Anda di halaman 1dari 24

Dr. Farida Amin, Sp.PK.

1. Berdasarkan perjalanan penyakit/onset :


a. Akut
b. kronik
2. Berdasarkan jenis sel yang berproliferasi :
a. Leukemia limfositik
b. Leukemia non limfositik atau mieloid
3. Berdasarkan jenis sel dan perjalanan
penyakit :
a. Leukemia mielositik akut
b. Leukemia limfositik akut
c. Leukemia mielositik kronik
d. Leukemia limfositik kronik

Multifaktorial .
1. Faktor etiologi :
a. Zat-zat yang merusak DNA :
bahan kimia
(benzen, dll), radiasi, obat-obatan, alkylating
agent, dll
b. virus :
HTLV I (T cell leukemia), Epstein Barr
virus (limfoma Burkit)
2. Faktor risiko :
a. kelainan kromosom :
sindroma Down, anemia
Fanconi, Bloom syndrome, Klinefelter syndrome,
ataksia telangiektasia
b. Gangguan hematologik yang sebelumnya ada :
MDS, PNH, Myeloproliferative disorder,

EPIDEMIOLOGI

Insidens LLA adalah 1,5/100.000 populasi


Insiden L MA adalah 2,7/100.000 populasi
LLA dan LMA lebih sering terjadi pada laki-laki
LMA sering terjadi pada usia > 40 tahun,
meningkat dengan bertambahnya usia
ALL > 60% terjadi pada anak.
Leukemia akut pada anak 82% adalah ALL,
18 % AML

Berdasarkan morfologik menurut FAB ( French, American,


British Group)
Seri mieloid : Leukemia Mieloblastik Akut (LMA)
M0
:
Leukemia mielositik akut dengan
diferensias minimal
M1
: (AML:M1) Leukemia mielositik akut tanpa
pematangan
M2
: (AML:M2) Leukemia mielositik akut dengan
pematangan
M3 : (APL)
Leukemia promielositik akut
M4
: (AMMol:M4)
Leukemia mielomonositik
akut
M5
: (AMMol:M5)
Leukemia monositik akut
M5a :
tanpa pematangan
M5 b :
dengan pematangan
M6
:
Eritroleukemia
M7
:
Leukemia megakariositik akut

Seri limfoid : Leukemia limfoblastik akut (LLA/ALL)


L1 : blas kecil, homogen, dengan sitoplasma sedikit
L2 : blas besar, heterogen, sitoplasma bervariasi,
nukleoli prominen
L3 : blas besar, homogen, dengan sitoplasma
basofilik dan bervakuola

PATOFISIOLOGI
Proliferasi sel tunggal secara klonal
populasi
sel leukemia bertambah

menghambat
produksi sel normal gagal sumsum tulang:
anemia, trombositopenia, kelainan leukosit

infiltrasi sel leukemia


ke organ :
hepatomegali, splenomegali, limfadenopati,
infiltrasi ke selaput otak, kulit, testis, tulang dll.

a.

b.
1.
2.
3.
4.
5.

Gambaran klinik : anamnesis dan


pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium :
Darah tepi : pemeriksaan darah lengkap
Evaluasi sumsum tulang
Pewarnaan sitokimia
Imunofenotipik
Sitogenetik.

Rasa lelah, pucat --- (anemia)


Perdarahan : petekhia, bruising, perdarahan mukosa,
gusi, retina, epistaksis -- (Trombositopenia) atau DIC (
M3)
Demam, infeksi --- ( granulositopenia)
Hipertrofi ginggiva ( M4 dan M5), hepatosplenomegali,
limfadenopati, infiltrasi kulit, nyeri tulang --- ( infiltrasi
sel leukemia/ ekspansi tulang)
Sindroma meningeal : nyeri kepala, mual, muntah,
penglihatan kabur/dobel ---( infitrasi pd CSF)
Pembengkakan testis ( ALL), pembesaran mediatinum
( ALL sel T)
Leukostasis : gangguan aliran darah akibat
intravascular clumping dari sel blast : confusion,
paralisis otot mata, sesak nafas
Peningkatan kadar asam urat : arthritis gout, batu ginjal

1. Darah tepi

eritrosit menurun : anemia normositik normokrom

leukosit dapat meningkat, normal atau menurun.

trombosit : menurun
Sediaan apus darah tepi :
sel blas dalam darah tepi.
pada 10% kasus sel blas tidak ditemukan dalam
darah tepi ( leukemia aleukemik)
hiatus leukaemicus
: adanya sel blas dan sel
matang dan berkurangnya stadium sel diantaranya
anomali Pelger-Huet ( neutrofil dengan lobus 2
atau 1), hipo atau agranular.
Auer rod pd sitoplasma sel blas (10-40% kasus
LMA)

Sumsum tulang
Hiperseluler, gambaran monoton
(dominan sel blast.) Hitung jenis dihitung
500 sel (minimal 200)
Eritropoiesis : aktivitas menurun
Granulopoiesis :
LMA : aktivitas meningkat, blast >20%
(WHO), Auer Rod + ( M1, M2, M3)
LLA : granulopoiesis menurun, limfopoiesis
meningkat, blas >80%
Megakariosit dan trombosit menurun
2.

3.

Pewarnaan sitokimia
Tujuan : mengidentifikasi asal sel leukemia.
POX/MPO, SBB, PAS, NSE, Acid Phosphatase,
TdT (terminal deoxynucleotidyl transferase)

Tabel 1. Pewarnaan Sitokimia pada sel blas


------------------------------------------------------------------------------------POX /SBB
PAS
NSE
TdT
-------------------------------------------------------------------------------------Mieloblas
++
-/+
Limfoblas
+ +
+/ +
Monoblas
+/+/+++
Megakarioblas
+++
++
Eritroblas
+
-----------------------------------------------------------------------------------


------------------------------------------------------------------------------------FAB
MORPHOLOGY CYTOCHEMISTRY
------------------------------------------------------------------------------------M0 >30% myeloblast type I
POX (-)
M1 >30% myeloblast type I & II
POX (+) >3%
M2 >30% myeloblast, >10% granulocyte POX (++)
M3 >30% promyelocyte
POX (+++)
M4 >30% blast, >20% granulocyte
POX (++)
>20% promonocyte & monocyte
NSE (+)
M5a >30% monoblast
NSE (+)
few promonocyte & monocyte
M5b >30% monoblast
NSE (++)
>20% promonocyte & monocyte
M6 >50% erythroid cells in all stages
PAS (+)
>30% myeloblast
POX (+)
M7 >30% megakaryoblas
AcP (+)
------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan jumlah granula primer


(granula azurofilik ) : 3 tipe sel blas
tipe 1 : granula - , kromatin halus, anak
inti
jelas
tipe 2 : granula azurofilik < 20
tipe :
granula azurofilik > 2 0 -- pada
MDS

4. Imunofenotifik
Mengetahui asal sel leukemia dengan
identifikasi petanda permukaan sel
Cluster of Differentiation (CD).
5. Sitogenetik
Analisis kromosom untuk deteksi
kromosom abnormal yg berhubungan
dengan leukemia.
Bermanfaat menentukan prognosis
leukemia

Blas LLA

LMA
Ukuran sel

besar

Blas
kecil

Kromatin inti
padat halus, longgar
Rasio inti sitoplasma
besar
kecil
Nukleoli
tidak jelas, 1-2 jelas , 2-5
Auer rod
(-) (+)
Sitokimia
- PAS
- SBB/POX
- NSE
- TdT

(+)
(-) (+)

(+) monosit
(-)

(+)
(+)

(-)

LMA :
anemia aplastik, gangguan mieloproliferatif,
MDS, reaksi leukemoid.
LLA :
kelainan limfoproliferatif lain ( LLK, limfoma,
hairy cell leukemia), infeksi virus, reaksi
leukemoid, sepsis.


Akut
Usia
Onset klinik

Kronik

semua usia dewasa


mendadak
perlahan-lahan

Perjalanan penyakit 6 bulan atau <


2-6 tahun
(bila tidak diobati )
Sel leukemia
imatur matur
Anemia &
trombositopenia
mencolok ringan
Leukosit
variabel
meningkat
Limadenopati
ringan
jelas
Splenomegali
ringan
jelas

ACUTE MYELOCYTIC LEUKEMIA

L1

L2

L3

Beberapa kelainan metabolik akibat lisis sel tumor yang


menghasilkan produk dalam jumlah yang melampaui
kemampuan ekskresi ginjal, seperti hiperurisemia,
hiperfosfatemia, azotemia atau hipokalsemia .
Terutama terjadi pada penderita leukemia limfoblastik.
Dapat terjadi sebelum atau sesudah kemoterapi.
Pada leukemia akibat hiperleukositosis ( jumlah leukosit
dalam darah tepi > 100.000/uL) dapat terjadi komplikasi
berupa sindroma lisis tumor atau sindroma leukostasis.
Kompl sudah dapat terjadi pada pend dengan hitung
leukosit sama atau lebih dari 50.000 /ul.
Kedua kondisi di atas merupakan kedaruratan onkologi dan
harus diantisipasi sedini mungkin.

Beratnya kelainan dipengaruhi oleh waktu


dan intensitas pemberian kemoterapi,
hidrasi, status asam basa dan kecepatan
filptrasi glomerulus.
Gangguan metabolik berat dapat
menyebabkan gagal ginjal, antisipasi harus
mulai dilakukan pada penderita dengan
hitung leukosit 50.000/ul.

Adalah gejala yang timbul akibat tersumbatnya arteri kecil


oleh agregat/trombi sel blast.
Pend. Leukemia mieloblastik lebih sering mengalami
komplikasi ini dibandingkan dgn pend. Leukemia limfoblastik
karena ukuran mieloblas yang lebih besar daripada
limfoblas dan sifat mieloblas yang lebih kaku.
Leukostasis di otak : gejala neurologis berupa pusing,
penglihatan kabur, tinitus, delirium, ataksia, perdarahan
retina
Leukostasis pulmoner : dispnea, hipoksia sampai gagal nafas

Acute infections
Inflammation
Intoxication
Acute hemorrhage
Acute hemolysis of red blood cells
Myeloproliferative disease
Tissue necrosis
Physiologic conditions
Steroid administration

Anda mungkin juga menyukai