PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit leukemia
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak leukemia
3. Untuk mengetahui contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak leukemia
4. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia
5. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia
6. Untuk mengetahui contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak talasemia
7. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit hipospadia
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak hipospadia
9. Untuk mengetahui contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak hipospadia
10. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit nefrotik sindrom
11. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom
12. Untuk mengetahui contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom
1.4 MANFAAT
1. Untuk memahami konsep dasar penyakit leukemia
2. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak leukemia
3. Untuk memahami contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak leukemia
4. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia
5. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak talasemia
6. Untuk memahami contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak talasemia
7. Untuk memahami konsep dasar penyakit hipospadia
8. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak hipospadia
9. Untuk memahami contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak hipospadia
10. Untuk memahami konsep dasar penyakit nefrotik sindrom
11. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom
12. Untuk memhami contoh kasus dari asuhan keperawatan pada anak nefrotik sindrom
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
C. KLASIFIKASI
Leukimia diklasifikasikan menjadi 4 bagian, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Leukimia Meilogenus Akut
AML mengenai sel system hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid, monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena, insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukimia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukimia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam system keganasan sel myeloid. Namun banyak
sel normal dibandingkan bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang
menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan AML, tetapi tanda
dan gejala lebih ringan, pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukimia Lomfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas lomfoblast. Sering terjadi pada anak-
anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak insiden usia 4 tahun,
setelah 15 tahun ALL jarang terjadi. Menifestasi limfosit berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukimia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan menganai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi pasien tidak menunjukan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik
atau penanganan penyakit lain.
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala akibat penyusupan sel leukemia ke sumsum tulang. Penyusupan ini
mengakibatkan berkurangnya produksi sel darah lain dengan berbagai
konsekuensinya yaitu sebagai berikut:
1. Mudah terjadi perdarahan karena produksi sel pembeku darah berkurang
sehingga penderita kelihatan pucat, lemah dan berat badan turun karena nafsu
makan turun dan akibat sel leukemia menyusup ke saluran cerna.
2. Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limpe (limpadenopati) dan pembesaran
hati dan limpa/lien/spleen (Hepatosplenomegali)
3. Pada daerah kepala dan leher bisa terlihat penyusupan sel leukemia pada kulit
dan tulang. Akibatnya, terlihat gejala perdarahan atau bendungan pembuluh
darah.
4. Penyusupan sel leukemia pada kulit disebut leukemid dan bisa berbentuk borok
atau bisul atau kulit berubah warna kekuning-kuningan.
4
5. Kelainan saraf otak akibat penyusupan sel leukemia pada saraf otak atau akibat
kelainan metabolisme atau karena penyumbatan aliran cairan otak dan sumsum
tulang belakang.
6. Kadang-kadang terjadi kelumpuhan saraf otak ke-7 yang mengurus otot-otot
wajah yang sering dijumpai pada leukemia limpositik akut.
E. PATOFISIOLOGI
Leukimia adalah jenis gangguan pada system hematopoietic yang total dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukimia dan prosedurnya.Sejumlah besar sel pertama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, lomfosit di
dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang
lebih besar (splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering
mengganggu produksi normal sel hamtopoetik lainnya dan mengarah ke
pengembangan/pembelahan sel yang cepat ke sitopenias (penurunan jumlah).
Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya immunocompetence
dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi.
Jika penyebab leukimia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah masuk
ke dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan struktur antigen
manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka akan ditolak oleh tubuh.
Struktur antigen manusia terbetuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh
terutama kulit dan selaput lender yang terletak dipermukaan tubuh. Istilah HL-A
(Human Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap jaringan telah ditetapkan (WHO).
System HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetika, sehingga adanya
peranan factor ras dan keluarga dalam etiologic leukimia tidak dapat diabaikan .
Prosesnya meliputi: normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang
malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, system
retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan system pertahanan
tubuh dan mudah mengalami infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran
gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, system saraf pusat. Gangguan pada
nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan,
dan adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.
Leukimia adalah penyakit kanker jaringan yang menghasilkan imatur atau
abnormal dalam jumlah berlebihan dan menyusup ke dalam berbagai organ tubuh.
5
Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel
yang normal. Akibatnya, timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang
tidak mencukupi. Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang
bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit.
Penyusupan sel-sel leukemic ke dalam semua organ-organ vital menimbulkan
hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati.
Timbul disfungsi sumsum tulang, menyebabkan turunnya jumlah eritrosit,
neutrofil dan trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi limfonodus, limfa, hati, tulang,
dan SPP .Di semua tipe leukimia, sel yang berproliferasi dapat menekan produksi
dan elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk
menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda
dan gejala dari leukimia merupakan hasil dari infiltrasi sumsum tulang, dengan 3
manifestasi yaitu anemia dan penurunan RBCs, infeksi dari neutropenia, dan
perdarahan karena produksi platelet yang menurun. Imvasi sel leukimia yang
berangsur-angsur pada sumsum menimbulkan kelemahan pada tulang dan cenderung
terjadi fraktur, sehingga menimbulkan nyeri.Ginjal, hati, dan kelenjar limfe
mengalami pembesaran dan akhirnya fibrosis, leukimia juga berpengaruh pada SSP
dimana terjadi peningkatan tekanan intra kranial sehingga menyebabkan nyeri pada
kepala, letargi, papil edema, penurunan kesadaran dan kaku duduk
F. POHON MASALAH
G.
Virus ( Enzyme, Sinar Radio Aktif ,Zat
Retrovirus, Transcriptase) Kimia
Leukemia
Hematopiosis Eritrosit,
Kemoterapi Poliferasi Sel Darah Putih Neutrofil dan
Trombosit
Asam Lambung
Mual dan Imunosupresi
Respon Imun Pembekuan Darah
Trombositopenia Eritropenia
Penurunan
(HCl)
Muntah Sumsum Tulang Tidak Terjadi Hemoglobin
DEFISIT NUTRISI
H. KOMPLIKASI
1. Infeksi
Komplikasi ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa anak-anak
adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak paling rentan
terhadap infeksi berat selama tiga fase penyakit berikut:
1. Pada saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses leukemia
telah menggantikan leukosit normal.
2. Selama terapi imunosupresi
3. Sesudah pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga mempredisposisi
pertumbuhan mikroorganisme yang resisten.
4. Walau demikian, penggunaan faktor yang menstimulasi-koloni granulosit telah
mengurangi insidensi dan durasi infeksi pada anak-anak yang mendapat terapi
kanker. Pertahanan pertama melawan infeksi adalah pencegahan.
2. Perdarahan
Merupakan sebelum penggunaan terapi transfuse trombosit, perdarahan
merupakan penyebab kematian yang utama pada pasien leukemia. Kini sebagaian
besar episode perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan pemberian
konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit.
Karena infeksi meningkat kecenderungan perdarahan dan karena lokasi
perdarahan lebih mudah terinfeksi, maka tindakan pungsi kulit sedapat mungkin harus
dihindari. Jika harus dilakukan penusukan jari tangan, pungsi vena dan penyuntikan
IM dan aspirasi sumsum tulang, prosedur pelaksanaannya harus menggunakan teknik
aseptic, dan lakukan pemantauan kontinu untuk mendeteksi perdarahan.
Perawatan mulut yang saksama merupakan tindakan esensial, karena sering
terjadi perdarahan gusi yang menyebabkan mukositis. Anak-anak dianjurkan untuk
menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan cedera atau perdarahan seperti
bersepeda atau bermain skateboard, memanjat pohon atau bermain dengan ayunan.
Umumnya transfuse trombosit hanya dilakukan pada episode perdarahan aktif
yang tidak bereaksi terhadap terapi lokal dan yang terjadi selama terapi induksi atau
relaps. Epistaksis dan perdarahan gusi merupakan kejadian yang paling sering
ditemukan.
3. Anemia
7
Pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat penggantian total sumsum
tulang oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi, transfusi darah mungkin
diperlukan. Tindakan kewaspadaan yang biasa dilakukan dalam perawatan anak yang
menderita anemia harus dilaksanakan.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan leukemia adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
a) Ditemukan sel blast yang berlebihan
b) Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi
a) Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b) Peningkatan asam urat serum
c) Peningkatan tembaga (Cu) serum
d) Penurunan kadar Zink (Zn)
e) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk
sel blast / sel primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel
kanker ke organ tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik:
50-60% dari pasien ALL dan mempunyai kelainan berupa:
a) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid
(2n+a)
b) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen
kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat keciL
J. PENALAKSANAAN MEDIS
Operasi pengambilan tumor (eksisi) bukan merupakan langkah utama pada
pengobatan kangker darah (leukemia).Meskipun mungkin pada penderita
leukemia yang bukan jenis Hodgkin kadang-kadang dilakukan pengangkatan
pembesaran kelenjar limpe secara lokal. Berikut ini dapat dicermati prinsip-
prinsip pengobatan leukemia:
1. Untuk mengatasi keluhan dan kelainan klinik (pengobatan paliatif)
Usahakan agar penderita secara fisik dan mental dalam kondisi seoptimal
mungkin.Perlu diperhatikan efek samping maupun pengaruh buruk (toksisiti)
dari obat-obat yang diberikan.
8
2. Untuk mengatasi kelainan sel darah
Batasi jumlah sel leukemia dengan menggunakan busulfan yang mempengaruhi
sel-sel induk (stem sel) yang merupakan bakal sel leukemia.
3. Faktor umur, psikologis, dan status ekonomi penderita juga perlu menjadi
pertimbangan dalam pengobatan bagi penderita leukemia.
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan Leukemia:
a) Obat anti-metabolik: metotreksat, Sitosi, Srabinosid, dan 6-merkaptopurin
b) Zat alkilating: nitrogen mustard, khlor ambusil, siklopospamid, busulfan,
mepalan, zat stamokinetik, vinblastin, vinkristin, antibiotik, dunomisin, dan
bleomisin.
c) Hormon anak ginjal (adrenal)
d) Lain-lain: L. Asparginase, prokarbazin, nitrourease, dan Dibromanitol.
Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi kadang-kadang perlu kombinasi.
Misalnya, gabungan penicillin (trimetin dan pipersilin) dengan aminoglikosid (seperti
amikasin, tobramisin, dan gentamisin).
Pemberian antibiotik dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan akibat
samping, yakni terjadi pertumbuhan jamur.Keadaan ini dapat diatasi dengan
pemberian ampotirisin B.
Pada leukemia kronis mungkin diperlukan penyinaran limpa diikuti pemberian obat
alkilating seperti L-penil alanin mustard atau gabungan busulfan dengan
khlorambusil.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS PASIEN
Dalam identitas pasien terdapat biodata lengkap pasien, dan tanggal masuk rumah
sakit.Selain itu dilengkapi pula dengan identitas penanggung jawab pasien.
2. DATA KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan anak
i. Keluhan utama
Dalam keluhan utama terdapat alasan pasien datang ke RS atau Poli
Klinik.Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
ii. Riwayat penyakit sekarang
9
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah
dialami sebelumnya.
iii. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal :apakah bayi lahir
dalam usia kehamilan aterm atau tidak. Riwayat neonatal (distres pernafasan,
sianosis, ikterus, kejang, kemampuan makan buruk).
iv. Riwayat Penyakit Dahulu
Termasuk keadaan umum kesehatan pasien sebelum datang ke RS
maupun Poli Klinik.Tanyakan tentang nafsu makan, penurunan atau
peningkatan BB akhir-akhir ini.Alergi pada anak perlu diketahui untuk
dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
v. Imunisasi
Termasuk hal-hal spesifik tentang imunisasi (tanggal dan jenis) dan
reaksi yang tidak diharapkan,bila anak belum di imunisasi, catat
alasannya.Catat desentisasi misalnya campak, gondok/rubela.
vi. Pengobatan saat ini
Termasuk obat-obatan dengan resep atau tanpa resep dokter, dosis,
frekuensi, dan waktu dari dosis terakhir
vii. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Mengidentifikasi bagaimana tumbuh kembang anak, termasuk tinggi
dan berat badan rata-rata pada umur 1, 2, 5 dan 10 tahun dan erupsi/
tanggalnya gigi. Gunakan KPSP pada anak dengan usia dibawah 72 bulan.
viii. Riwayat sosial
Meliputi hubungan anak dengan keluarga dan lingkungan social serta
keaktifan anak dalam bersosialisasi.
13
1. Porsi makanan alergi dan
makanan intoleransi
3. Identifikasi
yang makanan
makanan yang
dihabiskan pasien
disukai
meningkat 3. Untuk
2. Kekuatan 4. Identifikasi mengetahui
otot kebutuhan kalori dan makanan yang
pengunyah jenis nutrien disukai
meningkat 4. Untuk
5. Identifikasi
3. Kekuatan mengetahui
perlunya
otot kebutuhan
penggunaan selang
menelan kalori dan
nasogastrik
meningkat jenis nutrisi
4. Serum 6. Monitor asupan 5. Untuk
albumin makanan mengetahui
meningkat perlu atau
7. Monitor berat
5. Verbalisasi tidaknya
badan
keinginan menggunakan
untuk 8. Monitor hasil selang
meningkatk pemeriksaan nasogastrik
an nutrisi laboratorium 6. Untuk
meningkat mengetahui
Terapeutik
6. Pengetahua asupan
n tentang 9. Lakukan oral makanan
pilihan hygiene sebelum 7. Untuk
makanan makan, jika perlu mengetahui
yang sehat berat badan
10. Fasilitasi
meningkat pasien
menentukan
7. Pengetahua 8. Untuk
pedoman diet (Mis.
n tentang mengetahui
Piramida makanan)
pilihan hasil
minuman 11. Sajikan makanan pemeriksaan
yang sehat secara menarik dan laboratorium
meningkat suhu yang sesuai 9. Menjaga
8. Pengetahua kebersihan oral
12. Berikan makanan
14
n tentang tinggi serat untuk hygiene pasien
standar mencegah konstipasi 10. Mencukupi
asupan nutrisi pasien
13. Berikan makanan
nutrisi yang 11. Agar pasien
tinggi kalori dan
tepat lebih tertarik
tinggi protein
meningkat dengan
9. Penyiapan 14. Berikan makanan
dan suplemen makanan, 12. Memperlancar
penyimpana jika perlu feses
n makanan 13. Memberikan
15. Hentikan
dan makanan
pemberian makan
minuman 14. Memenuhi gizi
melalui selang
yang aman pasien
nasogastrik jika
meningkat 15. Untuk
asupan oral dapat
10. Sikap mengetahui
ditoleransi
terhadap pemberian
makanan/mi Edukasi makan melalui
numan selang
16. Anjurkan posisi
sesuai nasogastrik
duduk, jika mampu
dengan 16. Memberikan
tujuan 17. Ajarkan diet rasa nyaman
kesehatan yang diprogramkan pada pasien
meningkat 17. Memenuhi gizi
Kolaborasi
11. Perasaan pasien
cepat 18. Kolaborasi 18. Untuk
kenyang pemberian medikasi mengetahui
menurun sebelum makan (mis. pemberian
12. Nyeri pereda nyeri , medikasi
abdomen antiemetik), jika sebelum
menurun perlu makan
13. Sariawan 19. Untuk
19. Kolaborasi
menurun memenuhi gizi
dengan ahli gizi
14. Rambut pasien
untuk menentukan
rontok
jumlah kalori dan
menurun
jenis nutrien yang
15
15. Diare dibutuhkan, jika
menurun perlu
16. Berada
badan
membaik
17. Indeks masa
tubuh (IMT)
membaik
18. Frekuensi
makan
membaik
19. Nafsu
makan
membaik
20. Bising usus
membaik
21. Tebal
lipatan kulit
trisep
membaik
16
meningkat 3.Pertahankan fisiologis yang
3.Respon sosial sentuhan seminimal ditunjukan
meningkat mungkin pada bayi bayi
4.Kontak mata prematur 3. Untuk
meningkat 4.Berikan sentuhan mengurangi
5.Kemarahan yang bersifat gentle sentuhan pada
menurun dan tidak ragu-ragu bayi
6. Regresi menurun 5.Minimalkan nyeri 4. Untuk
7. Afek membaik 6.Minimalkan memberikan
8. Pola tidur kebisingan ruangan sentuhan yang
membaik 7.Pertahankan bersifat gentle
lingkungan yang dan tidak ragu-
mendukung ragu
perkembangan 5. Agar
optimal mengurangi
8.Motivasi anak nyeri
berinteraksi dengan 6. Untuk
anak lain mengurangi
9. Sediakan ak kebisingan
tivitas yang ruangan
memotivasi anak 7. Agar pasien
berinteraksi dengan dapat
anak lainnya mengoptimalk
10. Fasilitasi anak an
berbagi dan perkembangan
bergantian/bergilir pasien
11. Dukung anak 8. Agar pasien
mengekspresikan lebih
diri melalui termotivasi
penghargaan positif untuk
atau umpan balik berinteraksi
atas usahanya dengan anak
12.Perhatikan lain
kenyaman anak 9. Agar pasien
13.Pertahankan dapat
17
kenyamanan anak bersosialiasasi
14. Fasilitasi anak 10. agar
melatih keterampilan membiasakan
pemenuhan anak untuk
kebutuhan secara berbagi
mandiri (mis. 11. agar anak lebih
Makan, sikat gigi, termotivasi
cuci tangan, atas karyanya
memakai baju) 12. agar anak
15.Bernyanyi merasa lebih
bersama anak lagu- aman
lagu yang disukai 13. agar anak tetap
16. Bacakan cerita merasa lebih
atau dongeng nyaman
17.Dukungan 14. untuk
partisipasi anak di memfasilitasi
sekolah, keterampilan
ekstrakulikuler dan anak agar lebih
aktivitas komunitas mandiri
Edukasi 15. agar pasien
18. Jelaskan orang terasa lebih
tua dan/atau senang
pengasuh tentang 16. membuat agar
milestone anak tidak
perkembangan anak bosan
dan prilaku anak 17. untuk
19.Anjurkan orang meningkatkan
tua munyentuh dan aktivitas anak
menggendong anak 18. agar orang tua
20.Anjurkan orang mengetahui
tua berinteraksi tentang
dengan anaknya milestone.
21. Ajarkan anak 19. Untuk
keterampilan menstimulasi
berinteraksi anak agar lebih
18
22. Ajarkan anak dekat dengan
teknik asertif orang tua
Kolaborasi 20. Agar anak
23.Rujuk untuk lebih dekat
konseling, jika perlu dengan orang
tuanya
21. Agar anak
lebih kreatif
22. Untuk
memberikan
kesempatan
anak untuk
mengungkapka
n perasaannya
23. Agar
mengetahui
perkembangan
anak
19
4. Hemoptisis time (PT), partial Prothrombin)
menurun thromboplastin time
5. agar pasien merasa
5. Hematemesi (PTT), fibrinogen,
nyaman dengan
s menurun degradasi fibrin
keadaannya
6. Hematuria dan/atau platelet)
menurun 6. Untuk mengetahui
Terapeutik
7. Perdarahan tindakan invasive
anus 5. Pertahankan bed
7. Untuk
menurun rest selama
mempetahankan agar
8. Distensi perdarahan
tidak munculnya luka
abdomen
6. Batasi tindakan baru
menurun
invasif, jika perlu
9. Perdarahan 8. Untuk menghindari
pasca 7. Gunakan kasur terjadinya nyeri
operasi pemcegahan
9. Agar klien
menurun dekubitus
mengetahui tanda dan
10. Hemoglobin
8. Hindari gejala perdarahan
membaik
pengukuran suhu
11. Hematokrit 10. Untuk mencegah
rektal
membaik terjadinya lesi pada
12. Tekanan Edukasi kaki
darah
9. Jelaskan tanda dan 11. Agar kebutuhan
membaik
gejala perdarahan cairan terpenuhi dan
13. Frekuensi
mencegah terjadinya
nadi 10. Anjurkan
konstipasi
membaik menggunakan kaos
14. Suhu tubuh kaki saat ambulasi 12. Agar tidak
membaik memperparah
11. Anjurkan
pendarahan
meningkatkan
asupan cairan untuk 13. Agar kebutuhan
menghindari asupan makanan dapat
konstipasi terpenuhi
20
atau antikoagulan segera
15. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu
16. Kolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu
17. Kolaborasi
pelunak tinja, jika
perlu
IV. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
V. EVALUASI
Langkah evaluasi dimana mengukur respon klien terhadap asuhan yang
diberikan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, Evaluasi menggunkan
evaluasi formatif bentuk SOAP .
21
BAB III
PEMBAHASAN
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Bd
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jalan Ratu Jambi Cidolod
2. DATA KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan anak
1. Keluhan utama
An. Bd mengatakan sesak napas, demam, sakit kepala, lemah, nyeri
tulang dan sendi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pemeriksaan pada fisik An. Bd, CRT > 3 detik,
konjungtiva anemis, akral dingin, BB turun, mual dan muntah. Selain itu,
terdapat pembesaran limfa dan pembesaran hati.
22
Ibu dari anak mengatakan selama hamil an. Bd, ia tidak mengalami
kelainan dan gizinya cukup.
b. Intranatal:
Ibu mengatakan, an. Bd lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir
dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan panjang
badan 42cm. Saat lahir, An. Bd menangis spontan.
c. Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah
melahirkan. Kondisinya normal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit terdahulu :
Ibu mengatakan an. Bd tidak pernah mengidap penyakit kronis lainnya
dahulu.
b. Pernah dirawat di RS :
Sebelumnya, an. Bd pernah di rawat di RS
c. Alergi :
An. Bd tidak memiliki riwayat alergi.
d. Kecelakaan :
An. Bd tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya. Kalaupun
jatuh, an. Bd tidak sampai mengalami luka berat.
5. Imunisasi
I II III
CAMPAK 1BLN
6. Tumbuh kembang
a. Kemandirian dan bergaul :
Sebelum sakit, An.Bd mampu melakukan aktivitas sehari-hari sepertimakan
sendiri, pasang baju sendiri. An.Bd berteman baik dengan teman sebaya.
Tapi semenjak sakit, An. Bd sudah tidak mampu melakukan aktifitas
sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain denganteman-
temannya.
23
b. Motorik kasar :
Umur 3 bulan, an.Bd sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah
bisaduduk, umur 9 bln berdiri dan umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan.
c. Motorik halus :
Umur 5 tahun ini, an.Bd sudah bisa menulis coret-coretan
d. Kognitif dan bahasa :
Umur 5 tahun ini, an.Bd sudah bisa memahami perintah dari orang
lain,an.Bd mengerti apa yang ditanyakan orang padanya.
Perkembanganbahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan.
e. Psikososial :
Saat pengkajian, An.Bd mau berinteraksi dengan orang lain selain orangtua
bila di beri mainan terlebih dahulu.
f. Lain-lain :
Emosi an.Bd saat ini labil
7. Riwayat sosial
a. Yang mengasuh klien :
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
b. Hubungan dengan anggota keluarga :
An.Bd merupakan anak kandung dari Ibu Nike dan Bpk mahatir. Saat
pengkajian, Bapak dari An.Bd sering memaksa anaknya makan-
minumdengan paksa dan sedikit marah-marah pada an.Bd. Menurut Ibunya,
An.Bd sangat sayang sama adiknya. Mereka jarang sekali ribut.
c. Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, an.Bd berteman baik dengan teman sebayanya.
d. Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang
lemah(anak tidak sinroma down)
e. Lingkungan rumah :
- Luas rumah 8 x 10 m
- Ventilasi cukup, penerangan cukup
- Pakai sumur gali- Sampah dibakar
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10 m
24
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu An.Bd mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit
turunan yang seperti dialami oleh an.Bd
4. Mata
a. Sklera : Normal/non ikterik
b. Konjungtiva : Anemis
c. Pupil : Ukuran = 2mm, Bentuk = isokor, Reaksi
cahaya = +/normal.
5. Telinga
26
a. Simetris : Ya
b. Serumen : Ada
c. Pendengaran : Baik
6. Hidung
a. Septum simetris : Ya
b. Sekret : Tidak
c. Polip : Tidak
7. Mulut
a. Kebersihan : Kurang.
b. Warna : Merah
c. Kelembaban : Kering
d. Gusi : Berdarah 3 hari yang lalu.
e. Lidah : Ada sariawan ± 1 cm
f. Gigi : Caries pada gigi atasnya (keropos semua
gigi yang di atas)
8. Leher
a. Kelenjer getah bening : Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm
dan diinguinal dextra ada 3 bh diameter ½ x 1 ½ x 2 cm
b. Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakanc. JVP : 5-2 cm H2O
9. Dada
a. Inspeksi : Normal
b. Palpasi : Normal
10. Jantung
a. Inspeksi : Iktus cordis di RIC V
b. Auskultasi :-
c. Palpasi :-
11. Paru-paru
a. Inspeksi : Simetris
b. Palpasi : Fremitus kiri = kanan
c. Perkusi :-
d. Auskultasi : Vesikuler
13. Abdomen
a. Inspeksi : Ada purpura
b. Palpasi : Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
c. Perkusi : Timpanid
d. Auskultasi : Bising usus normal (4x/menit)
27
14. Punggung
a. Bentuk : Normal
15. Ekstremitas
Kekuatan dan tonus otot baik
16. Genitalia :-
17. Kulit
a. Warna : Sawo matang
b. Turgor : Kembali dalam waktu 2 detik
c. Integritas : Ada purpura di abdomen
d. Elastisitas : Elastis
18. Pemeriksaan Neurologis
An.Bd dalam kondisi sadar/compos mentis.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
- Hb : 6,7 gr %
- Trombosit : 44.000/mm3
- Leukosit : 70.500/mm3
- Ht : 26 %
2. Rontgen :-
3. Lain-lain :-
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Analisa Data
NO Data Fokus Etiology Masalah
Keperawa
tan
1 Ds : Leukemia Defisit
Keluarga Px mengatakan px Nutrisi
kurang minat dengan
makannya. Poliferasi Sel
Keluarga px mengatakan px Darah Putih
sering mual dan muntah.
DO: Kemoterapi
Px mengalami penurunan
berat badan
Px kerap mual dan muntah Asam Lambung
Membrane mukosa pucat (HCl)
Px mengalami nyeri
abdomen
Mual dan Muntah
28
Anoreksia
Berat Badan
Menurun
Membran Mukosa
Pucat
Defisi nutrisi
4. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Edukasi
5. Memenuhi gizi
5. Ajarkan diet yang pasien
diprogramkan
Kolaborasi
6. Untuk
6. Kolaborasi dengan memenuhi gizi
ahli gizi untuk pasien
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/Jam Tindakan Evaluasi TTD
1 Kamis 02 1. Identifikasi status Ds: ibu px
Januari 2020 nutrisi mengatakan px
08.00 tidak nafsu makan
Do: px tampak tidak
mau makan
30
secara menarik dan suhu mengatakan px
yang sesuai sudah mulai mau
makan
Do; px tampak
sudah makan
6. EVALUASI
No Hari/tgl/jam Evaluasi TTD
Dx
1 4 januari S : ibu pasien mengatakan anak sudah mau makan sedikit-sedikit
2020 O : pasien tampak lebih berenergi
14.20 A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
31
2.4 KONSEP DASAR PENYAKIT TALASEMIA
I. Definisi
Talasemia dalah suatu penyakit kongenital heriditer yang diturunkan
secara autosom berdasarkan hemoglobin, yaitu satu atau lebih rantai
polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk dengan akibat terjadi
anemia heolitik. Dengan kata lain talasemia merupakan penyakit anemia
heolitik yaitu terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pebuluh darah
sehingga umur erytrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari). Penyebab
kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal akibat gangguan
pembentukan jumlah rantai goblin atau struktur hemoglobin.Dapat
disimpulkan bahwa talasemia adalah penyakit genetik dimana hal ini
disebabkan oleh hemogoblin yang mengalami kerusakan dan menyebabkan
umur erytrosit menjadi pendek.
II. TANDA DAN GEJALA
1. Pucat
2. Fasies mongoloid fasies cooley
3. Gangguan pertumbuhan
4. Hepastosplenomegali
5. Ada riwayat keluarga
6. Ikterus atau sub icterus
7. Tulang : osteoporosis, tampak struktur mozaik
8. Jantung membesar karena anemia kronis
9. Ginjal juga kadang-kadang juga membesar disebabkan oleh
hemophesis ekstra meduller
III. Etiologi
1. Faktor genetik.
Talasemia bersifat primer dan sekunder:
Primer: Berkurangnya sintesis Hb A dan Eritropoesis yang tidak
efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intra medular.
Skunder: Defisiensi asam solat, bertambahnya volume plasma intra
vaskular yang mengakibatkan hemodilusi dan destruksi eritrosit
oleh sistem retikulo endotellal.
IV. Klasifikasi
Talasemia dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
hemoglobin yang mengalami gangguan menjadi thalasseia α dan ß. Sedangkan
32
berdasarkan jumlah gen yang mengalami gangguan,
mengklasifikasikan talasemia menjadi :
a) Talasemia minor (Trait)
Talasemia minor merupakan keadaan yang terjadi pada seorang yang
sehat namun orang tersebut dapat mewariskan gen talasemia pada anak –
anaknya. Talasemia trait sudah ada sejak lahir dan tetap akan ada sepanjang
hidup penderita. Penderita tidak memerlukan tranfusi darah dalam hidupnya.
b) Talasemia intermedia
Talasemia intermedia merupakan kondisi antara talaseia mayor dan minor.
Penderita talasemia ini mungkin memerlukan transfusi darah secara berkala
dan penderita jenis ini bisa bertahan hidup sampai dewasa.
c) Talasemia mayor
Talasemia jenis sering disebut Cooley Anemia dan terjadi apabila
kedua orangtua mempunyai sifat pembawa (Carrier). Anak – anak dengan
talasemia mayor tampak normal saat lahir, tetapi akan menderita kekurangan
darah saat berumur 3- 8 bulan. Penderita talasemia mayor akan memerukan
transfuse dari secara berkala selama hidupnya dan dapat meningkatkan usia
hidup hingga 10-20 tahun. Namun apabila penderita tidak dirawat, hal ini
hanya akan menyebabkan penderita bertahan hidup 5-6 tahun.
IV. Patofisiologi
Pada pasien talasemia terjadi gangguan sintesis globin. Tidak
seimbangnya jumlah rantai α dan β globin yang disintesis menyebabkan
hemoglobin tidak terbentuk secara normal. Kondisi ini menyebakan
penurunan sintesis rantai β dalam molekul hemoglobin yang terjadi secara
parsial atau total. Penurunan rantai β- akan dikompensasi dengan
meningkatnya sintesis rantai α-, sedangkan rantai –γ tetap aktif dan
menghasilkan pembentukkan hemoglobin yang cacat (Rund & Rachmilewitz,
2005). Keadaan unit polipeptida yang tidak seimbang menyebabkan kelainan
produksi hemoglobin secara kronis dan destruksi eritosit, sehingga
menyebabkan anemia berat. Kondisi ini membuat sumsum tulang membentuk
eritrositbaru, sehingga muncul eritopoeisis.
33
V. Pohon Masalah
34
Defisit Nutrisi
35
Rona wajah kelabu dengan bercak kecoklatan terjadi akibat penumpukan
zat besi yang mengendap di lapisan dermis. Kelainan di atas bisa terjadi pada
penderita talsemia yang jarang menerima transfusi.
VII. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
1. Hb, MCV, MCH, hitung eritrosit, apus darah
2. tes solubilitas untuk HbS
3. elektroforesis Hb: kadar HbS dan HbA2.
VIII. Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada anak dengan talasemia adah mencegah hipoksia jaringan.
Tindakan yang diperlukan adalah sebai berikut:
1. Transfusi darah, diberikan bila kadar heogobin rendah sekali
(kurang dari 6 mg/dl) atau anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu
makan.
2. Splenektomi dilakukan pada anak yang berumur lebih dari dua tahun
dan bila limpa terlalu besar, sehingga resiko terjadinya trauma yang
berakibat perdarahan cukup besar dapat terhindar.
3. Pemberian Roborantia.
4. Pemberian Desforioxamin.
5. Transplantasi bone marrow untuk anak yang sudah berumur diatas
16 tahun.
2.5 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Asal keturunan/kewarganegaraan
Talasemia banyak dijumpai pada bangasa di sekitar Laut Tengah
(Mediterania), seperti Turki, Yunani, Cyprus, dan lainnya. Di Indonesia sendiri,
talasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah
yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada talasemia mayor yang gejala klinisnya jelas telah terlihat sejak anak
berumur kurang dari satu tahun. Sedangkan pada talasemia yang gejalanya lebih
ringan, biasanya baru datang berobat pada umur sekitar 4-6 tahun
3. Riwayat kesehatan anak
36
Kecenderungan mudah timbul infeksi saluran nafas bagian atas atau infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya hemogoblin yang berfungsi
sebagai alat transportasi.
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data ada kecenderungan gangguan tumbuh kembang
sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat
kronik.
5. Pola Makan
Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah
dan tidak sesuai usia.
6. Pola Aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak
tidur/istirahat karena anak mudah lelah.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Talasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah
orang tua juga mempunyai gen talasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena
talasemia mayor.
8. Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core – ANC)
Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya
faktor resiko talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu
diberitahukan resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.
9. Data Keadaan Fisik Anak Talasemia
a) KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.
b) Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan
mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid
(hidung pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat
lebar.
a. Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
b. Mulut dan bibir terlihat kehitaman
c. Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya
pembesaran jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.
d. Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati
(hepatospek nomegali).
e. Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di
bawah normal
37
f. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak
tercapai dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis
ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tapa
odolense karena adanya anemia kronik.
g. Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat
transfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi
karena adanya penumpukan zat besi dalam jaringan kulit
(hemosiderosis).
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Manajemen energi
aktivitas asuhan keprawatan Energi Observasi
selama .....x 24 jam Observasi 1. Untuk
Diharapkan toleransi 1.Identifikasi mengetahui
aktivitas meningkat gangguan fungsi gangguan
dengan kriteria hasil : tubuh yang fungsi tubuh
1.Kemudahan mengakibatkan yang
melakukan aktivitas kelelahan mengakibatk
sehari-hari meningkat 2.Monitor an kelelahan
2.Kecepatan berjalan kelelahan fisik 2. Untuk
meningkat dan emosional mengetahui
3.Jarak berjalan 3.Monitor pola kelelahan
meningkat dan jam tidur fisik dan
4.Kekuatan tubuh 4..Sediakan emosional
bagian atas meningkat lingkungan 3. Untuk
5.Kekuatan tubuh nyaman dan memantau
bagian bawah rendah stimulus pola dan jam
meningkat (mis. Cahaya, tidur pasien
suara, kunjungan) 4. Untuk
5.Kolaborasi meningkatka
dengan ahli gizi n
38
tentang cara kenyamanan
meningkatkan pasien
asupan makanan 5. Agar asupan
makanan
dapat
terpenuhi.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Langkah evaluasi dimana mengukur respon klien terhadap asuhan yang
diberikan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, Evaluasi menggunkan
evaluasi formatif bentuk SOAP .
2.6 CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
TALASEMIA
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
A. identitas;
Nama : An.B
Usia ; 10 tahun
Jenis kelamin ; laki-laki
Nama ayah ; Tn.s
Pendidikan ; SMA
Pekerjaan; Swasta
Nama ibu; Ny.D
Pendidikan; SMA
Pekerjaan;ibu rumah tangga
39
Agama; Hindu
Suku bangsa; Indonesia
Alamat; Sibang kaja, Badung
Tanggal masuk; 20 januari 2020
Tanggal pengkajian; 21 januari 2020
Keluhan utama
Muka pucat dan badan terasa lemah, tidak bisa beraktivitas dengan normal.
40
2. Riwayat penyakit sekarang
41
2. neonatal
3. Post natal
5. Kesehatan fungsional
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan
anaknya pada petugas kesahatan di rumah sakit.
2. Nutrisi
Makanan yang disukai : anak suka makan nasi dengan daging ayam
3. Aktivitas
Aktivitas klien di RS terbatas di tempat tidur, berbaring, duduk dan
membaca buku di tempat tidur.
4. Tidur
Pola tidur anak cukup 8-9 jam.
5. Eliminasi
BAB : anak BAB 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan
42
6. Pola Hubungan
- Yang mengasuh anak : anak diasuh sendiri oleh orang tuannya
- Hubungan dengan anggota keluarga baik, hubungan anak dengan orang tua
baik
- Pembawaan secara umum : anak berpenampilan rapi.
7. Koping keluarga
Stressor pada anak/keluarga : anak dan keluarga cukup familiar dengan petugas
dan rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS
9. Konsep diri
Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan pergaulannya
dengan teman-temannya. Klien termasuk anak yang mudah bergaul dan disukai oleh
teman-temannya.
10. Seksual
43
3) Lingkar kepala :54 cm
4) Mata: Conjuctiva anemis, sklera ikterus
5) Hidung : Tidak ada kelainan
6) Mulut : Mukosa mulut pucat, mulut bersih, gigi caries (+)
7) Hidung : Tidak ada kelainan struktur, gerakan cuping hidung tidak ada
8). Telinga : Telinga klien bersih dan tidak ada kelainan
9). Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran limfe
44
Hmt 43 gr % 37-47 gr% Normal
103/mm3 /
mm3
103/mm3 103/mm3
3.2.Analisa Data
tahan tubuh
45
anemis, Hb: 5,2 gr %,
46
nyaman dan 6. Agar asupan
rendah stimulus makanan dapat
(mis. Cahaya, terpenuhi.
suara, kunjungan)
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
1.5 Implementasi
47
nyaman dan gelisah
rendah stimulus Ds : pasien
(mis. Cahaya, mengatakan
suara, tidak nyaman
kunjungan) saat ada diluar
6. Kolaborasi rumah
dengan ahli gizi
Do : pasien
tentang cara
meningkatkan tampah
asupan makanan
ketakutan
Ds : pasien
merasa
nyaman
dengan
lingkungannya
ketika didalam
rumah
Do : pasien
tampak tenang
Ds : pasien
mengatakan
tidak begitu
lahap dengan
makanan yang
dihidangkan
Do : pasien
tampak
kurang
nyaman
1.6.Evaluasi
48
Hari/ No Evaluasi Paraf
tanggal/ DX
Jam
Selasa , 28
januari
S: pasien mengatakan bisa melakukan
2020 1 aktivitas sebagian
20.00
P: lanjutkan intervensi.
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi awal (immadiate complication) terjadi dalam kurun waktu 6
bulan pasca oprasi atau 6 bulan pertama follow up komplikasi awal yang dapat
terjadi sebagai berikut :
1. Perdarahan pasca operasi jarang terjadi dan biasanya dapat diatasi dengan
bebat tekan. Jika terjadi perdarahan maka harus ditinjau ulang untuk
51
mengeluarkan hematoma dan mengidentifikasi serta mengatasi sumber
perdarahan.
2. Infeksi, jika dicurigai terjadi infeksi segera lakukan debridement, insisi,
drainase, dan kultur. Kemudian berikan antibiotik sesuai kuman yang
menyebabkan infeksi. Infeksi yang berat dapat menyebabkan kegagalan
secara menyeluruh dari operasi perbaikan hipospadia.
3. Edema lokal dan tintik perdarahan umumnya dapat terjadi segera pasca
operasi tetapi biasanya tidak menimbulkan gangguan yang berarti.
4. Jahitan yang terlepas dan Nekrosis flap.
Sedangkan komplikasi lanjutan (late complication) terjadi lebih dari 6
bulan pasca operasi atau setelah 6 bulan pertama follow up. Komplikasi
lain meliputi fistula uretroktaneus, meatal stenosis, glans dehischence, dan
urethral stenosis.
VIII. PENALAKSANAAN
Penalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan
prosedur pembedahan pada hipospadia adalah :
Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chorde
Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis (uretroplasti)
Untuk mengembalikan aspek normal dari genetalia eksternal (kosmetik)
Pembedahan dilakukan berdasarka keadaan malformasinya. Pada hipospadia glanular
uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa securvatum, bentuk seperti ini
dapat direkrontusi dengan flap lokal (misalnya, prosedur santanelli, Flip flap, MAGPI
(Meatal Advance and Glanuloplasty), termasuk preputium plasty).
52
2. DATA KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan anak
i. Keluhan utama
Dalam keluhan utama terdapat alasan pasien datang ke RS atau
Poli Klinik.Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk
masuk RS.
ii. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang
pernah dialami sebelumnya.
iii. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang
pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal :apakah
bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak. Riwayat neonatal
(distres pernafasan, sianosis, ikterus, kejang, kemampuan makan buruk).
iv. Riwayat Penyakit Dahulu
Termasuk keadaan umum kesehatan pasien sebelum datang ke RS
maupun Poli Klinik.Tanyakan tentang nafsu makan, penurunan atau
peningkatan BB akhir-akhir ini.Alergi pada anak perlu diketahui untuk
dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
v. Imunisasi
Termasuk hal-hal spesifik tentang imunisasi (tanggal dan jenis)
dan reaksi yang tidak diharapkan,bila anak belum di imunisasi, catat
alasannya.Catat desentisasi misalnya campak, gondok/rubela.
vi. Pengobatan saat ini
Termasuk obat-obatan dengan resep atau tanpa resep dokter, dosis,
frekuensi, dan waktu dari dosis terakhir
vii. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Mengidentifikasi bagaimana tumbuh kembang anak, termasuk
tinggi dan berat badan rata-rata pada umur 1, 2, 5 dan 10 tahun dan erupsi/
tanggalnya gigi. Gunakan KPSP pada anak dengan usia dibawah 72 bulan.
viii. Riwayat sosial
53
Meliputi hubungan anak dengan keluarga dan lingkungan social
serta keaktifan anak dalam bersosialisasi
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Termasuk umur dan kesehatan anggota keluarga terdekat, penyakit
keturunan, adanya kelainan kongenital dan jenisnya, keturunan dari orang tua,
pekerjaan dan pendidikan orang tua, dan hubungan keluarga. Pada keadaan ini
status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah adaanggota keluarga yang
menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang
dialami oleh klien
3. 11 Pola Fungsional Gordon
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat II pengkajian pola fungsi
kesehatan sebagai berikut (Potter, 1996) :
l. Pola Persepsi - Manajemen kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan keseshatan,
persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
m. Pola Nutrisi – Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan
luka pada kulit, maknan kesukaan.
n. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri,
dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urine
dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih, masalah bau badan
perspitasi berlebih, dll.
55
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan, tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku passive/agresif terhadap orang
lain, masalah keuangan, dll.
t. Pola Reproduksi / Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas, dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat penyakit
hubungan sex, pemeriksaan genital.
u. Pola Pertahanan Diri (koping – toleransi stres)
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan penggunaan
system pendukun, penggunaan obat untuk menanggani stres, interaksi
dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa
digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stres.
v. Pola Keyakinan dan Nilai
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan onsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan
dalam budaya, berbagi dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan
kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama
selama sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan genetalia
Saat dilakukan inspeksi bentuk penis lebih datar dan ada lekukan yang
dangkal dibagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus, pada kebanyakan penderita penis melengkung ke
bawah(chordee) yang tampak jelas pada saat ereksi, preputium (kulup)
tidak ada dibagian bawah penis tetapi menumpuk dibagian punggung
penis,testis tidak turun ke kantong skrotum. Letak meatus uretra
berada sebelah ventral penis dan sebelah proximal ujung penis
Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria
atau pembesaran pada ginjal, karena kebanyakan penderita hypospadia
sering disertai dengan kelainan pada ginjal.
Perhatikan kekuatan dan kelancaran aliran urin
56
5. Pemeriksaan Lab
Darah Lengkap
1. Hb (N: 14-18 g/dL)
2. Ht (N: 40-48 vol%)
3. Leukosit (N: 5000-10000/mm3)
4. Trombosit (N: 200000-500000/mm3)
Kimia Klinik
1BSS : 80 mg/dL
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Excretory urograph
Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
abnormalitas congenital pada ginjal dan ureter.
2. Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi
(IVP,sistouretrografi) untuk menilai gambaran
3. saluran kemih secara keseluruhan dengan bantuan kontras.
Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh sulit
berkemih. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan USG untuk
mengetahui keadaan ginjal,mengingat hypospadia sering disertai
dengan kelainan pada ginjal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
2. Resiko infeki berhubungan dengan efek prosedur invasive
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
57
Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi citra tubuh promosi citra
tubuh
asuhan keperawatan Observasi tubuh
berhubungan
dengan fungsi selama .....x 24jam 1. Identifikasi observasi
tubuh
diharapkan citra tubuh harapan citra tubuh 1. untuk
meningkat dengan berdasarkan tahap mengetahui
kriteria hasil : perkembangan identifikasi citra
1. Verbalisasi perasaan 2. Identifikasi tubuh
negatif tentang budaya, agama, jenis berdasarkan
perubahan tubuh kelamin, dan umur tahapan
menurun terkait citra tubuh perkembangan
2. Verbalisasi 3. Identifikasi anak
kekhawatiran pada perubahan citra 2. untuk
penolakan/reaksi orang tubuh yang mengetahui
lain menurun mengakibatkan identifikasi
3. Verbalisasi isolasi sosial budaya, agama,
perubahan gaya hidup 4. Monitor frekuensi jenis kelamin dan
menurun pernyataan kritik umur terkait citra
4. Menyembunyikan terhadap diri sendiri tubuh
bagian tubuh 5. Monitor apakah 3. untuk
berlebihan menurun pasien bisa melihat mengetahui
5. Menunjukkan bagian bagian tubuh yang identifikasi
tubuh berlebihan berubah perubahan citra
menurun Terapeutik tubuh yang
6. Fokus pada bagian 6. Diskusikan mengakibatkan
tubuh menurun perubahan tubuh dan isolasi sosial
7. Fokus pada fungsinya 4. mengetahui
penampulan masa lalu 7. Diskusikan frekuensi
menurun perbedaan pernyataan kritik
8. Fokus pada kekuatan penampilan fisik terhadap diri
masa lalu menurun terhadap harga diri sendiri
9. Melihat bagian 8. Diskusikan 5. untuk
tubuh membaik perubahan akibat mengetahui
10. Menyentuh bagian pubertas, kehamilan perkembangan
58
tubuh membaik dan penuaan pemahaman dan
11. Verbalisasi 9. Diskusikan kemampuan klie
kecacatan bagian tubuh kondisi stress yang 6. untuk
membaik mempengaruhi citra memonitor
12. Verbalisasi tubuh (mis.luka perubahan tubuh
kehilangan bagian penyakit dan fungsinya
tubuh membaik pembedahan) 7. mengetahui
13. Respon nonverbal 10. Diskusikan cara perbedaan fisik
pada perubahan tubuh mengembangkan terhadap diri
membaik harapan citra tubuh sendiri
14. Hubungan sosial secara realistis 8. mengetahui
membaik
11. Diskusikan perkembangan
persepsi pasien dan reproduksi.
keluarga tentang 9. mengetahui
perubahan citra stresor yang
tubuh mempengaruhi
Edukasi citra tubuh
12. Jelaskan kepada 10.
keluarga tentang mengembangkan
perawatan perubahan citra tubuh agar
citra tubuh secara realistis.
13. Anjurkan 11. menyatukan
mengungkapkan persepsi antara
gambaran diri klien dan
terhadap citra tubuh keluarga
14. Anjurkan mengenai citra
menggunakan alat tubuh.
bantu (mis. Pakaian, 12. agar klien dan
wig, kosmetik) keluarga lebih
15. Anjurkan mengerti
mengikuti kelompok mengenai
pendukung (mis. perubahan citra
Kelompok sebaga) tubuh.
59
16. Latih fungsi 13. menganjurkan
tubuh yang dimiliki klien
17. Latihan mengungkapkan
penampilan diri perasaannya
(mis.berdandan) mengenai citra
18. Latih tubuhnya
pengungkapan
14. menganjurkan
kemampuan diri
kepada orang lain klien
maupun kelompok
menggunakan
alat bantu
15. menganjurkan
klien mengikuti
kelompok
tertentu untuk
meningkatkan
citra tubuh
16. melatih fungsi
tubuh klien yang
msih ada
17. melatihan
penampilan diri
klien
18. melatih
pengungkapan
kemampuan klien
60
Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi Pencegahan
berhubungan tindakan keperawatan infeksi
dengan efek selama … x 24 jam , Observasi 1. Untuk
prosedur pasien membaik mengetah
invasive dengan kriteria hasil : 1. monitor tanda dan ui tanda
1. Kebersihan gejala infeksi lokal dan gejala
tangan sistemik infeksi
meningkat local
2. Kebersihan Terapeutik sistemik
badan 2. Agar
meningkat 2. batasi jumlah pasien
3. Demam pengunjung lebih
menurun 3. berikan perawatan nyaman
4. Kemerahan kulit pada area 3. Untuk
menurun edema menguran
5. Nyeri menurun 4. cuci tanga gi resko
6. Bengkak sebelum dan sesudah infeksi
menurun kontak dengan dan
7. Vesikel pasien dan edema
menurun lingkungan pasien yang
8. Cairan berbau 5. pertahankan teknik membesar
busuk menurun aseptic pada pasien 4. Untuk
9. Sputum berisiko tinggi menghind
berwarna hijau ari resiko
menurun Edukasi tertular
10. Drainase /infeksi
purulen 6. jelaskan tanda dan 5. Untuk
menurun gejala infeksi mencegah
11. Piuria menurun 7. ajarkan cara ternyadiny
12. Periode malaise mencuci tangan a infeksi
menurun dengan benar 6. Agar
13. Periode 8. ajarkan etika batuk pasien tau
menggigil 9. ajarkan cara dari tanda
menurun memeriksa kondisi gejala
14. Latergi luka atau luka infeksi
61
menurun operasi 7.
15. Gangguan 10. anjurkan mencegah
kognitif meningkat asupan kebersiha
menurun nutrisi n diri
16. Kadar sel darah 11. anjurkan 8. Agar
putih membaik meningkatkan pasien tau
17. Kultur darah asupan cairan bagaiman
membaik a etika
18. Kultur urine Kolaborasi batuk
membaik 9. Agar
19. Kultur sputum 12. kolaborasi pasien
membaik pemberian imunisasi, lebih
20. Kultur area jikaperlu. mandiri
luka membaik dan tau
21. Kultur feses memeriks
membaik a kondisi
22. Nafsu makan luka ,luka
membaik operasi
10. Agar
pasien
menjga
asupan
nutrisi dan
asupan
cairan
yang
adekuat
11. Untuk
mencegah
pasien
terkena
penyakit ,
dan
menjaga
kekebalan
tubuh
62
Ansietas Setelah dilakukan Observasi 1. untuk
berhubungan
asuhan keperawatan 1. ldentifikasi saat mengidentifikasi
dengan kurang
terpapar selama .....x 24jam tingkat ansiotas saat tingkat
informasi
diharapkan Tingkat berubah (mis ansietas berubah
ansietas menurun kondisi, wakhu, 2. untuk
dengan kriteria hasil : stresor) mengidentifikasi
1. Verbalisasi 2. ldentifikasi kemampuan
kebingungan menurun kemampuan mengambil
2. Verbalisasi khawatir mengambl keputusan keputusan
akibat kondisi yang 3. Monitor tanda- 3. mengontrol
dihadapi menurun tanda ansietas tanda ansietas
3. Perilaku gelisah (verbal dan 4. membuat
menurun nonverbal) suasana
4. Perilaku tegang Terapeutik terapeutik untuk
menurun 4. Ciptakan suasana menumbuhkan
5. Keluhan pusing terapeutik untuk kepercayaan
menurun menumbuhkan 5. membantu
6. Anoreksia menurun kepercayaan klien mengurasi
7. Palpitasi menurun 5. Temani pasien kecemasan
8. Diaforesis menurun untuk mengurangi 6. memahami
9. Tremor menurun kecemasan, jika situasi dan
10. Pucat menurun memungkinkan perasaan klien
11. Konsentrasi 6. Pahami situasi yang membuat
membaik yang membuat ansietas pada
12. Pola tidur membaik ansietas klien
13. Frekuensi 7. Dengarkan 7. melatih klien
pernafasan membaik dengan penuh untuk lebih
14. Frekuensi nadi perhatian terbuka
membaik 8. Gunakan 8. untuk membuat
15. Tekanan darah pendekatan yang klien lebih tenang
membaik tenang dan 9. menyediakan
16. Kontak mata meyakinkan fasilitas yang
membaik 9.Tempatkan barang membuat pasien
63
17. Pola berkemih pnbadi yang nyaman
membaik memberikan 10. memberikan
18. Orientasi membaik kenyamanan motivasi klien
10. Motivasi tentang hal-hal
mengidenfikasi yang dapat
situasi yang memicu menghilangkan
kecemasan kecemasan
11. Diskusikan 11.
perencanaan realistis mendiskusikan
tentang peristiwa kepada tenaga
yang akan datang medis mengenai
Edukasi perencanaan
12. Jelaskan realistis tentang
prosedur, termasuk peristiwa yang
sensasi yang akan datang
mungkin dialami 12. menganjurkan
13. Informasikan klien untuk
Secara faktual mengurangi
mengenai diagnosis, kecemasan dan
pergobatan, dan sensasinya
prognosis 13. memberikan
14. Anjurkan informasi yang
keluarga untuk tetap aktual atau fakta
bersama pasien jika 14. menganjurkan
perlu. keluarga klien
15. Anjurkan tetap berada di
melakukan kegiatan sisi klien
yang tidak kompetitif 15. menganjurkan
sesuai kebutuhan klien melakukan
16. Anjurkan kegiatan sesuai
mengungkapkan kebutuhan nya
perasaan dan 16. memberikan
persepsi klien untuk
64
17. Latih kegiatan mengemukakan
pengalihan untuk perasaan klien
mengurangl 17. menganjurkan
ketegangan klien untuk
18. Latih mengurangi
penggunaan ketegangan
mekanisme penyebab ansietas
pertahanan diri yang 18. mencegah
tepat terjadinya
19. Latih teknik komplikasi dan
relaksasi masalah baru
Kalaborasi 19. untuk
20 Kolaborasi membuat klien
pemberian obat
lebih tenang
antiansietas, jika
perlu 20. untuk
mencegah dan
memperingan
asietas.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
E. EVALUASI
Langkah evaluasi dimana mengukur respon klien terhadap asuhan yang diberikan
dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, Evaluasi menggunkan evaluasi
formatif bentuk SOAP .
65
B. PENGKAJIAN
identitas pasien
1. Nama : An. P
2. Umur : 3th
3. Jenis kelamin : Laki- laki
4. Diagnosa medis : Hypospadia
5. Keluhan utama :
Saat kencing pasti merembes didaerah pangkal penisnya
6. Riwayat penyakit sekarang :
dirawat diruang bedah anak dan akan menjalani proses pembedahan
(urethroplasty).
7. Riwayat penyakit sebelumnya :
ps mengalami kelainan pada alat kelaminnya.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan genetalia
Saat dilakukan inspeksi bentuk penis lebih datar dan ada lekukan yang
dangkal dibagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus, pada kebanyakan penderita penis melengkung ke
bawah(chordee) yang tampak jelas pada saat ereksi, preputium (kulup)
tidak ada dibagian bawah penis tetapi menumpuk dibagian punggung
penis,testis tidak turun ke kantong skrotum. Letak meatus uretra
berada sebelah ventral penis dan sebelah proximal ujung penis
2. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria
atau pembesaran pada ginjal, karena kebanyakan penderita hypospadia
sering disertai dengan kelainan pada ginjal.
3. Perhatikan kekuatan dan kelancaran aliran urin
Pemeriksaan Lab
Darah Lengkap
Kimia Klinik
1. BSS : 80 mg/dL
Pemeriksaan Penunjang
4. Excretory urograph
Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
abnormalitas congenital pada ginjal dan ureter.
5. Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi
(IVP,sistouretrografi) untuk menilai gambaran
6. saluran kemih secara keseluruhan dengan bantuan kontras.
Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh sulit
berkemih. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan USG untuk
mengetahui keadaan ginjal,mengingat hypospadia sering disertai
dengan kelainan pada ginjal.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Citra Tubuh b.d rasa malu akibat perkembangan genitalia penis
terganggu, (perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu)
D. INTERVESNSI
67
Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi citra tubuh promosi citra
tubuh
asuhan keperawatan Observasi tubuh
berhubungan
dengan fungsi t selama .....x 24jam 1. Identifikasi observasi
ubuh
diharapkan citra tubuh harapan citra tubuh 1. untuk
meningkat dengan berdasarkan tahap mengetahui
kriteria hasil : perkembangan identifikasi citra
1. Verbalisasi perasaan 2. Identifikasi tubuh
negatif tentang perubahan citra berdasarkan
perubahan tubuh tubuh yang tahapan
menurun mengakibatkan perkembangan
2. Verbalisasi isolasi anak
kekhawatiran pada 3. Monitor apakah 2. untuk
penolakan/reaksi orang pasien bisa melihat mengetahui
lain menurun bagian tubuh yang identifikasi
3. Verbalisasi berubah perubahan citra
perubahan gaya hidup Terapeutik tubuh yang
menurun 4. Diskusikan mengakibatkan
4. Menyembunyikan perbedaan isolasi sosial
bagian tubuh penampilan fisik 3. untuk
berlebihan menurun terhadap harga diri mengetahui
5. Menunjukkan bagian 5. Anjurkan perkembangan
tubuh berlebihan mengungkapkan
pemahaman dan
menurun gambaran diri
terhadap citra tubuh kemampuan klie
4. mengetahui
perbedaan fisik
terhadap diri
sendiri
5. menganjurkan
klien
mengungkapkan
perasaannya
mengenai citra
tubuhnya
68
E.IMPLEMENTASI
69
tampak belum
mengerti dengan
mengungkkapkan
gambaran diri
Do : pasien
tampak bingung
F. EVALUASI
70
2.10 KONSEP DASAR PENYAKIT NEFROTIK SINDROM
A. Pengertian
Nefrotik syndrom merupakan gangguan gejala klinis yang
disebebkan rusaknnya membram kapiler glomerolus yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas glomerolus.
Nefrotik syndrome adalah Status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif. Nefrotik Syndrom
adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena
kerusakan glomerulus yang difus.
B. Tanda danGejala
1. Kenaikan beratbadan.
2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata,
tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di sianghari.
3. Pembengkakan abdomen(asites).
4. Efusipleura.
5. Pembengkakan labia atauskrotum.
6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare,
anoreksia, dan absorpsi intestinalburuk.
7. Pembengkakan pergelangan kaki /tungkai.
8. Iritabilitas.
9. Mudahletih.
10. Letargi.
11. Tekanan darah normal atau sedikitmenurun.
12. Rentan terhadapinfeksi.
13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urinberbuih.
71
C. Etiologi
SebabpenyakitnefrotikSyndromyangpastibelumdiketahui,akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu
reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinyamenjadi:
1. Nefrotik Syndrombawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Nefrotik
Syndrom jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara
yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus
namuntidakberhasil.Prognosisburukdanbiasanyapenderitameninggal
dalam bulan-bulan pertamakehidupannya.
2. Nefrotik Syndrom sekunder
Disebabkanoleh:
1) Malaria kuartana atau parasitlain.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura
anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena
renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, sengatan lebah, racun oak, airraksa.
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatifhipokomplementemik.
3. Nefrotik Syndrom idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati
membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis
fokalsegmental.
72
D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada Nefrotik Syndrom yang paling utama
adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi
sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas
dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait
denganhilannyamuatannegativeglikoproteindalamdindingkapiler.Pada
Nefrotik Syndrom keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu
banyakakibatdarikebocoranglomerolusdanakhirnyadiekskresikandalam
urin.
Pada Nefrotik Syndrom protein hilang lebih dari 2 gram perhari
yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia,
padaumumnyaedemamunculbilakadaralbuminserumturundibawah2,5
gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi
kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik/ osmotic
intravaskuleryangmemungkinkancairanmenembuskeruangintertisial,hal ini
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang
intertisial menyebabkan edema yang diakibatkan pergeseran cairan.
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume
darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif,
sehingga mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang
mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan
system rennin angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh
darah dan juga akan mengakibatkan rangsangan pada reseptor volume
atrium yang akan merangsang peningkatan aldosteron yang merangsang
reabsorbsinatriumditubulusdistaldanmerangsangpelepasanhormoneanti
diuretic yang meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini
mengakibatkan peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma
berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema.
73
Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic hormone
akan mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada Nefrotik Syndrom kadar kolesterol,
trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat yang disebabkan oleh hipoproteinemia
yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya
katabolisme lemak yang menurun karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma.
Hal ini dapat menyebabkan arteriosclerosis.
E. PohonMasalah
74
Protein Anoreksi,
Volume
intravaskuler ter- mual,
infiltrasi munta
meningkat h
Penuruna Presepsi
Reabsorpsi
n filtrasi kenyang
Na danair
Asites Permeabilita glomerulus
meningkat
s
glomerulus
meningkat
SINDROM NEFROTIK
75
F. PemeriksaanDiagnostik
1. Urinalisa (protein, eritrosit,silinder)
2. Clearance kreatinin (BUN /SC)
3. Ujidarah
4. Biopsi ginjal
G. PenatalaksanaanMedis
1. Diperlukan tirah baring selama masa edemaparah
2. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari
dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/hari.
3. Perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering,
plester atau verban harus dikurangi sampaiminimum.
4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan airhangat.
5. Kemoterapi
6. Penatalaksanaankrisishipovolemik,denganmemberikaninfusplasmaintravena.Monitor
nadi dan tekanandarah.
7. Mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan
tekanandarah dan pencegahandekubitus.
8. Dukungan bagi orang tua dananak.
16
2) DiagnosaKeperawatan
17
mukosa kering, intake dan
volume urine output cairan
menurun, 11. Untuk
hematokrit mengetahui
meningkat, haus, tanda-tanda
lemah, konsentrasi hypovolemia
urine meningkat, 12. Untuk
berat badan mengetahui
menurun dalam factor resiko
waktu singkat) keseimbangan
12. identifikasi cairan
tanda-tanda 13. Untuk
hipervolemia (mis. mengecek
Dispnea, edema keadaan pasien
perifer, edema secara berkala
anasarka, JVP 14. Untuk
meningkat, CVP mengetaui hasil
meningkat, reflex pemantauan
hepatojugularpositif, 15. Agar pasien tau
berat badan hasil dari
menurun dalam pemantauan.
waktu singkat)
13. identifikasi
faktor resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis.
Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar,
aferesis,obstruksi
intestinal,
peradangan
pancreas, penyakit
ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal)
Terapeutik
Edukasi
Langkah evaluasi dimana mengukur respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan
kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, Evaluasi menggunkan evaluasi formatif
BAB III
KASUS FIKTIF
I. I
D
E
N
TI
T
A
S
A. Anak
1. Nama : An.A
2. Anak yang ke 2
3. Tanggal lahir/umur: 24 Januari 2019 /11 Tahun
19
4. Jenis kelamin : Laki – laki
5. Agama : Hindu
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. D (kandung)
b. Umur : 45 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Jalan Pulau Moyo N0. 33B
2. Ibu
a. Nama : Ny. K (kandung)
b. Umur : 40 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Jalan Pulau Moyo N0. 33B
20
Klien adalah anak ke dua dari dua saudara, kakaknya perempuan. Klien
tinggal serumah dengan ayah dan ibunya.
21
Klien dipindahkan masuk Bangsal Pudak/Anak jam 21:00 WITA
dengan keluhan badan lemas, mual muntah, dan panas. Pada tanggal 11
Februari 2019 jam 10:00 WITA Didapatkan hasil dengan TD : 100/80
mmHg, S : 37,70 C, RR : 22 x/menit, N: 80 x/menit.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
Orang tua klien mengatakan, sebelumnya klien tidak pernah
mengalami penyakit yang menyebabkan klien harus dirawat. Keadaan klien
mulai memburuk setelah kurang lebih 3 hari yang lalu sebelum masuk
Rumah Sakit.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua klien mengatakan, tidak ada anggota keluarganya yang
pernah mengalami masalah yang dialami klien saat ini dan anggota keluarga
tidak ada yang memiliki penyakit menular (misal : TBC, Lepra, dll) dan
penyakit keturunan (misal : DM, Hipertensi).
D. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
1. Prenatal
Riwayat penyakit yang dialami sebelum masa kehamilan seringnya
demam, batuk-batuk dan pusing. Tindakan yang sering dilakukan untuk
mengobati penyakit dengan membeli obat-obat dari warung dan dibawa
ke mantri terdekat. Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke
bidan lebih dari 6 kali, imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama
hamil.
2. Intranatal
Orang tua klien mengatakan, selama masa kehamilan mengalami mual
dan muntah. Saat lahir An F ditolong bidan kemudian lahir secara spontan
langsung menangis, badan lahir 2700 gram, panjang badan 45 cm, umur
kehamilan 9 bulan.
3. Postnatal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI eksklusif, mulai 2
bulan sudah diberikan makanan tambahan selerac.
22
4. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien teratur memeriksakan kehamilannya ke bidan, tidak ada
keluhan yang berarti selama kehamilannya. Bayi lahir cukup bulan,
spontan, langsung menangis, berat badan lahir 2700 gram
Riwayat Makanan
Umur : 0 - 4 bulan : Susu formula
4 - 5 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah
5 – 8 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah + Nasi tim saring
5. Riwayat Pernah dirawat di rumah sakit
An.A belum pernah dirawat di RS sebelumnya
6. Obat-obatan yang digunakan
Ibu mengatakan An.A pernah mendapatkan paracetamol sirup dari
puskesmas atau mantri terdekat
7. Tindakan operasi
An.A belum pernah dilakukan tindakan operasi.
8. Alergi
An.A tidak mempunyai riwayat alergi
9. Kecelakaan
An.A tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS
10. Imunisasi
B C G : 1x, umur 1 bulan
Polio : 3x, umur 2,3,4 bulan
Campak
23
3. Hubungan dengan teman sebaya
Hubungan klien dengan teman sebaya baik, dengan teman rumah maupun
teman diluar rumah seperti sekolah.
4. Pembawaan secara umum
Klien terlihat pendiam kurang bergaul dengan teman sebayanya
5. Lingkungan rumah
Kondisi lingkungan rumah klien baik mendukung dalam proses
perkembangan klien
20
E. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, dan
BAK 5-6 x/hari dengan konsisitensi encer, berwarna kuning
Saat dikaji : Pasien BAB 5-6 x/hari dengan konsisitensi cair dan
BAK 1x/hari
F. Pola personal hygiene
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan kebersihan dirinya
Secara mandiri, walaupun masih dibantu dengan keluarganya
Saat dikaji : Pemenuhannya kebersihanya dengan bantuan
keluarga karena klien lemas dan hanya istirahat aktivitas terbatas
diranjang
G. Temperature suhu
Sebelum sakit : Suhu pasien normal 36,7 C
Saat dikaji : Suhu pasien 37,7 C
H. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa nyaman dan lebih senang saat
berada dirumah, bermain, dan kumpul dengan keluarganya
Saat dikaji : Pasien telihat tidak nyaman dengan
keadaan penyakitnya dan keadaan RS mengeluh minta cepat pulang
I. Kebutuhan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien hanya bermain berkumpul dengan
teman dan keluarganya, kadang rekreasi ke pantai Pangandaran yang
dekat dengan rumahnya
Saat dikaji : Pasien hanya bisa bermain ditempat tidur
J. Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Pasien belajar dirumah dan keluarga
Saat dikaji : Pasien tidak belajar.
21
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium :
7 Mei 2013 Jam 07:50 WITA 8 Mei 9 Mei
Pemeriksaan Hasil Hasil Hasil
WBC 7,6 x103/Ul 5,4 x103/Ul 7,2 x103/Ul
RBC 4,76x106/Ul 4,36 x106/Ul 4,43 x106/Ul
HGB 13,5 a/dl 12,5 a/dl 12,9 a/dl
HCT 37,6 % - 34,6 % - 35,2 %
MCV 79 Fl - 79,4 Fl - 79,5 Fl
MCH 28,4 pq 28,7 pq 29,1 pq
MCHC 35,9 Q/dl 26,7 Q/dl 36,6 Q/dl
PLT 43 x103/dl 90 x103/dl 59 x103/dl
Lym 55,2 % 79,4 % 41,5 %
RDW TD 41,5 fl 41,2 fl 42,2 fl
RDW CV 13,9 % 13,4 % 13,8 %
PDW 15,7 fl 22,4 fl
MPV 10,1 fl 12,6 fl
2. Hasil rontgen :-
3. Data tambahan :
Diberikan Terapi
Inj Cefotaxim 4x500 mg
Inj Medixon 4x1/2 amp
IVFD RL 20 tpm
22
6. Hidung : Simetris, tidak ada polip, bersih
7. Mulut : Mukosa bibir kering pecah-pecah, bersih, sianosis,
8. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, bersih
9. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, simetris
10. Dada
a. Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler,
- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra, batas
jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra, batas jantung
kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra
b. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada penggunaan otot bantu napas
Auskultasi : Tidak ada ronchi, tidak ada whezing
Palpasi : Tidak ada fokal fremitus
Perkusi : Sonor
c. Perut
- Inspeksi : Simetris, ada timpani apa tidak
- Auskultasi : Bising usus (+) normal 17
- Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba.
- Perkusi : Timpani.
11. Genitalia : Laki-laki, tidak terpasang DC
12. Ekstrimitas
a. Atas : tidak ada edema, lemas pada ektremitas bagian atas
b. Bawah : tidak ada edema, lemas pada ekstremitas bagian bawah
13. Kulit :
14. Tanda vital
a. TD : 100/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 37,7 0 C
d. RR : 15 x/meni
23
VIII. ANALISA DATA
Kemungkinan
No Data Fokus Masalah penyebab
1 DS : Orang tua klien Hipervolemia
hipervolemia
mengatakan An. A
lemas, nafsu makan
kurang Edema
DO :
- Klien terlihat lemas
Volume
- Klien nampak
plasma
lemas, lesu dan tidak meningkat
nafsu makan.
- BB sekarang : 28 Kg
- Bentuk Abdomen : Tekanan osmotic
plasma menurun
edema
TTD : 100/80 mmHg
N : 80x/menit Permeabilitas
S : 37,7 C glomerulus
meningkat
RR : 15 X/Menit
- CRT : < 2 detik
- HGB : 5,0 g/dl Nefrotik
Syndrome
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
25
XI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. A
Tanggal : 11 – 12 februari 2019
Ruang Rawat : Pudak
Hari, No.
No Tanggal, Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Jam Kep
1 Senin, 1 Ds : -
22 januari 1. monitor frekuensi Do: nadi 90x/menit
2020
08.00
dan kekuatan nadi
26
27
J. EVALUASI
28
BAB III
PENUTUP
4.1. SIMPULAN
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Leukemia
umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa
diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang
berkembang tidak normal atau abnormal.(E-Jurnal,Sastaviyana Yuliangga). Angka
kelangsungan hidup jangka panjang untuk leukemia bergantung pada jenis sel yang
terlibat, tetapi berkisar sampai lebih dari 75% untuk leukemia limfositik akut pada
masa kanak-kanak, merupakan angka statistic yang luar biasa karena penyakit ini
hampir bersifat fatal.
Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada penis
bagian bawah, bukan diujung penis. Kondisi hipospadia bervariasi, kebanyakan
lubang uretra terletak didekat ujung penis yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia
yang lebih berat terjadi jika luubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada
pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau dibawah skrotum. Kelainan ini sering
berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan vibrosa yang kencang yang
menyebabkan penis melengkung kebawah saat ereksi. (Muslihatum, 2010)
29
Nefrotik Syndrom bawaan ,Nefrotik Syndrom sekunder Nefrotik Syndrom
idiopatik ( tidak diketahuisebabnya)
4.2 SARAN
30
DAFTAR PUSTAKA
Susilaningrum, Rekawati dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Trans Info
Media
31