Disusun Oleh :
Restiana Rahmawati
22020111140105
Galuh Forestry M
22020111130056
Anggi Faisal H
22020111130034
Tri Purnaningsih
22020111130026
Kartika Ekawati
22020111130042
22020111130063
Lovinda Rosianita
22020111130020
22020111130050
A. Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang
belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008)
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker abnormal
berproliferasi tanpa terkendali, mwngghasilkan sekelompok sel anak yang abnormal.
Sel-sel ini menghambat sel darah lain di sumsum tulang utnuk berkembang secara
normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena faktor-faktor ini,
leukemia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel
leukemia mengambil alih sumsum tualng, sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala umum leukemia
(Corwin, 2008)
Klasifikasi Leukemia
Menurut Perpustakaan Nasional (2008), Tambayong (2000), dan Handayani
(2008), klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel (limfositik atau mielositik) dan
perjalan penyakit (akut atau kronik).
1
Leukemia Akut
Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia mieloid akut
(AML) dan leukemia limfoblastik akut (AAL). Pasien biasanya mengalami riwayat
penurunan berat badan yang cepat, memar, perdarahan, pucat, lelah, dan infeksi
berulang di mulut dan tenggorokan. Hitung darah lengkap sering kali menunjukkan
anemia dan trombositopenia. Hitung sel darah putih dapat meningkat atau sangat
rendah. Perdarahan di area vital, akumulasi leukosit dalam organ vital.
1 | Page
ALL adalah bentuk keganasan hematologisyang umum terjadi pada anak. Akan
tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan insidens seiring
pertambahan usia.
Banyak tanda dan gejala ALL yang mirip dengan AML serta sebagian besar
menyebabkan kegagalan sumsum tulang. Pasien juga mengalami manifestasi spesifik
ynag meliputi pembesaran nodus limfe (limfadenopati), hati, dan limpa
( hepatosplenomegali),serta infiltrasi pada sistem saraf pusat.
4
B. Etiologi
Menurut Handayani (2008) ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia, faktor genentik, sinar radioaktof, dan virus.
1
Faktor genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Pada anak kembar identik yang akan berisiko tinggi
bila kembaran yang lain mengalami leukemia.
Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati
dengan dinar radioaktif akan menderita leukemia pada 6 % klien,dan baru terjadi
sesudah 5 tahun.
Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia
adalah virus.namun, ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam
darah manusia.
2 | Page
C. Patofisiologis
Menurut Hidayat (2006) dan Handayani (2008), leukimia terjadi akibat dari beberapa
faktor antara lain faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus. Menurut Corwin (2009) dan
Hidayat (2006), leukimia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel
kanker abnormal berpoliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok sel anak yang
abnormal sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. Kemudian
leukimia atau limfositik akut merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit
yang imatur dan berlebih sehingga jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ seperti
sum-sum tulang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah
eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel (Hidayat, 2006). Karena faktor-faktor
ini leukimia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, selsel leukemik mengambil alih sum-sum tulang. Sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala umum leukimia.
Trombosit pun berkurang sehingga timbul pendarahan. Proses masuknya leukosit yang
berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali apabila terjadi pada hati, splenomegali, dll.
(Hidayat, 2006)
3 | Page
Gejala leukemia akut biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat dibedakan
menjadi tiga tipe:
1. Gejala kegagalan sumsum tulang merupakan manifestasi keluhan yang paling umum.
Leukemia menekan fungsi sumsum tulang, menyebabkan kombinasi dari anemia,
leucopenia (jumlah sel darah putih rendah), dan trombositopenia (jumlah trombosit
rendah). Gejala yang tipikal adalah lelah dan sesak napas (akibat anemia), infeksi
bakteri (akibat leucopenia), dan perdarahan (akibat trombositopenia dan terkadang
akibat koagulasi intravascular diseminata (DIC). Pada pemeriksaan fisis ditemukan
kulit yang pucat, beberapa memar, dan perdarahan. Demam menunjukkan adanya
infeksi, walaupun pada beberapa kasus, demam dapat disebabkan oleh leukemia itu
sendiri. Namun, cukup berbahaya apabila kita menganggap bahwa demam yang
terjadi merupakan akibat leukemia itu sendiri.
2. Gejala sistemik berupa malaise, penurunan berat badan, berkeringat, dan anoreksia
cukup sering terjadi.
3. Gejala local, terkadang pasien datang dengan gejala atau tanda infiltrasi leukemia di
kulit, gusi, atau system saraf pusat. (Corwin, 2009)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menunjukkan gambaran anemia dan
trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal biasanya berkurang dan jumlah
sel darah putih total dapat rendah, normal, atau meningkat. Apabila normal atau
meningkat, sebagian besar selnya adalah sel darah putih primitif (blas). (Patrick,
2005)
a Leukemia limfoblastik akut
Pada kira-kira 50% pasien ditemukan jumlah leukosit melebihi 10.000/mm 3
pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi 50.000/mm 3. Neutropenia
(jumlah neutrofil absolut kurang dari 500/mm3 [normalnya 1500/mm3] sering
dijumpai. Limfoblas dapat ditemukan di darah perifer, tetapi pemeriksa yang tidak
berpengalaman dapat melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik.
(William, 2004)
b Leukemia nonlimfositik akut
Evaluasi laboratorium secara tipikal menunjukkan adanya neutropenia,
anemia, da trombositopenia. Jumlah leukosit bervariasi, walaupun pada saat
didiagnosis kira-kira 25% anak memiliki jumlah leukosit melebihi 100.000/mm 3.
Pada darah perifer dapat ditemukan sel blas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
4 | Page
memiliki massa mediastinum yang dapat dilihat pada foto toraks. (Patrick, 2005)
Golongan darah karena cepat atau lambat akan dibutuhkan transfusi darah dan
5 | Page
F. PATHWAY
Faktor genetik
Sinar
radioaktif
Virus
leukemi
a
Poliferasi sel darah putih
tanpa terkendali atau
leukosit abnormal
Peningkatan jumlah
leukosit
imatur/abnormal
6 | Page
Masuk ke organ
tubuh
Nyeri
Pembesaran
Nyer
limfa dan hati Jika isudah tulang/persend
Trombosi
t
Sel darah
merah
Terjadi
gangguan
pembekua
n darah
Anemi
a
Pucat, lemah,
lemas
Resiko
injury
Kelema
han
Sel darah
putih normal
menurun
Kekebalan
tubuh
menurun
Resiko
infeksi
Fase Induksi
7 | Page
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikosteroid (prednison), vincristin, dan L asparaginase. Fase induksi dinyatakan
berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
b
selama metaphase
Asparaginase untuk
pertumbuhan tumor)
Metotreksat sebagai antimetabolik untuk menghalangi metabolism asam folat
menurunkan
kadar
asparagin
(asam
amino
untuk
sebagai zat untuk sintesis nucleoprotein yang diperlukan yang diperlukan sel-sel
5
7
8
biokimia.
Siklofosfamid sebagai antitumor kuat.
Daurnorubisin sebagai penghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia
akut
(Hidayat, Aziz. 2008)
disimpan, dan kemudian diinfusikan kembali. Selain itu, dapat jug bersifat alogenik,
yaitu sumsum tulang berasal dari donor yang cocok HLA-nya. Kemoterapi dengan
dosis sangat tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan hal tersebut tidak
dapat pulih kembali. Sumsum tulang pasien yang diinfusikan kembali akan
mengembalikan fungsi sumsum tulang pasien tersebut. Pasien yang menerima
transplantasi alogenik memiliki risiko rekurensi yag lebih rendah dibandingkan
dengan pasien yang menerima transplantasi autolog, karena sel tumor yang terinfusi
kembali dapat menimbulkan relaps. Pada transplantasi alogenik memiliki risiko
rekurensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima transplantsi
autolog, karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan relaps. Pada
transplantasi alogenik, terdapat bukti kuat yang menunjukan bahwa sumsum yang
ditransplantasikan akan berefek antitumor yang kuat karena limfosit T yang
tertransplantasi. Penelitian-penelitian baru menunjukan bahwa transplantasi alogenik
menggunakan terapi dosis rendah dapat dilakukan dan memiliki kemungkinan
sembuh akibat mechanism imunologis.
3. Resusitasi
Pasien yang baru didiagnosis leukemia akut biasanya berada dalam keadaan
sakit berat dan renta terhadap infeksi berat dan atau perdarahan. Prioritas utamanya
adalah resusitasi mengguakan antibiotic dosis tinggi intravena untuk melawan infeksi,
transfusi trombosit atau plasma beku segar (fresh frozen plasma) utuk mengatasi
anmia. Penggunaan antibiotic dalam situasi ini adalah tindakan yang tepat walaupun
demam yang terjadi ternyata merupakan akibat dari penyakit itu sendiri dan bukan
akibat
infeksi.
Lebih
mudah
menghentikan
pemberian
antibiotic
daripada
menyelamatkan pasien dengan syok dan septicemia yang telah diberikan tanpa terapi
antibiotik. (Patrick. 2005)
H. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
b. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal
kembar (monozigot)
c. Kaji adanya tanda tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
9 | Page
Lelah
Letargi
Pusing
Sesak
Nyeri dada
Napas sesak
Priapismus
Hilangnya nafsu makan
Demam
Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai
berikut :
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kelemahan / Keletihan (00093)
b. Risiko cidera (00086)
c. Risiko infeksi (00004)
10 | P a g e
d. Nyeri (00132)
11 | P a g e
I. Rencana Keperawatan
No.
1
Diagnosa keperawatan
Kelemahan/keletihan (00093)
NOC:
NIC:
- Endurance
- Concentrasion
- Energy conservation
- Nutritional status: energy
Criteria hasil :
- Memverbalisasikan peningkatan energy
Energy managem
mengatasi kelelahan
Kecemasan menurun
Glukosa darah adekuat
Kualitas hidup meningkat
Istirahat cukup
Mempertahankan kemampuan untuk
Observasi
klien dala
Dorong an
mengungk
-
keterbatas
Kaji adany
menyebab
Monitor n
yang adek
Monitor k
kelelahan
berkonsentrasi
-
berlebihan
Monitor re
terhadap a
Monitor p
tidur/istira
Dukung k
mengungk
berhubung
-
hidup yan
Bantu akti
dengan ke
Tingkatka
pembatasa
-
periode is
Konsultas
meningka
Risiko cidera
yang bere
Behavior Manage
Activity Terapy
Energy Managem
Nutrition Manage
NIC:
NOC:
-
Risk Control
Environment man
12 | P a g e
Criteria hasil
- Klien terbebas dari cidera
- Klien mampu menjelaskan cara/metode
-
mencegah injury
Menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada
Mampu mengamati perubahan status
lingkungan)
-
Sediakan
untuk klie
Identifika
klien, sesu
fungsi kog
-
penyakit t
Menghind
berbahaya
kesehatan
perabotan
Memasan
Menyedia
dan bersih
Menempa
ditempat y
-
klien
Membatas
Menganju
meneman
Mengontr
kebisingan
Memindah
dapat mem
Berikan p
keluarga a
perubahan
penyebab
3
Resiko infeksi
NOC:
NIC:
- Immune status
- Knowledge : infection control
- Risk control
Keiteria hasil:
- Klien bebas daru tanda dan gejala
Infection control
infeksi
Mendeskripsikan proses penularan
Bersihkan
dipakai kl
Pertahank
Batasi pen
Instruksik
untuk men
berkunjun
-
meningga
Gunakan s
cuci tanga
Cuci tanga
sesudah m
-
keperawat
Gunakan b
sebagai al
Pertahank
selama pe
Ganti leta
control da
Nyeri akut
NIC:
NOC:
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Criteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu
Pain management
-
Lakukan p
komprehe
karakteris
petunjuk u
Tingkatka
Berikan te
kualitas da
Observasi
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
ketidakny
Gunakan t
teraupetik
nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,
pengalam
Kaji kultu
respon ny
Evaluasi p
lampau
Evaluasi b
kesehatan
ketidakefe
-
lampau
Bantu klie
mencari d
Control lin
mempeng
ruangan, p
kebingung
14 | P a g e
Kurangi fa
Pilih dan l
nyeri (farm
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC.
Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: EGC.
Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika .
Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimut. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.
Suriadi. Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar Swadaya
15 | P a g e
farmakolo
Kaji tipe d
menentuk
Ajarkan te
farmakolo
Berikan an
menguran
Evaluasi k