S DENGAN
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK PRA-SEKOLAH DI DESA PAYA
PASI KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR
DISUSUN OLEH:
REZA MAULIDIN
2012230026
b. Tipe Keluarga
Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan
yang berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan
perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar
dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perlu mengetahui bebagai tipe keluarga.
1) Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga inti)
Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua
atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik dari
sebab biologis maupun adopsi.
b) The Dyad Family (keluarga tanpa anak)
Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam suatu rumah.
c) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar
karier / pendidikan yang terjadi pada wanita.
d) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung
jawab dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
e) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante,
orang tua (kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain.
f) The Single-Parent Family (keluarga orang tua tunggal)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian,
kematian, atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
g) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
h) Multigeneration Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi,
telepon, dan lain-lain.
j) Blended Family (keluarga campuran)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
k) Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihan atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau
ditinggal mati.
l) Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari
dua rumah tangga inti, ibu dan ayah dari berbagai macam kerja
sama antara kerduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap
rumah tangga.
2) Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk
keluarga yang sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non
tradisional yang paling umum saat ini adalah:
a) The Unmaried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The Step Parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commne Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber,
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi
anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting family (Keluarga
kumpul kebo heterosexual).
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagai ‘marital partners’.
f) Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-marrige family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual, yang membesarkan
anaknya.
h) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan berang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertangguang jawab
membesarkan anaknya.
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga /
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
j) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
k) Gang
`Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
c. Tingkat Praktik Keperawatan Keluarga
Tingkat keperawatan keluarga yang dipraktikkan bergantung pada
bagaimana perawat keluarag mengonseptualisasikan keluarga dan berkerja
dengannya. Friedman (2003) menyatakan terdapat lima tingkatan praktik
keperawatan keluarga :
1. Tingkat I : keluarga sebagai konteks
Ciri dari keluarga sebagai konteks diantaranya :
a) Keperawatan keluarga dikonseptualisasikan sebagai bidang dimana
keluarga dipandang sebagai konteks bagi klien atau anggota
keluarga.
b) Asuhan keperawatan berfokus pada individu
c) Keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder dan
individu bagian terdepan atau fokus primer yang berkaitan
pengkajian dan intervensi.
d) Perawat dapat melibatkan keluarga hingga tingkatan tertentu.
e) Kebanyak area spesialis memandang keluarga sebagai lingkungan
sosial yang krusial dari klien. Dengan demikian, keluarga menjadi
sumber dukungan utama. Ini disebut asuhan berfokus pada
keluarga.
2. Tingkat II : keluarga sebagai penjumlahan anggotanya
a) Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah anggota
keluarga secara individu. Oleh karena itu, perawat diberikan
kepada semua anggota keluarga.
b) Model ini dipraktikkan secara implisit dalam keperawatan
kesehatan komunitas.
c) Dalam ikatan ini, garis depannya adalah masing-masing klien yang
dilihat sebagai unit yang terpisah dari unit yang berinteraksi.
3. Tingkat III : subsistem keluarga sebagai klien
a) Subsistem keluarga adalah fokus dan penerima pengkajian serta
intervensi.
b) Keluarga inti, keluarga besar, dan subsistem keluarga lainnya
adalah unit analisi dan asuhan.
c) Fokus keperawatan adalah hubungan anak dan orang tua, interaksi
perkawinan, isu-isu pemberian keperawatan, dan perhatian
(concern) pada bonding attachment.
4. Tingkat IV : keluarga sebagai klien
a) Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama
pengkajian atau asuhan.
b) Keluarga menjadi bagian depan dan anggota keluarga secara
individu sebagai latar belakang atau konteks.
c) Keluarga dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi.
d) Fokus hubungan dan dinamika keluarga secara internal, fungsi,
dan struktur keluarag sama baik dalam berhubungan dengan
subsistem keluarga dalam keseluruhan dan dengan lingkungan
luarnya.
e) Sistem keperewatan keluarga menggunakan pengkajian klinik
lanjut (advanced) dan keterampilan intervensi berdasarkan
integrasi keperawatan, terapi keluarga, dan teori sistem.
5. Tingkat V : keluarga sebagai komponen sosial
Pada tingkatan ini, keluarga digambarkan sebagai salah satu
bagian (subsistem) dari sistem yang lebih besar, yaitu komunitas
(sosial). Keluarga di pandang sebagai salah satu lembaga dasar
dimasyarakat, seperti lembaga pendidikan, kesejahteraan, atau agama.
d. Struktur Keluarga
Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural
fungsional. Struktus keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun
atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain.
Beberapa ahli meletakan strutur pada bentu/tipe keluarga, namun ada
juga yang memandang struktur keluarga menggambarkan subsistem-
subsistemnya sebagai dimensi.
Struktur keluaraga menurut Friedman (2003)
1) Pola dan proses komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,
transaksional untuk menciptakan dan ngungkapkan pengertian dalam
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga
merupakan sarana penting untuk mengembangkan makna diri.
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam
komponen komunikasi, seperti : sender, channel-media, massage,
environment, dan receinver.
Komunikasi didalam keluarga berfungsi adalah:
a) Karakteristik pengirim yang berfungsi :
Karakteristik yang berfungsi ketika menyampaikan pendapat,
pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas, meminta
feedback dan mau menerima feedback.
b) Pengirim yang tidak berfungsi adalah :
i. Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan
dasar/data yang objektif )
ii. Ekspresi yang tidak jelas : contoh marah yang tidak diikuti
ekpresi wajahnya.
iii. Jugmental expression, yaitu ucapan yang
memutuskan/menyatakan susuatu yang tidak didasari
pertimbangan yang matang.
iv. Tidak mampu mengemukkan kebutuhan
v. Komunikasi yang tidak sesuai.
c) Karakteristik penerima yang berfungsi
i. Mendengar
ii. Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan
pengalaman)
iii. Memvalidasi
d) Menerima yang tidak berfungsi
i. Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
ii. Diskualifikasi
iii. Offensive (menyerang bersifat negatif)
iv. Kurang mengeplorasi (miskomunikasi)
v. Kurang memvalidasi
e) Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga
merupakan proses dua arah yang dinamis sehingga tercipta
interaksi fungsional.
i. Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih,
gembira.
ii. Komunikasi terbuka dan jujur
iii. Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga
iv. Konflik keluarga dan penyelesaian
f) Pola komunikasi didalam keluarga yang tidak berfungsi adalah:
i. Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu
ii. Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
iii. Kurang empati
iv. Selalu mengulangi isu dan pemdapat sendiri
v. Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
vi. Komunikasi tertutup
vii. Bersifat negatif
viii. Mengembangkan gosip
e. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual)
dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi atau mengubah
perilaku orang lain (anggota keluarganya) . Beberapa macam struktur
kekuatan :
1) Legitimate power/authorty (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak
2) Referent power (seseorang yang ditiru)
3) Resource or oxpert power (pendapat, ahli, dan lain)
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima)
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6) Information power (pengaruh yang dilalui melalui persuasu)
7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui menipulasi dengan
cinta kasih, misalnya hubungan sexual).
f. Struktur Peran
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen
dalam situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial. Peran
biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat seseorang dalam suatu sistem sosial tertentu.
1) Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat
homogen. Peran formal yang standar dalam keluarga, antara lain:
pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, supir, tukang
renovasi rumah, tukang masak, dan lain-lain. Jika dalam keluarga
hanya terdapat sedikit orang untuk memenuhi peran tersebut, maka
anggota keluarga berkesempatan untuk memerankan beberapa peran
dalm waktu yang berbeda.
a) Peran parental dan perkawinan
b) Peran-peran dalam keluarga
c) Peran seksual perkawinan
d) Peran ikatan keluarga atau kinkeeping
e) Peran kakek/nenek
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang
antaranya :
a) Ayah
Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sabagai
pencari nafkah, pendidikan, pelindung, pemberi rasa aman bagi
setiap anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau
kelompok sosial tertentu.
b) Ibu
Ibu sebagi pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak-anak, pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau
kelompok tertentu.
c) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2) Peran-peran informal keluarga
Peran-peran informal keluarga (peran tertutup) biasanya
bersifat implisit, tidak tampak permukaan dan dimainkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan
keluarga.
g. Struktur Nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap, dan kenyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu. Sistem nilai
dikeluarga dia anggap sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Sebuah
nilai keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai ini akan menentukan
bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stresor-stresor lain.
h. Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya
interaksi yang terus-menerus antara yang satu dengan yang lainnya.
Struktur didasari oleh organisasi (keanggotaan dan pola hubungan yang
terus menerus).
Fungsi keluaraga menurut Friedman (2003)
1) Fungsi efektif dan koping : keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk
identitas, dan mempertahankan saat terjadi stress.
2) Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme kopig; memberikan
feedback dan memberikan petunjuk dalam penyelesaian masalah.
3) Fungsi reproduksi : keluarga melahirkan anaknya.
4) Fungsi ekonomi : keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarga dan kepentingan di masyarakat.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan : keluarga memberikan keamanan
dan kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbungan, perkebangan, dan istirahat juga penyembuhan dari
sakit.
i. Stres dan koping keluarga
Secara terus menerus, keluarga dihadapkan pada perubaha. Stimulus
untuk perubahan ini datang dari luar dan dalam. Stimulus ini disebut
dengan stresor. Stresor merupakan agen pencetus stres atau penyebab
yang mengaktifkan stres, seperti kejadian-kejadian dalam hidup yang
cukup serius (lingkungan, ekonomi, sosial budaya) yang menimbulkan
perubahan dalam sistem keluarga (Hill dalam Friedman, 2003).
Ada tiga strategi untuk adaptasi menurut White dalam Friedman
(2003), yaitu :
1) Mekanisme pertahanan
Mekanisme pertahanan merupakan cara-cara yang dipelajari,
kebiasaan otomatis untuk berespon yang bertujuan untuk
menghindari masalah-masalah yang dimiliki stresor dan biasanya
digunakan apabila tidak ada penyelesaian yang jelas dalam
keluarga.
2) Strategi koping
Strategi koping merupakan perilaku koping atau upaya-upaya
koping dan merupakan strategi yang positif, aktif, serta khusus
untuk masalah yang disesuaikan untuk penyelesaian suatu masalah
yang dihadapi keluarga.
3) Penguasaan
Penguasaan merupakan strategi adaptasi yang paling positif
karena keadaan koping benar-benar di atasi sebagai hasil dari
upaya-upaya koping yang efektif dan dipraktikkan dengan baik
yang didasarkan pada kompetensi keluarga.
j. Perkembangan Keluarga
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga
agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tiap individu
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus mereka capai agar
mereka merasa puas selama tahap perkembangan dan agar mereka mampu
beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil. Setiap tahap perkembangan
keluarga pun punya tugas-tugas perkembangan yang spesifik. Tugas
perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai
oleh keluarga selama setiap tahap perkembangan sehingga dapat
memenuhi:
Kebutuhan biologis keluarga
Imperatif budaya keluarga
Aspirasi serta nilai-nilai keluarga.
1) Tahap I : pasangan baru (begining family)
Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan beru menikah
berawal dari perkawinan sepasang anak adam menandai bermulanya
sebuah keluarga baru. Keluarga yang menikah atau prokreasi dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang kehubungan baru
yang intim. Masing-masing belajar hidup bersama serta baradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan
makan, tidur, bangun pagi, dan sebagainya. Tugas perkembangan
tahap ini diantaranya :
Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
Pada saat dua orang diikat dalam ikatan pernikahan, perhatian
awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yang
baru. Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap banyak
hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya, mereka harus
mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi,
membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian,
mencari rekreasi, dan sebagainya.namun banyak pasangan
mangalami masalah-masalah penyesuaian seksual, sering kali
disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang
mengakibatkan kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak
realistis.
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok
sosial
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
(membina hubungan dengan keluarga pasangan, mertua, saudara
ipar, dan lain-lain). Bersamaan dengan itu, mereka menjadi
anggota dari tiga keluarga, yaitu menjadi anggota keluarga dari
keluarga asal masing-masing, pada saat yang sama keluarga
mereka sendiri baru saja terbentuk. Pasangan tersebut menghadapi
tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan
mengupayakan berbagai hubungan dengan orang tua mereka,
sanak saudara, dan dengan ipar-ipar mereka karena loyalitas utama
mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan
mereka. Bagi pasangan tersebut, hal ini menuntut pembentukan
hubungan baru dengan setiap orang tua masing-masing, yaitu
hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan
kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi
pasangan baru tersebut daricampur tangan pihak luar yang
mungkin dapat merusak kesejahteraan perkawinan yang bahagia.
Mendiskusikan rencana mempunyai anak (menjadi orang tua)
Keinginan untuk memiliki anak dan menentuan waktu untuk
hamil merupaka suatu keputusan keluarga yang sangat penting.
Dalam friedman 2003 menekankan pentingnya pertimbangan
semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang bekerja
dibidang keperawtan maternitas. Tipe keprawatan kesehatan yang
didapat keluarga sebagai subuah unit selama masa prenatal sangat
memengaruhi kemampuan keluarga dalam mengatasi perubahan-
perubahan yang luar biasa secara efektif setelah kelahiran bayi.
Masalah yang terjadi pada tahap ini:
Masalah-masalah utama yang terjadi pada tahap ini adalah
penyesuaian seksuan dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling
keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal dan
komunikasi. Kurangnya informasi sering kali mengakibatkan masalah-
masalah seksual dan emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan
yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kehamilan sebelum
ataupun sesudah perkawinan.
I. Data Umum
1. Nama kepala keluarga(KK) : Ny.S
2. Alamat dan telepon : Desa Paya Pasi,
085236642616
3. Komposisi keluarga dan genogram :
NAMA ANGGTOTA
TKE
IMUNISASI
JENIS KELAMIN
DGN KKHUB
KELUARGA
PEDIDIKAN
NO BC DPT CAMP HEPA
UMUR
G POLIO AK TITIS
Keterangan :
4. Tipe keluarga
Tipe Keluarga Tn.S adalah The Nuclear Family (keluarga inti) Keluarga terbentuk
karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami,
istri, dan anak, baik dari sebab biologis maupun adopsi.
5. Suku bangsa
Suku keluarga Tn.S adalah Suku Aceh
6. Agama
Keluarga Tn.S menganut Agama Islam dan melaksanakan sholat 5 Waktu dan
Tn.S mengajarkan An.A untuk sholat Jumat
7. Status kelas sosial keluarga:
a. Status ekonomi: Status ekonomi keluarga Tn.S di tingkat
Menengah dimana Tn.S mendapatkan penghasilannya dari menanam padi di
sawah
b. Mobilitas sosial: Ny.R adalah Kader Posyandu di Desa
Paya Pasi dan selalu aktif dalam pengajian dan Tn.S aktif dalam ketua Pemuda
c. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Keluarga mempunyai
kebiasaan rutin setiap lebaran atau hari-hari tertentu untuk pergi ke luar daerah
untuk liburan
3. Struktur peran
a. Struktur peran formal
Tn.S adalah seorang Petani dan Ny.R adalah seorang Kader Posyandu di
Desa Paya Pasi
An.A adalah seorang anak berusia 5 tahun yang sering bermain
V. Fungsi keluarga
5. Fungsi efektif
a) Pengasuhan, kedekatan dan identifikasi mutual
Ny.R sangat baik mengurus anaknya dan menemaninya bermain dan
memberikan pembelajaran hal kecil di lingkungannya.
1 Data Subjektif:
-Ny.R mengatakan anaknya pernah
demam batuk dan flu Penumpukan Bersihan Jalan Tidak Efektif
-Hidung An.A terdapat sekret sekret
-Ny.R mengatakan Anaknya sekali
batuk mengeluarkan dahak
Data Objektif:
-Hidung An.A terdapat sekret
2 Data Subjektif:
-Ny.R mengatakan mengalami
darah rendah, apalagi pas Penurunan Gangguan Perfusi Jaringan
mengalami Menstruasi tekanan serebral
Data Objektif: intrakranial
-Mata Anemis
-TD: 90/75
- Menganjurkan makan-
makanan seperti garam, daging, P: Intervensi dilanjutkan
telur asin untuk menormalkan
tekanan darah
FORMAT ADL MAHASISWA
Catatan :
……….., 20
Pembimbing
___________________
2 TEKNIK KOMUNIKASI
3 INTERVENSI
4 FASE TERMINASI
EVALUASI AKHIR
NO ASPEK PENILAIAN NILAI PERSEN NILAI x
DI DI
TASE PERSENTASE
PUSKESMAS WILAYAH
BINAAN
1 Buku Log 60%
2 Penampilan prefesional individu 10%
dalam melakukan inisiasi kreatif
dan inovatif
3 Pre dan conference dalam 10%
pelaksanaan asuhan keperawatan
Gerontik
4 Penampilan sebagai change agent 10%
5 Presentasi seminar 10%
TOTAL 100%
C+ = 65-69
C = 60-64
………………………. 20