Anda di halaman 1dari 44

Assalamualaikum

LESI PLEKSUS
BRACIALIS DAN
LUMBOSACRALIS

Kelompok 1 :
1. Ervina Dewi Ramadhanti
2. Nabila Nisa Karima
3. Nurul Hanifa Arizal
Materi

1 LESI PLEKSUS BRACIALIS

2 LESI PLEKSUS LUMBOSACRALIS

4
Pembahasan
Epidemiologi Etiologi Patofisiologi Manifestasi

Anatomi

Diagnosa

Definisi Manajemen
Prognosis
LESI PLEKSUS
BRACIALIS
Definisi
Plexus Brachialis Injury adalah salah satu plexus saraf somatik yang
mengatur persarafan motoris kehampir semua otot-otot ekstremitas atas dan
sebagian besar kulit yang membungkus ekstremitas atas.
 Trauma berkekuatan tinggi pada ekstremitas atas dan leher bisa menyebakan
berbagai cidera pada Plexus Brachialis. Yang paling sering adalah cedera traksi
/tarikan.
Adanya penekanan antara klavikula dan costa pertama, luka tertembus, atau
hantaman langsung. Cidera seperti ini biasanya sangat mengancam kualitas
hidup penderita karena sering kali terjadi kehilangan fungsi-fungsi ekstremitas
atas yang sangat penting. (Foster dkk,2008).
Jenis-Jenis
• Erb palsy : kerusakan C5, C6 dan C7

• Claw hand : penarikan tiba-tiba saat abduksi lengan yang


di persarafi oleh C8 - T1 (ulnar nerves)

• Wrist Drop : kompresi pada radial nerves

• Deltoid paralys : C5, C6 terjepit, atau terjadi trauma

• Klumpes : C8 atau T1
Lesi plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari
C5-Th1. Plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher
ke arah axial yang dibentuk ramus ventral saraf vertebra C5-Th1.

Lesi pada plexus brachialis dapat mempengaruhi fungsi saraf motorik


dan sensorik pada membrum superium (Subagyo, 2013).
Anatomi Plexus Brachialis
 Plexus brachialis dibentuk oleh bagian anterior 4 nervus
cervicalis yang terakhir dan oleh nervus thoracalis pertama.

 Radiks plexus brachialis terdiri atas C5 dan C6 yang


membentuk (upper trunk), C7 yang menjadi (middle trunk),
C8 serta T1 yang bergabung membentuk (lower trunk).

 Masing-masing truncus terbagi lagi menjadi bagian anterior


dan posterior. Bagian anterior truncus atas dan tengah
membentuk fasciculuslateralis, bagian anterior truncus bawah
bergabung membentuk fasciculus posterior (Chusid, 1993).
Epidemiologi
• Menurut penelitian yang dilakukan di India Pusat tahun 2012
menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas menyumbang 94%
pasien dan kecelakaan lalu lintas 90% melibatkan roda dua.

• Cedera terkait seperti patah tulang, cedera vaskular dan cedera


kepala jauh lebih kecil kemungkinannya karena kecepatan
kendaraan yang lebih rendah. Lima puluh tujuh persen telah
bergabung kembali bekerja rata-rata 8,6 bulan.
Epidemiologi
• Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab trauma pleksus brakhialis
pada kebanyakan kasus (80,7%). Dari kecelakaan lalu lintas,
dibagi lagi yaitu kecelakaan sepeda motor (63,2%) diikuti oleh
kecelakaan mobil (23,5%), kecelakaan sepeda (10,7%) dan
tabrakan pejalan kaki (3,1).

• Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris tahun 2012,


dilaporkan 450-500 kasus cedera ini terjadi setiap tahun.
Etiologi Plexus Brachialis
 Birth > karena penarikan yang berlebihan saat
bayi lahir

 Trauma > posisi jatuh / kejatuhan benda berat


yang menimpa langsung di daerah plexus
brachialis sehingga menyebabkan kerusakan
serius pada persarafannya

 Luka > tertusuk benda tajam atau tertembus


peluru pada daerah plexus brachialis
Patologi Plexus Brachialis
• Lesi plexus brachialis terjadi akibat benturan keras sendi bahu yang
mengakibatkan terminal plexus robek. Karena tarikan yang kuat
antara leher dengan bahu atau antara ekstremitas atas dengan trunk.
• Patologi saraf muncul diantara dua titik. Pada titik proksimal di
medulla spinalis dan akar saraf (nerve root junction), sedangan pada
titik distal ada di neuromuscular junction.
• Processus coracoideus sebagai pengungkit saat hiper abduksi yang
kuat pada bahu. Selain arah gerakan yang kuat pada plexus
brachialis, kecepatan tarikan menentukan terjadinya kerusakan saraf.
Sehingga terjadilah cedera pada akar saraf C5-Th1
(Songcharoen 1995).
Manifestasi Klinis
 Nyeri pada leher dan bahu

> Ruptur : Nyeri pada daerah persarafan

> Evulsi : Hilangnya kelunakan perkusi pada area itu

 Paresthesia

 Disesthesia

 Rasa berat / lemah saat menggerakkan daerah yang terjadi cedera

 Denyut nadi menurun akibat cedera vaskuler mungkin terjadi bersamaan

dengan cedera traksi

 Hilangnya rasa sensoris di daerah dermatom

 Adanya atrofi bahkan kontraktur pada grup otot fleksor dan ekstensor lengan
Diagnose
• Pemeriksaan Fisik

Dibagi berdasar lokasi trauma :

– upper (Erb`s Palsy) : kelumpuhan pada salah satu lengan saat


bayi, dan menghilangnya sensoris

– lower (Klumpke`s palsy) : kelumpuhan otot-otot intrinsik tangan


dan fleksor pergelangan tangan dan jari-jarinya

– Trauma supraklavukula bahu : Adduksi dan internal rotasi yang


akan mengakibatkan pronasi siku.

– Trauma nervus supraskapular berlokasi di posterior


suprascapular notch : nyeri diatas notch, kelemahan otot saat
abduksi bahu, dan eksternal rotasi.
– Lesi pada level spinoglenoid notch : Kelemahan otot
infraspinatus

– Trauma tingkat infraklavikula berhubungan dengan nervus


aksilaris : Pemeriksaan dengan abduksi bahu secara aktif
dan peregangan otot deltoid

– Lesi nervus muskulokutaneus dan nervus medianus :


Pemeriksaan dengan fleksi dan ekstensi pada siku
• Pemeriksaan Penunjang

– MRI

– X-ray

– CT scan

– Tes Histamin : untuk membedakan lesi preganglionik


dan posganglionik

– Tes Electrodiagnostic : mengkonfirmasi diagnosis,


menentukan lesi, menentukan tingkat keparahan
diskontinuitas aksial, dan mengeliminasi entitas klinis
lainnya dari diagnosis banding
Prognosis
• Lesi plexus brachialis merupakan salah satu gangguan pada saraf
perifer. Seddon dan Wadsworth membagi klasifikasi lesi saraf tepi
menjadi 3 kategori yaitu Neuropraxia, Axonotmesis dan Neurotmesis

• Prognosis sangat bervariasi karena bergantung tidak hanya pada sifat


cideranya itu sendiri.Tetapi juga pada umur pasien dan jenis prosedur
yang dilakukan. Dilaporkan juga pada pasien lain terjadi perbaikan
pada tingkat kekutan motorik otot sampai hampir setengahnya setelah
dilakukan suatu prosedur operasi (Foster dkk, 2008).
no Faktor Prognosis

1 Mekanisme Trauma Trauma dengan energi yang tinggi akan mengakibat


kan prognosis yang buruk. Trauma avulsi memiliki pr
ognosis yang buruk dibandingkan dengan ruptur aku.
Prognosis buruk berhubungan dengan secra vascular

2 Usia Prognosis lebih baik pada pasien usia muda

3 Tipe Nervus Penyembuhan fungsional lebih baik terjadi pada cede


ra nervus sensoris atau motorik saja dibandingkan jik
a terkena nervus sensoris dan motorik

4 Level trauma Lesi suptaklavikula prorgnosis lebih buruk dibandink


an lesi infraklavikula . Pleksus brakialis tipe upper me
5 Nyeri Nyeri lebih dari 6 bulan setelah trauma memiliki kemungkinan
yang rendah untuk pulih
6 Durasi Pembeda Fibrosis dan degenerasi dari organ target saat operasi berhubungan
han dengan prognosis yang buruk.

7 Faktor lain Infeksi sekunder berhubungan dengan prognosis yang buruk .


Manajemen Fisioterapi
1. Stimulasi Listrik Dengan Arus IDC

– modalitas arus IDC dapat meningkatkan kemampuan motorik dan

sensoris sesuai dengan efek fisiologisnya berupa depolarisasi

membrane sel.

– Peristiwa depolarisasi ini pada saraf motorik akan berjalan ke distal

sebagai aksi potensial yang menghasilakan kontraksi otot, sementara

pada saraf sensoris aksi potensialnya berjalan ke proksimal dan

menghasilkan kesadaran sensasi.


2. Terapi Latihan

– Latihan dalam bentuk Assisted active movement, Assisted active


movement bahu, Free active movement bahu, Relaxed passive
movement exercise bahu, siku dapat meningkatkan kekuatan otot.

– Mekanisme dari latihan – latihan tersebut adalah akan timbulnya


kontraksi suplai darah pada daerah yang dilatih, sehingga jaringan
pada daerah tersebut kaya akan oksigen, dengan demikian akan
mempercepat pertumbuhan mucle fibre baru yang efeknya akan
meningkatkan volume dan masa otot tersebut, sehingga secara
langsung kekuatan otot akan bertambah (Mardiman 2001).
LESI PLEKSUS
LUMBOSACRALIS
Definisi

Merupakan cedera atau gangguan yang terjadi pada


plexus lumbosacralis karena terjepit atau trauma.
Anatomi Lumbo Sacral
Plexus Lumbalis
Plexus lumbalis dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L1-L4,
seringkali juga turut dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis
thoracalis 12. Plexus lumbalis membentuk percabangan menjadi :

1. N. iliohypogastricus

2. N. ilioinguinalis

3. N. cutaneus femoris lateralis

4. N. obturatorius

5. N. femoralis
Plexus Sacralis
Plexus sacralis dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L4-S3.
Plexus sacralis membentuk percabangan menjadi :

1. N. gluteus superior

2. N. gluteus inferior

3. N. cutaneus femoris posterior

4. N. clunium inferiores mediales

5. N. ischiadicus (sciatic nerve)


Lumbosacral Plexus
Lumbar plexus Sacral Plexus
Berasal : L1 – L4 Berasal : L4 – S4
Letaknya : M. Psoas Letaknya : Caudal
Major lumbar plexus
Strukturnya : bagian Strukturnya : bagian
anterior saraf spinal posterior saraf spinal
Etiologi Lumbosacral

• Trauma berat • Pregnancy

• Spondylolithesis • Overwight

• Cancer • Pemakaian high heels

• Tumor • Iritasi pada akar saraf

• Hematom • Jarang berolahraga

• Degenerative discuss deases


Patologi Lumbosacralis
• Pleksus seringkali mengalami kerusakan jika tubuh membentuk
antibodi yang menyerang jaringannya sendiri (reaksi autoimun).

• Tetapi pleksus lebih sering mengalami kerusakan karena cedera


fisik atau kanker, tumor, hematom, jika seseorang terjatuh bisa
melukai pleksus lumbosakral.

• Kanker usus, kandung kemih atau prostat bisa menyusup


kedalam pleksus lumbosakralis.
Manifestasi Klinis

• nyeri punggung bagian bawah dan tungkai.

• kelemahan pada sebagian atau keseluruhan tungkai.

> bisa terbatas pada pergerakan kaki atau betis

> menyebabkan kelumpuhan total pada tungkai.

• Hilangnya sensasi di semua atau bagian dari kaki

• Drop foot

• Femoral (L2-L4) : Atrophy pada paha bagian depan


 Obturator (L2-L4) : Atrophy pada paha bagian dalam
 Sciatic (L4-S3) : Nyeri menyebar di paha bagian
belakang, Athropy pada paha bagian belakang, betis dan
kaki.
 Nervus medial dan lateral plantar : pes cavus, claw toes,
foot strain, nyeri tumit.
Diagnose
Pemeriksaan Penunjang

– X-ray

– MRI

– CT

Pemeriksaan Fisik

– Femoral (L2-L4) : lemah atau tidak mampu melakukan flexi


dan extensi knee, Gait and weigt bearing mengalami
gangguan, tidak mampu mengontrol flexi knee saat di beri
respon.
― Obturator (L2-L4) : Adduksi dan Rotasi Eksternal mengami
gangguan sehingga sulit untuk menyilangkan kaki.
― Sciatic (L4-S3) : Flexi lutut lemah, Kehilangan kontrol pada
ankle dan kaki pada fase gait.
― Tibial (L4-S3) : Tidak mampu melakukan plantar flexi pada
ankle, melenturkan jari kaki dan penurunan gait pada posisi
terminal.
Manajemen Fisioterapi

1. Gait Training
2. Test trendelenburg
3. PNF
4. Massage (Picking Up, Kneading, Effleurage)
Thank you

Anda mungkin juga menyukai