Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Bipolar

1. Definisi Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar menurut ”Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders – Text Revision” edisi yang ke empat (DSM IV-TR)

adalah gangguan perasaan (mood) yang terdiri dari paling sedikit satu

episode manik, hipomanik, atau campuran yang biasanya disertai dengan

adanya riwayat episode depresi mayor. Gangguan Bipolar I adalah suatu

perjalanan klinis yang dikarakteristikkan oleh terdapatnya satu atau lebih

episode manik atau campuran, dimana individu tersebut juga mempunyai

satu atau lebih episode depresi mayor.

Gangguan bipolar adalah jenis penyakit dalam keilmuan psikologi,

dalam perkembangannya gangguan bipolar adalah salah satu penyakit

mental yang masuk dalam kategori penyakit gangguan jiwa. Dalam kurun

waktu terakhir, bipolar menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu

penyakit yang berbahaya, khususnya dikalangan remaja, dewasa, dan

dewasa matang (Sarlito, 1995).

Secara etimologi, bipolar adalah suatu penyakit mental yang terdapat

dalam penyakit psikologis, yang juga disebut dengan “Manic –

Depressive” yang artinya antara kebahagiaan atau perasaan gembira yang

terjadi secara berlebihan dan perasaan depresi atau frustasi yang terjadi

secara tidak wajar dan tidak terkendalikan baik oleh penderitanya maupun

orang lain dan


20

19

keluarganya. Pada siklus yang tidak menentu inilah bipolar berkembang

dan terus berkembang yang diikuti oleh episode – episode mania dan

depresi (Safari & Saputra, 2009).

Kekambuhan ditunjukkan oleh perpindahan polaritas dari episode atau

terdapatnya interval diantara episode-episode paling sedikit 2 bulan tanpa

adanya gejala-gejala mania. National Comorbidity Survey, berdasarkan

DSM-IV (dengan sampel sebanyak 9282 responden), mengestimasi

prevalensi seumur hidup untuk Gangguan Bipolar I dan Gangguan Bipolar

II adalah 3,9%. Perempuan dan laki-laki adalah sama-sama memiliki

kemungkinan untuk berkembang menjadi Gangguan Bipolar I, meskipun

perempuan dilaporkan lebih banyak mengalami episode depresi daripada

laki-laki, dan secara bersamaan pula, lebih berkemungkinan untuk

memperoleh Gangguan Bipolar II.

Usia onset Gangguan Bipolar I terentang dari anak-anak (paling cepat

usia 5-6 tahun) sampai usia 50 tahun atau usia yang lebih tua untuk

kasuskasus yang jarang, dengan usia rata-rata adalah 30 tahun. Gangguan

Bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang telah bercerai dan hidup

sendirian daripada orang yang menikah, sosial ekonomi tinggi, dan orang

yang tidak tamat dari perguruan tinggi.

Individu yang mengidap bipolar memiliki gejala – gejala yang

menonjol dalam prosesnya. Salah satu penyebab munculnya bipolar adalah

disebabkan individu tidak melakukan aktivitas yang semestinya, seperti

aktivitas tidur yang berkurang menyebabkan sistem kerja syaraf dan

pikiran individu tidak tenang dan kaku. Maka akan sering mengalami

imajinasi dan halusinasi yang berkelanjutan secara terus menerus. Pada

dasarnya seseorang membutuhkan waktu tidur selama 8 jam perhari,


21

namun apabila waktu dan aktivitas tidur terganggu maka akan beresiko

mengidap bipolar

(Mulyanto, 2003).

2. Jenis – jenis Gangguan Bipolar

Bipolar disorder akan terlihat berbeda pada orang yang berbeda pula,

hal ini dikarenakan setiap individu memiliki kepribadian dan karakter yang

berbeda – beda pula. Gejala – gejalanya pun berbeda dan sangat bervariasi

tergantung pada tingkat keparahan dan frekuensinya. Beberapa individu

cenderung pada mania atau depresi, sementara yang lainnya dapat

bergatian antara dua jenis episode (Wuryo, 1982).

Terdapat empat jenis perasaan / mood manusia dalam penyakit bipolar

yaitu mania, hipomania, depresi, dan episode campuran. Setiap jenis mood

bipolar disorder memiliki gejala yang unik dan menarik. Adapun gejala –

gejala dari tahap mania diantaranya adalah Bipolar I (mania) yaitu jenis

penyakit mental bipolar yaitu ditandai dengan munculnya episode mania

dan campuran. Gejala yang terjadi pada tahap bipolar satu adalah bentuk

dari gejala mania yang berada pada tahap yang cukup mengkhawatirkan

dan membutuhkan penangangan yang tepat dalam proses penyembuhannya

baik medis maupun non medis.

Pada dasarnya bipolar I cenderung terjadi pada individu yang

mengalami depresi berat serta sering kali merasa frustasi secara tidak

normal (Altemeyer, 2006). Kriteria untuk gangguan bipolar I adalah

individu mengalami episode – episode manik penuh. Episode – episode

manik dianggap terpisah satu sama lain dan harus ada periode bebas gejala

selama paling tidak 2 bulan di antara episode – episode tersebut. Jika tidak,

maka sebuah episode dainggap sebagai kelanjutan episode sebelumnya

(Durand & Barlow).


22

Berikutnya Bipolar II (Hipomania/Hipomanik) pada dasarnya adalah

keadaan dimana individu merasakan suasana hati atau perasaan yang baik.

Jenis bipolar hipomania merupakan kondisi dimana penderitanya berada

dalam satu titik keadaan dimana individu merasa sangat bahagia secara

berlebihan dan tidak dapat disembunyikan. Dalam situasi ini individu tidak

akan mengalami hal – hal buruk seperti tidak mengalami halusinasi,

imajinasi yang berlebihan dan delusi.

Kriteria ganguan bipolar II meliputi kemunculan (atau memiliki

riwayat pernah mengalami) sebuah episode depresif berat atau lebih,

kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) paling tidak satu

episode hipomania, tidak ada riwayat episode manik penuh atau episode

campuran, gejala – gejala suasana perasaan bukan karena skizofrenia atau

menjadi gejala yang menutupi gangguan lain seperti skizofrenia, gejala –

gejalanya tidak disebabkan oleh efek – efek fisiologis dari substansi

tertentu atau kondisi medis secara umum, dan distres atau hendaya dalam

fungsi yang signifikan secara klinis (DSM IV-TR).

Jenis yang ketiga adalah depresi, bipolar pada tahap depresi mengalami

beberapa gejala pada tahapan episode – episode yang cenderung fokus

pada depresi secara berlebihan sehingga individu tidak mampu

mengendalikan dan perilaku serta pola pikirnya tidak sehat. Dalam proses

terjadinya atau kambuhnya gejala – gejala depresi ditandai dengan

terjadinya frustasi, stress, yang terjadi berkelanjutan. Gejala depresi akan

membuat individu merasakan perasaan yang tidak teratur dan tidak

menentu pada fungsi tubuh secara normal (Musthafa, 1977).

Jenis keempat adalah episode campuran (Cyclotimia), jenis penyakit

mental disorder yang terakhir ini tidak mengalami gejala – gejala yang

sangat serius seperti jenis bipolar satu dan dua serta bipolar depresi yang
23

dianggap paling berbahaya dan merupakan penyebab utama penderita

bipolar merasa putus asa dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Jenis bipolar campuran merupakan suatu gejala dari bipolar satu (Mania),

dua (Hipomania), dan tiga (Depresi). Dalam kondisi ini individu

cenderung akan mengalami disfungsi yang tidak teratur pada anggota

tubuhnya dimana hal ini disebabkan oleh terjadinya suatu sistem

pengkombinasian energi tinggi dan rendah (Meadow, 1989). Bagi

penderita bipolar disorder jenis episode campuran merupakan sebuah

kondisi dimana episode atau gejala – gejala pada mania dan depresi terjadi

secara bersamaan (Mulyanto, 2003).

Pembagian bipolar menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III), terdapat pembagian bipolar yang

lebih terperinci berdasarkan penggolongan World Health Organization

(WHO) pada gangguan afektif bipolar dengan kode F31, antara lain :

a) F31 Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-

kurangnya dua) yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan

tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu

tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta

peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu

lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan enegri

dan aktivitas (depresi). Menjadi khas pada gangguan ini karena biasanya

ada penyembuhan sempurna antar episode, dan insidensi pada kedua

jenis kelamin kurang lebih sama dibanding dengan gangguan suasana

perasaan (mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasien

yang menderita hanya episode mania yang berulang – ulang, dan karena

pasien – pasien tersebut menyerupai (dalam riwayat keluarga,


24

kepribadian pramorbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien

yang mempunyai juga episode depresi sekali – sekali, maka pasien itu

digolongkan sebagai bipolar (F31.8).

Episode manik biasanya mulai dengan tiba – tiba dan berlangsung

antara 2 mnggu sampai 4 – 5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi

cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun

jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang lanjut usia. Kedua macam

episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup yang penuh stress atau

trauma mental lain. Episode pertama dapat timbul pada setiap usia dari

masa kanak sampai tua. Frekuensi episode dan pola remisi serta

kekambuhan masing-masing sangat bervariasi.

b) F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, episode Kini Hipomanik

Pedoman diagnostik :

- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

hipomania (F30.0), dan

- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain

(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lalu.

c) Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik :

- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

mania tanpa gejala psikotik (F30.1), dan

- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain

(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lalu.

d) F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala

Psikotik

Pedoman diagnostik :
25

- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

mania dengan gejala psikotik (F30.2), dan

- Harus ada sekurang-kurangnya satu episdoe afektif lain

(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lalu.

- Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan

sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan

(mood)

e) F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau

Sedang

Pedoman diagnostik :

- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

episode deresif ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1), dan

- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif

hipomanik, manik, atau campuran di masa lalu.

f) F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa

gejala Psikotik

Pedoman diagnostik :

- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.3), dan

- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif

hipomanik, manik, atau campuran di masa lalu.

g) F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan

Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik :

- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3), dan


26

- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif

hipomanik, manik, atau campuran di masa lalu.

h) F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

Pasien pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode

afektif manik, hipomanik, atau campuran di masa lalu dan sekarang

sedang menunjukkan gejala – gejala manik, hipomanik, dan depresif

yang tercampur atau bergantian dengan cepat. Pedoman diagnostik :

Mesipun bentuk gangguan bipolar yang paling khas terdiri dari

pergantian antar episode manik dan depresif yang diselingi periode

suasana perasaan (mood) depresif selama berhari – hari atau

berminggu – minggu disertai aktivitas berlebihan dan kegelisahan

berbicara, atau suasana perasaan (mood) yang manik dan

grandiositas disertai agitasi dan kehilangan energi dan libido. Gejala

depresif dan gejala dari hipomania atau mania dapat juga bergantian

dengan cepat, dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam. Diagnosa

gangguan afektif bipolar campuran hendaknya ditegakkan hanya jika

kedua kelompok gejala sama – sama mencolok selama masa terbesar

dari episode penyakit yang sekarang, dan jika episode ini telah

berlangsung selama sekurang-kurangnya 2 minggu.

i) F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi

Pasien pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode

afektif manik, hipomanik, atau campuran di masa lalu, ditambah

dengan sekurang - kurangnya satu lagi episode afektif hipomanik,

manik, depresif, atau campuran, akan tetapi pada waktu sekarang

tidak menderita sesuatu gangguan afektif yang nyata dan juga tidak

menderitanya selama beberapa bulan terakhir ini. Namun, pasien


27

mungkin sedang mendapat pengobatan untuk mengurangi risiko

timbulnya episode di masa mendatang.

j) F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

k) F31.9 Gangguan Afektik Bipolar YTT

Faktor penyebab gangguan bipolar adalah ketidakseimbangan

fisiologis, metabolisme serebral dan faktor genetik. Gangguan bipolar

muncul dipicu dengan adanya stres, penggunaan obat-obatan tertentu,

terutama obat-obatan antidepresan, kurang tidur atau melewatkan

beberapa jam istirahat.

B. Terapi Dzikir

1. Definisi Dzikir

Pengertian dzikir menurut bahasa, kata “dzikir” berasal dari bahasa

Arab yaitu Yazkuruzakara-tazkara yang mengandung arti menyebut,

mengucap, menuturkan. Menurut Al-Habsyi dzikir mengandung arti

menceritakan, memuji dan mengingat. Sedangkan menurut istilah,

dijelaskan dalam Ensiklopedia Hukum Islam (Muhibbuthabary, 2006)

dzikir dapat berarti suatu aktivitas berupa:

a. Ucapan lisan, gerak raga, maupun getaran hati sesuai dengan

caracara yang diajarkan agama, dalam rangka mendedahkan diri

kepada Allah.

b. Upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada

Allah dengan selalu ingat kepadanya.

c. Keluar dari suasana lupa, masuk dalam suasana musyahadah

(saling menyaksikan) dengan mata hati, akibat didorong rasa

cinta yang mendalam kepada Allah.

Adapun Abu Bakar (dalam Muhibbuthabary, 2006) mendifinisikan

dzikir sebagai suatu ucapan, atau ingatan yang mempersucikan Allah dan
28

membersihkan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak untuk-Nya, selanjut

memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat

sempurna, sifat-sifat yang menujukan kebesaran dan kemurnian. Dalam

Kamus Besar Indonesia, dzikir diartikan puji-pujian kepada Allah yang

diucap berulang-ualang,dan terkadang juga diartikan doa.

Menurut Adz-Dzakiey (2007), dalam pelaksanaannya, dzikir

adalah suatu aktivitas yang bersifat keutuhan berapa mengingati wujud

Allah dengan merasakan kehadiran-Nya di dalam hati dan jiwa, dengan

menyebut nama-Nya yang suci,dengan senantiasa merenung hikmah dari

penciptaan segala mahluknya, serta mengimplementasikan kegiatan itu

kedalam bentuk perilaku, sikap, gerak, dan penampilan yang baik, benar

dan terpuji, baik dihadapan-Nya maupun di belakang-Nya. Selain itu,

dzikir secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab dzakara, artinya

mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal

atau mengerti. Biasanya perilaku dzikir diperhatikan orang hanya dalam

bentuk renungan sambil duduk dengan membaca bacaan-bacaan tertentu.

Sedangkan dalam pengertian terminologi dzikir sering dimaknai sebagai

suatu amal ucapan atau amal melalui bacaan-bacaan tertentu untuk

mengingat Allah. Berdzikir kepada Allah adalah suatu rangka dari

rangkaian imam dan islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa

dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini dibuktikan dengan begitu

banyaknya ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist Nabi yang membahas masalah

ini.

Dzikir adalah suatu aktivitas yang bersifat ketuhanan berupa

mengingat Allah SWT, dengan merasakan kehadiran-Nya di dalam hati

dan jiwa, dengan menyebut nama-Nya yang suci, dengan senantiasa

merenungkan hikmah dari penciptaan segala makhluk-Nya, serta


29

mengimplementasikan dalam bentuk perilaku, sikap, gerak, dan

penampilan yang baik, benar, dan terpuji, baik dihadapan-Nya maupun di

hadapan makhluk-Nya (Adz-dzakiey, 2007).

Dzikir membantu individu untuk membentuk persepsi yang lain

selain ketakutan, yaitu suatu keyakinan bahwa semua stresor akan dapat

dihadapi dengan baik oleh bantuan Allah. Umat islam percaya bahwa

penyebutan Allah secara berulang (dzikir) dapat menyembuhkan jiwa dan

menyembuhkan berbagai penyakit (Subandi, 2009).

Dzikir berarti ingat kepada Allah, ingat ini tidak hanya sekedar

menyebut nama Allah dalam lisan atau dalam pikiran dan hati. akan

tetapi dzikir yang dimaksud adalah ingat akan Zat, Sifat dan Perbuatan-

Nya kemudian memasrahkan hidup dan mati kepada-Nya. Sehingga tidak

takut maupun gentar menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan

(Sangkan, 2002).

Sebagian tokoh islam membagi dzikir menjadi dua yaitu : dzikir

dengan lisan dan dzikir dengan hati. Dzikir lisan merupakan jalan yang

akan menghantarkan pikiran dan perasaan yang kacau menuju kepada

ketetapan dzikir hati, kemudian dengan dzikir hati inilah semua

kedalaman kejiwaan akan kelihatan lebih luas, sebab dalam wilayah ini

Allah akan mengirimkan pengetahuan berupa ilham. Dzikir kepada Allah

bermakna, bahwa manusia sadar akan dirinya yang berasal dari Sang

Khalik, yang senantiasa mengawasi segala perbuatannya. Dengan

demikian manusia mustahil akan berani berbuat curang dan maksiat

dihadapan-Nya.

Dzikir berarti kehidupan, karena manusia ini adalah makhluk yang

akan binasa (fana), sementara Allah senantiasa hidup, melihat, berkuasa,

dekat, dan mendengar, sedangkan menghubungkan (dzikir) gambaran


30

dzikir yang dituturkan Rasulullah Saw. Bahwa dzikir kepada Allah itu

bukan sekedar ungkapan sastra, nyanyian, hitungan-hitungan lafadz,

melainkan suatu hakikat yang diyakini didalam jiwa dan merasakan

kehadiran Allah disegenap keadaan, serta berpegang teguh dan

menyandarkan kepada-Nya hidup dan matinya hanya untuk Allah semata

(Sangkan, 2002).

Menurut Bahjad (1998) memberikan pengertian tentang dzikir

sebagai berikut, dzikir secara lisan seperti menyebut nama Allah

berulangulang, dan satu tingkat di atas dzikir lisan adalah hadirnya

pemikiran tentang Allah dalam kalbu. Kemudian upaya menegakkan

hukum syariat

Allah di muka bumi dan membumikan Al Qur’an dalam kehidupan

demikian pula memperbagus kualitas amal sehari-hari dan menjadikan

dzikir ini sebagai pemacu kreativitas baru dalam bekerja dengan

mengarahkan niat kepada Allah.

Dalam rangka mendapatkan keutamaan dzikir yang maksimal

maka dibutuhkan adab dalam pelaksanaannya. Ash-Shieddieqy (Nashori,

2005) memaparkan beberapa adab mengenai dzikir yang berkualitas

yaitu:

a. Niat

Niat merupakan terdapat keinginan yang tinggi dalam

melaksanakan dzikir. Individu yang memiliki niat berarti dapat

melaksanakan dzikir intensitas yang tinggi dalam beragam

keadaan.

b. Taqarrub
31

Taqarrub merupakan perasaan yang sangat dekat dengan Allah

Subhanahu Wata’ala pada saat melaksanakan dzikir. Kedekatan

yang dirasakan seperti merasakan Allah Subhanahu Wata’ala lebih

dekat dibanding urat lehernya sendiri.

c. Ihsan

Ihsan adalah perasaan seakan-akan saling melihat dengan Allah

Subhanahu Wata’ala saat melaksanakan dzikir. Perasaaan ini dapat

membuat individu measa selalu diawasi dan terhubung dengan

Allah

Subhanahu Wata’ala.

a. Tadarru’

Taddaru' merupakan merupakan perasaan rendah diri di hadapan

Allah Subhanahu Wata’ala.

b. Khauf

Khauf merupakan perasaan takut akan kebesaran dan kekuasaan

Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini merupakan perasaan hamba

yang kecil yang tidak berdaya tanpa adanya kekuatan dari Allah

Subhanahu Wata’ala.

f. Tawaddu’

Tawaddu’ adalah merendahkan hati di hadapan individu lain

sehingga terhindar dari perilaku sombong.

2. Fadhilah Bacaan Dzikir

Dzikir ialah menyebut Allah dengan membaca tasbih (alhamdulillah),

tahlil (la ilaha illallahu), tahmid (alhamdulillah), taqdies (quddusun, takbir

(Allahu Akbar), hauqalah (la haula wa la quwata illa billahi), hasbalah


32

(hasbiyallahu), basmallah (bismillahirrahmanirrahiem), al-Quranul

Majied dan membaca doa – doa yang ma’tsur, yaitu doa – doa yang

diterima dari Rasulullah Saw. Menurut Al Hafizh (dalam Ash Shiddieqy,

2005) dzikir ialah segala lafazh (ucapan) yang disukai oleh umat dan

membacanya untuk menghasilkan jalan mengingat dan mengenang akan

Allah. Seperti lafazh – lafzh Al Baqiyatu ‘shshalihaatu, yaitu :

Subhanallah walhamdulillah walailla haillaullah wallahuakbar

Artinya : saya akui kesucian Allah, segala puji dan sanjung

kepunyaanNya, tak ada Tuhan yang sebenarnya berhak disembah

melainkan Allah dan

Allah itu Maha Besar.

a. Tasbih : Subhanallah

Artinya : Maha suci Allah (saya akui kesucian Allah)

Tasbih ialah mengakui kesucian Allah dari segala yang idak layak

bagi-Nya dan mengakui kesucian Allah dari segala kekurangan.

Akan tetapi, sering juga kalimat tasbih diartikan dengan dzikir.

Tasbih sering digunakan untuk mengganti perkataan dzikir yang

memiliki banyak macam.

b. Tahmid : Alhamdulillah

Artinya : Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan yang memelihara

alam.

Tahmid ialah menyatakan kepujian dan kesyukuran kepada Allah

Tuhan semesta Alam. Lafazh tahmid disukai untuk menutup segala

doa. Bertahmid adalah untuk menyatakan kesyukuran sebagai

mahluk-Nya yang bersyukur atas limpahan karunia-Nya yang

selama ini dapat dinikmati.

c. Tahlil : La ilaha illa llah


33

Artinya : Tiada Tuhan melainkan Allah

Tahlil ialah mengakui bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala tidak

berhajat kepada yang selain-Nya, suci dari segala kekurangan,

segala selain-Nya, berhajat kepada-Nya. Merupakan makna

keTuhanan Allah SWT. Mengakui ke-Esaan Allah dan kesucian-

Nya dari segala kekurangan.

d. Takbir : Allahu Akbar

Artinya : Allah itu paling besar dari segala yang besar

Takbir ialah mengakui kebesaran Allah, Tuhan yang menciptakan

alam.

e. Hauqalah : la haula wa la quwata illa billahi

Artinya : tidak ada daya dan upaya untuk menolak sesuatu

kemelaratan dan mendatangkan suatu kemanfaatan melainkan

dengan Allah (Tidak ada tempat berlindung melainkan dengan-Nya

sendiri-Nya).

f. Basmallah : bismillahirrahmanirrahim

Artinya : aku memulai segala usahaku, segala pekerjaan dan

perbuatanku dengan nama Allah sendiri-Nya (bukan dengan atau

atas namaku), yang Maha pemurah dan Maha Pengasih.

g. Hasbalah : hasbiyallah wani’malwakiyl

Artinya : Allah, Tuhan semesta alam cukup bagiku, aku tak perlu

kepada yang selain-Nya dan Dialah sebaik – baik penjaga yang

menjaga kemaslahatan dan kemanfaatanku.

h. Istighfar : Astaghfirullahaladzim

Artinya : saya memohon ampun kepada Allah yang maha besar.

“Perumpamaan orang yang menyebut Tuhannya dengan orang yang

tiada menyebut Tuhannya, adalah seumpama orang yang masih


34

hidup dibanding dengan orang yang mati” (H.R. Al Bukhary: At

Targhib wat Tarhieb : 3 : 59)

“Apabila seseorang hamba mengingat akan Daku pada jiwanya

(dirinya) niscaya Aku mengingat akan dia pada Diriku. Dan apabila dia

menyebut akan Daku di hadapan jama’ah (orang ramai), niscaya Akupun

menyebutnya di hadapan orang ramai lebih baik dari jama’ahnya” (H.R.

Bukhari Muslim).

Pada hadist pertama, Rasulullah Saw menyerukan bahwa seseorang

yang tidak pernah berdzikir sama saja dengan orang yang sudah mati, yaitu

jiwanya yang telah mati. Sedangkan pada hadist kedua, Rasulullah Saw

menerangkan bahwa apabila seseorang menyebut nama Tuhan, pada

dirinya maka Tuhan akan menyebut juga pada diri-Nya. Jadi, apabila

seorang hamba tidak pernah menyebut Tuhan, artinya Tuhan pun tidak

pernah menyebut akan dia.

Fadhilah dari bacaan dzikir yang disebutkan diatas merupakan bacaan

dzikir yang digunakan dalam modul terapi dzikir pada penelitian ini.

3. Bentuk – bentuk Dzikir

Dzikir adalah suatu pengalaman ruhaniyyah yang dapat dinikmati

oleh pelaku dzikir, yang dimaksud adalah dzikir dapat menentramkan hati.

Ibnu Ata’, seorang sufi yang menulis al-Hikam (kata-kata Hikmah) membagi

dzikir menjadi tiga bagian, yaitu dzikir jali (dzikir jelas, nyata), dzikir khafi

(dzikir samar-samar), dan dikir haqiqi (dzikir sebenarbenarnya) (dalam

Ensiklopedia islam, 2008).

a. Dzikir Jali

Merupakan suatu perubatan mengingat Allah SWT dalam

bentuk ucapan lisan yang mengandung arti pujian, rasa syukur


35

dan doa kepada Allah SWT yang dipraktekkan dengan suara

yang jelas untuk menuntun gerak hati. Awalnya dzikir ini

diucapkan dengan lisan, mungkin tanpa dibarengi dengan

ingatan hati. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang awam

(kebanyakan orang). Dzikir jali dimaksudkan untuk mendorong

agar hati juga dapat hadir dalam ucapan lisan.

b. Dzikih Khafi

Merupakan dzikir yang dilakukan secara khusyu’ oleh

ingatan hati, pelaku dzikir yang mampu melakukan dzikir

seperti ini merasa dalam hatinya baik disertai dzikir lisan

maupun tidak. Orang yang sudah senantiasa memiliki

hubungan dengan Allah SWT akan merasakan kehadiran Allah

SWT kapan dan dimana saja. Dalam dunia sufi terdapat

ungkapan bahwa seorang sufi ketika melihat suatu benda apa

saja, bukan melihat benda itu, tetapi melihat Allah SWT.

Artinya, benda itu bukanlah Allah SWT, tetapi pandangan

hatinya jauh menembus melampaui pandangan matanya. Sufi

tersbut tidak hanya melihat benda itu, akan tetapi juga

menyadari adanya khalik yang menciptakan benda itu.

c. Dzikir Hakiki

Merupakan dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga,

lahiriah, dan batiniah, kapan dan dimana saja, dengan

melakukan upaya memelihara seluruh jiwa raga dari larangan

Allah SWT dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.

Selain itu, tidak ada yang diingat selain Allah SWT. Untuk

mencapai tingkatan dzikir hakiki diperlukan latihan mulai dari

tingkat dzikir jali dan dzikir khafi.


36

4. Terapi Dzikir

Terapi dzikir merupakan bentuk perlakuan atau pengobatan dengan

menggunakan kalimat-kalimat dzikir yang dihayati dan dibaca secara

berulang-ulang dengan tujuan untuk mengurangi gejala negatif pada klien,

dan mengembangkan kepribadian klien. Menurut Trimingham (Subandi,

2009), dzikir merupkan inti dari mistisme dalam Islam, penyebutan nama

Allah secara berulang-ulang dianggap sebagai suatu cara untuk

membersihkan jiwa dan menyembuhkan penyakit-penyakit di dalamnya.

Dzikir dapat mengubah tendensi jiwa dari orientasi ke luar dunia (lahir) ke

arah dunia dalam (batin), mengubah jiwa yang masih kacau karena

memikirkan beraneka persoalan dunia, menuju ke arah penyatuan jiwa dan

akhirnya dapat merubah kehidupan religius dari yang berorientasi kepada

diri sendiri (self centered) ke arah kehidupan beragama yang berorientasi

pada Tuhan (God centered).

Manfaat lain dari berdzikir, menurut Sholeh (2006), adalah

membuat sesorang merasa tenang sehingga kemudian menekan kerja

sistem syaraf simpatetis dan mengaktifkan kerja sistem syaraf

parasimpatetis. Febriani (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa

dzikir dengan menggunakan kalimat Subhanallah, Alhamdulillah, dan la

illahaillah yang dibaca 33 kali selama lima belas menit dapat menurunkan

tingkat kecemasan.

Menurut Supradewi (2008), dzikir dapat menghilangkan afek

negatif dan memunculkan emosi positif, seorang yang lemah jiwanya akan

menjadi lebih kuat setelah melakukan dzikir karena asma Allah yang

mengandung kekuatan dan kebesaran. Kalimat dzikir yang dianjurkan


37

yaitu seperti mengucapkan kalimat Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu

Akbar,

Laa ilaaha illallaah, Laa haula walaa quwwata illaa billaah,

Astaghfirullah, Hasbiyallahu wa ni’mal wakil dan Inna lillahi wa inna

ilaihi raji’un (Shihab, 2006).

5. Prosedur Dzikir

Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah (Muttaqin dan Mukri, 2009) dzikir

sebaiknya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Berniat semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT, tanpa maksud

tujuan yang lainnya.

b. Bersikap tadlarru’ (merasa rendah diri di hadapan Allah) dan chiifah

(merasa takut kepada Allah) serta tidak mengeraskan suara.

c. Menggunakan lafadz-lafadz dzikir sesuai dengan yang telah

dituntunkan oleh Syara’ tanpa mengada-adakan dengan yang lainnya

d. Menyesuaikan antara lafadz-lafadz dzikir yang dibaca dengan waktu,

tempat, serta situasinya sendiri-sendiri sebagaimana yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

e. Berusaha menghilangkan segala macam gangguan konsentrasi dalam

berdzikir.

Kemudian terdapat langkah-langkah dalam teknik dzikir menurut Soleh

(2015), antara lain :

a. Terapis meminta klien untuk mengambil posisi yang nyaman, seperti

duduk ataupun berbaring. Akan tetapi, lebih disarankan untuk duduk

bersila sambil menghadap ke kiblat.


38

b. Klien diminta untuk melakukan relaksasi dengan cara mengambil

napas dan menghembuskan secara perlahan, kemudian melakukan

kontemplasi, dan berfokus pada diri klien.

c. Klien diminta untuk membayangkan sedang bersila di Makkah atau

hadapan kiblat. Hal ini sangat berguna untuk menambah kekhusyu’an

dan keyakinan, lalu klien dapat mulai untuk memusatkan pikiran

dengan mengucapkan kalimat – kalimat dzikir.

d. Setiap tarikan dan helaan nafas merupakan ucapan dzikir sehingga tiap

aliran darah mengucapkan resonansi dari ucapan dzikir.

Terapis senantiasa mengingatkan agar selalu mengingat Allah

SWT. Sehingga segala hal yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT

dan untuk kebaikan manusia. Semua yang diberikan kepada manusia

adalah kebaikan, sedangkan keburukan merupakan sebuah persepsi dari

ketidakpuasan dan ketidaksesuaian dari keinginan dan pemenuhan hawa

nafsu manusia (Andaryati, 2017).

Menurut Frager (2014), salah satu variasi lain dari latihan relaksasi

dzikir adalah dengan cara klien diminta untuk duduk dengan tangan di atas

kepala, kemudian klien berkonsentrasi kepada hatinya sambil

memejamkan kedua matanya dengan bersungguh-sungguh dan

berkonsentrasi penuh klien mengucapkan La ilaha illa Allah. Kemudian

mengarahkan kata La ilaha naik dari pusar dan arahkan kata illa Allah

turun ke hati, sehingga energi dzikir menyentuh ke seluruh bagian tubuh

menyentuh ke seluruh bagian tubuh. Klien diminta untuk melirihkan suara

hingga hanya dirinya sendiri yang dapat mendengarkan suaranya, sambil

meminta klien untuk memaknai kalimat tersebut di dalam hatinya. La

ilaha illa Allah menolak seluruh lintasan – lintasan pikiran yang dapat

masuk ke dalam hatinya.


39

Sebagai gantinya klien diminta untuk mengucapkan “aku tidak

menginginkan apapun, tidak mencari apapun, dan tidak memiliki tujuan

ataupun cinta selain Allah”. Kemudian dengan kalimat illa Allah klien

diminta untuk menegaskan bahwa hanya Tuhanlah tujuan dan kekasihnya.

6. Kualitas Dzikir

6.1 Definisi Kualitas Dzikir

Dzikir ialah menyebut, menuturkan, mengingat, mengerti, ucapan

lisan, getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan oleh agama,

dalam rangka mendekatkan diri pada Allah (Ash-Shiddieqy, 2005).

Pengertian kualitas dzikir menurut Nashori (2005) adalah keadaan atau

kedalaman individu dalam melakukan aktivitas dzikir. Rifai dan

Sukamto (dalam Safaria & Saputra, 2009) mengartikan kualitas dzikir

merupakan suatu aktivitas dzikir yang dilakukan melalui penghayatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas dzikir

merupakan suatu kondisi individu yang melakukan aktivitas dzikir

dengan penuh penghayatan, pendalaman dan pemahaman yang baik.

6.2 Aspek-aspek Kualitas Dzikir

Aspek-aspek dalam melakukan dzikir terdiri dari tiga aspek (Rusdi,

2018), yaitu:

a. Solemnity

Menunjukkan seberapa paham, meresapi, khusyuk, dan dekat dengan

Allah serta durasi yang dilakukan ketika berdzikir.

b. Connectivity

Menunjukkan seberapa terhubung dengan Allah dimanapun dan dalam

aktivitas apapun.
40

c. Intensity

Menunjukkan seberapa besar frekuensi dzikir dalam waktu khusus

(seperti waktu shalat) dan dzikir dalam keseharian serta seberapa

kontinyu dzikir dilakukan.

Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa terdapat tiga

aspek yang mempengaruhi dzikir antara lain seberapa khusyuk dalam

berdzikir (solemnity), seberapa terhubung dengan Allah dalam

melakukan aktivitas sehari-hari (connectivity), dan seberapa sering

dalam berdzikir (intensity).

C. Keterkaitan Antara Terapi Dzikir pada Orang Dengan Bipolar

Pada bacaan dzikir mengandung makna yaitu kepercayaan dan

keyakinan hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Individu yang

memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dengan keyakinan yang kuat

hanya kepada Allah dan dengan keyakinan ini dapat memberikan kontrol

yang kuat serta dapat mengarahkan individu ke arah yang positif. Dzikir

dapat memberikan rasa tenang dalam diri individu yang mengalami

permasalahan sehingga tidak merasakan ketenangan pada hatinya.

Pada penelitian ini subjek yaitu orang dengan bipolar akan

diberikan rangkaian pelatihan dzikir yang memiliki tujuan untuk

menurunkan simptom bipolar. Pelatihan dirancang untuk menurunkan

simptom bipolar yaitu, saatsubjek merasakan gangguan berupa gangguan

tidur, gangguan makan, masalah dengan hubungan sosial, berkurangnya

aktivitas dan energi, berkurangnya motivasi, kesulitan konsentrasi dan

ingatan, kecemasan, anhedonia, afek datar, merasa tidak berharga, merasa

butuh pertolongan dan tidak ada harapan, ide untuk melakukan bunuh diri,
41

perasaan bersalah, simptom psikotik, merasa terganggu, ketidakstabilan

perasaan, berkurangnya aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan

berkomunikasi, dan agitasi. Berbagai macam gejala yang telah disebutkan

merupakan simptom depresi dari bipolar. Fokus pada pelatihan dzikir ini

adalah untuk menurunkan berbagai macam simptom yang muncul ketika

subjek merasakan kekambuhan.

Problematika kehidupan akan mempengaruhi fokus pelatihan,

dimana dengan memiliki problematika hidup yang tinggi maka subjek

akan dibantu untuk menyelesaikannya melalui pemahaman teori terkait

dzikir, mempraktikkan amalan praktik dzikir dan melanjutkan amalan

dzikir di luar sesi pelatihan yang tetap dapat dipantau dalam catatan harian.

Ibadah memegang peranan penting dalam kehidupan umat yang beragama

islam, salah satunya adalah dengan berdzikir. Berdzikir adalah sarana

untuk melakukan komunikasi dengan Allah SWT. Berdzikir tidak hanya

sekadar melafalkan wirid-wirid, akan tetapi esensi dari berdikir adalah

menghayati setiap kata yang diucapkan dan menghayati makna dari bacaan

dzikir

tersebut.

Terapi dzikir merupakan sebuah bentuk ibadah dengan cara verbal

yang tidak terikat dengan waktu, tempat, dan keadaan. Dzikir dapat

mengandung nama Tuhan, yang secara eksplisit maupun implisit, maka

siapa saja yang mengucapkan bacaan dzikir artinya memiliki niat untuk

memuji Tuhan-Nya. Bacaan atau kalimat yang dilafalkan dalam terapi

dzikir ini adalah kalimat thoyyibah, antara lain adalah istighfar

(Astaghfirullahal adzim) yang bermakna saya memohon ampun kepada

Allah yang maha Agung, tahmid (Alhamdulillah) yang bermakna segala


42

puji bagi Allah, tasbih (Subhanallah) yang mempunyai arti Maha Suci

Allah, dan takbir (Allahuakbar) yang berarti Allah Maha Besar.

Selain untuk menurunkan simptom bipolar pada subjek penelitian,

pelatihan dzikir juga dapat memberikan pengaruh kepada subjek antara

lain akan meningkatkan pemahaman subjek terkait materi dzikir, kalimat

thoyyibah, dan pelaksanaan dzikir dalam keseharian. Pemberian materi

diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan subjek terkait hal – hal

yang berkaitan dengan dzikir dan penggunaan kalimat thoyyibah dalam

berdzikir. Pemahaman akan membuat subjek dapat menghayati makna saat

berdzikir hanya pada saat dilakukan. Akan tetapi, dengan kesadaran maka

subjek dapat memahami tujuan dari perbuatannya tersebut. Pada saat

subjek sudah dapat menghayati makna dzikir dengan baik, maka subjek

juga dapat merasakan dan terjaga. Sejalan dengan hal itu, materi dzikir

dapat memberikan subjek ilmu terkait dzikir dan dapat mempraktikkan dan

mengamalkan ilmu yang didapatkan. Hal ini juga dapat menghilangkan

keraguan atas manfaat dzikir yang telah Allah janjikan dan pemaknaan

terapeutik yang dapat memberikan penguatan kepada subjek.

Pada pelatihan dzikir akan diberikan pembiasaan kepada subjek

dalam melaksanakan dzikir sebanyak-banyaknya. Terlaksananya praktik

dzikir juga dipengaruhi oleh pemahaman subjek terkait materi dzikir yang

diberikan. Semakin baik pemahaman subjek terkait materi dzikir, maka

akan semakin baik pula subjek dalam melaksanakan praktik dzikir. Lulu

(2002) mengatakan bahwa pada saat individu telah merasakan kenyamanan

dalam berdzikir maka akan berpengaruh pada tubuh (fisik) dengan

merasakan getaran – getaran rasa yang lemas dan tubuh akan merasakan

relaksasi syaraf sehingga ketegangan – ketegangan yang dirasakan subjek

akan menghilang. Hal ini juga akan mempengaruhi subjek dalam


43

mengamalkan dzikir diluar sesi pelatihan.

Pengalaman dzikir penting untuk dilaksanakan secara kontinuitas

atau terdapat konsep dawam dzikir. Kontinuitas atau dawam dzikir yang

diistilahkan dengan istiqomah seperti dijelaskan dalam hadist: ”Hendaklah

lidahmu selalu basah dengan berdzikir kepada Allah” (HR. At-Tirmidzi,

no 3375. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadist ini hasan.)

Kalimat “selalu basah dengan dzikir” artinya adalah sebuah petunjuk untuk

mendapatkan manfaat dzikir yang maksimal maka dibutuhkan perilaku

berdzikir secara terus menerus.

Berdasarkan penjelasan diatas, pelatihan dzikir dapat memberikan

pengaruh pada simptom bipolar pada subjek. Setelah diberikan

pemahaman secara teoritis, praktik pengalaman berdzikir sesuai tuntunan

Al-Qur’an dan hadist serta penugasan subjek untuk dapat tetap

mengamalkan dzikir diluar pelatihan yang dikontrol dengan catatan harian,

maka diharapkan subjek dapat senantiasa mengingat Allah dengan

pengalaman dzikir tersebut.

1. Bagan Dinamika Terapi Dzikir Pada Orang Dengan Bipolar

Penderita Bipolar

Simptom bipolar yang muncul ( mood swing )

Terapi dzikir:
Dzikir mengingat Allah yang bertujuan untuk memfokuskan pikiran.
Dengan bacaan do’a dan dzikir orang akan menyerahkan segala
permasalahan hanya kepada Allah, sehingga beban stress yang
dihimpitnya mengalami penurunan (Fanada, 2012 dikutip Indri W,
2014).
44

Manfaat Dzikir :

1. Menghilangkan kegelisahan hati (Q.S.Ar’d/13:28).

2. Menguatkan dan menentramkan hati (Q.S.Ar’d/13:28).

3. Menumbuhkan rasa syukur terhadap nikmat Allah. (Adz-Zakiey,


2005).

4. Mendatangkan kebahagiaan (Subandi, 2009).

5. Meyakini akan janji Allah di hari akhir. (Q.S. Al-Baqarah 186)

Menurunkan simptom Bipolar

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terapi dzikir dapat

mengurangi simptom bipolar pada pasien yang mengalami gangguan

bipolar.

Anda mungkin juga menyukai