Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

Chronic Myeloid Leukemia (CML)

I. Diagnosa Pasien : Chonic Myeloid Leukemia fase kronis

II. Proses Terjadinya Masalah

A. Pengertian

CML yang merupakan gangguan mieloproliferatif klonal ini ditandai


dengan peningkatan neutrofil dan prekusornya pada darah perifer dengan
peningkatan selularitas sumsum tulang akibat kelebihan prekusor granulosit (Atul
& Victor, 2005).

Leukemia mieloid kronik (LMK) atau Chronic Myeloid Leukemia (CML)


merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahan-lahan dan sel
leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML termasuk kelainan
klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan tergolong sebagai salah satu
kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk leukemia myeloid kronik, yaitu
Chronic Myelogenous Leukemia dan Chronic Myelocytic Leukemia (I Made,
2006).

Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi


dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan ganas,
menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal. Leukemia dibagi
menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia mieloid (Guyton and
Hall, 2007).

B. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala CML, tergantung pada fase yang dijumpai pada penyakit
tersebut, yaitu :
1. Fase kronik terdiri atas :
a. Gejala hiperkatabolik: berat badan menurun, lemah, anoreksia,
berkeringat pada malam hari.
b. Splenomegali hampir selalu ada, sering massif.
c. Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan.
d. Gejala gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh
hiperurikemia akibat pemecahan purin yang berlebihan dapat
menimbulkan masalah.
e. Gangguan penglihatan dan priapismus.
f. Anemia pada fase awal sering tetapi hanya ringan dengan
gambaran pucat, dispneu dan takikardi.
g. Kadang-kadang asimtomatik, ditemukan secara kebetulan pada
saat check up atau pemeriksaan untuk penyakit lain.
2. Fase transformasi akut terdiri atas :

Perubahan terjadi perlahan-lahan dengan prodormal selama 6 bulan, di


sebut sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru, antara lain : demam, lelah,
nyeri tulang (sternum) yang semakin progresif. Respons terhadap kemoterapi
menurun, lekositosis meningkat dan trombosit menurun (trombosit menjadi
abnormal sehingga timbul perdarahan di berbagai tempat, antara lain
epistaksis, menorhagia).

3. Fase Blast (Krisis Blast) :


Pada sekitar 1/3 penderita, perubahan terjadi secara mendadak, tanpa
didahului masa prodormal keadaan ini disebut krisis blastik (blast crisis).
Tanpa pengobatan adekuat penderita sering meninggal dalam 1-2 bulan.
C. Pohon Masalah

Faktor pencetus : genetic, radiasi, Sel neoplasma


obat-obatan, kelainan kromosom, berpoliferasi didalam
infeksi virus, paparan bahan kimia. sumsum tulang

Penyebaran
Infiltrasi sumsum Sel onkogen
ekstramedular
tulang
Pertumbuhan berlebih

MII Sirkulasi darah MII Sistem


Limfatik Kebutuhan nutrisi
meningkat
Pembesaran hati dan
Nodus limfe
limfa
hipermetabolisme

Hepatosplenomegali limfadenopati
MK
Ketidakseimbangan
Peningkatan nutrisi kurang dari
Penekanan ruang
tekanan intra kebutuhan tubuh
abdomen
abdomen

Sel normal
digantikan oleh Gangguan rasa
sel kanker nyaman nyeri
MK
Resiko perdarahan
Depresi produksi sumsum
tulang

Penurunan trombosit trombositopenia kecenderungan perdarahan

Penurunan eritrosit anemia Suplai oksigen MK


kejaringan In
Ketidakseimbangan
adekuat
perfusi jaringan perifer
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah Tepi
1) Leukositosis biasanya berjumlah >50 x 109 /L dan kadang –
kadang >500 x 109/L.
2) Meningkatnya jumlah basofil dalam darah.
3) Apusan darah tepi : menunjukkan spektrum lengkap seri granulosit
mulai dari mieloblast sampai netrofil, dengan komponen paling
menonjol ialah segmen netrofil dan mielosit. Stab, metamielosit,
promielosit dan mieloblast juga dijumpai. Sel blast kurang dari
5%.
4) Trombosit bisa meningkat, normal, atau menurun. Pada fase awal
lebih sering meningkat.
5) Fosfatase alkali netrofil (neutrophil alkaline phosphatase [NAP]
score) selalu rendah
b. Sumsum Tulang.
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan.Gambarannya
mirip dengan apusan darah tepi.Menunjukkan spectrum lengkap seri
myeloid, dengan komponen paling banyak ialah netrofil dan mielosit. Sel
blast kurang dari 30%. Megakariosit pada fase kronik normal atau
meningkat.
c. Sitogenik: dijumpai adan Philadelphia (Ph1) chromosome pada 95%
kasus.
d. Vitamin B12 serum dan B12 binding capacity meningkat.
e. Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat mendeteksi adanya
chimeric protein bcr – abl pada 99% kasus.
f. Kadar asam urat serum meningkat.

Perubahan CML dari fase kronik ke fase transformasi akut ditandai oleh:
1. Timbulnya demam dan anemia yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
2. Respons penurunan leukosit terhadap kemoterapi yang semula baik menjadi
tidak adekuat.
3. Splenomegali membesar yang sebelumnya sudah mengecil.
4. Blast dalam sumsum tulang >10%.

Diangnosis CML dalam fase akselerasi menurut WHO:


1. Blast 10 – 19 % dari WBC pada darah tepi atau dari sel sumsum tulang berinti.
2. Basofil darah tepi > 20%.
3. Thrombositopenia persisten (<100 x 109/L) yang tidak dihubungkan dengan
terapi, atau thrombositosis (>1000 x 109/L) yang tidak responsive pada terapi.
4. Peningkatan ukuran lien atau WBC yang tidak responsif pada terapi.
5. Bukti sitogenetik adanya evolusi klonal.

Diagnosis CML pada fase krisis blastik menurut WHO:


1. Blast >20% dari darah putih pada darah perifer atau sel sumsum tulang berinti.
2. Proliferasi blast ekstrameduler.
3. Fokus besar atau cluster sel blast dalam biopsy sumsum tulang.

E. Penatalaksanaan Medis
Terapi CML tergantung pada dari fase penyakit, yaitu
a. Fase kronik, obat pilihannya meliputi:
1) Busulpan (Myleran), dosis : 0,1 – 0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit diperiksa
tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit turun setengahnya.
Obat dihentikan jika leukosit 20.000/mm3. Terapi dimulai jika leukosit naik
menjadi 50.000/mm3. Efek samping dapat berupa aplasia sumsum tulang
berkepanjangan, fibrosis paru, bahaya timbulnya leukemia akut (Bakta,
2007).
2) Kemoterapi Hydroxiurea bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit
dan mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik, tetapi
biasanya perlu diberikan seumur hidup (Hoffbrand, 2005) dan memerlukan
pengaturan dosis lebih sering, tetapi efek samping minimal. Dosis mulai
dititrasi dari 500 mg – 2000 mg. Kemudian diberikan dosis pemeliharaan
untuk mencapai leukosit 10.000 – 15.000/mm3. Efek samping lebih sedikit
dan bahaya, keganasan sekunder hampir tidak ada (Bakta, 2007).
3) Inhibitor tirosin kinase. Obat ini sekarang sedang diteliti dalam percobaan
klinis dan tampaknya hasilnya menjanjikan. Zat STI 571 adalah suatu
inhibitor spesifik terhadap protein ABL yaitu tirosin kinase dan mampu
menghasilkan respons hematologik yang lengkap pada hampir semua pasien
yang berada dalam fase kronik dengan tingkat konversi sumsum tulang yang
tinggi dari Ph+ menjadi Ph- (Hoffbrand, 2005).
4) Interferon alfa biasanya diberikan setelah jumlah leukosit terkontrol oleh
hidroksiurea. Pada CML fase kronik interferon dapat memberikan remisi
hetologik pada 80% kasus, tetapi remisi sitogenetik hanya tercapai pada 5 –
10% kasus (Bakta, 2007;Hoffbrand, 2005).
b. Terapi fase akselerasi : sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons
sangat rendah.
c. Transplantasi sumsum tulang: memberikan harapan penyembuhan jangka
panjang terutama untuk penderita yang berumur <40 tahun. Sekarang yang
umum diberikan adalah allogeneic peripheral blood stem cell
transplantation. Modus terapi ini merupakan satu – satunya yang dapat
memberikan kesembuhan total.
d. Sekarang sedang dikembangkan terapi yang memakai prinsip biologi
molekuler (targeted therapy). Suatu obat baru imatinib mesylate (Gleevec)
dapat menduduki ATP – binding site of abl oncogen sehingga menekan
aktifitas tyrosine kinase sehingga menekan proliferasi seri myeloid (Bakta,
2007).

4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Chronic Myeloid Leukemia
A. Pengkajian Keperawatan
- Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumppulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah masalah serta kebutuhan
kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien
1.      Identitas pasien
Meliputi nama, umur, biasanya penderita Cronik Mielositik Leukimia
(CML) lebih sering ditemukan pada anak anak(82%) dari usia dewasa (18%) dan
lebih sering ditemukan pada laki laki dari pada wanita.
2.      Keluhan utama
Pada umumnya pasien dengan CML akan mengeluh adanya gejala gejala
spesifik seperti panas, nyeri, mengeluh lemah dan adanya perdarahan.
1. Riwayat penyakit dahulu
a. Antenatal : ibu menderita leukemia
b. Natal : −
c.   Post natal : −
4.      Riwayat penyakit keluarga
Kemungkinan keluarga ada yang menderita penyakit leukimia, anemia dan
lain lain yang berkenaan dengan hematologi.
5.      Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan CML biasanya diawali dengan adanya tanda tanda seperti
pucat yang disertai panas mendadak, perdarahan (epistalesis, perdarahan gusi).
6. Kaji adanya tanda-tanda anemia :

1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
7. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
1) Demam
2) Infeksi
8. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Perdarahan membran mukosa
9. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1) Limfadenopati
2) Hepatomegali
3) Splenomegali
10. Kaji adanya :
1) Hematuria
2) Hipertensi
3) Gagal ginjal
4) Inflamasi disekitar rectal
5) Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)

- Pemeriksaan
1.      Umum
Meliputi keadaan umum penderita,status kesehatan umum, kesadaran,
tinggui badan, berat badan, suhu, nadi, tekanan darah dan pernafasan penderita.
2.      Fisik
Wajah = pucat
Mata = konjungtiva anemis, perdarahan retina, pupil edema
Hidung= epitaksis
Mulut = gusi berdarah, bibir pucat, hipertrofi gusi, stomatitis
Leher = pembesaran kelenjar getah bening, faringiti
Dada = nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura
Abdomen= hepatomegali, splenomegali, limfodenopati
Keletal = nyeri tulang dada dan sendi
Integumen= purpura, chimosis, ptekie, mudah menat

3.      Laboratorium
a.       Amunsang pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi
berupa adanya pansitipenia, limfositosis, yang menyebabkan darah tepi menurun
dan terdapat sel blast
b.      Kimia darah
Kolesterol kemungkinan rendah, asam urat meningkat
c.       Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel 1 limfopoetik patologis, sedangkan system lain
terdesak
d.      Biopsi limfa
Memperlihatkan poliferasi sel leukimia dan sel yang berasal dari jaringan
limfa yang terdesak
e.       Cairan serebrospinal
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
f.       Sitogenik
Menunjukan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom
philadelphia) kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul resiko infeksi
sehubungan dengan ketidak efektifan sistem imun

- Aktifitas Sehari-hari
1. Persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit CML
terutama tentang pemeliharaan kesehatannya.
2. Nutrisi
Adakah penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
3. Eliminasi
Apakah terjadi konstipasi dan diare
4. Aktifitas
Apakah ada keluhan lemas, lelah, nyeri sendi
5. Istirahat
Apakah pasien bisa istirahat dengan tenang.
6. Sering tidur
Apakah pasien ada gangguan pola tidur
7. Personal Hygiene
Bagaimana kebersihan dari pasien

B. Diagnosa Keperawatan

1 Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah ke


perifer (anemia)
2 Resiko infeksi b.d penurunan sistem kekebalan tubuh
3 Resiko perdarahan b.d trombositopenia
4 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
5 Nyeri b.d agen cedera biologis (efek fisiologis dari leukemia)
6 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi
(anoreksia)
7 Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (kemoterapi, radioterapi)

C. Intervensi Keperawatan
No NANDA NOC NIC
. (North American (Nursing Outcome (Nursing Intervertion
Nursing Diagnosis Classification) Classification)
Asosiation)
Ketidakseimbangan 1. Status Sirkulasi 1. Monitor adanya daerah
perfusi jaringan perifer 2. Tissue perfusion : tertentu yang hanya peka
b.d penurunan suplai cerebral terhadap panas, dingin,
darah ke perifer Kriteria hasil : tajam, tumpul.
(anemia) 1. Tekanan sistol dan 2. Monitor adanya paretese
Definisi : Penurunan diastole dalam keadaan 3. Instruksikan keluarga
sirkulasi darah ke rentang yang diharapkan untuk mengobsrvasi kulit
perifer yang dapat 2. Tidak ada ortostatik jika ada isi atau laserasi
mengganggu hipertensi 4. Gunakan sarung tangan
kesehatan. 3. Tidak ada tanda-tanda untuk proteksi
Batasan karakteristik : peningkatan intracranial 5. Batasi gerakan pada
1. Tidak ada nadi 4. Menunjukkan fungsi kepala, leher dan
2. Perubahan fungsi sensori motoric kranial punggung
motoric yang utuh : tingkat 6. Monitor kemapuan BAB
3. Perubahan kesadaran membaik, 7. Kolaborasi pemberian
karakteristik kulit tidak ada gerakan- analgetik
4. Penurunan nadi gerakan involunter. 8. Monitor adanya
5. Warna kulit pucat tromboplebitis
saat elevasi 9. Diskusikan mengenai
Factor yang penyebab perubahan
berhubungan : sensasi
1. Kurang
pengetahuan
tentang factor
pemberat
(merokok, gaya
hidup monoton,
trauma, obesitas,
imobilitas).
1.        Resiko infeksi b.d Status imun Manajemen lingkungan
penurunan sistem Klien diharapkan mampu: Intervensi yang dilakukan :
kekebalan tubuh a. Tidak adanya infeksi a. Ciptakan lingkungan yang
berulang aman untuk pasien.
b. Tidak adanya tumor b. Identifikasi kebutuhan
c. Status pencernaan dari keamanan pasien,
skala yang diharapkan berdasarkan tingkat fisik,
d. Status pernapasan dari dan fungsi kognitif dan
skala yang diharapkan pengalaman masa lalu.
e. Berat badan dalam batas c. Hindari lingkungan yang
normal berbahaya (ex : permadani
f. Suhu tubuh normal lepas dan kecil, perabotan
g. Tidak adanya kelelahan rumah yang dapat
secara terus menerus dipindah-pindahkan).
h. Jumlah sel darah putih d. Hindari objek yang
dalam batas normal berbahaya dari lingkungan.
Status nitrisi e. Usaha perlindungan dengan
Klien diharapkan mampu pinggir jeruji/pinggir
menormalkan: lapisan jeruji, dengan tepat.
a. Pemasukan nutrisi f. Dampingi pasien selama
b. Pemasukan makanan dan aktivitas di luar bangsal.
cairan g. Atur tinggi rendahnya
c. Energi tempat tidur.
d. Masa tubuh h. Sediakan peralatan yang
e. Berat badan adaptif (ex : tangga yang
dapat disandarkan dan
susuran tangan), dengan
tepat.
i. Tempatkan furniture dalam
ruangan dengan susunan
yang tepat.
j. Sediakan tabung panjang
untuk membuat gerakan
lebih leluasa.
k. Tempatkan objek yang
digunakan dalam batas
jangkauan.
l. Sediakan kamar untuk 1
orang.
m. Sediakan tempat tidur yang
bersih dan nyaman.
n. Sediakan tempat tidur yang
kokoh/kuat.
o. Tempatkan perubahan
posisi tempat tidur dalam
kondisi yang mudah
dijangkau.
p. Kurangi rangsangan dari
lingkungan.
q. Hindari pencahayaan yang
tidak penting, sirkulasi
udara, keadaan yang terlalu
panas, ataupun dingin.
r. Atur suhu lingkungan
sesuai kebutuhan pasien,
jika suhu tubuhnya
berubah.
s. Kontrol/cegah bising yang
berlebihan, bila
memungkinkan.
t. Kontrol pencahayaan untuk
manfaat terapeutik.
u. Batasi jumlah pengunjung.
v. Batasi kunjungan secara
personal kepada pasien,
keluarga, kebutuhan
penting lainnya.
w. Lakukan rutinitas sehari-
hari sesuai kebutuhan
pasien.
Manajemen nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
a. Tanyakan apakah pasien
mempunyai alergi terhadap
makanan.
b. Pastikan makanan
kesukaan pasien.
c. Dorong kenaikan
pemasukan zat besi
makanan, dengan tepat.
d. Dorong kenaikan
pemasukan protein, zat
besi, vitamin C, dengan
tepat.
e. Berikan pasien dengan
protein tinggi, kalori
tinggi, nutrisi makanan
cemilan dan minuman itu
bisa dengan mudah
mengonsumsi denagn
tepat.
f. Ajarkan pasien bagaimana
menafkahkan buku harian
makanan, sesuai dengan
kebutuhan.
g. Kontrol catatan pemasukan
untuk kandungan nutrisi
dan kalori.
2.        Resiko perdarahan b.d Pembekuan darah Pencegahan perdarahan
trombositopenia Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan :
menormalkan : a. Monitor kemungkinan
a. Gumpalan pembentukan terjadinya perdarahan pada
b. Waktu protrombin pasien
c. Hb b. Catat kadar HB dan Ht
d. Perdarahan setelah pasien mengalami
e. Memar kehilangan banyak darah
f. Petechiae c. Pantau gejala dan tanda
timbulnya perdarahan
yang berkelanjutan 9cek
sekresi pasien baik yang
terlihat maupun yang tidak
disadari perawat)
d. Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt),
waktu paruh tromboplastin
(PTT), fibrinogen,
degradasi fibrin, dan kadar
platelet dalam darah)
e. Pantau tanda-tanda vital,
osmotic, termasuk TD
f. Atur pasien agar pasien
tetap bed rest juka masih
ada indikasi pendarahan
g. Atur kepatenan/ kualitas
produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
h. Lindungai pasien dari hal-
hal yang menimbulkan
trauma dan bias
menimbulkan perdarahan
i. Jangan lakukan injeksi
j. Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan
oral pasien
k. Gunakan alat ukur elektrik
yang memiliki pinggiran
tepi saat pasien mencukur
l. Hindari tindakan invasive
m. Cegah memasukkan
sesuatu kedalam lubang
daerah yang mengalami
perdarahan
n. Hindari pengukuran suhu
secar rectal
o. Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
p. Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi
aspirasi atau anti koagulan
yang lain
q. Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/
antikoagulan yang lain
r. Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan
yang mengandung vit K
s. Cegah terjadi konstipasi
t. Ajarkan pasien dan
keluarga untuk mengenali
tanda-gejala terjadinya
perdarahan dan tindakan
pertama untuk penanganan
selama perdarahan
berlangsung
3.        Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
b.d kelemahan umum Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
(anemia) untuk menormalkan: a. Kolaborasi dengan terapis
a. Saturasi oksigen ketika dalam merncanakan dan
beraktivitas memonitor program
b. Denyut nadi ketika aktivitas
beraktivitas b. Tingkatkan komitmen
c. Laju pernapasan ketika pasien dalam beraktivitas
beraktivitas c. Bantu mengekplorasi
d. Tekanan darah sistolik aktivitas yang bemanfaat
e. Tekanan darah diastolic bagi pasien
f. Pemeriksaan EKG d. Bantu mengidentifikasi
g. Warna kulit sumberdaya yang dimiliki
h. Kekuatan tubuh atas dalam beraktivitas
i. Kekuatan tubuh bawah e. Bantu pasien/keluarga
Daya tahan dalam beradaptasi dengan
Klien diharapkan mampu lingkungan
untuk menormalkan: f. Bantu menyusun aktivitas
a. Kinerja dari rutinitas fisik
b. Aktivitas g. Pastikan lingkungan aman
c. Konsentrasi untuk pergerakan otot
d. Kepulihan energy h. Jelaskan aktivitas motorik
setelah beraktivitas untuk meningkatkan tonus
e. Tingkat oksigen darah otot
i. Berikan reinforcemen
Tingkat kegelisahan positif selama beraktivitas
Klien diharapkan mampu j. Monitor respon emosional,
untuk menormalkan: fisik, sosial dan spiritual
a. Nyeri
b. Cemas Manajemen energy
c. Mengerang Intervensi yang dilakukan
d. Stress a. Tentukan pembatasan
e. Takut aktivitas fisik pasien
f. Kegelisahan b. Jelaskan tanda yang
g. Nyeri otot menyebabkan kelemahan
h. Meringis c. Jelaskan penyebab
i. Sesak nafas kelemahan
j. Mual d. Jelaskan apa dan
k. Muntah bagaimana aktivitas yang
dibutuhkan untuk
membangun energi
e. Monitor intake nutrisi yang
adekuat
f. Monitor respon
kardiorespirasi selama
aktivitas
g. Monitor pola tidur
h. Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
i. Batasi stimulus lingkungan
j. Anjurkan bedrest
k. Lakukan ROM aktif/pasif
l. Bantu pasien membuat
jadwal istirahat
m. Monitor efek obat stimulan
dan depresan
n. Monitor respon oksigenasi
pasien

4.        Nyeri b.d agen cedera Tingkat Kecemasan : Mengurangi rasa cemas:
biologis (efek Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
fisiologis dari untuk : a. Tenangkan klien dan
leukemia) a. Menghindari perasaan melakukan pendekatan.
gelisah. b. Kaji perspektif situasi
b. Menghindari serangan stress klien.
panik c. Berikan informasi faktual
c. Menghindari Rasa mengenai diagnosis, terapi,
cemas yang berlebihan. dan prognosis.
d. Mengontrol tekanan d. Bantu pasien untuk untuk
darah. meminimalisir rasa cemas
e. Mengontrol peningkatan yang timbul.
denyut nadi. e. Kaji tanda-tanda
f. Mengontrol peningkatan kecemasan baik secara
jumlah pernafasan. verbal maupun non verbal.
g. Menghindari hal-hal Menajemen nyeri
yang bisa mengganggu Intervensi yang dilakukan:
tidur. a. Ajarkan klien tentang
Tingkatan nyeri bagaimana cara
Klien diharapkan mampu mengontrol rasa nyeri.
untuk: b. Ajarkan klien teknik-
a. Mengendalikan rasa teknik relaksasi.
nyeri. c. Ajarkan klien bagaimana
b. Mengontrol diri dari cara menghindari diri dari
kehilangan nafsu rasa cemas.
makan.
5.        Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:
nutrisi kurang dari Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh b.d untuk menormalkan: a. Anjurkan asupan kalori
faktor biologi a. Pemasukan nutrisi yang sesuai dengan
(anoreksia) b. Pemasukan makanan kebutuhan dan gaya hidup.
c. Pemasukan cairan b. Kontrol asupan nutrisi dan
d. Energy kalori.
e. Berat badan c. Anjurkan kepada klien
f. Tonus otot untuk mengkonsumsi
g. Hidrasi nutrisi yang cukup.
Pengontrolan nutrisi
Nafsu makan Intervensi yang dilakukuan:
Klien diharapkan mampu a. Tanyakan apakah pasien
untuk menormalkan: mempunyai alergi terhadap
a. Menyeimbangkan nafsu makanan
makan b. Tentukan makanan pilihan
b. Menyeimbangkan pasien
Pasokan cairan tubuh c. Tentukan jumlah kalori
c. Menyeimbangkan dan jenis zat makanan
Pasokan nutrisi tubuh yang diperlukan untuk
Weight gain behavior : memenuhi nutrisi, ketika
Klien diharapkan mampu : berkolaborasi dengan ahli
a. Mengidentifikasi makanan, jika diperlukan
penyebab kehilangan d. Tunjukkan intake kalori
berat badan yang tepat sesuai tipe
b. Memilih sebuah target tubuh dan gaya hidup
sehat berat badan. e. Timbang berat badan
c. Mengidentifikasi pasien pad jarak waktu
pemasukan kalori yang tepat
d. Memilihara suplai nutrisi Terapi Nutrisi
makanan dan minuman Intervensi yang dilakukan
yg adekuat f. Monitor pemasukan cairan
e. Meningkatkan nafsu dan makanan dan
makan menghitung pemasukan
kalori sehari-hari
g. Bantu pasien membentuk
posisi duduk yang benar
sebelum makan
h. Ajarkan pasien dan kelurga
tentang memilih makanan
6.        Kerusakan integritas Intregitas jaringan : kulit dan Pengawasan kulit
kulit b.d zat kimia membran mukosa Intervensi yang dilakukan:
(kemoterapi, Klien diharapkan mampu a. Amati warna kulit,
radioterapi) menormalkan : kehangatan (suhu),
a. Temperatur bengkak, getaran, tekstur
b. Sensasi kulit, udem.
c. Elastisitas b. Pantau area yang tidak
d. Pigmentasi berwarna dan memar kulit
e. Warna serta membran mukosa.
f. Ketebalan c. Pantau kelainan
g. Jaringan bebas lesi. kekeringan dan
kelembaban kulit.
d. Catat perubahan kulit atau
membran mukosa.
e. Periksa keketatan pakaian.
f. Pantau warna kulit.
g. Pantau suhu kulit.
h. Instruksikan anggota
keluarga / pemberi
perawatan tentang tanda –
tanda dari kerusakan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Fauci, Anthony S.; Kasper, Dennis L. ; Longo, Dan L.; Braunwald, Eugene;Hauser, Stephen L.;
Jameson, J. Larry; Loscalzo, Joseph;. 2008. Harrison's Principles of Internal Medicine
17th edition. USA: McGraw-hill,

Kurnianda, Johan. 2007. Leukimia Mieloblastik Akut dalam buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Pusat Penerbitan FK UI
Price, S A dan Wilson, L M. 2006.Patofisiologi , Konsep klinis proses-proses penyakit . Jakarta :
EGC,

Anda mungkin juga menyukai