OKSIGENASI
Disusun Oleh :
Salma Deviyana
NIM SN201198
OKSIGENASI
2. Anatomi Pernapasan
Anatomi saluran pernapasan terbagi menjadi dua bagian yaitu saluran
pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah (Pathwa & Shah, 2015).
a. Saluran Pernapasan Atas
1). Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau), dinding organ
hidung dilapisi oleh mukosa yang berfungsi menyaring, menghangatkan
dan melembabkan udara yang masuk melalui hidung. Hidung tersusun atas
tulang dan tulang rawan hialin, permukaan luarnya dilapisi kulit dengan
kelenjar sebasae besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi (epitel berlapis
silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal) didalamnya ada
konka nasalis superior, medius dan inferior, lamina propria pada mukosa
hiidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh darah.
2). Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut, saluran napas dan makanan
menyatu dan menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke
esophagus, pada saat bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga
yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Mukosa pada nasofaring
sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan laringofaring sama
dengan saluran cerna.
3). Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan Organ berogga
dengan panjang 42 mm diameter 40 mm. Teletak antara faring dan trakea.
Dinding tebentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid, muskulus ekstrrisik
mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring
pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi, laipsan ini
merupakan epitel bertingkat silia. Fungsi laring untuk memebrntuk suara,
dan menutup trakea pada saat menelan (epiglottis), ada 2 lipatan mukosa
yaitu pita suara palsu (lipat vestibuler) dan pita suara (lipat suara).
b. Saluran Pernapasan Bawah
1). Trakea (batang tenggoroka)
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti
huruf C yang tersusun atas 16-20 cincin tulang-tulang rawan. Celah
diantaranya dilapisi oleh jaringan ikat fibro elastic. Struktur trakea terdiri
dari tulang rawan, mukosa, epitel bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar.
2). Bronkus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama.
Bronki primer bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental, bronki
subsegmental. Struktur bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin
lempeng tulang rawan tidak teratur.
3). Bronkiolus
Cabang ke 12-15 bronkus, tdak mengandung lempeng tulang
rawan, tidak mengandung kelenjar submukosa. Otot polos tercampur
dengan jaringan ikat longgar, epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa
silia (sel Clara), lamina propria tidak mengandung sel globet.
4). Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara
yang dihirup. Jumlahnya 200-500 juta, bentuknya bulat polygonal, sepa
antar alveoli disokong oleh serat kolagen dan elastis halus.
5). Pleura
Membran serosa pembungkus paru, jaringan tipis ini mengandung
serat elastin, fibroblast dan kolagen yang melekat pada paru disebut pleura
visceral, bagian yang melekat pada dinding toraks disebut pleura parietal.
Ciri khas dari pleura adalah mengandung banyak kapiler dan pembuluh
limfe.
8. Intervensi
a. Manajemen jalan napas (l.0101)
1. Observasi :
1). Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2). Monitor bunyi napas tambahan (gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi)
3). Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
1). Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-till dan chin-
lift, jaw-thrust jika curiga ada trauma servikal.
2). Posisikan semi fowler atau fowler
3). Berikan minum hangat
4). Lakukan fisioterapi dada
5). Lakukan penghisapan lendir
6). Berikan oksigen
3. Edukasi
1). Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontra
indikasi
2). Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
jika perlu
b. Latihan pernapasan (l.01007)
1. Observasi
1). Identifikasi indikasi dilakukan latihan pernapasan
2). Monitor frekuensi, irama, dan kedalama napas sebelum dan
sesudah latihan
2. Terapeutik
1). Sediakan tempat yang tenang
2). Posisikan pasien nyaman dan rileks
3). Tempatkan satu tangan di dada dan satu tangan diperut
4). Pastikan tangan didada mundur kebelakang dan telapak tangan
diperut maju kedepan saat menarik napas
5). Ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan tahan
selama tujuh hitungan
6). Hitunglah ke delapan hembusan napas melalui mulut dengan
perlahan
3. Edukasi
1). Jelaskan tujuan dan prosedur latihan pernapasan
2). Anjurkab mengulangi latihan 4-5 kali
DAFTAR PUSTAKA