Anda di halaman 1dari 6

CEDERA MEDULA SPINALIS

Kelompok 7 :

Ahmad Apet
Evi Rostiawati
Heri Herawan
Velly

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE TANGERANG


2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cedera medulla spinalis akut merupakan kondisi yang kompleks, terutama mengenai
kelompok usia muda. Cedera medulla spinalis pada umumnya diklasifikasikan sebagai
cedera komplet dan cedera inkomplet. Central cord syndrome merupakan bentuk cedera
inkomplet yang paling sering dijumpai. Tujuan utama terapi adalah meningkatkan fungsi
motorik dan sensorik pasien. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa pemberian steroid dosis
tinggi meminimalkan efek sekunder cedera medulla spinalis. Pasien dengan cedera medulla
spinalis komplit hanya memiliki kemungkinan 5% untuk membaik. Pada cedera komplit
yang menetap lebih dari 72 jam,maka hamper tidak ada kemungkinan untuk kembali pulih.
Sindroma cedera inkomplet memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Penyebab kematian
utama pada pasien dengan cedera medulla spinalis adalah pneumonia, emboli paru, dan
septikema.
Cedera medulla spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat
trauma. Pusat data nasional cedera medulla spinalis memperkirakan ada 10.000 kasus baru
cedera medulla spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralilis
komplet akibat kecelakaan diperkirakan 20 per 100.000 penduduk,dengan angka tetraplegia
200.000 per tahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera
medulla spinalis.
BAB II
TINJAUAN PENYAKIT

1. KONSEP DASAR
a. Pengertian
 Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh benturan pada daerah medulla spinalis.
 Cedera medulla spinalis adalah buatan kerusakan tulang dan sumsum yang
mengakibatkan gangguan system persyarafan didalam tubuh manusia yang
diklasifikasikan sebagai : komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total) dan
tidak komplet (campuran kehilangan sensori dan fungsi motorik).
 Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungai neurologis yang disebabkan
sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah servikal
pada lengan,badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan apabila saraf
frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan,sebelum alat pernafasan
mekanik dapat digunakan.
b. Etiologi
penyebab dari cedera medulla spinalis yaitu :
 Kecelakaan otomobil
 Industri terjatuh
 Olahraga
 Menyelam
 Luka tusuk
 Tembak
 Tumor.
c.Patofisiologi
kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien sembuh sempurna)
sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salah satu atau dalam
kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien paralisis).
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke ekstradul
subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau
robekan pada cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi
darah kemedula spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik
menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera medulla spinalis akut. Suatu rantai
sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, lesi dan
hemorargi.
 Cedera medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5
 Lesi 11-15 : kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan bagian
dari bokong.
 Lesi L2 : ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
 Lesi L3 : ekstremitas bagian bawah.
 Lesi L4 : ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.
 Lesi L5 : bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
d. Manifestasi klinik
Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena paraplegia,
tingkat neurologi paralisis sensorik total, kehilangan control kandung kemih (refensi
urine, distensi kandung kemih), penurunan keringat dan tonus vasomotor. Penurunan
fungsi pernafasan. Gagal nafas.
e.Komplikasi
 Neurogonik shock
 Hipoksia
 Gangguan paru-paru
 Instabilitas spinal
 Orthostatic hipotensi
 Ileus paralitik
 Infeksi saluran kemih
 Kontraktur
 Dekubitus
 Inkontinensia blader
 Konstipasi
f. Pemeriksaan diagnostic
 Sinar x spinal
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur,dislokasi) untuk kesejajaran,
reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.
 Skan CT
Menentukan tempat luka atau jejas, mengevakuasi gangguan structural.
 MRI
Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi.
 Mielografi
Untuk memperlihatkan kolumna spinal (kanal vertebral) jika factor patologisnya tidak
jelas atau dicurigai adanya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis
(biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).
 Foto ronsen torak
Untuk memperlihatkan keadaan paru (contoh: perubahan pada diafragma, atelektasis).
 Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal)
Untuk mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma
servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus
atau otot interkostal.
 GDA
Untuk menunjukkan keefektifan penukaran gas atau upaya fentilasi.
BAB II
KONSEP ASKEP

Anda mungkin juga menyukai