrhoid
4. Kombinasi
PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang
berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan
menyebabkan cadangan besi terus berkurang.
Tahap pertama
Disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi
lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.
Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal
Tahap kedua
Dikenal dengan iron deficient erythropoietin atau iron limited erythropoiesis didapatkan
suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eriropoisis. Hasil pemeriksaan
laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun
sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan free erythrocyte porphyrin
(FEP) meningkat
Tahap ketiga
Disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju
eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari
gambaran darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif
MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala-gejala penyebab.
2. Gejala-gejala hematologik; seperti anemia pada umumnya.
29
3. Gejala-gejala non-hematologik :
a. Perubahan perilaku : anoreksi, mudah marah, cengeng.
b. Gangguan intelektual : prestasi menurun.
c. Pika
d. Mudah infeksi
e. Kelainan epitel
LABORATORIUM
- Hemoglobin berkurang.
- Hapusan darah tepi : anisositosis, poikilositosis, hipokromi, mikrositosis.
- MCV dan MCHC berkurang.
- Hematokrit rendah.
- Retikulosit rendah.
- Serum besi rendah.
- TIBC menurun.
- Saturasi transferin < 16%.
- Feritin serum < 12 g/liter
- FEP (free erythrocyte protoporphyrin) RBC meningkat.
PENGOBATAN
Dasar pengobatan :
1. Koreksi factor penyebab.
2. Preparat Fe.
3. Pantau respon pengobatan.
4. Obati komplikasi.
Prinsip pengobatan besi :
1. Dosis berdasarkan kadar elemen besi.
2. Diberikan peroral.
3. Lama pengobatan sampai 3-4 bulan Hb normal.
Sediaan besi : Dosis Fe : 3 mg elemen Fe/kgBB/hari oral.
Kandungan Fe :
1. Ferro–sulfat : 20% pilihan utama.
2. Ferro-fumarat : 33%
3. Ferro-suksinat : 22%
4. Ferro-glukonat : 12%
5. Ferro-laktat : 36%
Tindakan pada intoleransi :
30
1. Dimulai dosis rendah, lambat laut dinaikan.
2. Fe diberikan selama atau sesudah makan.
3. Bila 1 & 2 tidak menolong : stop Fe beberapa hari mulai dosis rendah.
4. Bila 3 tidak menolong ganti sediaan lain.
5. Bila 4 tidak menolong Fe parenteral.
Hasil pengobatan tidak memuaskan :
1. Pastikan obat diminum.
2. Selidiki perdarahan tersembunyi.
3. Selidiki factor yang mengganggu repon sumsum tulang : infeksi kronis & keganasan.
4. Selidiki gangguan absorbsi : diare kronik.
ANEMIA APLASTIK
DEFINISI
Berkurang atau tidak adanya jaringan hemopoetik sehingga aktifitas sumsum tulang
menurun yang mengakibatkan penurunan pembentukan sel-sel dewasa.
ETIOLOGI
Dasar kelainan : Gangguan/kerusakan :
1. Jumlah dan fungsi dari stem cell pluripotens menurun penurunan proliferasi dan
diferensiasi.
2. Microenviroment :
a. Kelainan mikrovaskuler.
b. Kelainan factor humoral.
c. Adanya bahan penghambat pertumbuhan sel
yang mengakibatkan sumsum tulang tidak mampu untuk pertumbuhan dan perkembangan
stem cell.
Faktor Penyebab :
I. Primer/idiopatik : 50%.
II. Sekunder :
i. Obat-obatan; tersering : sitostatik.
ii. Zat kimia.
iii. Radiasi.
iv. Infeksi.
v. Konstitusional/familial.
31
MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala klinik Panstiopenia.
- Anemia : lesu, lelah, pucat, dll.
- Granulositopenia : mudah infeksi.
- Trombositopenia : perdarahan.
2. Darah tepi :
- Anemia normositik normokrom
- Retikulosit rendah
- Sumsum tulang hiposeluler (relatif banyak sel limfoid dan retikulum) dan lebih
banyak jaringan lemak.
- Hb F dapat meningkat.
- Besi serum meningkat.
PENGOBATAN
Prinsip pengobatan :
1. Hilangkan penyebab.
2. Hindari trauma
3. Hindari infeksi
4. Stimulasi sumsum tulang (homopoesis) hormon androgen : testosteron &
oksimetolon.
5. Transfusi darah.
6. Transplantasi sumsum tulang.
7. Lain-lain : kortikosteroid, splenektomi dan imunosupresif.
ANEMIA HEMOLITIK
DEFINISI
Penghancuran sel darah merah lebih cepat darinormal sehingga umur sel darah merah
lebih pendek.
KLASIFIKASI
I. Pencetusnya.
A. Intrinsik
1. Kelainan membran sel :
a. Sferositosis
b. Ovalositosis
c. Eliptositosis
32
d. Acanthocytosis
2. Hemoglobinopati :
a. Hemoglobin patologis/abnormal.
b. Thalassemia.
3. Defisiensi enzym :
a. Defisiensi G6PD
b. Defisiensi Pyruvat kinase
c. Defisiensi Glutation reduktase.
B. Ekstrnsik
1. Anemia Hemolitik Imun :
a. Isoimun :
i. Reaksi transfusi darah
ii. Penyakit hemolitik bayi baru lahir.
b. Autoimun :
i. Idiopatik
ii. Sekunder :
1. Obat : PAS, Kina.
2. Kimia : insektisida.
3. Infeksi : virus, bakteri.
4. Penyakit kolagen : leukemia, limfoma.
5. Sindrom Uremi Hemolitik
2. Anemia Hemolitik Non-Imun :
c. Obat : vit. K, Sulfa dan pirimidon.
d. Kimia : benzena, naftalen.
e. Infeksi : virus, bakteri, parasit.
f. Toksin/racun
g. Combutio
h. Hipersplenisme.
II. Herediter & Didapat.
III. Lokasi penghancuran :
a. Intravaskuler di sirkulasi.
b. Ekstravakuler sistem RES; hati, lien dan sumsum tulang.
GEJALA-GEJALA
Berdasarkan 3 proses bukti hemolisis :
1. Kerusakan eritrosit :
a. Fragmentasi dan kontraksi sel darah merah.
33
b. Mikrosferosit
aktifitas RES meningkat splenomegali/hepatomegali.
2. Katabolisme Hb meningkat :
a. Hiperbilirubinemia.
b. Urobininogenuria/urobilinuria
c. Hemoglobinemia
d. Hemoglobinuria/methemoglobinuria
e. Hemosiderinuria
f. Haptoglobulin menurun.
3. Regenerasi/kompensasi eritropoesis meningkat.
a. Darah tepi :
i. Retikulositosis.
ii. Normoblastemia/eritroblastemia.
b. Sumsum tulang : hiperplasia eritroid rasio myeloid : eritroid
menurun/terbalik.
c. Eritropoesis ekstramedular splenomegali, hepatomegali.
THALASEMIA-β
THALASEMIA- β MAYOR
PATOFISIOLOGI
1. Anemia :
- Eritropoesis tidak efektif
- Hemolisis perifer.
2. Ekspansi sumsum tulang hebat aktivitas sumsum tulang 6-8 kali.
GAMBARAN KLINIS
1. Pucat
2. Ikterus
3. Gangguan pertumbuhan PEM
34
4. Splenomegali dan hepatomegali perut membesar.
5. Kelainan tulang-tulang :
- Penipisan korteks
- Facies Cooley
- Tulang tengkorak : Hair on end/hair brush apperance.
6. Hipertrofi jantung.
GAMBARAN DARAH
1. Hb rendah anemia berat
2. MCV dan MCHC
3. Retikulosit
4. Hapusan darah eritrosit :
- anisositosis dan poikilositosit.
- mikrositik, hipokrom
- fragmentasi, sel target, leptositosit
- normoblas
5. Resistensi osmotik
6. Besi serum
7. Saturasi transferin
8. Analisis Hb/elektroforesis Hb :
- Hb A sangat rendah
- Hb F tinggi (10-90%)
- Hb A2 : bervariasi.
PENGOBATAN
1. Transfusi darah
- menjamin pertumbuhan dan perkembangan
- mencegah ekspansi sumsum tulang
- hepatosplenomegali
- kardiomegali
- penimbunan besi
2. Kelasi besi : Desferoxamine (DFO).
3. Splenektomi
- Indikasi :
a. Limpa sangat membesar (> S IV)
membatasi gerak
tekanan intraabdominal
35
mudah ruptur
b. Interval transfusi makin pendek.
- Setelah umur 5 tahun
- Mengurangi pooling eritrosit dan volume darah.
- Mengurangi frekuensi transfusi
- Mencegah hipersplenisme
4. Transplantasi sumsum tulang
5. Mencegah/mengatasi infeksi
6. Pendukung ; Vitamin C, Kalsium, Asam folat dan Hydroxyurea.
PENCEGAHAN
THALASEMIA- β MINOR
- Bentuk heterozigot
- Asimtomatik
- Ditemukan pada family survey/pemeriksaan rutin
- Gambaran darah :
o Hb normal atau anemia ringan
o Hapusan darah eritrosit :
Mikrositik hipokrom, target cell, granula basofil
- Resistensi osmotic meninggi.
- Analisis Hb : Hb A2 > 3,5%
Hb F normal atau sedikit meningkat
- Feritin serum dan saturasi transferin normal
36
- Kelainan limfoproliferatif
- Kelainan autoimun ( Lupus eritromatosus sistemik )
- Infeksi mononucleosis
b. Cold reactive antibodies
1. Idiopatik ( Cold agglutinin diseases )
2. Sekunder :
- Atipikal atau pneumonia mikoplasma
- Infeksi mononucleosis
- Kelainan limfoproliferatif
c. Paroxysmal cold hemoglobinuria (PCH)
- Sifilis
- Pasca infeksi virus
d. Drug induce hemolytic anemia
- Hapten mediated
- Imun komplek (kinin)
- True autoimmune anti RBC type
Gambaran klinis Anemia hemolitik autoimun :
- Mudah lelah, malaise dan demam
- Ikterus dan perubahan warna urin
- Nyeri abdomen
- Hepatomegali
- Splenomegali
Laboratorium :
- Kadar Hb : 3 – 9 gr/dl
- Jumlah lekosit bervariasi
- Trombositopeni
- Kadar bilirubin II meningkat
- Hiperplasi Normoblas
- Apusan darah tepi : sferositosis, polikromasi, poikilositosis
Pemeriksaan lain :
Coombs test, Pemeriksaan Direct antiglobulin tes ( DAT ) positif yang menunjukkan adanya
antiodi permukaan / komplemen sel eritrosit. Terjadi reaksi aglutinasi sel eritrosit dengan
reagen antiglobulin yang dicampurkan, Adanya reaksi aglutinasi oleh anti IgG menunjukkan
permukaan sel eritrosit mengandung IgG.
Terapi :
1. Kortikosteroid dengan dosis 2 – 10 mg/kgBB/hari.
2. Gammaglobulin Intravena dengan dosis 2 g/kgBB.
37
3. Plasmafaresis / transfusi tukar
Patogenesis terjadinya HUS
Kolitis EHEC
Kerusakan endotel
Trombotik mikroangiopati
IL-1 : interlukein, TNF : Tumor necrosis factor, FvWB : Faktor von Willebrand, PAF : Faktor
yang mengaktifkan trombosit, ET : Endotelin, NO : Nitrit oksida, TXA : tromboksan, Pg12 :
prostasiklin.
HEMATOPOIESIS
DEFENISI
Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel darah di mana
terjadi pematangan “hematopoietic stem cell” menjadi sel-sel darah fungsional, bersifat
dinamis dan berlangsung terus menerus.
Sel hemopoietik yang paling primitif adalah sel induk hemopoietik pluripoten. Sel ini
menghasilkan dua jenis sel induk yang berbeda yaitu sel-sel induk mieloid multipoten dan
sel-sel induk limfoid. Sel-sel induk mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
jumlahnya dengan cara proliferasi selain kemampuannya untuk tumbuh matang menjadi sel-
sel jenis lain. Sel-sel induk limfoid menghasilkan sel-sel progenitor limfosit yang mana sel-
sel progenitor akan matang menjadi limfosit baik jenis T, B dan non-T, non-B. Sel-sel induk
38
multipoten mieloid berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel progenitor mieloid yang mana
sel-sel progenitor ini akan menjadi eritrosit, neutrofil, eosinofil, basofil dan sel mast, monosit
dan keping darah.
Jadi sistem hematopoietik mempunyai karakteristik berupa pergantian sel yang
konstan dengan konsekuensi untuk mempertahankan populasi leukosit, trombosit dan
eritrosit.
39
produksi satu atau lebih tipe sel darah, seperti eritroblastosis fetalis, anemia perniciosa,
talasemia, sickle sel anemia, sferositosis herediter dan leukemia.
Tabel tempat pembentukan sel darah
USIA TEMPAT HEMOPOIESIS
Janin 0 - 2 bulan Indung telur (yolk-sac)
2 – 7 bulan Hati, limpa
7 - 9 bulan Sum-sum tulang
40
tetap konstan pada keadaan seimbang dan normal. Akan tetapi sel prekursor sanggup
memberi respon terhadap berbagai rangsang dan pesan hormonal dengan meningkatnya
produksi satu atau lain garis sel bila kebutuhan meningkat.
FAKTOR REGULATOR
Regulasi hemopoiesis sagat kompleks dan banyak faktor pertumbuhan yang berfungsi
tumpang tindih serta banyak tempat untuk memproduksi faktor-faktor tersebut, termasuk
organ hemopoiesis. Proliferasi dan maturasi dari sel sel progenitor dipengaruhi oleh berbagai
faktor pertumbuhan hemopoietik yang disekresi oleh sel stroma (makrofag, sel-sel endotel
dan fibroblas). Hal ini meliputi Interleukin 3 (IL-3), faktor pemacu pertumbuhan koloni
granulosit makrofag (GM-CSF), faktor pemacu pertumbuhan granulosit (G-CSF) dan faktor
pemacu pertumbuhan koloni makrofag (M-CSF)
ERITROPOIESIS
Sel eritroid yang paling awal dapat dikenal dalam sumsum tulang adalah
pronormoblas, yang merupakan suatu sel yang besar dengan sedikit sitoplasma agranular
yang bersifat basofilik(disebabkan adanya berbagai ribosom) dan satu inti besar berisi
kromatin inti yang tersebar secara merata dan nukleoli.
Pronormoblas selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi normoblas basofil,
normoblas polikromatofil, normoblas asidofil, retikulosit sumsum, yang diikuti oleh
retikulosit darah. Retikulosit sumsum memasuki aliran darah dan beredar selama 1-2 hari
sebelum eritrosit menjadi matang. Satu sel pronormoblas akan menghasilkan 16 sel darah
merah matur.
Karena sangat besar jumlah sel darah merah baru yang diproduksi setiap hari,
sumsum memerlukan banyak prekursor untuk mensintesis sel baru dan jumlah besar
hemoglobin. Komponen dasar eritropoiesis tersebut adalah :
o Mineral : terutama besi. Juga mangan dan kobalt
o Vitamin : terutama vitamin B12 dan asam folat. Juga vitamin C, vitamin E, vitamin
B6, tiamin, riboflavin, dan asam pantotenat.
o Asam amino
o Hormon eritropoietin, androgen, tiroksin
Aktivitas eritropoietik diatur oleh hormon eritropoietin yang dihasilkan oleh
gabungan faktor ginjal dengan protein plasma. Rangsang untuk produksi eritropoietin adalah
tekanan O2 dalam jaringan ginjal. Bila terjadi anemia atau hemoglobin karena suatu sebab
tidak mampu memberi O2 secara normal, produksi eritropoietin meningkat dan merangsang
eritropoiesis dengan :
Meningkatkan jumlah sel stem yang diperlukan untuk eritropoiesis. Proporsi sel
eritroid dalam sumsum meningkat dan pada keadaan kronis, terdapat perluasan
41
jaringan eritroid sepanjang tulang panjang dan kadang-kadang ke dalam tempat-
tempat di luar medula. Pada bayi, ruang sumsum dapat meluas ke dalam tulang
kortek dan mengakibatkan deformitas tulang misalnya penonjolan os frontal dan
maksila.
Meningkatkan sintesis hemoglobin dalam prekursor sel darah merah
Mengurangi waktu pematangan prekursor sel darah merah
Melepaskan retikulosit sumsum ke dalam darah tepi pada stadium lebih dini dari
pada normal (shift reticulocyte).
Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkut oksigen ke jaringan dan
mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Untuk mencapai pertukaran gas
ini, sel darah merah mengandung protein khusus, haemoglobin. Setiap sel darah merah
mengandung 640 juta molekul hemoglobin dan setiap molekul hemoglobin dewasa normal
(Hb A) terdiri atas 4 rantai polipeptida α 2β2, masing-masing dengan gugus hem nya sendiri.
Berat molekul HbA adalah 68.000. Darah dewasa normal juga berisi Hb F α 2γ2 dan Hb A2
α2δ2. Pada embrio dan janin hemoglobin Gower 1,Gower 2, Portland, dan fetal. Gen untuk
rantai globin ini terdapat dalam 2 kelompok; kelompok β,δ, γ,ε pada kromosom 11 dan
kelompok α,ζ pada kelompok 16. Pergeseran utama dari hemoglobin janin ke dewasa terjadi
3-6 bulan setelah lahir. 65% hemoglobin disintesa dalam eritroblas dan 25% pada stadium
retikulosit.
GRANULOSITOPOIESIS
Leukosit dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu fagosit dan limfosit. Fagosit
terdiri dari granulosit dan monosit. Granulosit sendiri terdiri dari 3 jenis sel, yaitu : neutrofil
(polimorf), eosinofil dan basofil. Dalam perkembangannya, neutrofil dan makrofag berasal
dari sel progenitor yang sama yaitu CFU-GM (colony-forming units-granulocyte-
macrophage).
NEUTROFIL
Sel ini berdiameter 12-15 mm memiliki inti yang khas padat terdiri atas sitoplasma
pucat di antara 2 lobus dan 5 lobus dengan rangka yang tidak teratur dan banyak mengandung
granula.
Prekursor paling dini dari neutrofil adalah mieloblas, sel yang mempunyai kontur
yang halus dan tajam tidak bergerak, nukleusnya bundar atau oval, nucleoli 2-5, sitoplasma
basofilik, dan mengandung sedikit granula. Mieloblas dengan pembelahan sel menjadi
promielosit dengan kontur yang halus dan jelas, tidak bergerak, nucleus bundar atau oval,
kromatin makin tebal, nucleoli berangsur menghilang, sitoplasma abu-abu, granula merah
atau biru kehitaman. Sel ini menjadi mielosit yang memiliki granula spesifik, kromatin inti
lebih padat dan nukleoli tidak terlihat. Dengan pembelahan sel, mielosit menjadi
metamielosit dengan kontur ireguler, bergerak seperti amuba, nukleus bentuk tapal kuda,
42
nucleoli tidak ada, sitoplasma abu-abu dengan granula primer. Sel ini kemudian membelah
menjadi netrofil polimorfonuklear dengan kontur ireguler, bergerak sepert amuba , inti
berlobus, kromatin kasar, granula merah muda keunguan. Fungsi neutrofil yaitu kemotaksis,
fagositosis, membunuh dan mencerna.
EOSINOFIL
Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih
merah gelap dan jarang terdapat lebih dari 3 lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali
tetapi stadium sebelumnya tak dapat dibedakan dengan prekursor neutrofil.
Fungsi eosinofil yaitu sebagai sel killer mirip neutrofil dan berfungsi juga sebagai sel
imunomodulator yang melayani respons imun dan mencegah penyebaran.
BASOFIL
Basofil terlihat hanya kadang-kadang dalam darah tepi normal. Basofil memiliki
banyak granula sitoplasma yang menutupi inti dan mengandung heparin dan histamin. Dalam
jaringan ia menjadi sel mast. Berfungsi sebagai sumber utama mediator kimia yang berperan
dalam proses imunologi dan inflamasi.
LIMFOSITOPOIESIS
Sel induk limfoid di dalam sumsum tulang menghasilkan sel progenitor B di dalam
jaringan tersebut. Sel progenitor B ini akan mengalami pematangan menjadi sel B di dalam
lingkungan sumsum tulang tersebut dan sel ini kemudian akan beredar melalui aliran darah
menuju ke daerah sel B dari jaringan limfoid perifer.
Sel induk limfoid dan sel progenitor T primitif yang berasal dari sumsum akan
berpindah melalui aliran darah dari sumsum tulang ke jaringan timur dimana pematangan
(maturasi) menjadi sel T. Sel-sel T kemudian akan berpindah ke daerah sel T dari jaringan
limfoid perifer.
Sel pre B awal→ sel pre B → sel B imatur→ sel B matur.
Limfoblas timus (protimosit) → tahap I atau timosit awal → tahap II atau timosit biasa →
tahap III atau timosit metur → sel T matur.
MEGAKARIOSITOPOIESIS
Megakariosit jarang didapatkan pada darah perifer. Intinya biasa seperti jelly,
sitoplasma berwarna biru muda dengan massa granula yang lebih tua. Massa ini akan pecah
dan menjadi trombosit.
Selama proses megakariositopoiesis terjadi relikasi DNA tanpa terjadinya
pembelahan inti ataupun sel, hal ini mengakibatkan terbentuknya sel-sel dengan satu inti
yang sangat besar yang mengandung DNA. Keping dalam jumlah besar terbentuk dari
sitoplasma megakariosit yang matang; keping darah ini secara cepat dikeluarkan ke dalam
sinusoid-sinusoid sumsum. Sisa dari megakariosit kemudian akan difagositir oleh makrofag.
43
PENYAKIT PERDARAHAN
DEFINISI
PATOGENESIS
44
1. Pendekatan secara klinis
Keterangan Vaskuler Trombosit Pembekuan
LABORATORIUM
45
PEMERIKSAAN SARINGAN
1. Jumlah trombosit.
2. Waktu perdarahan.
3. Protrombine Time/PT
4. Activated Partial Tromboplastin Time/APTT
5. Retraksi bekuan
PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Aktifitas dan konsentrasi faktor pembekuan (factor assay)
2. Fungsi trombosit: agregasi, release reaction, dll.
GANGGUAN VASKULER
46
3. Penyakit trombosit herediter : trombosit tidak melekat satu sama lain untuk
membentuk suatu sumbatan
4. Hemofilia : tidak ada faktor pembekuan VII atau IX
KLINIS :
- Biasanya peteki kulit dan selaput lendir yang terjadi secara spontan.
- Uji tourniquet (+).
- Gejala penyakit primer.
GAMBARAN LABORATORIUM :
- Jumlah trombosit, waktu perdarahan, PT & APTT normal.
SINDROMA SCHŐNLEIN-HENOCH
Nama lain : Purpura alergik = Purpura anafilaktoid.
INSIDEN
- Umur 3-7 tahun
- Rasio laki-laki : perempuan 3:2
ETIOLOGI
Reaksi imunologis :
- Infeksi : Streptococcus beta hemolitikus, virus.
- Makanan : Susu, telur, tomat, ikan, dll.
- Obat-obatan : Eritromisin, sulfa, penisilin, dll.
- Gigitan insecta.
PATOGENESIS
Kompleks imun :
- Vaskulitis Permeabilitas meningkat.
- Radang perivaskuler.
GEJALA KLINIK
1. Gejala kulit.
- Urtikaria eritema, makulopapular, peteki dan ekimosis.
- Distribusi lesi simetrik, terbanyak di :
a. Ekstensor tungkai bawah.
b. Pinggang, gluteus.
c. Ekstensor lengan siku.
2. Gejala sendi
47
- Poliartralgia/poliartritis non-migrans
- Pembengkakan periartikuler
- Terutama di lutut dan pergelangan kaki
- Sembuh sempurna
3. Gejala perut :
Kolik disertai muntah, diare dan melena.
- Paling sakit dirasakan di umbilicus.
- Patogenesis : udema dan perdarahan dinding usus.
4. Gejala ginjal :
- Terjadi pada minggu ke 2-3.
- Proteinuria dan hematuria (mikro/makroskopis)
- Sering pada laki-laki.
- Bisa berakhir dengan payah ginjal.
PENGOBATAN
Self limiting disease, bersifat simptomatik :
- Kortikosteroid : pada gejala sendir dan udema dinding usus koloik dan invagiansi.
- Istirahat.
PROGNOSIS
- Baik bila tanpa komplikasi.
- Sembuh dalam 4 minggu.
- Sering residif.
- Komplikasi (jarang): invagiansi, perforasi usus, perdarahan otak dan gagal ginjal.
GANGGUAN TROMBOSIT
A. GANGGUAN KUANTITATIF
1. Trombositopenia : Perdarahan.
2. Trombositosis : Pembentukan thrombus.
TROMBOSITOPENIA
a. Depresi hanya megakariosit : obat, zat kimia, infeksi virus.
b. Bagian dari kegagalam sumsum tulang :
Anemia aplastik
Anemia megaloblastik
Leukemia
48
Mielosklerosis
Multipel mieloma
Sindroma mielodispalstik
Inflitrasi sumsum tulang; karsinoma, limfoma.
c. Destruksi trombosit meningkat :
Purpura trombositopenik autoimun : kronis, akut.
Purpura setelah tranfusi.
Trombositopenia imun sekunder (post infeksi, SLE, CLL dan
limfoma).
Trombositopenia imun karena obat.
DIC
DIC (disseminated intravascular coagulation) adalah
keadaan., dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh
aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil
dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahanIni diawali dengan pembekuan darah
yang berlebihan, yang biasanya dirangsang oleh suatu zat racun di
dalam darah. Perdarahan bisa menetap di daerah tempat penyuntikan
atau tusukan; perdarahan masif bisa terjadi di dalam otak, saluran
pencernaan, kulit. Otot dan rongga tubuh. Bekuan darah di dalam
pembuluh darah yang kecil bisa merusak ginjal (kadang sifatnya
menetap) sehingga tidak terbentuk air kemih.
Pemeriksaan darah menunjukkan:
- penurunan jumlah faktor pembekuan
- adanya bekuan-bekuan kecil yang tidak biasa
- sejumlah besar hasil pemecahan bekuan darah.
Penyebabnya dapat infeksi atau kanker.
Jika penyebabnya diatasi, maka gangguan pembekuan bisa
berkurang.
DIC bisa berakibat fatal, sehingga harus diatasi sesegera mungkin.
Diberikan transfusi trombosit dan faktor pembekuan untuk
menggantikan kekurangand an menghentikan perdarahan. Untuk
memperlambat pembekuan kadang diberikan hepar
Heparin
d. Distribusi trombosit abnormal ; splenomegali.
e. Kehilangan pengen ceran ; transfusi massif darah lama ke pasien perdarahan.
49
B. GANGGUAN KUALITATIF/TROMBOPATI/TROMBASTENIA
1. Gangguan adhesi
2. Gangguan agregasi Diphenydramin
3. Gangguan platelet release reaction Asam asetil salisilik.
IDIOPHATIC/IMMUNE TROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP)
Destruksi trombosit meningkat dimana umur trombosit menjadi lebih pendek karena reaksi
imunologis yang melibatkan antibody IgG terhadap trombosit dan komplemen C3.
KLASIFIKASI
ITP AKUT
- Umur : 2-8 tahun.
- 1-6 minggu sebelumnya mengalami infeksi virus : hepatits, mumps, mononukleosus
infectiosa, sitomegalovirus.
GEJALA KLINIS :
- Perdarahan : petekie dan ekimosis.
- Jarang perdarahan alat dalam.
- Uji tourniquet positif.
LABORATORIUM
- Trompositopenia.
- Hapus darah : bentuk trombosit abnormal, ukuran besar, terpisah-pisah.
- Retraksi bekuan berkurang.
- Waktu perdarahan memanjang.
- PT dan APTT normal.
PENGOBATAN
- Istirahat dan hindari trauma.
- Kasus ringan : tidak perlu pengobatan.
- Kasus berat : kortikosteroid, suspensi trombosit (kalau perlu)
PROGNOSIS
- 85-90% sembuh.
- 10-15% kronis.
ITP KRONIK
50
Umur > 10 tahun, perempuan lebih banyak terkena dibandingkan perempua.
PENGOBATAN
1. Kortikosteroid.
2. Imunosupresi bila 1 tidak berhasil.
3. Splenektomi bila 1 dan 2 tidak berhasil.
GANGGUAN PEMBEKUAN
Komponen pembekuan :
1. Sistem pembekuan darah.
2. sistem Pencegahan pembekuan.
3. Sistem Fibrinolitik.
51
- Sistem plasminogen-plasmin.
Proses pembekuan darah :
1. Pembentukan activator protrombin (protrombinase).
2. Perubahan protrombin trombin.
3. Perubahan fibrinogen fibrin.
XI XIa VII
IX IXa
VIII
APTT X Xa X PT
I Ca++ Ca++ E
N V K
T Protrombinase F.Tr.3 S
R T
I Protrombin Trombin R
N Ca++ I
S Fibrinogen Fibrin N
I XIII S
K Fibrin polimer I
K
Gangguan sistem/mekanisme pembekuan karena defisiensi satu atau lebih factor pembekuan.
1. Pembentukan berkurang :
52
- Genetik/congenital : Hemofilia.
- Defisiensi vit K II, VII, IX dan X, Protein C.
- Penyakit hati berat.
2. Pemakaian bertambah : DIC.
Sifat-sifat gangguan pembekuan :
1. Dengan trauma ringan sudah timbul perdarahan.
2. Perdarahan pada sendi dan jaringan dalam.
3. Perdarahan dari luka :
o tidak timbul segera.
o sering berulang
o berlangsung lama (>48jam)
o merembes (oozing)
LABORATORIUM
53
mengandung struktur rantai 2-methyl-1, 4-naphthoquinone dan memiliki aktivitas
hemostasis.
Ada 3 tipe vitamin K :
4. Vitamin K1 (phylloquinone) : sumbernya dari sayur berwarna hijau, merupakan
sumber vitamin K utama
5. Vitamin K2 (menaquinone) : dibuat oleh bakteri flora usus normal , kuning telur,
mentega, keju dan bahan-bahan fermentasi. Jumlahnya lebih sedikit dari vitamin K1.
6. Vitamin K3 (menadione) : bahan sintetik larut air, dan bila diberikan dapat
menimbulkan hemolisis
DEFISIENSI VITAMIN K
Dapat terjadi pada semua umur. Bayi mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk terjadinya HDN oleh karena kekurangan vitamin K yang lewat plasenta
(prematur), kadar yang rendah pada ASI dan kurangnya sintesis vitamin K oleh
koloni bakteri usus. Walaupun begitu, vitamin K dalam jumlah besar yang diberikan
pada ibu hamil dapat menyebabkan ikterus pada bayi baru lahir.
Pada orang dewasa, defisiensi vitamin K jarang terjadi, biasanya oleh karena intake
makanan yang tidak adekuat, sindrom malabsorbsi, penyakit hepar, nutrisi parenteral
yang lama atau kondisi yang menyebabkan kurangnya absorbsi dari makanan
misalnya obstruksi bilier, colitis ulcerative, enteritis regional, cystic fibrosis, reseksi
usus.
1. Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
2. Ikterus obastruktiv.
3. Sterilisasi usus oleh antibiotika
Mekanisme Kerja
Faktor-faktor pembekuan 2,7,9,10 nonfungsional disintesis dalam sel hati dan
disimpan dalam bentuk prekursor non fungsional karena belum dikarboksilase oleh vitamin
K. Molekul ini disebut PIVKA (Protein Induced by Vitamin K Absence).
Vitamin K merupakan co-enzym untuk vitamin K-dependent carboxylase yang
mengkatalisis karboksilase asam amino, asam glutamat yang menyebabkan perubahan
gamma-carboxyglutamic acid, yang akan merubah prekursor non fungsional menjadi faktor
koagulasi (faktor 2,7,9,10) yang fungsional dan akan mengikat Calsium.
Selain itu faktor pembekuan yang tergantung pada adanya vitamin K adalah protein
C, protein S, dan protein Z. Defisiensi vitamin K atau gangguan pada hati dapat
menyebabkan defisiensi faktor pembekuan dan perdarahan yang masif. Contohnya jika kadar
54
protrombin menurun 10-15% dari kadar normal, maka perdarahan akan muncul pada trauma
yang ringan. Jika kadar protrombin menurun sampai dibawah 10% menyebabkan perdarahan
spontan.
Gejala Klinis
Terapi
Intake makanan yang kaya akan vitamin K : sayuran berwarna hijau seperti bayam,
brokoli, kol,asparagus, kacang-kacangan, daging, cereal dan produk susu.
Dosis yang direkomendasikan pada saat lahir: Vitamin K diberikan secara injeksi
pada semua bayi baru lahir untuk mencegah HDN. The American Academy of Pediatric
merekomendasikan pemberian vit K 1 dosis tunggal 0,5-1 mg pada semua bayi. Dosis oral
umumnya tidak memberikan prevensi yang adekuat terutama bayi yang minum ASI.
Jika terjadi perdarahan dapat diberikan injeksi vitamin K 1 1-2 mg intramuskuler atau
subcutaneus dapat diulangi tiap 6 jam , dan bila perdarahan membahayakan jiwa dapat
ditambahkan fresh frozen plasma
INSIDENS
GEJALA KLINIS
LABORATORIUM
- PT dan APTT memanjang.
55
PENGOBATAN
- Injeksi vitamin K 1 mg/kali dapat diulangi tiap 6 jam.
- Tranfusi darah perdarahan masif dan sukar ditanggulangi.
ETIOLOGI
DIAGNOSIS
KLINIS
LABORATORIUM
PENGOBATAN
56
- Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya produksi protein von Willebrand oleh karena
disfungsi sintesa protein.
- Protein von Willebrand mengandung komponen adhesif-trombosit (factor von
Willebrand) dan juga protein ini berfungsi untuk membawa factor VIII dalam
plasma.
- Bersifat autosomal dominan, dapat timbul pada kedua jenis kelamin.
MANIFESTASI KLINIS
- Perdarahan gusi.
- Epistaksis.
- Perdarahan uterus, traktus gastrointestinal atau traktus urinarius.
LABORATORIUM
- Jumlah trombosit normal.
- PT normal.
- PTT mungkin normal tetapi biasanya memanjang ringan sampai sedang.
- Waktu perdarahan memanjang.
- Kadar VIIIR:AG (VIII-related antigen) rendah.
- Faktor VIII (VIII:C) rendah.
- Aktifitas VIII:VWF rendah.
PENGOBATAN
- Plasma beku segar.
- Konsentrat factor VIII.
- Kriosipitat (2-4 kantong kriosipitat/10 kg, yang dapat diulangi tiap 12-14 jam).
- DDAVP (desmopresin) 0,4g/kgBB/hari, dapat diulang dalam 48 jam.
HEMOFILIA
DEFENISI
Kelainan gangguan pembekuan darah akibat kekurangan salah satu faktor pembekuan.
Yang diturunkan secara X-linked resesif
JENIS HEMOFILIA
1. Hemofilia A (Hemofilia klasik) yaitu kekurangan faktor VIII, yang meliputi 80%
kasus
57
2. Hemofilia B (Penyakit Christmas) yaitu kekurangan faktor IX.
KRITERIA DIAGNOSTIK
Kriteria yang dapat membantu :
- kecenderungan terjadi perdarahan yang sukar berhenti setelah suatu tindakan,
atau timbulnya kebiruan atau hematoma setelah trauma ringan atau terjadinya
hemarthrosis
- adanya riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
- masa pembekuan memanjang
- PT normal, APTT memanjang
- Masa pembekuan tromboplastin abnormal.
DIAGNOSIS PASTI
Periksa kadar faktor VIII untuk hemofilia A dan kadar faktor IX untuk hemofilia B.
PENGOBATAN
Plasma beku segar
Transfusi Kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII.
58
Proses pembentukan dan perkembangan sel darah yang berlangsung secara dinamis dan
terus menerus.
b. Sel progenitor
Turunan dari stem cell ( dibentuk oleh stem cell), mempunyai kemampuan
berproliferasi tapi terbatas, dan berdiferensiasi lebih spesifik dapat unipoten maupun
multipoten.
c. Sel prekursor
Turunan dari sel progenitor yang mempunyai kemampuan proliferasi sangat terbatas
dan hanya berdiferensiasi menjadi sel matur
59
- Spherocytes - Sickled cells
- Siderocytes - Helmet cells
- Basophilic stippling - Teardrop cells
- Howel Jolly bodies - Reticulocytes
Haploid Diploid
Jumlah kromosom 22 kromosom + kromosom sex 46 kromosom
Sifat sel anak Tidak identik Identik
Berasal dari Sel gonad Sel somatik
21. Apa perbedaan dan persamaan dari maturation arrest dan inefectif eritropoiesis
Maturration arrest adalah dalam perkembangan suatu sel dimana terjadi pembentukan sel-sel
muda tapi tidak matang.
Inefectif eritopoiesis adalah Terjadinya pembentukan sel darah muda tetapi sebelum berkembang
menjadi dewasa sudah dihancurkan dalam sumsum tulang.
Perbedaannya : Pada inefectif eritropoiesis terjadi penghancuran sel darah, sedangkan
maturration arrret tidak terjadi pematangan sel darah.
Persamaannya : tidak ada pembentukan sel-sel dewasa
Stem sel
mieloblast
promielosit
60
metamielosit eosinofil metamielosit netrofil metamielosit basofil
27. Monosit berasal dari sumsum tulang, masuk ke dalam darah dan beredar selama kurang lebih 72
jam. Sel-sel ini kemudian masuk ke jaringan. Usia dalam jaringan diduga bertahan selama 3
bulan.
61
- proliferasi tapi terbatas
- diferensiasi lebih spesifik:
multipoten : lebih satu jalur diferensiasi
unipoten : hanya satu jalur diferensiasi
29. Stem sel, sel progenitor, sel prekursor berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan sel-sel
darah dalam tubuh manusia di bawah pengaruh faktor pertumbuhan hematopoietik. Bila terjadi
ketidakseimbangan salah satu komponen sel darah maka sel induk akan memproduksi komponen
sel darah tersebut agar keseimbangan sel darah dalam tubuh tetap terjaga.
Manfaat kliniknya antara lain:
a. Dapat dilihat pada pemberian kemoterapi dimana bekerja pada sel-sel induk (pada sel-sel
yamg masih aktif membelah) dan bukan pada sel-sel matur.
b. Stem sel sebagai resource yang tidak habis-habisnya, sementara sel progenitor dan sel
precursor merupakan penyedia langsung
c. Makin ke kiri maka makin peka terhadap pengaruh eksogen misalnya radiasi
d. Jika terjadi transformasi maligna makin ke kiri makin ganas, berat dan jenis/ragamnya.
e. Kerusakan pada stem sel, maka tidak ada lagi kesempatan bagi sel-sel darah untuk
berkembang.
f. Jika terjadi kekurangan sel-sel darah, progenitor dan prekursor yang berperan
32. Sel darah merah berinti (normoblas) ditemukan dalam darah jika eritropoiesis sedang terjadi di
luar sum-sum tulang ( eritropoiesis ekstrameduler) dan juga pada beberapa penyakit sum-sum
tulang.
62
Janin : 0-2 bulan ---yolk sac
2 –7 bulan ---- hati, limpa
5 – 9 bilan ---- sumsum tulang
Bayi : Sumsum tulang (praktis semua tulang)
Dewasa : Tulang belakang, iga, sternum, tengkorak, sacrum dan pelvis, ujung
proksimal femur.
35. Kepentingan klinis mengetahui baynyaknya zat besi dalam sel darah merah:
a. jika terjadi perdarahan massif maka akan terjadi kehilangan zat besi yang banyak
b. bila mana melakukan transfusi darah berarti kita juga menambah besi ke dalam darah
sehingga hati-hati pada transfusi berulang karena bisa mengakibatkan kelebihan besi
dalam tubuh.
36. Sitokin adalah merupakan pembawa pesan protein, bagaimana sel-sel system imun
berkomunikasi
satu dengan yang lain, dilepas atas rangsangan antigen atau sitokin yang lain. Reseptor yang
diekspresikan dan afinitasnya merupakan factor kunci dalam mengatur respon seluler. Jadi sitokin
berperan dalam aktivasi sel T, sel B, monosit, makrofag, induksi sitotoksisitas dan inflamasi.
37. Granulosit terdiri dari 3 jenis, yaitu : netrofil (polimorf), eosinofil dan basofil.
39. Monosit berasal dari sumsum tulang masuk ke dalam darah dan beredar selama kurang lebih 72
jam. Sel-sel ini kemudian masuk jaringan dan menjadi makrofag jaringan. Usia dalam jaringan
diduga bertahan selama 3 bulan.
Monosit : pada paru disebut makrofag alveolar paru, peradangan menahun (TBC) disebut sel
raksasa berinti banyak (Giant cell langerhans), di hati disebut sel kupffer, di otak disebut osteoklas
dan mikroglia.
40. Trombosit merupakan jasad kecil bergranula. Megakariosit yaitu sel raksasa di dalam sumsum
tulang, membentuk trombosit dengan cara mengeluarkan secuil sitoplasma di sirkulasi. Sekitar 60-
70% trombosit yang telah dilepas dari sumsum tulang berada dalam peredaran darah, sedangkan
sisanya sebagian besar terdapat dalam limpa.
Sel PMN : netrofil (batang & segmen), eosinofil dan basofil.
41. Fagositosis :
- Mononuklear : Monosit
- Polimorfonuklear
42. Retikulositosis :
- Anemia hemolitik
- Anemia defisiensi besi yang telah diterapi
- Anemia pasca perdarahan
63
44. Trombosit berasal dari sitoplasma megakariosit yang matang , kemudian pecah dan
mengeluarkan
keping-keping trombosit dalam jumlah yang banyak.
49. SIRS
Systemic inflamatory response syndrome (SIRS) didefinisikan sebagai proses inflamasi sistemik,
tergantung dari penyebabnya.
Dalam mendiagnosis SIRS harus terdapat 2 atau lebih gejala berikut :
1. Suhu rektal > 38◦C atau < 36◦C
2. Takikardi
3. Takipneu
4. Kelainan leukosit :
- Jumlah leukosit > 15.000/mm3 atau <4000/mm3
- 10% neutrofil imatur
- Granula toksik dan vakuolisasi pada neutrofil
64
Takikardi : denyut jantung lebih dari 2 SD diatas nilai mean sesuai umur (bayi : > 160/menit, anak
: > 150/menit)
Takipneu : frekuensi pernapasan > 2 SD diatas nilai mean sesuai umur (bayi : >
60/menit, anak : > 50/menit)
Sepsis, bila ada bukti/tanda adanya infeksi (klinis atau laboratorium) + SIRS
Sindroma sepsis, bila terjadi sepsis + gangguan perfusi organ
Gangguan perfusi organ (perfusi jaringan/organ tidak aekuat), yaitu :
1. Perubahan akut status mental : gelisah (irritability), soporous, koma
2. Kulit lembab, dingin sampai sianosis
3. Oligouri (< 1 ml/kgBB/jam)
4. Hipoksemia (PaO2 < 75 mmHg)
5. Peninggian asam laktat plasma (plasma darah vena > 20 mg/dl)
6. Capillary refill > 5 detik atau nadi bounding
50. Sel induk hemopoetik : stem cell pluripoten, sel progenitor, sel prekursor
o Stem cell pluripoten : merupakan induk dari semua sel darah.
Mempunyai kemampuan berdiferensiasi menjadi beberapa turunan,membelah diri dan
memperbaharui populasi stem cell sendiri dibawah pengaruh faktor pertumbuhan
hematopoitik. Stem cell berfungsi sebagai reservoar, bukan penyedia langsung. Kerusakan
pada stem cell menyebabkan tidak ada satupun sel darah yang terbentuk.
o Sel progenitor: turunan dari stem cell (dibentuk oleh stem cell), Mempunyai kemampuan
berproliferasi tetapi terbatas, dan berdiferensiasi lebih spesifik dapat unipoten maupun
multipoten
o Sel progenitor dan prekursor sebagai penyedia langsung bila terjadi kekurangan Salah satu
sell darah.
Usia trombosit dalam darah 7 – 10 hari .
o Trombosit berasal dari sitoplasma megakariosit yang matang, kemudian pecah dan
mengelyarkan keping-keping trombosit dalam jumlah yang banyak.
o Poling trombosit di sinusoid-sinusoid sum-sum tulang dan limpa.
o Pewarnaan retikulosit : - Brylliant cresyl blue
- New methylen blue.
51. Poling netrofil : sum-sum tulang dan jaringan.
52. Sel fagosit terdiri atas seri granulosit (netrofil, basofil dan eosinofil) dan monosit.
53. Monosit berada dalam peredaran darah selama 8 jam yang selanjutnya bermigrasi ke jaringan.
65
Vitamin : terutama vitamin B12 dan asam folat. Juga vitamin C, vitamin E, vitamin B 6,
tiamin, riboflavin, dan asam pantotenat.
Asam amino
Hormon eritropoietin, androgen, tiroksin
Sitokin
58. Hepar dan limpa tetap berfungsi sebagai hematopoiesis ekstramedular pada penyakit
yang menyebabkan gangguan produksi satu atau lebih tipe sel darah seperti
eritroblastosis fetalis, anemia pernisiosa, talasemia, sickel cell anemia, sferositosis
herediter.
66
RADANG Dalam semua
Sel epiteloid
Jaringan
Sel datia (Multi nuklear)
60. Pengambilan bone marrow puncture bergantung pada umur, hal ini disebabkan pada bayi sumsum
tulang terjadi pada semua sumsum tulang baik tulang panjang dan ceper sementara pada
anak/dewasa sumsum tulang terjadi pada tulang-tulang ceper misalnya costa, scapula, tengkorak,
crista iliaca superior.
3. Fungsi : kemotaktik sangat berperan dan 3. Fungsi : kemotaktik kurang berperan dan
fagositosis.bakteri & partikel kecil fagositosis bakteri, protozoa, bahan
( Microphage) partikulat (Macrophage)
62. Amegakariositik penyebabnya adalah hipoplasi megakariosit isolasi, penyakit sumsum tulang yang
menyeluruh seperti aplasia sumsum tulang, infiltrasi sumsum tulang oleh penyakit neoplastik
maupun non neoplastik.
63. Eritropoiesis ada 2 macam yaitu eritropoiesis intrameduller (pada sumsum tulang) dan
ekstrameduller (pada hati, lien).
67
65. Penyebab metabolik (bisa salah satu atau lebih yang terganggu)
1. Dihubungkan dengan asidosis dan ketosis
Hiperglikemia
Asidemia metilmalonik
Asidemia isovalerik
Asidemia propionik
2. Lainnya
Ibu yang menderita hipertiroid
66. Kompleks imun ialah kompleks dari molekul antigen dan molekul antibodi yang pada konsentrasi
rendah menstimulasi makrofag/ monosit.
69. Normoblastemia/eritroblastemia yaitu polikromasi ( sel – sel darah merah yang muda).
71. Hyperplasia sumsum tulang terlihat adanya perubahan tulang- tulang ( tengkorak dan panjang).
72. Dimana tempat cadangan Monosit dan nama monosit pada jaringan ;
68
Monosit dari sumsum tulang masuk ke dalam darah dan beredar selama kurang lebih 72 jam.Sel-
sel ini kemudian masuk jaringan dan menjadi makrofag jaringan. Usia dalam jaringan diduga
bertahan selama 3 bulan .
Monosit : pada paru disebut makrofag alveolar paru , peradangan menahun (TBC) disebut sel
raksasa berinti banyak (giant cell”Langerhans) , hati disebut sel kupfer, di otak disebut osteoklas
dan mikroglia, dendritus pad limpa
73. Trombosit berasal dari bagian mana megakaryosit, di mana tempat cadangan?
Trombosit merupakan keping sel,
Megakaryosit yaitu sel raksasa di dalam sumsum tulang, membentuk trombosit dengan cara
mengeluarkan secuil sitoplasma dalam sirkulasi. Sekitar 60-70% trombosit yang telah dilepas dari
sumsum tulang berada dalam peredaran darah, sedangkan sisanya sebagian besar terdapat
dalam limpa.
74. Dimana tempat penyimpanan netrofil dan prosesnya sampai ke tempat peradangan ?
Jawab :
a.Tempat penyimpanan : 1. Sumsum tulang
2. endotel pembuluh darah
3. Jaringan.
b. Prosesnya :
1. Diapedesis : Netrofil dari jaringan akan ditarik oleh selektin dan bergulir di permukaan
endotel selanjutnya akan berikatan dengan integrin, kemudian dai akan menyusup
diantara sel endotel, menembus dinding kapiler. Bergerak seperti cacing (locomotion).
2. Kemotaksis : Bila ada peradangan interaksi produk bakteri dengan faktor plasma dan
sel menghasilkan zat yang menarik netrofil ke daerah peradangan. Zat kemotaksik ini
C5a, leukotrien dan polipeptida sel limfosit, sel mast dan basofil.
3. Opsonisasi : Opsonin utama yang menyelubungi bakteri bakteri adalah IgG dan protein
komplemen. Bakteri yang telah diselubungi akan berikatan dengan reseptor pada
membran sel netrofil.
75. Apa yang dimaksud RDW dan pada penyakit apa yang RDW atau ?
Jawab RDW = Red blood distribution width = variasi besarnya eritrosit yang dilihat (untuk
menghitung koefisien variasi dari MCV)
69
77. Tabel klasifikasi anemia berdasarkan MCV dan RDW
MCV rendah MCV normal MCV tinggi
RDW Normal Mikrositik Normositik Makrositik
Thalasemia -Penyakit kronis - Anemia aplastik
heterosigot -Peny.hati kronis - Preleukemik
Peny.kronik -Hemoglobinopati
nonanemic
-Transfusi
-Kemoterapi
-Leukemia mielositik
kronik
- Perdarahan
- sferositosis herediter
RDW meningkat Mikrositik Normositik Makrositik
- Defisiensi Fe - Defisiensi Fe dan folat Defisiensi as.folat
- Thalasemia dini Defs.vit B12
- Hemoglobin H -Mixed defisiensi Anemia hemolitik
- Fragmentasi darah - Hemoglobinopati autoimun
merah - Mielofibsrosis
- anemia sideroblastik
80. Ada berapa jumlah sel darah yang harus diganti setiap hari
70
Untuk mempertahankan sel-sel darah dewasa setiap hari ada 1013 sel darah
83. Anisositosis dan poikilositosis terjadi akibat proses hemolisis sehingga eritrosit pecah
menjadi berbagai macam bentuk dan ukuran.
Proeritroblast
Besar sel ( 20-30 µm ), Nukleus large
spherical, Nukleoli prominent,
Sitoplasma basophilic
Basophilic Erythroblast
Besar sel : (15-20 micrometers),
nukleus bulat dan sama besar,
sitoplasma basophilic , Kromatin lebih
padat
71
Polychromatophilic Erythroblast
Besar sel ( 12-15 µm ), Sitoplasma with
diffuse basophilic (blue = ribosomes)
and acidophilic (pink = Hb)
staining,Nukleus spherical and
proportionately smaller with chromatin
more condensed.
Reticulocyte
Besar sel ( 8-10 µm ), no nucleus ,
more acidophilic cytoplasm but still
some basophilia due to ribosomes.
Eritrosit
Besar sel ( 10-12 µm ) sitoplasma
asidofilik
Normoblas biasa meningkat pada penghancuran eritrosit yang berlebihan, anemia defisiensi Fe
yang telah diterapi, perdarahan yang masif dan akut, pada leukemia ANLL M6.
72
Anemia defisiensi
86. Bagaimana pemberian desferal yang ideal ? kenapa dilakukan dengan cara itu ?
Pemberian infus desferal subkutan selama 8 jam menggunakan syringe pump karena diharapkan
desferal akan secara perlahan-lahan dilepaskan kedalam tubuh dengan demikian akan lebih
banyak Fe bebas yang akan terikat.
73
Diberikan peroral
Lama pengobatan 3 – 4 bulan setelah Hb normal.
96. Secara teori apa yang perlu diperiksa pada pasien Anemia defisiensi Fe
- Hemoglobin - Serum besi
- Hapusan darah tepi - TIBC
- MCV & MCHC - Saturasi transferin
- Hematokrit - Feritin serum
- Retikulosit
74
- Sindroma malabsorpsi
- Kelainan saluran cerna
b. Kebutuhan meningkat
- Pertumbuhan pesat
c. Kehilangan besi karena perdarahan
- Poliposis
- Diverticulum Meckel
- Ankilostomiasis
- Epistaksis berulang
- Hemorrhoid
98. Bila terjadi kekurangan zat besi apa yang terlebih dahulu digunakan
Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium
yaitu :
101.Apa kepentingan klinis kita mengetahui banyak zat besi dalam sel darah merah
1. Jika terjadi perdarahan yang masif maka akan terjadi kehilangan zat besi yang banyak.
2. Bila mana kita melakukan transfusi kita juga menambah Fe dalam darah, sehingga hati-hati
pada transfusi berulang bisa mengakibatkan kelebihan Fe dalam tubuh.
75
3. Thallasemia
4. Intoksikasi timah hitam
5. Infeksi kronik
103.Kenapa pada anak yang ibunya menderita anemia defisiensi Fe tapi anak tersebut tidak menderita
anemia defisiensi
Karena kadar Fe pada anak tidak semata-mata tergantung pada ibu, anak dapat menderita
anemia defisiensi Fe pada ibunya yang menderita anemia defisiensi berat.
76
1. besi fungsional/esensial (%)
- hemoglobin 65
- besi pada transferin 0,1
- mioglobin 3,5
- enzim dll 0,2
2. Besi nonfungsional (simpanan) 30
- ferritin (60 –65%)
- hemosiderin (30 –35%) → hati, lien dan sumsum tulang
114. Pemberian therapeutical trial pada pasien dengan PEM setelah 2 minggu terapi gizi karena
diharapkan setelah terapi gizi, protein dapat ditemukan dalam tubuh yang digunakan untuk
mengangkut Fe. Selain itu karena adanya gangguan absorbsi besi sehingga bisa menyebabkan
pertumbuhan kuman yang berlebihan
115. Solubel transferin reseptor adalah vesikel kecil yang mengandung reseptor transferin yang berada
dalam retikulosit selama maturasi menjadi eritrosit.. Kadar solubel transferin reseptor
menggambarkan aktivitas eritropoiesis di mana kadar STR yang meningkat didapatkan pada
eritropoiesis inefektif dan anemia defisiensi, sedangkan kadar STR menurun ditemukan pada
keadaan anemia aplastik.
117.Pada anemia aplastik besi lama tertinggal dalam plasma dan tidak dapat
dimanfaatkan untuk pembentukan eritrosit karena aktovitas eritropoiesis menurun sehingga
penggunaan besi berkurang menyebabkan penimbunan besi
118. Kadar Fe serum : 100 – 120 ug besi , sedangkan transferin 300 – 360 ug.
. Bagaimana bentuk besi yang kita makan
Besi dalam makanan terbanyak dalam bentuk senyawa besi non heme berupa kompleks senyawa
besi inorganik (Feri / Fe 3+) yang oleh pengaruh asam lambung, vitamin C dan asam amino
77
mengalami reduksi menjadi bentuk Fero (Fe 2+). Bentuk fero ini kemudian diabsorbsi oleh sel
mukosa usus dan di dalam sel usus, bentuk fero ini mengalami oksidasi menjadi bentuk feri yang
selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Selanjutnya besi feritin dilepaskan ke
dalam peredaran darah setelah melalui reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero
direoksiodasi kembali menjadi bentuk feri yang kemudian berikatan dengan 1 globulin membentuk
transferin.
119. Apoferitin adalah: protein yang terdapat dalam mukosa usus yang berfungsi dalam proses
absorbsi besi. Zat besi setelah terikat oleh apoferitin akan menjadi feritin, jika sel mukosa usus
telah jenuh feritin maka zat besi tidak dapat diserap lagi oleh mukosa usus. Apoferitin juga
berperan dalam transport besi pada tingkat seluler.
o Pada penyakit jantung rematik dapat menyebabkan anemia karena adanya proses kronik
sehingga terjadi:
a. Gangguan hemostasis Fe
Adanya hambatan penyaluran besi dari simpanan di retikuloendotelial system ke
sel-sel darah merah yang sedang dibentuk
Fe digunakan sebagai makanan bagi kuman sehingga terjadi kompetisi dengan
eritrosit, akibatnya kadar Fe pada eritrosit menurun
Pada infeksi kronik terjadi pelepasan sitokin seperti IL 1 dan IL6 yang
mengaktivasi sintesis ferritin sehingga Fe fungsional diubah menjadi Fe non
fungsional
Penghambatan pelepasan Fe dari makrofag dan organ RES
b. Penghambatan proses eritropoiesis
c. Produksi eritropoietin yang tidak mencukupi seperti pada infeksi kronik oleh gagal
ginjal dan respon eritropoiesis terganggu
d. Penurunan survival dari eritrosit.
o Penderita anemia defisiensi besi yang telah diterapi mengalami retikulositosis karena dengan
pemberian preparat besi dengan sendirinya bahan untuk pemebentukan hem menjadi ada,
sehingga akan merangsang aktivitas system eritropoietik.
123. Elemen besi yang paling mudah diserap adalah bentuk heme (sekitar 10% berasal dari makanan)
besinya dapat langsung diserap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam
lambung ataupun zat makanan yang di konsumsi.
78
124. Selain PEM pada infeksi juga kadar besi bisa menjadi rendah sedang saturasi bisa normal,
karena kemampuan transferin menurun karena infeksi menghambat pelepasan transferin.
127. Anemia sideroblastik merupakan kelompok anemia yang heterogen, yang gambaran
hematologiknya sangat mirip dengan thalasemia dan anemia terjadi karena globin tidak
terbentuk sehingga diseritropoetik, dengan karakteristik adanya sideroblast bercincin di sumsum
tulang akibat dari penumpukan besi di mithokondria.
128. Jika pada pemeriksaan status besi didapatkan kadar Fe serum menurun dan
TIBC meningkat.
Pemeriksaan Fe serum untuk menentukan jumlah besi yang terikat pada transferin, sedangkan
TIBC untuk mengetahui jumlah transferin yang berada dalam sirkulasi darah. Perbandingan antara
Fe serum dan TIBC (Saturasi Transferin) diperoleh dengan cara menghitung Fe serum/TIBC x
100%. Jika saturasi transferin <16% menunjukkan suplai besi yang tidak adekuat untuk
mendukung eritropoeisis. Diagnosis anemia defisiensi besi dapat ditegakkan jika saturasi
transferin <16%
130. Bahaya dari besi bebas ialah memudahkan overgrowth kuman karena besi digunakan untuk
pertumbuhan kuman sehingga dapat menyebabkan sepsis. Bahaya besi dalam jaringan ialah
menyebabkan kerusakan pada jantung, hati, organ-organ endokrin, dan jaringan-jaringan lainnya.
Manifestasi klinis dapat berupa pigmentasi kulit seperti tembaga, disfungsi jantung, dan sirosis.
131. Umur kehamilan 10 minggu maka sumsung tulang sudah aktif membentuk sel- sel darah, dan
menjadi optimal sesudah kehamilan 16 minggu.
79
136. Fungsi Besi ?
Jawab : 1 .Ada dalam heme untuk membentuk hemoglobin transport O2 ke jaringan.
2. Enzim katalase, sitokrom pada transport ion hidrogen, dan xantine oksidase
mengandung besi
3. Besi diperlukan sebagai ko-faktor enzim yang lain.
138. Kenapa pada bayi prematur beresiko tinggi untuk defisiensi besi ?
Jawab : oleh karena cadangan besinya kurang hanya sampai 4 bulan
140. Reseptor transferin ialah protein transmembran dengan 2 komponen identik yang masing masing
dapat mengikat 2 molekul transferin, reseptor ini diekspresikan di permukaan sel yang
memerlukan besi dan bertindak sebagai molekul pengangkut besi.
Hal ini bisa dijadikan parameter mengukur kegiatan erythropoiesis.
141. FEP (Free Erytrhrocyte Protoporphyrin) yaitu suatu porfirin bebas yang digunakan sebagai
parameter untuk mengetahui kecukupan penyediaan besi ke eritroid sum sum tulang. Pada
pembentukan eritrosit akan dibentuk cincin porfirin sebelum besi terikat untuk membentuk heme.
Bila penyediaan besi tidak adekuat menyebabkan terjadinya penumpukan porfirin didalam sel.
Nilai FEP > 100 µg/dl eritrosit menunjukkan adanya Anemia defisiensi Besi.
80
disebabkan oleh adanya pelepasan IL-1 dan IL-6 pada proses inflamasi. Sedangkan pada
anemia defisiensi disebabkan oleh kurangnya intake sehingga baik kadar besi serum dan ferritin
serumnya rendah.
Defisiensi Fe Sideroblastik
Radang kronik = =
Keganasan
Timah Hitam
Hem + Globin
═ Thalasemia
Hemoglobin
Penyebab anemia mikrositik hipokrom adalah kekurangan besi (defisiensi besi) atau
kurangnya pelepasan besi dari makrofage ke serum (an. Radang kronik atau keganasan), kegagalan
sintesis protoporfirin (an. Sideroblastik) atau timbal juga menghambat sintesis hem dan globin.
Demikian juga sintesis globin (thalasemia) dapat mempengaruhi pembentukan hemoglobin.
Anemia Sideroblastik
Anemia refrakter dengan sel hipokrom dalam darah tepi dan besi sum sum tulang yang
meningkat, anemia ini dipastikan dengan adanya banyak cincin sideroblast yang patologis dalam sum
sum tulang yang disebabkan adanya defek dalam sintesis heme.
Pb (timbal,timah hitam)
Timbal menghambat sintesis heme dan globin pada sejumlah titik, selain itu, timbal
mengganggu pemecahan RNA dengan cara menghambat enzim pirimidin 5' nukleotidase yang
menyebabkan akumulasi RNA terdenaturasi dalam eritrosit. Pada sum sum tulang dapat menunjukkan
adanya cincin sideroblast, terdapatnya peningkatan kadar protoporfirin eritrosit bebas .
81
Penyakit keganasan darah
L1 L2 L3
Sel limfoblas lebih
Sel limfoblas Sel limfoblas kecil serupa Sel limfoblas besar
besar
Bentuk kromatin Kromatin homogen Kromatin lebih kasar Kromatin berbercak
Intinya Anak intinya tak tampak Anak inti satu / lebih Anak inti banyak
Sitoplasma sangat
Sitoplasma Sitoplasma sempit Sitoplasma lebih besar besar berbentuk
basofilik & vakuolisasi
b. Microenvironment : dimana stem cell baik tetapi lingkungan yang tidak kondusif
Kelainan microenvironmet memegang peranan terjadinya anemia aplastik. Akibat radiasi,
pemakaian kemoterapi yang lama atau dosis tinggi, dapat menyebabkan microarchitecture
mengalami sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel.
82
Fase induksi : mencapai remisi sesegera mungkin dan restorasi elemen-elemen darah yang
normal. ( vincristin, kortikosteroid, daunocin, leunase )
Fase konsolidasi : memperkuat remisi yang terjadi tidak semua sel dapat dihancurkan pada
fase induksi karena ada sel yang belum mengalami pembelahan sel. ( Mtx it, HD Mtx dg
lecovorin )
Fase reinduksi : mencegah relaps dan membunuh sel-sel leukemia yang tersisa. ( Mtx it,
vincristin, kortikosteroid )
Fase lanjutan / maintenance : mencegah pertumbuhan sel-sel leukemia baru.
( Mtx po, purinetol )
83
Mempertahankan kadar Hb 8 – 9,5 gr/dl dapat menjamin tumbuh kembang anak dengan baik,
meminimalkan terjadinya kardiomegali, dapat mengurangi aktivitas eritropoeisis ekstramedular
oleh hepar dan lien ), mencegah deformitas tulang
Bila kadar Hb > 9,5 gr/dl dapat terjadi kelebihan besi dan penimbunan besi.
13. Mengapa terjadi reaksi hemolisis pada ibu dengan rhesus (+) dan anak dengan rhesus (–)
Pernyataan ini salah seharusnya reaksi hemolisis terjadi bila Ibu dangan rhesus (–) dan anak
dengan rhesus (+). Pada saat kelahiran, pada saat plasenta terpisah, sel darah merah fetus
masuk ke dalam sirkulasi maternal. Resiko imunisasi Rh (D) tergantung pada dosis maternal dari
sel darah fetus dan kemampuan ibu untuk mersepons terhadap stimuli antigen. Sekitar 30%
individu tidak responsif terhadap reaksi ini. Antibodi anti rhesus merupakan penyebab utama
penyakit hemolisis pada bayi baru lahir. Secara klinis Rh-positif (Rh+) berarti adanya D (Rho),
sedangkan Rh-negatif berarti tidak adanya D (Rho). D adalah imunogen utama pada antigen-
antigen Rh.
- Cara Ivy :
a. Pasang manset pada lengan atas dan tahan pada tekanan 40 mmHg.
b. Kemudian sterilkan lengan pada daerah volar dengan kapas alkohol.
84
c. Tusuk lengan dengan lancet sedalam + 3 mm, bila darah telah mengalir lakukan
penghisapan dengan menempelkan kertas saring tanpa menyentuh kulit.
d. Tempelkan setiap 15” sampai darah berhenti mengalir. Hitung jumlah resapan pada
kertas saring.
e. Nilai normal adalah 1 – 7 menit.
16. Leukemia Mielositik kronik (CML) terdiri dari 2 type yaitu : tipe adult dan
juvenile, perbedaannya yaitu:
85
Cara kerja : G-CSF ialah faktor pertumbuhan alamiah yang diproduksi oleh sel-sel
stroma, fibroblas, monosit dan sel-sel endotel sumsum tulang. Zat ini
merangsang proliferasi, diferensiasi dan aktivasi sel-sel progenitor seri
granulosit.
Indikasi : Neutropenia karena kemoterapi, untuk melindungi pasien terhadap infeksi
dan pada transplantasi sumsum tulang.
Kontraindikasi : Gangguan ginjal dan hati yang berat.
Cara pemberian : Injeksi subkutan. Dapat diberikan IV
Dosis : 5 µg/kg/hari 24 jam setelah kemoterapi, selama 10 – 14 hari.
Kemasan : 300 µg/ml.
Efek samping : Muskulosklelet : nyeri tulang
18. Pada penderita hemofilia apa yang ditanyakan riwayat dari pihak ibunya, kenapa ditanyakan.
Ditanyakan pada ibu penderita apakah saudara kandung laki-laki, ada riwayat penyakit yang
sama.
Karena pada Hemofilia ( A dan B ) diturunkan secara sex (X)-linked recessive dan gen untuk faktor
VIII dan IX terletak pada ujung lengan panjang (q) kromosom X. Oleh karena itu, perempuan
biasanya sebagai pembawa sifat sedangkan laki-laki sebagai penderita. Perempuan pembawa
sifat hemofilia yang menikah dengan laki-laki normal dapat menurunkan satu atau lebih anak laki-
laki penderita hemofilia atau satu atau lebih anak perempuan pembawa sifat, Sedangkan laki-laki
penderita hemofilia yang menikah dengan perempuan normal akan menurunkan anak laki-laki
yang normal atau anak perempuan pembawa sifat
XhY >< XX
XXh XXh XY XY
Hasil penyerbukan silang dari kacang polong kuning dan hijau pada generasi keturunan pertama
(f1) selalu menghasilkan kacang polong kuning. Sedangkan pada generasi berikutnya (f2) secara
konsisten akan dihasilkan perbandingan 3 : 1 antara kacang polong kuning dan hijau
Pada perbandingan 3 : 1 yang terjadi pada generasi berikutnya (f2). Hal inilah yang menjadi
mekanisme dasar pewarisan sifat.
86
20. Mengapa bilirubin II meningkat dan bilirubin I tidak ada pada anemia hemolitik
Maaf pernyataan ini salah seharusnya pada anemia hemolitik bilirubin I yang meningkat dalam
darah dan bilirubin II tidak ada. Terjadi proses katabolisme Hb yang terurai menjadi Heme dan
globin, dimana heme akan terurai menjadi Fe dan porfirin, porfirin akan dirubah menjadi biliverdin
yang selanjutnya menjadi bilirubin I.
24. Berapa lama interval pemberian kemoterapi fase reinduksi, dan terangkan mengapa
Lamanya 1 atau 2 bulan dengan interval 1 minggu, tujuan mencegah relaps dan membunuh sel-
sel leukemia yang tersisa pada fase G0 dimana sel-sel tersebut tidak berproliferasi serta
memberikan kesempatan tubuh untuk melakukan recovery
26. Apa bahaya dari aktivitas eritropoisis yang berlebihan pada thalasemia
87
Dapat terjadi hiperplasia sumsum tulang yang menyebabkan desakan, sehingga deformitas
tulang terutama pada tulang seper, seperti tulang wajah. Tulang-tulang frontal, parietal,
zigomatikus dan maksila menonjol hingga gigi-gigi atas nampak dan pangkal hidung depresi
yang memberikan penampakan facies cooley. Ekspansi sumsum tulang mengakibatkan
pelebaran diploe disertai pemisahan tabula interna dan eksterna pada tulang tengkorak yang
menyebabkan trabekula tulang tersusun vertikal, keadaan ini memberikan gambaran berupa
adanya garis-garis tegak lurus pada tulang yang terlihat dengan foto tengkorak dan disebut
Hair on end appearance.
Terjadi peningkatan absorbsi besi dari usus yang mengakibatkan kadar besi serum
meningkat. Kadar besi serum yang meningkat ini bersifat sebagai radikal bebas yang dapat
memperberat hemolisis.
Terjadi eritropoeisis ekstrameduler oleh splenomegali.
Eritropoiesis ekstra medular yang terjadi menyebabkan peninggian volume darah yang
mengakibatkan high output cardiac failure.
28. Fase apa yang dilakukan bersamaan dengan fase induksi pada kemoterapi
Fase profilaksis SSP dengan menggunakan metotrexat + dexametason
88
32. Apa kepentingan pemeriksaan feses ?
Pada pemeriksaan feses ada 2 pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan makroskopik ( dapat dilihat dengan mata telanjang ; konsistensi,
warna,darah,lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera
diobati,yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella
2. Pemeriksaan mikroskopik ( hanya dapat dilihat melalui mikroskop : lekosit, eritrosit, epitel,
telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap
amuba.
HEMOGLOBINURIA HEMATURIA
Pengertian Hemoglobin dalam uria Tredapatnya eritrosit didalam urin
i. Perdarahan lokal ( contoh : pada sal.
cerna )
Terjadi Hemolisis intravaskuler
ii. Penyakit perdarahan ( karena
trombositopeni dan gangguan pembekuan
Endapan (-) Endapan (+)
Perbedaan
Supernatan (-): warna seperti Supernatan (+) jernah
(sentrifuse)
sebelum disentrifuse
TRANSUDAT EKSUDAT
Warna Serous,kuning pucat Fibrinous, purulent
Aspek Jernih Jernih atau keruh
BJ < 1,015 > 1,018
Bekuan Tidak menggumpal Menggumpal
Protein < 2,5 gr% > 3 gr%
Glukosa Sama dgn glukosa darah Lebih kecil dari glukosa darah
Banyak (bentuk tergantung pada macam-
Sel Beberapa (mesotel & eritrosit)
macam dan derajat inflamasi
Bakteri Tidak ada Bisa ditemukan
Tes Rivalta Negative Positif
Hemofilia A Hemofilia B
Kekurangan fc.VIII (anti Kekurangan fc. IX (Christmas
Penyebab
hemophilic factor) factor)
Insiden 80 - 85 % 10 - 15 %
Transfusi fc VIII dosis 20 – 25 Transfusi fc. IX dosis 40 – 50
Pengobatan
U/kg tiap 12 jam U/kg tiap 24 jam
Hematokesia Melena
Perdarahan sal. Cerna bawah Perdarahan sal. Cerna atas
Asal
(rektum dan kolon sigmoid ) (lambung dan duodenum)
Warna Merah segar Merah kehitaman
89
1. perdarahan
2. infeksi
3. kombinasi.
39. Buat daftar fokus infeksi yang perlu diperhatikan pada anemia aplastik
1. Otitis media - Moniliasis
2. Tonsilofaringitis - Gastroenteritis
3. Bronkhopneumonia - Infeksi saluran kemih
4. Tuberkulosis - Piodermi
40. Fenomena PT memanjang-APTT memanjang, PT memanjang-APTT, normal, PT normal-
APTT memanjang, PT normal-APTT normal.
- PT memanjang-APTT normal
Berarti faktor III dan VII terganggu, sedangkan faktor VIII,IX,XI,XII normal, kesan faktor
ekstrinsik terganggu, faktor intrinsik normal, faktor V,X, trombosit 3 normal.
- PT normal-APTT memanjang
Berarti faktor III dan VII normal, sedangkan faktor VIII,IX,XI,XII terganggu, kesan faktor
ekstrinsik normal, intrinsik terganggu, faktor V,X, faktor trombosit 3 normal
- PT normal-APTT normal.
Berarti faktor ekstrinsik dan intrinsik normal, biasanya didapat pada gangguan vaskuler dan
trombosit.
90
Kontak permukaaan Kerusakan jaringan
XI XIa VII
IX IXa
VIII
APTT X Xa X PT
I Ca++ Ca++ E
N V K
T Protrombinase F.Tr.3 S
R T
I Protrombin Trombin R
N Ca++ I
S Fibrinogen Fibrin
N
I XIII S
K Fibrin polimer I
K
41. Kapan saturasi transferin dikatakan bermakna pada anemia defisiensi Fe ?
< 16%
42. Batas Hb tertinggi pada anak umur 2 – 3 bulan ? 9,0 - 12,5 g/dL
43. Pada umur berapa kadar Hb tertinggi ? hari pertama kelahiran : 15,0 – 23,5 g/dL
91
Kriopresipitat adalah bahan tak larut dalam keadaan dingin yang tertinggal pada sedimen
apabila FFP dilelehkan. Satu unit cryo mengandung aktivitas faktor yang terkandung dalam 1
ml plasma segar. Satu kantong cryo mengandung 10 - 160 unit faktor VIII.
i. Intrinsik
I. Kelainan membran sel
- Sferositosis
- Ovalositosis
- Eliptositosis
II. Hemoglobinopati
- Hemoglobin patologis / abnormal
- Thalassemia
III. Defisiensi enzim
- Defisiensi G6PD
- Defisiensi Pyruvate kinase
- Defisiensi Glutation reduktase
ii. Ekstrinsik
I. Anemia hemolitik imun
a. Isoimun
- Reaksi transfusi darah
- Penyakit hemolitik bayi baru lahir
b. Autoimun
1. Idiopatik
2. Sekunder
- Obat : kina
- kimia : insektisida
- Infeksi : virus, bakteri
- Penyakit kolagen : SLE
- Keganasan : leukemia, limfoma
- Sindroma uremi hemolitik ( HUS )
Lokasi penghancuran
- Intravaskuler, penghancuran terjadi pada sirkulasi
- Ekstravaskuler, penghancuran terjadi pada RES ( lien, hati & sumsum tulang )
92
50. Sebutkan berapa macam Hb embrional dan karateristiknya
Gower-1, Gower-2, Portland
Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritroblas primitif dalam yolk sac membentuk rantai
globin-epsilon () dan zeta (Z) yang akan membentuk hemoglobin primitif Gower-1 (Z22).
Selanjutnya mulai sintesis rantai mengganti rantai zeta ; rantai mengganti rantai di yolk sac,
yang akan membentuk Hb-portland (Z22) dan Gower-2 (22).
Hemoglobin yang terutama ditemukan pada masa gestasi 4 – 8 minggu adalah Hb Gower-1 dan
Gower-2 yaitu kira-kira 75% dan merupakan hemoglobin yang disintesis di yolk sac, tetapi akan
menghilang pada masa gestasi 3 bulan.
56. Apa perbedaan dan persamaan gangguan vaskuler dan gangguan trombosit
VASKULER TROMBOSIT
Terjadinya Spontan Spontan
Peteki + +
Perdarahan jaringan dalam - Bisa, lebih jarang
- Segera timbul - Segera timbul
Manifestasi perdarahan jika luka
- Berlangsung singkat - Berlangsung singkat
Setelah perdarahan berhenti Jarang berulang Jarang berulang
Jumlah trombosit Normal Menurun / normal
Waktu perdarahan Normal Meningkat
93
APTT Normal Normal
Uji Turniket + +
Retraksi bekuan Normal Abnormal
Merupakan gejala dari penyakit lain + +
57. Dalam keadaan apa trombosit menurun dan waktu perdarahan normal
Kesalahan laboratorium
59. Apa artinya kausa imun dan kausa non imun pada anemia hemolitik
Kausa imun pada anemia hemolitik artinya faktor-faktor penyebabnya gangguan antigen antibodi.
Kausa non imun penyebabnya berasal dari luar seperti obat-obat, infeksi, racun dan combustio.
63. Cari sumber-sumber makanan yang mengandung heme dan non heme
Sumber makanan heme berasal dari hewani seperti daging, ikan, hati
Sumber makanan non heme berasal dari nabati seperti sereal, sayuran dan buah-buahan
94
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati yang berat, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : - Supresi sumsum tulang, lekopeni, trombositopeni
- Alopesia
- Mual, muntah
- Hipotensi
Dosis : 100 - 120 mg/m2 luas permukaan tubuh / hari selama 3 – 5 hari kemudian di
ulang dengan interval 3 – 4 minggu.
Kemasan : vial 100 mg/ 5 ml
95
3. Lekosit - Feses rutin
4. Hematokrit - Hapusan darah tepi
5. Trombosit - Waktu perdarahan
6. Retikulosit - BMP
75. Apa yang diharapkan pada hapusan darah tepi untuk menyokong diagnosis anemia hemolisis
1. Fragmentasi
2. Anisositosis
3. poikilositosis
78. Apa yang diperiksa di feses yang berhubungan dengan penyakit darah
96
Urobilinogen meningkat pada anemia hemolitik oleh karena pada anemia hemolitik, Bilirubin
indirek meningkat. Dalam batas tertentu bilirubin direk juga meningkat dan akan segera
diekskresikan ke dalam sal. Cerna sehingga akan didapatkan peninggian kadar urobilinogen di
dalam tinja.
84. Berapa visus mata pasien Bayu bagaskara ? visus mata 1/6
97
6. Bilirubin
7. Hemoglobinuri
8. Hemosiderinuri
9. Haptoglobin
10. Tes Coomb’s
11. Tes Osmotik fragility
12. Analisa Hb
13. Normoblas
14. Enzim-enzim : G6PD
90. Apa kepentingan klinis kita mengetahui banyak zat besi dalam sel darah merah
1. Jika terjadi perdarahan yang masif maka akan terjadi kehilangan zat besi yang banyak.
2. Bila mana kita melakukan transfusi kita juga menambah Fe dalam darah, sehingga hati-hati
pada transfusi berulang bisa mengakibatkan kelebihan Fe dalam tubuh.
98
98. Apa peranan G6PD ?
Pembentukan NADPH dan GSH pada jalur pentosa fosfat membutuhkan perubahan glukosa 6
fosfat (G6PO4) menjadi 6 fosfoglukonat (6PG). Untuk konversi ini diperlukan enzim glukosa 6
fosfat dehidrogenase ( G6PD). Rendahnya aktivitas enzim G6PD akan mengakibatkan
menurunnya kemampuan membentuk senyawa NADPH dan GSH. Keadaan ini akan
menyebabkan sel darah merah tak dapat terlindungi dari berbagai pengaruh oksidan.
Fungsi utama NADPH dalam sel darah merah ialah mereduksi glutation bentuk disulfide
( glutation teroksidasi, GSSG ) menjadi glutation bentuk sulfhidril ( glutation tereduksi, GSH )
melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim glutation reduktase. Glutation tereduksi ( GSH )
mempunyai peranan yang sangat penting bagi sel darah merah, karena dengan gugus sulfhidril
bebasnya (SH) mempertahankan residu sistein pada hemoglobin dan protein lain pada sel darah
merah utamanya pada membran sel agar tetap dalam bentuk tereduksi dan aktif.
101.Profilaksis early HDN yaitu menghindari obat-obat seperti antikonvulsan apa? antikoagulan apa ?
Antikonvulsan : Fenitoin atau Fenobarbital
Antikoagulan : asam traneksamat / warfarin
99
Klinik - Pucat gejalaatau bisa berat
- Ikterus dengan gejala klinik
- Gangguan pertumbuhan (PEM) seperti thalassemia
- Perut membesar mayor
(hepatomegali,splenomegali)
- Kelainan tulang-tulang:
Penipisan korteks
Facies cooley (facies
thalassemia/mongoloid)
Tulang tengkorak: hair on
end/hair brush appearance
Laboratorium - Hb rendah Bentuk yang ringan :
- MCV dan MCHC - Hb normal atau anemia
- Retikulosit ringan
- Hapusan darah eritrosit: - Hapusan darah
Anisositosis dan poikilositosis, eritrosit:
mikrositik hipokrom, fragmentasi, sel Tanda hemolisiis dan
target, lep[tositosis, normoblas eritropoiesis inefektif
Elektroforesis - Resistensi osmotic tidak jelas
- Besi serum
- Saturasi transferin Bentuk yang berat:
- Sama dengan
Hb A sangat rendah halassemia mayor
Hb F tinggi (10 – 90%) Hb A2 meningkat > 15%
Hb A2 bervariasi Hb F tinggi (10 – 90 %)
Hb A sangat rendah
105. Pada pasien Fitri Ramadhani selama 1 tahun terakhir telah menerima transfusi darah sebanyak:
(9 x 125 cc) : 11 kg = 103 cc/kg BB.
106. Thalassemia β HbE merupakan bentuk compound heterozygote. Thalassemia β, yang terjadi
akibat interaksi Thalassemia β dengan varian hemoglobin E. Hb E adalah hemoglobin varian yang
terjadi karena perubahan asam amino pada kedudukan 26, yaitu glutamat menjadi lisin, yang akan
memproduksi rantai globin βE..
Profil elektroforesis Hb untuk heterozigot ganda Thalassemia β HbE mudah dikenal dengan
adanya pita HbE dan HbF. Lokasi mobilitas elektroforesis HbE berimpit dengan lokasi mobilitas
elektroforesis HbA2 sehinggha yang tampak pada pemeriksaan Hb elektroforesis peningkatan
HbA2.
107. Komplikasi transfusi dibagi menjadi komplikasi transfusi akut dan komplikasi transfusi lambat.
1. Komplikasi transfusi akut:
a. Reaksi ringan : Hipersensitivitas ringan berupa urtikaria
b. Reaksi sedang :
1. Reaksi hipersensitivitas sedang sampai berat: urtikaria hebat
2. Reaksi demam
Reaksi hebat yang mengancam kehidupan:
1. Hemolisis intravaskuler yang mengancam kehidupan
2. Bakteremia dan renjatan septic
3. Reaksi anafilaktik
4. TRALI : Transfusion Acute Lung Injury → berat karena menciderai jaringan
sehingga timbul alergi, autoimun disease.
2. Komplikasi transfusi lambat:
a. Infeksi yang ditularkan oleh transfusi
b. Reaksi hemolitik lambat
c. Purpura pasca transfusi
d. Penyakit graft versus host
e. Kelebihan besi pada penderita-penderita yang mendapata transfusi berulang
seperti psds penyakit thalassemia mayor.
100
108. Ada beberapa cara transfusi yang telah diperkenalkan:
1. Low transfusion, pemberian darah hanya dilakukan kalau kadar Hb penderita 6 g/dl atau
kurang
2. High transfusion, kadar Hb penderita dipertahankan pada 10 g/dl
3. Super transfusion, mempertahankan kadar Hb penderita sampai 12 g/dl.
109. Thalassemia β adalah mutasi pada kedua alel gen globin β. Thalassemia β
heterozygot/Thalassemia β trait/ pembawa sifat thalassemia β adalah mutasi hanya pada satu
alel gen globin β dan tanpa gejala klinik.
Bentuk compound heterozygot/heterosigot ganda adalah interaksi thalassemia β (mutasi pada
kedua alel gen globin β) dengan hemoglobin varian. Tipe interaksi yang paling penting adalah
thalassemia β HbE yang memperlihatkan manifestasi kinik yang sangat bervariasi, dari bentuk
klinik ringan tanpa memerlukan transfusi darah sampai bentuk berat sebagai thalassemia β
mayor. Sebenarnya bentuk homosigot HbE sendiri merupakan penyakit yang sangat ringan
dengan kadar Hb dalam batas normal atau sedikit kurang; hemolisis dsn eritropoiesis inefektif
tidak jelas serta kadar HbF tidak meningkat. Namun bila HbE diwariskan bersama dengan
mutasi thalassemia β0 atau β+ yang berat dapat menyebabkan bentuk compound heterozygote
thalassemia β dengan manifestasi yang lebih berat.
Urin:
101
111. Pada penderita by. Hasnah, lekositosis terjadi karena adanya perdarahan,
terjadi peningkatan hematopoiesis sehingga lekosit ikut meningkat.
113. Hubungan penyakit jantung dengan anemia adalah anemia bisa disebabkan
karena penyakit radang kronis misalnya pada penyakit endokarditis bakterialis.
Patogenesis anemia ini nampak berkaitan dengan berkurangnya pembebasan
besi dari makrofag ke plasma, umur sel darah merah memendek dan respon
eirtopoetin tidak memadai.
102
- Adanya zat anti anti-leukosit dalam plasma donor (biasanya multipara) yang ditujukan pada
leukosit resipien. Pada 70% kasus ada anti HLA kelas Iatau UU dan zat antileukosit.
Akibatnya terjadi peningkatan permeabilitas mikrosirkulasi kapiler paru-paru.
120. Pada penderita Fadlan tidak diberikan desferal sejak tanggal 15 Agustus 20004 karena
mengalami reaksi alergi berupa anak biru (cyanosis ) dan pucat.
121. Pada saat pertama kali datang pada tanggal 2 September 2003, dari pemeriksaan fisik didpatkan
hepar teraba 2 cm bawah arkus kosta dan lien teraba SIII, saat ini hepar teraba 2 cm bawah arkus
kosta dan lien teraba SVII.
103
122. Blast krisis: adalah fase ketiga dari ACML setelah fase kronik (stabil) dan fase akselerasi. Blast
krisis ditandai bila hitung jenis terdiri dari 20 –30% sel-sel blast dan adanya promyelosit pada
hapusan darah tepi atau sumsum tulang.. 75 – 80 % penderita ACML (Adult Chronic Type
Myelogeneus Leukemia) yang tidak mendapat pengobatan akan mengalami blast krisis. Blast
krisis merupakan bentuk ganas dari ACML yang sulit dikontrol dengan pemberian kemoterapi dan
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Ada dua bentuk ACML blast krisis yaitu
lymphoid blast krisis dabn myeloid blast krisis yang memiliki perbedaan dalam hal gambaran
morfologi sel, sitokimia, immunofenotype dan respon terhadap tera.
123. Contoh reaksi Arthus: vaskulitis pada Schonlein Henoch Syndrome
127. Pada anemia aplastik dapat terjadi peningkatan HbF karena gen HbF yang ada pada eritroid yang
mengontrol pembentukan HbF masih ada (progenitor dan prekursornya masih ada) dan tidak
terganggu pada anemia aplastik sehingga bila terjadi penurunan aktivitas eritropoiesis akan terjadi
stimulasi pembentukan HbF. Kadar HbF > 200 mg% memberikan prognosis yang baik.
128. Semua neonatus dalam 48 – 72 jam setelah kelahiran secara fisiologis mengalami penurunan
faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K sekitar 50%. Keadaan transien ini mungkin
diakibatkan oleh sebelum kelahiran vitamin K banyak disimpan di plasenta, sesaat sebelum
kelahiran jumlah vitamin K yang terdapat dalam plasenta menurun tanpa diketahui penyebabnya.
Selain itu karena kurangnya flora normal usus yang bertanggung jawab terhadap sintesis vitamin
K sehingga cadangan vitamin K pada bayi baru kahir rendah.
129. Hubungan anemia dengan penyakit jantung: Anemia yang menahun dapat mempengaruhi jantung
melalui beberapa cara al: hiperkinetik sirkulatori state.Pada anemia post hemoragik terjadi
penurunan volume darah sehingga dapat terjeai decompensasi cordis. Pada keadaan ini jantung
dengan volume darah yang kurang berusaha memenuhi fungsinya yang normal dengan cara
takikardi dan peningkatan tekanan vena. Tekanan vena meningkat karena adanya pelebaran
kapiler atau kontriksi vena perifer serta dilatasi arteri dan arteriol.Takikardi dan peninggian vena
merupakan usaha untuk meningkatkan curah jantung. Peninggian curah jantung berarti kerja
jantung menjadi lebih berat sementara suplai darah yang mengandung cukup O2 ke jantung
sudah kurang. Akibatnya dapat terjadianoksia jaringsn dehinggas mudah timbul angina pectoris
atau coronary insufisensi yang akut/fungsional dan perubahan-perubahan nutrisi yang degeneratif
pada otot jantung. Akhirnya reserve jantung akan berkurang. Bilamana proses tersebut
berlangsung mendadak maka akan terjadi dilatasi jantung dan kalau menahun akan
menyebabkan hipertrofi.
104
peninggian nilai Hb masing-masing sel darah merah (anemia defisiensi besi relatif). Dengan
cara ini tidak saja keadaan anak bertambah baik tapi juga symptom yang berkurang .
135. Mekanisme steroid mencegah fagositosis trombosit pada ITP yang telah terbentuk antibodi adalah
dengan menghambat motilitas makrofag, menghambat aktivasi komplemen, menghambat motilitas
neutrofil, menstabilkan lisosom.
105
o komplemen C3
o Aktivasi imunitas seluler : makrofag dan sel sitotoksik
Menyebabkan destruksi trombosit meningkat sehingga umur
trombosit menjadi lebih pendek.
137.Pada pasien ITP tidak dianjurkan pemberian transfusi trombosit oleh karena trombosit yang
dimasukkan akan dihancurkan sebagai akibat dari reaksi autoantibodi terhadap glikoprotein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti
antibodi (antibody-coated platelets) tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada limpa
dan organ retikuloendotelial lainnya.
Tinja:
Warna Normal Normal Normal Dempul
Urobilinogen + ↑ +↓ -
Urin:
Warna Kuning Lebih tua Lebih tua Lebih tua
Bil.1 - - - -
Bil.2 - - + +
Urobilinogen ±/- ↑ ↑ -
139. Sejak masa embrio, janin, anak dan dewasa sel darah merah mempunyai 6
hemoglobin antara lain :
Hemoglobin embrional : Gower-1, Gower-2, Portland
Hemoglobin fetal : Hb-F
Hemoglobin dewasa : Hb-A1 dan Hb-A2
Hemoglobin embrional
Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritroblas primitive dalam yolk sac membentuk rantai
globin-epsilon (ε) dan zeta (Z) yang akan membentuk hemoglobin primitif Gower-1 (Z2ε2).
Selanjutnya mulai sintesis rantai alfa mengganti rantai zeta; rantai gamma mengganti rantai ε
di yolk sac, yang akan membentuk Hb-portland (Z2γ2) dan Gower -2 (α2 ε2).
Hemoglobin yang terutama ditemukan pada masa gestasi 4-8 minggu adalah Hb Gower-1 dan
Gower-2 yaitu kira-kira 75% dan merupakan hemoglobin yang disintesis di yolk sac, tetapi
akan menghilang pada masa gestasi 3 bulan.
Hemoglobin fetal
Migrasi pluripoten sel stem dari yolk sac ke hati, diikuti dengan sintesis hemoglobin fetal dan
awal dari sintesis rantai beta. Setelah masa gestasi 8 minggu Hb F paling dominan dan
setelah janin berusia 6 bulan merupakan 90% dari keseluruhan hemoglobin, kemudian
berkurang bertahap dan pada saat lahir ditemukan kira-kira 70% Hb F. Sintesis Hb F menurun
secara cepat setelah bayi lahir dan setelah usai 6-2 bulan hanya sedikit ditemukan.
Hemoglobin dewasa
106
Pada masa embrio telah dapat dideteksi HbA (α2β2), karena telah terjadi perubahan sintesis
rantai γ menjadi β dan selanjutnya globin β meningkat dan masa gestasi 6 bulan ditemukan 5-
10% HbA, pada waktu lahir mancapai 30% dan pada usia 6-12 bulan sudah memperlihatkan
hemoglobin dewasa.
Hemoglobin dewasa minor ditemukan kira-kira 1% pada saat lahir dan pada usia 12 bulan
mencapai 2-3,4% dengan rasio normal antara HbA dan HbA2 adalah 30:1. Hb masih tinggi
pada hari-hari I kehidupan oleh karena :
- Hb F masih tinggi dimana Hb F ini memiiki afinitas O2 tinggi sehingga perlu Hb yang banyak
agar oksigenasi ke jaringan cukup.
- Tekanan O2 intrauterine rendah.
140. Hb terendah pada umur 2-3 bulan oleh karena penghancuran sel darah merah
berlangsung terus sementara produksi di SST belum optimal.
141. Anemia post hemoragik tanpa organomegali : pasca perdarahan hebat, ITP
Anemia post hemoragik dengan organomegali : Leukemia.
142. Pada ikterus hemolitik, bilirubin II yang sebelumnya normal dapat meningkat yang bila bergabung
dengan bilirubin I akan membentuk gumpalan yang disebut inspissated bile.
143. Haptoglobulin adalah suatu α2 globulin yang mengikat Hb plasma yang normalnya adalah 100 -
150 mg/dl.
144. Pada thalassemia dapat terjadi perubahan tulang-tulang panjang disebabkan oleh karena adanya
eritropoiesis yang massif. Selain menyebabkan eritropoiesis ekstra medular meningkat juga
menyebabkan sel-sel eritroid memenuhi rongga sumsum tulang atau terjadi hiperplasia sumsum
tulang yang menyebabkan desakan, sehingga deformitas tulang terutama pada tulang ceper,
seperti pada tulang wajah. Tulang-tulang frontal, parietal, zigomatikus dan maksila menonjol
hingga gigi-gigi atas nampak dan pangkal hidung depresi yang memberikan penampakan facies
Cooley. Ekspansi sumsum tulang mengakibatkan pelebaran diploe disertai pemisahantabula
interna dan eksterna pada tulang tengkorak yang menyebabkan trabekula tulang tersususn
vertical. Keadaan ini memberikan gambaran berupa adanya garis-garis tegak lurus pada tulang
yang terlihat dengan foto tengkorak, dan disebut sebagai hair on end appearance.
145. Mikrosferosit adalah salah satu bentuk kelainan membran eritrosit yang dapat ditemui pada
anemia hemolitik. Defek yang terjadi pada kelainan ini menimbulkan perubahan stabilitas ikatan
antara sitoskeleton dengan lapisan ganda lipid yang akan menghasilkan sel yang fragil dan kaku.
107
g/dL dapat mengurangi aktivitas eritropoesis ekstramedular oleh hepar dan lien), mencegah
ekspansi dari sumsum tulang dan masalah kosmetik progresif yang terkait dengan perubahan
tulang-tulang muka (facies Cooley), pertumbuhan yang lebih baik, meminimalkan dilatasi
jantung dan osteoporosis.
Kalau ditransfusi lebih dari itu apa yang terjadi ?
Dapat terjadi kelebihan besi dan penimbunan besi.
Setelah transfusi bagaimana ukuran lien ?
Pada pasien thalasemia ukuran lien mengecil karena aktivitas eritropoesis ekstramedular oleh
lien berkurang.
Pemeriksaan fisis kelenjar getah bening/kelenjar limfe dilakukan bersama dengan pemeriksaan
organ tubuh setempat. Pada pemeriksaan dirinci mulai dari :
1. Warna sama dengan sekitarnya atau tidak, ada tidaknya fistel atau pus..
2. Ukuran. Pada keadaan normal ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter sampai kira-kira
1-2 cm.
3. Bentuk. Kelenjar limfe berbentuk sepeti kacang.
4. Pada perabaan apakah terasa hangat, ada tidaknya nyeri, konsistensi kenyal atau keras.
5. Mobilitas.
149. Krepitasi
Apa yang dimaksud dengan krepitasi dan terdapat pada keadaan apa ?
Krepiasi merupakan bunyi yang ditimbulkan karena membukanya alveoli, dapat terdengar secara
normal pad bagian basal paru atau pada pneumoni, emfisema subkutis.
108
151.Leukemia subleukemik secara klinis sulit dibedakan dengan anemia aplastik karena keduanya
terdapat pansitopenia tanpa pembesaran organ. Untuk membedakannya harus diperiksa sediaan
hapusan darah tepi yang pada leukemia ditemukan sel blas.
152.Pada sefisiensi vitamin K menyebabkan perdarahan . Anemia yang terjadi adalah anemia pasca
perdarahan.
153. Enzim G6PD berperan dalam sintesa glukosa (gula sederhana) yang merupakan sumber energi
utama untuk sel darah merah dan menghasilkan glutation yang berfungsi untuk mencegah
pecahnya sel. Kekurangn G6PD dapat mempercepat penghancuran sel darah merah sehingga
menimbulkan anemia (anemia hemolitik).
154. Pemberian kortikosteroid pada Sindroma Henoch Schoenlein bila ada nyeri sendi dan kolik
abdomen.
155. Reaksi leukemoid adalah keadaan dimana jumlah lekosit >50x109/L, dimana terdapat pergeseran
kee kiri dari sel mieloid imatur didarah perifer.
156. Etiologi : - infeksi bakteri piogenik, pneumonia, tuberkulosis, toksoplasmosis, invasi tumor ke sum-
sum tulang, glomerulonefritis, gagal hati, rematoid artritis.
157.
Fungsi vaskuler:
o Mempertahankan darah dalam pembuluh darah
o Membantu menghentikan perdarahan (vasokonstriksi)
Fungsi trombosit:
o Menutup luka dengan jalan membentuk gumpalan trombosit pada tempat
kerusakan pembuluh darah (mempertahankan kontinuitas dinding pembuluh
darah).
o Membuat faktor trombosit dan trombostenin untuk memperkuat gumpalan
trombosit disamping fibrin.
o Mengeluarkan serotonin untuk kontraksi pembuluh darah dan ADP untuk
mempercepat pembentukan gumpalan trombosit.
Gambaran (klinik dan laboratorium) penyebab perdarahan.
109
Transfusi trombosit pada ITP diindikasikan jika terjadi perdarahan intraserebral dengan
jumlah trombosit < 30.000/mm3. Transfusi yang sering tidak akan bermanfaat karena
akan dihancurkan oleh makrofage.
Fungsi kortikosteroid pada penanganan ITP:
o Memperbaiki resisitensi kapiler dan kualitas trombosit.
o Menghambat pembentukan antibodi.
o Mencegah ikatan antigen antibodi.
o Mempercepat clearance ikatan antigen antibodi dari darah.
o Mencegah fagositosis trombosit oleh sel-sel makrofage.
Terapi ITP kronis:
o Pemberian kortikosteroid selama 3 bulan.
o Jika tidak ada respon, berikan imunosupresif (Azathioprine, cyclphosphamid,
Cyclosporine)
o Jika tidak berespon, berikan intravenous immuno globulin (1 g/k/hari, 2-3 hari).
o Jika belum berespon, berikan Danazol (10-15 mg/kg/hari) atau dapsone (75-100
mg/kg/hari).
o Jika tidak berespon juga lakukan splenektomi.
Immuno globulin yang diberikan berfungsi sebagai idiotype dengan immuno globulin
dalam darah sehingga makrofage akan memakannya sampai dia jenuh. Dengan
demikian jumlah trombosit yang dapat dihancurkan makrofage berkurang.
Vitamin K ada 3 macam:
o K1 nama lainnya Phyloquinone
o K2 nama lainnya Menaquinone.
o K3 nama lainya Menadion atau napthoquinone.
Bakteri penghasil vitamin K di usus adalah Bacteroides fragillis dan E. Coli komensial.
PIVKA = protein induced vitamine K absence yaitu protein (factor pembekuan II, VII, IX,X)
yang tidak fungsional atau tidak di karboklisasi karena tidak adanya vitamain K
Penanganan HDN
o Injeksi Vitamin K3 1 mg/i.m jika berdarahan belum berhenti dapat diulang sampai
3 kali dengan jarak 6 jam.
o Jika terjadi perdarahan hebat berikan transfusi FPP.
o Jika terjadi anemia berat berikan transfusi PRC
o Jika terjadi renjatan berikan, Whole blood atau plasma expander.
Battered child syndrome adalah multiple trauma yang dialami oleh serang anak karena
kekerasan fisik yang mengakibatkan trauma fisik dan mental pada anak tersebut.
Resisitensi osmotik diperiksa dengan 3 cara:
o Cara konvensional: dimana specimen atau sample darah dimasukkan ke dalam
12 tabung yang terisi NaCl dengan konsentrasi yang berbeda-beda (0,1% s.d
0,9%) lalu diliat pada konsentrasi berapa sel darah merah hemolisis.
o Cara otomatis: tetap menggunakan 12 tabung dengan konsentrasi yang sama
dengan cara konvensional hanya masing-masing tabung dimasukkan ke dalam
alat fragiligraf lalu di konvirmasi ke kurva fragilitas osmotik.
o Cara satu tabung: specimen darah dimasukkan dalam satu tabung dengan
konsentrasi NaCl 0,36% atau 0,4%, lalu dilihat berapa sel darah merah yang
hemolisis.
Prevalensi leukemia adalah 25% - 35% dari semua keganasan pada anak.
Jenis sel yang mengalami transformasi malignan pada leukemia berbeda-beda
tergantung jenis dan lokasi mutasi genetik yang terjadi dan pada tingkat proliferasi apa,
mutasi itu terjadi. Jika transformasi malignan terjadi pada stem sel maka seluruh elemen
darah tidak terbentuk.
110
Transformasi malignan terjadi karena mutasi pada gen promotor(protooncogen) dan gen
supresor. Jika gen supresor mengalami mutasi maka dia tidak mampu mengendalikan
proliferasi dari sel yang di stimulasi oleh gen promotor.
Polimorfisme adalah keanekaragaman/variasi genetik dalam populasi masyarakat.
Kelainan vaskuler pada Schonlein – Henoch Purpura :
158. Schonlein-Henoch sindrome adalah vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik yang ditandai oleh
lesi kulit spesifik berupa purpura non trombositopenia, arthritis/arthalgia, nyeri abdomen atau
perdarahan gastrointestinal dan nefritis.
Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Johan Schonlein yang menemukan beberapa kasus
purpura dan arthritis. Kemudian, Edward Henoch juga mendapatkan adanya gejala gastrointestinal
seperti muntah, kolik abdomen dan melena, serta kelainan ginjal, di samping gejala purpura dan
arthritis.
160. Histiosit berasal dari monosit yang berada di sirkulasi yang kemudian berdiferensiasi menjadi
banyak jumlahnya dan masuk ke dalam jaringan dan menjadi makrofag jaringan.
Monosit dalam jaringan dikenal sebagai mikroglia bila ditemukan di otak, dendritus di ginjal, sel
kuffer di hati, langerhans di kulit dan usus, dan makrofag alveolar di paru.
Histiosit normal terdapat dalam jaringan, jika pada jaringan jumlahnya meningkat disebut
histiositosis.
Fungsi dari histiosit adalah fagositosis dan sebagai APC yang akan membantu sel T dan sel B
untuk timbulnya antibodi. Histiositosis dapat timbul mendahului suatu kelainan hematologi antara
lain leukemia atau timbul setelah terjadi penyakit infeksi. Kelainan ini terjadi secara sistemik ke
berbagai organ dan menimbulkan berbagai gambaran klinik sehingga disebut sindrom histiositosis.
Berdasarkan pemeriksaan PA, histiositosis dibagai menjadi 3 tipe yaitu :
1. Tipe I : Langerhans cell histiocytosis (LCH)/Histiositosis X
Terdiri dari 3 kelainan klinis :
Hand Schuller-Christian
Letterrer-Siwe
Granuloma eosinofilik
2. Tipe II : Histiositosis atau fagosit mononuklear selain sel Langerhans.
Terdiri dari :
a. Infection Associated Histiocytosis Syndrome (IAHS)
b. Familial Enthrophagocytic Limphohistiocytosis (FEL)
c. Sinus Histiocytosis with massive lymphadenopathy
3. Tipe III : Malignant histiocytosis terdiri dari 3 bentuk :
a. Acute Monocytic Leukemi/AML
b. Malignant Histiocytosis
c. True histiocytosis Lymphoma
111
Untuk mengetahui adanya peningkatan tersebut, kita dapat melakukan D-Dimer test yang
biasa dilakukan pada penderita yang dicurigai mengalami DIC.
162.Thalassemia- adalah berkurangnya atau tidak dibentuknya sama sekali rantai globin- sebagai
akibat adanya mutasi pad a kedua gen globin-. Di lain pihak sintesis rantai globin- berlangsung
seperti biasa, sehingga terjadi ketidakseimbangan produksi rantai globin- dengan rantai globin-.
Rantai yang berlebihan dalam eritrosit sebagian akan berikatan dengan rantai delta () dan
rantai gamma (), yang meningkat produksinya sehingga sintesis HbF dan HbA2 meningkat.
Analisis Hb/elektroforesis Hb pada Thalassemia- :
HbA sangat rendah karena dibentuk oleh 2 rantai- dan 2 rantai-
Hb F tinggi (10-90 %), sebagai kompensasi pembentukan rantai- yang meningkat
HbA2 bervariasi, bisa normal atau meningkat (< 5%).
Thalassemia-/HbE merupakan bentuk compound heterozygote Thalassemia-, yang terjadi
akibat interaksi Thalassemia- dengan varian hemoglobin E.
HbE adalah hemoglobin varian yang terjadi karena perubahan asam amino pada kedudukan 26,
yaitu glutamat menjadi lisin, yang akan memproduksi rantai globin-E.
Profil elektroforesis Hb (selulosa asetat) untuk heterosigot ganda Thalasemia β/Hb E dengan
adanya pita HbE dan HbF, pita HbA sangat tipis. Mobilitas elektroforesis HbE berimpit dengan
HbA2. HbE di duduki oleh HbA2 karena kadarnya yang meningkat sehingga yang terbaca adalah
HbA2.
Analisis Hb/elektroforesis Hb pada Thalassemia-/HbE :
HbA2 meningkat > 15%
Hb F tinggi (10-90 %)
HbA sangat rendah.
112
i. Untuk merangsang eritropoesis sumsum tulang
ii. Bisa terjadi penumpukan zat besi (hemosiderosis) dan meningkatkan resiko tertular
penyakit
iii. Mencegah hemolisis oleh karena reaksi autoimun akibat pemakaian besi yang rendah.
173.Patofisiologi kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi pada trombosit yang diselimuti antibody
tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial lainnya.
Jenis glikorotein permukaan trombosit diantaranya: GP Iib-Iia, GP Ib, dan GP V.
175.Terapi ITP. Danasol (10-15 mg/kgbb/hari) atau dapson (75 mg/kg/hari) untuk menutup permukaan
trombosit.Sedangkan Imunoglobulin dosis tinggi (1 gram /kgbb/hari, 2-3 kali/hari)di mana fungsi
imunoglobulin mengisi reseptor makrofag yang melibatkan limfosit T.
113
Mobilitas elektroforesis HbE berimpit dengan HbA2. HbE di duduki oleh HbA2 karena kadarnya
yang meningkat sehingga yang terbaca adalah HbA2. Sedangkan pada thalasemia ß HbA2
menurun.
178. Penyebab sindroma schonlein henoch adalah akibat reaksi imunologis dalam tubuh maka terjadi
kompleks imun, sehingga terbentuk ikatan antigen antibody yang menarik komplemen sehingga
terjadi vaskulitis. Merupakan contoh reaksi imun tipe III.
181. Desferal tidak diberikan pada mereka yang alergi atau keluarga pasien menolak. Efektifitas dari
desferal berupa mencegah gangguan pertumbuhan dan disfungsi gonadal, mencegah penurunan
toleransi glukosa.
183.Folavit acid (asam folat) digunakan sebagai suplement pada pasien talasemia yang diberikan tiap
hari. Dalam hati, asam folat direduksi menjadi zat aktifnya THFA (tetrahydrofolic acid), suatu ko-
enzim yang penting sekali bagi sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel
184.Pada talasemia sebelum terjadi hemosiderosis (penimbunan besi yang berlebihan dalam jaringan
tanpa disertai kerusakan jaringan), eritrosit telah pecah karena banyaknya penimbunan besi. Besi
yang banyak menginduksi radikal bebas → oksidasi membran sel darah merah
185.Pada anemia hemolitik, bilirubin indirek akan meningkat. Dalam batas tertentu bilirubin direk juga
meningkat dan akan segera diekskresikan ke dalam saluran pencernaan, sehingga akan
didapatkan peninggian kadar urobilinogen di dalam tinja. Yang mana sebagian urobilinogen akan
diserap oleh usus, masuk ke dalam darah dan selanjutnya akan dikeluarkan oleh ginjal bersama
air kemih. Jadi bilirubin tidak ditemukan dalam urin. Urin pekat karena mengandung urobilin.
114
188.Eradikasi parasit (cacing) dilakukan tanpa memandang hasil pemeriksaan feses bertujuan agar
a. cacing yang biasanya menyebabkan anemia (misalnya Ankilostoma) dapat dihilangkan,
sehingga penyebab anemia karena cacing dapat disingkirkan dan mencari kausa lain
dari anemia
b. cacing dapat mengganggu respon dari obat kemoterapi
c. cacing juga dapat mempengaruhi pengobatan
189.Transfusi darah pada anemia aplastik tidak dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb yang tinggi
karena
1. Transfusi darah yang terlampau sering akan menyebabkan timbulnya depresi terhadap
sumsum tulang
2. Dapat menyebabkan timbulnya reaksi hemolitik sehingga akan menyebabkan terjadinya
penimbunan besi.
3. Mempercepat penimbunan besi
4. Risiko dari transfusi darah itu sendiri antara lain :
1. Komplikasi infeksi (bakteri, virus)
2. Komplikasi transfusi non-infeksi misal hemolisis akut, hemolisis lambat, penyakit paru-
paru akut, anafilaksis, alergi, menggigil
199. Insiden iceberg phenomena DHF (puncak) dan Non DHF/ Asymptomatic (dasar) ialah 1:150-200
orang
200.Pada anemia aplastik dapat terjadi peningkatan Hb F karena adanya aktivitas relatif dari sistem
retikuloendotelial. Jadi sel darah merah yang mengandung Hb F prekursor progenitornya tetap ada
dan tidak terganggu (pronormoblast Hb F yang terstimulasi→tetap ada sisa dari kelahiran yang
tidak terganggu sehingga meningkat sebagai kompensasi)
Arti klinisnya dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan prognosis anemia
aplastik
201.Pemberian transfusi trombosit pada penderita anemia aplastik dapat diberikan pada keadaan yang
sangat gawat (trombositopenia berat) misalnya perdarahan masif, perdarahan otak dan
perdarahan gastrointestinal
115
tidak ada empedu. Berbeda dengan filokuinon dan menakuinon yang harus melalui saluran limfe
lebih dahulu, menadion dan derivatnya yang larut air dapat langsung masuk ke sirkulasi darah.
205.Enzim G6PD
Bekerja pada lintasan pentosa fosfat, dimana mengubah NADP menjadi NADPH yang
kemudian NADPH dengan bantuan enzim glutation reduktase mengubah GSSG (yang
merupakan glutation yang teroksidasi) menjadi GSH. GSH berguna untuk menangkap H2O2
yang merupakan radikal bebas dan mengubahnya menjadi H2O (air) yang aman dan mudah
dikeluarkan.
Jalur heksosa monofosfat
H2O2 H2O
Glutation peroksidase
Jalan glikolisis
Embden GSH GSSG
meyerhof
Laktat
Katabolisme Hb meningkat :
f. Hiperbilirubinemia.
g. Urobininogenuria/urobilinuria
h. Hemoglobinemia
i. Hemoglobinuria/methemoglobinuria
j. Hemosiderinuria
k. Haptoglobulin menurun.
Regenerasi/kompensasi eritropoesis meningkat.
l. Darah tepi :
116
i. Retikulositosis.
ii. Normoblastemia/eritroblastemia.
m. Sumsum tulang : hiperplasia eritroid rasio myeloid : eritroid
menurun/terbalik.
n. Eritropoesis ekstramedular splenomegali, hepatomegali.
208. Gejala sendi yang timbul pada SHS adalah poliartralgia/ poliartritis non-migrans, pembengkakan
periartikuler, terutama lutut dan pergelangan kaki, yang penyembuhannya sempurna tanpa
sekuele.
209. Starting point pada jalur instrinsik ialah kontak permukaan asing yaitu endotel vaskuler.
210. Starting point pada jalur ekstrinsik ialah kerusakan jaringan endovaskuler yang luas akan
mengeluarkan faktor jaringan (III).
211. Patogenesis pada SHS ialah antigen yang masuk kesirkulasi menyebabkan timbulnya antibodi
yang bereaksi dengan antigen tersebut membentuk kompleks imun. Kompleks imun kemudian
masuk kedalam sirkulasi, menyebabkan sistem komplemen dalam tubuh ikut bereaksi sehingga
komplemen C3 akan bersatu dengan kompleks imun membentuk deposit dimembran basalis
mengeluarkan inflamator sehingga timbul vaskulitis.
212. Pertemuan antara jalur ekstrinsik dan instrinsik ialah Protrombinase (=aktivator protrombin) yang
dibentuk oleh faktor pembekuan Xa, V dan F. Tr-3
215. Vitamin K melakukan karboksilasi untuk membentuk reseptor yang bisa mengikat Ca++. Reseptor
untuk Ca++ adalah karboksiglutamat. Jadi dengan ciri tambahan tersebut PIVKA dapat diubah
menjadi faktor pembekuan yang fungsional sehingga darah bisa membeku.
216.Transfusi pada thalasemia meskipun telah dihitung sesuai kebutuhan, namun terkadang tidak
sesuai dengan kadar Hb yang ingin dicapai. Hal ini disebabkan pembesaran limpa yang
menyebabkan terjadi penimbunan eritrosit didalam limpa.
Jadi terjadi vasculer bag atau ”pooling of blood”.
117
pemberian alopurinol yang bersifat inhibitor kompetitif dari enzim xanthin oksidase yang
mengkatalisator proses degradasi purin menjadi asam urat. Preparat urikase dapat
mengubah asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air sehingga dapat pula
menurunkan kadar asam urat dalam plasma.
118
119
120
219. Trias Histiositosis adalah :
a. Kelainan tulang membranosa, terutama tengkorak, akibat proses osteolitik
Gambaran radiologik dari tulang tengkorak bisa memperlihatkan gambaran daerah
tulang “punched out” yaitu defek dengan ukuran yang irregular, gambaran map like
appearance atau “geographical skull”. Defek pada tulang tengkorak pada palpasi
seperti suatu “a hole” atau suatu massa di kepala. Sedangkan pada tulang vertebral
dapat memperlihatkan gambaran “pancake appearance” akibat diskus intervetabral
yang rusak.
b. Eksoptalmus, dapat unilateral atau bilateral dapat disertai gangguan
visus akibat destruksi tulang pada tulang orbita dan penimbunan lemak pada orbita.
c. Diabetes insipidus, akibat infiltrasi histiosit pada kelenjar hipofise yang
mengakibatkan defisiensi antidiuretik hormon.
121
220. Splenektomi dilakukan pada penderita thalasemia jika :
- Limpa yang sangat ( > S IV) sehingga membatasi gerak penderita, tekanan intra abdominal
yang meningkat, mudah ruptur.
- Interval transfusi yang makin pendek yang ditandai dengan kebutuhan transfusi atau kebutuhan
suspensi transfusi (PRC) > 250 ml/kgBB dalam 1 tahun.
- Setelah umur 5 tahun karena resiko mudah mengalami infeksi. Oleh karena sebelum 5 tahun
organ limfoid terbesar dan terpenting bagi tubuh adalah limpa. Setelah 5 tahun organ limfoid lain
bias menggantikan peran dari limpa.
221.Aplikasi klinis antara stem sel, sel progenitor, sel prekursor adalah antara lain :
a. Dapat dilihat pada pemberian kemoterapi dimana bekerja pada sel-sel induk (pada sel-
sel yang masih aktif membelah) dan bukan pada sel-sel matur.
b. Stem sel sebagai resource yang tidak habis-habisnya, sementara sel progenitor dan sel
prekursor merupakan penyedia langsung
c. Makin kekiri maka makin peka terhadap pengaruh eksogen misalnya radiasi
d. Jika terjadi transformasi maligna makin kekiri makin ganas berat dan jenis/ragamnya
e. Jika terjadi kerusakan pada stem sel maka tidak ada lagi kesempatan bagi sel-sel darah
untuk berkembang.
f. Jika terjadi kekurangan sel- sel darah, progenitor dan prekursor yang berperan.
222. Sustanon mengandung hormon androgen, yaitu testosterone propionate, diberikan pada penderita
anemia aplastik untuk menstimulasi sumsum tulang karena dapat merangsang pembentukan
eritropoietin dan eritropoiesis.
Dosis sustanon adalah 10-25 mg. Sustanon diberikan setiap 3 mingg
224.Yang dimaksud infeksi ganda pada plasmodium falcifarum adalah satu sel darah mengandung 2
plasmodium.
225.Monosit berada dalam peredaran darah adalah selama kurang lebih 72 jam selanjutnya akan
bermigrasi ke jaringan.
227. Umur bayi yang untuk terjadinya aktivitas sumsum tulang berproduksi optimal adalah
umur 4 bulan – 6 bulan.
122
-pria : - kebotakan
- jerawat
- suara menjadi berat
- otot membesar
- penis membesar
- wanita : - rahim mengkisut
- klitoris membesar
- payudara mengecil
- siklus menstruasi berhenti
pria dan wanita bisa mengalami peningkatan gairah seksual, hirsutisme yaitu menyebabkan
pertumbuhan rambut di seluruh badan dan muka.
229. Dalam perkembangan suatu sel dimana terjadi pembentukan sel – sel muda
tapi tidak matang disebut maturation arrest.
230.Bilirubbin II juga meningkat pada anemia hemolitik bisa juga didapatkan yang
bukan kelainan hepar yaitu pada inssipited bile ( pengentalan empedu )
233.Obat – obat yang dikonsumsi ibu sehubungan dengan bayi-bayi baru lahir yang baru mengalami
123
perdarahan adalah obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K yang diminum ibu
selama kehamilan, terutama golongan antikoagulan oral (warfarin), antikonvulsan (fenobarbital,
fenitoin,karbamazepin), obat anti tuberkulostatika (INH,Rifampisin),sintesis vitamin K yang kurang
oleh bakteri usus akibat pemakaian antibiotik, khususnya pada bayi kurang bulan .
Besi + porfirin
Ginjal
sirkulasi dieliminasi
enterohepati
Urobilinogen/urobilin Faeses
124
Belum ada sintesa vitamin K di usus (flora usus belum ada)
Absorpsi vitamin K di usus sangat kurang
Fungsi hepar yang imatur sehingga empedu masih kurang diekskresikan ke usus dimana
garam empedu penting untuk penyerapan vitamin K di usus.
239. Late Hemorrhagic Disease of the New Born atau APCD ( Acquired Prothrombin Complex
Deficiency) penyebab utamanya karena minum ASI eksklusif : pada susu sapi kadar vit K 6 g/dl
dan pada ASI kadar vit K : 1,5 g/dl.
240. Trombosit mengeluarkan factor trombosit- 3 yang akan membantu proses pembekuan darah
yaitu faktor X aktif (Xa), V, Ca+2 dalam hal ini proses pembekuan yang mengubah protrombin
menjadi trombin.
241. Haptoglobin menurun pada hemolisis intravaskular karena pada eritrosit setelah terpecah akan
menjadi hemoglobin (Hb) dalam plasma dan Hb ini akan terikat dengan haptoglobin untuk dibawa
ke hepar.
242. Black water fever adalah warna kencing yang berwarna hitam yang disebabkan karena
methemoglobinuria akibat hemoglobinuria yang mengalami oksidasi.
125
Vaso-occlusive:
- Episode nyeri + -
Bentuk eritrosit Sabit (+), poikilositosis yang sel sabit (-) poikilositosis yang
terfragmentasi,bizarre, sel target terfragmentasi,bizarre, sel target
HbA2 Jumlah Normal Bervariasi
HbF 2-10 % Hb F>10%
Lekositosis Bisa hingga 20.000-60.000 Bervariasi
Perjalanan penyakit Kronik eksaserbasi akut Kronik
Persamaan :
248.Fenomena yang terjadi di DIC yang mirip dengan HUS yaitu sama – sama terjadi microangiopathy
Hemolitic Anemia dimana sel-sel darah merah mengalami pemerasan dan melisis di microvaskuler
yaitu terbentuk Helmet cell, Burr cell.
Pada DIC prosesnnya di sistemik sedangkan HUS prosesnya di local.
250. Kemoterapi :
Pada fase induksi bisa terjadi restorasi elemen – elemen darah oleh karena sel-sel
leukemia yang sebelumnya mendesak elemen-elemen sel- sel darah normal menjadi
berkurang atau hilang sama sekali.
Reinduksi dilakukan sekitar 1 atau 2 bulan agar sel leukemia sisa hancur juga. Obat yang
dipakai adalah metotrexat intra tekal, vincristin.
Purinetol adalah obat anti metabolik yang spesifik terhadap fase S siklus sel yang
kadarnya dalam darah maksimal 2 jam setelah pemberian oral, diekskresi melalui ginjal
sebagai metabolit di urin dalam 24 jam pertama.
Contoh penyebab kerusakan pada stem sel adalah radiasi menyebabkan kerusakan stem
sel masa kritis 3-6 minggu, obat – obatan sitostatika, dan infeksi yang menimbulkan
mekanisme imunologik dimana kompleks imun yang mengalami deposit sumsum tulang
sehingga terjadi inflamasi yang dapat menyebabkan depressi sumsum tulang
Contoh penyebab kerusakan pada mikro environment adalah radiasi yang dapat
menyebabkan kerusakan kapiler.
126
Perbedaan (sentrifuge) Endapan (-) Endapan (+)
Supernatan (-) : warna seperti Supernatan (+) jernih
sebelum disentrifuge
253.Retraksi bekuan adalah suatu tes yang dilakukan untuk menilai adekuat tidaknya fungsi trombosit
dengan melihat cepat dan luasnya retraksi bekuan serta banyaknya cairan yang terperas. Nilai
normalnya.
254.Cara mengatasi kelebihan besi pada thalasemia adalah dengan pemberian bahan kelasi besi
( Iron Chelating Agent ) yang mengeluarkan besi dari tubuh.
255.Vitamin E diberikan pada thalasemia sebagai anti oksidan yang dapat memperpanjang umur sel
darah merah. Dosis 200-400 IU.
256.Pemeriksaan uji saring untuk pemeriksaan laboratorium yang dapat dipakai sebagai penyaring
diagnosis thalasemia beta adalah pemeriksaan fragilitas osmotik yang dimaksudkan untuk
mengukur ketahanan eritrosit terhadap hemolisis ketika terpapar dengan larutan NaCl hipotonik.
Ada beberapa cara uji fragilitas osmotik antara lain :
cara konvensional : menggunakan 12 buah tabung serta larutan NaCl dengan konsentrasi
bertingkat dari 0,1 % - 0,9 %. Eritrosis yang mengalami lisis dalam setiap konsentrasi NaCl
dibaca dengan fotometer kemudian dibuatkan kurva hemolisis. Cara ini dapat mendeteksi
derajat hemolisis pada berbagai konsentrasi garam. Tetapi cara ini membutuhkan banyak
waktu dan tidak praktis.
Cara otomatik : menggunakan alat fragiligraph yang dapat mencatat secara otomatik derajat
hemolisis dalam bentuk kurva.Hasilnya sering berbeda dengan cara konvensional dan tidak
cocok dipakai untuk survey di lapangan.
Uji fragilitas satu tabung hanya menggunakan satu larutan dapar NaCl yaitu konsentrasi 0,4 %
atau 0,36 %.Cara ini cukup praktis,sederhana dan ekonomis sehingga cocok dipakai di
lapangan.
257.Pemberian PRC dan trombosit untuk penderita anemia aplastik untuk mengatasi perdarahan yang
akut dan masif akibat trombositopeni, adanya Hb yang menurun < 8 gr %, dan adanya tanda
anoxia jaringan.
258.Komponen – komponen yang menghancurkan trombosit pada ITP selain makrofag adalah sel
Natural Killer, sel CTL(Cytotoxic T Lymphocyte)/Tc spesifik, sel Mast.
127
Fungsi IVGG pada terapi ITP :
Retikuloendothelial Fc-receptor blockade
Menurunkan sintesis autoantibodi
Melindungi trombosit dan megakaryosit dari antibodi trombosit
Membersihkan infeksi virus yang menetap dengan memberikan imunoglobulin.
261.Krepitasi :
i. Krepitasi ialah suara membukanya alveoli. Krepitasi normal terdengar di belakang bawah dan
samping pada waktu inspirasi dalam sesudah istirahat terlentang beberapa waktu lamanya.
ii. Krepitasi subcutis menunjukkan adanya udara di bawah kulit ,contohnya pada emfisema
subkutis.
262.Retraksi bekuan : prinsipnya sample darah dibiarkan membeku selama waktu tertentu dan pada
suhu tertentu. Bekuan darah dikeluarkan kemudian diukur serum yang terperas terhadap volume
darah semula.
Cara kerja :
Tuang 5 ml darah vena ke dalam tabung berskala.
setelah darah membeku di dalam tabung, tabung diletakkan dalam penangas air 37 oC selama
24 jam sambil diobservasi secara berkala. Satu jam setelah beku terjadi retraksi dan bekuan
sudah harus padat dan tahan goncangan. Persentasi bekuan dicatat yaitu cairan yang
terperas kemudian volumenya diukur dan hasilnya dinyatakan dalam % yang dihitung
terhadap volume darah semula. Kalau kurang dari normal mungkin ada gangguan trombosit
atau jumlahnya kurang. Sifat bekuan perlu diamati, apakah bekuan telah mengalami retraksi
sempurna atau hanya sebagian, apakah bekuan itu rapuh atau padat. Nilai rujuk : 40-60%.
264.Thalasemia ß adalah mutasi pada kedua alel gen globin ß. Thalasemia ß heterosigot /
Thalasemia ß trait / pembawa sifat thalasemia ß adalah mutasi hanya pada satu alel gen globin
ß dan tanpa gejala klinik.
Darah:
MCV/MCHC N/ N N N
Retikolosit N
Hb F N N/ N N
128
Besi serum N/ N N
RDW N N
Sumsum tulang N hiperplasia N Hiposeluler Hiperseluler
eritroid
129
Jawab : Pada leukemia terjadi netropenia karena penggantian sumsum tulang oleh blas leukemia
dan karen terapi sitotoksik intensif. yang menyebabkan depresi sumsum tulang
271.Mengapa kekurangan enzim G6PD menyebabkan hemolisis, berapa tingkat defisiensi G6PD?
Jawab : defisiensi diturunkan secara X-linked.Kerentanan sel darah merah terhadap hemolisis
meningkat pada defisiensi G6PD, yang mengkatalisis langkah awal dalam oksidasi glukosa
melalui jalan heksosa monofosfat. Jalan ini menghasilkan NADPH dari NADP yang diperlukan
untuk pemeliharaan fragilitas sel darah merah normal.
Derajat Defisiensi :
1. Anemia hemolitik spherositik herediter jarang ditemukan & kelainan fungsi yang berat.
2. Varian G6PD Mediteranian (hemolisis tetap berlanjut selama ada pemaparan)
3. Kelompok defisiensi G6PD ringan (varian G6PD-)hemolisis terhenti walaupun
pemaparan masih berlanjut.
4. Kelompok tanpa gejala.
276.Faktor Von Willebrand :(VIII:WF) adalah bagian faktor VIIIR:AG yang tersangkut pada proses
adhesi dan agregasi. Protein ini beredar sebagai molekul kompleks yang tersusun atas beberapa
rantai-subunit dengan ukuran yang sama yang diikat oleh ikatan disulfida. Unit lebih kecil dengan
aktivitas antikoagulan (VIII:C) disambung dengan molekul VIIIR:AG oleh ikatan non kovalen.
130
278. APCD penyebab utamanya : karena minum ASI eksklusif : pada susu sapi kadar vit K 6 g/dl
dan pada ASI kadar vit K : 1,5 g/dl.
Selain itu defisiensi vit K pada anak-anak : ikterus obstruktif, penyakit pankreas atau usus halus
BMP : 2:1–5:1
Rasio mieloid:eritroid 10:1 - 50 : 1 < 100.000
Leukosit >100.000 (+)
Monositosis pada darah&SST (-) Sering ada
Trombositopenia Jarang
Kromosom : (-)
Kromosom Philadelphia (+) mungkin ada
Kromosom lain mungkin ada
Kelainan sel darah merah (+)
Eritropoesis inefektif (-) menurun
I antigen pada sel darah merah Normal 15-50%
Kadar HbF Normal sering
Normoblas pada darah Jarang
Pem.laboratorium lain : Meningkat jelas
Muramidase urin dan serum Meningkat sedikit Insidens tinggi antinuklear
Gangguan imunologis Tidak ada antibodi(52%) dan anti Ig-G
antibodi (43%)
Monosit
131
280. Asam folat terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam para-aminobenzoat dan asam glutamat.
Dari penelitian yang memiliki arti biologik adalah gugus PABA gugus asam glutamat. PABA
diperlukan untuk membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesa purin dan asam-asam
nukleat.
PABA
Dihidropteroat
sintetase
Asam dihidrofolat
Dihidrofolat
reduktase Metotrexate
Asam tetrahidrofolat
Purin
DNA
132
TUMOR WILMS NEUROBLASTOMA
Unilateral, tidak melewati garis Sering bilateral, sering lewat garis
Lokalisasi
tengah median
IVP : Plevis renalis Sering distorsi kalises Sering displacement ke bawah
IVP : Kalsifikasi Sering ada Jarang
Metastase utama Paru-paru Tulang
Anemia & penurunan BB Timbulnya lambat Sebagai gejala awal
Lab : LDH Meningkat Normal
Lab : VMA Normal Meningkat
Jar. Blastema metanefrik
Asal jaringan Primitive neural crest
primitive
283. Bagaimana Farmakologi dari Myleran®
Busulfan (1,4-Butanediol dimethanesulfonate ) Myleran® adalah agen alkilating
Bersifat terhidrolisis di dalam air, dapat larut dalam aseton dan sedikit larut dalam etanol.
Indikasi : - Pada kasus kelainan sitologi ( giant nuclei, cytomegali, dysplasia )
- Chronic Myelositic Leucemia
Efek samping :
- Disuria
- Demam
- Stomatitis
- Nyeri punggung
- Sakit kepala
Grup Deskripsi
I (a) Tumor solid kurang dari 4 dd (disc diameter), pada atau di belakang ekuator
(b) Tumor multiple tidak lebih dari 4 dd, semua berada atau di belakang ekuator
II (a) Tumor solid dengan diameter 4-10 dd, pada atau di belakang ekuator
(b) Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd, pada atau di belakang ekuator
III (a) Beberapa lesi di depan ekuator
(b) Tumor solid lebih besar dari 10 dd di belakang ekuator
IV (a) Tumor multiple, sebagian besar lebih besar dari 10 dd
(b) Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
V (a) Tumor massif mengenai lebih dari setengah retina
(b) Penyebaran ke vitreous.
133
Stadium retinoblastoma menurut pemeriksaan patologi :
Grup Deskripsi
I Intraorbita
(a) Tumor retina, tunggal atau multiple
(b) Ekstensi ke lamina cribrosa
(c) Ekstensi ke uvea
II Orbita
(a) Tumor orbita
1 Menyebar ke sel-sel episklera
2 Massa tumor (penonjolan tumor)
(b) Nervus optik
1 Menyerang sampai nervus distal
2 Menyerang sampai ke menings
III Metastasis intrakranial
(a) Positif hanya berdasarkan pemeriksaan CSF
(b) Lesi massa pada SSP
IV Metastasis hematogen
(a) Positif hanya berdasarkan pemeriksaan BMP
(b) Lesi pada tulang dengan atau tanpa positif pada BMP
(c) Menyerang organ-organ lain
285. Asal Neuroblastoma dari mana ? dipersarafi oleh ? bagaimana neuroblastoma dapat
menyebabkan hipertensi ?
Neuroblastoma adalah kanker pada sistem saraf yang berasal dari Krista neuralis. Kanker saraf
simpatis primitif ini dapat timbul di berbagai bagian tubuh. Bagian yang paling sering
mengalaminya adalah kelenjar anak ginjal (adrenal supra renal) Neuroblastoma bisa tumbuh di
berbagai bagian tubuh, dan berasal dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis ( bagian
dari sistem saraf yang mengatur fungsi tubuh involunter / diluar kehendak, dengan cara
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, mengerutkan pembuluh darah dan merangsang
hormon tertentu )
134
- Pembesaran kel.limfe juga di
leher, supraklavikuler/axiler inguinal, axilla, supra diafragma
(jarang)
5 Sumsum tulang (+) (+)
6 SSP Jarang Lebih sering
7 Liver Hepatomegali (-) Hepatomegali (+)
8 Tulang Jarang Lebih banyak
Tidak spesifik, bisa ditemukan
9 Laboratorium Dalam batas normal lekositosis, limfopenia,
eosinofilia,monositosis & anemia
Tergantung klasifikasinya untuk
Ditemukan sel Reed Sternberg yang
jenis yang Burkitt’s atau Non
spesifik, yang merupakan sel limfoid
Gambaran Burkitt’s gambaran selnya difuse
10 yang besar dgn banyak nukleus yang
Histopatologi undiferentiated, imunoblastik :
mengelilingi nuklei sehingga
histiositik difus atau sel limfoblastik
memberikan gambaran seperti halo
konvulted / berlekuk
11 Prognosis Jelek Lebih baik
Neonatus
o Hydronefrosis
o Renal Multidysplastik
135
o Neproma mesoblastik
o Trombosis vena renalis
o Penyakit ginjal Polikistik
o Wilm´s tumor
o Rhabdoid Tumor
Pelvik
o Kista ovari
o Hydrocolpos
o Hydrometocolpos
o Duplikasi Gastrointestinal
136