PENDAHULUAN
1
a. Komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)
b. Tidak komplet (campuran kehilagan sensori dan fungsi motorik)
2
langsung. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu trauma menimbulkan
fraktur dan instabilitas vertebra sehingga mengakibatkan cedera pada medula
spinalis lumbal. Beberapa saat setelah trauma, cedera sekunder berupa iskemia
muncul karena gangguan pembuluh darah yang terjadi. Iskemia
mengakibatkan pelepasan glutamat, influks kalsium dan pembentukan radikal
bebas dalam sel neuron di medula spinalis yang mengakibatkan kematian sel
neuron karena nekrosis dan terputusnya akson pada segmen medula spinalis
yang terkena (lumbal). Akson yang telah rusak tidak akan tersambung kembali
karena terhalang jaringan parut (Islam, 2006).
Kondisi kerusakan saraf lumbal dapat berakibat pada masalah-masalah
biopsikososiospiritual. Masalah biologis yang muncul yaitu nyeri akut,
kerusakan mobilitas fisik, gangguan eliminasi urin dan fekal, dan disfungsi
seksual. Masalah psikologis, pasien mengalami harga diri rendah situasional
akibat kerusakan fungsional pada lumbal. Masalah sosial yaitu gangguan
interaksi sosial karena keterbatasan dalam mobilitas fisik. Masalah spiritual,
pasien yang mengalami penurunan tingkat keyakinan dapat berisiko terhadap
kerusakan dalam beribadah/beragama.
4. Manifestasi Klinis
Cedera medula spinalis lumbal dapat menyebabkan gambaran paraplegia.
Tingkat neurologik yang berhubungan akan mengalami paralisis sensori dan
motorik total yang menyebabkan gangguan kontrol kandung kemih (retensi
dan inkontinensia) dan usus besar, penurunan tonus vasomotor, dan penurunan
tekanan darah yang diawali dengan resistensi vaskuler perifer (Brunner dan
Suddarth, 2001).
1. Fleksi
Trauma terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada vertebra.
Vertebra mengalami tekanan berbentuk remuk yang dapat menyebabkan
kerusakan atau tanpa kerusakan ligamen posterior. Apabila terdapat kerusakan
ligamen posterior, maka fraktur bersifat tidak stabil dan dapat terjadi subluksasi
3
2. Fleksi dan rotasi
Trauma jenis ini merupakan suatu trauma fleksi yang bersama-sama dengan
rotasi. Terdapat strain dari ligamen dan kapsul, juga ditemukan fraktur faset.
Pada keadaan ini terjadi pergerakan kedepan/dislokasi vertebra di atasnya.
Semua fraktur dislokasi bersifat tidak stabil.
3. Kompresi Vertikal (aksial)
Suatu trauma vertikal yang secara langsung mengenai vertebra yang akan
menyebabkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan memecahkan permukaan
serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk dalam badan
vertebra dan menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada trauma ini
elemen posterior masih intak sehingga fraktur yang terjadi bersifat stabil
5. Fleksi lateral
Kompresi atau trauma distraksi yang menimbulkan fleksi lateral akan
menyebabkan fraktur pada komponen lateral, yaitu pedikel, foramen vertebra,
dan sendi faset.
6. Fraktur dislokasi
Suatu trauma yang menyebabkan terjadinya fraktur tulang belakang dan terjadi
dislokasi pada ruas tulang belakang
4
6. Tanda dan Gejala Cedera Medula Spinalis
Tanda dan gejala cedera medula spinalis tergantung dari tingkat kerusakan dan
lokasi kerusakan. Dibawah garis kerusakan terjadi misalnya hilangnya gerakan
volunter, hilangnya sensasi nyeri, temperature, tekanan dan proprioseption,
hilangnya fungsi bowel dan bladder dan hilangnya fungsi spinal dan refleks
autonom.
1.
1. Perubahan refleks
Setelah terjadi cedera medula spinalis terjadi edema medula spinalis sehingga
stimulus refleks juga terganggu misalnya rfeleks p[ada blader, refleks
ejakulasi dan aktivitas viseral.
2. Spasme otot
Gangguan spame otot terutama terjadi pada trauma komplit transversal,
dimana pasien trejadi ketidakmampuan melakukan pergerakan.
3.Spinal shock
Tanda dan gejala spinal shock meliputi flacid paralisis di bawah garis
kerusakan, hilangnya sensasi, hilangnya refleks – refleks spinal, hilangnya
tonus vasomotor yang mengakibatkan tidak stabilnya tekanan darah, tidak
adanya keringat di bawah garis kerusakan dan inkontinensia urine dan retensi
feses.
7.Autonomik dysrefleksia
Terjadi pada cedera T6 keatas, dimana pasien mengalami gangguan refleks
autonom seperti terjadinya bradikardia, hipertensi paroksismal, distensi
bladder.
5.Gangguan fungsi seksual.
Banyak asus memperlihatkan pada laki – laki adanya impotensi, menurunnya
sensai dan kesulitan ejakulasi. Pasien dapat ereksi tetapi tidak dapat ejakulasi.
7. Pemeriksaan Diagnostik dan Pemeriksaan Penunjang
Gambaran anatomi dari servikal memberikan parameter pada perawat setiap adanya
kelainan atau perubahan yang didapat pada pemeriksaan diahnostik. Pada
pemeriksaan radiologis servikal didapatkan:
5
1. Fraktur odontoid didapatkan gambaran pergeseran tengkorak ke depan
2. Fraktur C2 didapatkan gambaran fraktur
3. Fraktur pada badan vertebra
4. Fraktur kompresi
5. Subluksasi pada tulang belakang servikal
6. Dislokasi pada tulang belakang servikal
Fraktur dapat menyebabkan fragmen tulang terpisah dari vertebra atau menglami
penekanan disertai hilangnya ketinggian dari badan vertebra, yang sering kali
disertai desakan dibagian anterior. Mungkin terdapat kehilangan kurvatura aspek
posterior yang normal dari badan vertebra. Fragmen-fragmen tulang dapat
bergeser ke posterior ke dalam kanalis spinalis sehingga terjadi defisit
neurologis.
6
c. Kolinergik seperti bethanechol chloride untuk menurunkan aktifitas
bladder.
d. Anti depresan seperti imipramine hyidro chklorida untuk
meningkatkan tonus leher bradder.
e. Antihistamin untuk menstimulus beta – reseptor dari bladder dan
uretra.
f. Agen antiulcer seperti ranitidine
g. Pelunak fases seperti docusate sodium.
9. Pencegahan.
Faktor – faktor resiko dominan untuk Trauma medula spinalis meliputi usia dan jenis
kelamin. Frekuensi dengan mana faktor- faktor resiko ini dikaitkan dengan Trauma
medula spinalisbertindak untuk menekankan pentingnya pencegahan primer. Untuk
mencegah kerusakan dan bencana ini , langkah- langkah berikut perlu dilakukan :
1) Menurunkan kecepatan berkendara.
2) Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu.
3) Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
4) Program pendidikaan langsung untuk mencegah berkendara sambil mabuk.
5) Mengajarkan penggunaan air yang aman.
6) Mencegah jatuh.
7) Menggunakan alat- alat pelindung dan tekhnik latihan.
7
8