Kelompok 5
A1-2015
Anggota Kelompok 5:
Meidina Dewati (131511133003)
Achmad Fachri Ali (131511133023)
Umi Nafiatul Hasanah (131511133053)
Alip Nur Apriliyani (131511133063)
Ika Septiana Arum Permata Devy (131511133065)
Ayu Rahmawati (131511133075)
Clauvega Myrtharanggun Sunarya (131511133076)
Gita Kurnia Widiastutik (131511133086)
Anatomi dan Fisiologi
Medula Spinalis
Medula spinalis berada di dalam kanalis
vertebralis dari kolumna vertebral yang
dilindungi oleh ligamen, meninges, dan
cairan serebrospinal (Gerard & Bryan,
2013).
Gambar Irisan
Medulla Spinalis
Nervus spinal (saraf spinal) terdiri dari
31 pasang nervus spinal yang diberi
angka dan nama sesuai dengan lokasi
dan segmen tulang belakang. Saraf-saraf
tersebut ialah 8 pasang saraf servikal, 12
pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf
lumbal, 5 pasang saraf sakral, dan
sepasang saraf koksigeal (Gerard &
Bryan, 2013).
Click here
Trauma Medula Spinalis
Definisi Trauma Medula Spinalis
Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung
maupun tidak langsung, yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau
kematian (PERDOSSI, 2006).
Cedera medula spinalis bisa meliputi fraktur, kontusio, dan kompresi kolumna
vertebra yang biasa terjadi karena trauma pada kepala atau leher. Kerusakan dapat
mengenai seluruh medula spinalis atau terbatas pada salah satu belahan dan bisa
terjadi pada setiap level (Kowalak, 2011).
Etiologi Trauma Medula Spinalis
Menurut Towarto (2007) tanda dan gejala dari cedera medulla spinalis,
yaitu:
1. Tergantung tingkat dan lokasi kerusakan
2. Perubahan reflex
3. Spasme otot
4. Spinal shock
5. Autonomic dysreflexia
6. Gangguan fungsi seksual
Patofisiologi Trauma Medula Spinalis
Trauma dapat mengakibatkan cedera pada medula spinalis lumbal secara
langsung. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu trauma menimbulkan fraktur
dan instabilitas vertebra sehingga mengakibatkan cedera pada medula spinalis
lumbal. Mekanisme utama yaitu cedera inisial dan mencakup transfer energi ke
korda spinal, deformasi korda spinal dan kompresi korda paska trauma yang
persisten. Mekanisme ini, yang terjadi dalam hitungan detik dan menit setelah
cedera, menyebabkan kematian sel yang segera, disrupsi aksonal dan perubahan
metabolik dan vaskuler yang mempunyai efek yang berkelanjutan.
Menyusul cedera medula spinalis, penyebab utama kematian sel adalah
nekrosis dan apoptosis. Walaupun mekanisme kematian sel yang utama segera
setelah terjadinya cedera primer adalah nekrosis, kematian sel apoptosis yang
terprogram mempunyai efek yang signifikan pada cedera sekunder sub akut.
Kematian sel oligodendrosit yang diinduksi oleh apoptosis berakibat demyelinasi
dan degenerasi aksonal pada lesi dan sekitarnya.
Pemeriksaan Penunjang Trauma Medula
Spinalis
1. Pungsi lumbal
2. Sinar X
3. Computed Tomography (CT Scan)
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
5. Mielografi
Penatalaksanaan Trauma Medula Spinalis
Tujuan penatalaksanaan adalah mencegah cedera medula spinalis lumbal
agar tidak berlanjut dan untuk mengobservasi gejala penurunan neurologik.
Penatalaksanaan trauma medula spinal menurut Hanafiah (2007) sebagai berikut
1. Imobilisasi
2. Stabilisasi medis
3. Mempertahankan posisi normal vertebrae
4. Dekompresi dan stabilisasi spinal
5. Rehabilitasi
Algoritma
Spinal Shock
Definisi Spinal Shock
Click here
WOC
Trauma Medula Spinalis dan Spinal Shock
Click here
Asuhan Keperawatan Umum
Click here
Asuhan
Keperawatan
Umum Trauma
Medula Spinalis
Asuhan
Keperawatan
Umum Spinal
Shock
Click here
Asuhan Keperawatan Kasus
Kasus
Tn. A, laki-laki usia 45 tahun bekerja sebagai supir masuk ke RSUA karena
mengalami kecelakaan dengan keluhan utama kelemahan ekstremitas bagian bawah
sejak 3 hari yang lalu. Selain itu klien juga mengeluh nyeri hebat skala 7 (dari 1-10) di
area leher. Kelemahan anggota gerak bagian bawah yang dirasakan Tn. A semakin
memberat. Diagnosa dokter yaitu trauma medulla spinalis. Dokter memasang Collar
neck pada Tn. A.
Kronologi kejadiannya yaitu truk Tn. A menabrak mobil didepannya dan Tn. A
tidak mengenakan sabuk pengaman. Kepala Tn.A terbentur stir mobil dan terpental ke
sandaran kursi. Setelah kejadian tersebut, Tn. A pingsan selama 20 menit, perdarahan
THT (-), muntah (-), dan pasien masih mengingat kejadian sebelum kecelakaan. Tn.A
mengalami kelemahan pada anggota gerak bagian bawah. TTV TD 90/60, RR
30x/menit, Nadi 120x/menit suhu 37,5 oC, bising usus 16x/menit disertai distensi
abdomen. Tn. A tampak lemah, gelisah dan susah tidur, nyeri hebat di area leher bagian
belakang dengan skala nyeri 7, serta sesak nafas dan terlihat menggunakan otot bantu
pernafasan. Klien terpasang oksigen 5 lpm. Tn.A mengompol saat buang air kecil
sehingga terpasang kateter, dan Tn. A juga kesulitan buang air besar.
Pengkajian
1. Primary Survey
a. Airway + Servical spine control (Jaw Thrust)
Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada penumpukan sekret
b. Breathing + Oksigenasi + MAP
Sesak nafas (RR 30x/menit, Nadi 120x/menit), MAP (80 mmHg)
c. Circulation + Kontrol Perdarahan
TD 90/60 mmHg, CRT < 2 detik, tidak terdapat jejas pada organ dalam
d. Disability
Pasien sadar GCS E4V5M6
e. Exposure
Terdapat jejas di area leher klien (pada C1-C2)
2. Secondary Survey
1) B1 (breath) : Napas pendek, sesak
2) B2 (blood) : TD 90/60 mmHg (hipotensi)
3) B3 (brain) : Kesadaran composmentis, nyeri skala 7 (dari 10) pada area
cidera
4) B4 (bladder) : Klien mengompol saat buang air kecil
5) B5 (bowel) : Klien mengalami susah BAB
6) B6 (bone) : Klien mengalami kelemahan pada ekstremitas bawah
3. Identitas
Nama : Tn. A
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Supir
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Status : Menikah
Diagnosa Medis : Trauma medulla spinalis
4. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama : Kelemahan ekstrimitas bagian bawah
2) Riwayat penyakit saat ini: Tn A mengalami kelemahan anggota gerak,
gelisah, nyeri hebat di area leher bagian belakang dengan skala nyeri 7,
serta sesak nafas.
3) Riwayat penyakit dahulu: Klien tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya
4) Riwayat penyakit keluarga: Keluarga klien tidak pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya
5. Pemeriksaan penunjang
Foto X servikal: dislokasi C1-C2
Pemeriksaan Angka Normal Hasil Lab
Hemoglobin 13,0 – 18,0 gr/dl 13,2 g/dl
Hematokrit 40 - 50% 36%
Leukosit 4.000 11.000/mm3 16.500/uL
LED 0 – 10 mm/jam 25 mm
Ureum 10 – 50 mg/dl 23 mg/dl
Kreatinin darah 0,9 – 1,3 mg/dl -
Click
here
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
S : klien mengatakan bahwa sudah dapat bernafas dengan lebih lega
O : PCH (-), tidak ada penggunaan otot bantu nafas
A : masalah teratasi
P : intervensi diberhentikan
2. Nyeri Akut
S : klien mengatakan bahwa nyeri berkurang skala 2
O : klien dapat menirukan teknik relaksasi yang diajarkan
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
3. Hambatan Mobilitas Fisik
S : klien mengatakan bahwa kaki sudah lebih mudah digerakkan
O : klien dapat menerapkan latihan yang diajarkan dengan baik
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.