PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Keberhasilan pengobatan sangat ditentukan oleh jenis kanker, stadium kanker,
keadaan umum penderita, dan usaha penderita untuk sembuh.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Defenisi Leukimia?
2. Bagaimana Patofisiologi Leukimia?
3. Bagaimana Etiologi dan Faktor Resiko Leukimia?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Leukimia?
5. Bagaimana Penatalaksanaan dan Pengobatan Leukimia?
6. Bagaimana Pencegahan Leukimia?
7. Bagaimana membuat Asuhan Keperawatan Leukimia?
8. Bagaimana Kasus dengan Asuhan Keperawatan Leukimia?
C. TUJUAN PENULISAN
2
5. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
6. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
7. Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan
aplikasi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
8. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami penyakit leukemia
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal
(Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dar i sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
4
1. Sel darah putih membantu melawan infeksi
2. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
3. Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol
perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa dan nodus limfatikus,
dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Jenis-jenis Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi
ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit
ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.
Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih
ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
5
insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi
limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
B. PATOFISIOLOGI
6
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan
struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen
dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di
permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan
dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini
diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga
sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
7
D. TANDA DAN GEJALA
8
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan
gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka
harus segera mendapatkan pertolongan medis.
9
perdarahan masih dapat diberikan transfuse trombosit dan bila tanda-
tanda DIC dapat diberikan heparin.
d. Transplantasi sumsum tulang
3. Program terapi
Terapi yang umum diberikan pada penderita Leukemia adalah :
a. Kemoterapi
Dapat diberikan melalui mulut, kateter yang dipasang di antara
dada dan leher, injeksi intravena, atau bahkan injeksi langsung ke
cairan serebrospinal (cairan yang berada di luar pembuluh darah utama
otak). Hal ini dilakukan jika injeksi intravena tidak dapat menjangkau
cairan serebrospinal karena terhambat dinding pembuluh darah otak.
Penderita menjalani kemoterapi dalam siklus tertentu, misalnya dalam
periode penyembuhan dan periode pemulihan. Kemoterapi dapat
dilakukan dengan opname atau rawat jalan di rumah.
b. Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel kanker. Radiasi dapat dilakukan dengan mesin langsung pada organ
yang diserang, misalnya pada pembuluh darah, otak, atau ke seluruh
tubuh.
c. Transplantasi sel induk (stem cell)
Metode ini ditempuh dengan pengobatan berdosis tinggi dan
radiasi yang bertujuan untuk membunuh sel kanker dan sel normal
yang diproduksi di sumsum tulang. Setelah semua sel induk hilang,
maka sumsum tulang ditransplantasikan melalui sebuah pipa di
pembuluh darah vena yang menembus ke tulang belakang di leher atau
dada penderita.
d. Perawatan dan pengobatan kanker seringkali menimbulkan efek
samping yang spesifik sesuai dengan tipe terapinya dan tingkat
keparahan kanker yang diderita. Umumnya, perawatan kanker memang
selalu menimbulkan efek samping dikarenakan banyak jaringan yang
10
mati karena pengobatan. Sebagai tambahan, penderita kanker juga
perlu mendapatkan perawatan untuk mengatasi rasa sakit yang
ditimbulkan akibat pengobatan dan juga konsultasi emosi selama
menjalani perawatan. Perawatan ini disebut dengan perawatan paliatif
dan support care.
4. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai
5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
b. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi.
c. Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
d. Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi
e. fase Pelaksanaan Kemoterapi:
f. Fase Induksi
11
g. Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.
h. Fase profilaksis sistem saraf pusat
i. Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan
hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia
ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
j. Konsolidasi
k. Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi
supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau
dosis obat dikurangi.
5. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam
tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya
dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus
12
F. PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif
Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan
pasien yang penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi.
Untuk petugas radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan
baju khusus anti radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan
pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan
memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin
sesuai kebutuhan klinis.
13
d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan
menikah. Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-
masing calon mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau
salah satu dari pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga
yang menderita sindrom Down atau kelainan gen lainnya,
dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi. Jadi pasangan
tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder ditujukan untuk membatasi atau
menghalangi perkembangan kemampuan, kondisi, atau gangguan sehingga
tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.
Untuk penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh
tenaga medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan yang
diberikan yaitu perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas
hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit. Selain itu
perbaikan di bidang psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari
orang-orang terdekat juga diperlukan.
14
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV ( Tanda-Tanda Vital/ Vital Sign)
1) TB : 160 cm
2) BB : 45 kg
3) RR : 26 x /menit
4) TD : 90/60 mmHg
5) Suhu : 36,5
2) Pemeriksaan Mata
a) Inspeksi:
i. Palpebra : simetrisan kiri dan kanan
ii. Konjungtiva : anemis
iii. Skelera : tidak ikterik
3) Pemeriksaan Hidung
a) Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak dapat
kelainan, tidak ada polip maupun peradangan, tidak sekret.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
15
4) Pemeriksaan Mulut
a) Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah-
pecah, gusi berdarah.
5) Pemeriksaan Telinga
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam
batas normal.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran
normal
6) Pemeriksaan Leher
a) Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
b) Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjar
tiroid, JVP, normalnya 5-2.
7) Pemeriksaan Thorak
a) Jantung
i. Inspeksi : iktus terlihat
ii. Palpasi : iktus teraba
iii. Perkusi : redup
iv. Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2
normal
b) Paru-paru
i. Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat
inspirasi dan eksperasi
ii. Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri
dan kanan.
iii. Perkusi : sonor
iv. Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
16
8) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas
operasi.
b) Auskultasi : bising usus normal 15x/menit.
c) Palpasi : terdapat nyeri tekan dan hepar akan teraba.
d) Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah
abdomen
9) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : tangan kanan terpasang infus,
pergerakan lemah, reflek bisep dan trisep baik. Terdapat
memar dan bercak-bercak hitam kebiruan ditangan kiri.
b) Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya
baik, nyeri di persendian dan tulang.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
1) Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)
2) Leukosit : 8.000 / mm3 (normal)
3) Trombosit : 11.000 / mm3 (rendah)
3. Anamnesa
a. Riwayat Penyakit
Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa anemia.
Klien sering merasa lemas dan lesu disaat bekerja dan serta pernah
pingsan saat bekerja. Klien juga mengatakan sebelumnya tidak pernah
menderita penyakit ginjal, DM, dan hipertensi.
17
sedang sakit sekarang. Walupun klien cemas penyakitnya tidak
sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen semakin rajin shalat dan
memohon kesembuhan pada Allah SWT.
4. Analisa Data
a. Data Subjektif
1) Klien mengeluh badannya terasa lemah
2) Klien mengaku nafasnya sesak.
3) Klien mengaku aktivitasnya menurun
4) Klien mengaku nyeri di persendiaan dan abdomen.
5) Klien mengaku tidak nyam saat beraktivitas
6) Klien mengeluh cepat merasa lelah saat beraktivitas
7) Klien mengaku sering pusing
8) Klien merasa cemas dengan keadaannya.
b. Data Objektif
1) TD : 90/60 mmHg
2) Nadi : 100x/menit
3) Suhu : 37 0C
4) RR : 26 x / menit
5) BB : 45 Kg
18
6) TB : 160 cm
7) BMI : 17,6
8) Hb : 8 gr/dl
9) Klien kelihatan kurus
10) Rambut klien terasa kasar
11) Konjungtiva anemis
12) Wajah klien tampak pucat
B. DIAGNOSA
a. Resiko infeksi sehubungan dengan ketidakefektifan sistem imun
b. Intoleran aktivitas sehubungan dengan gangguan transpor oksigen
skunder terhadap berkurangnya jumlah sel darah merah.
c. Resiko injury sehubungan dengan ketidakadekuatan faktor pembeku
(platelet).
d. Kecemasan sehubungan dengan ketidakadekuatan dengan diagnosa
baru dan rencana perawatan.
C. PERENCANAAN
1. Mencegah terjadinya Infeksi dengan diberikan antibiotik.
2. Meningkatkan aktivitas dan pemberian zat besi agar bertambahnya sel
darah merah.
3. Mencegah injury yang berkelanjutan
4. Mengurangi terjadinya kecemasan
D. IMPLEMENTASI
1. Pasien telah meminum antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Pasien telah melakukan aktivitas dan meminum zat besi 2x sehari
untuk menambah sel darah merah
3. Pasien telah melakukan gerakan perubahan agar injury tidak terjadi
19
4. Orang tua ikut serta dalam perencaan agar pasien mengurangi rasa
kecemasan.
E. EVALUASI
1. Setelah pasien melaksanaan perencanaan, resiko infeksi terhadap
sistem imun diharapkan tidak terjadi.
2. Dengan diberikannya zat besi terhadap pasien, jumlah sel darah merah
pasien kembali normal.
3. Pasien telah melakukan perubahan pergerakan sehingga mencegah
injury yang berkelanjutan.
4. Orangtua ikut serta dalam menangani kecemasan pasien sehingga
pasien merasa tenang.
20
BAB IV
KASUS LEUKIMIA
A. DATA KLINIS
Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : DIII radioteraphy
Pekerjaan : PNS diinstitusi kesehatan bagian radiologi
Alamat : Jln. Gajah V, No. 16 A, Padang
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
Penanggung Jawab : TN. ab (suami)
TB : 160 cm
BB : 45kg
Datang ke RS : 11 januari 2013
Ruang : UGD
No. Registrasi : 804548
21
Alasan masuk rumah sakit :
Ny. S masuk rumah sakit M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas sejak
4 hari yang lalu dan badan terasa lemah, sebelumnya klien pingsan di temapt
kerja.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ny. S ( 25th ) datang ke UGD RS M Djamil Padang dengan
keluhan badan terasa lemas, sering pingsan dan sesak nafas
sejak 4 hari yang lalu. Tanda – tanda vital Ny. S, RR= 26
x/menit, HR = 100 x/menit, suhu = 37 0 C, TD = 90/60
mmHg. Saat pengkajian klien mengaku, nafsu makannya
menurun, terkadang mual dan muntah. Selain itu klien juga
mengaku ada merasakan nyeri tulang. Klien tampak pucat.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa
anemia. Klien sering merasa lemas dan lesu disaat bekerja
dan serta pernah pingsan saat bekerja. Klien juga
mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit
ginjal, DM, dan hipertensi.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. S tidak
ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien,
namun klien memiliki kembaran dan sudah meninggal 5
tahun yang lalu akibat kecelakaan.
22
C. ANALISA DATA
23
Tingkat Monitor
oksigen respon
darah emosional, fisik, sosial dan
spiritual
Tingkat kegelisahan
Klien diharapkan Manajemen energy
mampu untuk Intervensi yang dilakukan
menormalkan: Tentukan pembatasan
Nyeri aktivitas fisik pasien
Cemas Jelaskan tanda yang
Mengerang menyebabkan kelemahan
Stress Jelaskan penyebab
Takut kelemahan
Kegelisahan Jelaskan apa dan
Nyeri otot bagaimana aktivitas yang
Meringis dibutuhkan untuk
Sesak nafas membangun energi
Mual Monitor intake nutrisi
Muntah yang adekuat
Monitor respon
kardiorespirasi selama
aktivitas
Monitor pola tidur
Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus
lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM
aktif/pasif
Bantu pasien membuat
jadwal istirahat
24
Monitor efek obat
stimulan dan depresan
Monitor respon
oksigenasi pasien
25
kualitas produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
Lindungai pasien dari
hal-hal yang menimbulkan
trauma dan bias
menimbulkan perdarahan
Jangan lakukan injeksi
Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien
Gunakan alat ukur
elektrik yang memiliki
pinggiran tepi saat pasien
mencukur
Hindari tindakan
invasive
Cegah memasukkan
sesuatu kedalam lubang
daerah yang mengalami
perdarahan
Hindari pengukuran
suhu secar rectal
Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
Instruksikan pasien
untuk menghindari/
menjauhi aspirasi atau anti
koagulan yang lain
Instruksikan pasien
untuk menghindar aspirin/
26
antikoagulan yang lain
Instruksikan pasien
untuk emngkonsumsi
makanan yang mengandung
vit K
Cegah terjadi konstipasi
Ajarkan pasien dan
keluarga untuk mengenali
tanda-gejala terjadinya
perdarahan dan tindakan
pertama untuk penanganan
selama perdarahan
berlangsung
27
Menyeimbangkan Tentukan jumlah kalori
nafsu makan dan jenis zat makanan yang
Menyeimbangkan diperlukan untuk memenuhi
Pasokan cairan tubuh nutrisi, ketika berkolaborasi
Menyeimbangkan dengan ahli makanan, jika
Pasokan nutrisi tubuh diperlukan
Weight gain behavior Tunjukkan intake kalori
: yang tepat sesuai tipe tubuh
Klien diharapkan dan gaya hidup
mampu : Timbang berat badan
Mengidentifikasi pasien pad jarak waktu yang
penyebab kehilangan tepat
berat badan Terapi Nutrisi
Memilih sebuah Intervensi yang dilakukan :
target sehat berat Monitor pemasukan
badan. cairan dan makanan dan
Mengidentifikasi menghitung pemasukan
pemasukan kalori kalori sehari-hari
Memilihara suplai Bantu pasien
nutrisi makanan dan membentuk posisi duduk
minuman yg adekuat yang benar sebelum makan.
Meningkatkan Ajarkan pasien dan
nafsu makan kelurga tentang memilih
makanan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
28
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang
sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga
type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh
melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam
tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan
darah).
Sel darah putih berasal dari sel stem di sumsum tulang. Leukemia
terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali
kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari
pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas.
Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat
dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal dan otak.
B. SARAN
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu
dalam proses, Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dan penyusunan
makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
29
Reny Yuli Aspiani. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan system Cardiovasculer. Aplikasi NANDA, NIC dan
NOC. Edisi 1, untuk kalangan sendiri. EGC.
30