Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan dalam kehidupan adalah hal mutlak yang selalu
diharapkan oleh manusia, karena semua kegiatan atau rutinitas manusia
dapat berjalan dengan lancar apabila rohani dan jasmaninya sehat. Hidup
sehat dengan mengatur pola makan, memakan makanan yang bergizi,
istirahat yang cukup dan berolah raga mampu menghindarkan dari
berbagai penyakit. Namun adakalanya penyakit datang tanpa kita sadari
dan terkadang tanpa kita rasakan, salah satunya adalah penyakit di dalam
tubuh manusia. Leukemia atau kanker darah yang sangat berbahaya
memiliki gejala umum seperti penyakit ringan ternyata dapat diketahui
tanpa sengaja dalam ”general check up”.
Leukemia terjadi karena penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow) sehingga
sel darah putih memproduksi sel yang abnormal menjadi sel leukemia.
Berbahaya karena produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal)
akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah
perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila
berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya.
Para ahli kedokteran sampai saat ini masih meraba penyebab
terjadinya penyakit tersebut karena banyak faktor penyebab namun belum
ada yang mendominasi hingga terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena
itu untuk mencegah leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih
jauh tentang leukemia, bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari penyakit
leukemia, cara diagnosa dan penyembuhannya.
Dari uraian tersebut, maka penulis akan mencoba membahas tentang
“ Penyakit Leukemia”.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit leukemia ?
2. Apa penyebab timbulnya penyakit leukemia ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit leukemia ?
4. Bagaimana geajala klinis dari penyakit leukemia ?
5. Bagaimana cara mengdiagnosis penyakit leukemia ?
6. Jelaskan jenis-jenis penyakit leukemia ?
7. Pengobatan apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi penyakit
leukemia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit leukemia.
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya penyakit leukemia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit leukemia.
4. Untuk mengetahui geajala klinis dari penyakit leukemia.
5. Untuk mengetahui cara mengdiagnosis penyakit leukemia
6. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit leukemia.
7. Untuk mengetahui pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit leukemia.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian dari penyakit leukemia.
2. Dapat mengetahui penyebab timbulnya penyakit leukemia.
3. Dapat mengetahui patofisiologi penyakit leukemia
4. Dapat mengetahui geajala klinis dari penyakit leukemia
5. Dapat mengerahui cara mengdiagnosis penyakit leukemia
6. Dapat mengetahui jenis-jenis penyakit leukemia
7. Dapat mengetahui pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit leukemia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Penyakit Leukemia


Darah adalah jaringan terspesialisasi yang mencakup cairan
kekuningan atau plasma darah yang didalam nya terkandung sel-sel darah.
Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah ( eritrosit ), sel darah putih
(leukosit ) dan keping darah ( trombosit ). Komposisi plasma dalam darah
sekitar 55 %, sedangkan sel-sel darah dan trombosit sekitar 45 % l. Sel dan
keping darah lebih berat dibandingkan plasma sehingga dapat di pisahkan
melalui prosedur yang di sebut sentrifugasi.
Leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit
yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah yang
berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal.
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa
kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau
abnormal. Dalam keadaan normal, sel darah putih mereproduksi ulang bila
tubuh memerlukannya atau sel darah putih, berfungsi sebagai pertahanan
tubuh, akan terus membelah dalam suatu kontrol yang teratur. Tubuh
manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah
diharapkan bereproduksi kembali.
Pada penderita leukemia, sumsum tulang memproduksi sel darah
putih yang tidak normal yang disebut sel leukemia. Sel leukemia yang
terdapat dalam sumsum tulang akan terus membelah dan semakin
mendesak sel normal, sehingga produksi sel darah normal akan mengalami
penurunan, sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang
diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal)
akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah
perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila
berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya.

3
B. Etiologi Penyakit Leukemia
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

a) Faktor Endogen
Faktor Herediter
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia
meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada
sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma
Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter,
D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-
kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy,
atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

Kelainan Genetik
Mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah yang tidak
ditururnkan

b) Faktor Eksogen
Virus
Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia
pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia .

Bahan Kimia dan Obat-obatan


Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen )
dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal
pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain benzen
beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,

4
antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide,
herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik.
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor
topoisomere II ) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom
yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan
methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
tulang yang lambat laun menjadi AML.

Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL )
ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang
mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan
insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari
ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada
pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic,
para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis.

C. Patofisiologi Penyakit Leukemia


Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang
menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang
(bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh
manusia memproduksi tiga tipe sel darah diantaranya sel darah putih
(berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah
(berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil
sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal
dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan
tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel
pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam

5
sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga
mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa
perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah
leukosit, eritrosit, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat
rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan
trombositopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh
ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau
perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta
perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan
lunak yang disebabkan oleh infark tulang.

6
Skema Patofisiologi Dari Penyakit Leukemia

7
D. Gejala Klinis
Gejala penderita leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel
abnormal dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Gejala umum
penderita leukemia yaitu :
1. Demam atau keringat malam.
2. Sering mengalami infeksi, sel darah putih berperan sebagai
pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi.
Pada penderita leukemia, sel darah putih yang terbentuk adalah tidak
normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya
tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan
dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam,
keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
3. Anemia, penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan
bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan
oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat
sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh)
4. Pucat.
5. Sakit kepala.
6. Mudah berdarah atau memar. Misalnya gusi mudah berdarah saat
sikat gigi, muda memar saat terbentur ringan).
7. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi
dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita
akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik
merah lebar/kecil dijaringan kulit).
8. Nyeri pada tulang dan/atau sendi, hal ini disebabkan sebagai akibat
dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah
putih.
9. Pembengkakan Kelenjar limfa. Penderita kemungkinan besar
mengalami pembengkakan pada kelenjar limfa, baik itu yang
dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas
menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan
menyebabkan pembengkakan.

8
10. Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak.
11. Penurunan berat badan, di akibatkan oleh nyeri perut dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang
menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah
nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan
penderita leukemia.
12. Penurunan konsentrasi.
13. Kehilangan kendali otot, dan kejang.
14. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan
gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka
harus segera mendapatkan pertolongan medis.
15. Sel leukemia juga dapat berkumpul di buah zakar dan menyebabkan
pembengkakan.

E. Diagnosis Penyakit Leukemia


1. Pemeriksaan fisik, yaitu dengan pemeriksaan pebengkakan nodus-
nodus getah bening, limfa dan hati.
2. Tes darah dan tes laboratorium untuk memeriksa tingkat sel-sel darah.
3. Biopsy. Biopsy adalah pengangkatan jaringan untuk mencari sel-sel
kanker.
4. Pemeriksaaan darah complete blood count (CBC). Dari pemeriksaan
darah, dapat ditemukan kadar sel darah putih yang meningkat atau
berkurang dan adanya sel leukemia.

F. Jenis-jenis Leukemia

1. Leukimia limfoblastik akut

Cara mengobati leukimia limfoblastik akut memiliki 3 langkah


yang terdiri atas tahap induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan.

 Terapi induksi leukimia adalah tahap puntuk membunuh sel-sel


leukimia di dalam darah dan sumsum tulang. Perawatan tahap ini

9
termasuk kemoterapi dan kortikosteroid. Induksi biasanya berlangsung
4 minggu dan dilakukan di rumah sakit. Tetapi beberapa pasien
memiliki sel-sel leukimia dengan perubahan gen tertentu. Gen ini
disebut kromosom Philadelphia. Pasien dengan gen tersebut akan
diberikan inhibitor tyrosine kinase.
 Cara mengobati leukimia adalah dengan terapi konsolidasi membunuh
sel-sel leukimia yang mungkin masih tersisa. Jika sel-sel tersisa, sel ini
dapat tumbuh kembali dan dapat kambuh. Perawatan termasuk
kemoterapi dan mungkin transplantasi sumsum tulang. Konsolidasi
biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan tetapi tidak memerlukan
opname di rumah sakit.
 Terapi pemeliharaan leukimia adalah cara pengobatan mencegah sel-
sel leukimia yang tersisa untuk tumbuh. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan dosis kemoterapi yang lebih rendah dari yang
digunakan selama induksi atau konsolidasi. Kemoterapi diberikan
dengan obat minum dan obat suntik intravena (IV). Terapi
pemeliharaan dilakukan selama 3 tahun berturut-turut, tapi selama ini,
kebanyakan pasien leukemia mengalami kekambuhan ketika sedang
dalam terapi pemeliharaan.

2. Leukimia mieloblastik akut

Pengobatan leukimia mieloblastik akut (AML) didasarkan pada


susunan genetik dari sel myeloid normal. Rencana pengobatannya
biasanya memiliki 2 langkah yang meliputi induksi remisi dan terapi
pasca-remisi.

 Terapi induksi remisi adalah pengobatan leukimia yang umumnya


dengan menggunakan kemoterapi, di mana terapi ini untuk membunuh
sel-sel kanker di dalam darah dan sumsum tulang. Kemoterapi
diberikan pada penderita dengan cara pengobatan suntikan intravena
(IV). Terapi ini biasanya berlangsung 3 sampai dengan 5 minggu.
Terapi induksi remisi biasanya memerlukan opname di rumah sakit.

10
 Terapi pasca-remisi dilakukan untuk membunuh sel-sel leukemia yang
mungkin ada meskipun mereka tidak terdeteksi. Terapi ini dapat
berupa kemoterapi tambahan atau transplantasi sumsum tulang.
Kemoterapi dapat diberikan kepada pasien di rumah sakit selama
beberapa hari setiap bulannya dan proses biasanya dijalani selama 3
sampai 4 bulan.

Terdapat subtipe dari AML disebut promyelocytic leukemia akut,


sehingga pasien atau penderita leukimia mendapatkan obat-obatan lain,
seperti arsenik trioksida dan obat all-trans retinoic acid (ATRA).
Transplantasi sel induk dan kemoterapi juga digunakan ketika leukimia
tidak respons terhadap pengobatan atau jika AML kambuh kembali.

3. Leukimia limfositik kronis

Berikut ini adalah pilihan obat leukemia limfositik kronis, di antaranya:

 Terapi kemoterapi. Dengan memberikan obat khusus, baik melalui


suntikan atau diminum, dimana obat yang digunakan berfungsi untuk
membunuh sel kanker. Obat yang diberikan umumnya berupa obat
tunggal, seperti chlorambucil atau fludarabine, ataupun berupa obat
kombinasi.
 Targeted drug therapy. terapi ini sama seperti kemoterapi, dimana
jika menggunakan metode ini dilakukan dengan pemberian obat.
Namun, obat yang diberikan dalam targeted drug therapy berfungsi
menghambat protein yang digunakan sel kanker untuk bertahan dan
berkembang. Contoh obat yang digunakan dalam terapi ini yakni
rituximab.
 Transplantasi sumsum tulang. Terapi ini dengan menggunakan
metode penggantian sel sumsum tulang yang rusak dengan sumsum
tulang sehat dari pendonor. Sebelum metode ini dilakukan,
kemoterapi akan dilakukan terlebih dahulu, 1 atau 2 minggu sebelum
transplantasi.

11
Selain itu, pasien juga perlu untuk waspada dan memeriksa apakah
ada tanda-tanda infeksi, seperti pneumonia (infeksi paru) atau infeksi
jamur. Pengobatan dini akan membantu pasien bertahan hidup lebih
lama. Obat leukimia disesuaikan dengan tingkat keparahan leukimia
yang diderita oleh pasien.

4. Leukimia mieloblastik kronis

Chronic myelogenous leukemia (CML) perlu diobati dengan


segera. Pilihan obat leukimia untuk penyakit jenis ini yang paling umum
termasuk:

 Targeted drug therapy dengan dengan ityrosine kinase inhibitor. Ini


adalah pengobatan pertama kali digunakan untuk CML.
 Transplantasi sumsum tulang. Sebelum transplantasi bisa dilakukan,
kemoterapi atau radiasi digunakan untuk menghancurkan aktivitas
sumsum tulang.

Bagi orang-orang yang baru didiagnosis pada tahap awal CML


(fase kronis), tyrosine kinase inhibitor dapat bekerja selama bertahun-
tahun. Jika pasien tidak menunjukkan kekambuhan, pasien tidak perlu
melakukan transplantasi sumsum tulang. Tetapi jika pasien kambuh,
sebaiknya pasien melakukan transplantasi sumsum tulang.

Sementara untuk orang-orang yang didiagnosis CML pada tahap


selanjutnya (fase akselerasi atau fase krisis blast), pengobatan mungkin
melibatkan kemoterapi atau tyrosine kinase inhibitor sebelum
dilakukannya transplantasi sumsum tulang–guna meningkatkan
kemungkinan keberhasilan operasi transplantasi sumsum tulang.
G. Pengobatan Penyakit Leukemia
1. Kemoterapi dengan obat; penggunaan ini bersifat menyerang dan
menghancurkan sel-sel kanker patologis yang menyerang akan tubuh.
Nah kalau tadi penggunaan kemoterapi dapat mengakibatkan kanker
baru memang benar. Biasanya penggunaan obat ini ditambahkan
12
dengan obat penghambat munculnya penyakit baru. Terdapat tiga fase
pelaksanaan kemoterapi yaitu fase induksi, fase Profilaksis Sistem
saraf pusat, dan konsolidasi.
a) Fase Induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase
ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

b) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat


Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum
tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
2. Radiasi; Penggunaannya sendiri dengan dosis tinggi yang nantinya
diakumulasikan pada daerah berakumulasinya sel leukemia.
3. Transplantasi Sumsung tulang belakang; biasanya adalah sumsum
tulang belakang dari saudara kandung atau saudara dekat.
Keuntungannya adalah sisem imun tidak akan aktif untuk membunuh
sel hasil transplantasi. Kerugiannya sendiri adalah sel yang akan
berfungsi dalam waktu yang sangat lama, tidak akan berfungsi dengan
baik dalam waktu yang singkat.

13
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit
yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah
yang berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal.
2. Etiologi dari penyakit leukemia yaitu dapat berupa faktor endogen dan
faktro eksogen. Faktor endogen terdiri dari bersifat herediter dan
kelainan genetik. Sedangkan faktor eksogen terdiri dari radiasi, zat
kimia dan infeksi virus.
3. Patofisisologi dari penyakit leukemia yaitu Sejumlah besar sel
menggumpal pada tempat asalnya lalu menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut organ yang lebih besar menyebabkan
hematomegali Hepatomegali dan splenomegali. Limfosit imatur
berproliferasi mengganggu perkembangan sel normal. Hematopoesis
normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit,
dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau
tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Proliferasi dari satu jenis sel
sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan
mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan penurunan jumlah.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh
ptekie dan ekimosis, epistaksis, hematoma dalam membrane mukosa,
serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin
sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang.
4. Gejala klinis penyakit leukemia yaitu demam atau keringat malam.
Sering mengalami infeksi, anemia, penderita akan menampakkan cepat
lelah, pucat, sakit kepala, mudah berdarah atau memar, perdarahan,
nyeri pada tulang dan/atau sendi, pembengkakan Kelenjar limfa,

14
penurunan berat badan, di akibatkan oleh nyeri perut dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang
menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah
nyeri. Penurunan konsentrasi, kehilangan kendali otot, dan kejang,
kesulitan Bernafas (Dyspnea).
5. Diagnosis penyakit leukemia yaitu dengan Pemeriksaan fisik, Tes
darah dan tes laboratorium, biopsy, pemeriksaaan darah complete
blood count (CBC). CT or CAT scan, magnetic resonance imaging
(MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.
6. Jenis-jenis penyakit leukemia yaitu leukemia mielositik akut, leukemia
limfositik akut, leukemia limfositik kronis, dan Leukemia Mielositik
Kronis.
7. Pengobatan penyakit leukemia dilakukan dengan kemoterapi, radiasi
dan transplantasi sum-sum tulang belakang.

15
KASUS

BT seorang laki-laki umur 35 tahun masuk ke IGD karena semakin lemah, demam
dan kesulitan untuk makan. Pada minggu terakhir ini jumlah WBC 180.000
cells/uL dengan > 90% blast leukemia (normal 0%), Hb 7,8 mg/dL, platelet
46.000 cells/uL. Hasil aspirasi dan biopsi pada sumsum tulang didiagnosis AML
(FAB-M2, myeloid dengan maturasi dengan 60 % blast, mieloperoksida (+), CD
13 dan CD 33 (+)). Nilai lab lain normal kecuali potassium (k) 3,2 mEq/L, fosfor
5,5 mg/dL, laktat dehydrogenase 3,500 unit/mL. Pemeriksaan fisik menunjukan
leukoplakia karena kandidiasis oral dengan gigi yang kurang baik.
Bagaimana tujuan dan tatalaksana terapi?
Setelah 24 jam terapi induksi nilai lab pasien:
WBC count, 78,000 cells/uL
K, 5.3 mEq/L
Phosphorus, 6.0 mg/dL
Uric acid, 9.8 mg/dL
Calcium, 6.0 mg/dl
Creatinine, 1.6 mg/dL
Bagaimana mengatasi perubahan nilai lab ini?
Setelah menerima allopurinol dan hidrasi, WBC count menurun dan juga risiko
Tumor Lysis Syndrome/TLS, kemungkinan efek samping lain?
Setelah terapi induksi selesai, WBC count < 100 cells/uL dan jumlah platelet
menerima transfusi platelet setiap 2-3 hari untuk mencegah komplikasi
pendarahan. Pada hari ke-9 dia menjadi demam suhu 38,80 C dan pasien
menerima antibiotik spektrum luas untuk demam dan neutropenia dan teratasi.
Hari ke-29 WBC count 5,600 cells/uL dengan diferensiasi normal dan jumlah <
5000 cells/uL. Dia ACOVAE platelet 168.000 cells/uL. Pasien mendapat transfusi
darah untuk Hb < 8 mg/dL. Aspirasi sumsum tulang tidak terdapat sel leukemia
dan dia sudah mencapai remisi. Namun ahli hematologi menyarankan tambahan
kemoterapi yaitu terapi post remission. Terapi apakah yang disarankan?

16
Penyelesain :

IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : BT
Usia : 35 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

2. Riwayat pengobatan
3. Diagnosis
Tuan RB didiagnosis Leukimia Mieloblastik Akut (AML).

TATA LAKSANA TERAPI


1. Tujuan Terapi
Tujuan terapi dari Leukimia Mieloblastik Akut (AML).
2. Strategi terapi
a. Leukapheresis (prosedur laboratorium di mana sel-sel darah putih
dipisahkan dari sampel darah. Ini adalah jenis apheresis khusus, istilah
yang lebih umum untuk memisahkan satu unsur darah dan
mengembalikan sisanya ke sirkulasi) atau kemoterapi.
 Hydroxyurea Medac merupakan obat yang digunakan untuk
kemoterapi yang secara khusus diaplikasikan kepada pasien kanker
leher rahim (serviks), kanker ovarium, dan leukimia myeloid akut
hingga kronis. Hydroxyurea Medac mengandung zat aktif
Hydroxycarbamide yaitu obat golongan sitotoksik penghambat
sintesin DNA sel tumor. Zat ini akan menghambat enzim ribosa
konversi dari RNA menjadi DNA sehingga menyebabkan kematian
sel. Pada anemia sel sabit : zat ini dapat merangsang produksi dan
meningkatkan konsentrasi Hemoglobin janin.
Komposisi : Hydroxycarbamide 500 mg
Kategori : Onkologi

17
Indikasi : Leukimia myeloid akut-kronis; kanker ovarium,
kanker serviks, kanker leher; anemia sel sabit (sickle
cell-disease)
Dosis : Leukimia myeloid dan sel tumor : Dewasa :
Sehari 20-30 mg/kg Berat badan sebagai dosis
tunggal. Anemia Sel Sabit : Dewasa dan Anak >2
tahun : Sehari 15-30 mg/kg Berat badan.
Penyajian : sesudah makan
Cara Penyimpanan: Simpan di suhu ruangan (25-30 C) dan
kering,terhindar dari paparan cahaya matahari
langsung
Perhatian : Pasien dengan intoleransi Gastrointestinal berat.
Riwayat terapi sitotoksik atau radiasi sebelumnya.
Gangguan ginjal dan hati. Ibu hamil dan menyusui.
Anak-anak.
Efek Samping : kelainan saluran pencernaan,nyeri (abdomen dan
stomatitis),hand foot syndrome,fatique,sakit
kepala,anoreksia
Kemasan : 1 Dos isi 5 Blister x 10 Tablet
b. Obat terapi induksi kombinasi obat daunorubicin dan cytarabine
 Daunorubicin
Daunorubicin adalah obat kanker yang sering digunakan untuk
mengobati leukemia dan kanker lainnya. Daunorubicin adalah
salah satu obat yang masuk dalam kelas obat anthracyclines.
Obat ini bekerja dengan memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan sel-sel kanker. Untuk mengobai leukimia akut,
dosis dewasa daunorubicin adalah 45 mg/m2/hari yang
diberikan lewat infus sebanyak 2 sampai 5 menit sekali sehari
pada hari 1, 2, dan 3 untuk penggunaan pertama.
Efek samping yang umum obat daunorubicin adalah Mual
Muntah Diare Sembelit Nafsu makan menurun Rambut rontok

18
Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan urin berwarna
kemerahan. Kondisi ini tidak berbahaya dan jangan
disalahartikan sebagai darah dalam urin. Rambut rontok
sementara adalah efek samping yang umum terjadi.
Pertumbuhan rambut normal dapat kembali setelah pengobatan
telah berakhir. Tidak semua orang mengalami efek samping ini.
Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di
atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping
tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Peringatan : Beberapa hal yang harus Anda ketahui sebelum
minum obat daunorubicin adalah: Beri tahu dokter dan
apoteker jika Anda alergi terhadap obat ini, obat lain, atau salah
satu bahan dalam suntikan daunorubicin. Tanyakan apoteker
Anda untuk daftar bahan penyusun obat.
Beri tahu dokter Anda jika Anda memiliki atau pernah
memiliki kondisi medis lain.
Beri tahu dokter Anda jika Anda sedang hamil, berencana
untuk hamil, atau menyusui. Anda tidak boleh hamil saat Anda
menggunakan Daunorubicin. Jika Anda hamil sewaktu
menerima Daunorubicin, hubungi dokter Anda. Daunorubicin
dapat membahayakan janin.
 Cytarabine adalah obat tunggal (digunakan sendiri) atau
dikombinasi dengan obat lain untuk mengobati berbagai jenis
kanker. Obat ini adalah obat kemoterapi yang bekerja dengan
cara memperlambat atau menghentikan pertumbuhan sel
kanker. Cytarabine adalah obat biasanya diberikan melalui
suntikan ke dalam pembuluh darah oleh seorang ahli kesehatan.
Obat ini juga dapat diberikan dengan metode lain tergantung
pada kondisi medis Anda. Dosis didasarkan pada kondisi
medis, ukuran tubuh, dan respon Anda terhadap pengobatan.
Minumlah banyak air saat menggunakan obat ini, kecuali
dokter Anda menyarankan hal lain. Cara ini dapat membantu

19
ginjal untuk membersihkan obat ini dari tubuh Anda dan dapat
membantu Anda menghindari beberapa efek samping.
Ikuti aturan yang diberikan oleh dokter atau apoteker sebelum
memulai pengobatan. Jika Anda memiliki pertanyaan,
konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Dosis dewasa biasa untuk leukimia myeloid akut:
 Induksi Leukemia Akut:
Gunakan sebanyak 100 sampai 200 mg / m2 / hari atau 2
sampai 6 mg / kg / hari sebagai infus IV yang berlanjut selama
24 jam atau dalam dosis terbagi dengan suntikan yang cepat
selama 5 sampai 10 hari. Penggunaan ini dapat diulang kira-
kira setiap 2 minggu.
Untuk limfoma non-Hodgkin refraktori dan leukemia myeloid
akut:
Gunakan sebanyak 2 sampai 3 g/m2 IV setiap dua belas jam
sampai 12 dosis. Infus IV umumnya berlangsung selama 1
sampai 3 jam. Dosis cytarabine harus ditunda atau dimodifikasi
jika ANC di bawah 1000 / mm3 atau jumlah trombosit di
bawah 50.000 / mm3.
 Untuk leukimia granulocytic akut/ leukemia
myelogenous akut:
Gunakan sebanyak 20 mg / m2 secara subkutan selama 10 hari
per bulan selama 6 bulan dengan interferon alfa.
Efek samping :
Alergi
Cytarabine adalah obat yang dapat bereaksi bila Anda memiliki
alergi tertentu. Beri tahu dokter jika Anda pernah memiliki
reaksi yang tidak biasa atau alergi terhadap obat ini atau obat-
obatan lainnya. Juga beritahu ahli kesehatan jika Anda
memiliki jenis alergi lain, seperti pada makanan, pewarna,
pengawet, atau hewan. Untuk produk non-resep, baca label atau
paket bahan penyusun dengan hati-hati.

20
3. Bagaimana cara mengatasi perubahan hasil lab ?
 untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi TLS. Dosis
dewasa yang direkomendasikan adalah 300 hingga 600 mg /
hari. Asam urat serum J.V dan elektrolit harus dipantau
setidaknya dua hingga tiga kali sehari selama 24 hingga 48 jam
setelah memulai kemoterapi. Jika kelainan parah terjadi,
langkah-langkah yang lebih agresif harus dimulai. Allopurinol
dapat dihentikan jika asam urat serum dalam batas normal,
LDH telah dinormalisasi, dan jumlah WBC rendah.
Rasburicase, produk rekombinan urat oksidase, juga dapat
digunakan sebagai profilaksis pada pasien yang berisiko tinggi
mengembangkan TLS atau untuk perawatan pasien yang datang
dengan atau mengembangkan TLS. Rasburicase bertindak
sebagai katalis dalam oksidasi enzimatik dari asam urat
menjadi allantoin, yang lima sampai sepuluh kali lebih larut
daripada asam urat dan mengalami ekskresi ginjal yang cepat.
Dosis rasburicase yang direkomendasikan untuk pencegahan
dan pengobatan TLS adalah 0,2 mg / kg / dosis IV. Rasburicase
menghasilkan pengurangan asam urat serum yang cepat (dalam
waktu 4 jam pemberian)
4. Setelah menerima allopurinol dan hidrasi, WBC count menurun dan
juga risiko Tumor Lysis Syndrome/TLS, kemungkinan efek samping
lain?
 Kemungkinan efek samping lain : Komplikasi yang diinduksi
obat umum lainnya yang mungkin terjadi selama terapi induksi
termasuk mual dan muntah, mukosi, demam, dan ruam kulit
5. Aspirasi sumsum tulang tidak terdapat sel leukemia dan dia sudah
mencapai remisi. Namun ahli hematologi menyarankan tambahan
kemoterapi yaitu terapi post remission. Terapi apakah yang
disarankan?
 Kemoterapi HiDAC (high dose cytarabine)

21
Sitarabin, kadang-kadang disebut cytosine arabinoside, adalah
obat kemoterapi dan juga dikenal dengan nama mereknya, Ara
C. Ia diberikan dalam tiga dosis berbeda: tinggi, sedang dan
rendah. Sitarabin adalah jenis obat kemoterapi yang disebut
anti metabolit. Anti metabolit mirip dengan molekul tubuh
normal tetapi strukturnya sedikit berbeda. Mereka membunuh
sel kanker dengan menghentikan mereka membuat dan
memperbaiki DNA yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan
berkembang biak. Sitarabin adalah salah satu obat utama yang
digunakan dalam pengobatan leukemia myeloid akut (AML)
dan mungkin Kemoterapi pasca-pembebasan kemudian
bertujuan untuk memberantas penyakit residual dalam upaya
penyembuhan. Kemoterapi pasca pembebasan termasuk
sitarabin dosis tinggi (ara-c; HiDAC) untuk pasien yang lebih
muda dari 60 tahun, sedangkan rejimen sitarabin 5 atau 5 + 2
ditambah anthracy-cline atau anthracenedione lebih disukai
untuk pasien yang lebih tua dari 60 tahun. HIDAC telah
terbukti manjur untuk pasien muda dengan prognosis baik atau
sedang. Pada pasien yang lebih muda dari 60 tahun, HiDAC
menghasilkan tingkat kelangsungan hidup bebas penyakit 4
tahun sebesar 44%, dengan relaps yang relatif sedikit, tetapi
disertai dengan kematian 5% terkait pengobatan. Sebaliknya,
HiDAC gagal meningkatkan hasil pasien yang lebih tua dari 60
tahun. HiDAC telah menunjukkan kemanjuran khusus untuk
pasien dengan kelainan subunit DNA CBF. Regimen HiDAC
adalah 1000 hingga 3000 mg / m2 IV selama 1 hingga 3 jam
setiap 12 jam selama 6 hingga 12 dosis. Transplantasi sumsum
tulang alogenik atau autolog merupakan pilihan tambahan
untuk terapi pasca-pembebasan pada orang dewasa dengan
AML. Untuk beberapa pasien yang lebih muda dari 60 tahun
dan untuk siapa saudara kandung yang cocok HLA atau donor
tidak terkait cocok tersedia, transplantasi sel induk alogenik
harus mengikuti kemoterapi induksi. Prosedur ini bukan tanpa
risiko; memiliki tingkat kematian terkait pengobatan yang
terkait 20% hingga 25%. Untuk pasien tanpa donor yang
kompatibel atau yang usianya tidak termasuk pengobatan,
kemoterapi tambahan atau transplantasi sel induk autolog
adalah pilihan. Dua terapi baru, arsenik trioksida dan
gemtuzumab ozogami cin, baru-baru ini telah disetujui oleh
Administrasi Makanan dan Obat AS (FDA) untuk digunakan
dalam AML tahan api (Carey W.D., 2010).

22
KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI

1. Menjelaskan Kebutuhan Makanan untuk Anak Penderita Leukemia Kebutuhan


makanan yang perlu diperhatikan oleh anak penderita leukemia diantaranya :

1). Pemilihan Sumber Karbohidrat

Mengkonsumsi sumber karbohidrat seperti tepung-tepungan (tepung sagu,


tepung terigu, tepung beras, tepung maizena), beras, sereal, roti, jagung,
kentang, pasta, dan lain-lain karena bahan ini merupakan sumber energi yang
baik dan merupakan zat yang mudah dicerna dibandingkan dengan lemak.
Tidak boleh mengkonsumsi ubi, singkong, dan talas karena bahan makanan
tersebut menimbulkan gas dan menyebabkan kembung.

2). Pemilihan Sumber Protein

Mengkonsumsi sumber protein seperti daging, ikan, telur, kacang-


kacangan, keju, susu dan lain-lain karena protein sangat dibutuhkan untuk
proses penyembuhan penyakit, menggantikan jaringan yang rusak dan untuk
sistem pertahanan tubuh. Tidak boleh mengkonsumsi protein terutama protein
hewani yang mengandung zat kimia seperti pada ternak dan daging unggas
yang telah disuntikkan obat-obatan kimia termasuk hormon yang
menyebabkan bobot ternak atau unggas meningkat.

3). Analisis Pantangan Makanan

a). Diit Penyerapan Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak penggunaannya harus dibatasi meskipun lemak dan


minyak mengandung energi yang lebih tinggi yaitu sejumlah 9 kalori
dibandingkan dengan sumber karbohidrat yang mampu menghasilkan 4
kalori, misalnya minyak hanya digunakan untuk menumis sebagai pelembut
hidangan. Jadi, penggunaan sehari-hari pada lemak dan minyak diturunkan
tidak lebih dari 30% dari seluruh jumlah kalori yang dimakan.

b). Diit Bebas Alkohol

Menghidari makanan yang menghasilkan alkohol seperti buah- buahan


(nanas, anggur, durian, duku) karena alkohol bisa merangsang berkembangnya
sel leukemia serta merangsang aktifitas bawah sadar sehingga menyebabkan
jumlah oksigen dalam tubuh menurun.

2. Menjelaskan aturan pakai obat :

23
 Dexametasone diminum 0,5 mg. Obat ini sebaiknya dikonsumsi
bersama makanan atau sesuai saran dari dokter.Untuk obat
doxorubisin injeksi, akan diberikan 40-75 mg/m2 IV setiap 21-28 hari
sekali. Datang lagi 21 hari kedepan.
 methotrexate diminum 12 mg. Obat ini sebaiknya dikonsumsi bersama
makanan atau sesuai saran dari dokter.
3. Menjelaskan efek samping obat
 Dexametasone sakit perut, sakit kepala, pusing, sulit tidur, nyeri ulu
hati, nyeri tulang sendi, kejang, tampilan menyerupai cushing, nafsu
makan meningkat., perubahan menstruasi dan detak jantung cepat.
Setelah diberikan obat doxorubisin injeksi, akan timbul efek
samping mual, muntah dan diare. Efek samping yang lebih jarang seperti
terjadi pembilasan wajah, ruam, atau alopesia.
 Apabila mengonsumsi methotrexate akan mengalami demam, sakit kepala,
mual, hilang nafsu makan, sakit mag, mata merah, gusi bengkak dan
rambut rontok.

MENTORING

 Mengevaluasi toksistas dan efek samping pada pasien sehingga dapat


dilakukan perubahan umum termasuk pengurangan dosis kemoterapi atau
farmakologis intervensi untuk mencegah atau mengobati keracunan.
 Dilakukan pemantauan terhadap kepatuhan pasien dalam mengonsumsi
obat.

24
DAFTAR PUSTAKA
Mehta A., dan Victor H., 2006, Hematologi, Erlangga: Jakarta.

Pierce A.G., dan Neil R.B., 2006, Ilmu Bedah, Erlangga: Jakarta.

Simon S., 2003, Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia, Fakultas


Kedokteran Unika Atma Jaya: Jakarta.

Smeltzer S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, EGC : Jakarta.

Suriadi dan Rita, 2005, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Sagung Seto :
Jakarta.

Wilkinson M. J., 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasli NOC, EGC : Jakarta.

Wiwik H., dan Andi S.H., 2008, Pengertian Leukemia, EGC: Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai