TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Spinal cord injury atau cedera medula spinalis adalah trauma atau
kerusakan dari medula spinalis yang mengakibatkan gangguan fungsional baik
sementara atau permanen pada fungsi motorik, sensorik atau otonom.1
Trauma medulla spinalis dapat terjadi bersamaan dengan trauma pada
tulang belakang yaitu terjadinya fraktur pada tulang belakang, ligamentum
longitudainalis posterior dan duramater bisa robek, bahkan dapat menusuk
kekanalis vertebralis serta arteri dan vena-vena yang mengalirkan darah
ke
Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The spinal cord and the
ascending and descending tracts. In Snell RS . Clinical Neuroanatomy. 7 th
Edition. Lippincott William & Willkis, Philadelphia.2010.
B. Etiologi
Sejak tahun 2005 etiologi utama CMS adalah Kecelakaan lalu lintas
(39,2%), terjatuh (28,3%), kekerasan atau luka tembak (14,6%), olahraga
(terutama diving 8,2%) akibat lainnya ( 9,7%).3
Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan
terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera terjadi akibat
hiperfleksi, hiperekstensi, kompressi, atau rotasi tulang belakang. Didaerah
torakal tidak banyak terjadi karena terlindung dengan struktur toraks. Fraktur
dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi,
sedangkan kerusakan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar,
contusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran
darah, atau perdarahan.3,4
Kelainan sekunder pada sumsum belakang dapat disebabkan hipoksemia
dan iskemia. Iskemia disebabkan hipotensi, oedema, atau kompressi. Perlu
dapat
terlihat
dan
terjadi
peluru
belakang
yang
(fraktur
dapat
mematahkan
/menggeserkan
ruas
adalah
perdarahan
mengalami hal
gejala
radikuler
yang
terjadi
adalah
nyeri
demikian,
dan
radikularis
traumatik yang reversible. Jika radiks terputus akibat trauma tulang belakang,
maka gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah radikuler dengan
terputusnya arteri radikuler terutama
menimbulkan
defisit
sensorik
radiks
T.8
atau
T.9
yang
akan
Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The spinal cord and related
disease. In Snell RS . Clinical Neurology and neurosurgery. 7 th Edition.
Lippincott William & Willkis, Philadelphia.2010.
Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal
lateral dapat menimbulkan kelumpuhan upper motor neuron (UMN) pada otototot bagian tubuh yang terletak dibawah tingkat lesi. Bila lesi bilateral atau
transversal medula spinalis di bawah tingkat servical maka dapat muncul suatu
paraplegi spastik, bila lesinya di tingkat servical maka akan muncul suatu
tetraplegi spastik. Paraplegi dan tetraplegi spastik dapat terjadi secara tiba-tiba
atau akut yang disebabkan oleh dislokasi atau fraktur tulang belakang akibat
trauma atau lesi vaskuler seperti: trombosis arteri spinalis, hematomielia,
aneurisma aorta disektans. Paraplegia atau tetraplegi spastik pada anak-anak
pada umumnya merupakan gejala cerebral palsy atau manifestasi penyakit
herediter yang menyertai keterbelakangan mental. Paraplegia atau tetraplegi
spastik yang berkembang secara sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang
bertahun-tahun biasanya disebabkan oleh Amyotrophic Lateral Sclerosis
(ALS), biasanya disertai defisit sensorik pada permukaan tubuh yang terletak
dibawah lesi, bahkan sebagian besar dapat terjadi gangguan miksi dan defekasi
Gambar dikutip dari : Frieberg Magge SN, Chapter 60. Trauma to the
Spine and Spinal Cord. In : Jones HR. Srinivasan J. Neurology.
gangguan
defekasi
Sindrom
sumsum
belakang
bagian
depan
beban
jatuh
dan
tulang
belakang
sekonyong-konyong
(hemiplegia,
tetraplegia,
paraplegia)
dan
sensorik
(hemiestesia,
hemihipestesia).7
Gambar 6. Metode ASIA dalam mengklasifikasikan CMS
10
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Radiologi
Foto vertebra sesuai letak kesi (posisi lateral dan anteroposterior
yang
merupakan
pemeriksaan
yang
fundamental
untuk
Pemeriksaan umum
1. Jika ada fraktur kolumna vertebralis cervikalis segera fiksasi leher dengan
memasang collar neck.
11
(mencegah proses
sekunder)
antispspastitas otot sesuai keadaan klinis
analgetik
mencegah dekubitus
mencegah trombosis vena dalam, dengan stocking khusus, dan
pemberian antikoagulan.
12
terdapat
servikal
pentaplegia),
maka
ditujukan
sendi
terhadap
akibat
timbulnya
13
Gambar dikutip dari : Frieberg Magge SN, Chapter 60. Trauma to the
Spine and Spinal Cord. In : Jones HR. Srinivasan J. Neurology
Gambar 8. Gardner- well tongs
14
Gambar dikutip dari : Frieberg Magge SN, Chapter 60. Trauma to the Spine and
Spinal Cord. In : Jones HR. Srinivasan J. Neurology
15
Gambar dikutip dari : Frieberg Magge SN, Chapter 60. Trauma to the Spine and
Spinal Cord. In : Jones HR. Srinivasan J. Neurology
DAFTAR PUSTAKA
1. Blumenfeld H. 2002. Neuroanatomy through clinical cases. Sanauer:
Assiciates. Inc. pp.23-36, 277-83.
2. Consortium Member Organizations
and
Steering
Committee
Representatives. 2006.
3. Early acute management in adults with spinal cord injury: A clinical
practice guideline for health-care professionals.
4. The Journal Of Spinal Cord Medicine. 31(4); 403-79. DeGroot J, Chusid
JG. 2007.
5. Corelative neuroanatomy. Jakarta: EGC. hlm.30-42.
6. Evans R. 1996. Neurology and trauma.. Philadelphia: W.B. Saunders
Company. pp.276-77.
16
17