Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

SPINAL CORD

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Novita Juniati (S16172) 10. Siti Ning Intan (S16183)

2. Okta Fiyanti (S16173) 11. Tatik Widyastuti (S16184)

3. Puput Estu W (S16174) 12. Titin Purnama (S16185)

4. Putri Tiara E (S16175) 13. Ulfi Asmaroh (S16186)

5. Retno Wulandari (S16176) 14. Verily Endah (S16187)

6. Salma Deviyana (S16179) 15. Yoanita Putri (S16188)

7. Selvita Berlian D (S16180) 16. Yudhi Prabowo (S16189)

8. Septyan Bagus M (S16181) 17. Dita Novianti

9. Sindhi Maipuri (S16182)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Cedera medula spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 150.000
sampai 500.000 orang di Amerika serikat, dengan perkiraan 10.000 cedera baru yang terjadi
setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh
cedera. Setengah dari kasus ini akibat dari kecelakaan kendaran bermotor, selain itu banyak
akibat jatuh , olah raga dan kejadian industri dan luka tembak. Dua pertiga kejadian adalah usia
30 tahun atau lebih muda. Kira-kira jumlah total biaya yang digunakan pada cedera ini 2 juta
dollar per tahun. Hal ini merupakan frekuensi yang tinggi dihubungkan dengan cedera dan
komplikasi medis.Vertebra yang paling sering mengalami cedera adalah medula spinalis pada
daerah servikal (leher) ke-5, -6 dan -7, torakal ke-12, dan lumbal pertama. Vertebra ini adalah
paling rentan karena ada rentang mobilitas yang lebih besar dalam kolumna vertebral dalam area
ini.
Cidera medula spinalis merupakan salah satu penyebab disabilitas neurologis akibat
utama. Pusat data nasional cedera medula spinalis (the national spinal cord injury data research
centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera spinalis setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Angka insidensi paralisis komplet akibat kecelakan diperkirain 20 per 100.000 ribu
penduduk dengan angka tetraplegia 200.000 ribu pertahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor
merupakan penyebab utama cedera medula spinalis (pinjon,2011).wyndaele melaporkan bahwa
insidensi cidera medula spinalis secara globals bervariasi dengan kisaran 10.4-83 kasus perjuta
populasi setiap tahun (furlan dan fehlings,2010).

Dalam hal ini, peran serta para tenaga kesehatan sangat penting dalam memberikan
asuhan keperawatan yang profesional dan komprehensif dalam mencegah, mengatasi dan
mengobati pasien dengan cedera medulla spinalis (spinal cord injury).
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai apa
itu Spinal Cord Injury dan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat cedera ini serta bagaimana
upaya untuk mengatasi dan mengobati hal ini.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Spinal Cord Injury (SCI) adalah kerusakan atau trauma pada sumsum tulang
belakang yang mengakibatkan kerugian atau gangguan fungsi yang menyebabkan
mobilitas berkurang.Penyebab umum dari kerusakan adalah trauma (kecelakaan mobil,
tertembak, jatuh, cedera olahraga, dll) atau penyakit (myelitis melintang, Polio, spina
bifida, dll).Pada kebanyakan orang dengan SCI, sumsum tulang belakang masih utuh,
tetapi kerusakan selular untuk itu mengakibatkan hilangnya fungsi. SCI sangat berbeda
dari cedera punggung stenosis tulang belakang atau saraf terjepit.
Tingkat kerusakan sangat membantu untuk memprediksi bagian tubuh mana
yang mungkin terpengaruhi oleh kelumpuhan dan hilang fungsi. Apabila benturan di
bagian tengkuk (leher) maka kelumpuhan yang terjadi disebut sebagai Quadriplegia atau
tetraplegia. Kata “Quad”, berarti “empat”, berhubungan dengan anggota tubuh
(lengan/kaki). “Plegia” berarti kelumpuhan.Jika benturan pada bagian dada, Lumbar atau
Sacral, lengan tidak akan terpengaruhi. Dalam kasus ini digunakan istilah Paraplegik.
Pengaruh-pengaruh SCI tidak hanya tergantung pada tingkat luka, tapi juga pada tingkat
kerusakan. Hal ini sering dijelaskan sebagai luka menyeluruh atau luka tidak menyeluruh
(complete or incomplete injury).
2. Anatomi dan Fisiologi

Medula spinalis adalah korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna
lumbal pertama. Fungsi dari medula spinalis adalah mengendalikan berbagai aktivitas
refleks dalam tubuh dan bagian ini mentransmisi implus ke dan dari otak melalui fraktus
asenden dan desenden. Struktuk medula spinalis berbentuk silinder dan agak pipih.
Walaupun diameter medula spinalis berfariasi. Diameter struktur inibiasanya sektar
ukuran jari kelingking, panjang rata-rata 42 cm. Ada pun pembesaran lumbal dan serfiks
menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai. 30 satu
pasang saraf spinal keluar dari area urutan korde melalui foramina interverterbral korda
berakhir di bagian bawah vertebra lumbal pertama atau ke dua. Saraf spinal bagian bawah
yang keluar sebelum ujung korda menuju kebawah disebut korda exkulna, muncul dari
kolumnas spinalis pada koramina interverbral lumbal dan sakral yang tepat. Meninges
terdiridari durameter,araknoid dan pia meter yang melapisi otak juga melapisi korder.
Pisura median anterior (fentral) dalam dan fitural posterior (dorsal) yang lebih dangkal
menjalar disepanjang korda yang membaginya menjadi kanan dan kiri. Struktur internal
medula spinalis terdiri dari inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih.
Struktur internal terdiri dari kanal sentral yang berukuran kecil di kelilingi oleh substanis
abu-abu bentuknya seperti hurup H. Batang atas dan batang bawah huruf H disebut
tanduk atau kolimna dan mengandung badan sel,dendrit asosiasi,dan neoron eferent serta
akson tidak termianlinalisai.Tanduk abu-abu posterior atau dorsal adalah batang vertikal
atas subtansi abu-abu. Bagian ini mengandung badan sel yang menerima sinyal melalui
sraf spinal dan neuron snsorik. Tanduk abu-abu anterior (ventral) adalah batang vertikal
bawah, bagian ini mengandung neuron motori yang aksonnya mengirim impluse melalui
saraf spinal keotot dan kelenjar. Tanduk lateral adalah protrusi diantara tanduk posteroir
dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf veriper. Bagian ini mengandung
badan sel neuron sistem SSO. Komisura abu-abu menghubungkan subsatansi abu-abu di
kiri dan kanan medula spinalis.

3. Etiologi
penyebab SCI yaitu karena jatuh, kekerasan, cedera olahraga, cedera rotasi
tulang belakang, seperti saat mengendarai motor tabrakan, kejadian
padestrian,jatuh,tembus menggeliat, robek, hancur, atau terkoyak sumsum tulang
belakang, luka tembak ,luka tusukan.

4. Patofisiologi
Kerusakan medula spenalis berkisar dari komosio sementara (dimana pasien
sembuh sempurna) sampai kontusio, laserasi ,dan kompresi substansi medula (baik salah
satu atau dalam kombinasi), sampai transeksi lengkap medula (yang membuat pasien
paralisisdi bawah tingkat cedera). Bila hemoragi terjadi pada daerah medula spinalis,
darah dapat merembes ke ekstradural, subdural atau daerah subbarakhnoid pada kanal
sumsum tulang belakang dibungkus dalam lapisan tought dura dan jarang robek atau
transeksi oleh trauma langsung.
cedera tulang belakang di spinal. Segera setelah terjadi kontusion atau robekan akibat
cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke
substansi grisea medula spinalis, menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang
terjadi pada cedera pembulu darah medula spinalis, tetapi proses patogenetik dianggao
menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera medula spinalis akut. Suatu rantai
sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, dan lesi-lesi
hemoragi, yang pada gilirannya mengakibatkan kerusakan mielin dan akson. Reaksi
sekunder ini, diyakini menjadi penyebab prinsip degrenasi medula spinalis pada tingkat
cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika
kerusakan medula tidak dapat diperbaiki, maka beberapametode mengawali pengobatan
dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-obat antiinflamasi lainnya yang dibutuhkan
untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk kedalam kerusakan
total dan menetap.

5. Tanda dan gejala


a. Nyeri akut pada belakang leher menyebar sepanjang saraf yang terkena.
b. Paraplegia atau quadriplegia
c. Neurologik bagian bawah mengalami paralisis sensorik dan motorik total
d. Retensi urine
e. Distensi kandung kemih
f. Penurunan keringat dan tonus vasomotor
g. Penurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vaskular perifer.

6. Tes diagnostik
a. Sinar x
b. CT Scan
c. EKG
7. Penatalaksanaan Medis
a. Farmokoterapi : pemberian kortikosteroid, steroid dosis tinggi, mannitol
(menurunkanedema(, dekstran (mencegah TD turun cepat dan untuk memperbaiki
perbaikan darah kapiler), nalokson.
b. Pemberian oksigen
c. Intubasi Endotrakea
d. Diagpraghma Pacing
e. Traksi dan reduksi skelet

8. Komplikasi
a. Syok spinal
b. Trombosis venaprofunda
c. Gagal napas
d. Pneumonia
e. Hiperefleksia autonomik
f. Dekubitus
g. Infeksi

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
Riwayat kesehatan masa lalu: mengalami kecelakaan kendaraan bermotor, cidera
olahraga, insiden industri, tertembak atau lika menusuk, jatuh.
Pola aktivitas dan latihan
- Nyeri akut pada belakang leher menyebar sepanjang saraf yang terkena.
- Neurologik bagian bawah mengalami paralisis sensorik dan motorik total

Pola istirahat
- Nyeri
Pola eleminasi
- Retensi urine
- Penurunan keringat dan tonus vasomotor
- Distensi kandung kemih

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan intregitas atruktur tulang
(Cedera tulang belakang)
b. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan Gangguan neuromuskular
c. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan syok neurogenik
(simpatektomi traumatis) sebagai akibat dari cedera tulang belakang pada T5 atau di
atas.
d. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan mobilitas fisik,bedrest dan
gangguan sensorik

3. Intervensi Keperawatan
Dx 1: Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan intregitas struktur
tulang (Cidera tulang belakang)

Tujuan&Kriteria hasil
a) Pasien melakukan aktivitas fisik secara mandiri atau dalam batas pembatasan
aktivitas.
b) Pasien menunjukkan penggunaan teknik adaptif yang mempromosikan ambulasi dan
transfering.
c) Pasien bebas dari komplikasi imobilitas, sebagaimana dibuktikan oleh kulit utuh,
tidak adanya tromboflebitis, pola normal usus, dan suara nafas jelas.
Intervensi :
a) Evaluasi gerakan kelompok otot utama pada ekstremitas atas dan bawah: pada jari
kaki pergelangan kaki, kness, pinggul, jari, siku, dan bahu.
b) Nilai pasien bermotor stregth, memeriksa tingkat kemajuan, simetri dan asimetri, naik
dan turun kelumpuhan, dan paresthesia.
c) Evaluasi sensasi pinpricks (spinotalamic saluran). mulai dari jari kaki dan naik secara
bertahap sampai wajah. jika perubahan sensasi, menandai kulit.
d) Nilai sensasi terhadap sentuhan ringan (track spinotalamikus anterior).
mulai dari jari kaki dan naik seperti yang dijelaskan.
e) Periksa proprioception (rasa posisi sendi yang mencerminkan kolom posterior).
meminta pasien untuk menutup mata. memindahkan jari-jari kaki dan jari naik dan
turun perlahan untuk menentukan keduanya, pasien dapat merasakan gerak.
f) Evaluasi tendon refleks yang mendalam: bisep, trisep, lutut, pergelangan kaki.
g) Pantau pasien untuk setiap penyimpangan dari yhe awal garis dasar eximination,
mencatat tanda-tanda cedera lengkap atau tidak lengkap.
h) Masukkan sebuah selang nasogastric jika sesuai.
i) Jika tulang belakang stabil, logroll dan reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam.
j) Berikan dukungan ke kaki.
k) Kelola metilprednisolon asprescribed.

Dx 2: Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan Gangguan


Neuromuskular
Tujuan&Kriteria Hasil :
a) Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif, sebagaimana dibuktikan oleh
bernapas santai pada tingkat normal dan kedalaman dan adanya dyspnea.
Intervensi :
a) Monitor tingkat pernafasan pasien, kedalaman, frekuensi dan irama
b) Auskultasi nafas pasien
c) Gunakan pulse oximetry untuk memantau saturasi oksigen, menilai gas darah arteri
seperti yang diperintahkan.
d) Memiliki tingkat pa2 kronis rendah dan tingkat PaCO2 tinggi.Memantau kapasitas
vital pasien.
e) Kelola oksigen yang diperlukan.
f) Bantu dengan intubasi dan bantuan ventilasi, jika diindikasikan.
g) Hisap pasien yang diperlukan. saat stabil, menerapkan drainase postural dan perkusi
dada.
h) Ajarkan teknik batuk efektif.
i) Dorong penggunaan spirometer insentif.
Dx 3: Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan syok neurogenik
(simpatektomi traumatis) sebagai akibat dari cedera tulang belakang
Tujuan&Kriteria Hasil
a) Pasien memiliki cardiac output yang memadai yang dibuktikan dengan tekanan darah
sistolik withen 20 mm Hg dari awal, HR 60 hingga 100 denyut / menit dengan irama
teratur, produksi urine 30 mg / hr atau lebih, denyut perifer yang kuat, hangat dan ski
kering, eupnea dengan adanya paru crackles, dan orientasi terhadap orang, waktu, dan
tempat.
Intervensi :
a) Monitor HR pasien dan BP erat.
b) Monitor tingkat kesadaran pasien.
c) Monitor theperipheral dan refill kapiler.
d) Kelola IV cairan seperti yang diperintahkan untuk menjaga BP.
e) Hindari mengangkat kepala tempat tidur.
f) Kelola vasopressor jika diperlukan

Dx 4: Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan mobilitas fisik,bedrest


dan gangguan sensorik.
Tujuan&Kriteria Hasil
a) Pasien mempertahankan kulit utuh, sebagaimana dibuktikan oleh tidak ada
kemerahan di atas tonjolan tulang dan isi ulang kapiler kurang dari 6 detik atas area
kemerahan.
Intervensi :
a) Monitor integritas kulit pasien, mencatat warna, kelembaban, tekstur, dan suhu,
terutama pada titik tekanan.
b) Jaga kulit bersih dan kering
c) Terapkan berpakaian tipis duoderm atau produk tonjolan tulang.
d) Ubah posisi pasien setiap 2 jam. gunakan mengangkat lembaran ketika reposisi
pasien.
e) Berikan penggunaan profilaksis sesuai perangkat tekanan sakit.
f) Instruksikan pasien di kursi roda untuk menggeser posisi setiap 20 sampai 30 menit.
g) Berikan asupan gizi yang memadai.
h) Ajarkan pasien dan pengasuh untuk memeriksa kulit sehari-hari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Spinal Cord Injury merupakan cedera yang berbahaya yang terjadi pada saraf-
saraf tertentu pada tulang belakang, yang dapat menyebabkan tidak berfungsinya salah
satu atau beberapa organ tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut.

B. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan cedera
pada tulang belakang sepeti kecelakaan, benturan yang keras dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Ethei Sloane ( 2011) . Anatomi Dan Fiologi Untuk Pemula. EGC.

Lewis,M. S ( 2010 ) .Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical


Problem. Seventh Edition . Elsevier.

Meg Gulanlck / Judith L.myeres ( 2010 ) .Nursing Care Plans Diagnoes,Intervention and out
comes.Elsevier.

Monica Saptiningsih.NPM.(2011).Telemonitering pada cidera medula spinalis.Program pasca


sarjana kekhususan keperawatan medical bedah fakultas ilmu keperawatan universitas indonesia.

Nanda Internasional. (2018-2020). Nanda International Nursing Diagnoses: Definitions and


Classification Edisi 11.

Sneltzer,S. & Bare,B. (2010). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical nursing.10th
edition .lippincott & wilikins.

Anda mungkin juga menyukai