Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

S DENGAN
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK PRA-SEKOLAH DI DESA PAYA
PASI KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR

DISUSUN OLEH:
REZA MAULIDIN
2012230026

DOSEN PEMBIMBING: Ns. MAULIDA.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
GETSEMPENA LHOKSUKON
2020/2021
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
1. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau
ibunya dan anaknya (Menurut UU nomor 52 tahun, 2009).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tediri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan.

b. Tipe Keluarga
Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan
yang berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan
perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar
dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perlu mengetahui bebagai tipe keluarga.
1) Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga inti)
Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua
atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik dari
sebab biologis maupun adopsi.
b) The Dyad Family (keluarga tanpa anak)
Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam suatu rumah.
c) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar
karier / pendidikan yang terjadi pada wanita.
d) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung
jawab dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
e) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante,
orang tua (kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain.
f) The Single-Parent Family (keluarga orang tua tunggal)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian,
kematian, atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
g) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
h) Multigeneration Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi,
telepon, dan lain-lain.
j) Blended Family (keluarga campuran)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
k) Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihan atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau
ditinggal mati.
l) Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari
dua rumah tangga inti, ibu dan ayah dari berbagai macam kerja
sama antara kerduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap
rumah tangga.
2) Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk
keluarga yang sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non
tradisional yang paling umum saat ini adalah:
a) The Unmaried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The Step Parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commne Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber,
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi
anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting family (Keluarga
kumpul kebo heterosexual).
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagai ‘marital partners’.
f) Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-marrige family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual, yang membesarkan
anaknya.
h) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan berang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertangguang jawab
membesarkan anaknya.
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga /
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
j) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
k) Gang
`Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
c. Tingkat Praktik Keperawatan Keluarga
Tingkat keperawatan keluarga yang dipraktikkan bergantung pada
bagaimana perawat keluarag mengonseptualisasikan keluarga dan berkerja
dengannya. Friedman (2003) menyatakan terdapat lima tingkatan praktik
keperawatan keluarga :
1. Tingkat I : keluarga sebagai konteks
Ciri dari keluarga sebagai konteks diantaranya :
a) Keperawatan keluarga dikonseptualisasikan sebagai bidang dimana
keluarga dipandang sebagai konteks bagi klien atau anggota
keluarga.
b) Asuhan keperawatan berfokus pada individu
c) Keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder dan
individu bagian terdepan atau fokus primer yang berkaitan
pengkajian dan intervensi.
d) Perawat dapat melibatkan keluarga hingga tingkatan tertentu.
e) Kebanyak area spesialis memandang keluarga sebagai lingkungan
sosial yang krusial dari klien. Dengan demikian, keluarga menjadi
sumber dukungan utama. Ini disebut asuhan berfokus pada
keluarga.
2. Tingkat II : keluarga sebagai penjumlahan anggotanya
a) Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah anggota
keluarga secara individu. Oleh karena itu, perawat diberikan
kepada semua anggota keluarga.
b) Model ini dipraktikkan secara implisit dalam keperawatan
kesehatan komunitas.
c) Dalam ikatan ini, garis depannya adalah masing-masing klien yang
dilihat sebagai unit yang terpisah dari unit yang berinteraksi.
3. Tingkat III : subsistem keluarga sebagai klien
a) Subsistem keluarga adalah fokus dan penerima pengkajian serta
intervensi.
b) Keluarga inti, keluarga besar, dan subsistem keluarga lainnya
adalah unit analisi dan asuhan.
c) Fokus keperawatan adalah hubungan anak dan orang tua, interaksi
perkawinan, isu-isu pemberian keperawatan, dan perhatian
(concern) pada bonding attachment.
4. Tingkat IV : keluarga sebagai klien
a) Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama
pengkajian atau asuhan.
b) Keluarga menjadi bagian depan dan anggota keluarga secara
individu sebagai latar belakang atau konteks.
c) Keluarga dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi.
d) Fokus hubungan dan dinamika keluarga secara internal, fungsi,
dan struktur keluarag sama baik dalam berhubungan dengan
subsistem keluarga dalam keseluruhan dan dengan lingkungan
luarnya.
e) Sistem keperewatan keluarga menggunakan pengkajian klinik
lanjut (advanced) dan keterampilan intervensi berdasarkan
integrasi keperawatan, terapi keluarga, dan teori sistem.
5. Tingkat V : keluarga sebagai komponen sosial
Pada tingkatan ini, keluarga digambarkan sebagai salah satu
bagian (subsistem) dari sistem yang lebih besar, yaitu komunitas
(sosial). Keluarga di pandang sebagai salah satu lembaga dasar
dimasyarakat, seperti lembaga pendidikan, kesejahteraan, atau agama.
d. Struktur Keluarga
Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural
fungsional. Struktus keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun
atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain.
Beberapa ahli meletakan strutur pada bentu/tipe keluarga, namun ada
juga yang memandang struktur keluarga menggambarkan subsistem-
subsistemnya sebagai dimensi.
Struktur keluaraga menurut Friedman (2003)
1) Pola dan proses komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,
transaksional untuk menciptakan dan ngungkapkan pengertian dalam
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga
merupakan sarana penting untuk mengembangkan makna diri.
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam
komponen komunikasi, seperti : sender, channel-media, massage,
environment, dan receinver.
Komunikasi didalam keluarga berfungsi adalah:
a) Karakteristik pengirim yang berfungsi :
Karakteristik yang berfungsi ketika menyampaikan pendapat,
pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas, meminta
feedback dan mau menerima feedback.
b) Pengirim yang tidak berfungsi adalah :
i. Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan
dasar/data yang objektif )
ii. Ekspresi yang tidak jelas : contoh marah yang tidak diikuti
ekpresi wajahnya.
iii. Jugmental expression, yaitu ucapan yang
memutuskan/menyatakan susuatu yang tidak didasari
pertimbangan yang matang.
iv. Tidak mampu mengemukkan kebutuhan
v. Komunikasi yang tidak sesuai.
c) Karakteristik penerima yang berfungsi
i. Mendengar
ii. Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan
pengalaman)
iii. Memvalidasi
d) Menerima yang tidak berfungsi
i. Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
ii. Diskualifikasi
iii. Offensive (menyerang bersifat negatif)
iv. Kurang mengeplorasi (miskomunikasi)
v. Kurang memvalidasi
e) Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga
merupakan proses dua arah yang dinamis sehingga tercipta
interaksi fungsional.
i. Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih,
gembira.
ii. Komunikasi terbuka dan jujur
iii. Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga
iv. Konflik keluarga dan penyelesaian
f) Pola komunikasi didalam keluarga yang tidak berfungsi adalah:
i. Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu
ii. Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
iii. Kurang empati
iv. Selalu mengulangi isu dan pemdapat sendiri
v. Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
vi. Komunikasi tertutup
vii. Bersifat negatif
viii. Mengembangkan gosip
e. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual)
dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi atau mengubah
perilaku orang lain (anggota keluarganya) . Beberapa macam struktur
kekuatan :
1) Legitimate power/authorty (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak
2) Referent power (seseorang yang ditiru)
3) Resource or oxpert power (pendapat, ahli, dan lain)
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima)
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6) Information power (pengaruh yang dilalui melalui persuasu)
7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui menipulasi dengan
cinta kasih, misalnya hubungan sexual).
f. Struktur Peran
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen
dalam situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial. Peran
biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat seseorang dalam suatu sistem sosial tertentu.
1) Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat
homogen. Peran formal yang standar dalam keluarga, antara lain:
pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, supir, tukang
renovasi rumah, tukang masak, dan lain-lain. Jika dalam keluarga
hanya terdapat sedikit orang untuk memenuhi peran tersebut, maka
anggota keluarga berkesempatan untuk memerankan beberapa peran
dalm waktu yang berbeda.
a) Peran parental dan perkawinan
b) Peran-peran dalam keluarga
c) Peran seksual perkawinan
d) Peran ikatan keluarga atau kinkeeping
e) Peran kakek/nenek
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang
antaranya :
a) Ayah
Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sabagai
pencari nafkah, pendidikan, pelindung, pemberi rasa aman bagi
setiap anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau
kelompok sosial tertentu.
b) Ibu
Ibu sebagi pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak-anak, pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau
kelompok tertentu.
c) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2) Peran-peran informal keluarga
Peran-peran informal keluarga (peran tertutup) biasanya
bersifat implisit, tidak tampak permukaan dan dimainkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan
keluarga.
g. Struktur Nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap, dan kenyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu. Sistem nilai
dikeluarga dia anggap sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Sebuah
nilai keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai ini akan menentukan
bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stresor-stresor lain.

h. Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya
interaksi yang terus-menerus antara yang satu dengan yang lainnya.
Struktur didasari oleh organisasi (keanggotaan dan pola hubungan yang
terus menerus).
Fungsi keluaraga menurut Friedman (2003)
1) Fungsi efektif dan koping : keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk
identitas, dan mempertahankan saat terjadi stress.
2) Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme kopig; memberikan
feedback dan memberikan petunjuk dalam penyelesaian masalah.
3) Fungsi reproduksi : keluarga melahirkan anaknya.
4) Fungsi ekonomi : keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarga dan kepentingan di masyarakat.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan : keluarga memberikan keamanan
dan kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbungan, perkebangan, dan istirahat juga penyembuhan dari
sakit.
i. Stres dan koping keluarga
Secara terus menerus, keluarga dihadapkan pada perubaha. Stimulus
untuk perubahan ini datang dari luar dan dalam. Stimulus ini disebut
dengan stresor. Stresor merupakan agen pencetus stres atau penyebab
yang mengaktifkan stres, seperti kejadian-kejadian dalam hidup yang
cukup serius (lingkungan, ekonomi, sosial budaya) yang menimbulkan
perubahan dalam sistem keluarga (Hill dalam Friedman, 2003).
Ada tiga strategi untuk adaptasi menurut White dalam Friedman
(2003), yaitu :
1) Mekanisme pertahanan
Mekanisme pertahanan merupakan cara-cara yang dipelajari,
kebiasaan otomatis untuk berespon yang bertujuan untuk
menghindari masalah-masalah yang dimiliki stresor dan biasanya
digunakan apabila tidak ada penyelesaian yang jelas dalam
keluarga.

2) Strategi koping
Strategi koping merupakan perilaku koping atau upaya-upaya
koping dan merupakan strategi yang positif, aktif, serta khusus
untuk masalah yang disesuaikan untuk penyelesaian suatu masalah
yang dihadapi keluarga.
3) Penguasaan
Penguasaan merupakan strategi adaptasi yang paling positif
karena keadaan koping benar-benar di atasi sebagai hasil dari
upaya-upaya koping yang efektif dan dipraktikkan dengan baik
yang didasarkan pada kompetensi keluarga.
j. Perkembangan Keluarga
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga
agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tiap individu
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus mereka capai agar
mereka merasa puas selama tahap perkembangan dan agar mereka mampu
beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil. Setiap tahap perkembangan
keluarga pun punya tugas-tugas perkembangan yang spesifik. Tugas
perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai
oleh keluarga selama setiap tahap perkembangan sehingga dapat
memenuhi:
 Kebutuhan biologis keluarga
 Imperatif budaya keluarga
 Aspirasi serta nilai-nilai keluarga.
1) Tahap I : pasangan baru (begining family)
Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan beru menikah
berawal dari perkawinan sepasang anak adam menandai bermulanya
sebuah keluarga baru. Keluarga yang menikah atau prokreasi dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang kehubungan baru
yang intim. Masing-masing belajar hidup bersama serta baradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan
makan, tidur, bangun pagi, dan sebagainya. Tugas perkembangan
tahap ini diantaranya :
 Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
Pada saat dua orang diikat dalam ikatan pernikahan, perhatian
awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yang
baru. Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap banyak
hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya, mereka harus
mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi,
membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian,
mencari rekreasi, dan sebagainya.namun banyak pasangan
mangalami masalah-masalah penyesuaian seksual, sering kali
disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang
mengakibatkan kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak
realistis.
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok
sosial
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
(membina hubungan dengan keluarga pasangan, mertua, saudara
ipar, dan lain-lain). Bersamaan dengan itu, mereka menjadi
anggota dari tiga keluarga, yaitu menjadi anggota keluarga dari
keluarga asal masing-masing, pada saat yang sama keluarga
mereka sendiri baru saja terbentuk. Pasangan tersebut menghadapi
tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan
mengupayakan berbagai hubungan dengan orang tua mereka,
sanak saudara, dan dengan ipar-ipar mereka karena loyalitas utama
mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan
mereka. Bagi pasangan tersebut, hal ini menuntut pembentukan
hubungan baru dengan setiap orang tua masing-masing, yaitu
hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan
kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi
pasangan baru tersebut daricampur tangan pihak luar yang
mungkin dapat merusak kesejahteraan perkawinan yang bahagia.
 Mendiskusikan rencana mempunyai anak (menjadi orang tua)
Keinginan untuk memiliki anak dan menentuan waktu untuk
hamil merupaka suatu keputusan keluarga yang sangat penting.
Dalam friedman 2003 menekankan pentingnya pertimbangan
semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang bekerja
dibidang keperawtan maternitas. Tipe keprawatan kesehatan yang
didapat keluarga sebagai subuah unit selama masa prenatal sangat
memengaruhi kemampuan keluarga dalam mengatasi perubahan-
perubahan yang luar biasa secara efektif setelah kelahiran bayi.
Masalah yang terjadi pada tahap ini:
Masalah-masalah utama yang terjadi pada tahap ini adalah
penyesuaian seksuan dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling
keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal dan
komunikasi. Kurangnya informasi sering kali mengakibatkan masalah-
masalah seksual dan emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan
yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kehamilan sebelum
ataupun sesudah perkawinan.

2) Tahap II : keluarga “ child-bearing” (kelahiran anak pertama)


Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut
sampai anak pertama berusia 30 bulan. Kedatangan bayi dalam rumah
tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi anggota keluarga dan
setiap kumpulan hubungan. kehamilan dan kelahiran bayi perlu
disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting diantaranya.
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarag : peran, interaksi,
hubungan seksual, dan kegiatan
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan.
Masalah yang terjadi pada tahap ini:
Suami merasa diabaikan oleh sang istri. Kelahiran bayi pertama
memberi perubahan yang besar dalam keluarga sehingga pasangan
harus beradaptasi dengan perannya dalam memenuhi kebutuhan bayi.
Pada tahap ini, ditandai dengan kelahiran bayi, pasangan merasa
diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.
Masalah kedua adalah sering terjadi peningkatan perselisihan dan
argumentasi antara suami dan istri serta terjadinya interupsi yang
kontiyu (begitu lelah sepanjang waktu). Peran utama perawat keluarga
adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi
dan merawat bayi serta bagaimana bayi merespon.
3) Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5
tahun dan berakhir saat anak usia 5 tahun. Pada tahap ini, keluarga
tumbuh dengan baik dalam jumlah serta kompleksitas fungsi dan
permasalahan. Tugas perkembangan pada tahap anak prasekolah yaitu:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
b) Membantu anak bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus dipenuhi.
d) Memepertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun
diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
Penambahan jumlah anggota keluarga dapat memicu timbulnya
perubahan peran, ketegangan peran, serta konflik peran antara suami
dan istri akibat tugas sehingga dapat mengancam stabilitas
perkawinan. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulus
perkembangan individu anak, khususnya kemandirian anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Permasalah yang dapat timbul pada tahap ini adalah :
 Kecelakaan pada anak yang terjadi di dalam rumah
 Frustasi atau konflik peran orang tua sehingga timbul sikap
proteksi dan disiplin yang berlebih dapat menghambat kreativitas
anak.
 Frustasi terhadap prilaku anak atau permasalahan laian dalam
keluarga yang memicu tindakan kekerasan pada anak (child
abuse).
 Terjadinya kegagalan peran sehingga menyebabkan orang tua
menolak berpartisipasi dalam peran pengasuh anak sehingga
terjadi penelantaran pada anak.
 Masalah kesulitan makan pada anak.
 Masalah kecemburuan dan persaingan antar anak.

4) Tahap IV : keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini, umumnya keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal sehingga keluarga sangat
sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
aktivitas dan minat sendiri.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak sekolah
 Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan
termasuk meningkatkan prestasi anak sekolah dan mengembangan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
 Mempertahankan keintiman dengan pasangan.
 Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas disekolah
maupun diluar sekolah.
Masalah yang terjadi pada tahap ini:
Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar biasa dari
komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai sosiasi
diluar keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka menyesuaikan
diri dengan standar-standar komunitas bagi anak. Hal ini cenderung
memengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk lebih
menekankan nilai-nilai tradisional pencapaian dan produktivitas.
Selain itu resiko gangguan kesehatan pada anak akibat
pencemaran lingkungan dari berbagai proses kegiatan pembangunan
makin meningkat, misalnya makin meluas gangguan akibat paparan
asap, emisi gas buang sarana transportasi, kebisisngan, limbah industri
dan rumah tangga serta gangguan kesehatan akibat bencana.
5) Tahap V : keluarga dengan anak remaja
Periode remaja dianggap penting karena terjadi perubahan fisik
yang diikuti dengan perkembangan mental yang cepat tak jarang,
perkembangan mental pada remaja yang merupakan masa transisi dari
anak-anak menuju dewasa menimbulkan dampak negatif pada mental
anak remaja sehingga diperlukan penyesuaian mental dan
pembentukan sikap, nilai dan minat baru tahap ini dimulai saat anak
pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun kemudian,
yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan menberi tanggung jawab
pada tahap-tahap sebelumnya.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja
 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
 Mempertahankan hubungan intim dala keluarga.
 Memperthankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
menghindari perdebatan, permusuhan, dan kecurigaan.
 Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Ini merupakan tahap paling sulit karena oorang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab
(mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan
peran dan fungsinya). Sering kali muncul konflik antara orang tua dan
remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktivitas sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol
aktivitas. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang
terbuka, menghindari kecurigaan permusuhan sehingga hubungan
orang tua dan remaja tetap harmonis.
6) Tahap VI : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat anak terakhir. Lamanya tahap ini tergantung
pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belom
berkeluaga tetap tinggal bersama orang tua. Tahap utama pada tahap
ini adalah mengorganisasian kembali keluarga melepas anak untuk
hidup sendiri.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa :
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Memepertahankan keintiman pasangan
 Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit atau memasuki
masa tua
 Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Keluarga mempersiapkan anak yang tertua untuk membentuk
keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih
mandiri. Pada saat anak semua meninggalkan rrumah, pasangan perlu
menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti fasse awal.
Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan
merasa “kosang” karena anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi.
Untuk mengatasi masalah keadaan ini, orang tua perlu melakukan
aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap
memelihara hubungan dengan baik.
7) Tahap VII : keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir kali meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena
masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal
menjadi orang tua.
Tugas perkembangan keluarga dengan usia pertengahan :
 Mempertahankan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
 Meningkatkan keakraban pasangan
Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan suami
istri fokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas
: pola hidup yang sehat, diet seimbang, olahraga rutin, menikmati
hidup, dan pekerjaan, dan sebagainya. Pasangan juga mempertahankan
hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara
mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak dan cucu)
sehingga pasangan dapat merasakan kebahagian sebagai kakek nenek.
8) Tahap VIII : keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga lanjut ini dimulai saat
salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun
merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stresor
dan kehilangan yang dialami keluarga. Stresor tersebut adalah
berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,
kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan
fungsi kesehatan.
Tugas perkembangan keluarga dengan usia lanjut
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
 Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
 Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat sosial.
k. Kesejahteraan Keluarga
Berbagai definisi yang berkaitan dengan keluarga
1) Keluarga sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasakan
perkawinan yang sah, maupun memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan materil yang layak, bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
memiliki hubungan yang sama, selaras, dan seimbang antar anggota
keluarga denga masyarakat dan lingkungan
2) Keluarga berencana
Upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hal reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas.
3) Keluarga berkualitas
Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, seha, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanjung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa.
4) Ketahanan dan kesejahteraan keluarga
Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga
yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisi materil guna hidup mandiri serta mengembangkan diri
dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan
kesejahteraan kebahagian lahir dan batin.
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

I. Data Umum
1. Nama kepala keluarga(KK) : Ny.S
2. Alamat dan telepon : Desa Paya Pasi,
085236642616
3. Komposisi keluarga dan genogram :
NAMA ANGGTOTA

TKE
IMUNISASI
JENIS KELAMIN

DGN KKHUB
KELUARGA

PEDIDIKAN
NO BC DPT CAMP HEPA
UMUR
G POLIO AK TITIS

I II III I II III IV I II III


SMA
1 Tn.A L Sua 28
mi
2 Ny.R P Istr 25 D3- √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keb
i idan
an
3 An.A L An 5 Belu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
m
ak seko
lah
Genogram :

Keterangan :

4. Tipe keluarga
Tipe Keluarga Tn.S adalah The Nuclear Family (keluarga inti) Keluarga terbentuk
karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami,
istri, dan anak, baik dari sebab biologis maupun adopsi.

5. Suku bangsa
Suku keluarga Tn.S adalah Suku Aceh

6. Agama
Keluarga Tn.S menganut Agama Islam dan melaksanakan sholat 5 Waktu dan
Tn.S mengajarkan An.A untuk sholat Jumat
7. Status kelas sosial keluarga:
a. Status ekonomi: Status ekonomi keluarga Tn.S di tingkat
Menengah dimana Tn.S mendapatkan penghasilannya dari menanam padi di
sawah
b. Mobilitas sosial: Ny.R adalah Kader Posyandu di Desa
Paya Pasi dan selalu aktif dalam pengajian dan Tn.S aktif dalam ketua Pemuda
c. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Keluarga mempunyai
kebiasaan rutin setiap lebaran atau hari-hari tertentu untuk pergi ke luar daerah
untuk liburan

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah
Tn.S dan Ny.R memiliki anak An.A berusia 5 tahun
2. Tingkat pencapaian tugas perkembangan keluarga
Ny.R membantu An.A dalam bermain dan selalu memenuhi kebutuhan An.A.
Ny.S Mengizinkan An.A bermain dengan teman-teman dan mengantarkan
mengaji di Tempat Pengajian Al-quran.

III. Pengkajian lingkungan


3. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati Tn.S adalah rumah sendiri dengan luas 15x10 m 2.
Rumah Berlantaikan semen dengan tipe tidak permanen dan keadaan rumah
dalam keadaan rapih dan bersih dan memiliki WC di dalam kamar mandi.

4. Karakteristik tetangga dan masyarakat


Tn.S tinggal di Desa Paya Pasi Kecamatan Julok dan tinggal di dataran tinggi,
dan rumahnya dekat dengan rumah ibu dan rumah adiknya dan memiliki
tetangga yang baik dan saling mengunjungi satu sama lain.

5. Mobilitas geografis keluarga


Ny.R dari lahir dan tinggal di Desa Paya Pasi dan tidak pernah perpindah
tempat tinggal, dan Tn.S berasal dari lhosukon

6. Keterlibatan keluarga dalam perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat


Ny.R sangat aktif menjadi Kader dan dalam Promosi Kesehatan
VI. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
a. Tingkat komunikasi fungsional dan disfungsional
Komunikasi Tn.S dan Ny.R sangat baik, berdiskusi dan merencanakan
masa depan untuk An.A

b. Tingkat penyampaian dan ekspresi pesan emosional (afektif)


Tn.S menganggap istrinya sebagai teman curhat, selalu menyampaikan
pesan dengan baik dan selalu berdiskusi

c. Karakteristik komunikasi dalam subsistem keluarga


Tn.S bersikap lembut terhadap istri dan anaknya.

d. Area komunikasi yang dekat/akrab


Ny.R sangat dekat dengan suaminya

e. Variable kontekstual dan familial yang mempengaruhi komunikasi


Ibu Ny.R adalah orang yang sangat berpengaruh dalam berkomunikasi
sehari-hari

2. Struktur kekuatan keluarga


a. Distribusi bentuk kekuatan dalam keluarga
Tn.S mengatakan sangat menyayangi istri dan anknya dan merekalah
sumber kekuatan untuk mencari nafkah

b. Proses pengambilan keputusan


Tn.S adalah orang yang mengambil keputusan dalam keluarganya.

c. Dasar kekuatan dalam keluarga


Tn.S mengatakan istri anaknya adalah sumber kekuatan dirinya untuk terus
bekerja kerasa dan mencari nafkah.

d. Variable yang mempengaruhi karakteristik kekuatan keluarga


Tn.S ikut berpartisipasi dalam mendidik Anaknya
e. Kesimpulan dari keseluruhan kekuatan dalam keluarga
Kekuatan keluarga Tn.S adalah istri dan anaknya yang sangat berperan
penting dalam menguatkan dan memotivasi dalam bekerja

3. Struktur peran
a. Struktur peran formal
Tn.S adalah seorang Petani dan Ny.R adalah seorang Kader Posyandu di
Desa Paya Pasi
An.A adalah seorang anak berusia 5 tahun yang sering bermain

b. Variabel yang mempengaruhi struktur peran


Tn.S sangat penting dalam peran keluarga

4. Nilai atau norma keluarga


a) Perbandingan antara nilai-nilai keluarga dengan nilai-nilai masyarakat
Berhubungan baik dengan tetangga saling menyapa dan mengunjungi dan
saking membantu dan bergotong royong.
b) Perbedaan sistem nilai
Tidak ada perbedaan sistem nilai antara Tn.S dan Ny.R, karena Ny.R selalu
menuruti perkataan Tn.S
c) Konflik nilai dalam keluarga
Belum terjadi konflik untuk saat ini, hanya saja jika Ny.R memarahi
Anaknya Tn.S membela ankanya dan mengatakan Ny.R jangan memarahi
An.A
d) Efek terhadap status kesehatan keluarga
Ny.R mengatakan keluarganya sangat bahagia

V. Fungsi keluarga
5. Fungsi efektif
a) Pengasuhan, kedekatan dan identifikasi mutual
Ny.R sangat baik mengurus anaknya dan menemaninya bermain dan
memberikan pembelajaran hal kecil di lingkungannya.

b) Keterikatan dan kerenggangan hubungan


Tn.S tidak bisa jauh dari istri anaknya.

c) Pola respon terhadap kebutuhan keluarga


Tn.S selalu memenuhi kebutuhab istri dan anaknya.
6. Fungsi sosialisasi
a) Perilaku pengasuhan anak dalam keluarga
Ny.R tegas dalam mendidik Anaknya namun Tn.R melarangnya jangan
terlalu tegas terhadap anak.
b) Tingkat adaptasi perilaku pengasuhan anak terhadap bentuk dan situasi
keluarga
Karena An.A anak pertama bagi Tn.S dan istrinya , mereka sangat berhati-
hati mendidik dan mengasuh anaknya.

c) Penanggung jawab terhadap sosialiasi anak


Tn.S dan Ny.R bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sosialisasi anak

d) Kesimpulan tentang masalah dalam pengasuhan anak


An.A diasuh dan di jaga oleh Ny.R namun Tn.R juga berperan dalam
mendidik anaknya ,Tn.S dan Ny.R bekerja sama dalam mendidik dan
mengasuh anaknya.

7. Fungsi perawatan kesehatan


a) Kepercayaan, nilai dan perilaku kesehatan
Ny.R percaya dengan Tim Kesehatan untuk masalah kesehatan dan selalu
hidup bersih dan sehat sesuai yang disarankan Tim kesehatan

b) Definisi sehat-sakit dan tingkat pengetahuan keluarga


Ny.R mengerti jika An.A sakit langsung membawanya ke Puskesmas

c) Perilaku nutrisi keluarga


Ny.Rselalu memasak masakan yang di sukai An.A dan tentunya bergizi,
Ikan, telur, sayur mayur dan meminum susu

d) Kebiasaan tidur dan istirahat


Tn.S istri dan anaknya tidur pada jam 10 malam dan istirahat pada jam 2
siang

e) Aktifitas fisik dan rekreasi


Tn.S istri dan keluarga ber rekreasi pada hari lebaran dan hari-hari tertentu.

f) Penggunaan obat, alkohol, atau tembakau


Ny.R memberikan obat penurun panas jika An.A merasakan Panas Demam
g) Terapi komplementari dan alternatif
Jika An.A panas demam namun tidak ada obat Ny.R melakukan kompres
dingin untuk menurunkan panas demam An.A

h) Riwayat kesehatan keluarga


Ny.A memiliki Riwayat darah rendah dan An.A punya riwayat demam,
batuk dan flu

i) Pemanfaatan pelayanan kesehatan


Ny.R selalu ke Puskesmas jika mengalami keluhan kesehatan

j) Sumber pembayaran pelayanan kesehatan


Keluarga Tn.S memiliki BPJS Kesehatan

k) Akses terhadap pelayanan kesehatan


Puskesmas dari rumah keluarga Tn.S hanya berjarak 2 Km

VI. Stres dan koping keluarga


8. Stressor, kekuatan dan persepsi keluarga
a) Stressor yang sedang dialami keluarga
Keluarga Tn.S hanya memikirkan masa depan An.A

b) Kekuatan yang dapat mengimbangi stressor


Kekuatan Tn.S adalah anak dan istrinya

c) Persepsi keluarga terhadap situasi yang sedang dialami


Tn.S dan Ny.S terus bekerja untuk masa depan An.A

9. Strategi koping keluarga


a) Bagaimana reaksi keluarga terhadap stressor
Tn.S mengatakan pendidikan An.A itu tidak perlu di pikirkan tetapi harus
dipersiapkan dari sekarang

b) Strategi koping internal


Tn.S selalu bermain dengan anaknya untuk membuat hatinya bahagia

c) Strategi koping eksternal


Tn.S ikut organisasi di gampong aktif di Ketua Pemuda
10. Adaptasi keluarga
a. Adaptasi keseluruhan keluarga
Keluarga Tn.S sudah beradaptasi dengan keluarganya yang berjalan 6 tahun.

VII. Harapan keluarga


Keluarga Tn.S berharap kelak anaknya memiliki pendidikan yang tinggi dan
memiliki ilmu agama yang kuat untuk bekal dunia dan akhirat.

LAMPIRAN HASIL PEMERIKSAAN FISIK


Aspek
yang Tn.S Ny.R An.A
dikaji
Kepala Tidak ada benjolan, wajah Tidak ada benjolan, wajah Tidak ada benjolan, wajah
simetris, tidak ada luka, simetris, tidak ada luka simetris, tidak ada luka,
berambut lurus berambut ikal

Mata Mata tidak Anemis, secret Mata Anemis, secret tidak


Mata Tidak Anemis,
tidak ada ada tidak ada secret mata
Telinga Tidak terdapat cairan, tidak Tidak terdapat cairan, tidak
Tidak terdapat cairan,
ada luka ada luka tidak ada luka
Hidung & Tidak Bersekret, tidak ada Tidak Bersekret, tidak ada
Terdapat sekret, tidak
mulut kelainan penciuman kelainan penciuman
ada kelainan penciuman
Leher Tidak ada benjolan, tidak Tidak ada benjolan, tidak
Tidak ada benjolan,
ada pembesaran kelenjar ada pembesaran kelenjar
tidak ada pembesaran
limfe limfe kelenjar limfe
Dada / Bunyi Jantung dan Paru Bunyi Jantung dan Paru
Bunyi Jantung dan Paru
thorax normal, dada simetris normal, dada simetris
normal, dada simetris
Abdomen Tidak ada kembung, tidak Tidak ada kembung, tidak
Tidak ada kembung,
ada nyeri tekan ada nyeri tekan
tidak ada nyeri tekan
Kulit Tidak terdapat lesi, tidak Tidak terdapat lesi, tidak
Tidak terdapat lesi, tidak
ada perubahan pigmentasi ada perubahan pigmentasi
ada perubahan
pigmentasi
Ekstremitas Tidak ada riwayat patah Tidak ada riwayat patah Tidak ada riwayat patah
tulang tulang tulang
Tekanan 110/60 mmHg 90/60mmHg Tidak di periksa
darah
Nadi 100x/menit 100x/menit 110x/menit

Suhu 36,50C 36,50C 36,50C

Pernafasan 20x/menit 20x/menit 22x/menit

Pemeriksaa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa


n gula
darah
Pemeriksaa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa
n asam urat
Lain-lain
ANALISIS DATA
No Data Penyebab Masalah

1 Data Subjektif:
-Ny.R mengatakan anaknya pernah
demam batuk dan flu Penumpukan Bersihan Jalan Tidak Efektif
-Hidung An.A terdapat sekret sekret
-Ny.R mengatakan Anaknya sekali
batuk mengeluarkan dahak
Data Objektif:
-Hidung An.A terdapat sekret
2 Data Subjektif:
-Ny.R mengatakan mengalami
darah rendah, apalagi pas Penurunan Gangguan Perfusi Jaringan
mengalami Menstruasi tekanan serebral
Data Objektif: intrakranial
-Mata Anemis
-TD: 90/75

SKORING DAN PRIORITAS MASALAH

KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN


Sifat masalah : Ancaman 2 1 2x1 = 2/3 An.A mengalamai flu
kesehatan 3 dan batuk berdahak
Kemungkinan masalah 1 2 2x2 =2 Kebiasaan An.A
untuk diubah:Hanya 2 meminum es
sebagian
Potensi masalah untuk 2 1 2x1 =2/3 Ny.R dapat
dicegah:Cukup 3 mengkonsumsi zat
besi agar anemis dan
darah rendah tidak
dialami
Menonjolnya masalah: Ada 1 1 1x1 =1/2 Kebiasaan An.S
masalah,tetapi tidak perlu 2 meminum Es
segera di tangani
Jumlah:
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral b/d Penurunan tekanan intrakranial
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

N Diagnosa NOC NIC


o Keperawatan
1 2 3 4
1 Bersihan -Mendemonstrasikan batuk efektif -Ajarkan cara batuk efektif
jalan nafas dan suara nafas yang bersih -Bersihkan sekret dari mulut
tidak efektif -Mampu mengeluarkan sputum
b/d -Menunjunkan jalan napas yang
penumpukan paten
sekret

2 Gangguan -Tekanan darah dalam batas normal -Pantau tekanan darah


Perfusi
Jaringan -Tidak ada nyeri kepala -Ajarkan teknik relaksasi saat
Serebral b/d terjadi nyeri
Penurunan -Tidak ada Anemis
tekanan -Ajarkan tindakan
intrakranial nonfarmakologis untuk
menghilangkan rasa nyeri contoh:
kompres dingin atau hangat dan
pijit bagian punggung dan leher.

-Anjurkan makan-makanan yang


seperti garam, daging, telur asin
dan jus buah naga untuk
meningkatkan tekanan darah
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI FORMATIF

Tangga Diagnosa Implementasi Evaluasi Somatif Paraf


l
Kamis, Bersihan -Mengajarkan cara batuk S: An.A merasakan lega saat
18 jalan nafas efektif diajarkan batuk efektif
Maret tidak efektif -Membersihkan sekret dari
2021 b/d hidung O: Spuntum keluar
penumpukan
A: Masalah teratasi sebagian
sekret
P: Intervensi dilanjutkan jika
terdapat sekret

Kamis, Gangguan -Memeriksa tekanan darah S: Ny.S mengatakan tidak sakit


18 Perfusi di bagian leher
Maret Jaringan -Mengajarkan teknik relaksasi
2021 Serebral b/d saat terjadi nyeri
Penurunan
-Mengajarkan tindakan O: TD:90/60 mmHg
tekanan
nonfarmakologis untuk
intrakranial
menghilangkan rasa nyeri
contoh: kompres dingin atau A: Masalah teratasi sebagian
hangat dan pijit bagian
punggung dan leher.

- Menganjurkan makan- P: Intervensi dilanjutkan


makanan seperti garam, daging,
telur asin untuk menormalkan
tekanan darah

Kamis, Bersihan -Mengajarkan cara batuk S: An.A merasakan lega saat


25 jalan nafas efektif diajarkan batuk efektif
Maret tidak efektif -Membersihkan sekret dari
2021 b/d hidung O: Spuntum keluar
penumpukan
A: Masalah teratasi sebagian
sekret
P: Intervensi dilanjutkan jika
terdapat sekret

Kamis, Gangguan -Memeriksa tekanan darah S: Ny.S mengatakan tidak sakit


25 Perfusi di bagian leher
Maret Jaringan -Mengajarkan teknik relaksasi
2021 Serebral b/d saat terjadi nyeri
Penurunan
-Mengajarkan tindakan O: TD:90/60 mmHg
tekanan
intrakranial nonfarmakologis untuk
menghilangkan rasa nyeri
contoh: kompres dingin atau A: Masalah teratasi sebagian
hangat dan pijit bagian
punggung dan leher.
P: Intervensi dilanjutkan
- Menganjurkan makan-
makanan seperti garam, daging,
telur asin untuk menormalkan
tekanan darah

Kamis, Bersihan -Mengajarkan cara batuk S: An.A merasakan lega saat


1 April jalan nafas efektif diajarkan batuk efektif
2021 tidak efektif -Membersihkan sekret dari
b/d hidung O: Spuntum keluar
penumpukan
A: Masalah teratasi sebagian
sekret
P: Intervensi dilanjutkan jika
terdapat sekret

Kamis, Gangguan -Memeriksa tekanan darah S: Ny.S mengatakan tidak sakit


1 April Perfusi di bagian leher
2021 Jaringan -Mengajarkan teknik relaksasi
Serebral b/d saat terjadi nyeri
Penurunan
-Mengajarkan tindakan O: TD:90/60 mmHg
tekanan
nonfarmakologis untuk
intrakranial
menghilangkan rasa nyeri
contoh: kompres dingin atau A: Masalah teratasi sebagian
hangat dan pijit bagian
punggung dan leher.

- Menganjurkan makan- P: Intervensi dilanjutkan


makanan seperti garam, daging,
telur asin untuk menormalkan
tekanan darah

Kamis, Bersihan -Mengajarkan cara batuk S: An.A merasakan lega saat


8 April jalan nafas efektif diajarkan batuk efektif
2021 tidak efektif -Membersihkan sekret dari
b/d hidung O: Spuntum keluar
penumpukan
A: Masalah teratasi sebagian
sekret
P: Intervensi dilanjutkan jika
terdapat sekret

Kamis, Gangguan -Memeriksa tekanan darah S: Ny.S mengatakan tidak sakit


8 April Perfusi di bagian leher
2021 Jaringan -Mengajarkan teknik relaksasi
Serebral b/d saat terjadi nyeri
Penurunan
-Mengajarkan tindakan O: TD:90/60 mmHg
tekanan
nonfarmakologis untuk
intrakranial
menghilangkan rasa nyeri
contoh: kompres dingin atau
hangat dan pijit bagian A: Masalah teratasi sebagian
punggung dan leher.

- Menganjurkan makan-
makanan seperti garam, daging, P: Intervensi dilanjutkan
telur asin untuk menormalkan
tekanan darah
FORMAT ADL MAHASISWA

NAMA MAHASISWA : Reza Maulidin


NIM : 2012230026
NO HARI/TANGGA KEGIATAN PARAF MENGETAHUI
L/JAM MHS
EVALUASI PENAMPILAN PROFESIONAL INDIVIDU
DALAM MELAKUKAN INISIASI KREATIF DAN INOVATIF
MAHASISWA
PERFORMA BOBOT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Hubungan interpersonal
 Berkomunikasi efektif dengan klien,
keluarga klien, pembimbing & 5
masyarakat
 Bekerjasama dengan berbagai pihak
5
dalam kegiatan
Pengetahuan
 Kemampuan mengidentifikasi &
10
menganalisa masalah kesehatan
 Kemampuan menyusun rencana dan
10
strategi intervensi yang tepat
 Menggunakan konsep/teori terkait
10
keperawatan gerontik
Keterampilan
 Kemampuan kerjasama dengan
10
anggota keluarga klien
 Kemampuan mengorganisasi kegiatan
10
askep denga klien
 Berinisiatif dan kreatif dalam
10
pemecahan masalah
 Berpikir logis dan kritis mengambil
keputusan yang tepat dalam 10
menghadapi konflik
Etika Praktik
 Disiplin melaksanakan praktik (sesuai
5
ketentuan praktik)
 Mandiri dalam melaksanakan praktik
5
keperawatan
 Bertanggungjawab, dan jujur dalam
5
melaksanakan praktik
 Konsultasi dengan pembimbing bila
5
menemukan masalah
Total Skor = 100
NA = Total Skor :100 (100) =
Catatan :
………, 20
Pembimbing

NAMA : Reza Maulidin


HARI/TANGGAL PRAKTIK : 16 April s.d 15 April
EVALUASI UMUM PRE DAN POST CONFERENCE
DALAM PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
N NILAI
ASPEK PENILAIAN SKOR KETERANGAN
O MAX
1 Membuat laporan pendahuluan kegiatan
25
asuhan keperawatan gerontik
2 Mempersiapkan materi pembahasan dan
15
hal lain sesuai kebutuhan kegiatan
3 Menyusun rencana kegiatan praktik sesuai
15
jadwal perencanaan
4 Melakukan diskusi asuhan keperawatan 10
5 Menyampaikan laporan hasil kegiatan
25
praktik asuhan keperawatan Gerontik
6 Memberikan respon positif dan aktif
memberikan tanggapan, pendapat, ide-ide 10
dan masukan tentang praktik
Total Skor = 100
NA = Total Skor : 100 (100) =

Catatan :
……….., 20
Pembimbing

___________________

EVALUASI PENAMPILAN DALAM HUBUNGAN KERJA (SUPERVISI)

BOBO SKALA NILAI


NO KRITERIA KET
T 1 2 3 4
1 FASE PERKENALAN
1. Memberikan salam dan penghargaan
2. Mengklarifikasikan tujuan
3. Perhatian terhadap masalah dan saat ini
4. Melakukan modifikasi rencana sesuai
dengan masalah yang dihadapi saat ini

2 TEKNIK KOMUNIKASI

1. Berbicara dengan sikap menghargai


2. Mendengar secara aktif
3. Memfasilitasi respon klien
4. Menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti

3 INTERVENSI

1. Mengikutsertakan klien pada setiap tahap


intervensi
2. Memanfaatkan seluruh potensi/sumber
daya yang dimiliki klien
3. Menampilkan strategi edukasi yang tepat
sesuai kebutuhan klien
4. Menghargai kemampuan klien dalam
diskusi

4 FASE TERMINASI

1. Klarifikasi hal yang sudah di


intervensi/didiskusikan
2. Membuat rencana berikutnya

FORMAT PENILAIAN PROMOSI (PENYULUHAN) KESEHATAN

Judul Penyuluhan : …………………………………………………..


Hari/Tanggal Penyuluhan: …………………………………………………..
Tempat : ……………………………………………………

No Aspek Penilaian Bobot Total Score


1 Kelengkapan materi penyuluhan 20 %
2 Kelengkapan alat/media penyuluhan 20 %
3 Implementasi penyuluhan/demonstrasi 20 %
4 Melakukan re-calling & feed back tentang 10 %
sejauhmana pengetahuan klien terhadap topik
yang ingin disampaikan

5 Kemampuan penyuluhan dalam menciptakan 20 %


suasana yang dapat meningkatkan
keingintahuan klien atas topik yang
disampaikan
6 Melakukan evaluasi atas penguasaan topik 10 %
yang telah disampaikan
TOTAL SCORE

Total Score = …………………………………….

EVALUASI AKHIR
NO ASPEK PENILAIAN NILAI PERSEN NILAI x
DI DI
TASE PERSENTASE
PUSKESMAS WILAYAH
BINAAN
1 Buku Log 60%
2 Penampilan prefesional individu 10%
dalam melakukan inisiasi kreatif
dan inovatif
3 Pre dan conference dalam 10%
pelaksanaan asuhan keperawatan
Gerontik
4 Penampilan sebagai change agent 10%
5 Presentasi seminar 10%
TOTAL 100%

A = 80-100 LULUS : A/B/B+/C+/C

B+ = 75-79 TIDAK LULUS : D/E

B = 70-74 (KOMPONEN YANG HARUS DIULANG ____

C+ = 65-69

C = 60-64

………………………. 20

Koordinator Mata Ajar Keperawatan Gerontik

FORMAT PENILAIAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : ………………………………………………………..


NIM : ………………………………………………………..
Nilai (1-
No Aspek yang dinilai Bobot Jumlah Ket
100)
I Pengkajian : 30 %
a. Biodata
b. Riwayat Keperawatan
c. Pemeriksaan fisik
d. Pengkajian tentang keamanan
e. Pengkajian status mental
…………..
Jumlan (N I )
5
II Diagnosa Keperawatan
a. Data penunjang subjektif dan objektif
b. Kelengkapan komponen diagnosa 10 %
keperawatan
c. Kesesuaian diagnosa dengan masalah
…………..
Jumlah (N 2)
3
III Perencanaan :
a. Memprioritaskan masalah
b. Membuat tujuan keperawatan
- Kriteria waktu
- Kriteria hasil 30 %
c. Rencana tindakan
- Prioritas tindakan
- Kesesuaian tindakan dengan etiologi
- Rasional tindakan
…………..
Jumlah (N 3)
6
IV Pelaksanaan :
a. Mengkaji ulang data
20 %
b. Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan
c. Menuliskan waktu pelaksanaan tindakan
…………..
Jumlah (N 4)
3
V Evaluasi :
c. Evaluasi setiap tindakan keperawatan
d. Evaluasi perkembangan keperawatan
- Sesuai dengan tujuan dan kriteria evaluasi 10 %
- Pendokumentasian
- Menuliskan waktu pelaksanaan
- Variasi / modifikasi tindakan
…………..
Jumlah (N 5)
5
Nilai Akhir

Anda mungkin juga menyukai