Patofisiologi leukemia berupa abnormalitas genetik
disertai paparan zat karsinogenik yang menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel hematopoetik, sehingga terjadi proliferasi tidak terkontrol dan penurunan apoptosis sel. Pertumbuhan sel-sel abnormal melebihi jumlah seharusnya namun tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Leukemia diklasifikasikan menurut waktu progresifitas dan jenis sel darah putih yang abnormal. Leukemia berdasarkan Waktu Progresifitasnya. Berdasarkan waktu progresifitasnya, leukemia dibagi menjadi: Leukemia akut: leukemia yang bersifat agresif dengan tingkat proliferasi hematopoietik sumsum tulang dini (sel blas) yang tinggi dan terakumulasi dalam sumsum tulang. Gejala leukemia akut antara lain mudah lebam, mudah merasa lelah, dan sering menderita penyakit infeksi. Leukemia kronis: leukemia biasanya berkembang secara perlahan dimana biasanya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, dan saat diperiksa darah rutin baru terlihat hasil yang abnormal. Hal ini terjadi karena sel hematopoetik yang berproliferasi secara abnormal adalah sel yang sudah berdiferensiasi sehingga masih bisa menjalankan fungsinya hanya tidak maksimal. Leukemia berdasarkan Jenis Sel Darah Putih yang Terpengaruh Berdasarkan jenis sel darah putih yang terpengaruh, leukemia dibagi menjadi: Myeloid: Leukemia yang mengenai sel myeloblas dan diferensiasinya (neutrophil, basophil, dan eosinofil). Lymphoid: Leukemia yang mengenai sel lymphoblas dan diferensiasinya (limfosit B, limfosit T, dan sel Natural Killer [NK]). KEDUA KRITERIA TERSEBUT DIGUNAKAN UNTUK a. Acute Myeloid JENIS KLASIFIKASI Leukemia (AML) LEUKEMIA YANGadalah jenis DIALAMI PASIEN . leukemia yang bersifat agresif dengan ditemukan banyak sel myeloblas di sumsum tulang dan darah. LMA sering ditemukan pada umur dewasa (85%) dari pada anak (15%). Ditemukan lebih sering pada laki- laki dari pada Wanita. Gejala LMA adalah rasa Lelah pucat, nafsu makan hilang, anemia ptekie, perdarahan, nyeri tulang, infeksi, pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertropi gusi khususnya pada leukimia akut monoblastic dan mielomonositik. b. Leukimia granulositik kronik (LGK) (leukemia myeloid/mielositik/mielogenus kronik) LGK adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan seri granulosit yang relative matang. Gejala LGK antara lain: rasa Lelah, penurunan berat badan, berasa penuh diperut, kadang-kadang rasa sakit di perut dan mudah berdarah. Pada pemeriksaan fisik hampir selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Juga sering didapati nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegaly. Kadang-kadang ada purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening. 2. Leukemia limfoid a. Leukemia limfositik kronik (LLK) LLK merupakan 25% dari seluruh leukemia di negara barat, tetapi amat jarang ditemukan di Jepang, Cina dan Indonesia. Penderita laki- laki dua kali lebih sering ditemukan dari pada Wanita. Jarang sekali ditemukan pada umur kurang dari 40 tahun. Pada usia 60 tahun insidensi meningkat tinggi, 20 diantara 100.000 penduduk di negara barat, dan merupakan leukemia yang paling sering ditemukan disana, (Ray,1975). Gejala LLK berupa limfadenopati, splenomegaly, hepatomegaly, infiltrasi alat tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit), anemia hemolitik, trombositopenia, hipogamaglobulinemia dan gamopati monoclonal sehingga penderita mudah terserang infeksi. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, pada sumsum tulang didapatkan infiltrasi merata oleh limfosit kecil, yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Sel leukemia penderita LLK secara morfologis tidak dapat dibedakan dari limfosit normal. Kurang lebih 95% penderita LLK disebabkan peningkatan limfosit B (BLLK). Permukaan sel limfosit LLK mengandung immunoglobulin (surface membrane immunoglobulin (SMLg positif). • b. Leukemia limfoblastik akut (LLA). • LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada umur dewasa (18%). Lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada Wanita. • Gejala penderita LLA sbb: rasa Lelah, panas tanpa infeksi, purpura, nyeri tulang dan sendi macam-macam infeksi, penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu masa abnormal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan splenomegaly (86%), hepatomegaly limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis dan perdarahan retina. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil sering kali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sum-sum tulang biasanya menunjukkan sel blas yang dominan. • Etiologi Leukemia • Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat factor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu: 1. Faktor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukemia lymphoma virus/HTLV) 2. Radiasi 3. Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbesterol 4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot 5. Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome (Price SA & Wilson LM). Daftar Pustaka 1. Desmawati (2013). Sistem Hematologi dan Imunologi: Asuhan Keperawatan Umum dan Maternitas. Jakarta: In Media. 2. Black, Joice M., Haks, Jane Hokansos (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Terj. Ed-8 Buku1. Singapore: Elsevier. 3. Handayani, Wiwik., Haribowo Andi Sulistyo (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. • Tugas: 1. Buat PATOFLOW LEUKEMIA 2. BUAT Patoflow leukimia akut 3. Buat Manifestasi Klinis Leukimia.