Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk


darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk
mengetahui tentang leukemia,  kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang
normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari
cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel
darah.  Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah
putih, dan keping-keping darah.

Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak


penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria
dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum
diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. 

Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk


/tahun ( Wilson, 1991 ) . Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per
100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per
200.000 penduduk pertahun. Sedang di Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar
2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun ( Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998 )

Jumlah penderita penyakit kanker di Indonesia belum diketahui secara


pasti, tetapi peningkatan dari tahun ke tahun dapat dibuktikan sebagai salah
satu penyebab kematian. Hanya beberapa penyakit kanker yang dapat diobati
secara memuaskan, terutama jika diobati saat masih stadium dini.

1
Keberhasilan pengobatan sangat ditentukan oleh jenis kanker, stadium kanker,
keadaan umum penderita, dan usaha penderita untuk sembuh.

Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK


Unair selama bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus
leukemia akut dari 33 penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL
( 40% ) dan 15 orang menderita AML (60 %) ( Boediwarsono, 1998 ).
Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai Leukemia maka penulis
berpendapat bahwa leukemia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya
kanker pada alat pembentuk darah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Defenisi Leukimia?
2. Bagaimana Patofisiologi Leukimia?
3. Bagaimana Etiologi dan Faktor Resiko Leukimia?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Leukimia?
5. Bagaimana Penatalaksanaan dan Pengobatan Leukimia?
6. Bagaimana Pencegahan Leukimia?
7. Bagaimana membuat Asuhan Keperawatan Leukimia?
8. Bagaimana Kasus dengan Asuhan Keperawatan Leukimia?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan


leukemia
2. Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
3. Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
4. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami
leukemia

2
5. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
6. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
7. Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan
aplikasi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
8. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami penyakit leukemia

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFENISI

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal
(Smeltzer, 2002).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dar i sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat


bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang
sumsum adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum
menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar
sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh darah.
Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis
memiliki fungsi khusus:

4
1. Sel darah putih membantu melawan infeksi
2. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
3. Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol
perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa dan nodus limfatikus,
dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointesinal, ginjal dan kulit.

Jenis-jenis Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi
ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi.

2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit
ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.
Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih
ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.

3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)


LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi
pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak

5
insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi
limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

4. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)


LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai
70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

B. PATOFISIOLOGI

6
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar


karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
1.    Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia
(benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2.    Faktor endogen seperti ras
3.    Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1.    Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
2.    Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker
sebelumnya
3.    Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4.    Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5.    Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6.    Kelainan kromosom

Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan
struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen
dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di
permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan
dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini
diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga
sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.

7
D. TANDA DAN GEJALA

            Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara


penderita, namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas
cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam
tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi
pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi
dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita
akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah
lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya
tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita
Leukemia, sel darahputih yang diterbentuk adalah tidak normal
(abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si
penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan
sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan
putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari
sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala
leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati
dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh
ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya
nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar
mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah
lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas
menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan
menyebabkan pembengkakan.

8
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan
gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka
harus segera mendapatkan pertolongan medis.

Gejala umum Leukemia adalah :


1. Demam dan berkeringat pada malam hari
2. Sering mengalami infeksi
3. Kelelahan dan lemas
4. Sakit kepala
5. Pendarahan, misalnya gusi berdarah, lebam kebiruan pada kulit, dan
bintik merah di bawah kulit.
6. Nyeri tulang atau persendian
7. Berat badan turun secara drastis
8. Rasa tidak nyaman di dada dikarenakan pembesaran pembuluh darah
9. Pembengkakan kelenjar limpa, terutama di ketiak dan leher

E. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN

1. Pemeriksaan bakteriologis. Ini terutama untuk menentukan adanya tipe


mikroorganisme yang ada sehingga dapat dibasmi. Tujuannya adalah
mendapat lingkuangan yang bebas pathogen karena anak akan
mendapatkan obat imunosupresi dan ketahanan terhadap infeksi rendah.

2.   Tindakan umum:


a. Antibiotika untuk mengobati infeksi, diberikan antibiotika spectrum
lebar dalam  kombinasi dengan obat- obatan seperti gentamisin.
b. Obat antijamur, misalnya nistanin diberikan untuk mencegah infeksi
jamur sementara anak menerima antibiotika.
c. Transfusi darah penuh segar atau paket trombosit konsentrat jika
ditemukan trombositopenia. Transfuse darah biasanya diberikan jika
kadar Hb kurang dari 6gr%. Pada trombositopenia yang berat dan

9
perdarahan masih dapat diberikan transfuse trombosit dan bila tanda-
tanda DIC dapat diberikan heparin.
d. Transplantasi sumsum tulang

3. Program terapi
Terapi yang umum diberikan pada penderita Leukemia adalah :
a. Kemoterapi
Dapat diberikan melalui mulut, kateter yang dipasang di antara
dada dan leher, injeksi intravena, atau bahkan injeksi langsung ke
cairan serebrospinal (cairan yang berada di luar pembuluh darah utama
otak). Hal ini dilakukan jika injeksi intravena tidak dapat menjangkau
cairan serebrospinal karena terhambat dinding pembuluh darah otak.
Penderita menjalani kemoterapi dalam siklus tertentu, misalnya dalam
periode penyembuhan dan periode pemulihan. Kemoterapi dapat
dilakukan dengan opname atau rawat jalan di rumah.
b. Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel kanker. Radiasi dapat dilakukan dengan mesin langsung pada organ
yang diserang, misalnya pada pembuluh darah, otak, atau ke seluruh
tubuh.
c. Transplantasi sel induk (stem cell)
Metode ini ditempuh dengan pengobatan berdosis tinggi dan
radiasi yang bertujuan untuk membunuh sel kanker dan sel normal
yang diproduksi di sumsum tulang. Setelah semua sel induk hilang,
maka sumsum tulang ditransplantasikan melalui sebuah pipa di
pembuluh darah vena yang menembus ke tulang belakang di leher atau
dada penderita.
d. Perawatan dan pengobatan kanker seringkali menimbulkan efek
samping yang spesifik sesuai dengan tipe terapinya dan tingkat
keparahan kanker yang diderita. Umumnya, perawatan kanker memang
selalu menimbulkan efek samping dikarenakan banyak jaringan yang

10
mati karena pengobatan. Sebagai tambahan, penderita kanker juga
perlu mendapatkan perawatan untuk mengatasi rasa sakit yang
ditimbulkan akibat pengobatan dan juga konsultasi emosi selama
menjalani perawatan. Perawatan ini disebut dengan perawatan paliatif
dan support care.

Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata,


1996) yaitu
Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
a. Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
b. Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

4. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai
5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
b. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi.
c. Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
d. Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi
e. fase Pelaksanaan Kemoterapi:
f. Fase Induksi

11
g. Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.
h. Fase profilaksis sistem saraf pusat
i. Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan
hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia
ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
j. Konsolidasi
k. Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi
supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau
dosis obat dikurangi.

5. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam
tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya
dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus

12
F. PENCEGAHAN

1. Pencegahan Primer
             Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif
Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan
pasien yang penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi.
Untuk petugas radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan
baju khusus anti radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan
pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan
memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin
sesuai kebutuhan klinis.

b. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia


Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar
dengan benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat
dilakukan dengan memberikan pengetahuan atau informasi
mengenai bahan-bahan karsinogen agar pekerja dapat bekerja
dengan hati-hati. Hindari paparan langsung terhadap zat-zat kimia
tersebut.

c. Mengurangi frekuensi merokok


Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat
agar dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat
kasus LMA disebabkan oleh merokok. Dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok yang bisa
menyebabkan kanker termasuk leukemia (LMA).

13
d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan
menikah. Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-
masing calon mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau
salah satu dari pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga
yang menderita sindrom Down atau kelainan gen lainnya,
dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi. Jadi pasangan
tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.

  2. Pencegahan Sekunder
          Pencegahan Sekunder ditujukan untuk membatasi atau
menghalangi perkembangan kemampuan, kondisi, atau gangguan sehingga
tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.
Untuk penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh
tenaga medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan yang
diberikan yaitu perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas
hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit. Selain itu
perbaikan di bidang psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari
orang-orang terdekat juga diperlukan.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LEUKIMIA

A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV ( Tanda-Tanda Vital/ Vital Sign)
1) TB : 160 cm
2) BB : 45 kg
3) RR : 26 x /menit
4) TD : 90/60 mmHg
5) Suhu : 36,5

b. Pemeriksaan Head to Toe


1) Pemeriksaan Kepala
a) Inspeksi:
i. Bentuk: simetris
ii. Rambut: warna rambut hitam tetapi kasar,
penyebaran merata, tidak terdapat ketombe.
b) Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan

2) Pemeriksaan Mata
a) Inspeksi:
i. Palpebra : simetrisan kiri dan kanan
ii. Konjungtiva : anemis
iii. Skelera : tidak ikterik

3) Pemeriksaan Hidung
a) Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak dapat
kelainan, tidak ada polip maupun peradangan, tidak sekret.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

15
4) Pemeriksaan Mulut
a) Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah-
pecah, gusi berdarah.

5) Pemeriksaan Telinga
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam
batas normal.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran
normal

6) Pemeriksaan Leher
a) Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
b) Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjar
tiroid, JVP, normalnya 5-2.

7) Pemeriksaan Thorak
a) Jantung
i. Inspeksi : iktus terlihat
ii. Palpasi : iktus teraba
iii. Perkusi : redup
iv. Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2
normal

b) Paru-paru
i. Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat
inspirasi dan eksperasi
ii. Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri
dan kanan.
iii. Perkusi : sonor
iv. Auskultasi : bunyi nafas vesikuler

16
8) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas
operasi.
b) Auskultasi : bising usus normal 15x/menit.
c) Palpasi : terdapat nyeri tekan dan hepar akan teraba.
d) Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah
abdomen

9) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : tangan kanan terpasang infus,
pergerakan lemah, reflek bisep dan trisep baik. Terdapat
memar dan bercak-bercak hitam kebiruan ditangan kiri.
b) Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya
baik, nyeri di persendian dan tulang.

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
1) Hemoglobin    : 8 gram / dl (rendah)
2) Leukosit          : 8.000 / mm3 (normal)
3) Trombosit          : 11.000 / mm3 (rendah)

3. Anamnesa
a. Riwayat Penyakit
Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa anemia.
Klien  sering merasa lemas dan lesu disaat bekerja dan serta pernah
pingsan saat bekerja. Klien juga mengatakan sebelumnya tidak pernah
menderita penyakit ginjal, DM, dan hipertensi.

b. Nilai dan Kepercayaan


Ny. S adalah seorang muslim. Setiap harinya klien sangat
rajin shalat, tidak pernah meninggalkan shalat meskipun klien

17
sedang sakit sekarang. Walupun klien cemas penyakitnya tidak
sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen semakin rajin shalat dan
memohon kesembuhan pada Allah SWT. 

c. Persepsi diri-Konsep diri


Ny. S mengaku mengalami penurunan nafsu makan  sering
mual dan muntah, badan terasa lemah sehingga  membuat klien
merasa gelisah, cemas dan takut yang berlebihan, bahwa
penyakitnya tidak akan sembuh. Padahal klien berharap
penyakitnya bisa sembuh, karena klien merupakan seorang istri
yang membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan
kerluarganya.

4. Analisa Data
a. Data Subjektif
1) Klien mengeluh badannya terasa lemah
2) Klien mengaku nafasnya sesak.
3) Klien mengaku aktivitasnya menurun
4) Klien mengaku nyeri di persendiaan dan abdomen.
5) Klien mengaku tidak nyam saat beraktivitas
6) Klien mengeluh cepat merasa lelah saat beraktivitas
7) Klien mengaku sering pusing
8) Klien merasa cemas dengan keadaannya.

b. Data Objektif
1) TD : 90/60 mmHg
2) Nadi : 100x/menit
3) Suhu : 37 0C
4) RR : 26 x / menit
5) BB : 45 Kg

18
6) TB : 160 cm
7) BMI : 17,6
8) Hb : 8 gr/dl
9) Klien kelihatan kurus
10) Rambut klien terasa kasar
11) Konjungtiva anemis
12) Wajah klien tampak pucat

B. DIAGNOSA
a. Resiko infeksi sehubungan dengan ketidakefektifan sistem imun
b. Intoleran aktivitas sehubungan dengan gangguan transpor oksigen
skunder terhadap berkurangnya jumlah sel darah merah.
c. Resiko injury sehubungan dengan ketidakadekuatan faktor pembeku
(platelet).
d. Kecemasan sehubungan dengan ketidakadekuatan  dengan diagnosa
baru dan rencana perawatan.

C. PERENCANAAN
1. Mencegah terjadinya Infeksi dengan diberikan antibiotik.
2. Meningkatkan aktivitas dan pemberian zat besi agar bertambahnya sel
darah merah.
3. Mencegah injury yang berkelanjutan
4. Mengurangi terjadinya kecemasan

D. IMPLEMENTASI
1. Pasien telah meminum antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Pasien telah melakukan aktivitas dan meminum zat besi 2x sehari
untuk menambah sel darah merah
3. Pasien telah melakukan gerakan perubahan agar injury tidak terjadi

19
4. Orang tua ikut serta dalam perencaan agar pasien mengurangi rasa
kecemasan.

E. EVALUASI
1. Setelah pasien melaksanaan perencanaan, resiko infeksi terhadap
sistem imun diharapkan tidak terjadi.
2. Dengan diberikannya zat besi terhadap pasien, jumlah sel darah merah
pasien kembali normal.
3. Pasien telah melakukan perubahan pergerakan sehingga mencegah
injury yang berkelanjutan.
4. Orangtua ikut serta dalam menangani kecemasan pasien sehingga
pasien merasa tenang.

20
BAB IV
KASUS LEUKIMIA

Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013


dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien
pingsan setelah beberapa saat , sampai ke tempat klien bekerja dan di bawa ke
rumah sakit RSUD Payakumbuh. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium
didapat Hb 8 gr/dl, trombosit 11.000 /mm 3 , leukosit 8.000 / mm3. Sehingga
mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab
tidak menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3 hari dirawat klien dirujuk
ke RSUP M. Djamil untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan rawatan
lebih lanjut.

A. DATA KLINIS

Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : DIII radioteraphy
Pekerjaan : PNS diinstitusi kesehatan bagian radiologi
Alamat : Jln. Gajah V, No. 16 A, Padang
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
Penanggung Jawab : TN. ab (suami)
TB : 160 cm
BB : 45kg
Datang ke RS : 11 januari 2013
Ruang : UGD
No. Registrasi : 804548

21
Alasan masuk rumah sakit :
Ny. S masuk rumah sakit M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas sejak
4 hari yang lalu dan badan terasa lemah, sebelumnya klien pingsan di temapt
kerja.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ny. S ( 25th ) datang ke UGD RS M Djamil Padang dengan
keluhan badan terasa lemas, sering pingsan dan sesak nafas
sejak 4 hari yang lalu. Tanda – tanda vital Ny. S, RR= 26
x/menit, HR = 100 x/menit, suhu = 37 0 C, TD = 90/60
mmHg. Saat pengkajian klien mengaku, nafsu makannya
menurun, terkadang mual dan muntah. Selain itu klien juga
mengaku ada merasakan nyeri tulang. Klien tampak pucat.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa
anemia. Klien  sering merasa lemas dan lesu disaat bekerja
dan serta pernah pingsan saat bekerja. Klien juga
mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit
ginjal, DM, dan hipertensi.
3) Riwayat kesehatan keluarga 
Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. S tidak
ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien,
namun klien memiliki kembaran dan sudah meninggal 5
tahun yang lalu akibat kecelakaan.

22
C. ANALISA DATA

Perumusan NANDA,NOC,NIC sesuai kasus

No NANDA NOC NIC


.
1. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
b.d kelemahan Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan:
umum (anemia) mampu          Kolaborasi
untuk dengan
menormalkan: terapis dalam merncanakan
         Denyut nadi ketika dan memonitor program
beraktivitas aktivitas
         Laju          Tingkatkan
pernapasan komitmen
ketika beraktivitas pasien dalam beraktivitas
         Tekanan          Bantu
darah mengekplorasi
sistolik aktivitas yang bemanfaat
         Tekanan darah bagi pasien
diastolic          Bantu mengidentifikasi
         Kekuatan tubuh sumberdaya yang dimiliki
atas dalam beraktivitas
         Kekuatan          Bantu
tubuh pasien/keluarga
bawah dalam beradaptasi dengan
Daya tahan lingkungan
Klien          Bantu
diharapkan menyusun
mampu untuk aktivitas fisik
menormalkan:          Pastikan lingkungan
         Kinerja dari aman untuk pergerakan otot
rutinitas          Jelaskan aktivitas
         Aktivitas motorik untuk
         Konsentrasi meningkatkan tonus otot
         Kepulihan energy
         Berikan reinforcemen
setelah beraktivitas positif selama beraktivitas

23
         Tingkat           Monitor
oksigen respon
darah emosional, fisik, sosial dan
spiritual
Tingkat kegelisahan
Klien diharapkan Manajemen energy
mampu untuk Intervensi  yang dilakukan
menormalkan:          Tentukan pembatasan
         Nyeri aktivitas fisik pasien
         Cemas          Jelaskan tanda yang
         Mengerang menyebabkan kelemahan
         Stress          Jelaskan penyebab
         Takut kelemahan
         Kegelisahan          Jelaskan apa dan
         Nyeri otot bagaimana aktivitas yang
         Meringis dibutuhkan untuk
         Sesak nafas membangun energi
         Mual          Monitor intake nutrisi
         Muntah yang adekuat
         Monitor respon
kardiorespirasi selama
aktivitas
         Monitor pola tidur
         Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
         Batasi stimulus
lingkungan
         Anjurkan bedrest
         Lakukan ROM
aktif/pasif
         Bantu pasien membuat
jadwal istirahat

24
         Monitor efek obat
stimulan dan depresan
         Monitor respon
oksigenasi pasien

2. Resiko perdarahan Pembekuan darah Pencegahan perdarahan


b.d Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan :
trombositopenia mampu menormalkan          Monitor
: kemungkinan
         Gumpalan terjadinya perdarahan pada
pembentukan pasien
         Waktu protrombin         Catat kadar HB dan Ht
         Hb setelah pasien mengalami
         Perdarahan kehilangan banyak darah
         Memar          Pantau gejala dan tanda
         Petechiae timbulnya perdarahan yang
berkelanjutan 9cek sekresi
pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari
perawat)
         Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt),
waktu paruh tromboplastin
(PTT), fibrinogen, degradasi
fibrin, dan kadar platelet
dalam darah)
         Pantau tanda-tanda
vital, osmotic, termasuk TD
         Atur pasien agar pasien
tetap bed rest juka masih
ada indikasi pendarahan
         Atur kepatenan/

25
kualitas produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
         Lindungai pasien dari
hal-hal yang menimbulkan
trauma dan bias
menimbulkan perdarahan
         Jangan lakukan injeksi
         Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien
         Gunakan alat ukur
elektrik yang memiliki
pinggiran tepi saat pasien
mencukur
         Hindari tindakan
invasive
         Cegah memasukkan
sesuatu kedalam lubang
daerah yang mengalami
perdarahan
         Hindari pengukuran
suhu secar rectal
         Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
         Instruksikan pasien
untuk menghindari/
menjauhi aspirasi atau anti
koagulan yang lain
         Instruksikan pasien
untuk menghindar aspirin/

26
antikoagulan yang lain
         Instruksikan pasien
untuk emngkonsumsi
makanan yang mengandung
vit K
         Cegah terjadi konstipasi
         Ajarkan pasien dan
keluarga untuk mengenali
tanda-gejala terjadinya
perdarahan dan tindakan
pertama untuk penanganan
selama perdarahan
berlangsung

3. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:


nutrisi kurang dari Klien diharapkan Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh mampu untuk          Anjurkan asupan kalori
b.d faktor biologis menormalkan: yang sesuai dengan
(anoreksia)          Pemasukan nutrisi kebutuhan dan gaya hidup.
         Pemasukan          Kontrol asupan nutrisi
makanan dan kalori.
         Pemasukan cairan         Anjurkan kepada klien
         Energy untuk mengkonsumsi nutrisi
         Berat badan yang cukup.
         Tonus otot Pengontrolan nutrisi
         Hidrasi Intervensi yang dilakukuan:
         Tanyakan apakah
Nafsu makan pasien mempunyai alergi
Klien diharapkan terhadap makanan
mampu untuk          Tentukan makanan
menormalkan: pilihan pasien

27
         Menyeimbangkan         Tentukan jumlah kalori
nafsu makan dan jenis zat makanan yang
         Menyeimbangkan diperlukan untuk memenuhi
Pasokan cairan tubuh nutrisi, ketika berkolaborasi
         Menyeimbangkan dengan ahli makanan, jika
Pasokan nutrisi tubuh diperlukan
Weight gain behavior         Tunjukkan intake kalori
: yang tepat sesuai tipe tubuh
Klien diharapkan dan gaya hidup
mampu :          Timbang berat badan
         Mengidentifikasi pasien pad jarak waktu yang
penyebab kehilangan tepat
berat badan Terapi Nutrisi
         Memilih sebuah Intervensi yang dilakukan :
target sehat berat          Monitor pemasukan
badan. cairan dan makanan dan
         Mengidentifikasi menghitung pemasukan
pemasukan kalori kalori sehari-hari
         Memilihara suplai         Bantu pasien
nutrisi makanan dan membentuk posisi duduk
minuman yg adekuat yang benar sebelum makan.
         Meningkatkan          Ajarkan pasien dan
nafsu makan kelurga tentang memilih
makanan

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

28
  Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang
sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga
type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh
melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam
tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan
darah).
            Sel darah putih berasal dari sel stem di sumsum tulang. Leukemia
terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali
kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari
pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas.
Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat
dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal dan otak.

B. SARAN

  Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu
dalam proses, Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dan penyusunan
makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
   
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

29
Reny Yuli Aspiani. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan system Cardiovasculer. Aplikasi NANDA, NIC dan
NOC. Edisi 1, untuk kalangan sendiri. EGC.

Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan


pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba
Medika

Price, Sylvia A. dan Lorraine M.Wilson. 1994. Patofisiologi-Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit Buku 1 Edisi 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah vol 2. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardivaskular dan Hematologi. 2009. Jakarta. Salemba Medika.

Long Barbara. C. 1997. Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3. Bandung: Yayasan


Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.

30

Anda mungkin juga menyukai