GANGGUAN SISTEM
HEMATOLOGI
(LEUKEMIA)
Aflah Annadwa yoan Prayoga 21301142
Anuggrah Pralingga 213011
Carry Pindo 21301143
Desry yuwaldi 21301152
Muhammad Al-farizi 21301163
Nanda Pratama 21301166
Nabila riski wardania 213011
Nurin Ramadani 21301168
Nadif zalfi 21301012
Regina mulyati 21301171
Rizky masyitoh 21301174
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai dengan penggantian elemen sumsum
tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik. Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan
yang disebabkan oleh berbagai kelainan hemostasis. Kelainan hemostasis yang dapat terjadi pada leukimia berupa
trombositopenia, disfungsi trombosit, koagulasi intravaskuler diseminata, defek protein koagulasi, fibrinolisis primer
dan trombosis.
ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum bisa dipahami dengan baik. Leukemia
diduga dipicu oleh satu sel yang tidak normal pada sumsum tulang, dimana gen penting yang
mengendalikan bagaimana sel harus berkembang biak, bertumbuh, dan mati telah berubah. Namun,
penyebab mengapa sel tersebut menjadi tidak normal belum bisa diketahui secara pasti. Faktanya,
sebagian besar pasien tidak mencoba untuk mengidentifikasi penyebab spesifiknya.
Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan pengobatan yang dilakukan. Berikut ini beberapa
komplikasi akibat pengobatan leukemia:
a. Graft versus host diseaseyaitu komplikasi dari transplantasi sumsum tulang
b. Anemia hemolitik
c. Tumor lysis syndrome (sindrom lisis tumor)
d. Gangguan fungsi ginjal
e. Infertilitas
Anak-anak penderita leukemia juga beresiko mengalami komplikasi akibat pengobatan yang dilakukan.
Jenis komplikasi yang dapat terjadi meliputi gangguan sistem saraf pusatgangguan tumbuh kembang, dan
katarak (Tjin Willy2019)
Penatalaksanaan medis
pada anak dengan LLA meliputi kemoterapi, terapi
radiasi, transplantasi sumsum tulang, cryotherapy, dan transplantasi sel darah
perifer. Pengobatan kemoterapi yang dilakukan dapat menimbulkan beberapa
gejala seperti mual, muntah, perubahan berat badan, kelelahan, rambut rontok
demam, nyeri, mukositis, ansietas, dan gangguan tidur. Ketidaknyamanan yang
ditimbulkan akibat kemoterapi akan berdampak tidak hanya pada aspek fisik
tetapi juga emosi dan perilaku (Mcculloch, Hamsley & Kelly, 2018).
Menurut Hoffbrand dan Pettit (2012) nyeri adalah masalah keperawatan
yang paling sering dijumpai pada anak penderita LLA. Rasa nyeri biasanya
terjadi pada tulang atau sendi dan perut yang selanjutnya akan mempengaruhi
emosional, fisik, kognitif serta sosial anak. Nyeri menjadi masalah yang perlu
diatasi untuk meningkatkan kualitas hidup penderita LLA. Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri pada anak penderita LLA yaitu
dengan melakukan pendekatan farmakologis dan non farmakologis (Kozlowska
& khan, 2011).
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak yang menderita LLA dimulai
dari pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pelaksanaan
asuhan keperawatan anak juga harus bersifat holistik yakni mencakup
biopsikososiopiritual. Selain itu, penerapan FCC (family center care) dan
atraumatic sangat penting untuk diterapkan, sehingga penulis terdorong untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada anak penderita ALL.
woc
1. Diagnosa keperawatan
- perfusi tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemaglobin
- hipertemia b.d proses penyakit (mis,infeksi,kanker )
- resiko infeksi b.d ketidakkuatan pertahan tubuh skunder (penurunan
hemagelomin )
2. intervensi keperawatan
a. perfusi perifer tidak efektif b.b penurunan konsentrasi hemaglobin
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam maka di harapkan perfusi perifer meningkat
KH :
- nyeri ekstremitas menurun
- akral membaik
- tugor kulit membaik
E : - ajurkan melakukan perawatan kulit yang tepat ( mis, melembabkan kulit kering pada kaki )
3. b. hipertemia b.d proses penyakit (mis,infeksi,kanker )
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam maka di harapkan termoregulasi membaik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam maka di harapkan maka tingkat infeksi menurun
KH:
- nafsu makan meningkat menjadi setengah porsi
- nyeri menurun skala 2
- kadar sel darah putih membaik