Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Anak-anak merupakan suatu anugrah dalam suatu keluarga. Suatu keluarga
dikatakan sudah lengkap dan sejahtera bila pasangan suami istri sudah memiliki
keturunan. Sebelumnya anak-anak akan diberikan imuniasi dimana imunisasi itu
diberikan untuk mengurangi dan menigkatkan derajat kesehatan anak-anak. Namun
tetap saja ada beberapa penyakit bawaan ataupun tidak bawaan yang dapat terjadi.
Seperti misalnya adalah leukemia.
Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal dari sel induk
sistem hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darahputih tidak
terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang.Ini adalah suatu
penyakit darah dan organ-organ dimana sel-sel darahtersebut dibentuk dan ditandai
dengan proliferasi sel-sel imatur abnormalyang mempengaruhi produksi dari sel-sel
darah normal lainnya. Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik
pembuatsel darah yaitu pada sum-sum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah
tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal. Walaupun penyebab dasar leukemia tidak dapat
diketahui secara pasti, pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan
kelihatannya memainkan peranan penting dalam penyakit ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit leukemia ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak leukemia ?
3. Bagaimanakah contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak leukemia?
4. Bagaimanakah konsep dasar penyakit talasemia ?
5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia ?
6. Bagaimanakah contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak talasemia?
7. Bagaimanakah konsep dasar penyakit hipospadia ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak hipospadia?
9. Bagaimanakah contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak hipospadia?
10. Bagaimanakah konsep dasar penyakit nefrotik sindrom ?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom ?
12. Bagaimanakah contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom?

1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit leukemia
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak leukemia
3. Untuk mengetahui contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak leukemia
4. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia
5. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia
6. Untuk mengetahui contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak talasemia
7. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit hipospadia
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak hipospadia
9. Untuk mengetahui contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak hipospadia
10. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit nefrotik sindrom
11. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom
12. Untuk mengetahui contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom

1.4 MANFAAT
1. Untuk memahami konsep dasar penyakit leukemia
2. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak leukemia
3. Untuk memahami contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak leukemia
4. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia
5. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia
6. Untuk memahami contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak talasemia
7. Untuk memahami konsep dasar penyakit hipospadia
8. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak hipospadia
9. Untuk memahami contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak hipospadia
10. Untuk memahami konsep dasar penyakit nefrotik sindrom
11. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom
12. Untuk memhami contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT LEUKIMA


A. DEFINISI
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Leukemia umumnya
muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, sumsum tulang tanpa diketahui
dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak
normal atau abnormal.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu :
 Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukimia-lymphoma virus/HTLV)
 Radiasi
 Obat-obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
 Fakto herediter, misalnya pada kembar monozigot
 Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome
Leukimia biasanya menganai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian
besar jenis leukimia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker,
meningkatkan risiko terjadinya leukimia. Orang yang memiliki kelainan genetim
tertentu (misalnya sindroma down dan sindroma fanconi), juga lebih peka terhadap
leukimia.
Faktor yang ikut berperan yaitu : virus onkogenik yang memiliki struktur
antigen tertentu, predisposisi genetic yang digabungkan dengan inisiator (mutasi) baik
yang diketahui maupun tidak, abnormalitas kromosom dan hereditas, factor eksogen,
seperti sinar X, sinar radioaktif, hormone, bahan kimia dan infeksi, factor endogen,
seperti ras (orang Yahudi), serta riwayar penyakit yang berkaitan dengan
hematopoisis (pembentuan sel darah), seperti penyakit Hodgkin, meiloma multiple,
pelisitemia vera, dan anemia siderobastik .Berdasarkan sumber lainnya, terdapat
etiologic lain, yaitu: obat-obat imunosupresif, obat karsinogenetik dan kelainan
kromosom.

3
C. KLASIFIKASI
Leukimia diklasifikasikan menjadi 4 bagian, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Leukimia Meilogenus Akut
AML mengenai sel system hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid, monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena, insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukimia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukimia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam system keganasan sel myeloid. Namun banyak
sel normal dibandingkan bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang
menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan AML, tetapi tanda
dan gejala lebih ringan, pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukimia Lomfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas lomfoblast. Sering terjadi pada anak-
anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak insiden usia 4 tahun,
setelah 15 tahun ALL jarang terjadi. Menifestasi limfosit berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukimia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan menganai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi pasien tidak menunjukan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik
atau penanganan penyakit lain.
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala akibat penyusupan sel leukemia ke sumsum tulang. Penyusupan ini
mengakibatkan berkurangnya produksi sel darah lain dengan berbagai
konsekuensinya yaitu sebagai berikut:
1. Mudah terjadi perdarahan karena produksi sel pembeku darah berkurang
sehingga penderita kelihatan pucat, lemah dan berat badan turun karena nafsu
makan turun dan akibat sel leukemia menyusup ke saluran cerna.
2. Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limpe (limpadenopati) dan pembesaran
hati dan limpa/lien/spleen (Hepatosplenomegali)
3. Pada daerah kepala dan leher bisa terlihat penyusupan sel leukemia pada kulit
dan tulang. Akibatnya, terlihat gejala perdarahan atau bendungan pembuluh
darah.
4. Penyusupan sel leukemia pada kulit disebut leukemid dan bisa berbentuk borok
atau bisul atau kulit berubah warna kekuning-kuningan.
4
5. Kelainan saraf otak akibat penyusupan sel leukemia pada saraf otak atau akibat
kelainan metabolisme atau karena penyumbatan aliran cairan otak dan sumsum
tulang belakang.
6. Kadang-kadang terjadi kelumpuhan saraf otak ke-7 yang mengurus otot-otot
wajah yang sering dijumpai pada leukemia limpositik akut.
E. PATOFISIOLOGI
Leukimia adalah jenis gangguan pada system hematopoietic yang total dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukimia dan prosedurnya.Sejumlah besar sel pertama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, lomfosit di
dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang
lebih besar (splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering
mengganggu produksi normal sel hamtopoetik lainnya dan mengarah ke
pengembangan/pembelahan sel yang cepat ke sitopenias (penurunan jumlah).
Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya immunocompetence
dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi.
Jika penyebab leukimia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah masuk
ke dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan struktur antigen
manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka akan ditolak oleh tubuh.
Struktur antigen manusia terbetuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh
terutama kulit dan selaput lender yang terletak dipermukaan tubuh. Istilah HL-A
(Human Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap jaringan telah ditetapkan (WHO).
System HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetika, sehingga adanya
peranan factor ras dan keluarga dalam etiologic leukimia tidak dapat diabaikan .
Prosesnya meliputi: normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang
malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, system
retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan system pertahanan
tubuh dan mudah mengalami infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran
gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, system saraf pusat. Gangguan pada
nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan,
dan adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.
Leukimia adalah penyakit kanker jaringan yang menghasilkan imatur atau
abnormal dalam jumlah berlebihan dan menyusup ke dalam berbagai organ tubuh.
5
Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel
yang normal. Akibatnya, timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang
tidak mencukupi. Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang
bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit.
Penyusupan sel-sel leukemic ke dalam semua organ-organ vital menimbulkan
hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati.
Timbul disfungsi sumsum tulang, menyebabkan turunnya jumlah eritrosit,
neutrofil dan trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi limfonodus, limfa, hati, tulang,
dan SPP .Di semua tipe leukimia, sel yang berproliferasi dapat menekan produksi
dan elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk
menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda
dan gejala dari leukimia merupakan hasil dari infiltrasi sumsum tulang, dengan 3
manifestasi yaitu anemia dan penurunan RBCs, infeksi dari neutropenia, dan
perdarahan karena produksi platelet yang menurun. Imvasi sel leukimia yang
berangsur-angsur pada sumsum menimbulkan kelemahan pada tulang dan cenderung
terjadi fraktur, sehingga menimbulkan nyeri.Ginjal, hati, dan kelenjar limfe
mengalami pembesaran dan akhirnya fibrosis, leukimia juga berpengaruh pada SSP
dimana terjadi peningkatan tekanan intra kranial sehingga menyebabkan nyeri pada
kepala, letargi, papil edema, penurunan kesadaran dan kaku duduk
F. POHON MASALAH
G.
Virus ( Enzyme, Sinar Radio Aktif ,Zat
Retrovirus, Transcriptase) Kimia

Invasi ke Sumsum Tulang Perubahan ionisasi sumsum


tulang belakang

Leukemia

Hematopiosis Eritrosit,
Kemoterapi Poliferasi Sel Darah Putih Neutrofil dan
Trombosit

Asam Lambung
Mual dan Imunosupresi
Respon Imun Pembekuan Darah
Trombositopenia Eritropenia
Penurunan
(HCl)
Muntah Sumsum Tulang Tidak Terjadi Hemoglobin

Anoreksia Hormon Nyeri Koagulopati Sirkulasi O2


Inheren Terganggu
6
RESIKO Suplai dan Kebutuhan
Berat Badan NYERI AKUT O2 tidak seimbang
Menurun PERDARAHAN

DEFISIT NUTRISI

H. KOMPLIKASI
1. Infeksi
Komplikasi ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa anak-anak
adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak paling rentan
terhadap infeksi berat selama tiga fase penyakit berikut:
1. Pada saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses leukemia
telah menggantikan leukosit normal.
2. Selama terapi imunosupresi
3. Sesudah pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga mempredisposisi
pertumbuhan mikroorganisme yang resisten.
4. Walau demikian, penggunaan faktor yang menstimulasi-koloni granulosit telah
mengurangi insidensi dan durasi infeksi pada anak-anak yang mendapat terapi
kanker. Pertahanan pertama melawan infeksi adalah pencegahan.
2. Perdarahan
Merupakan sebelum penggunaan terapi transfuse trombosit, perdarahan
merupakan penyebab kematian yang utama pada pasien leukemia. Kini sebagaian
besar episode perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan pemberian
konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit.
Karena infeksi meningkat kecenderungan perdarahan dan karena lokasi
perdarahan lebih mudah terinfeksi, maka tindakan pungsi kulit sedapat mungkin harus
dihindari. Jika harus dilakukan penusukan jari tangan, pungsi vena dan penyuntikan
IM dan aspirasi sumsum tulang, prosedur pelaksanaannya harus menggunakan teknik
aseptic, dan lakukan pemantauan kontinu untuk mendeteksi perdarahan.
Perawatan mulut yang saksama merupakan tindakan esensial, karena sering
terjadi perdarahan gusi yang menyebabkan mukositis. Anak-anak dianjurkan untuk
menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan cedera atau perdarahan seperti
bersepeda atau bermain skateboard, memanjat pohon atau bermain dengan ayunan.
Umumnya transfuse trombosit hanya dilakukan pada episode perdarahan aktif
yang tidak bereaksi terhadap terapi lokal dan yang terjadi selama terapi induksi atau
relaps. Epistaksis dan perdarahan gusi merupakan kejadian yang paling sering
ditemukan.
3. Anemia

7
Pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat penggantian total sumsum
tulang oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi, transfusi darah mungkin
diperlukan. Tindakan kewaspadaan yang biasa dilakukan dalam perawatan anak yang
menderita anemia harus dilaksanakan.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan leukemia adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
a) Ditemukan sel blast yang berlebihan
b) Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi
a) Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b) Peningkatan asam urat serum
c) Peningkatan tembaga (Cu) serum
d) Penurunan kadar Zink (Zn)
e) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk
sel blast / sel primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel
kanker ke organ tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik:
50-60% dari pasien ALL dan mempunyai kelainan berupa:
a) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid
(2n+a)
b) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen
kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat keciL
J. PENALAKSANAAN MEDIS
Operasi pengambilan tumor (eksisi) bukan merupakan langkah utama pada
pengobatan kangker darah (leukemia).Meskipun mungkin pada penderita
leukemia yang bukan jenis Hodgkin kadang-kadang dilakukan pengangkatan
pembesaran kelenjar limpe secara lokal. Berikut ini dapat dicermati prinsip-
prinsip pengobatan leukemia:
1. Untuk mengatasi keluhan dan kelainan klinik (pengobatan paliatif)
Usahakan agar penderita secara fisik dan mental dalam kondisi seoptimal
mungkin.Perlu diperhatikan efek samping maupun pengaruh buruk (toksisiti)
dari obat-obat yang diberikan.
8
2. Untuk mengatasi kelainan sel darah
Batasi jumlah sel leukemia dengan menggunakan busulfan yang mempengaruhi
sel-sel induk (stem sel) yang merupakan bakal sel leukemia.
3. Faktor umur, psikologis, dan status ekonomi penderita juga perlu menjadi
pertimbangan dalam pengobatan bagi penderita leukemia.
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan Leukemia:
a) Obat anti-metabolik: metotreksat, Sitosi, Srabinosid, dan 6-merkaptopurin
b) Zat alkilating: nitrogen mustard, khlor ambusil, siklopospamid, busulfan,
mepalan, zat stamokinetik, vinblastin, vinkristin, antibiotik, dunomisin, dan
bleomisin.
c) Hormon anak ginjal (adrenal)
d) Lain-lain: L. Asparginase, prokarbazin, nitrourease, dan Dibromanitol.
Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi kadang-kadang perlu kombinasi.
Misalnya, gabungan penicillin (trimetin dan pipersilin) dengan aminoglikosid (seperti
amikasin, tobramisin, dan gentamisin).
Pemberian antibiotik dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan akibat
samping, yakni terjadi pertumbuhan jamur.Keadaan ini dapat diatasi dengan
pemberian ampotirisin B.
Pada leukemia kronis mungkin diperlukan penyinaran limpa diikuti pemberian obat
alkilating seperti L-penil alanin mustard atau gabungan busulfan dengan
khlorambusil.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS PASIEN
Dalam identitas pasien terdapat biodata lengkap pasien, dan tanggal masuk rumah
sakit.Selain itu dilengkapi pula dengan identitas penanggung jawab pasien.

2. DATA KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan anak
i. Keluhan utama
Dalam keluhan utama terdapat alasan pasien datang ke RS atau Poli
Klinik.Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
ii. Riwayat penyakit sekarang
9
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah
dialami sebelumnya.
iii. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal :apakah bayi lahir
dalam usia kehamilan aterm atau tidak. Riwayat neonatal (distres pernafasan,
sianosis, ikterus, kejang, kemampuan makan buruk).
iv. Riwayat Penyakit Dahulu
Termasuk keadaan umum kesehatan pasien sebelum datang ke RS
maupun Poli Klinik.Tanyakan tentang nafsu makan, penurunan atau
peningkatan BB akhir-akhir ini.Alergi pada anak perlu diketahui untuk
dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
v. Imunisasi
Termasuk hal-hal spesifik tentang imunisasi (tanggal dan jenis) dan
reaksi yang tidak diharapkan,bila anak belum di imunisasi, catat
alasannya.Catat desentisasi misalnya campak, gondok/rubela.
vi. Pengobatan saat ini
Termasuk obat-obatan dengan resep atau tanpa resep dokter, dosis,
frekuensi, dan waktu dari dosis terakhir
vii. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Mengidentifikasi bagaimana tumbuh kembang anak, termasuk tinggi
dan berat badan rata-rata pada umur 1, 2, 5 dan 10 tahun dan erupsi/
tanggalnya gigi. Gunakan KPSP pada anak dengan usia dibawah 72 bulan.
viii. Riwayat sosial
Meliputi hubungan anak dengan keluarga dan lingkungan social serta
keaktifan anak dalam bersosialisasi.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


Termasuk umur dan kesehatan anggota keluarga terdekat, penyakit keturunan,
adanya kelainan kongenital dan jenisnya, keturunan dari orang tua, pekerjaan dan
pendidikan orang tua, dan hubungan keluarga. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah adaanggota keluarga yang menderita penyakit
menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien
10
3. 11 Pola Fungsional Gordon
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat II pengkajian pola fungsi
kesehatan sebagai berikut (Potter, 1996) :
a. Pola Persepsi - Manajemen kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan keseshatan, persepsi
terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b. Pola Nutrisi – Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,
mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan luka pada
kulit, maknan kesukaan.
c. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit kebiasaan defekasi,
ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri, dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urine dan
feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih, masalah bau badan perspitasi
berlebih, dll.
d. Pola Latihan – Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingny latihan / gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain kemampuan klien dalam menata diri
apabila tingkat kemampuan :
0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang dan alat
4 : tergantung

e. Pola Kognitif Preseptual


Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
komponensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif di dalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
11
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain), tingkat pendidikan, persepsi
nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala
1-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau
fungsinya, tingkat kesadaran orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,
pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman, dll.
f. Pola Istirahat – Tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahatdan persepsi tentang energy. Jumlah jam
tidurpada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk,
penggunaan obat, mengeluh letih.
g. Pola Konsepsi diri – Persepsi diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan-
kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, peran, identitas dan ide diri
sendiri. Manusia sebagi sistem terbuka dimana keseluruhan bagian manusia
akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai sistem terbuka,
manusia juga sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural spiritual dan dalam
pandangan secara holistic.Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian
terhadap diri, dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive,
isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup/relaks.
h. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan, tempat tinggal, tidak
punya rumah, tingkah laku passive/agresif terhadap orang lain, masalah
keuangan, dll.
i. Pola Reproduksi / Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan
seksualitas, dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat penyakit hubungan
sex, pemeriksaan genital.
j. Pola Pertahanan Diri (koping – toleransi stres)
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan penggunaan system
pendukun, penggunaan obat untuk menanggani stres, interaksi dengan orang
terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek
penyakit terhadap tingkat stres.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan onsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dalam budaya,
12
berbagi dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari
bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan fisik anak termasuk keadaan umum, tinggi badan, berat badan,
pajang badan, dan pemeriiksaan head to toe, inspeksi ,palpasi, auskultasi dan
perkusi. Berdasarkan tingkatan (grade) DHE keadaan fisik anak berikut :
a. Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda tanda vital
nadi lemah.
b. Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, adanya
perdarahan spontan petekia : perdarahan gusi dan telinga, nadi, lemah, kecil,
tidak teratur.
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, tidak teratur, tensi menurun.
d. Grade IV : kesadaran koma, nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan
tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit nampak biru.
5. Data Lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan
terutama apabila anak berada di klinik.
II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses keganasan
3. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Manajemen nutrisi


berhubungan asuhan keperawatan
Observasi Observasi
dengan fungsi selama .....x24 jam
fisiologis diharapkan status 1. Identifikasi status 1. Untuk
nutrisi membaik nutrisi mengetahui
dengan kriteria status nutrisi
2. Identifikasi alergi
hasil : 2. Untuk
dan intoleransi
mengetahui

13
1. Porsi makanan alergi dan
makanan intoleransi
3. Identifikasi
yang makanan
makanan yang
dihabiskan pasien
disukai
meningkat 3. Untuk
2. Kekuatan 4. Identifikasi mengetahui
otot kebutuhan kalori dan makanan yang
pengunyah jenis nutrien disukai
meningkat 4. Untuk
5. Identifikasi
3. Kekuatan mengetahui
perlunya
otot kebutuhan
penggunaan selang
menelan kalori dan
nasogastrik
meningkat jenis nutrisi
4. Serum 6. Monitor asupan 5. Untuk
albumin makanan mengetahui
meningkat perlu atau
7. Monitor berat
5. Verbalisasi tidaknya
badan
keinginan menggunakan
untuk 8. Monitor hasil selang
meningkatk pemeriksaan nasogastrik
an nutrisi laboratorium 6. Untuk
meningkat mengetahui
Terapeutik
6. Pengetahua asupan
n tentang 9. Lakukan oral makanan
pilihan hygiene sebelum 7. Untuk
makanan makan, jika perlu mengetahui
yang sehat berat badan
10. Fasilitasi
meningkat pasien
menentukan
7. Pengetahua 8. Untuk
pedoman diet (Mis.
n tentang mengetahui
Piramida makanan)
pilihan hasil
minuman 11. Sajikan makanan pemeriksaan
yang sehat secara menarik dan laboratorium
meningkat suhu yang sesuai 9. Menjaga
8. Pengetahua kebersihan oral
12. Berikan makanan

14
n tentang tinggi serat untuk hygiene pasien
standar mencegah konstipasi 10. Mencukupi
asupan nutrisi pasien
13. Berikan makanan
nutrisi yang 11. Agar pasien
tinggi kalori dan
tepat lebih tertarik
tinggi protein
meningkat dengan
9. Penyiapan 14. Berikan makanan
dan suplemen makanan, 12. Memperlancar
penyimpana jika perlu feses
n makanan 13. Memberikan
15. Hentikan
dan makanan
pemberian makan
minuman 14. Memenuhi gizi
melalui selang
yang aman pasien
nasogastrik jika
meningkat 15. Untuk
asupan oral dapat
10. Sikap mengetahui
ditoleransi
terhadap pemberian
makanan/mi Edukasi makan melalui
numan selang
16. Anjurkan posisi
sesuai nasogastrik
duduk, jika mampu
dengan 16. Memberikan
tujuan 17. Ajarkan diet rasa nyaman
kesehatan yang diprogramkan pada pasien
meningkat 17. Memenuhi gizi
Kolaborasi
11. Perasaan pasien
cepat 18. Kolaborasi 18. Untuk
kenyang pemberian medikasi mengetahui
menurun sebelum makan (mis. pemberian
12. Nyeri pereda nyeri , medikasi
abdomen antiemetik), jika sebelum
menurun perlu makan
13. Sariawan 19. Untuk
19. Kolaborasi
menurun memenuhi gizi
dengan ahli gizi
14. Rambut pasien
untuk menentukan
rontok
jumlah kalori dan
menurun
jenis nutrien yang

15
15. Diare dibutuhkan, jika
menurun perlu
16. Berada
badan
membaik
17. Indeks masa
tubuh (IMT)
membaik
18. Frekuensi
makan
membaik
19. Nafsu
makan
membaik
20. Bising usus
membaik
21. Tebal
lipatan kulit
trisep
membaik

2. Gangguan setelah dilakukan Perawatan Perawatan


tumbuh asuhan keprawatan perkembangan perkembangan
kemabang selama .....x 24 jam Observasi Observasi
berhubungan Diharapkan status 1.Identifikasi 1. Untuk
dengan efek perkembangan pencapaian tugas mengetahui
ketidakmampua membaik dengan perkembangan anak seberapa
n fisik kriteria hasil : 2.Identifikasi isyarat pencapaian
1.Keterampilan/pril perilaku dan tugas
aku sesuai usia fisiologis yang perkembangan
meningkat ditunjukkan bayi anak
2.Kemampuan (mis. Lapar, tidak 2. Untuk
melakukan nyaman). mengetahui
perawatan diri Terapeutik perilaku dan

16
meningkat 3.Pertahankan fisiologis yang
3.Respon sosial sentuhan seminimal ditunjukan
meningkat mungkin pada bayi bayi
4.Kontak mata prematur 3. Untuk
meningkat 4.Berikan sentuhan mengurangi
5.Kemarahan yang bersifat gentle sentuhan pada
menurun dan tidak ragu-ragu bayi
6. Regresi menurun 5.Minimalkan nyeri 4. Untuk
7. Afek membaik 6.Minimalkan memberikan
8. Pola tidur kebisingan ruangan sentuhan yang
membaik 7.Pertahankan bersifat gentle
lingkungan yang dan tidak ragu-
mendukung ragu
perkembangan 5. Agar
optimal mengurangi
8.Motivasi anak nyeri
berinteraksi dengan 6. Untuk
anak lain mengurangi
9. Sediakan ak kebisingan
tivitas yang ruangan
memotivasi anak 7. Agar pasien
berinteraksi dengan dapat
anak lainnya mengoptimalk
10. Fasilitasi anak an
berbagi dan perkembangan
bergantian/bergilir pasien
11. Dukung anak 8. Agar pasien
mengekspresikan lebih
diri melalui termotivasi
penghargaan positif untuk
atau umpan balik berinteraksi
atas usahanya dengan anak
12.Perhatikan lain
kenyaman anak 9. Agar pasien
13.Pertahankan dapat

17
kenyamanan anak bersosialiasasi
14. Fasilitasi anak 10. agar
melatih keterampilan membiasakan
pemenuhan anak untuk
kebutuhan secara berbagi
mandiri (mis. 11. agar anak lebih
Makan, sikat gigi, termotivasi
cuci tangan, atas karyanya
memakai baju) 12. agar anak
15.Bernyanyi merasa lebih
bersama anak lagu- aman
lagu yang disukai 13. agar anak tetap
16. Bacakan cerita merasa lebih
atau dongeng nyaman
17.Dukungan 14. untuk
partisipasi anak di memfasilitasi
sekolah, keterampilan
ekstrakulikuler dan anak agar lebih
aktivitas komunitas mandiri
Edukasi 15. agar pasien
18. Jelaskan orang terasa lebih
tua dan/atau senang
pengasuh tentang 16. membuat agar
milestone anak tidak
perkembangan anak bosan
dan prilaku anak 17. untuk
19.Anjurkan orang meningkatkan
tua munyentuh dan aktivitas anak
menggendong anak 18. agar orang tua
20.Anjurkan orang mengetahui
tua berinteraksi tentang
dengan anaknya milestone.
21. Ajarkan anak 19. Untuk
keterampilan menstimulasi
berinteraksi anak agar lebih

18
22. Ajarkan anak dekat dengan
teknik asertif orang tua
Kolaborasi 20. Agar anak
23.Rujuk untuk lebih dekat
konseling, jika perlu dengan orang
tuanya
21. Agar anak
lebih kreatif
22. Untuk
memberikan
kesempatan
anak untuk
mengungkapka
n perasaannya
23. Agar
mengetahui
perkembangan
anak

3. Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Pencegahan


Perdarahan asuhan keperawatan Perdarahan Perdarahan
berhubungan selama .....x24 jam
Observasi Observasi
dengan proses diharapkan tingkat
keganasan perdarahan 1. Monitor tanda dan 1. Agar pasien mampu
menurun dengan gejala perdarahan mengetahui
kriteria hasil : memonitor gejala
2. Monitor nilai
perdarahan
1. Membran hematokrit/hemoglo
mukosa bin sebelum dan 2. Untuk mengetahui
lembap setelah kehilangan hemoglobin sebelum
meningkat darah dan setelah kehilangan
2. kelembapan
3. Monitor tanda- 3. Untuk mengetahui
kulit
tanda vital ortostatik tanda vital ortostatik
meningkat
3. Kognitif 4. Monitor koagulasi 4. Untuk mengetahui
meningkat (mis. prothrombin oagulasi (mis.

19
4. Hemoptisis time (PT), partial Prothrombin)
menurun thromboplastin time
5. agar pasien merasa
5. Hematemesi (PTT), fibrinogen,
nyaman dengan
s menurun degradasi fibrin
keadaannya
6. Hematuria dan/atau platelet)
menurun 6. Untuk mengetahui
Terapeutik
7. Perdarahan tindakan invasive
anus 5. Pertahankan bed
7. Untuk
menurun rest selama
mempetahankan agar
8. Distensi perdarahan
tidak munculnya luka
abdomen
6. Batasi tindakan baru
menurun
invasif, jika perlu
9. Perdarahan 8. Untuk menghindari
pasca 7. Gunakan kasur terjadinya nyeri
operasi pemcegahan
9. Agar klien
menurun dekubitus
mengetahui tanda dan
10. Hemoglobin
8. Hindari gejala perdarahan
membaik
pengukuran suhu
11. Hematokrit 10. Untuk mencegah
rektal
membaik terjadinya lesi pada
12. Tekanan Edukasi kaki
darah
9. Jelaskan tanda dan 11. Agar kebutuhan
membaik
gejala perdarahan cairan terpenuhi dan
13. Frekuensi
mencegah terjadinya
nadi 10. Anjurkan
konstipasi
membaik menggunakan kaos
14. Suhu tubuh kaki saat ambulasi 12. Agar tidak
membaik memperparah
11. Anjurkan
pendarahan
meningkatkan
asupan cairan untuk 13. Agar kebutuhan
menghindari asupan makanan dapat
konstipasi terpenuhi

12. Anjurkan 14. Agar dapat


menghindari aspirin diberikan penanganan

20
atau antikoagulan segera

13. Anjurkan 15. Agar dapat


meningkatkan mengurangi terjadinya
asupan makanan dan perdarahan
vitamin K
16. Untuk menambah
14. Anjurkan segera pasokan darah
melapor jika terjadi
17. Untuk
perdarahan
melancarkan
Kolaborasi pengeluaran feses

15. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu

16. Kolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu

17. Kolaborasi
pelunak tinja, jika
perlu

IV. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
V. EVALUASI
Langkah evaluasi dimana mengukur respon klien terhadap asuhan yang
diberikan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, Evaluasi menggunkan
evaluasi formatif bentuk SOAP .

2.3 CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


LEUKIMIA

21
BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI: LEUKEMIA
Kasus Semu
An. Budi usia 7 tahun, agama Islam, alamat tinggal jln. Ratu Jambi Cidolod, kelas 2
SD, masuk rumah sakit tanggal 8/10/2019. Klien masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak nafas, demam, sakit kepala, lemah, nyeri tulang dan sendi. Saat pemeriksaan fisik
didapatkan: menggunakan otot bantu nafas, CRT > 3 detik, , konjungtiva anemis, akral
dingin, BB klien turun dari 25 kg menjadi 22 kg, mual (+) dan muntah (+). Selain itu
terdapat pembesaran limfa (splenomegali) dan hati (hepatomegali). Dari hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh : TD : 80/50 mmHg, N : 80x/menit, RR : 34
x/menit , S : 38,60C.

B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Bd
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jalan Ratu Jambi Cidolod

2. DATA KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan anak
1. Keluhan utama
An. Bd mengatakan sesak napas, demam, sakit kepala, lemah, nyeri
tulang dan sendi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pemeriksaan pada fisik An. Bd, CRT > 3 detik,
konjungtiva anemis, akral dingin, BB turun, mual dan muntah. Selain itu,
terdapat pembesaran limfa dan pembesaran hati.

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran


a. Prenatal:

22
Ibu dari anak mengatakan selama hamil an. Bd, ia tidak mengalami
kelainan dan gizinya cukup.
b. Intranatal:
Ibu mengatakan, an. Bd lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir
dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan panjang
badan 42cm. Saat lahir, An. Bd menangis spontan.
c. Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah
melahirkan. Kondisinya normal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit terdahulu :
Ibu mengatakan an. Bd tidak pernah mengidap penyakit kronis lainnya
dahulu.
b. Pernah dirawat di RS :
Sebelumnya, an. Bd pernah di rawat di RS
c. Alergi :
An. Bd tidak memiliki riwayat alergi.
d. Kecelakaan :
An. Bd tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya. Kalaupun
jatuh, an. Bd tidak sampai mengalami luka berat.
5. Imunisasi
I II III

BCG 1BLN 2BLN 3BLN


DPT 1BLN 2BLN 3BLN
POLIO 9BLN

CAMPAK 1BLN

HEPATITIS 0BLN 2BLN 6BLN


B

6. Tumbuh kembang
a. Kemandirian dan bergaul :
Sebelum sakit, An.Bd mampu melakukan aktivitas sehari-hari sepertimakan
sendiri, pasang baju sendiri. An.Bd berteman baik dengan teman sebaya.
Tapi semenjak sakit, An. Bd sudah tidak mampu melakukan aktifitas
sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain denganteman-
temannya.

23
b. Motorik kasar :
Umur 3 bulan, an.Bd sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah
bisaduduk, umur 9 bln berdiri dan umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan.
c. Motorik halus :
Umur 5 tahun ini, an.Bd sudah bisa menulis coret-coretan
d. Kognitif dan bahasa :
Umur 5 tahun ini, an.Bd sudah bisa memahami perintah dari orang
lain,an.Bd mengerti apa yang ditanyakan orang padanya.
Perkembanganbahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan.
e. Psikososial :
Saat pengkajian, An.Bd mau berinteraksi dengan orang lain selain orangtua
bila di beri mainan terlebih dahulu.
f. Lain-lain :
Emosi an.Bd saat ini labil
7. Riwayat sosial
a. Yang mengasuh klien :
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
b. Hubungan dengan anggota keluarga :
An.Bd merupakan anak kandung dari Ibu Nike dan Bpk mahatir. Saat
pengkajian, Bapak dari An.Bd sering memaksa anaknya makan-
minumdengan paksa dan sedikit marah-marah pada an.Bd. Menurut Ibunya,
An.Bd sangat sayang sama adiknya. Mereka jarang sekali ribut.
c. Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, an.Bd berteman baik dengan teman sebayanya.
d. Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang
lemah(anak tidak sinroma down)
e. Lingkungan rumah :
- Luas rumah 8 x 10 m
- Ventilasi cukup, penerangan cukup
- Pakai sumur gali- Sampah dibakar
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10 m

24
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu An.Bd mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit
turunan yang seperti dialami oleh an.Bd

b. 11 Pola Fungsional Gordon


Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi
kesehatan sebagai berikut (Potter, 1996) :
1. Pola Persepsi - Manajemen kesehatan
Ibu pasien mengatakan bahwa ia tak menyangka anaknya akan mengidap
penyakit seperti saat ini. Ibu pasien juga mengatakan bahwa dia percaya
bahwa penyakit yang dideritanya saat ini adalah murni penyakit medis, bukan
penyakit guna-guna/santet. Pasien dibawa ke rumah sakit untuk diberikan
penanganan medis.
3. Pola Nutrisi – Metabolik
Sebelum sakit An. Bd tidak memiliki masalah mengenai makan dan
minumnya. Namun semenjak sakit, An. Bd agak sulit disuruh makan karena
dia merasa mual dan kerap muntah. Hingga menyebabkan an. Bd lemas dan
tampak lesu.
4. Pola Eliminasi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki masalah dalam BAB dan
BAKnya. Pasien biasa BAB satu sampai dua kali sehari dan BAK tiga smapai
empat kali sehari.
5. Pola Latihan – Aktivitas
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit, pasien adalah anak yang aktif dan
senang bermain, tingkat aktivitas dan pergerakan pasien sangatlah tinggi.
Namun, setelah sakit, pasien menjadi terbatas dalam hal aktivitas yang
dilakukannya karena mudah merasakan sesak dan nyeri ditulang serta sendi-
sendinya.
6. Pola Kognitif Preseptual
Pasien nampak berbicara dengan normal dan lancer hanya saja suaranya
lemah. Pasien tidak merasakan ansietas namun pasien merasakan nyeri tulang
jika melakukan banyak kegiatan atau pergerakan dengan skala nyeri 5 pada
tulang dan sendi-sendinya.
7. Pola Istirahat – Tidur
Pasien tidur dengan cukup kurang lebih 10 jam dan tidak ada masalah dalam
pola tidur pasien.
25
8. Pola Konsepsi diri – Persepsi diri
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit, pasien menjalani hidup dengan normal,
pasien yang masih anak anak tidak terlalu merasa malu ataupun kurang
percaya diri dengan keadaannya. Namun, setelah sakit, pasien merasa kurang
percaya diri jika dipertemukan dengan teman sebaya yang ada di rumah sakit.
9. Pola Peran dan Hubungan
Peran pasien sebagai anak jelas terganggu dikeluarga karena keberadaannya di
rumah sakit.
10. Pola Reproduksi / Seksual
Pasien tidak memiliki kelainan terhadap organ reproduksinya
11. Pola Pertahanan Diri (koping – toleransi stres)
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien masih kurang mengerti tentang
bagaimana pengelolaan stres dan apa yang dinamakan stres, namun jika pasien
merasakan sesuatu yang mengganjal, ia akan bercerita pada ibunya atau
ayahnya.
12. Pola keyakinan dan nilai
Pasien beragama islam dan selalu berdoa untuk kesembuhannya. Begitu pula
keluarga yang senantiasa selalu mendoakan pasien.
a. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Sadar/Compos Mentis
2. TB/BB (cm) : 111 cm/ 22 kg
3. Kepala
a. Lingkar kepala : 46 cm.
b. Rambut :
 Kebersihan : Bersih.
 Warna : Hitam.
 Tekstur : Kasar.
 Distribusi rambut : Merata.
 Kuat/mudah tercabut : Kuat.

4. Mata
a. Sklera : Normal/non ikterik
b. Konjungtiva : Anemis
c. Pupil : Ukuran = 2mm, Bentuk = isokor, Reaksi
cahaya = +/normal.
5. Telinga
26
a. Simetris : Ya
b. Serumen : Ada
c. Pendengaran : Baik
6. Hidung
a. Septum simetris : Ya
b. Sekret : Tidak
c. Polip : Tidak
7. Mulut
a. Kebersihan : Kurang.
b. Warna : Merah
c. Kelembaban : Kering
d. Gusi : Berdarah 3 hari yang lalu.
e. Lidah : Ada sariawan ± 1 cm
f. Gigi : Caries pada gigi atasnya (keropos semua
gigi yang di atas)
8. Leher
a. Kelenjer getah bening : Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm
dan diinguinal dextra ada 3 bh diameter ½ x 1 ½ x 2 cm
b. Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakanc. JVP : 5-2 cm H2O
9. Dada
a. Inspeksi : Normal
b. Palpasi : Normal
10. Jantung
a. Inspeksi : Iktus cordis di RIC V
b. Auskultasi :-
c. Palpasi :-
11. Paru-paru
a. Inspeksi : Simetris
b. Palpasi : Fremitus kiri = kanan
c. Perkusi :-
d. Auskultasi : Vesikuler
13. Abdomen
a. Inspeksi : Ada purpura
b. Palpasi : Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
c. Perkusi : Timpanid
d. Auskultasi : Bising usus normal (4x/menit)
27
14. Punggung
a. Bentuk : Normal
15. Ekstremitas
Kekuatan dan tonus otot baik
16. Genitalia :-
17. Kulit
a. Warna : Sawo matang
b. Turgor : Kembali dalam waktu 2 detik
c. Integritas : Ada purpura di abdomen
d. Elastisitas : Elastis
18. Pemeriksaan Neurologis
An.Bd dalam kondisi sadar/compos mentis.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
- Hb : 6,7 gr %
- Trombosit : 44.000/mm3
- Leukosit : 70.500/mm3
- Ht : 26 %
2. Rontgen :-
3. Lain-lain :-

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Analisa Data
NO Data Fokus Etiology Masalah
Keperawa
tan
1 Ds : Leukemia Defisit
 Keluarga Px mengatakan px Nutrisi
kurang minat dengan
makannya. Poliferasi Sel
 Keluarga px mengatakan px Darah Putih
sering mual dan muntah.

DO: Kemoterapi
 Px mengalami penurunan
berat badan
 Px kerap mual dan muntah Asam Lambung
 Membrane mukosa pucat (HCl)
 Px mengalami nyeri
abdomen
Mual dan Muntah

28
Anoreksia

Berat Badan
Menurun

Membran Mukosa
Pucat

Defisi nutrisi

2) Rumusan Diagnosa Keperawatan


Defisi nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
(leukemia).

4. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Manajemen nutrisi


berhubungan asuhan keperawatan
Observasi Observasi
dengan fungsi selama .....x24 jam
fisiologis diharapkan status 1. Identifikasi status 1. Untuk
nutrisi membaik nutrisi mengetahui
dengan kriteria status nutrisi
hasil :
2. Identifikasi 2. Untuk
1. Porsi
makanan yang mengetahui
makanan
disukai makanan yang
yang
disukai
dihabiskan
meningkat
3. Monitor asupan 3. Untuk
2. Frekuensi
makanan mengetahui
makan
asupan
membaik
makanan
3. Nafsu
Terapeutik
makan
4. Agar pasien
29
membaik 4. Sajikan makanan lebih tertarik
secara menarik dan dengan
suhu yang sesuai makanan

Edukasi
5. Memenuhi gizi
5. Ajarkan diet yang pasien
diprogramkan

Kolaborasi
6. Untuk
6. Kolaborasi dengan memenuhi gizi
ahli gizi untuk pasien
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/Jam Tindakan Evaluasi TTD
1 Kamis 02 1. Identifikasi status Ds: ibu px
Januari 2020 nutrisi mengatakan px
08.00 tidak nafsu makan
Do: px tampak tidak
mau makan

08.15 2. Identifikasi makanan Ds: ibu px


yang disukai mengatakan px suka
dengan sayur wortel
Do; px tampak suka
dengan wortel
3. Monitor asupan
08.15 makanan

11.30 4. Sajikan makanan Ds ; ibu px

30
secara menarik dan suhu mengatakan px
yang sesuai sudah mulai mau
makan
Do; px tampak
sudah makan

11.30 5. Ajarkan diet yang Ds; ibu px


diprogramkan mengatakan sudah
mengerti
Do; ibu px tmpak
sudah mengerti

13.00 6. Kolaborasi dengan Ds; ibu px


ahli gizi untuk mengatakan sudah
menentukan jumlah mengerti
kalori dan jenis nutrien Do; ibu px tampak
yang dibutuhkan, jika antusias
perlu

6. EVALUASI
No Hari/tgl/jam Evaluasi TTD
Dx
1 4 januari S : ibu pasien mengatakan anak sudah mau makan sedikit-sedikit
2020 O : pasien tampak lebih berenergi
14.20 A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

31
2.4 KONSEP DASAR PENYAKIT TALASEMIA
I. Definisi
Talasemia dalah suatu penyakit kongenital heriditer yang diturunkan
secara autosom berdasarkan hemoglobin, yaitu satu atau lebih rantai
polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk dengan akibat terjadi
anemia heolitik. Dengan kata lain talasemia merupakan penyakit anemia
heolitik yaitu terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pebuluh darah
sehingga umur erytrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari). Penyebab
kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal akibat gangguan
pembentukan jumlah rantai goblin atau struktur hemoglobin.Dapat
disimpulkan bahwa talasemia adalah penyakit genetik dimana hal ini
disebabkan oleh hemogoblin yang mengalami kerusakan dan menyebabkan
umur erytrosit menjadi pendek.
II. TANDA DAN GEJALA
1. Pucat
2. Fasies mongoloid fasies cooley
3. Gangguan pertumbuhan
4. Hepastosplenomegali
5. Ada riwayat keluarga
6. Ikterus atau sub icterus
7. Tulang : osteoporosis, tampak struktur mozaik
8. Jantung membesar karena anemia kronis
9. Ginjal juga kadang-kadang juga membesar disebabkan oleh
hemophesis ekstra meduller
III. Etiologi
1. Faktor genetik.
Talasemia bersifat primer dan sekunder:
 Primer: Berkurangnya sintesis Hb A dan Eritropoesis yang tidak
efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intra medular.
 Skunder: Defisiensi asam solat, bertambahnya volume plasma intra
vaskular yang mengakibatkan hemodilusi dan destruksi eritrosit
oleh sistem retikulo endotellal.
IV. Klasifikasi
Talasemia dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
hemoglobin yang mengalami gangguan menjadi thalasseia α dan ß. Sedangkan

32
berdasarkan jumlah gen yang mengalami gangguan,
mengklasifikasikan talasemia menjadi :
a) Talasemia minor (Trait)
Talasemia minor merupakan keadaan yang terjadi pada seorang yang
sehat namun orang tersebut dapat mewariskan gen talasemia pada anak –
anaknya. Talasemia trait sudah ada sejak lahir dan tetap akan ada sepanjang
hidup penderita. Penderita tidak memerlukan tranfusi darah dalam hidupnya.
b) Talasemia intermedia
Talasemia intermedia merupakan kondisi antara talaseia mayor dan minor.
Penderita talasemia ini mungkin memerlukan transfusi darah secara berkala
dan penderita jenis ini bisa bertahan hidup sampai dewasa.
c) Talasemia mayor
Talasemia jenis sering disebut Cooley Anemia dan terjadi apabila
kedua orangtua mempunyai sifat pembawa (Carrier). Anak – anak dengan
talasemia mayor tampak normal saat lahir, tetapi akan menderita kekurangan
darah saat berumur 3- 8 bulan. Penderita talasemia mayor akan memerukan
transfuse dari secara berkala selama hidupnya dan dapat meningkatkan usia
hidup hingga 10-20 tahun. Namun apabila penderita tidak dirawat, hal ini
hanya akan menyebabkan penderita bertahan hidup 5-6 tahun.

IV. Patofisiologi
Pada pasien talasemia terjadi gangguan sintesis globin. Tidak
seimbangnya jumlah rantai α dan β globin yang disintesis menyebabkan
hemoglobin tidak terbentuk secara normal. Kondisi ini menyebakan
penurunan sintesis rantai β dalam molekul hemoglobin yang terjadi secara
parsial atau total. Penurunan rantai β- akan dikompensasi dengan
meningkatnya sintesis rantai α-, sedangkan rantai –γ tetap aktif dan
menghasilkan pembentukkan hemoglobin yang cacat (Rund & Rachmilewitz,
2005). Keadaan unit polipeptida yang tidak seimbang menyebabkan kelainan
produksi hemoglobin secara kronis dan destruksi eritosit, sehingga
menyebabkan anemia berat. Kondisi ini membuat sumsum tulang membentuk
eritrositbaru, sehingga muncul eritopoeisis.

33
V. Pohon Masalah

Kompesator pada rantai 

Rantai  di produksi terus menurun menerus

34
Defisit Nutrisi

VI. Manifestasi Klinis


menjelaskan tahap awal penderita talasemia mengalami gejala anemia yang
diikuti dengan demam tanpa diketahui penyebabnya, pola makan yang buruk dan limpa yang
membesar. Berikut adalah tanda dan gejala talasemia secara umum:
a. Anemia
Kelainan produksi hemoglobin secara kronis dan destruksi eritosit
menyebabkan anemia berat. Anemia yang terus berlanjut menyebabkan
berkurangnya suplai oksigen kejaringan tubuh. Akibatnya penderita mengalami
gejala hipoksia kronis berupa sakit kepala, nyeri prekordial, nyeri tulang,
penurunan toleransi terhadap aktivitas, dan anoreksia.
b. Kelainan pertumbuhan
Penderita talasemia dapat mengalami gejala kelainan
pertumbuhan berupa postur tubuh yang kecil. Kelainan posturtubuh ini disebabkan
oleh tulang mengalami keterlambatan pertumbuhan akibatanemia.
c. Kelainan pada tulang
Hipertropi jaringan eritropoitik menyebabkan sumsum tulang mengalami
perluasan. Kondisi ini mengakibatkan kelainan pada tulang seperti gejala kepala
membesar, penonjolan tulang parietal dan frontal, pangkal hidung menjadi datar,
maksila membesar, geligi seri sentral dan mata tampak oriental.

d. Rona wajah kelabu dan hiperpigmentasi kulit

35
Rona wajah kelabu dengan bercak kecoklatan terjadi akibat penumpukan
zat besi yang mengendap di lapisan dermis. Kelainan di atas bisa terjadi pada
penderita talsemia yang jarang menerima transfusi.
VII. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
1. Hb, MCV, MCH, hitung eritrosit, apus darah
2. tes solubilitas untuk HbS
3. elektroforesis Hb: kadar HbS dan HbA2.
VIII. Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada anak dengan talasemia adah mencegah hipoksia jaringan.
Tindakan yang diperlukan adalah sebai berikut:
1. Transfusi darah, diberikan bila kadar heogobin rendah sekali
(kurang dari 6 mg/dl) atau anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu
makan.
2. Splenektomi dilakukan pada anak yang berumur lebih dari dua tahun
dan bila limpa terlalu besar, sehingga resiko terjadinya trauma yang
berakibat perdarahan cukup besar dapat terhindar.
3. Pemberian Roborantia.
4. Pemberian Desforioxamin.
5. Transplantasi bone marrow untuk anak yang sudah berumur diatas
16 tahun.
2.5 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Asal keturunan/kewarganegaraan
Talasemia banyak dijumpai pada bangasa di sekitar Laut Tengah
(Mediterania), seperti Turki, Yunani, Cyprus, dan lainnya. Di Indonesia sendiri,
talasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah
yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada talasemia mayor yang gejala klinisnya jelas telah terlihat sejak anak
berumur kurang dari satu tahun. Sedangkan pada talasemia yang gejalanya lebih
ringan, biasanya baru datang berobat pada umur sekitar 4-6 tahun
3. Riwayat kesehatan anak

36
Kecenderungan mudah timbul infeksi saluran nafas bagian atas atau infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya hemogoblin yang berfungsi
sebagai alat transportasi.
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data ada kecenderungan gangguan tumbuh kembang
sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat
kronik.
5. Pola Makan
Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah
dan tidak sesuai usia.
6. Pola Aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak
tidur/istirahat karena anak mudah lelah.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Talasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah
orang tua juga mempunyai gen talasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena
talasemia mayor.
8. Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core – ANC)
Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya
faktor resiko talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu
diberitahukan resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.
9. Data Keadaan Fisik Anak Talasemia
a) KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.
b) Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan
mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid
(hidung pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat
lebar.
a. Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
b. Mulut dan bibir terlihat kehitaman
c. Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya
pembesaran jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.
d. Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati
(hepatospek nomegali).
e. Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di
bawah normal
37
f. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak
tercapai dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis
ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tapa
odolense karena adanya anemia kronik.
g. Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat
transfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi
karena adanya penumpukan zat besi dalam jaringan kulit
(hemosiderosis).
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Manajemen energi
aktivitas asuhan keprawatan Energi Observasi
selama .....x 24 jam Observasi 1. Untuk
Diharapkan toleransi 1.Identifikasi mengetahui
aktivitas meningkat gangguan fungsi gangguan
dengan kriteria hasil : tubuh yang fungsi tubuh
1.Kemudahan mengakibatkan yang
melakukan aktivitas kelelahan mengakibatk
sehari-hari meningkat 2.Monitor an kelelahan
2.Kecepatan berjalan kelelahan fisik 2. Untuk
meningkat dan emosional mengetahui
3.Jarak berjalan 3.Monitor pola kelelahan
meningkat dan jam tidur fisik dan
4.Kekuatan tubuh 4..Sediakan emosional
bagian atas meningkat lingkungan 3. Untuk
5.Kekuatan tubuh nyaman dan memantau
bagian bawah rendah stimulus pola dan jam
meningkat (mis. Cahaya, tidur pasien
suara, kunjungan) 4. Untuk
5.Kolaborasi meningkatka
dengan ahli gizi n

38
tentang cara kenyamanan
meningkatkan pasien
asupan makanan 5. Agar asupan
makanan
dapat
terpenuhi.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Langkah evaluasi dimana mengukur respon klien terhadap asuhan yang
diberikan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, Evaluasi menggunkan
evaluasi formatif bentuk SOAP .
2.6 CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
TALASEMIA
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN An. B

DENGAN TALASEMIA DIRUANG CILINAYA RSUD MANGUSADA

TANGGAL 21 S/D 22 FEBRUARI 2019

3.1. Pengkajian

A. identitas;
Nama : An.B
Usia ; 10 tahun
Jenis kelamin ; laki-laki
Nama ayah ; Tn.s
Pendidikan ; SMA
Pekerjaan; Swasta
Nama ibu; Ny.D
Pendidikan; SMA
Pekerjaan;ibu rumah tangga

39
Agama; Hindu
Suku bangsa; Indonesia
Alamat; Sibang kaja, Badung
Tanggal masuk; 20 januari 2020
Tanggal pengkajian; 21 januari 2020
Keluhan utama

Muka pucat dan badan terasa lemah, tidak bisa beraktivitas dengan normal.

40
2. Riwayat penyakit sekarang

Klien datang ke poliklinik anak RSUD. Mangusada dengan keluhan


muka pucat dan badan terasa lemah. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 5,2
gr/dl, leuko 9200/mmk, Trombosit 284.000, segmen 49% batag 1%. Atas
keputusan dokter akhirnya klien dianjurkan rawat inap untuk mendapatkan
tranfusi.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a) Pada waktu kecil : pada waktu kecil klien jarang sakit dan setelah berumur
2 tahun ketahuan anak menderita talasemia.
b) Pernah dirawat dirumah sakit :anak sering di RS karena Talasemia terakhir
Bulan Oktober 2005.
c) Obat-obatan yang digunakan : Anak belum pernah diberikan obat sendiri
selain dari petugas kesehatan.
d) Tindakan (operasi ) : belum pernah dilakukan operasi pada An. B.
e) Alergi : tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
f) Kecelakaan : anak belum pernah mengalami kecelakaan.
g) Imunisasi : lengkap.
- Hepatitis B I,II,III umur 12 bulan, 14 bulan , dan 20 bulan
- BCG I kali umur 1 bulan
- DPT I,II,III umur 2,3,4 bulanPolio I,II,III,IV umur 2,3,4,5 bulan
- Campak 1 kali umur 9 bulan
4. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1. Prenatal

Selama hamil ibu klien memeriksa kehamilannya secara teratur


sebanyak 15 kali, ibu mendapat multivitamin zat besi, imunisasi TT 1x dan
selama kehamilan tidak ada keluhan.

41
2. neonatal

Anak lahir pada umur kehamilan cukup bulan, lahir di puskesmas


stempat secra spontan, prevagina letak sungsang lahir langsung menangis
BBL 2900 gram dan PB 51 cm dan kondisi saat lahir sehat.

3. Post natal

Pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan diRS Puskesmas


setempat. Kondisi klien pada masa itu sehat.

5. Kesehatan fungsional
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan
anaknya pada petugas kesahatan di rumah sakit.

2. Nutrisi
Makanan yang disukai : anak suka makan nasi dengan daging ayam

Alat makan yang dipakai: sendok dan piring

Pola makan/jam : selama di RS anak makan 3 kali sehari masing habis


setengah porsi

Jenis makanan : nasi TKTP

3. Aktivitas
Aktivitas klien di RS terbatas di tempat tidur, berbaring, duduk dan
membaca buku di tempat tidur.

4. Tidur
Pola tidur anak cukup 8-9 jam.

5. Eliminasi
BAB : anak BAB 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan

BAK : Anak BAK 6-8 kali sehari warna kuning

42
6. Pola Hubungan
- Yang mengasuh anak : anak diasuh sendiri oleh orang tuannya
- Hubungan dengan anggota keluarga baik, hubungan anak dengan orang tua
baik
- Pembawaan secara umum : anak berpenampilan rapi.
7. Koping keluarga
Stressor pada anak/keluarga : anak dan keluarga cukup familiar dengan petugas
dan rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS

8. Kogniitif dan persepsi


Pendengaran : anak tidak mengalami gangguan pendengaran

Penglihatan : penglihatan anak normal

Penciuman : penciuman anak baik

Taktil dan pengecapan : anak dapat membedakan halus dan kasar

9. Konsep diri

Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan pergaulannya
dengan teman-temannya. Klien termasuk anak yang mudah bergaul dan disukai oleh
teman-temannya.

10. Seksual

Anak berjenis kelami laki-laki tidak ada kelainan genetalia.

11. Pemeriksaan fisik


1) Keadaan umum Ku : lemah, kesadaran : compos mentis
2) TB/BB: TB/BB/ : 125 Cm/23 kg

43
3) Lingkar kepala :54 cm
4) Mata: Conjuctiva anemis, sklera ikterus
5) Hidung : Tidak ada kelainan
6) Mulut : Mukosa mulut pucat, mulut bersih, gigi caries (+)
7) Hidung : Tidak ada kelainan struktur, gerakan cuping hidung tidak ada
8). Telinga : Telinga klien bersih dan tidak ada kelainan

9). Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran limfe

10). Dada : Bentuk simetris, ictus cordis tak tampak

11) Jantung : Bunyi jantung I S1 tunggal, S2 split tak konstan, bising


jantung (-)
12). Paru : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada
13). Perut : Pembesaran hepar tak teraba,
pembesaran lien (-) Distensi abdomen (-), kembung (-),
peristaltic usus (+)
14). Genitalia : Tidak ada kelainan
15). Ekstremitas : Tangan kanan terpasang infus, gerakan ekstremitas bebas,
tonus otot normal, terdapat edema pada ekstremitas bawah, akral agak dingin.

16). Kulit : Kulit bersih, turgor kulit menurun, hiperpigmentasi (-)

17). Tanda – tanda vital : Suhu 36,4oC, Nadi 94x/menit,


respirasi24x/menit c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Normal Intervensi

Hb 5,2 gr% 12-14 gr% Menurun

44
Hmt 43 gr % 37-47 gr% Normal

Leukosit 10,5 x 6000-10.000 Naik

103/mm3 /
mm3

Trombosit 28,5 x 250-450x Normal

103/mm3 103/mm3

Hasil pemeriksaan penunjang lainnya :

Segmen = 49%, Limfosit 49%, batang 1%, Normoblast 25/100%

3.2.Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Ibu Pasien mengatakan Tindakan incansive Resiko Infeksi

badan anakanya lemah dan penurunan daya

tahan tubuh

DO: Terpasang infus, klien

tampak pucat, konjungtiva

45
anemis, Hb: 5,2 gr %,

mukosa bibir pucat

3.3. Diagnosa Keperawatan

a) Risiko infeksi b.d prosedur / tindakan invansive/


penurunan status imunitas klien

3.4. intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Manajemen energi
aktivitas asuhan keprawatan Energi Observasi
selama .....x 24 jam Observasi 1. Untuk
Diharapkan toleransi 1.Identifikasi mengetahui gangguan
aktivitas meningkat gangguan fungsi fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan
1.Kemudahan mengakibatkan kelelahan
melakukan aktivitas kelelahan 2. Untuk
sehari-hari meningkat 2.Monitor mengetahui kelelahan
2.Kecepatan berjalan kelelahan fisik fisik dan emosional
meningkat dan emosional 3. Untuk
3.Jarak berjalan 3.Monitor pola memantau pola dan
meningkat dan jam tidur jam tidur pasien
4.Kekuatan tubuh 4.Monitor lokasi 4. Untuk
bagian atas meningkat dan mengetahui lokasi
5.Kekuatan tubuh ketidaknyamanan dan ketidaknyamanan
bagian bawah selama melakukan selama melakukan
meningkat aktivitas aktivitas
6.Toleransi menaiki Terapeutik 5. Untuk
tangg meningkat 5.Sediakan meningkatkan
lingkungan kenyamanan pasien

46
nyaman dan 6. Agar asupan
rendah stimulus makanan dapat
(mis. Cahaya, terpenuhi.
suara, kunjungan)
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
1.5 Implementasi

No Hari/Tgl/Jam No Dx intervensi evaluasi ttd


1 Senin , 27 I Manajemen Manajemen
januari 2020 Energi energi
08.00 Observasi Observasi
1.Identifikasi Ds : pasien
gangguan fungsi mengatakan ia
09.00 tubuh yang sangat lelah
mengakibatkan Do : pasien
kelelahan tampak
11.30 2.Monitor gelisah
kelelahan fisik Ds : pasien
dan emosional mengatakan
13.00 3.Monitor pola tidak
dan jam tidur terkontrol
4.Monitor lokasi emosialnya
15.00 dan Do : pasien
ketidaknyamanan tampak cemas
selama Ds : pasien
melakukan mengatakan
16.00 aktivitas sulit tidur
5.Sediakan Do : pasien
lingkungan tampah

47
nyaman dan gelisah
rendah stimulus Ds : pasien
(mis. Cahaya, mengatakan
suara, tidak nyaman
kunjungan) saat ada diluar
6. Kolaborasi rumah
dengan ahli gizi
Do : pasien
tentang cara
meningkatkan tampah
asupan makanan
ketakutan
Ds : pasien
merasa
nyaman
dengan
lingkungannya
ketika didalam
rumah
Do : pasien
tampak tenang
Ds : pasien
mengatakan
tidak begitu
lahap dengan
makanan yang
dihidangkan
Do : pasien
tampak
kurang
nyaman

1.6.Evaluasi

48
Hari/ No Evaluasi Paraf

tanggal/ DX

Jam

Selasa , 28
januari
S: pasien mengatakan bisa melakukan
2020 1 aktivitas sebagian

O: pasien tampak sudah mulai bisa melakukan


aktivitasnya

20.00

A: masalah teratasi sebagian.

P: lanjutkan intervensi.

2.7 KONSEP DASAR PENYAKIT PADA ANAK HIPOSPADIA


I. DEFINISI
Hipopadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra
eksternal terletak di permukaan ventral penis dan lebih proksimal dari tempatnya
yang normal (ujung glans penis). Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan
berupa lubang uretra yang terletak dibawah dekat pangkal penis.
II. ETIOLOGI
49
Penyebab sebenarnya sangat multivaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor oleh para
ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon.
2. Genetika .
3. Lingkungan .
III. PATOFISIOLOGI
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan
letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian
disepanjang batang penis, hingga akhirnya diperinium. Prepusium tidak ada pada
sisi pentral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari garis glans. Pita
jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan
kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
IV. MANIFESTASI KLINIS
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal dibgian
bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk dibagian
punggu penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan
sekitar.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5. Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
8. Sering disertai undescendend testi, (testi tidak turun kekantung skrotum).
9. Kadang disertai kelainan congenital pada ginjal.
V. KLASIFIKASI
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/meatus :
1. Tipe sederhana atau tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal coronal. Pada tipe ini, meatus
50
terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis , kelainan ini bersifat
asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak
sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-
escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum.
Biasanya disertai dengan kelaianan penyerta, yaitu tidak adanya kulit
prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah
atau glands penis menjadi pipih. Pada kelaianan tipe ini, diperlukan
intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian
ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan
sirkumisisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan
bedah selanjutnya.
3. Tipe posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,
umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan
skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun.
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat
dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai
kelainan pada ginjal.

VII. KOMPLIKASI
Komplikasi awal (immadiate complication) terjadi dalam kurun waktu 6
bulan pasca oprasi atau 6 bulan pertama follow up komplikasi awal yang dapat
terjadi sebagai berikut :
1. Perdarahan pasca operasi jarang terjadi dan biasanya dapat diatasi dengan
bebat tekan. Jika terjadi perdarahan maka harus ditinjau ulang untuk

51
mengeluarkan hematoma dan mengidentifikasi serta mengatasi sumber
perdarahan.
2. Infeksi, jika dicurigai terjadi infeksi segera lakukan debridement, insisi,
drainase, dan kultur. Kemudian berikan antibiotik sesuai kuman yang
menyebabkan infeksi. Infeksi yang berat dapat menyebabkan kegagalan
secara menyeluruh dari operasi perbaikan hipospadia.
3. Edema lokal dan tintik perdarahan umumnya dapat terjadi segera pasca
operasi tetapi biasanya tidak menimbulkan gangguan yang berarti.
4. Jahitan yang terlepas dan Nekrosis flap.
Sedangkan komplikasi lanjutan (late complication) terjadi lebih dari 6
bulan pasca operasi atau setelah 6 bulan pertama follow up. Komplikasi
lain meliputi fistula uretroktaneus, meatal stenosis, glans dehischence, dan
urethral stenosis.
VIII. PENALAKSANAAN
Penalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan
prosedur pembedahan pada hipospadia adalah :
 Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chorde
 Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis (uretroplasti)
 Untuk mengembalikan aspek normal dari genetalia eksternal (kosmetik)
Pembedahan dilakukan berdasarka keadaan malformasinya. Pada hipospadia glanular
uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa securvatum, bentuk seperti ini
dapat direkrontusi dengan flap lokal (misalnya, prosedur santanelli, Flip flap, MAGPI
(Meatal Advance and Glanuloplasty), termasuk preputium plasty).

2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


HIPOSPADIA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS PASIEN
Dalam identitas pasien terdapat biodata lengkap pasien, dan tanggal masuk
rumah sakit.Selain itu dilengkapi pula dengan identitas penanggung jawab pasien.

52
2. DATA KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan anak
i. Keluhan utama
Dalam keluhan utama terdapat alasan pasien datang ke RS atau
Poli Klinik.Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk
masuk RS.
ii. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang
pernah dialami sebelumnya.
iii. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang
pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal :apakah
bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak. Riwayat neonatal
(distres pernafasan, sianosis, ikterus, kejang, kemampuan makan buruk).
iv. Riwayat Penyakit Dahulu
Termasuk keadaan umum kesehatan pasien sebelum datang ke RS
maupun Poli Klinik.Tanyakan tentang nafsu makan, penurunan atau
peningkatan BB akhir-akhir ini.Alergi pada anak perlu diketahui untuk
dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
v. Imunisasi
Termasuk hal-hal spesifik tentang imunisasi (tanggal dan jenis)
dan reaksi yang tidak diharapkan,bila anak belum di imunisasi, catat
alasannya.Catat desentisasi misalnya campak, gondok/rubela.
vi. Pengobatan saat ini
Termasuk obat-obatan dengan resep atau tanpa resep dokter, dosis,
frekuensi, dan waktu dari dosis terakhir
vii. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Mengidentifikasi bagaimana tumbuh kembang anak, termasuk
tinggi dan berat badan rata-rata pada umur 1, 2, 5 dan 10 tahun dan erupsi/
tanggalnya gigi. Gunakan KPSP pada anak dengan usia dibawah 72 bulan.
viii. Riwayat sosial
53
Meliputi hubungan anak dengan keluarga dan lingkungan social
serta keaktifan anak dalam bersosialisasi
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Termasuk umur dan kesehatan anggota keluarga terdekat, penyakit
keturunan, adanya kelainan kongenital dan jenisnya, keturunan dari orang tua,
pekerjaan dan pendidikan orang tua, dan hubungan keluarga. Pada keadaan ini
status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah adaanggota keluarga yang
menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang
dialami oleh klien
3. 11 Pola Fungsional Gordon
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat II pengkajian pola fungsi
kesehatan sebagai berikut (Potter, 1996) :
l. Pola Persepsi - Manajemen kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan keseshatan,
persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
m. Pola Nutrisi – Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan
luka pada kulit, maknan kesukaan.
n. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri,
dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urine
dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih, masalah bau badan
perspitasi berlebih, dll.

o. Pola Latihan – Aktivitas


Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingny latihan / gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain kemampuan klien dalam menata
diri apabila tingkat kemampuan :
54
0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang dan alat
4 : tergantung
p. Pola Kognitif Preseptual
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
komponensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif di dalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa yang telah
lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap
waktu, tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain), tingkat
pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk
mengikuti, menilai nyeri skala 1-10, pemakaian alat bantu dengar,
melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran
orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi
sensori (nyeri), penciuman, dll.
q. Pola Istirahat – Tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahatdan persepsi tentang energy. Jumlah
jam tidurpada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
r. Pola Konsepsi diri – Persepsi diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan-kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, peran,
identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagi sistem terbuka dimana
keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya.
Disamping sebagai sistem terbuka, manusia juga sebagai makhluk bio-
psiko-sosio-kultural spiritual dan dalam pandangan secara holistic.Adanya
kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri, dampak sakit terhadap
diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah,
merasa tak berdaya, gugup/relaks.
s. Pola Peran dan Hubungan

55
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan, tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku passive/agresif terhadap orang
lain, masalah keuangan, dll.
t. Pola Reproduksi / Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas, dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat penyakit
hubungan sex, pemeriksaan genital.
u. Pola Pertahanan Diri (koping – toleransi stres)
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan penggunaan
system pendukun, penggunaan obat untuk menanggani stres, interaksi
dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa
digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stres.
v. Pola Keyakinan dan Nilai
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan onsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan
dalam budaya, berbagi dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan
kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama
selama sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan genetalia
Saat dilakukan inspeksi bentuk penis lebih datar dan ada lekukan yang
dangkal dibagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus, pada kebanyakan penderita penis melengkung ke
bawah(chordee) yang tampak jelas pada saat ereksi, preputium (kulup)
tidak ada dibagian bawah penis tetapi menumpuk dibagian punggung
penis,testis tidak turun ke kantong skrotum. Letak meatus uretra
berada sebelah ventral penis dan sebelah proximal ujung penis
 Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria
atau pembesaran pada ginjal, karena kebanyakan penderita hypospadia
sering disertai dengan kelainan pada ginjal.
 Perhatikan kekuatan dan kelancaran aliran urin
56
5. Pemeriksaan Lab
Darah Lengkap
1. Hb (N: 14-18 g/dL)
2. Ht (N: 40-48 vol%)
3. Leukosit (N: 5000-10000/mm3)
4. Trombosit (N: 200000-500000/mm3)
Kimia Klinik
1BSS : 80 mg/dL
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Excretory urograph
Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
abnormalitas congenital pada ginjal dan ureter.
2. Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi
(IVP,sistouretrografi) untuk menilai gambaran
3. saluran kemih secara keseluruhan dengan bantuan kontras.
Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh sulit
berkemih. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan USG untuk
mengetahui keadaan ginjal,mengingat hypospadia sering disertai
dengan kelainan pada ginjal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
2. Resiko infeki berhubungan dengan efek prosedur invasive
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

57
Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi citra tubuh promosi citra
tubuh
asuhan keperawatan Observasi tubuh
berhubungan
dengan fungsi selama .....x 24jam 1. Identifikasi observasi
tubuh
diharapkan citra tubuh harapan citra tubuh 1. untuk
meningkat dengan berdasarkan tahap mengetahui
kriteria hasil : perkembangan identifikasi citra
1. Verbalisasi perasaan 2. Identifikasi tubuh
negatif tentang budaya, agama, jenis berdasarkan
perubahan tubuh kelamin, dan umur tahapan
menurun terkait citra tubuh perkembangan
2. Verbalisasi 3. Identifikasi anak
kekhawatiran pada perubahan citra 2. untuk
penolakan/reaksi orang tubuh yang mengetahui
lain menurun mengakibatkan identifikasi
3. Verbalisasi isolasi sosial budaya, agama,
perubahan gaya hidup 4. Monitor frekuensi jenis kelamin dan
menurun pernyataan kritik umur terkait citra
4. Menyembunyikan terhadap diri sendiri tubuh
bagian tubuh 5. Monitor apakah 3. untuk
berlebihan menurun pasien bisa melihat mengetahui
5. Menunjukkan bagian bagian tubuh yang identifikasi
tubuh berlebihan berubah perubahan citra
menurun Terapeutik tubuh yang
6. Fokus pada bagian 6. Diskusikan mengakibatkan
tubuh menurun perubahan tubuh dan isolasi sosial
7. Fokus pada fungsinya 4. mengetahui
penampulan masa lalu 7. Diskusikan frekuensi
menurun perbedaan pernyataan kritik
8. Fokus pada kekuatan penampilan fisik terhadap diri
masa lalu menurun terhadap harga diri sendiri
9. Melihat bagian 8. Diskusikan 5. untuk
tubuh membaik perubahan akibat mengetahui
10. Menyentuh bagian pubertas, kehamilan perkembangan
58
tubuh membaik dan penuaan pemahaman dan
11. Verbalisasi 9. Diskusikan kemampuan klie
kecacatan bagian tubuh kondisi stress yang 6. untuk
membaik mempengaruhi citra memonitor
12. Verbalisasi tubuh (mis.luka perubahan tubuh
kehilangan bagian penyakit dan fungsinya
tubuh membaik pembedahan) 7. mengetahui
13. Respon nonverbal 10. Diskusikan cara perbedaan fisik
pada perubahan tubuh mengembangkan terhadap diri
membaik harapan citra tubuh sendiri
14. Hubungan sosial secara realistis 8. mengetahui
membaik
11. Diskusikan perkembangan
persepsi pasien dan reproduksi.
keluarga tentang 9. mengetahui
perubahan citra stresor yang
tubuh mempengaruhi
Edukasi citra tubuh
12. Jelaskan kepada 10.
keluarga tentang mengembangkan
perawatan perubahan citra tubuh agar
citra tubuh secara realistis.
13. Anjurkan 11. menyatukan
mengungkapkan persepsi antara
gambaran diri klien dan
terhadap citra tubuh keluarga
14. Anjurkan mengenai citra
menggunakan alat tubuh.
bantu (mis. Pakaian, 12. agar klien dan
wig, kosmetik) keluarga lebih
15. Anjurkan mengerti
mengikuti kelompok mengenai
pendukung (mis. perubahan citra
Kelompok sebaga) tubuh.
59
16. Latih fungsi 13. menganjurkan
tubuh yang dimiliki klien
17. Latihan mengungkapkan
penampilan diri perasaannya
(mis.berdandan) mengenai citra
18. Latih tubuhnya
pengungkapan
14. menganjurkan
kemampuan diri
kepada orang lain klien
maupun kelompok
menggunakan
alat bantu
15. menganjurkan
klien mengikuti
kelompok
tertentu untuk
meningkatkan
citra tubuh
16. melatih fungsi
tubuh klien yang
msih ada
17. melatihan
penampilan diri
klien
18. melatih
pengungkapan
kemampuan klien

60
Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi Pencegahan
berhubungan tindakan keperawatan infeksi
dengan efek selama … x 24 jam , Observasi 1. Untuk
prosedur pasien membaik mengetah
invasive dengan kriteria hasil : 1. monitor tanda dan ui tanda
1. Kebersihan gejala infeksi lokal dan gejala
tangan sistemik infeksi
meningkat local
2. Kebersihan Terapeutik sistemik
badan 2. Agar
meningkat 2. batasi jumlah pasien
3. Demam pengunjung lebih
menurun 3. berikan perawatan nyaman
4. Kemerahan kulit pada area 3. Untuk
menurun edema menguran
5. Nyeri menurun 4. cuci tanga gi resko
6. Bengkak sebelum dan sesudah infeksi
menurun kontak dengan dan
7. Vesikel pasien dan edema
menurun lingkungan pasien yang
8. Cairan berbau 5. pertahankan teknik membesar
busuk menurun aseptic pada pasien 4. Untuk
9. Sputum berisiko tinggi menghind
berwarna hijau ari resiko
menurun Edukasi tertular
10. Drainase /infeksi
purulen 6. jelaskan tanda dan 5. Untuk
menurun gejala infeksi mencegah
11. Piuria menurun 7. ajarkan cara ternyadiny
12. Periode malaise mencuci tangan a infeksi
menurun dengan benar 6. Agar
13. Periode 8. ajarkan etika batuk pasien tau
menggigil 9. ajarkan cara dari tanda
menurun memeriksa kondisi gejala
14. Latergi luka atau luka infeksi
61
menurun operasi 7.
15. Gangguan 10. anjurkan mencegah
kognitif meningkat asupan kebersiha
menurun nutrisi n diri
16. Kadar sel darah 11. anjurkan 8. Agar
putih membaik meningkatkan pasien tau
17. Kultur darah asupan cairan bagaiman
membaik a etika
18. Kultur urine Kolaborasi batuk
membaik 9. Agar
19. Kultur sputum 12. kolaborasi pasien
membaik pemberian imunisasi, lebih
20. Kultur area jikaperlu. mandiri
luka membaik dan tau
21. Kultur feses memeriks
membaik a kondisi
22. Nafsu makan luka ,luka
membaik operasi
10. Agar
pasien
menjga
asupan
nutrisi dan
asupan
cairan
yang
adekuat
11. Untuk
mencegah
pasien
terkena
penyakit ,
dan
menjaga
kekebalan
tubuh

62
Ansietas Setelah dilakukan Observasi 1. untuk
berhubungan
asuhan keperawatan 1. ldentifikasi saat mengidentifikasi
dengan kurang
terpapar selama .....x 24jam tingkat ansiotas saat tingkat
informasi
diharapkan Tingkat berubah (mis ansietas berubah
ansietas menurun kondisi, wakhu, 2. untuk
dengan kriteria hasil : stresor) mengidentifikasi
1. Verbalisasi 2. ldentifikasi kemampuan
kebingungan menurun kemampuan mengambil
2. Verbalisasi khawatir mengambl keputusan keputusan
akibat kondisi yang 3. Monitor tanda- 3. mengontrol
dihadapi menurun tanda ansietas tanda ansietas
3. Perilaku gelisah (verbal dan 4. membuat
menurun nonverbal) suasana
4. Perilaku tegang Terapeutik terapeutik untuk
menurun 4. Ciptakan suasana menumbuhkan
5. Keluhan pusing terapeutik untuk kepercayaan
menurun menumbuhkan 5. membantu
6. Anoreksia menurun kepercayaan klien mengurasi
7. Palpitasi menurun 5. Temani pasien kecemasan
8. Diaforesis menurun untuk mengurangi 6. memahami
9. Tremor menurun kecemasan, jika situasi dan
10. Pucat menurun memungkinkan perasaan klien
11. Konsentrasi 6. Pahami situasi yang membuat
membaik yang membuat ansietas pada
12. Pola tidur membaik ansietas klien
13. Frekuensi 7. Dengarkan 7. melatih klien
pernafasan membaik dengan penuh untuk lebih
14. Frekuensi nadi perhatian terbuka
membaik 8. Gunakan 8. untuk membuat
15. Tekanan darah pendekatan yang klien lebih tenang
membaik tenang dan 9. menyediakan
16. Kontak mata meyakinkan fasilitas yang
membaik 9.Tempatkan barang membuat pasien
63
17. Pola berkemih pnbadi yang nyaman
membaik memberikan 10. memberikan
18. Orientasi membaik kenyamanan motivasi klien
10. Motivasi tentang hal-hal
mengidenfikasi yang dapat
situasi yang memicu menghilangkan
kecemasan kecemasan
11. Diskusikan 11.
perencanaan realistis mendiskusikan
tentang peristiwa kepada tenaga
yang akan datang medis mengenai
Edukasi perencanaan
12. Jelaskan realistis tentang
prosedur, termasuk peristiwa yang
sensasi yang akan datang
mungkin dialami 12. menganjurkan
13. Informasikan klien untuk
Secara faktual mengurangi
mengenai diagnosis, kecemasan dan
pergobatan, dan sensasinya
prognosis 13. memberikan
14. Anjurkan informasi yang
keluarga untuk tetap aktual atau fakta
bersama pasien jika 14. menganjurkan
perlu. keluarga klien
15. Anjurkan tetap berada di
melakukan kegiatan sisi klien
yang tidak kompetitif 15. menganjurkan
sesuai kebutuhan klien melakukan
16. Anjurkan kegiatan sesuai
mengungkapkan kebutuhan nya
perasaan dan 16. memberikan
persepsi klien untuk
64
17. Latih kegiatan mengemukakan
pengalihan untuk perasaan klien
mengurangl 17. menganjurkan
ketegangan klien untuk
18. Latih mengurangi
penggunaan ketegangan
mekanisme penyebab ansietas
pertahanan diri yang 18. mencegah
tepat terjadinya
19. Latih teknik komplikasi dan
relaksasi masalah baru
Kalaborasi 19. untuk
20 Kolaborasi membuat klien
pemberian obat
lebih tenang
antiansietas, jika
perlu 20. untuk
mencegah dan
memperingan
asietas.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
E. EVALUASI
Langkah evaluasi dimana mengukur respon klien terhadap asuhan yang diberikan
dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, Evaluasi menggunkan evaluasi
formatif bentuk SOAP .

2.9CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


HIPOSPADIA
A. KASUS
An. P Laki-laki umur 3th dirawat di ruang bedah anak karena mengalami kelainan
saat berkemih dan akan menjalani proses pembedahan untuk memperbaiki
kelaianan yang terjadi (urethroplasty). Ibu klien mengatakan sejak lahir anaknya
mengalami kelainan pada alat kelaminya. Saat kencing pasti merembes didaerah
pangkal penisnya. Klien diagnosis menderita hypospadia.

65
B. PENGKAJIAN
identitas pasien
1. Nama : An. P
2. Umur : 3th
3. Jenis kelamin : Laki- laki
4. Diagnosa medis : Hypospadia
5. Keluhan utama :
Saat kencing pasti merembes didaerah pangkal penisnya
6. Riwayat penyakit sekarang :
dirawat diruang bedah anak dan akan menjalani proses pembedahan
(urethroplasty).
7. Riwayat penyakit sebelumnya :
ps mengalami kelainan pada alat kelaminnya.

Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan genetalia
Saat dilakukan inspeksi bentuk penis lebih datar dan ada lekukan yang
dangkal dibagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus, pada kebanyakan penderita penis melengkung ke
bawah(chordee) yang tampak jelas pada saat ereksi, preputium (kulup)
tidak ada dibagian bawah penis tetapi menumpuk dibagian punggung
penis,testis tidak turun ke kantong skrotum. Letak meatus uretra
berada sebelah ventral penis dan sebelah proximal ujung penis
2. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria
atau pembesaran pada ginjal, karena kebanyakan penderita hypospadia
sering disertai dengan kelainan pada ginjal.
3. Perhatikan kekuatan dan kelancaran aliran urin

Pemeriksaan Lab

Darah Lengkap

5. Hb (N: 14-18 g/dL)


6. Ht (N: 40-48 vol%)
7. Leukosit (N: 5000-10000/mm3)
66
8. Trombosit (N: 200000-500000/mm3)

Kimia Klinik

1. BSS : 80 mg/dL

Pemeriksaan Penunjang

4. Excretory urograph
Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
abnormalitas congenital pada ginjal dan ureter.
5. Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi
(IVP,sistouretrografi) untuk menilai gambaran
6. saluran kemih secara keseluruhan dengan bantuan kontras.
Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh sulit
berkemih. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan USG untuk
mengetahui keadaan ginjal,mengingat hypospadia sering disertai
dengan kelainan pada ginjal.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Citra Tubuh b.d rasa malu akibat perkembangan genitalia penis
terganggu, (perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu)
D. INTERVESNSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

67
Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi citra tubuh promosi citra
tubuh
asuhan keperawatan Observasi tubuh
berhubungan
dengan fungsi t selama .....x 24jam 1. Identifikasi observasi
ubuh
diharapkan citra tubuh harapan citra tubuh 1. untuk
meningkat dengan berdasarkan tahap mengetahui
kriteria hasil : perkembangan identifikasi citra
1. Verbalisasi perasaan 2. Identifikasi tubuh
negatif tentang perubahan citra berdasarkan
perubahan tubuh tubuh yang tahapan
menurun mengakibatkan perkembangan
2. Verbalisasi isolasi anak
kekhawatiran pada 3. Monitor apakah 2. untuk
penolakan/reaksi orang pasien bisa melihat mengetahui
lain menurun bagian tubuh yang identifikasi
3. Verbalisasi berubah perubahan citra
perubahan gaya hidup Terapeutik tubuh yang
menurun 4. Diskusikan mengakibatkan
4. Menyembunyikan perbedaan isolasi sosial
bagian tubuh penampilan fisik 3. untuk
berlebihan menurun terhadap harga diri mengetahui
5. Menunjukkan bagian 5. Anjurkan perkembangan
tubuh berlebihan mengungkapkan
pemahaman dan
menurun gambaran diri
terhadap citra tubuh kemampuan klie
4. mengetahui
perbedaan fisik
terhadap diri
sendiri
5. menganjurkan
klien
mengungkapkan
perasaannya
mengenai citra
tubuhnya

68
E.IMPLEMENTASI

No Hari/Tgl/Jam No. Masalah Tindakan Evaluasi TTD


Keperawatan
1 Rabu 21 1 1. Identifikasi Ds; ibu px
januari 2020 harapan citra mengatakan px
08.00 tubuh berdasarkan pasien
tahap perkembangannya
perkembangan bagus
Do; pasien
2. Identifikasi tampak baik
perubahan citra Ds; ibu px
tubuh yang mengatakan px
mengakibatkan merasa malu saat
isolasi akan berkemih
Do; px tidakmau
berkomuikasi
3. Monitor apakah
pasien bisa Ds; ibu px
melihat bagian mengatakan px
tubuh yang bisa melihat
berubah bagian tubuh yg
berubah
4. Diskusikan Do : px tmpak
perbedaan baik
penampilan fisik Ds : ibu px
terhadap harga diri mengatakan px
5.Anjurkan tampak belum
mengungkapkan mengerti
gambaran diri Do : px tampak
terhadap citra bingung
tubuh Ds : ibu px
mengatakan px

69
tampak belum
mengerti dengan
mengungkkapkan
gambaran diri
Do : pasien
tampak bingung

F. EVALUASI

No Hari / tanggal No dx Evaluasi Ttd


1 Rabu , 21 januari I S : Keluarga pasien
2020 mengatakan bahwa pasien
merasa malu saat diantar ke
10.00 toilet

O : pasien tampak malu-malu


A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

70
2.10 KONSEP DASAR PENYAKIT NEFROTIK SINDROM

A. Pengertian
Nefrotik syndrom merupakan gangguan gejala klinis yang
disebebkan rusaknnya membram kapiler glomerolus yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas glomerolus.
Nefrotik syndrome adalah Status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif. Nefrotik Syndrom
adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena
kerusakan glomerulus yang difus.
B. Tanda danGejala
1. Kenaikan beratbadan.
2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata,
tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di sianghari.
3. Pembengkakan abdomen(asites).
4. Efusipleura.
5. Pembengkakan labia atauskrotum.
6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare,
anoreksia, dan absorpsi intestinalburuk.
7. Pembengkakan pergelangan kaki /tungkai.
8. Iritabilitas.
9. Mudahletih.
10. Letargi.
11. Tekanan darah normal atau sedikitmenurun.
12. Rentan terhadapinfeksi.
13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urinberbuih.

71
C. Etiologi
SebabpenyakitnefrotikSyndromyangpastibelumdiketahui,akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu
reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinyamenjadi:
1. Nefrotik Syndrombawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Nefrotik
Syndrom jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara
yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus
namuntidakberhasil.Prognosisburukdanbiasanyapenderitameninggal
dalam bulan-bulan pertamakehidupannya.
2. Nefrotik Syndrom sekunder
Disebabkanoleh:
1) Malaria kuartana atau parasitlain.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura
anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena
renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, sengatan lebah, racun oak, airraksa.
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatifhipokomplementemik.
3. Nefrotik Syndrom idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati
membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis
fokalsegmental.

72
D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada Nefrotik Syndrom yang paling utama
adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi
sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas
dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait
denganhilannyamuatannegativeglikoproteindalamdindingkapiler.Pada
Nefrotik Syndrom keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu
banyakakibatdarikebocoranglomerolusdanakhirnyadiekskresikandalam
urin.
Pada Nefrotik Syndrom protein hilang lebih dari 2 gram perhari
yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia,
padaumumnyaedemamunculbilakadaralbuminserumturundibawah2,5
gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi
kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik/ osmotic
intravaskuleryangmemungkinkancairanmenembuskeruangintertisial,hal ini
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang
intertisial menyebabkan edema yang diakibatkan pergeseran cairan.
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume
darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif,
sehingga mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang
mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan
system rennin angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh
darah dan juga akan mengakibatkan rangsangan pada reseptor volume
atrium yang akan merangsang peningkatan aldosteron yang merangsang
reabsorbsinatriumditubulusdistaldanmerangsangpelepasanhormoneanti
diuretic yang meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini
mengakibatkan peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma
berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema.

73
Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic hormone
akan mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada Nefrotik Syndrom kadar kolesterol,
trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat yang disebabkan oleh hipoproteinemia
yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya
katabolisme lemak yang menurun karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma.
Hal ini dapat menyebabkan arteriosclerosis.
E. PohonMasalah

Kelebihan Penuruna Intoleransi


Ketidakefektifa Resiko
volume cairan n aktivitas
n pola napas infeksi
curah
jantun
g
Penuruna Edema Beban Sistem
n ekspansi kerja
imun Lelah,
jantun menuru
paru lemah,
g n
letih,
meningka lesu

74
Protein Anoreksi,
Volume
intravaskuler ter- mual,
infiltrasi munta
meningkat h

Penuruna Presepsi
Reabsorpsi
n filtrasi kenyang
Na danair
Asites Permeabilita glomerulus
meningkat
s
glomerulus

meningkat

SINDROM NEFROTIK

75
F. PemeriksaanDiagnostik
1. Urinalisa (protein, eritrosit,silinder)
2. Clearance kreatinin (BUN /SC)
3. Ujidarah
4. Biopsi ginjal

G. PenatalaksanaanMedis
1. Diperlukan tirah baring selama masa edemaparah
2. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari
dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/hari.
3. Perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering,
plester atau verban harus dikurangi sampaiminimum.
4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan airhangat.
5. Kemoterapi
6. Penatalaksanaankrisishipovolemik,denganmemberikaninfusplasmaintravena.Monitor
nadi dan tekanandarah.
7. Mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan
tekanandarah dan pencegahandekubitus.
8. Dukungan bagi orang tua dananak.

2.11 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1) Pengkajian
1. Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, jenis kelamin,dll.
2. Riwayat:
a. Riwayat kesehatan yanglalu
b. Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami,
imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi danpengobatan.
c. Pola kebiasaansehari–hari

3. Riwayat penyakit saatini:


a. Keluhanutama.
b. Alasan masuk rumahsakit
c. Faktorpencetus.
d. Lamanyasakit.

16
2) DiagnosaKeperawatan

1. Hypervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi


3) Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Pemantau cairan Pemantuan cairan
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan selama … x 24 jam , Observasi 1. Untuk
gangguan pasien membaik mengetahui
mekanisme dengan kriteria hasil : 1. monitor frekuensi frekuensi dan
regulasi 1. Asupan cairan dan kekuatan nadi kekuatan nadi
meningkat 2. monitor frekuensi 2. Untuk
2. Output urin napas mengetahui
meningkat 3. monitor tekanan frekuensi napas
3. Membrane darah 3. Untuk
mukosa 4. monitor berat mengetahui
lembap badan tekanan darah
meningkat 5. monitor waktu pasien
4. Edema pengisian kapiler 4. Untuk
menurun 6. monitor mengetahui
5. Dehidrasi elastisitas atau berat badan
menurun turgor kulit 5. Untuk
6. Asites 7. monitor jumlah, mengetahui
menurun warna dan berat waktu
7. Konfusi jenis urine pengisian
menurun 8. monitor kadar kapiler
8. Tekanan albumin dan protein 6. Untuk
darah total mengetahui
membaik 9. monitor hasil elastisitas atau
9. Frekuensi pemeriksaan serum turgor kulit
membaik (mis. Osmolaritas 7. Untuk
10. Kekuatan nadi serum, hematokrit, mengetahui
membaik natrium, kalium, jumlah warna
11. Tekanan arteri BUN) dan berat jenis
rata-rata 10. monitor intake urine
membaik dan output cairan 8. Untuk
12. Mata cekung 11. identifikasi mengetahui
membaik tanda – tanda kadar albumin
13. Turgor kulit hipovolemia (mis. dan protein
membaik Frekuensi nadi total
14. Berat badan meningkat, ndi 9. Untuk
membaik teraba lemah, mengetahui
tekanan darah hasil
menurun, tekanan pemeriksaan
nadi menyempit, serum
turgor kulit 10. Untuk
menurun, membrane mengetahui

17
mukosa kering, intake dan
volume urine output cairan
menurun, 11. Untuk
hematokrit mengetahui
meningkat, haus, tanda-tanda
lemah, konsentrasi hypovolemia
urine meningkat, 12. Untuk
berat badan mengetahui
menurun dalam factor resiko
waktu singkat) keseimbangan
12. identifikasi cairan
tanda-tanda 13. Untuk
hipervolemia (mis. mengecek
Dispnea, edema keadaan pasien
perifer, edema secara berkala
anasarka, JVP 14. Untuk
meningkat, CVP mengetaui hasil
meningkat, reflex pemantauan
hepatojugularpositif, 15. Agar pasien tau
berat badan hasil dari
menurun dalam pemantauan.
waktu singkat)
13. identifikasi
faktor resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis.
Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar,
aferesis,obstruksi
intestinal,
peradangan
pancreas, penyakit
ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal)

Terapeutik

14. atur interval


waktu pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
15. dokumentasi
hasil pemantauan

Edukasi

16. jelaskan tujuan


dan prosedur
18
pemantauan
17. informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Dilakukan sesuai dengan intervensi.
V. EVALUASI

Langkah evaluasi dimana mengukur respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan
kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, Evaluasi menggunkan evaluasi formatif

2.12 CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


NEFROTIK SINDROM

BAB III
KASUS FIKTIF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A


DENGAN NEFROTIK SYNDROM

DI RUANG PUDAK RSUP SANGLAH


TANGGAL 11 – 12 FEBRUARI 2019

I. I
D
E
N
TI
T
A
S
A. Anak
1. Nama : An.A
2. Anak yang ke 2
3. Tanggal lahir/umur: 24 Januari 2019 /11 Tahun

19
4. Jenis kelamin : Laki – laki
5. Agama : Hindu

B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. D (kandung)
b. Umur : 45 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Jalan Pulau Moyo N0. 33B
2. Ibu
a. Nama : Ny. K (kandung)
b. Umur : 40 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Jalan Pulau Moyo N0. 33B

20
Klien adalah anak ke dua dari dua saudara, kakaknya perempuan. Klien
tinggal serumah dengan ayah dan ibunya.

II. Keluhan Utama


Klien mengatakan Panas

III. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang di IGD RSUP Sanglah pada hari Minggu tanggal 10
Februari 2019 jam 18:30 WITA dengan keluhan panas kurang lebih 3 hari,
dengan disertai mual muntah. BB : 22 kg. TD : 100/80 mmHg, RR 32
x/menit, N : 104 x/menit, S : 38,60 C mendapatkan terapi O2 2-4 L/menit,
inj Cefotaxin 4x500 mg, samnol 220 mg, Medixon 4x12 amp, samnol song
500 mg 4x12 tbl, IVFD RL 20 tpm.

21
Klien dipindahkan masuk Bangsal Pudak/Anak jam 21:00 WITA
dengan keluhan badan lemas, mual muntah, dan panas. Pada tanggal 11
Februari 2019 jam 10:00 WITA Didapatkan hasil dengan TD : 100/80
mmHg, S : 37,70 C, RR : 22 x/menit, N: 80 x/menit.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
Orang tua klien mengatakan, sebelumnya klien tidak pernah
mengalami penyakit yang menyebabkan klien harus dirawat. Keadaan klien
mulai memburuk setelah kurang lebih 3 hari yang lalu sebelum masuk
Rumah Sakit.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua klien mengatakan, tidak ada anggota keluarganya yang
pernah mengalami masalah yang dialami klien saat ini dan anggota keluarga
tidak ada yang memiliki penyakit menular (misal : TBC, Lepra, dll) dan
penyakit keturunan (misal : DM, Hipertensi).
D. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
1. Prenatal
Riwayat penyakit yang dialami sebelum masa kehamilan seringnya
demam, batuk-batuk dan pusing. Tindakan yang sering dilakukan untuk
mengobati penyakit dengan membeli obat-obat dari warung dan dibawa
ke mantri terdekat. Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke
bidan lebih dari 6 kali, imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama
hamil.
2. Intranatal
Orang tua klien mengatakan, selama masa kehamilan mengalami mual
dan muntah. Saat lahir An F ditolong bidan kemudian lahir secara spontan
langsung menangis, badan lahir 2700 gram, panjang badan 45 cm, umur
kehamilan 9 bulan.
3. Postnatal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI eksklusif, mulai 2
bulan sudah diberikan makanan tambahan selerac.

22
4. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien teratur memeriksakan kehamilannya ke bidan, tidak ada
keluhan yang berarti selama kehamilannya. Bayi lahir cukup bulan,
spontan, langsung menangis, berat badan lahir 2700 gram
Riwayat Makanan
Umur : 0 - 4 bulan : Susu formula
4 - 5 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah
5 – 8 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah + Nasi tim saring
5. Riwayat Pernah dirawat di rumah sakit
An.A belum pernah dirawat di RS sebelumnya
6. Obat-obatan yang digunakan
Ibu mengatakan An.A pernah mendapatkan paracetamol sirup dari
puskesmas atau mantri terdekat
7. Tindakan operasi
An.A belum pernah dilakukan tindakan operasi.
8. Alergi
An.A tidak mempunyai riwayat alergi
9. Kecelakaan
An.A tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS
10. Imunisasi
B C G : 1x, umur 1 bulan
Polio : 3x, umur 2,3,4 bulan
Campak

IV. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang mengasuh
Yang mengasuh klien sejak bayi sampai sekarang ini adalah kedua orang
tuanya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan klien dengan anggota keluarga yang lain baik-baik saja, klien
lebih dengan dengan ibunya.

23
3. Hubungan dengan teman sebaya
Hubungan klien dengan teman sebaya baik, dengan teman rumah maupun
teman diluar rumah seperti sekolah.
4. Pembawaan secara umum
Klien terlihat pendiam kurang bergaul dengan teman sebayanya
5. Lingkungan rumah
Kondisi lingkungan rumah klien baik mendukung dalam proses
perkembangan klien

V. KEBUTUHAN DASAR MENURUT GORDON


A. Pola Persepsi - manajemen kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan,
persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan , pengetahuan tentang praktek kesehatan.
B. Pola nutrisi
Sebelum dikaji : Pasien sering mengonsumsi makanan dan
minuman, dengan lauk tahu dan tempe, serta sayuran, kadang
minum susu.
Saat dikaji : Pasien makan dengan diit TKTP yang
diberikan dari RS dan nafsu makan berkurang, hanya
menghabiskan ½ dari porsi Diit yang diberikan
C. Pola istirahat
Sebelum sakit : Pasien istirahat biasanya kalau siang hari dari jam 1-
2,dan pada malam hari dari jam 8
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring karena lemas dan tidurnya
kurang teratur hanya sekitar 1 sampai 2 jam kalau siang, sedangkan
malam sekitar 5-7 jam
D. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Pasien beraktifitas seperti biasa belajar dan bermain
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur,dan semua
aktifitas dibantu oleh keluarganya seperti makan mandi.

20
E. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, dan
BAK 5-6 x/hari dengan konsisitensi encer, berwarna kuning
Saat dikaji : Pasien BAB 5-6 x/hari dengan konsisitensi cair dan
BAK 1x/hari
F. Pola personal hygiene
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan kebersihan dirinya
Secara mandiri, walaupun masih dibantu dengan keluarganya
Saat dikaji : Pemenuhannya kebersihanya dengan bantuan
keluarga karena klien lemas dan hanya istirahat aktivitas terbatas
diranjang
G. Temperature suhu
Sebelum sakit : Suhu pasien normal 36,7 C
Saat dikaji : Suhu pasien 37,7 C
H. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa nyaman dan lebih senang saat
berada dirumah, bermain, dan kumpul dengan keluarganya
Saat dikaji : Pasien telihat tidak nyaman dengan
keadaan penyakitnya dan keadaan RS mengeluh minta cepat pulang
I. Kebutuhan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien hanya bermain berkumpul dengan
teman dan keluarganya, kadang rekreasi ke pantai Pangandaran yang
dekat dengan rumahnya
Saat dikaji : Pasien hanya bisa bermain ditempat tidur
J. Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Pasien belajar dirumah dan keluarga
Saat dikaji : Pasien tidak belajar.

21
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium :
7 Mei 2013 Jam 07:50 WITA 8 Mei 9 Mei
Pemeriksaan Hasil Hasil Hasil
WBC 7,6 x103/Ul 5,4 x103/Ul 7,2 x103/Ul
RBC 4,76x106/Ul 4,36 x106/Ul 4,43 x106/Ul
HGB 13,5 a/dl 12,5 a/dl 12,9 a/dl
HCT 37,6 % - 34,6 % - 35,2 %
MCV 79 Fl - 79,4 Fl - 79,5 Fl
MCH 28,4 pq 28,7 pq 29,1 pq
MCHC 35,9 Q/dl 26,7 Q/dl 36,6 Q/dl
PLT 43 x103/dl 90 x103/dl 59 x103/dl
Lym 55,2 % 79,4 % 41,5 %
RDW TD 41,5 fl 41,2 fl 42,2 fl
RDW CV 13,9 % 13,4 % 13,8 %
PDW 15,7 fl 22,4 fl
MPV 10,1 fl 12,6 fl
2. Hasil rontgen :-
3. Data tambahan :
Diberikan Terapi
Inj Cefotaxim 4x500 mg
Inj Medixon 4x1/2 amp
IVFD RL 20 tpm

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Apatis
3. TB / TB : 22 kg/125 cm
4. Kepala : Bentuk bulat, simetris, rambut hitam, lurus, tidak mudah
dicabut
5. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sklera anitterik

22
6. Hidung : Simetris, tidak ada polip, bersih
7. Mulut : Mukosa bibir kering pecah-pecah, bersih, sianosis,
8. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, bersih
9. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, simetris
10. Dada
a. Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler,
- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra, batas
jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra, batas jantung
kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra
b. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada penggunaan otot bantu napas
Auskultasi : Tidak ada ronchi, tidak ada whezing
Palpasi : Tidak ada fokal fremitus
Perkusi : Sonor
c. Perut
- Inspeksi : Simetris, ada timpani apa tidak
- Auskultasi : Bising usus (+) normal 17
- Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba.
- Perkusi : Timpani.
11. Genitalia : Laki-laki, tidak terpasang DC
12. Ekstrimitas
a. Atas : tidak ada edema, lemas pada ektremitas bagian atas
b. Bawah : tidak ada edema, lemas pada ekstremitas bagian bawah
13. Kulit :
14. Tanda vital
a. TD : 100/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 37,7 0 C
d. RR : 15 x/meni

23
VIII. ANALISA DATA
Kemungkinan
No Data Fokus Masalah penyebab
1 DS : Orang tua klien Hipervolemia
hipervolemia
mengatakan An. A
lemas, nafsu makan
kurang Edema
DO :
- Klien terlihat lemas
Volume
- Klien nampak
plasma
lemas, lesu dan tidak meningkat
nafsu makan.
- BB sekarang : 28 Kg
- Bentuk Abdomen : Tekanan osmotic
plasma menurun
edema
TTD : 100/80 mmHg
N : 80x/menit Permeabilitas
S : 37,7 C glomerulus
meningkat
RR : 15 X/Menit
- CRT : < 2 detik
- HGB : 5,0 g/dl Nefrotik
Syndrome

IX. MASALAH KEPEAWATAN


Kelebihan Volume cairan b.d akumulasi cairan didalam jaringan, gangguan
mekanisme regulasi (retensio sodium, natrium dan air)

X. INTERVENSI KEPERAWATAN

2. Hipervolemia Setelah dilakukan


berhubungan tindakan 1. monitor frekuensi 1. Untuk
dengan keperawatan selama dan kekuatan nadi mengetahui
gangguan … x 24 jam , pasien frekuensi dan
mekanisme membaik dengan kekuatan nadi
regulasi kriteria hasil : 2. monitor frekuensi 2. Untuk
24
1. Edema napas mengetahui
menurun frekuensi napas
2. Frekuensi 3. monitor intake 3. Untuk
membaik dan output cairan mengetahui
3. Kekuatan intake dan
nadi output cairan
membaik
4. Turgor kulit 4. identifikasi tanda- 4. Untuk
membaik tanda hipervolemia mengetahui
5. Berat badan (mis. Dispnea, factor resiko
membaik edema perifer, keseimbangan
edema anasarka, cairan
JVP meningkat,
CVP meningkat,
reflex
hepatojugularpositif,
berat badan
menurun dalam
waktu singkat)

5. atur interval 5. Untuk mengecek


waktu pemantauan keadaan pasien
sesuai dengan secara berkala
kondisi pasien

6. jelaskan tujuan 6. Untuk


dan prosedur mengetaui hasil
pemantauan pemantauan

25
XI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. A
Tanggal : 11 – 12 februari 2019
Ruang Rawat : Pudak

Hari, No.
No Tanggal, Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Jam Kep
1 Senin, 1 Ds : -
22 januari 1. monitor frekuensi Do: nadi 90x/menit
2020
08.00
dan kekuatan nadi

08.10 2. monitor frekuensi Ds: -


napas Do: r = 22x/menit

09.30 3. monitor intake dan Ds: ibu px mengatakan px


output cairan sudah minum 2 gelas dan px
sering minta ke toilet

Do: px sering ke toilet

4. identifikasi tanda- Ds:


09.45 tanda hipervolemia Do:
(mis. Dispnea, edema
perifer, edema
anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, reflex
hepatojugularpositif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)

5. atur interval waktu Ds: ibu px mengatakan sudah


11.00 pemantauan sesuai mengerti
Do: pasien dan keluarga
dengan kondisi pasien tampak kooperatif

6. jelaskan tujuan dan Ds: keluarga px mengatakan


13.30 prosedur pemantauan sudah mengerti dengan apa
yang dijelaskan
Do: keluarga px tampak
sudah mengerti

26
27
J. EVALUASI

Tgl/ Dx Kep Evaluasi Paraf


Jam
24-01- 1 S:
2020
- Orang tua px mengatakan bengkak berkurang
13:30
O:
- Klien terlihat lemas
N : 90x/menit
RR : 22 x/Menit
- CRT : < 2 detik
- HGB : 5,0 g/dl

A: Kelebihan volume cairan


P : Masalah sudah teratasi, pertahankan intervensi
- Monitoring hasil Hb yang sesuai dengan retensi
cairan
- Monitoring vital sign
- Monitoring indikasi retensi/kelebihan cairan
- Monitoring tanda dan gejala dari oedema

28
BAB III

PENUTUP

4.1. SIMPULAN

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Leukemia
umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa
diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang
berkembang tidak normal atau abnormal.(E-Jurnal,Sastaviyana Yuliangga). Angka
kelangsungan hidup jangka panjang untuk leukemia bergantung pada jenis sel yang
terlibat, tetapi berkisar sampai lebih dari 75% untuk leukemia limfositik akut pada
masa kanak-kanak, merupakan angka statistic yang luar biasa karena penyakit ini
hampir bersifat fatal.

Talasemia adalah penyakit genetik dimana hal ini disebabkan oleh


hemogoblin yang mengalami kerusakan dan menyebabkan umur erytrosit menjadi
pendek. Hockenberry & Wison (2009) mengklasifikasikan talasemia menjadi
Talasemia minor (Trait),Talasemia intermedia, Talasemia mayor.

Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada penis
bagian bawah, bukan diujung penis. Kondisi hipospadia bervariasi, kebanyakan
lubang uretra terletak didekat ujung penis yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia
yang lebih berat terjadi jika luubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada
pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau dibawah skrotum. Kelainan ini sering
berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan vibrosa yang kencang yang
menyebabkan penis melengkung kebawah saat ereksi. (Muslihatum, 2010)

Nefrotik syndrom merupakan gangguan gejala klinis yang disebebkan


rusaknnya membram kapiler glomerolus yang menyebabkan peningkatan
permiabilitas glomerolus.

Sebab penyakit nefrotik Syndrom yang pasti belum diketahui,akhir-


akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu
reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinyamenjadi:

29
Nefrotik Syndrom bawaan ,Nefrotik Syndrom sekunder Nefrotik Syndrom
idiopatik ( tidak diketahuisebabnya)

4.2 SARAN

Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa


perawat mengenai penyakit talasemia pada bayi atau anak dan bagaimana
pendokumentasian asuhan keperawatan pada bayi atau anak yang mengalami
penyakit talasemia.

30
DAFTAR PUSTAKA

Supardi, Spk. 2001. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : PT FAJAR


INTERPRATAMA

Susilaningrum, Rekawati dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Trans Info
Media

Tim Pokja PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta:DPP PPNI

Tim Pokja PPNI.2017.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta:DPP PPNI

Tim Pokja PPNI.2017.Standar Diagnosa Intervensi Keperawatan


Indonesia.Jakarta:DPP PPNI

31

Anda mungkin juga menyukai