Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI BCG PADA ANAK DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN DEFISIT PENGETAHUAN DAN KESIAPAN
PENINGKATAN MANAJEMEN KESEHATAN

OLEH :

NI LUH RIA ANGGRENI

P07120018137

KELAS 3.4

PRODI DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT
DENGAN IMUNISASI BCG
A. KONSEP IMUNISASI BCG PADA ANAK
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun
2013).
Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya
kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan
kuman tertentu. Jadi imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan
kekebalan dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes RI,
2000).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga
terhindar dari penyakit. (Yupi S, 2004).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh dkk,
2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan antigen
yang berupa virus atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang
dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin
Polio.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar
tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar
antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan,
waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya
imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya
sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
2. Pengertian Imunisasi BCG

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin
BCG adalah vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk.
Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC).
Vaksin dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan,
ditemukan oleh Calmett Guerint ( 1996 ). Sebelum menyuntikkan BCG,
vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl
0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3
jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung.
3. Tujuan Imunisasi BCG
Untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tubercolosis (
TBC ). Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan
dengan keberadaan virus tubercel bacili yang hidup di dalam darah.
Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis
basil tak berbahaya ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus
Calmette Guerin).
4. Patofisiologi
Tuberkulosis pada anak disebabkan oleh bakteri. Paling sering
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis).
Banyak anak yang terinfeksi M. tuberculosis tidak pernah
mengembangkan TB aktif dan tetap dalam stadium TB laten.
Bakteri TBC ini menyebar melalui udara ketika orang yang
terinfeksi batuk, bersin, saat berbicara, bernyanyi, atau tertawa.
Tuberkulosis juga biasanya menyebar ketika orang dewasa yang
terinfeksi batuk bakteri ke udara. Kuman ini dihirup oleh anak
tersebut, yang kemudian terinfeksi. Anak biasanya tidak terinfeksi
kecuali dia telah berulang kali melakukan kontak dengan bakteri.
Anak-anak yang berusia kurang dari sepuluh tahun dengan TB paru
jarang menulari orang lain, karena mereka cenderung memiliki
sangat sedikit bakteri dalam sekresi lendirnya dan juga mengalami
batuk yang relatif tidak efektif. Cara utama pencegahan
tuberkulosis pada anak-anak adalah dengan menggunakan vaksin
BCG.
5. Respons imun terhadap imunisasi

Menurut Permata, (2009) Pemberian vaksin sama dengan pemberian


antigen pada tubuh. Jika terpajan oleh antigen, baik secara alamiah
maupun melalui pemberian vaksin, tubuh akan bereaksi untuk
menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.
Secara umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun non-
spesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun non-spesifik merupakan
mekanisme pertahanan alamiah yang dibawa sejak lahir (innate) dan
dapat ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi atau antigen. Sistem
imun non-spesifik meliputi kulit, membran mukosa, sel-sel fagosit,
komplemen, lisozim, dan interferon. Sistem imun ini merupakan garis
pertahanan pertama yang harus dihadapi oleh agen infeksi yang masuk
ke dalam tubuh. Jika sistem imun non-spesifik tidak berhasil
menghilangkan antigen, barulah sistem imun spesifik berperan.

Sistem imun spesifik merupakan mekanisme pertahanan adaptif yang


didapatkan selama kehidupan dan ditujukan khusus untuk satu jenis
antigen. Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan sel B.
Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas selular, sedangkan
pertahanan oleh sel B dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas seluler
berperan melawan antigen di dalam sel (intrasel), sedangkan imunitas
humoral berperan melawan antigen di luar sel (ekstrasel). Dalam
pemberian vaksin, sistem imun spesifik inilah yang berperan untuk
memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi, melalui
mekanisme memori.
Di dalam kelenjar getah bening terdapat sel T naif, yaitu sel T yang
belum pernah terpajan oleh antigen. Jika terpajan antigen, sel T naif akan
berdiferensiasi menjadi sel efektor dan sel memori. Sel efektor akan
bermigrasi ke tempat-tempat infeksi dan mengeliminasi antigen,
sedangkan sel memori akan berada di organ limfoid untuk kemudian
berperan jika terjadi pajanan antigen yang sama.

Sel B, jika terpajan oleh antigen, akan mengalami transformasi,


proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi
antibodi. Antibodi akan menetralkan antigen sehingga kemampuan
menginfeksinya hilang. Proliferasi dan diferensiasi sel B tidak hanya
menjadi sel plasma tetapi juga sebagian akan menjadi sel B memori. Sel
B memori akan berada dalam sirkulasi. Bila sel B memori terpajan pada
antigen serupa, akan terjadi proses proliferasi dan diferensiasi seperti
semula dan akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak.

Adanya sel memori akan memudahkan pengenalan antigen pada


pajanan yang kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah divaksinasi
(artinya sudah pernah terpajan oleh antigen) terinfeksi atau terpajan oleh
antigen yang sama, akan lebih mudah bagi sistem imun untuk mengenali
antigen tersebut. Selain itu, respon imun pada pajanan yang kedua
(respon imun sekunder) lebih baik daripada respon imun pada pajanan
antigen yang pertama (respon imun primer). Sel T dan sel B yang terlibat
lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih lama,
titer antibodi lebih banyak (terutama IgG) dan afinitasnya lebih tinggi.
Dengan demikian, diharapkan sesorang yang sudah pernah divaksinasi
tidak akan mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena
sistem imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka
yang tidak divaksinasi.
6. Pathway Imunisasi BCG
Udara tercemar Mycrobacterium Tuberculosis

Dihirup individu rentan

Masuk ke dalam paru

Reaksi inflamasi

Penumpukan eksudat dalam alveoli

Produksi secret berlebih

Batuk, demam, bunyi napas hilang, ronchi


Kurang terpaparnya informasi
orang tua terhadap Tuberculosis (TBC) Pencegahan TBC
pencegahan

Orang tua ingin meningkatkan


Memberikan imunisasi BCG kesehatan anaknya
Defisit pengetahuan

Vaksin masuk dalam tubuh Kesiapan peningkatan


manajemen kesehatan
Kurangnya informasi orang tua
terhadap jadwal, efeksamping
Mengaktifkan immunoglobulin
imunisasi
dalam tubuh

Kompensasi merangsang
termoregultor

Termoregulasi tidak efektif


7. Jenis dan Kemasan Imunisasi BCG
Bentuknya vaksin beku kering seperti vaksin campak berbentuk
bubuk yang berfungsi melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis
(TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah
dilemahkan,ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan
BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan
pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan
dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari
langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertiga bagian lengan
kanan atas.
8. Jadwal Pemberian Imunisasi BCG
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu
pemberian imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada
umumnya diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara
pemberian imunisasi BCG melalui intradermal. (Kemenkes RI, 2013)
9. Cara Pemberian dan Prosedur Imunisasi BCG

a. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih


dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik steril
dan menggunakan cairan pelarut (NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc
b. Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali

c. Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada


insersio musculus deltoideus
d. Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan Vaksin akan
rusak bila terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan,
biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk
menghindari cahaya karena cahaya atau panas dapat merusak
vaksin BCG sedangkan pembekuan tidak merusak vaksin BCG.
Vaksin BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc
dan 2 cc. (Kemenkes RI, 2013)
10. Kontraindikasi Imunisasi BCG
Kontra indikasi : Uji Tuberculin > 5 mm, Sedang menderita HIV,
Gizi buruk, Demam tinggi, Infeksi kulit luas, dan Pernah menderita
TBC.
11. Efek Samping Imunisasi BCG
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam.
Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi pustula dan
akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu pengobatan dan akan
sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan jaringan parut. Kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau pada leher yang
terasa padat dan tidak sakit serta tidak menimbulkan demam. Reaksi ini
normal dan tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan
sendirinya. (Depkes RI, 2005)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI BCG
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien yang terdiri dari nama, no. rm, tanggal lahir, jenis
kelamin, kewarganegaraan, pendidikan, agama, status, tgl masuk rumah
sakit, tgl pengkajian, diagnosis medis serta identitas penanggung jawab
pasien.
b. Genogram
c. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk rumah
sakit
- Riwayat Penyakit Sekarang
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan
penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja yang
memperberat dan meringankan keluhan.
- Riwayat penyakit terdahulu
Menanyakan masalah kesehatan yang lalu, baik yang berkaitan
langsung dengan penyakit sekarang maupun yang tidak ada kaitannya
seperti riwayat MRS, riwayat dioperasi, riwayat kelainan bawaan, dan
riwayat alergi.
- Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya
dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit
yang dialami oleh klien. Pada pengkajian ini tertunya terdapat
genogram.
- Riwayat Kelahiran
Kaji riwayat kelahiran apakah spontan, forcep, vacum, atau sectio
caesarea. Kaji kelahiran apakah dibantu oleh dukun, bidan, ataupun
dokter.
- Riwayat Tumbuh Kembang
Kaji proses tumbuh kembang pada anak mulai dari merangkak,
berdiri, hingga berjalan. Selain itu, kaji adanya masalah pertumbuhan
dan perkembangan pada anak.
- Riwayat Imunisasi
Kaji imunisasi yang telah anak dapatkan seperti imunisasi BCG,
Polio, Hepatitis B, Varisela, DPT, Typus, Campak, MMR, HIB dan
Influenza.
d. Keadaan Umum
- Vital sign (suhu, nadi, dan pernapasan)
- Kesadaran (GCS)
- Penilaian nyeri
e. Pemeriksaan Fisik
- Kepala : bentuk, adanya lesi/ luka, warna rambut, adanya
kelainan
- Mata : pengelihatan, sklera, konjungtiva, pupil, adanya
kelainan
- Leher : bentuk, adanya pembesaran tiroid, adanya lesi,
terabanya nadi karotis, pembersaran limfoid dan adanya
kelainan
- Hidung : sekret/darah/polip, tarikan cuping hidung
- Telinga : pendengaran, sekret/ cairam/ darah
- Mulut dan gigi : keadaan, kebersihan mulut dan gigi, adanya
lesi, kelembaban mulut
- Thorax
- Jantung : nadi, kekuatan, irama
- Paru : frekuensi nafas, kualitas, suara nafas, batuk,
sumbatan jalan nafas
- Abdomen : peristaltik usus, kembung, nyeri tekan, ascites
- Ekstremitas : kekuatan otot, rom, hemiplegi/parese, akral, crt,
edema
- Kulit : turgor kulit, laserasi, warna kulit
- Genetalia : pimosis, alat bantu, adanya kelainan
f. Data Biologis
- Pernapasan
Kaji frekuensi pernafasan dan pola napas seperti adanya
takipnea, bradipnea, kussmaul, cheyne stokes dan
hiperventilasi. Kaji apakah ada suara napas tambahan seperti
wheezing, ronchi, stridor, dan crackles. Selain itu, kaji juga
apakah pasien memakai oksigen atau tidak.
- Makanan dan minum
Kaji frekuensi makan, adanya kesulitan makan, jenis makanan,
porsi makan, nafsu makan, kebiasaan makan dan adanya
keluhan mual atau muntah.
- Eliminasi
Kaji pola eliminasi fekal dan pola elimininasi urine seperti
frekuensi, warna, bau, konsistensi, waktu dan penggunaan
pencahar.
- Istirahat tidur
Kaji waktu tidur, lama tidur, kebiasaan pengantar tidur,
kebiasaan saat tidur dan kesulitan dalam hal tidur.
- Mobilisasi
Kaji mobilisasi pasien apakah normal, dibantu, atau
menggunakan kursi roda.
g. Data psikologis
- Pola komunikasi
- Sekolah
- Penurunan prestasi sekolah
- Kekerasan fisik
- Penelantaran fisik/ mental
- Perawatan anak dibantu oleh orang tua/wali/pengasuh
2. Diagnosa keperawatan
a. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan dibuktikan dengan
mengapresiasikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan
dan pencegahannya, memilih kegiatan sehari-hari untuk memenuhi
tujuan program kesehatan, tidak ditemukan adanya gejala masalah
kesehatan atau penyakit yang tidak terduga. Mengekspresikan tidak
adanya hambatan yang berarti dalam mengintegrasikan program
yang ditetapkan untuk mengatasi masalah kesehatan,
menggambarkan berkurangnya faktor resiko masalah kesehatan.
b. Defisit pengetahuan tentang peran menjadi orang tua berhubungan
dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan menanyakan
masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah,
menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi, histeria).
c. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat
termoregulasi hipotalamus dibuktikan dengan kulit dingin/hangat,
menggigil, suhu tubuh fluktuatif, piloereksi, pengisian kapiler >3
detik, tekanan darah meningkat, pucat, frekuensi napas
meningkat,takikardia, kejang, kulit kemerahan, dasar kuku
sianotik.
3. Perencanaan keperawatan

No Dx. Kep Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


. (SDKI) Hasil (SIKI)
(SLKI)
1 Kesiapan Manajemen Kesehatan Bimbingan antisipatif I. 12359
peningkatan L.12104 Observasi
manajemen
1. identifikasi metode penyelesaian 1. Untuk mengetahui metode
kesehatan d/d
mengekspresikan Setelah dilakukan masalah yang biasa digunakan penyelesaian masalah yang
keinginan untuk tindakan keperawatan Terapeutik biasa klien gunakan
mengelola masalah
selama ... x ... menit 2. gunakan contoh kasus untuk 2. untuk meningkatkan
kesehatan dan
pencegahannya, diharapkan manajemen meningkatkan keterampilan keterapilan klien
memilih kegiatan kesehatan meningkat menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah
sehari-hari untuk
dengan 3. fasilitasi menyesuaikan diri dengan 3. agar klien bisa menyesuaikan
memenuhi tujuan
program kesehatan, Kriteria hasil: perubahan peran diri dengan perubahan peran
tidak ditemukan 1. Melakukan tindakan sebagai orang tua
adanya gejala untuk mengurangi 4. jadwakan kunjungan pada setiap tahap 4. agar klien mengetahui jadwal
masalah kesehatan
atau penyakit yang faktor resiko perkembangan atau sesuai kebutuhan kunjungan pada setiap tahap
tidak terduga. meningkat 5. berikan referensi baik cetak maupun perkembangan
2. Menerapkan program elektronik (mis. Materi pendidikan, 5. untuk menambah wawasan
perawatan meningkat pamflet) klien
3. Aktivitas hidup Edukasi
sehari – hari efektif 6. jelaskan perkembangan dan 6. agar klien memahami tentang
memenuhi tujuan perilaku normal perkembangan dan perilaku
kesehatan meningkat normal anak
intervensi pendukung
edukasi perilaku upaya kesehatan
I.12435
observasi
1. identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima infromas 1. mengetahui kesiapan dan
terpeutik kemampuan menerima
2. sediakan materi dan media informasi
pendidikan kesehatan
2. memudahkan dalam
3. jadwalkan pendidikan kesehatan menyampaikan infromasi
sesuai kesepakatan 3. kontrak waktu
4. berikan kesempatan untuk bertanya

5. gunakan pendekatan promosi 4. menjalin komunikasi


kesehatan dengan memperhatikan terapeutik
pengaruh dan hambatan dari
5. mendukung klien dan
lingkungan, sosial serta budaya
6. berikan pujian dan dukungan keluarga dalam menjaga
terhadap usaha positif dan kesehatan
pencapaiannya
6. memberikan apresiasi dan
edukasi
7. jelaskan penanganan masalah dukungan terhadap keluarga
kesehatan dan klien
7. membantu menangani
8. anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan masalah
8. mengoptimalkan
penggunaan fasilitas
9. anjurkan menentukan perilaku
spesifik yang akan diubah (mis. kesehatan
Keinginan mengunjungi fasilitas 9. membangunkan keinginan
kesehatan)
klien dan keluarga dalam
10. ajakan program kesehatan dalam
kehidupan sehari – hari merubah prilaku buruk
11. ajarkan pemeliharaan kesehatan 10. membantu klien dan
keluarga mencapai tujuan
11. membantu klien dan
keluarga dalam memelihara
kesehatan
2 Defisit pengetahuan Tingkat Intervensi utama
tentang peran Penetahuan Edukasi kesehatan I.12383
menjadi orang tua L.12111 Observasi
berhubungan dengan 1. identifikasi kesiapan dan 1. mengetahui kesiapan dan
kurang terpapar Setelah dilakukan kemampuan menerima informasi kemampuan menerima
informasi dibuktikan tindakan 2. identifikasi faktor- faktor yang informasi
dengan menanyakan dapat meningkatkan dan 2. mengetahui faktor yang
keperawatan
masalah yang menurunkan motivasi perilaku dapat memotivasi
selama ... x ... menit
dihadapi, hidup bersih dan sehat perilaku hidup sehat dan
diharapkan Tingkat
menunjukkan terapeutik bersih
pengetahuan
perilaku tidak sesuai 3. sediakan materi dan media 3. memudahkan
meningkat dengan
anjuran, menunjukan pedidikan kesehatan penyampaian informasi
Kriteria hasil:
persepsi yang keliru 4. jadwalkan pendidikan kesehatan 4. kontrak waktu
4. Perilaku sesuai
terhadap masalah, sesuai kesepakatan
menjalani anjuran 5. berikan kesempatan untuk bertanya 5. membangun komunikasi
pemeriksaan yang meningkat edukasi terapeutik
tidak tepat, 5. kemampuan 6. jelaskan faktor yang dapat 6. menambah pengetahuan
menunjukkan menjelaskan mempengaruhi kesehatan klien dan keluarga
perilaku berlebihan pengetahuan 7. ajarkan perilaku hidup bersih dan 7. mebantu klien agar dapat
(mis. Apatis, tentang satu topik sehat mewujudkan perilaku
bermusuhan, agitasi, meningkat 8. ajarkan strategi yang dapat bersih dan sehat
histeria) 6. kemampuan digunakan untuk meningkatkan 8. menambah wawasan
menggambarkan perilaku hidup bersih dan sehat. klien dalam
pengalaman meningkatkan perilaku
sebelumnya yang hidup sehat dan bersih
sesuai dengan Intervensi pendukung
topik meningkat Edukasi efek samping obat I.12371
7. perilaku sesuai Observasi
dengan 1. identfikasi kemampuan pasien dan 1. mengetahui kesiapan dan
pengetahuan keluarga menerima informasi kemampuan menerima
8. pertanyaan terapeutik informasi
tentang masalah 2. persiapkan materi dan media 2. memudahkan menyampaian

yang dihadapi edukasi informasi

menurun 3. jadwalkan waktu yang tepat untuk 3. kontrak waktu


memberikan pendidikan kesehatan
9. persepsi yang
sesuai kesepakatan dengan pasien
keliru terhadap
dan keluarga
masalah
4. berikan kesempatan pasien dan 4. membangun komunikasi
menurun
keluarga bertanya terapeutik
10. menjalani edukasi
pemeriksaan 5. jelaskan tujuan obat yang diberikan 5. menambah pemahaman klien
yang tidak tepat dan keluarga tentang obat

menurun 6. jelaskan indikasi dan kontra 6. menambah pemahaman klien

11. perilaku indikasi obat yang akan dikonsumsi dan keluarga tentang obat
7. jelaskan cara kerja obat secara 7. menambah pemahaman klien
membaik
umum dan keluarga tentang obat
8. jelaskan tanda dan gejala bila obat 8. menambah pemahaman klien
yang dikonsumsi tidak cocok untuk dan keluarga tentang obat
pasien
9. jelaskan reaksi alergi yang 9. agar keluarga dan klien dapat
mungkin timbul saat atau setelah melakukan tidakan perawatan
obat dikonsumsi
10. agar keluarga dan klien dapat
10. ajarkan cara mengatasi reaksi obat
melakukan tidakan perawatan
yang tidak di inginkan
3 Termoregulasi tidak Termoregulasi Intervensi utama
efektif berhubungan Neonatus (L.14135) Regulasi temperatur I.14578
dengan stimulasi Setelah dilakukan Observasi
pusat termoregulasi intervensi keperawatan 1. monitor suhu bayi sampai stabil 1. mencegah
hipotalamus (36,5-37,5 derajat C) hipotermia/hipertermia
selama .. x ... menit
dibuktikan dengan 2. monitor warna dan suhu kulit 2. mengetahui jika terjadi
kulit dingin/hangat, maka termoregulasi sianosis
menggigil, suhu membaik dengan 3. monitor dan catat tanda gejala 3. dokumentasi keperawatan
tubuh fluktuatif, kriteria hasil : hipertemia
piloereksi, pengisian a. Menggigil menurun terapeutik
kapiler >3 detik, b. Kulit merah 4. pasang alat pemantau suhu kontinu, 4. memantau suhu bayi secara
tekanan darah menurun jika perli kontinue
meningkat, pucat, c. Suhu tubuh 5. tingkatkan asupan cairan dan 5. mencegah dehidrasi
frekuensi napas membaik nutrisi yang adekuat
meningkat,takikardia, d. Suhu kulit membaik 6. hindari meletakkan bayi di dekat 6. mencegah hipotermia
kejang, kulit jendela terbuka atau area aliran
kemerahan, dasar pendingin ruangan atau kipas angin
kuku sianotik. 7. sesuaikan suhu lingkungan dengan 7. mencegah penurunan/
kebutuhan pasien kenaikan suhu tubuh
edukasi
8. jelaskan cara pencegahan hipotermi 8. agar keluarga dapat
karena terpapar udara dingin melakukan perawatan yang
tepat
intervensi pendukung
edukasi perawatan bayi I.12419
observasi
1. mengetahui kesiapan dan
1. identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
kemampuan menerima informasi
informasi
terapeutik
2. memudahkan menyampaian
2. sediakan materi dan media
informasi
pendidikan kesehatan
3. kontrak waktu
3. jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
4. membangun komunikasi
4. berikan kesempatan untuk bertanya
terapeutik
edukasi
5. menambah wawasan orang
5. jelaskan manfaat perawatan bayi
tua
6. ajarkan memandikan bayi dengan
6. mencegah
memperhatikan suhu ruangan 21-24
hipotermia/hipertermia
derajat C dan dalam waktu 5-10
7. mencegah infeksi
menit, sehari 2 kali
8. untuk mencegah
7. anjurkan perawatan tali pusat
hipotermi/hipertermi
8. anjurkan memantau tanda vital bayi
terutama suhu tubuh 36,5-37,5
derajat C 9. membantu bayi dalam proses
9. anjurkan menjemur bayi sebelum pembentukan provitamin D
jam 9 pagi 10. merelaksasi bayi
10. ajarkan pijat bayi 11. mencegah kerusakan
11. anjurkan segera mengganti popok integritas kulit bayi
jika basah 12. mencegah iritasi
12. anjurkan penggunaan pakaian bayi
dari bahan katun 13. mencegah kekurangan
13. anjurkan menyusui sesuai maupun kelebihan ASI
kebutuhan bayi
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Operasional Pelayanan Imunisasi.

Jakarta.
Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
42. 58(2), 15–22.

IDAI. (2011). Asuhan Nutrisi Pediatrik. UKK Nutrisi Dan Penyakit Metabolik.

Permata, Y. L. (2009). Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-


Faktor yang Berhubungan di Rumah Sakit Marie Cileungsi Hijau Bogor
Maret 2008. Universitas Indonesia, 5–17.

Ranuh dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC.

Permata, Y. L. (2009). Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-


Faktor yang Berhubungan di Rumah Sakit Marie Cileungsi Hijau Bogor
Maret 2008. Universitas Indonesia, 5–17.

Tim Porja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Tim Porja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
definisi dan tindak keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Tim Porja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai