Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN INTENSIF CEDERA

MEDULA SPINALIS

I. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengertian

Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan


fungsi yang sering kali disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas.
Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan
fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan
pada daerah medulla spinalis (Brunner &
Suddarth, 2001).
Cidera medula spinalis merupakan keadaan
patologi akut pada medula spinalis yang
diakibatkan terputusnya komunikasi sensori dan
motorik dengan susunan saraf pusat dan saraf
perifer (Tarwoto, dkk, 2007).
Cidera medulla spinalis adalah suatu
kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas.
Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2 dan/atau di bawahnya maka dapat
mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi
dan berkemih.
Cidera medulla spinalis diklasifikasikan sebagai komplet : kehilangan sensasi
fungsi motorik volunter total dan tidak komplet : campuran kehilangan sensasi dan fungsi
motorik volunter (Marilynn E. Doenges)

2. Epidemiologi
Cedera medulla spinalis paling umum pada orang dewasa muda berusia 16
sampai 30. kebanyakan adalah pria (82% versus 18% wanita). Hampir 50% CMS
diakibatkan oleh kecelakaan motor. Jatuh dihitung kira-kira 20,8% dari CMS, tindakan
kekerasan 14,6%, dan olahraga 14,2%. Kecelakaan motor terjadi banyak pada usia 15
sampai 30 tahun, tetapi pada usia lebih dari 60 lebih banyak mengalami cedera karena
jatuh. Kekerasan sebagai etiologi CMS meningkat pada kelompok usia 16 sampai 30
tahun.
Pada usia 45 tahunan fraktur banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
karena olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan ini wanita
lebih banyak terkena dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang diasosiasikan
dengan perubahan hormonal (menopause) (Charlene J. Reeves, 1999)

3. Penyebab
 Kecelakaan bermotor, industri
 Terjatuh, olahraga, menyelam
 Luka tusuk, tembak
 Tumor
4. Patofisiologi
Terlampir

5. Klasifikasi
Klasifikasi Cedera Medula Spinalis antara lain:
Berdasarkan efek cedera medulla
 komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)i
 inkomplet (kehilangan sensori dan fungsi motorik sebagian)
Dari kedua klasifikasi ini didasarkan ada/tidaknya dipertahankan dibawah lesi seperti
table tersebut :

Karateristik Lesi komplet Lesi inkomplet


Motorik Hilang dibawah lesi Sering (+)
Protopatik ( nyeri, suhu) Hilang dibawah lesi Sering (+)
Propioseptik ( join Hilang dibawah lesi Sering (+)
potosion, vibrasi)
Sacral Sparing negatifpositif
Ro. Vetebra Sering fraktur, luksasi, Sering normal
atau listesis
MRI (Ramon, 1997,data 55 Hemoragi 54% Edema 62%
pasien CMS, Kompresi 25% Kontusi 26%
28komplet,27inkomplet) Kontusi 11% Normal 15%

6. Gejala Klinis
- nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang
saraf yang terkena
- paralysis sensorik motorik total
- kehilangan kontrol kandung kemih (retensi urine, distensi
kandung kemih)
- penurunan keringat dan tonus vasomotor
- penurunan fungsi pernafasan
- gagal nafas
(Diane C. Baughman, 200 : 87)

7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan:


Inspeksi : Dilihat apakah ada lesi, bengkak di tubuh px
Palpasi : Palpasi abdomen apakah ada distensi dan ada retensi kantung kemih
Auskultasi : Terdengar atau tidak bunyi bising usus, auskultasi bunyi nafas px
Untuk mengetahui fungsi motorik dan sensorik dilakukan pemeriksaan neurologik,
meliputi:
a. kemampuan motorik, dikaji dengan meminta pasien untuk meregangkan jari-
jari tangan, meremas tangan pemeriksa, dan menggerakkan ibu jari kaki atau
membalik kaki
b. Sensasi dikaji dengan mencubit kulit atau menusuk kulit dengan ujung
patahan lidi kapas, mulai dari bahu dan berjalan turun ke kedua ekstremitas.
Tanyakan sensasi yang dirasakan pasien.
8. Pemeriksaan neurology
Pemeriksaan status neorologi lokalispada pasien Cidera Medulla Spinalis mengacu pada
paduan dari American Spinalis Cord Injury Assciational (ASIA). Seperti dibawah ini:

Motorik
Otot (asalinervasi) Fungsi
M.deltoideus dan biceps brachii(C5) Abduksi bahu dan fleksi siku
M. extensor carpidialis longus dan Ekstensi pergelangan tangan
brevis ( C6)
M. Flexor carpidialis (C7) Fleksi pergelangan tangan
M. flexor digitorum superfisialis dan Fleksi jari-jari tangan
profunda (C8)
M. interosseus palmaris (T1) Abduksi jari-jari tangan
M. illiopsoa ( L2) Fleksi panggul
M. quadricep femoris ( L3) Ekstensi lutut
M. tibialis anterior (L4) Dorsofleksi kaki
M. extensor hallucis longus (L5) Ekstensi ibu jari kaki
M. gastrocnemius-soleus (S1) Plantarfleksi kaki

Sensori protopatik ;
Asal inervasi Dermatom
C2-C4 Dermatom occiput sampai bagian belakang
leher
C5-T1 Lengan sampai jari-jari
T2-T12 Bagian dada dan axilla, beberapa titik
penting : T4 papila
mamae, T10 umbilicus, T12 groin
L1-L5 Tungkai
S1-S5 Tumit, bagian belakang tungkai, regio
perineal
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
 AGD: menunjukkan keefektifan penukaran gas atau
upaya ventilasi
 Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vital, volume tidal):
mengukur volume inspirasi maksimal atau ekspirasi maksimal khususnya
pada pasien dengan trauma servikal bagian bawah atau pada trauma torakal
dengan gangguan pada saraf frenikus atau otot interkostal.
b. Radiologi
- Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(fraktur, dislokasi)
- CT scan: menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi
gangguan struktural.
- MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema
dan kompresi
- Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal
vertebral) jika faktor patologisnya tidak jelas atau dicurigai adanya oklusi
pada ruang subarakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan
setelah mengalami luka penetrasi)
- Foto ronsen torak: memperlihatkan keadaan paru (contoh,
perubahan pada diafragma, atelektasis)
c. Biomekanika
Biomekanika trauma utama di segmen thorakal medula spinalis adalah akibat
hiperfleksi, sementara fleksi dan hiperekstensi merupakan gambaran utama
cedera di segmen servikal medula spinalis
10. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
radiologi

11. Penatalaksanaan Medik


1. Segera lakukan imobilisasi
2. Stabilisasi daerah tulang yang mengalami cedera seperti dilakukan pemasangan
collar servical/atau dengan menggunakan bantalan pasir
3. Mencegah progresivitas gangguan medulla spinalis, misalnya dengan pemberian
oksigen, cairan IV, pemasangan NG
4. Berikan terapi pengobatan:
- Kortikosteroid seperti dexametason untuk mengontrol edema
- Anti hipertensi seperti diazoxide, untuk mengontrol tekanan darah akibat
Autonomik hyperreflexia akut
- Kolinergik seperti bethanechol chlorida untuk menurunkan aktivitas bladder
- Antidpresan seperti imipramine hydroclorida untuk meningkatkan tonus otot
bladder
- Anti histamin untuk menstimulus beta-reseptor dari bladder dan uretra
- Agen anti ulcer seperti ranitidine
- Pelunak feces seperti docusate sodium
5. Tindakan operasi, dilakukan dengan indikasi tertentu seperti adanya fraktur
servikal dengan fragmen yang menekan lengkung saraf.

12. Komplikasi
- neorogenic shock
- hipoksia
- instabilitas spinal
- orthostatic hipotensi
- ileus paralitik
- infeksi saluran kemih
- kontraktur
- dekubitus
- inkontinensia blader
- konstipasi
13. Prognosis
Sebuah penelitian prospektif selama 27 tahun menunjukkan bahwa rata-rata harapan
hidup pasien cedera medula spinalis lebih rendah dibanding populasi normal.
Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya memiliki kemungkinan 5% untuk
membaik pada cedera komplet yang menetap lebih dari 72 jam, maka hampir tidak ada
kemungkinan untuk kembali pulih. Sindroma cedera inkomplet memiliki prognosis yang
jauh lebih baik. Penyebab kematian utama pada pasien dengan cedera medula spinalis
adalah pneumonia, emboli paru, dan septicemia.
Pemulihan fungsi kandung kemih baru akan tampak pada 6 bulan pertama pasca trauma
pada cedera medula spinalis traumatikamengevaluasi pemulihan fungsi kandung kemih
70 penderita cedera medula spinalis; hasilnya menunjukkan bahwa pemulihan fungsi
kandung kemih terjadi pada 27% pasien pada 6 bulan pertama. Skor awal ASIA
berkorelasi dengan pemulihan fungsi kandung kemih

DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth.1996.Keperawatan Medikal Bedah Vol.3.Jakarta:EGC


Corwin, Elizabeth.1996.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:EGC
Carpenito, Lynda J.1995. Rencana Asuhan&Dokumentasi Keperawatan.Jakarta:EGC
Doengus.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC
Hudak&Gallo.1994.Keperawatan Kritis Vol 2.Jakarta: EGC
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI
Pearce Evelyn C. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.
Price, Sylvia.2002. Patofisiologi Vol. 2. Jakarta: EGC
Tarwoto.2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta:Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai