PENDAHULUAN
Leukemia adalah keganasan hematologik akibat proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkat sel induk
hematopoetik, sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia Sel ganas ini akan menggantikan sel
yang normal dan beredar secara sistemik kemudian dapat disertai infiltrasi ke organ
lain.
Sel abnormal ini dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang, hitung sel
darah putih sirkulasi meninggi dan menginfiltrasi organ lain. Dengan demikian
gambaran umum leukemia mencakup sel darah putih abnormal dalam darah tepi,
hitung sel darah putih total meninggi. Bukti kegagalan sumsum tulang misalnya
anemia, netropenia atau trombositopenia dan melibatkan organ lain seperti hepar,
limpa, kelenjar limfe, otak, kulit dan testis.
Jadi leukemia merupakan suatu keganasan (maligna) yang ditandai oleh
proliferasi dan penimbunan sel-sel hematopoeitik lain dalam sumsum tulang dan
beredar dalam darah tepi dengan jumlah yang besar dan umumnya terdiri atas sel
muda.
Penyebab leukemia belum diketahui, tapi ada beberapa hal yang diperkirakan dapat
menimbulkan leukemia adalah :
1. Radiasi, misalnya : sinar dengan panjang gelombang pendek, sinar Gamma, sinar
Beta dan lain-lain.
2. Zat kimia, misalnya : Benzene
3. Obat-obatan, misalnya : klorambusil, melphalan, prokarbazine dan nitrosurea.
4. Virus, misal : Infeksi virus Ebstein Barr, bakteri Helicobacter pylori
5. Faktor Genetik, misal : Sindrome down (jumlah kromosom 47, kelebihan
kromosom)
HEMATOLOGI III 1
LEUKEMIA
Leukemia digolongkan kedalam kelompok akut dan kronis berdasarkan
derajat maturasi sel-sel ganas di dalam sumsum tulang. Leukemia akut ditandai
adanya gangguan maturasi yang mengakibatkan meningkatnya sel-sel muda dan
terjadi kegagalan diferensiasi sel-sel darah. Keadaan ini menyebabkan penyakit
tampak sangat berat dan menyebabkan kematian dalam beberapa bulan tanpa
pengobatan. Sebaliknya pada leukemia kronik terjadi peningkatan sel matur yang
tidak terkendali, sehingga penyakit tampak relatif lebih ringan. Leukemia kronik pada
stadium akhir dapat menjadi progresif seperti leukemia akut.
Leukemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Menurut Maturitas (kematangan) / kecepatan timbulnya gejala :
a. Leukemia akut
b. Leukemia kronis
2. Menurut sel yang terlibat, yaitu :
a. Leukemia Limfoid / Limfoblastik / Limfositik
b. Leukemia Non Limfoid (Mieloid) / Myeloblastik / Granulositik
PATOFISIOLOGI
Proliferasi ganas sel induk oleh karena sel leukemia dapat menyebabkan :
1. Penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang
2. Infiltrasi sel leukemia kedalam organ menyebabkan organomegali
3. Katabolisme sel meningkat terjadi hiperkatabolik
HEMATOLOGI III 2
LEUKEMIA
PATOFISIOLOGI
Asam urat
Sel leukemia Anemia,
perdararahan
Gagal ginjal
Limfadenopati,
hepatomegali,
splenomegali
HEMATOLOGI III 3
LEUKEMIA
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Pemeriksaan Hematologik :
a. anemia normositik normokrom
b. trombositopenia
c. hitung sel darah putih mungkin menurun, normal atau meningkat hingga
200.000/ul atau lebih.
HEMATOLOGI III 4
LEUKEMIA
2. Apusan Darah Tepi memperlihatkan sel-sel blast dalam jumlah bervariasi.
3. Sumsum tulang ditemukan hiperseluler dengan sel blast leukemik > 20%.
HEMATOLOGI III 5
LEUKEMIA
1) Terminal deoxynucleotidyl transferase (TdT)
Pewarnaan PAS pada sumsum tulang LLA memperlihatkan hasil yang positif (limfosit
memperlihatkan warna merah tegas) granula dan bagian-bagian sel yang berisi
glikogen menjadi merah. sel B dapat memberikan hasil yang positif pada
pewarnaan periodic acid Schiff (PAS)
3) Fosfatase Asam
pewarnaan fosfatase asam pada ADT LLA memperlihatkan hasil yang positif
dengan limfosit memperlihatkan warna yg lebih terang. Pewarnaan
fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang ganas
HEMATOLOGI III 6
LEUKEMIA
b. Imunofenotyping menggunakan sitometri arus/Flow cytometry.
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnosis dan klasifikasi LLA. Reagen yang
dipakai untuk diagnosis dan identifikasi subtipe imunologi adalah antibodi
terhadap:
1) Untuk sel precursor B: CD10 (common ALL antigen), CD19, CD79A,
CD22,cytoplasmic m-heavy chain, dan TdT
2) Untuk sel T: CD1a, CD2, CD3, CD4, CD5, CD7, CD8, dan TdT
3) Untuk sel B: kappa atau lambda, CD19, CD20, dan CD22
Pada sekitar 15-54% LLA dewasa didapatkan ekspresi antigen myeloid.
c. analisis kromosom
Analisis sitogenetik sangat berguna karena beberapa kelainan sitogenik
berhubungan dengan subtype LLA tertentu, dan dapat memberikan
informasi prognostic. Translokasi t(8;14), t(2;8), dan t(8;22) hanya
ditemukan pada LLA sel B dan kelainan kromosom ini menyebabkan
disreguasi dan ekspresi yang berlebihan dari gen c-mcy kromosom 8.
HEMATOLOGI III 7
LEUKEMIA
Klasifikasi Leukemia Limphoblastik Akut secara morfologik menurut FAB (French-
American-British) dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. LLA L1 dengan sel limfoblas kecil-kecil dan merupakan 84% dari LLA
2. LLA L2 dengan sel lebih besar, inti regular, kromatin bervariasi dan
bergumpal, nucleoli prominen dan sitoplasma agak banyak. merupakan 14%
dari LLA
3. LLA L3 mirip dengan limfoma burkitt, yaitu sitoplasma basofilik dengan
banyak vakuola, hanya merupakan 1 % dari LLA.
HEMATOLOGI III 8
LEUKEMIA
LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT
Leukimia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid.
Bila tidak diobati, penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat dalam
waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis. Leukemia ini merupakan
jenis leukemia akut dapat terjadi pada semua umur, tapi lebih sering pada dewasa
dan angka kejadian menjadi semakin meningkat seiring usia dengan usia rata-rata
pada 65 tahun.
Proses patofisiologi LMA dimulai dari transformasi ganas sel induk
hematologik atau turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel
leukemia yang akan mengakibatkan :
1. penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang
2. infiltrasi sel leukemia ke dalam organ sehingga menimbulkan organomegali
3. katabolisme sel meningkat sehingga terjadi hiperkatabolik
Tanda dan gejala utama LMA , yaitu :
1. Adanya rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom
kegagalan sumsum tulang.
2. Infeksi sering terjadi di tenggorokan, paru-paru, kulit dan daerah peri rektl,
sehingga organ-organ tersebut harus diperiksa secara teliti pada pasien LMA
dengan demam.
3. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia yang sering
dijumpai di ekstremitas bawah atau berupa epistaksis, perdarahan gusi dan
retina.
4. kecenderungan perdarahan disebabkan oleh trombositopenia dan
Disseminated intravascular coagulation (DIC) merupakan gejala yang khas
pada LMA M3 atau promielositik.
HEMATOLOGI III 9
LEUKEMIA
5. hipertrofi gusi dan infiltrasi, keterlibatan kulit dan penyakit sistem saraf pusat
merupakan gejala khas pada LMA M4 atau mielomonositik dan M5 atau
monositik.
HEMATOLOGI III 10
LEUKEMIA
1. M0 : LMA tanpa diferensiasi, tidak spesifik dan sulit dinilai
2. M1 : LMA tanpa maturasi, myeloblast > 30%, auer rod (+), MPO (+), SBB(+),
PAS (+ lemah)
3. M2 : LMA dengan maturasi, myeloblast > 30%, auer rod (++), MPO (++),
SBB(++), PAS (+)
HEMATOLOGI III 11
LEUKEMIA
4. M3 : acute promyelocytic leukemia, dominasi promielosit, multiple auer rods,
MPO (+++), SBB(+++), PAS (++)
HEMATOLOGI III 12
LEUKEMIA
gambaran morfologi LMA M5
HEMATOLOGI III 13
LEUKEMIA
9. Keterangan tambahan M8 : basophilic leukemia (belum masuk klasifikasi
leukemia)
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Hematologik
a. anemia normositik normokrom
b. trombositopenia
c. jumlah leukosit meningkat tapi dapat juga normal atau menurun
d. Hitung jenis :
Myeloblast : jumlahnya meninggi sampai 30 %
Promyelosit : jumlahnya meninggi juga
Myelosit : jumlahnya kecil
Metamyelosit : jumlahnya kecil
Batang : jumlahnya meninggi
Segmen : jumlahnya meninggi
2. apusan darah tepi, khas menunjukkan adanya sel muda (mieloblast, promielosit,
limfoblast, monoblast, normoblast atau megakariosit) yang melebihi 5% dari
jumah sel berinti pada darah tepi. sering dijumpai pseudo pelger-huet anomaly
(netrofil dengan lobus sedikit yang disertai hipo atau agranular).
gambaran apusan darah tepi leukemia mieloblast akut dengan jumlah blast >5%
HEMATOLOGI III 14
LEUKEMIA
Keterangan gambar :
A. Myeloblasts
B. netrofil mielosit
C. netrofil metamielosit
D. netrofil batang
E. Basofil
3. Sumsum Tulang. Nampak hiperseluler dengan hamper semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya
leukemic gap (perubahan tiba-tiba dari sel muda ke sel matang tanpa sel antara.
jumlah blast minimal 30% dari sel berinti (hitung 500 sel pada sumsum tulang)
a b
HEMATOLOGI III 15
LEUKEMIA
a. Mieloperoksidase
Mieloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang ditemukan pada
granula primer dari prekursor granulositik, yang dapat dideteksi pada sel blas
LMA. Enzim ini terdapat pada granula netrofil, eosinophil dan monosit.
enzim peroksidase mengkatalisis oksidasi substrat dengan adanya hydrogen
peroksida membentuk presipitat berwarna coklat. Pengecatan
mieloperoksidase membedakan antara sel-sel imatur pada leukemia
mieloblastik akut dengan leukemia limfoblastik akut. Hasil yang positif
menunjukkan perubahan warna coklat seperti yang nampak pada gambar
berikut.
b. Sudan black
Sudan Black mewarnai granula sitoplasma yang mengandung fosfolipid
intraseluler dan lipid yang ada didalam leukosit menjadi coklat hitam.
Umumnya sel dengan peroksidase positif akan memberi reaksi positif pada
sudan black. Kelebihan Sudan Black dibandingkan mieloperoksidase yaitu
sudan black dapat menggunakan apusan darah atau sumsum tulang yang lebih
lama dan hasilnya lebih awet.
HEMATOLOGI III 16
LEUKEMIA
Gambaran pewarnaan sudan black positif pada apusan sumsum tulang
HEMATOLOGI III 17
LEUKEMIA
acyl ester dari alpha naphtol. Hasil reaksi memperlihatkan granuler berwarna
coklat.
5. Imunofenotiping
Tabel berikut memperlihatkan imunofenotiping leukemia mieloblastik akut
berdasarkan klasifikasi FAB
Klasifikasi FAB marker imunologik
M0 CD13, CD34, HLA-DR, CD33, CD117, CD2, TdT
M1 CD13, CD14, CD33, CD34
M2 CD34, CD56
M3 CD13, CD33, HLA-DR,
M4 CD13, CD34, CD11b, CD11c, CD14, CD33
M5 CD14, CD4, CD36, CD64
M6 Glycophorin 7, Transferin receptor CD71
M7 cCD41, cCD42b, cCD61
HEMATOLOGI III 18
LEUKEMIA
Perbedaan LMA dan LLA
no LLA LMA
1 morfologi limfoblast : mieloblast :
a. kromatin bergumpal a. kromatin lebih halus
b. nucleoli lebih samar, b. nucleoli lebih prominent
lebih sedikit c. lebih banyak
c. auer rod negatif d. auer rod positif
d. sel pengiringnya limfosit e. sel pengiringnya netrofil
2 sitokimia
a. MPO - +
b. SBB - +
c. PAS - +
d. esterase - +
nonspesifik
3 enzim
a. Tdt + -
b. serum - + (monositik)
lysozime
HEMATOLOGI III 19
LEUKEMIA
LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK
HEMATOLOGI III 20
LEUKEMIA
LLK seri limfoid terdiri dari 3 jenis leukemia
1. leukemia limfositik kronik (chronic lymphocytic leukemia)
2. leukemia prolimfositik (prolymphocytic leukemia)
3. leukemia sel berambut (hairy cell leukemia)
Gambaran Klinis :
1. Penyakit terjadi pada pasien usia lanjut dengan hanya 15% kasus terjadi sebelum usia 50
tahun. ♂ : ♀ = 2 : 1
2. Sebagian besar kasus terdiagnosis ketika pemeriksaan darah rutin. Dengan
semakin meningkatnya check-up medis rutin maka proporsi ini meningkat
menjadi >80%.
3. Pembesaran simetris kelenjar limfe servikalis, aksilaris dan inguinalis merupakan
tanda klinis tersering. Kelenjar tersebut biasanya diskret dan tak nyeri.
4. Mungkin terdapat gambaran anemia, Pasien dengan trombositopenia munhkin
menunjukkan memar atau purpura
5. splenomegaly dan hepatomegaly timbul pada tahap lanjut
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah Tepi :
a. limfositosis, jumlah absolut limfosit B klonal adalah > 5x109/L dan mungkin
sampai 300x109/L atau lebih. Antara 70 dan 99% dari sel darah putih dalam
apusan darah adalah limfosit kecil.
b. anemia normositik normokrom
c. trombositopenia sering dijumpai
d. Sering disertai basket cell atau smudged cell. Sel ini adalah sel leukosit yang
telah rusak selama persiapan dari darah perifer. iasanya terlihat pada leukimia
limfositik kronik tetapi dapat juga terlihat pada penyakit keganasan lainnya.
Disebut basket sel karena bentuknya yang menyerupai keranjang yang di
HEMATOLOGI III 21
LEUKEMIA
sebabkan karena gumpalan kromatin yang memanjang keluar dari massa sel
dan terlihat sebagai noda kromatin yang bentuknya menyerupai keranjang.
Pada basket sel atau smudge sel tidak tampak adanya sitoplasma.
Gambaran apusan darah tepi leukemia limfositik kronik dengan smudge cell /
sel basket (tanda panah)
HEMATOLOGI III 22
LEUKEMIA
3. imunofenotiping
imunofenotyping CLL PLL HCL
CD19 + + +
Sig weak ++ ++
CD5 + - -
CD22/FMC7 - + +
CD79b - ++ -/+
CD103 - - +
limfosit Hb PLT
stage limfadenopati hepatomegali
> 15.000 <11 g/dl < 100.000
0 + - - - -
I + + - - -
II + + + - -
III + + + + -
IV + + + + +
selanjutnya dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
Hb PLT
stage pembesaran organ
(g/dl) (x106/L)
A (50-60%) 0,1 atau 2 area
B (30%) 3,4 atau 5 area ≥10 ≥100
C (<20%) tidak terhitung < 10 < 100
HEMATOLOGI III 23
LEUKEMIA
LEUKEMIA MIELOSITIK KRONIK
HEMATOLOGI III 24
LEUKEMIA
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Darah Tepi
a. leukositosis berat 20.000-50.000 bahkan sampai 100.000
b. gambaran morfologi menunjukkan spectrum lengkap seri granulosit mulai
dari mieloblast sampai netrofil segmen, dengan komponen paling menonjol
adalah segmen netrofil dan mielosit, blast kurang dari 5 %
c. anemia mulai ringan menjadi progresif pada fase lanjut, normositik
normokrom
d. trombosit bisa meningkat, normal atau menurun.
HEMATOLOGI III 25
LEUKEMIA
2. Sumsum tulang
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan. Gambaran morfologi
menunjukkan seri myeloid lengkap dengan komponen paling banyak ialah
netrofil dan mielosit. Sel blast kurang dari 30%. Megakariosit pada fase kronik
normal atau meningkat.
HEMATOLOGI III 26
LEUKEMIA