Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN

RETARDASI MENTAL

OLEH:

NI PUTU SEKAR SANTIDEWI

P07120018016

3.1 DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK
DENGAN RETARDASI MENTAL

1. Konsep Retardasi Mental


A. Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,
diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini.
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang
anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama,
hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting (Sularyo &
Kadim, 2016a).

Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi
gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga
oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (Muhith,
2015).

B. Etiologi Retardasi Mental

Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam
penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis
dan psikososial (Sularyo & Kadim, 2016b).

Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:

1. Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat


2. Tampak sejak lahir atau usia dini
3. Secara fisik tampak berkelainan/aneh
4. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
5. Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut

1. Biasanya merupakan retardasi mental ringan


2. Diketahui pada usia sekolah
3. Tidak terdapat kelainan fisik maupun laboratorium
4. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
5. Ada hubungan dengan kelas sosial

Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih


merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi
mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural. Etiologi retardasi
mental tipe klinis atau biological dapat dibagi dalam :

1. Penyebab pranatal

a) Kelainan kromosom
b) Kelainan genetik /herediter
c) Gangguan metabolic
d) Sindrom dismorfik
e) Infeksi intrauterine
f) Intoksikasi

2. Penyebab perinatal

a) Prematuritas
b) Asfiksia
c) Kernikterus
d) Hipoglikemia
e) Meningitis
f) Hidrosefalus
g) Perdarahan intraventrikular

3. Penyebab postnatal

a) Infeksi (meningitis, ensefalitis)


b) Trauma
c) Kejang lama
d) Intoksikasi (timah hitam, merkuri)

C. Patofisiologi Retardasi Mental

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.


Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak-kanak ( Sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : Berbicara dan
berbahasa, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa
digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak (Yanto, 2013).

Retardasi mental menyebabkan seseorang memiliki kemampuan kognitif yang


kurang yaitu IQ< 70 – 75, akibatnya seseorang akan mengalami beberapa gejala
seperti merasa tidak nyaman dengan situasi sosial, merasa sulit menerima atau
mengkomunikasikan perasaan, kurang responsif atau tertarik kepada orang lain, tidak
berminat melakukan kontak emosi dan fisik, sulit mengugkapkan kasih sayang, gejala
cemas berat, kontak mata kurang, ekspresi wajah tidak responsif, tidak kooperatif
berteman dan bermain dengan sebaya, perilaku tidak sesuai usia sehingga
menyebabkan seseorang mengalami gangguan interaksi sosial. Minat melakukan
perawatan diri kurang menyebabkan seseotang mengalami defisit perawatan diri dan
perubahan pada psikomotor yang dialami pasien dapat menyebabkan risiko cedera.
D. Pathway Retardasi Mental

1. Penyebab pranatal Kelainan kromosom,


Fungsi kecerdasan di bawah
Kelainan genetik /herediter, Gangguan metabolic, normal ( IQ 70 sampai 75 atau
Sindrom dismorfik, Infeksi intrauterine, kurang ) dan disertai
Intoksikasi keterbatasan-keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area fungsi
2. Penyebab perinatal Prematuritas, adaftif : Berbicara dan berbahasa,
ketrampilan merawat diri,
Asfiksia, Kernikterus, Hipoglikemia, Meningitis,
kerumahtanggaan, ketrampilan
Hidrosefalus, Perdarahan intraventrikular sosial, penggunaan sarana-sarana
komunitas, pengarahan diri,
3. Penyebab postnatal Infeksi (meningitis, kesehatan dan keamanan,
ensefalitis),Trauma, Kejang lama, Intoksikasi akademik fungsional, bersantai
(timah hitam, merkuri) dan bekerja.

Retardasi Mental

Ketidakmampuan
kognitif ( IQ< 70 – 75 )

Defisiensi Bicara

Minat melakukan Perubahan fungsi


perawatan diri kurang psikomotor
Kurang responsif atau
tertarik pada orang lain

Defisit
Kontak mata kurang Risiko
Perawatan
Diri Cedera

Gangguan Interaksi sosial


E. Klasifikasi Retardasi Mental

Klasifikasi menurut DSM IV (American Psychiatric Association,


Washington, 1994), bahwa terdapat empat tingkat gangguan intelektual, yaitu :
ringan, sedang, berat dan sangat berat (Scharfstein & Gaurf, 2013).

1. Retardasi Mental Ringan (IQ 50-70)

Retardasi mental ringan ini secara kasar setara dengan kelompok retardasi
yang dapat dididik (educable). Kelompok ini membentuk sebagian besar (sekitar
85%) dan kelompok retardasi mental. Pada usia prasekolah (0-5 tahun) dapat
mengembangkan kecakapan sosial dan komunikatif, mempunyai sedikit daya
dalam bidang sensorimotor, dan sering tidak dapat dibedakan dan anak yang
tanpa retardasi mental, sampai pada usia yang lebih lanjut. Pada usia remaja,
mereka dapat memperoleh kecakapan akademik sampai setara kira-kira tingkat
enam (kelas 6 SD). Sewaktu masa dewasa, mereka biasanya dapat menguasai
kecakapan sosial dan vokasional cukup sekedar untuk berdikari, namun mungkin
membutuhkan supervisi, bimbingan dan pertolongan, terutama bila mengalami
tekanan sosial atau tekanan ekonomi. Dengan bantuan yang wajar, penyandang
retardasi mental ringan biasanya dapat hidup sukses didalam masyarakat, baik
secara berdikari atau dengan pengawasan.

2. Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)

Retardasi mental sedang secara kasar setara dengan kelompok yang biasa
disebut: dapat dilatih (trainable). Kelompok individu dan tingkat retardasi ini
memperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak dini. Mereka rnemperoleh
manfaat dan latihan vokasional, dan dengan pengawasan yang sedang dapat
mengurus atau merawat diri sendiri. Anak tersebut dapat memperoleh manfaat
dari latihan kecakapan sosial dan akupasional namun rnungkin tidak dapat
rnelampaui pendidikan akademik lebih dari tingkat dua (kelas dua SD). Mereka
dapat bepergian dilingkungan yang sudah dikenal.
3.Retardasi Mental Berat (IQ 20-34)

Kelompok retardasi mental ini membentuk 3-4% dari kelompok retardasi


mental. Selama masa anak-anak sedikit saja atau tidak mampu berkomunikasi
bahasa. Sewaktu usia sekolah mereka dapat belajar bicara dan dapat dilatih dalam
kecakapan mengurus diri yang sederhana. Sewaktu usia dewasa mereka dapat
melakukan kerja yang sederhana bila diawasi secara ketat. Kebanyakan dapat
menyesuaikan diri pada kehidupan di masyarakat bersama keluarganya, jika tidak
didapatkan hambatan yang menyertai yang membutuhkan perawatan khusus.

4.Retardasi Mental Sangat Berat (IQ <20)

Kelompok retardasi mental sangat berat membentuk sekitar 1-2% dan


kelompok retardasi mental. Pada sebagian besar individu dengan diagnosis ini
dapat diidentifikasi kelainan neurologik, yang rnengakibatkan retardasi
rnentalnya. Sewaktu masa anak-anak, menunjukkan gangguan yang berat dalam
bidang sensorimotor. Perkembangan motorik, mengurus diri dan kemampuan
komunikasi dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan yang adekuat, Beberapa
diantaranya dapat melakukan tugas sederhana ditempat yang disupervisi dan
dilindungi.

F. Tanda dan Gejala Retardasi Mental


Tanda dan Gejala yang seringkali ditemukan pada Retardasi Mental meliputi
(Sularyo & Kadim, 2016b) :
Retardasi Mental Ringan (IQ = 50 -70)
1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan,
makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat
keterbelakangan ini.
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan
kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh
remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
3. Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan
kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan
bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.

Retardasi Mental menengah (IQ = 35 – 49)


1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan
dengan jelas terlambat.
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan
dasar dan kebutuhan keamanan.
3. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi
terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan
sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu
merawat diri sendiri.

Retardasi Mental Berat (IQ = 20 – 34)


1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit
atau tidak berbicara, mendapat manfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri
(misalnya makan sendiri).
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat
ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan,
dapat mengambil manfaat dari pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan
lain yang dapat diterima.
3. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan
memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan
ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.

Retardasi Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)


1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang,
kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas
tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari pelatihan
dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.
3. Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan
cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat
merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.
F. Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. Uji intelegensi standar ( stanford binet,weschler, Bayley Scales of infant
development )
2. Uji perkembangan seperti Denver II
3. Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,
WoodcockJohnson Scales of independent Behaviour, School edition of the
adaptivebehaviour scales ).
G. Penatalaksanaan Retardasi Mental

Menurut Lumbantobing,S.M., (2001) dalam (Muhith, 2015) menyatakan bahwa


pencegahan dan pengobatan retardasi mental yaitu:
1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, kehamilan pada wanita adolesen
dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-
anak).
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi, pada mikrosefali yang konginetal, operasi tidak
menolong).
3. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di sekolah
luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif.
4. Konseling
Kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmantis dengan tujuan
anatara lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi oleh karena
mempunyai anak dengan retardasi mental. orang tua sering menghendaki
anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai
sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya
ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
5. Latihan dan pendidikan
a. Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang
ada.
b. Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.
c. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah
kelak.
6. Latihan diberikan secara kronologis
a. Latihan rumah : pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri,
berpakaian sendiri, kebersihan badan.
b. Latihan sekolah : yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.
c. Latihan teknis : diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin, dan
kedudukan sosial.
d. Latihan moral : dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan
apa yang tidak baik. Agar anak mengerti, maka tiaptiap pelanggaran
disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik
perlu disertai hadiah.
7. Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan
perilaku yang membahayakan diri sendiri
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil))
d. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
G. Komplikasi
1. Paralisi serebral
2. Gangguan kejang
3. Masalah-masalah perilaku atau psikiatrik
4. Defisit komunikasi
5. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonfulsi,
kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
6. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus, obstuksi
usus halus, dan defek jantung
7. Disfungsi tiroid
8. Gangguan sensoris
9. Masalah-masalah ortopsdik, seperti deformitas kaki, skoliosis
10. Kesulitan makan
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan


kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ;komunikasi, perawatan
diri, interaksisosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri,
pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan
ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif (pola, proses pikir),
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati
tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah
normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran
normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering
tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya perkembangan
motoris halus dan kasar.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom
( Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, GangguanSindrom
( distrofiotot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan
metabolism sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes
maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis
dan perdarahan intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan
degenerative.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang
serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental,
terutama dari ibu tersebut.
b. Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1) Lakukan pengkajian fisik.
a) Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak
simetris)
b) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah
putus dan cepat berubah
c) Mata : Mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d) Hidung : Jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil,
cuping melengkung ke atas, dll
e) Mulut : Bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f) Geligi : Odontogenesis yang tdk normal
g) Telinga : Keduanyaletakrendah; dll
h) Muka : Panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i) Leher : Pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j) Tangan : Jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing,
ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k) Dada & Abdomen : Terdapat beberapa putting, buncit, dll
l) Genitalia : Mikropenis, testis tidakturun, dll
m) Kaki : Jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
2) Lakukan pengkajian perkembangan.
3) Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan
gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya
yang utama
4) Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya
trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5) Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi
obat.
6) Nutrisi tidak adekuat.
7) Penyimpangan lingkungan
8) Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9) Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,
ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
10) Abnormalitas kromosom.
11) Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,
disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12) Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet,
Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental
Retardation Adaptif Behavior Scale.
13) Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14) Tidak responsive terhadap kontak. Kontak mata buruk selama
menyusui.
15) Penurunan aktivitas spontan
16) Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17) Peka rangsang.
18) Menyusui lambat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
1. Risiko cedera d.d perubahan fungsi psikomotor
2. Gangguan interaksi sosial b.d. defisiensi bicara /hambatan perkembangan
3. Defisit perawatan diri b.d. gangguan psikologis

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017) (PPNI, 2018)
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
Risiko Cedera Tingkat Cedera Intervensi Utama:
(D.0136) (L.14136) Pencegahan Cedera
Risiko cedera (I.14537)
Setelah dilakukan
d.d perubahan Observasi a. Untuk
intervensi
fungsi a. Identifikasi area mengetahui area
keperawatan selama
psikomotor lingkungan yang lingkungan agar
.. x .. jam maka
berpotensi dapat
tingkat cedera
menyebabkan meminimalkan
menurun dengan
cedera cedera
kriteria hasil
b. Identifikasi obat b. Mencegah
yang berpotensi terjadinya cedera
a. Toleransi
menyebabkan serius
aktifitas
cedera c. Agar nyaman saat
meningkat (skor
c. Identifikasi melakukan
5)
kesesuaian alas mobilisasi
b. Nafsu makan
kali atau stoking d. Menghindari
meningkat (skor
elastis pada kegelapan dalam
5)
ekstremitas bawah melakukan
c. Toleransi
Terapeutik pergerakan
makanan
d. Sediakan dengan baik
meningkat (skor
pencahayaan yang e. Mengatur kualitas
5)
memadai tidur oleh
d. Kejadian cedera
e. Gunakan lampu hormone
menurun (skor 5)
tidur selama jam melatonin
e. Luka/lecet
tidur f. Agar pasien dan
menurun (skor 5)
f. Sosialisasikan keluarga
f. Ketegangan otot
pasien dan mengetahui dan
menurun (skor 5)
keluarga dengan bisa beradaptasi
g. Fraktur menurun
lingkungan ruang dengan
(skor 5)
rawat (mis. lingkungan ruang
h. Perdarahan
penggunaan rawat yang
menurun (skor 5) telepon, tempat sedang ditempati
i. Ekspresi wajah tidur, penerangan oleh pasien
kesakitan ruangan dan lokasi g. Mencegah
menurun (skor 5) kamar mandi) mengalami resiko
j. Agitasi menurun g. Gunakan alas cedera
(skor 5) lantai jika beresiko h. Agar pergerakan
k. Iritabilitas mengalami cedera baik dengan
menurun (skor 5) serius menggunakan
l. Gangguan h. Sediakan alas kaki alas antislip
mobilitas antislip i. Meminimalisir
menurun (skor 5) i. Sediakan pispot gerakan pasien
m. Gangguan atau urinal untuk jika tidak mampu
kognitif menurun eliminasi di tempat pergike toilet
(skor 5) tidur, Jika perlu j. Memudahkan
n. Tekanan darah j. Patikan bel memperoleh
membaik (skor panggilan dan bantuan dari
5) telepon mudah tenaga kesehatan
o. Frekuensi nadi dijangkau atau keluarga
membaik (skor k. Pertahankan k. Memudahkan
5) poosisi tempat pasien jika ingin
p. Frekuensi nafas tidur di posisi meninggalkan bed
membaik (skor terendah saat l. Mencegah
5) digunakan perpindahan bed
q. Denyut jantung l. Patikan roda atau kursi roda
apikal membaik tempat tidur atau tanpa
(skor 5) kursi roda dalam sepengetahuan
r. Denyut jantung kondisi terkunci m. Mencegah pasien
radialis membaik m. Gunakan agar tidak jatuh
(skor 5) pengaman tempat dari tempat tidur
tidur sesuai dengan n. Untuk menjaga
s. Pola kebijakan fasilitas denyut jantung
istirahat/tidur pelayanan apabila alarm
membaik (skor kesehatan berbunyi yang
5) n. Pertimbangkan berpotensi
penggunaan alarm menyebabkan
elektrik pribadi pasien jatuh
atau alarm sensor o. Mengetahui terap
pada tempat tidur yang sesuai
atau kursi dengan
o. Diskusikan kemampuan yang
mengenai terapi dimiliki pasien
fisik dan latihan p. Meyiapkan alat
yang diperlukan bantu yang
p. Diskusikan diperlukan untuk
mengenai alat memudahkan
bantu mobilitas pasien mobilisasi
yang sesuai (mis. q. Membantu pasien
tongkat atau alat untuk melewati
bantu jalan) prosedur
q. Diskusikan pengobatan
bersama anggota dengan
keluarga yang didampingi oleh
dapat keluarga pasien
mendampingi r. Mengetahui
pasien perkembangan
r. Tingkatkan yang dialami
frekuensi pasien
observasi dan s. Agar keluarga
pengawasan pasien dan pasiem
Edukasi mengetahui
s. Jelaskan alasan tujuan dan
intervensi pemahaman
pencegahan jatuh pasien membantu
ke pasien dan dalam psoses
keluarga penyembuhan
t. Anjurkan berganti t. Menghindari
posisi secara pusing dan
perlahan dan mengurangi risiko
duduk selama jatuh
beberapa menit
sebelum berdiri
Intervensi
Pendukung: Edukasi
Keamanan Anak
(I.12378)
Observasi a. Dasar
a. Identifikasi pelaksanaan
kesiapan dan intervensi
kemampuan lanjutan
menerima b. Sebagai sarana
informasi dalam melakukan
Terapeutik pendidikan
b. Sediakan materi kesehatan
dan media c. Melaksanakan
pendidikan pembelajaran
kesehatan sesuai dengan
c. Jadwalkan jadwal agar
pendidikan terencana
kesehatan sesuai d. Menambah
kesepakatan. pengetahuan
d. Berikan pasien
kesempatan untuk e. Mengurangi
bertanya resiko cedera dan
Edukasi member rasa
e. Anjurkan aman kepada
memantau anak anak saat bermain
saat berada di di tempar yag
tempat yang berisiko (mis.
beresiko (mis. Luar rumah,
Luar rumah, balkon, kolam
balkon, kolam renang)
renang) f. Mencegah anak
f. Anjurkan menutup tersengat listrik
sumber listrik yang g. Mencegah anak
dapat dijangkau tertimpa dan
g. Anjurkan tersandung
mengatur perabotan
perabotan rumah h. Mencegah cedera
tangga saat bermain dan
h. Anjurkan memilih anak aman
mainan yang dengan
sesuai dengan usia permaiannya
dan tidak bahaya i. Mencegah
i. Anjurkan perilaku
menyimpan benda keingintahuan
berbahaya (mis. (meminum dan
Pisau dan benda menggunakan
tajam lainnya) dan sebagai mainan)
cairan berbahaya yang berbahaya
(mis. Pembersih pada anak tentang
lantai dan bahan bahan
detergen) di berbahaya
tempat yang jauh j. Agar anak tetap
dari jangkauan berada pada
j. Anjurkan daerah yang aman
memberikan tapa sepengetahun
pembatas pada penjaga atau
area dapur, kamar keluarga
mandi, kolam k. Mencegah
k. Jelaskan kepada terjadinya
orang tua dan anak kecelakaan lalu
tentang bahaya lintas
lalu lintas l. Menjaga anak
l. Ajarkan agar tetap aman
penggunaan sabuk saat berkendara
pengaman saat m. Agar anak
berkendara. bersepeda dengan
m. Jelaskan keamanan amandan
bersepeda pada mencegah cedera
anak (mis. serius
menggunakan n. Agar aman karena
helm, sepeda desain yang
susuai usia) disiapkan sesuai
n. Anjurkan dengan usia anak
penggunaan dan tidak
stroller (kursi membahayakan
dorong anak), anak
kursi khusus anak o. Mengurangi ririko
dengan aman jatuh pada anak
o. Anjurkan tidak karena anak
meletakkan anak sangat aktif dalam
pada tempat tidur usianya
yang tinggi p. Agar kita
p. Ajarkan anak mengetahui kapan
tindakan yang anak mengalami
dilakukan saat perasaan bahaya
merasa dirinya dan kita dapat
dalam bahaya segera
(mis. Meminta memberikan
bantuan orang pertolongan
dewasa, berteriak,
segera berlari)
Gangguan Interaksi Sosial Intervensi Utama:
Interaksi (L.13115) Modifikasi Perilaku
Sosial (D.0118) Keterampilan Sosial
Setelah dilakukan
Gangguan (I.13483)
intervensi
interaksi sosial Observasi a. Mengetahui
keperawatan selama
b.d. defisiensi a. Identifikasi penyebab guna
.. x .. jam maka
bicara pengebab kurang melakukan
inretaksi sosial
/hambatan keterampilan intervensi
meningkat dengan
perkembangan sosial lanjutan
kriteria hasil
Tanda : b. Identifikasi fokus b. Memfokuskan
1. Merasa pelatihan penanganan
a. Perasaan
tidak keterampilan sesuai kebutuhan
nyaman dengan
nyaman sosial c. Membantu
situasi sosial
dengan Terapeutik mendorong pasien
meningkat (skor
situasi c. Motivasi untuk dalam berlatih
5)
sosial berlatih kemampuan
b. Perasaan mudah
2. Merasa keterampilan sosial
menerima atau
sulit sosial d. Membangun
mengkomunikas
menerima ikan perasaan d. Beri umpan balik motivasi dalam
atau meningkat (skor positif (mis. pujian diri pasien
mengkomu 5) atau penghargaan) e. Keluarga
nikasikan c. Responsif pada terhadap membantu dalam
perasaan orang lain kemampuan membantu
3. Kurang meningkat (skor sosialisasi penyembuhan
responsive 5) e. Libatkan keluarga pasien
atau d. Perasaan tertarik selama latihan f. Memberi
tertarik pada orang lain keterampilan pemahaman
kepada meningkat (skor sosial, jika perlu kepada pasien
orang lain 5) f. Jelaskan tujuan atau keluarga agar
4. Tidak e. Minat melatih mengetahui
berminat melakukan keterampilan tujuan pengobatan
melakukan kontak emosi sosial g. Keluarga/pasien
kontak meningkat (skor g. Jelaskan respons tekun melakukan
emosi dan 5) dan konsekuensi pengoatan
fisik f. Pengverbalisasi keterampilan h. Membantu
5. Sulit an kasih sayang sosial membangun
mengugkap meningkat (skor h. Anjurkan respon pasien
kan kasih 5) mengungkapkan terhadap dirinya
sayang g. Kontak mata perasaan atas i. Pasien dapat
6. Gejala meningkat (skor masalah yang menilai dan
cemas berat 5) dihadapi meningkatkan
7. Kontak h. Ekspresi wajah i. Anjurkan perilaku
mata responsif mengevaluasi kooperatif pasien
kurang meningkat (skor pencapaian setiap j. Membantu pasien
8. Ekspresi 5) interaksi dalam pengobatan
wajah tidak i. Kooperatif j. Edukasi keluarga dengan dukungan
responsif dalam dengan untuk dukungan keluarga
9. Tidak sebaya keterampilan k. Agar pasien
kooperatif meningkat (skor sosial mampu mengikuti
berteman 5) k. Latih keterampilan proses
dan j. Perilaku sesuai sosial secara pengobatan
bermain usia meningkat bertahap
dengan (skor 5) Intervensi
sebaya k. Gejala cemas pendukung: Promosi
10. Perilaku menurun (skor Komunikasi Efektif l. Sebagai dasar
tidak sesuai 5) (i.13491) pembuatan
usia Observasi intervensi
l. Identifikasi selanjutnya
prioritas metode m. Agar pasien dapat
komunikasi yang menyampaikan
digunakan sesuai pesan dengan
kemampuan baik dan mudah
Terapeutik dipahami
m. Fasilitasi n. Agar pasien
mengungkapkan tarbantu dalam
isi pesan dengan memahami pesan
jelas dan dapat
n. Fasilitasi berkomunikasi
penyampaian baik dengan
struktur pesan pemberi pesan
secara logis
dukung pasien dan
keluarga
menggunakan o. Agar memahami
komunikasi manfaat
efektif. melakukan
Edukasi komunikasi
o. Jelaskan perlunya p. Memudahkan
komunikasi efektif penerima pesan
p. Ajarkan menerima pesan
memformulasikan
pesan dengan tepat
Defisit Perawatan Diri Perawatan Diri
Perawatan (L.11103) (I.11348)
Diri (D.0109) Observasi a. Untuk
Setelah dilakukan
Defisit a. Identifikasi mengidentifikasi
intervensi
perawatan diri kebiasaan perawatan diri
keperawatan selama
b.d. gangguan aktivitas seusia.
.. x .. jam maka
psikologis perawatan diri b. Untuk
perawatan diri
Tanda : seusia mengetahui
meningkat dengan
1. Menolak b. Monitor tingkat tingkat
kriteria hasil
melakukan kemandirian kemandirian
perawatan c. Identifikasi pasien.
l. Kemampuan
diri kebutuhan alat c. Untuk
mandi
2. Tidak bantu kebersihan mengetahui
meningkat (5)
mampu diri,berpakaian,be kebutuhan yang
m. Kemampuan
mandi/ rhias,dan makan dibutuhkan pasien
mengenakan
mengenaka Terapeutik agar tidak keliru.
pakaian
n d. Sediakan d. Untuk
meningkat(5)
pakaian/ma lingkungan yang membuat suasana
n. Kemampuan
kan/ke terapeutik dan lingkungan
makan
toilet/ (mis.suasana nyaman dan
meningkat(5)
berhias hangat,rileks, membuat pasien
o. Kemampuan ke
secara privasi) lebih tenang
toilet
mandiri e. Siapkan menghadapi
(BAB/BAK)
3. Minat keperluan pribadi masalahnya.
meningkat (5)
melakukan (mis.parfum, sikat e. Untuk
p. Melakukan
perawatan gigi, dan sabun mengetahui
perawatan diri
diri kurang meningkat (5) mandi) keperluan dari
q. Minat f. Dampingi dalam pasien.
melakukan melakukan f. Untuk
perawatan diri perawatan diri membantu pasien
meningkat (5) sampai mandiri dalam melakukan
r. Mempertahanka g. Fasilitasi perawatan diri.
n kebersihan kemandirian, g. Untuk
diri meningkat bantu jika tidak memfasilitasi
(5) mampu kebutuhan pasien,
s. Mempertahanka melakukan agar pasien dapat
n kebersihan perawatan diri memenuhi
mulut h. Jadwalkan kebutuhannya
meningkat rutinitas secara mandiri.
(5) perawatan diri h. Untuk
Edukasi membuat pasien
i. Anjurkan terbiasa dengan
melakukan jadwal dan
perawatan diri rutinitas kegiatan
secara konsisten sehari hari dalam
sesuai perawatan diri.
kemampuan i. Memb
Intervensi antu pasien agar
Pendukung: dapat mencapai
Dukungan hasil dengan baik
Tanggung Jawab sesuai kemampuan
Pada Diri sendiri
(i.09277)
Observasi
j. Identifikasi
persepsi tentang
masalah
kesehatan
monitor j. Menyu
pelaksanaan sun rencana
tanggung jawab pengobatan
Terapeutik tentang persepsi
k. Berikan tentang masalah
kesempatan kesehatan monitor
merasakan pelaksanaan
memiliki tanggung jawab
tanggung jawab k. Agar
l. Tingkatkan rasa pasien mampu
tanggung jawab bertanggung
atas perilaku jawab, minimal
sendiri pada diri sendiri
m. Hindari berdebat l. Agar
dan tawar- pasien mampu
menawar tentang mempertanggung
perannya di ruang jawabkan segala
perawatan perilakunya
n. Berikan m. Meng
penguatan dan urangi stressor
umpan balik yang dirasakan
positif jika oleh pasien
melaksanakan n. Menin
tanggung jawab gatkan motivasi
atau mengubah dengan
perilaku memberikan
Edukasi umpan balik
o. Diskusikan positif terhadap
tanggung jawab perilakunya
terhadap profesi
memberi asuhan o. Agar
p. Diskusikan mengetahui
konsekuensi tidak tanggung jawab
melaksanakan apa yang
tanggung jawab. seharusnya dapat
dikerjakan sesuai
dengan tingkat
usianya
p. Agar
pasien dapat
terpacu untuk
selalu bertanggung
jawab

DAFTAR PUSTAKA

Muhith, abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Berita
Ilmu Keperawatan.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta. Practice Nurse.
Scharfstein, M., & Gaurf. (2013). Hubungan Mekanisme Koping Dengan Pola Asuh
Orang Tua Anak Retardasi Mental. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Sularyo, T. S., & Kadim, M. (2016a). Retardasi Mental. Sari Pediatri.


https://doi.org/10.14238/sp2.3.2000.170-7

Sularyo, T. S., & Kadim, M. (2016b). Retardasi Mental. Sari Pediatri, 2(3), 170.
https://doi.org/10.14238/sp2.3.2000.170-7

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Journal of
Chemical Information and Modeling.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.

Yanto, H. A. (2013). Laporan Pendahuluan Retardasi Mental.

Anda mungkin juga menyukai