Anda di halaman 1dari 26

LEUKEMIA

PENDAHULUAN
Leukemia adalah keganasan hematologik akibat proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkat sel induk
hematopoetik, sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia Sel ganas ini akan menggantikan sel
yang normal dan beredar secara sistemik kemudian dapat disertai infiltrasi ke organ
lain.
Sel abnormal ini dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang, hitung sel
darah putih sirkulasi meninggi dan menginfiltrasi organ lain. Dengan demikian
gambaran umum leukemia mencakup sel darah putih abnormal dalam darah tepi,
hitung sel darah putih total meninggi. Bukti kegagalan sumsum tulang misalnya
anemia, netropenia atau trombositopenia dan melibatkan organ lain seperti hepar,
limpa, kelenjar limfe, otak, kulit dan testis.
Jadi leukemia merupakan suatu keganasan (maligna) yang ditandai oleh
proliferasi dan penimbunan sel-sel hematopoeitik lain dalam sumsum tulang dan
beredar dalam darah tepi dengan jumlah yang besar dan umumnya terdiri atas sel
muda.
Penyebab leukemia belum diketahui, tapi ada beberapa hal yang diperkirakan dapat
menimbulkan leukemia adalah :
1. Radiasi, misalnya : sinar dengan panjang gelombang pendek, sinar Gamma, sinar
Beta dan lain-lain.
2. Zat kimia, misalnya : Benzene
3. Obat-obatan, misalnya : klorambusil, melphalan, prokarbazine dan nitrosurea.
4. Virus, misal : Infeksi virus Ebstein Barr, bakteri Helicobacter pylori
5. Faktor Genetik, misal : Sindrome down (jumlah kromosom 47, kelebihan
kromosom)

HEMATOLOGI III 1
LEUKEMIA
Leukemia digolongkan kedalam kelompok akut dan kronis berdasarkan
derajat maturasi sel-sel ganas di dalam sumsum tulang. Leukemia akut ditandai
adanya gangguan maturasi yang mengakibatkan meningkatnya sel-sel muda dan
terjadi kegagalan diferensiasi sel-sel darah. Keadaan ini menyebabkan penyakit
tampak sangat berat dan menyebabkan kematian dalam beberapa bulan tanpa
pengobatan. Sebaliknya pada leukemia kronik terjadi peningkatan sel matur yang
tidak terkendali, sehingga penyakit tampak relatif lebih ringan. Leukemia kronik pada
stadium akhir dapat menjadi progresif seperti leukemia akut.
Leukemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Menurut Maturitas (kematangan) / kecepatan timbulnya gejala :
a. Leukemia akut
b. Leukemia kronis
2. Menurut sel yang terlibat, yaitu :
a. Leukemia Limfoid / Limfoblastik / Limfositik
b. Leukemia Non Limfoid (Mieloid) / Myeloblastik / Granulositik

PATOFISIOLOGI
Proliferasi ganas sel induk oleh karena sel leukemia dapat menyebabkan :
1. Penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang
2. Infiltrasi sel leukemia kedalam organ menyebabkan organomegali
3. Katabolisme sel meningkat terjadi hiperkatabolik

HEMATOLOGI III 2
LEUKEMIA
PATOFISIOLOGI

Fc predisposisi, etiologi, pencetus

Mutasi somatik sel induk

Proliferasi neoplastik & differentiation arrest

hiperkatabolik Gagal sumsum


tulang

Asam urat 
Sel leukemia Anemia,
perdararahan
Gagal ginjal

Infiltrasi organ Inhibisi


hemopoesis
normal

tulang darah RES Ekstrameduler


lain

Nyeri Sindrom Meningitis, lesi


tulang hiperviskositas kulit

Limfadenopati,
hepatomegali,
splenomegali

HEMATOLOGI III 3
LEUKEMIA
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT

Leukemia Limfoblastik Akut =LLA (Acute Lymphoblastic Leukemia = ALL)


adalah keganasan klonal sel-sel precursor limfoid. Lebih dari 80 % kasus, sel-sel ganas
berasal dari limfosit B, sisanya merupakan leukemia sel T. Leukemia ini merupakan
bentuk leukemia yang paling banyak pada anak-anak. Walaupun demikian, 20 %
dari kasus LLA adalah dewasa. Usia puncak 3-4 tahun dan separuhnya remaja, usia
diatas 30 tahun jarang ditemukan. Gejala klinisnya mulai secara mendadak.
Gejala klinis terjadi karena hal-hal berikut :
1. Kegagalan sumsum tulang :
a. anemia (pucat, letargi dan dispneu)
b. neutropenia (demam, infeksi pada mulut, tenggorokan, kulit, saluran napas,
dll)
c. trombositopenia yang menyebabkan perdarahan cepat terjadi (memar
spontan, purpura-petekiae & ekimosis, gusi berdarah dan menoragia)
2. Karena infiltrasi ke organ : Nyeri tulang, limpadenopati, spleenomegali sedang,
hepatomegali, sindrom meningeal yaitu : sakit kepala, muntah, penglihatan
kabur dan nausea.

Pemeriksaan Laboratorium :
1. Pemeriksaan Hematologik :
a. anemia normositik normokrom
b. trombositopenia
c. hitung sel darah putih mungkin menurun, normal atau meningkat hingga
200.000/ul atau lebih.

HEMATOLOGI III 4
LEUKEMIA
2. Apusan Darah Tepi memperlihatkan sel-sel blast dalam jumlah bervariasi.

3. Sumsum tulang ditemukan hiperseluler dengan sel blast leukemik > 20%.

evaluasi AST normal evaluasi AST pada LLA

4. Pemeriksaan Khusus untuk LLA


a. Sitokimia, pada LLA, pewarnaan Sudan black dan mieloperoksidase akan
memerikan hasil yang negative. Mieloperoksidae adalah enzim sitoplasmik
yang ditemukan pada granula primer dari precursor granulositik, yang
dapat dideteksi pada sel blas LMA. Sitokimia juga berguna untuk
membedakan precursor B dan B-ALL dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam
akan positif pada limfosit T yang ganas, sedangkan sel B dapat memberikan
hasil yang positif pada pewarnaan periodic acid Schiff (PAS). TdT yang
diekspresikan oleh limfoblasdapat dideteksi dengan pewarnaan
imunoperoksidase atau flow cytometry.

HEMATOLOGI III 5
LEUKEMIA
1) Terminal deoxynucleotidyl transferase (TdT)

TdT yang diekspresikan oleh limfoblast dapat dideteksi dengan pewarnaan


imunoperoksidase atau flow cytometry.

2) Periodik Acid-Schiff (PAS)

Pewarnaan PAS pada sumsum tulang LLA memperlihatkan hasil yang positif (limfosit
memperlihatkan warna merah tegas) granula dan bagian-bagian sel yang berisi
glikogen menjadi merah. sel B dapat memberikan hasil yang positif pada
pewarnaan periodic acid Schiff (PAS)

3) Fosfatase Asam

pewarnaan fosfatase asam pada ADT LLA memperlihatkan hasil yang positif
dengan limfosit memperlihatkan warna yg lebih terang. Pewarnaan
fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang ganas

HEMATOLOGI III 6
LEUKEMIA
b. Imunofenotyping menggunakan sitometri arus/Flow cytometry.
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnosis dan klasifikasi LLA. Reagen yang
dipakai untuk diagnosis dan identifikasi subtipe imunologi adalah antibodi
terhadap:
1) Untuk sel precursor B: CD10 (common ALL antigen), CD19, CD79A,
CD22,cytoplasmic m-heavy chain, dan TdT
2) Untuk sel T: CD1a, CD2, CD3, CD4, CD5, CD7, CD8, dan TdT
3) Untuk sel B: kappa atau lambda, CD19, CD20, dan CD22
Pada sekitar 15-54% LLA dewasa didapatkan ekspresi antigen myeloid.

c. analisis kromosom
Analisis sitogenetik sangat berguna karena beberapa kelainan sitogenik
berhubungan dengan subtype LLA tertentu, dan dapat memberikan
informasi prognostic. Translokasi t(8;14), t(2;8), dan t(8;22) hanya
ditemukan pada LLA sel B dan kelainan kromosom ini menyebabkan
disreguasi dan ekspresi yang berlebihan dari gen c-mcy kromosom 8.

translokasi antara kromosom 1 dan 19. t(1;19)(q23;p13)

HEMATOLOGI III 7
LEUKEMIA
Klasifikasi Leukemia Limphoblastik Akut secara morfologik menurut FAB (French-
American-British) dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. LLA L1 dengan sel limfoblas kecil-kecil dan merupakan 84% dari LLA
2. LLA L2 dengan sel lebih besar, inti regular, kromatin bervariasi dan
bergumpal, nucleoli prominen dan sitoplasma agak banyak. merupakan 14%
dari LLA
3. LLA L3 mirip dengan limfoma burkitt, yaitu sitoplasma basofilik dengan
banyak vakuola, hanya merupakan 1 % dari LLA.

Tipe L1 Tipe L2 Tipe L3


Tampilan sel homogen heterogen homogen
kecil dan sama
Ukuran sel besar dan bervariasi besar dan sama
besar
teratur & sedikit tidak teratur,
Bentuk inti sel teratur, bulat
bercelah bercelah & berlekuk
bervariasi & titik halus &
Kromatin inti homogen
heterogen homogen
Anak inti tidak nyata satu atau lebih besar satu/lebih nyata
bervariasi & sering banyak, kadang
Sitoplasma sedikit
banyak ada vakuol

HEMATOLOGI III 8
LEUKEMIA
LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT

Leukimia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid.
Bila tidak diobati, penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat dalam
waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis. Leukemia ini merupakan
jenis leukemia akut dapat terjadi pada semua umur, tapi lebih sering pada dewasa
dan angka kejadian menjadi semakin meningkat seiring usia dengan usia rata-rata
pada 65 tahun.
Proses patofisiologi LMA dimulai dari transformasi ganas sel induk
hematologik atau turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel
leukemia yang akan mengakibatkan :
1. penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang
2. infiltrasi sel leukemia ke dalam organ sehingga menimbulkan organomegali
3. katabolisme sel meningkat sehingga terjadi hiperkatabolik
Tanda dan gejala utama LMA , yaitu :
1. Adanya rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom
kegagalan sumsum tulang.
2. Infeksi sering terjadi di tenggorokan, paru-paru, kulit dan daerah peri rektl,
sehingga organ-organ tersebut harus diperiksa secara teliti pada pasien LMA
dengan demam.
3. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia yang sering
dijumpai di ekstremitas bawah atau berupa epistaksis, perdarahan gusi dan
retina.
4. kecenderungan perdarahan disebabkan oleh trombositopenia dan
Disseminated intravascular coagulation (DIC) merupakan gejala yang khas
pada LMA M3 atau promielositik.

HEMATOLOGI III 9
LEUKEMIA
5. hipertrofi gusi dan infiltrasi, keterlibatan kulit dan penyakit sistem saraf pusat
merupakan gejala khas pada LMA M4 atau mielomonositik dan M5 atau
monositik.

Klasifikasi LMA menurut FAB (French-American-British) yaitu :

M0 Mieloblastik tanpa maturasi. Sel Blast tanpa granula dengan batang


auer atau granula azurofil
M1 Mieloblastik dengan maturasi lebih dari 50 % sel Mieloblast dan
promielosit. Ditemukan Pseudo anomali Pelger-Huet dan granulasi
kurang.
M2 Promielosit hipergranula, batang auer ada. Leukemia ini bisa
menyebabkan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
M3 Promeilosit dan Mielosit dengan granulasi ada tanpa batang auer.
Terdiri dari sel yang dominan mielosit dan metamielosit dan disertai
juga seri yang lain.
M4 Mielomonositik. Promonosit dan monosit merupakan 20% sel
dominan dan mieloblast dan promielosit 20% dari serinya.
M5 Monositik, didominasi monosit dan granulosit kurang dari 10 %.
M6 Erytroleukemia. Sumsum tulang 50% seri eritrosit. Mieloblast dan
promielosit 30%
M7 Megakariositic Leukemia. Sumsum tulang sel yang predominant.
Megakariosit dengan peningkatan yang berarti, tampak megakariosit
berbentuk abnormal. Darah perifer terjadi jumlah trombosit sangat
tinggi (thrombocytemia)

HEMATOLOGI III 10
LEUKEMIA
1. M0 : LMA tanpa diferensiasi, tidak spesifik dan sulit dinilai

gambaran morfologi LMA M0

2. M1 : LMA tanpa maturasi, myeloblast > 30%, auer rod (+), MPO (+), SBB(+),
PAS (+ lemah)

gambaran morfologi LMA M1

3. M2 : LMA dengan maturasi, myeloblast > 30%, auer rod (++), MPO (++),
SBB(++), PAS (+)

gambaran morfologi LMA M2

HEMATOLOGI III 11
LEUKEMIA
4. M3 : acute promyelocytic leukemia, dominasi promielosit, multiple auer rods,
MPO (+++), SBB(+++), PAS (++)

gambaran morfologi LMA M3

5. M4 : acute myelomonocytic leukemia, myeloblast > 30%, komponen


monositik dlm SST > 20% dari semua sel non eritroid (hal ini yg
membedakan dengan M2)

gambaran morfologi LMA M4

6. M5 : acute monocytic leukemia


a. M5a tanpa maturasi (acute monoblastyc leukemia), 80%
monoblast
b. M5b dengan maturasi (acute monocytic leukemia), dominasi
monosit

HEMATOLOGI III 12
LEUKEMIA
gambaran morfologi LMA M5

7. M6 : Erythroleukemia, Eritroleukemia, dianggap sebagai transformasi dari


MDS  Myeloblast > 30%, seri eritrosit > 50%.

gambaran morfologi LMA M6

8. M7 : Megakaryoblastic leukemia, Megakaryoblastic leukemia  Platelete


Peroksidase (+)

gambaran morfologi LMA M7

HEMATOLOGI III 13
LEUKEMIA
9. Keterangan tambahan M8 : basophilic leukemia (belum masuk klasifikasi
leukemia)

Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Hematologik
a. anemia normositik normokrom
b. trombositopenia
c. jumlah leukosit meningkat tapi dapat juga normal atau menurun
d. Hitung jenis :
Myeloblast : jumlahnya meninggi sampai 30 %
Promyelosit : jumlahnya meninggi juga
Myelosit : jumlahnya kecil
Metamyelosit : jumlahnya kecil
Batang : jumlahnya meninggi
Segmen : jumlahnya meninggi

2. apusan darah tepi, khas menunjukkan adanya sel muda (mieloblast, promielosit,
limfoblast, monoblast, normoblast atau megakariosit) yang melebihi 5% dari
jumah sel berinti pada darah tepi. sering dijumpai pseudo pelger-huet anomaly
(netrofil dengan lobus sedikit yang disertai hipo atau agranular).

gambaran apusan darah tepi leukemia mieloblast akut dengan jumlah blast >5%

HEMATOLOGI III 14
LEUKEMIA
Keterangan gambar :
A. Myeloblasts
B. netrofil mielosit
C. netrofil metamielosit
D. netrofil batang
E. Basofil

3. Sumsum Tulang. Nampak hiperseluler dengan hamper semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya
leukemic gap (perubahan tiba-tiba dari sel muda ke sel matang tanpa sel antara.
jumlah blast minimal 30% dari sel berinti (hitung 500 sel pada sumsum tulang)

a b

Gambaran sumsum tulang LMA.


(a) pembesaran 40x Nampak hiperseluler dengan dominasi sel blast (b) pembesaran 100x
Nampak sel blast > 30% dengan nucleoli yang ditunjuk oleh anak panah

4. Sitokimia, pengecatan sitokimia pada leukemia mieloid akut dapat membantu


membedakan tipe satu sel dengan sel lainnya. Tujuan pewarnaan sitokimia
adalah untuk mebedakan leukemia jenis myeloid atau limfoid serta diagnosis dan
klasifikasi LMA. untuk membedakan LMA dan LLA, pada sitokimia hasil yang
positif didapatkan pada pulasan :

HEMATOLOGI III 15
LEUKEMIA
a. Mieloperoksidase
Mieloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang ditemukan pada
granula primer dari prekursor granulositik, yang dapat dideteksi pada sel blas
LMA. Enzim ini terdapat pada granula netrofil, eosinophil dan monosit.
enzim peroksidase mengkatalisis oksidasi substrat dengan adanya hydrogen
peroksida membentuk presipitat berwarna coklat. Pengecatan
mieloperoksidase membedakan antara sel-sel imatur pada leukemia
mieloblastik akut dengan leukemia limfoblastik akut. Hasil yang positif
menunjukkan perubahan warna coklat seperti yang nampak pada gambar
berikut.

Gambaran pewarnaan MPO positif pada Leukemia Mieloblastik akut

b. Sudan black
Sudan Black mewarnai granula sitoplasma yang mengandung fosfolipid
intraseluler dan lipid yang ada didalam leukosit menjadi coklat hitam.
Umumnya sel dengan peroksidase positif akan memberi reaksi positif pada
sudan black. Kelebihan Sudan Black dibandingkan mieloperoksidase yaitu
sudan black dapat menggunakan apusan darah atau sumsum tulang yang lebih
lama dan hasilnya lebih awet.

HEMATOLOGI III 16
LEUKEMIA
Gambaran pewarnaan sudan black positif pada apusan sumsum tulang

c. PAS (Periodic Acid Schiff)


pewarnaan ini untuk mendeteksi glikogen dan mukopolisakarida intraseluler.
rekasi yang terjadi adalah oksidase glikogen oleh periodic acid menjadi
dialdehide, kemudian dialdehide bereaksi dengan reagen Schiff membentuk
warna merah. Pewarnaan ini dapat digunakan untuk identifikasi
eritroleukemia.

Gambaran pewarnaan PAS

d. Esterase non spesifik = Non Spesific (alpha naphthyl butyrate) esterase.


Dilakukan untuk identifikasi sel monosit tetapi tidak untuk granulosit ataupun
eosinophil. LEukosit esterase merupakan kelompok enzim yang menghidrolisis

HEMATOLOGI III 17
LEUKEMIA
acyl ester dari alpha naphtol. Hasil reaksi memperlihatkan granuler berwarna
coklat.

Gambaran pewarnaan esterase nonspesifik

Pewarnaan hasil positif pada leukemia mieloblastik akut


PEWARNAAN M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7
MPO - + + + +/- - +/- -
SBB - + + + +/- - +/- -
PAS - - - - - - + -
Non spesifik esterase - - - - + + - -

5. Imunofenotiping
Tabel berikut memperlihatkan imunofenotiping leukemia mieloblastik akut
berdasarkan klasifikasi FAB
Klasifikasi FAB marker imunologik
M0 CD13, CD34, HLA-DR, CD33, CD117, CD2, TdT
M1 CD13, CD14, CD33, CD34
M2 CD34, CD56
M3 CD13, CD33, HLA-DR,
M4 CD13, CD34, CD11b, CD11c, CD14, CD33
M5 CD14, CD4, CD36, CD64
M6 Glycophorin 7, Transferin receptor CD71
M7 cCD41, cCD42b, cCD61

HEMATOLOGI III 18
LEUKEMIA
Perbedaan LMA dan LLA

no LLA LMA
1 morfologi limfoblast : mieloblast :
a. kromatin bergumpal a. kromatin lebih halus
b. nucleoli lebih samar, b. nucleoli lebih prominent
lebih sedikit c. lebih banyak
c. auer rod negatif d. auer rod positif
d. sel pengiringnya limfosit e. sel pengiringnya netrofil
2 sitokimia
a. MPO - +
b. SBB - +
c. PAS - +
d. esterase - +
nonspesifik
3 enzim
a. Tdt + -
b. serum - + (monositik)
lysozime

HEMATOLOGI III 19
LEUKEMIA
LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif


yang ditemukan pada orang tua (umur median 60 tahun) dengan manifestasi
proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil dalam sumsum
tulang, darah perifer, dan tempat-tempat ekstramedular dengan kadar yang
mencapai 100.000/mm3 atau lebih. LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B
(jarang pada limfosit T). LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang
menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1
untuk laki-laki.
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita
dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Sel leukemia memblok
produksi sel darah putih yang normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.
Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel
darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks) dan mengganggu pengendalian normal dari pembelahan
sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk
hematologis dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel
leukemia dan mengakibatkan penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi
bone marrow failure, infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan
organomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik.

HEMATOLOGI III 20
LEUKEMIA
LLK seri limfoid terdiri dari 3 jenis leukemia
1. leukemia limfositik kronik (chronic lymphocytic leukemia)
2. leukemia prolimfositik (prolymphocytic leukemia)
3. leukemia sel berambut (hairy cell leukemia)

Gambaran Klinis :
1. Penyakit terjadi pada pasien usia lanjut dengan hanya 15% kasus terjadi sebelum usia 50
tahun. ♂ : ♀ = 2 : 1
2. Sebagian besar kasus terdiagnosis ketika pemeriksaan darah rutin. Dengan
semakin meningkatnya check-up medis rutin maka proporsi ini meningkat
menjadi >80%.
3. Pembesaran simetris kelenjar limfe servikalis, aksilaris dan inguinalis merupakan
tanda klinis tersering. Kelenjar tersebut biasanya diskret dan tak nyeri.
4. Mungkin terdapat gambaran anemia, Pasien dengan trombositopenia munhkin
menunjukkan memar atau purpura
5. splenomegaly dan hepatomegaly timbul pada tahap lanjut

Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah Tepi :
a. limfositosis, jumlah absolut limfosit B klonal adalah > 5x109/L dan mungkin
sampai 300x109/L atau lebih. Antara 70 dan 99% dari sel darah putih dalam
apusan darah adalah limfosit kecil.
b. anemia normositik normokrom
c. trombositopenia sering dijumpai
d. Sering disertai basket cell atau smudged cell. Sel ini adalah sel leukosit yang
telah rusak selama persiapan dari darah perifer. iasanya terlihat pada leukimia
limfositik kronik tetapi dapat juga terlihat pada penyakit keganasan lainnya.
Disebut basket sel karena bentuknya yang menyerupai keranjang yang di

HEMATOLOGI III 21
LEUKEMIA
sebabkan karena gumpalan kromatin yang memanjang keluar dari massa sel
dan terlihat sebagai noda kromatin yang bentuknya menyerupai keranjang.
Pada basket sel atau smudge sel tidak tampak adanya sitoplasma.

Gambaran apusan darah tepi leukemia limfositik kronik dengan smudge cell /
sel basket (tanda panah)

2. sumsum tulang : infiltrasi “small wall differentiated lymphocyte” difus, dengan


limfosit merupakan 25-95% dari sel sumsum tulang

Gambaran sumsum tulang leukemia limfositik kronik

HEMATOLOGI III 22
LEUKEMIA
3. imunofenotiping
imunofenotyping CLL PLL HCL
CD19 + + +
Sig weak ++ ++
CD5 + - -
CD22/FMC7 - + +
CD79b - ++ -/+
CD103 - - +

Diagnosis LLK menurut International Workshop on CLL adalah


1. limfositosis > 5x109/L selama 4 minggu atau lebih
2. low density cell surface antigen dan CD 5 antigen positif
3. Limfosit matang yang disertai tidak lebih dari 50% sel limfosit, atipik atau imatur
4. sumsum tulang dengan > 30% limfosit

Derajat penyakit LLK menurut kriteria Rai

limfosit Hb PLT
stage limfadenopati hepatomegali
> 15.000 <11 g/dl < 100.000
0 + - - - -
I + + - - -
II + + + - -
III + + + + -
IV + + + + +
selanjutnya dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

A = low risk (stage 0)

B = intermediate risk (stage I & II)

C = high risk (stage III & IV)

Derajat Klasifikasi menurut Binet

Hb PLT
stage pembesaran organ
(g/dl) (x106/L)
A (50-60%) 0,1 atau 2 area
B (30%) 3,4 atau 5 area ≥10 ≥100
C (<20%) tidak terhitung < 10 < 100
HEMATOLOGI III 23
LEUKEMIA
LEUKEMIA MIELOSITIK KRONIK

Leukemia Mielositik Kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia (CML)


merupakan sel leukemia kronik dengan gejala yang timbul perlahan-lahan dan sel
leukemia berasal dari transformasi sel induk myeloid.
CML termasuk kelainan klonal dari pluripotent stem cell dan tergolong sebagai salah
satu kelainan myeloproliferatif. Fase perjalanan penyakit LMK dibagi menjadi dua
fase, yaitu :
1. fase kronik : fase ini berjalan selama 2-5 tahun dan responsif terhadap
kemoterapi.
2. fase akselarasi atau transformasi akut :
a. pada fase ini perangai CML berubahah mirip leukemia akut
b. proporsi sel muda meningkat dan akhirnya masuk kedalam “blast crisis”
c. sekitar 2/3 menunjukkan sel blast seri myeloid, sedangkan 1/3
menunjukkan seri limfoid

Gejala Klinis LMK tergantung pada fase yang dijumpai:


A. Fase Kronik terdiri atas
1. gejala hiperkatabolik : berat badan menurun, lemah, anoreksia,
berkeringat malam
2. splenomegali
3. hepatomegali
4. gejala gout, gangguan penglihatan
5. anemia ringan
B. Fase Transformasi akut, pada fase ini timbul keluhan baru : demam, lelah,
nyeri tulang, sternum, respon terhadap kemoterapi menurun, leukositosis
meningkat, trombosit menurun dan akhirnya menjadi gambaran leukemia
akut dan blast crisis.

HEMATOLOGI III 24
LEUKEMIA
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Darah Tepi
a. leukositosis berat 20.000-50.000 bahkan sampai 100.000
b. gambaran morfologi menunjukkan spectrum lengkap seri granulosit mulai
dari mieloblast sampai netrofil segmen, dengan komponen paling menonjol
adalah segmen netrofil dan mielosit, blast kurang dari 5 %
c. anemia mulai ringan menjadi progresif pada fase lanjut, normositik
normokrom
d. trombosit bisa meningkat, normal atau menurun.

Gambaran apusan darah tepi leukemia mielositik kronik

HEMATOLOGI III 25
LEUKEMIA
2. Sumsum tulang
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan. Gambaran morfologi
menunjukkan seri myeloid lengkap dengan komponen paling banyak ialah
netrofil dan mielosit. Sel blast kurang dari 30%. Megakariosit pada fase kronik
normal atau meningkat.

Gambaran apusan sumsum tulang leukemia mielositik kronik

3. Sitogenetik, dijumpai adanya Philadelphia (Ph1) chromosome pada 95% kasus.

Translokasi Kromosom Philadelphia (9 dan 22)

HEMATOLOGI III 26
LEUKEMIA

Anda mungkin juga menyukai