Anda di halaman 1dari 44

Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Trauma Medula Spinalis dan


Spinal Shock

Kelompok 5
A1-2015
Anggota Kelompok 5:
Meidina Dewati (131511133003)
Achmad Fachri Ali (131511133023)
Umi Nafiatul Hasanah (131511133053)
Alip Nur Apriliyani (131511133063)
Ika Septiana Arum Permata Devy (131511133065)
Ayu Rahmawati (131511133075)
Clauvega Myrtharanggun Sunarya (131511133076)
Gita Kurnia Widiastutik (131511133086)
Anatomi dan Fisiologi
Medula Spinalis
 Medula spinalis berada di dalam kanalis
vertebralis dari kolumna vertebral yang
dilindungi oleh ligamen, meninges, dan
cairan serebrospinal (Gerard & Bryan,
2013).

 Panjang dari medulla spinalis orang


dewasa antara 42 hingga 45 cm. Medula
spinalis memanjang dari bagian
terbawah otak (medulla oblongata)
hingga batas atas lumbal kedua.

 Bentuk saraf medulla spinalis ini


menyerupai ekor kuda sehingga dikenal
dengan istilah “cauda equina” (Gerard &
Bryan, 2013).
Gambar Tulang Belakang
Meninges terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1. Lapisan terluar disebut sebagai “dura
mater spinalis”,
2. Lapisan tengah disebut “arachnoid
mater spinalis”,
3. Lapisan dalam disebut “pia mater
spinalis”.
 Di antara dura mater spinalis dengan
kolumna vertebralis terdapat ruang epidural
yang berisi bantalan lemak dan jaringan
ikat yang berfungsi untuk melindungi
medulla spinalis.
 Di antara arachnoid mater spinalis dan pia
mater spinalis terdapat ruang subarachnoid
yang berisi cairan serebrospinal (Gerard &
Bryan, 2013).
Gambar Meninges
Medulla Spinalis
 Medulla spinalis dibagi menjadi dua, bagian kanan dan kiri, oleh fissure mediana
anterior dan sulcus medianus posterior.
 Medulla spinalis memiliki substansi putih “substantia alba” yang mengelilingi
substansi abu-abu “substantia grisea”.
 Bagian lateral disebut “columna lateralis atau cornu laterale” hanya terdapat
pada segmen thorakal dan bagian atas segmen lumbal.
 Bagian posterior disebut “columna posterior atau cornu posterius” mengandung
badan sel dan axon dari interneuron.
 Di bagian tengah dari substansi abu abu terdapat canalis centralis yang
mengandung cairan serebrospinal (Gerard & Bryan, 2013).

Gambar Irisan
Medulla Spinalis
Nervus spinal (saraf spinal) terdiri dari
31 pasang nervus spinal yang diberi
angka dan nama sesuai dengan lokasi
dan segmen tulang belakang. Saraf-saraf
tersebut ialah 8 pasang saraf servikal, 12
pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf
lumbal, 5 pasang saraf sakral, dan
sepasang saraf koksigeal (Gerard &
Bryan, 2013).

Gambar Nervus spinal


Manfaat dari saraf spinalis tercantum dalam tabel berikut:

Click here
Trauma Medula Spinalis
Definisi Trauma Medula Spinalis

Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung
maupun tidak langsung, yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau
kematian (PERDOSSI, 2006).
Cedera medula spinalis bisa meliputi fraktur, kontusio, dan kompresi kolumna
vertebra yang biasa terjadi karena trauma pada kepala atau leher. Kerusakan dapat
mengenai seluruh medula spinalis atau terbatas pada salah satu belahan dan bisa
terjadi pada setiap level (Kowalak, 2011).
Etiologi Trauma Medula Spinalis

Penyebab trauma medula spinalis adalah akibat trauma langsung yang


mengenai tulang belakang dan melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam
melindungi saraf-saraf yang berada di dalamnya. Trauma tersebut meliputi
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, kecelakaan lain,
seperti jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, dan kejatuhan
benda keras (Muttaqin, 2008).

Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi dua jenis:


1. Cedera medula spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti
yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan,
merusak medula spinalis.
2. Cedera medula spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan seperti
penyakit, infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada medula spinalis,
atau kerusakan yang terjadi pada medula spinalis yang bukan disebabkan oleh
gaya fisik eksternal.
Manifestasi Klinis Trauma Medula Spinalis

Menurut Towarto (2007) tanda dan gejala dari cedera medulla spinalis,
yaitu:
1. Tergantung tingkat dan lokasi kerusakan
2. Perubahan reflex
3. Spasme otot
4. Spinal shock
5. Autonomic dysreflexia
6. Gangguan fungsi seksual
Patofisiologi Trauma Medula Spinalis
Trauma dapat mengakibatkan cedera pada medula spinalis lumbal secara
langsung. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu trauma menimbulkan fraktur
dan instabilitas vertebra sehingga mengakibatkan cedera pada medula spinalis
lumbal. Mekanisme utama yaitu cedera inisial dan mencakup transfer energi ke
korda spinal, deformasi korda spinal dan kompresi korda paska trauma yang
persisten. Mekanisme ini, yang terjadi dalam hitungan detik dan menit setelah
cedera, menyebabkan kematian sel yang segera, disrupsi aksonal dan perubahan
metabolik dan vaskuler yang mempunyai efek yang berkelanjutan.
Menyusul cedera medula spinalis, penyebab utama kematian sel adalah
nekrosis dan apoptosis. Walaupun mekanisme kematian sel yang utama segera
setelah terjadinya cedera primer adalah nekrosis, kematian sel apoptosis yang
terprogram mempunyai efek yang signifikan pada cedera sekunder sub akut.
Kematian sel oligodendrosit yang diinduksi oleh apoptosis berakibat demyelinasi
dan degenerasi aksonal pada lesi dan sekitarnya.
Pemeriksaan Penunjang Trauma Medula
Spinalis

1. Pungsi lumbal
2. Sinar X
3. Computed Tomography (CT Scan)
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
5. Mielografi
Penatalaksanaan Trauma Medula Spinalis
Tujuan penatalaksanaan adalah mencegah cedera medula spinalis lumbal
agar tidak berlanjut dan untuk mengobservasi gejala penurunan neurologik.
Penatalaksanaan trauma medula spinal menurut Hanafiah (2007) sebagai berikut
1. Imobilisasi
2. Stabilisasi medis
3. Mempertahankan posisi normal vertebrae
4. Dekompresi dan stabilisasi spinal
5. Rehabilitasi

Gambar Log Roll


Komplikasi Trauma Medula Spinalis
Menurut Bhimji (2014) komplikasi dari trauma medula spinalis yaitu:
1. Perubahan tekanan darah yang ekstrim (autonomic hyperreflexia)
2. Chronic kidney disease
3. Komplikasi dari immobilisasi: Deep vein thrombosis, Lung infections,Skin
breakdown, Muscle contractures
4. Increased risk of injury to numb areas of the body
5. Peningkatan risiko urinary tract infections
6. Kehilangan control bladder
7. Kehilangan control bowel
8. Nyeri
9. Paralysis
10. Shock
Algoritma Trauma Medula Spinalis
1. Lakukan pengkajian terhadap faktor risiko adanya spinal cord injury
2. Jika tidak: mulailah untuk memberi pendidikan kesehatan
3. Diagnosa ditegakkan, bahwa terdapat spinal cord injury. Buat perencanaan
tindakan mengenai perkembangan dan persyaratan untuk rehabilitasi;
diskusikan mengenai prosedur diagnostik, pemeriksaan radiologis.
4. Lalu kaji apakah pasien berpotensi unstable. Jika iya, buat rencana
perawatan mengenai potensial komplikasi: nurogenik syok.

Gambar algoritma trauma medula spinal


(click here ↓)

Algoritma
Spinal Shock
Definisi Spinal Shock

Spinal Shock (syok spinal) merupakan kehilangan aktifitas otonom,


refleks, motorik, dan sensorik pada daerah di bawah tingkat terjadinya cedera
medula spinalis. Syok Spinal terjadi sekunder akibat kerusakan pada medula
spinalis (Kowalak, 2011).
Etiologi Spinal Shock

Spinal syok diakibatkan oleh cedera medulla spinalis, sehingga pembuluh


darah perifer mengalami vasodilatasi.
Kejadian cedera tulang belakang di dunia bervariasi seperti di negara Inggris
didapatkan 50% akibat kecelakaan lalu lintas; 40% kecelakaan domestik (seperti
jatuh tangga); dan 10% kecelakaan olahraga, sedangkan di Amerika Serikat
cedera tulang belakang akibat trauma benda tajam dan tumpul, dan di negara
berkembang cedera akibat jatuh dari pohon dan sumur (Lee & Thumbikat, 2015).
Manifestasi Klinis Spinal Shock
Berikut tanda dan gejala syok spinal berdasarkan fase (Hamidi, 2016):

Fase Waktu Tanda dan Gejala


I 0-24 jam  Deep Tendon Reflex:
1. Refleks patella menghilang
2. Refleks achilles menghilang
 Muncul refleks kutaneus/polisinaps
(bulbocavernosus) dan reflesk cremaster
 Bradiartmia
 Hipotensi b.d lesi cervical
 Paralisis flacid
Fase Waktu Tanda dan Gejala
II 1-3 hari  Muncul refleks bulbocavernosus semakin kuat
 Babinski sign
 Deep Tendon Reflex:
1. Refleks patella menghilang
2. Refleks achilles menghilang
III 4 sampai 1  Retensi urin
bulan  Refleks achilles mendahului refleks patella.
 Babinski sign muncul setelah refleks patella
IV 1 tahun  Hiperaktif refleks bulbocavernosus, Deep Tendon
Reflex, dan Babinski sign
 Hipotensi ortostatik b.d pasien tetraplegia saat
berdiri
 Hipertensi maligna
Penilaian terhadap gangguan motorik dan sensorik dengan Frankel Score
(Hanafiah, 2007; Maja, 2013)
1. Frankel score A : kehilangan seluruh fungsi motorik dan sensorik
2. Frankel score B : kehilangan fungsi motorik
3. Frankel score C : minimalnya fungsi motorik (tungkai dapat bergerak, tetapi
tidak dapat berjalan)
4. Frankel score D : fungsi motorik terganggu (tidak dapat berjalan dengan
normal “gait”)
5. Frankel score E : tidak terdapat gangguan neurologik.
Patofisiologi Spinal Shock
Syok spinal terjadi empat fase, yaitu:
1. Fase arefleksia/hiporefleksia. Fase ini terjadi 0-1 hari, ditandai dengan
hilangnya semua refleks dibawah lesi akibat fungsi neuron sebagai
lengkung refleks mengalami hiperpolarisasi dan tidak resposnsif input
neural dari otak.
2. Fase refleks inisial. Fase ini terjadi 1-3 hari dengan kembalinya refleks
bubllbocavernosus akibat hipersensitivitas otot yang distimulasi oleh
neurotransmitter.
3. Fase hiperrefleks awal. Fase ini terjadi hari ke 4 sampai 1 bulan dengan
munculnya hiperrefleksia akibat terbentuknya sinaps baru pada neuron
dibawah lesi.
4. Fase spastisitas. Fase ini terjadi 1 tahun. Proses fase 3 dan 4 mengalami
proses regenesasi sinaps yang sama.
Pemeriksaan Penunjang Spinal Shock
1. Laboratorium
Darah perifer lengkap, urine lengkap gula darah sewaktu ureum dan
kreatinin analisa gas darah
2. Radiologi
Foto vertebra posisi AP/Lat/Odontoid dengan sesuai letak lesi 11, CT scan /
MRI jika dengan foto konvensional masih meragukan atau bila akan
dilakukan tindakan operasi
3. Pemeriksaan EKG bila terdapat aritmia jantung
Penatalaksanaan Spinal Shock

Penanganan trauma kapitis dan trauma spinal di Indonesia mengacu


padan Konsensus Nasional PERDOSSI, 2006 yaitu (Brook & Martin, 2012;
Hamidi, 2016):
1. Pre hospital
2. Instalasi Gawat Darurat/IGD
3. Rawat Inap
4. Rehabilitasi.
Komplikasi Spinal Shock
1. Skin breakdown
2. Osteoporosis
3. Pneumonia
4. Heteropic ossification
5. Spasticity
6. Dyreflexia
7. Deep vein thrombosis atau emboli paru
8. Cardiovascular disease
9. Syringomyle
10. Respiratory dysfuction and infection
11. Neuropaic/spinal cord pain
12. Phantom limb pain.
Algoritma Spinal Shock

Click here
WOC
Trauma Medula Spinalis dan Spinal Shock

Click here
Asuhan Keperawatan Umum
Click here

Asuhan
Keperawatan
Umum Trauma
Medula Spinalis

Asuhan
Keperawatan
Umum Spinal
Shock
Click here
Asuhan Keperawatan Kasus
Kasus
Tn. A, laki-laki usia 45 tahun bekerja sebagai supir masuk ke RSUA karena
mengalami kecelakaan dengan keluhan utama kelemahan ekstremitas bagian bawah
sejak 3 hari yang lalu. Selain itu klien juga mengeluh nyeri hebat skala 7 (dari 1-10) di
area leher. Kelemahan anggota gerak bagian bawah yang dirasakan Tn. A semakin
memberat. Diagnosa dokter yaitu trauma medulla spinalis. Dokter memasang Collar
neck pada Tn. A.
Kronologi kejadiannya yaitu truk Tn. A menabrak mobil didepannya dan Tn. A
tidak mengenakan sabuk pengaman. Kepala Tn.A terbentur stir mobil dan terpental ke
sandaran kursi. Setelah kejadian tersebut, Tn. A pingsan selama 20 menit, perdarahan
THT (-), muntah (-), dan pasien masih mengingat kejadian sebelum kecelakaan. Tn.A
mengalami kelemahan pada anggota gerak bagian bawah. TTV TD 90/60, RR
30x/menit, Nadi 120x/menit suhu 37,5 oC, bising usus 16x/menit disertai distensi
abdomen. Tn. A tampak lemah, gelisah dan susah tidur, nyeri hebat di area leher bagian
belakang dengan skala nyeri 7, serta sesak nafas dan terlihat menggunakan otot bantu
pernafasan. Klien terpasang oksigen 5 lpm. Tn.A mengompol saat buang air kecil
sehingga terpasang kateter, dan Tn. A juga kesulitan buang air besar.
Pengkajian
1. Primary Survey
a. Airway + Servical spine control (Jaw Thrust)
Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada penumpukan sekret
b. Breathing + Oksigenasi + MAP
Sesak nafas (RR 30x/menit, Nadi 120x/menit), MAP (80 mmHg)
c. Circulation + Kontrol Perdarahan
TD 90/60 mmHg, CRT < 2 detik, tidak terdapat jejas pada organ dalam
d. Disability
Pasien sadar GCS E4V5M6
e. Exposure
Terdapat jejas di area leher klien (pada C1-C2)
2. Secondary Survey
1) B1 (breath) : Napas pendek, sesak
2) B2 (blood) : TD 90/60 mmHg (hipotensi)
3) B3 (brain) : Kesadaran composmentis, nyeri skala 7 (dari 10) pada area
cidera
4) B4 (bladder) : Klien mengompol saat buang air kecil
5) B5 (bowel) : Klien mengalami susah BAB
6) B6 (bone) : Klien mengalami kelemahan pada ekstremitas bawah
3. Identitas
Nama : Tn. A
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Supir
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Status : Menikah
Diagnosa Medis : Trauma medulla spinalis
4. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama : Kelemahan ekstrimitas bagian bawah
2) Riwayat penyakit saat ini: Tn A mengalami kelemahan anggota gerak,
gelisah, nyeri hebat di area leher bagian belakang dengan skala nyeri 7,
serta sesak nafas.
3) Riwayat penyakit dahulu: Klien tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya
4) Riwayat penyakit keluarga: Keluarga klien tidak pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya
5. Pemeriksaan penunjang
Foto X servikal: dislokasi C1-C2
Pemeriksaan Angka Normal Hasil Lab
Hemoglobin 13,0 – 18,0 gr/dl 13,2 g/dl
Hematokrit 40 - 50% 36%
Leukosit 4.000 11.000/mm3 16.500/uL

Trombosit 150.000 – 400.000/mm3 244.000/uL

LED 0 – 10 mm/jam 25 mm
Ureum 10 – 50 mg/dl 23 mg/dl
Kreatinin darah 0,9 – 1,3 mg/dl -

GDS 70 - 115 mg/dl 126 mg/dl


Na 136 – 145 mmol/l 105 meq/l

K 3,5 -5,0 mmol/l 4,2 meq/l


Cl 98-106 mmol/l 73 meq/l
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. DS: Kecelakaan saat berkendara Ketidakefektifan
Tn. A mengeluh ↓ Pola Napas
sesak nafas Kerusakan medulla spinalis
DO: ↓
- RR 30x/menit Kerusakan C1-C2
- Nadi ↓
120x/menit, Gangguan inervasi otot-otot pernapasan
- Terlihat otot ↓
bantu Sesak napas, penggunaan otot bantu napas
pernafasan ↓
Ketidakefektifan Pola Napas
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
2. DS: Kecelakaan saat berkendara Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri di area (leher ↓
skala 7) Trauma medulla spinalis
DO: ↓
- P: kecelakaan saat berkendara Kerusakan medulla spinalis
- Q: Sakit terus menerus hingga ↓
kesulitan beraktivitas Iritasi serabut saraf
- R: Pada leher (C1-C2) ↓
- S: Skala 7 Pelepasan mediator nyeri
- T: Setiap hendak beraktivitas ↓
- Klien tampak gelisah dan susah Nyeri Akut
tidur
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
3. DS: Kecelakaan saat berkendara Gangguan
Klien mengeluh terjadi kelemahan pada ↓ Mobilitas Fisik
ekstremitas bawah Kerusakan medulla spinalis

DO: Kerusakan pada C1-C2
Klien tampak lemah, dan membutuhkan ↓
bantuan pemenuhan ADL Penurunan fungsi sendi

Gangguan Mobilitas Fisik
Diagnosis Keperawatan

1. Kategori: Fisiologis Subkategori: Respirasi, Pola Nafas Tidak Efektif


(0005) b.d Cedera Medulla Spinalis d.d Dispnea (0005).
2. Kategori: Psikologis Subkategori: Nyeri dan Keamanan, Nyeri Akut b.d
Trauma d.d mengeluh nyeri (0077)
3. Kategori: Fisiologis Subkategori: Aktivitas/Istirahat. Gangguan Mobilitas
Fisik b.d gangguan Neuromuskular d.d sulit menggerakkan ekstremitas
(0054)
Intervensi Keperawatan

Click
here

Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
S : klien mengatakan bahwa sudah dapat bernafas dengan lebih lega
O : PCH (-), tidak ada penggunaan otot bantu nafas
A : masalah teratasi
P : intervensi diberhentikan
2. Nyeri Akut
S : klien mengatakan bahwa nyeri berkurang skala 2
O : klien dapat menirukan teknik relaksasi yang diajarkan
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
3. Hambatan Mobilitas Fisik
S : klien mengatakan bahwa kaki sudah lebih mudah digerakkan
O : klien dapat menerapkan latihan yang diajarkan dengan baik
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai