MEDULA SPINALIS
2. Epidemiologi
Cedera medulla spinalis paling umum pada orang dewasa muda berusia 16
sampai 30. kebanyakan adalah pria (82% versus 18% wanita). Hampir 50% CMS
diakibatkan oleh kecelakaan motor. Jatuh dihitung kira-kira 20,8% dari CMS, tindakan
kekerasan 14,6%, dan olahraga 14,2%. Kecelakaan motor terjadi banyak pada usia 15
sampai 30 tahun, tetapi pada usia lebih dari 60 lebih banyak mengalami cedera karena
jatuh. Kekerasan sebagai etiologi CMS meningkat pada kelompok usia 16 sampai 30
tahun.
Pada usia 45 tahunan fraktur banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
karena olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan ini wanita
lebih banyak terkena dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang diasosiasikan
dengan perubahan hormonal (menopause) (Charlene J. Reeves, 1999)
3. Penyebab
Kecelakaan bermotor, industri
Terjatuh, olahraga, menyelam
Luka tusuk, tembak
Tumor
4. Patofisiologi
Terlampir
5. Klasifikasi
Klasifikasi Cedera Medula Spinalis antara lain:
Berdasarkan efek cedera medulla
komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)i
inkomplet (kehilangan sensori dan fungsi motorik sebagian)
Dari kedua klasifikasi ini didasarkan ada/tidaknya dipertahankan dibawah lesi seperti
table tersebut :
6. Gejala Klinis
- nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang
saraf yang terkena
- paralysis sensorik motorik total
- kehilangan kontrol kandung kemih (retensi urine, distensi
kandung kemih)
- penurunan keringat dan tonus vasomotor
- penurunan fungsi pernafasan
- gagal nafas
(Diane C. Baughman, 200 : 87)
7. Pemeriksaan fisik
Motorik
Otot (asalinervasi) Fungsi
M.deltoideus dan biceps brachii(C5) Abduksi bahu dan fleksi siku
M. extensor carpidialis longus dan Ekstensi pergelangan tangan
brevis ( C6)
M. Flexor carpidialis (C7) Fleksi pergelangan tangan
M. flexor digitorum superfisialis dan Fleksi jari-jari tangan
profunda (C8)
M. interosseus palmaris (T1) Abduksi jari-jari tangan
M. illiopsoa ( L2) Fleksi panggul
M. quadricep femoris ( L3) Ekstensi lutut
M. tibialis anterior (L4) Dorsofleksi kaki
M. extensor hallucis longus (L5) Ekstensi ibu jari kaki
M. gastrocnemius-soleus (S1) Plantarfleksi kaki
Sensori protopatik ;
Asal inervasi Dermatom
C2-C4 Dermatom occiput sampai bagian belakang
leher
C5-T1 Lengan sampai jari-jari
T2-T12 Bagian dada dan axilla, beberapa titik
penting : T4 papila
mamae, T10 umbilicus, T12 groin
L1-L5 Tungkai
S1-S5 Tumit, bagian belakang tungkai, regio
perineal
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
AGD: menunjukkan keefektifan penukaran gas atau
upaya ventilasi
Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vital, volume tidal):
mengukur volume inspirasi maksimal atau ekspirasi maksimal khususnya
pada pasien dengan trauma servikal bagian bawah atau pada trauma torakal
dengan gangguan pada saraf frenikus atau otot interkostal.
b. Radiologi
- Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(fraktur, dislokasi)
- CT scan: menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi
gangguan struktural.
- MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema
dan kompresi
- Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal
vertebral) jika faktor patologisnya tidak jelas atau dicurigai adanya oklusi
pada ruang subarakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan
setelah mengalami luka penetrasi)
- Foto ronsen torak: memperlihatkan keadaan paru (contoh,
perubahan pada diafragma, atelektasis)
c. Biomekanika
Biomekanika trauma utama di segmen thorakal medula spinalis adalah akibat
hiperfleksi, sementara fleksi dan hiperekstensi merupakan gambaran utama
cedera di segmen servikal medula spinalis
10. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
radiologi
12. Komplikasi
- neorogenic shock
- hipoksia
- instabilitas spinal
- orthostatic hipotensi
- ileus paralitik
- infeksi saluran kemih
- kontraktur
- dekubitus
- inkontinensia blader
- konstipasi
13. Prognosis
Sebuah penelitian prospektif selama 27 tahun menunjukkan bahwa rata-rata harapan
hidup pasien cedera medula spinalis lebih rendah dibanding populasi normal.
Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya memiliki kemungkinan 5% untuk
membaik pada cedera komplet yang menetap lebih dari 72 jam, maka hampir tidak ada
kemungkinan untuk kembali pulih. Sindroma cedera inkomplet memiliki prognosis yang
jauh lebih baik. Penyebab kematian utama pada pasien dengan cedera medula spinalis
adalah pneumonia, emboli paru, dan septicemia.
Pemulihan fungsi kandung kemih baru akan tampak pada 6 bulan pertama pasca trauma
pada cedera medula spinalis traumatikamengevaluasi pemulihan fungsi kandung kemih
70 penderita cedera medula spinalis; hasilnya menunjukkan bahwa pemulihan fungsi
kandung kemih terjadi pada 27% pasien pada 6 bulan pertama. Skor awal ASIA
berkorelasi dengan pemulihan fungsi kandung kemih
DAFTAR PUSTAKA