Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN HIPONATREMIA

Di Susun Oleh:

KARTINI

NIM : P07220221086

Di Ruang Benggeris

Rs. Harapan Insan Sendawar

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


Nama : Kartini
NIM : P07220221086

Hiponatremia

Pengertian Hiponatremia
Hiponatremia adalah kondisi gangguan elektrolit ketika kadar natrium (sodium) dalam darah
lebih rendah dari batas normal. Dalam tubuh kita, natrium memiliki sejumlah fungsi, antara
lain untuk mengendalikan kadar air dalam tubuh, menjaga tekanan darah, serta mengatur
sistem saraf

Gejala Hiponatremia

Gejala hiponatremia bervariasi pada setiap penderita. Bila kadar natrium dalam tubuh
menurun secara bertahap, penderita mungkin tidak mengalami gejala apa pun. Namun jika
kadar natrium turun dengan cepat, gejala yang muncul bisa berbahaya. Beberapa gejala yang
umumnya dialami penderita hiponatremia meliputi:

 Sakit kepala.
 Linglung.
 Mual dan muntah.
 Lemas dan lelah.
 Kram atau lemah otot.
 Gelisah.
 Kejang.
 Penurunan kesadaran yang dapat berujung pada koma dan bahkan kematian.

Penyebab Hiponatremia

Kadar natrium pada kondisi normal adalah 135 hingga 145 mEq/liter (miliequivalen per
liter). Seseorang dengan kadar natrium kurang dari 135 mEq/liter, bisa dianggap mengalami
hiponatremia. Beberapa kondisi yang diketahui dapat menyebabkan hiponatremia adalah:

 Perubahan hormon. Kekurangan hormon adrenal dapat memengaruhi kinerja


kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon yang menjaga keseimbangan kadar air,
natrium, dan kalium dalam tubuh. Kadar hormon tiroid yang rendah juga dapat
menyebabkan hiponatremia.
 Diare atau muntah parah dan kronis. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh
kehilangan natrium.
 Syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone (SIADH). Penyakit ini
menghasilkan ADH dalam jumlah besar, sehingga membuat tubuh tidak membuang
air secara normal melalui urine. Air yang berlebih dalam tubuh akan melarutkan
natrium, dan membuat kadarnya menurun.
 Penggunaan obat-obat tertentu, seperti obat diuretik, antidepresan, serta obat
pereda nyeri, dapat memengaruhi hormon atau ginjal dalam menjaga kadar natrium.
 Kondisi kesehatan tertentu. Gagal jantung, penyakit ginjal, dan sirosis,
dapatmenyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh dan melarutkan natrium,
sehingga kadar natrium dalam darah menjadi rendah.
 Penggunaan obat terlarang seperti ekstasi. Obat golongan amfetamin ini dapat
membuat seseorang mengalami hiponatremia parah.
HIPONATREMIA

= kadar Na serum < 130 mEq/L (normal : 136 – 145 mEq/L)

Hiponatremia

Osmolaritas Serum *

Normal Rendah Tinggi

( 280-295 mOsm/kg) ( <280 mOsm/kg ) ( >295 mOsm/kg )

Hiponatremi isotonis Hiponatremia hipotonis hiponatremia hipertonis

1. Hiperproteinemia 1. hiperglikemia
2. Hiperlipidemia 2. Manitol, sorbitol
3. Radiocontrast agents

Status volume

Hipovolemic Euvolemic Hipervolemic

Una+ <10 mEq/L Una+ <20 mEq/L 1. SIADH Edematous states


Extrarenal salt loss Renal Salt Loss 2. Postoperative hiponatremi 1. CHF
1. Dehidrasi 1. Duretik 3. Hipotiroid 2. Penyakit hati
2. Diare 2. ACE-i 4. Polidipsi psikogenik 3. Gagal ginjal berat
3. Muntah 3. Nefropati 5. Potomania bir
4. Mineralokortikoid 6. Exercise defisiensi

Tatalaksana:
Penggantian cairan NaCl 0,9% atau 0,45% / RL

*Serum osmolalitas ( N : 285 – 295 mOsm/kg) =

2 ( Na+ mEq/L) + glukosa mg/dL + BUN mg/dl

18 28

Faktor Risiko Hiponatremia


Faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami hiponatremia, antara lain:

 Aktivitas fisik. Konsumsi terlalu banyak air saat melakukan olahraga, misalnya
maraton, bisa menyebabkan kadar natrium dalam darah menurun.
 Usia. Lansia dan bayi memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami hiponatremia.
Kedua kelompok usia ini kurang bisa mengekspresikan rasa haus dan kurang bisa
mengendalikan asupan cairan tubuh.

Diagnosis Hiponatremia

Diagnosis hiponatremia diawali oleh wawancara medis, diikuti dengan pemeriksaan fisik
pasien. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah yang
mengukur kadar elektrolit di dalam tubuh, termasuk kadar natrium.

Pada pasien dengan kadar natrium dalam darah tidak normal, dokter akan memeriksa kadar
natrium dalam urine. Hasil tes urine tersebut akan membantu dokter untuk menentukan
penyebab hiponatremia. Jika kadar natrium dalam darah rendah tapi tinggi dalam urine,
artinya tubuh pasien kekurangan natrium. Sedangkan bila kadar natrium dalam darah dan
urine sama-sama rendah, hal tersebut selain menunjukkan tubuh kekurangan natrium, juga
bisa berarti tubuh kelebihan cairan.

Komplikasi Hiponatremia

Pada kondisi hiponatremia kronis, di mana kadar natrium turun secara bertahap dalam 2 hari
atau lebih, komplikasi yang muncul belum berbahaya. Namun bila kadar natrium turun dalam
waktu cepat (hiponatremia akut), dapat terjadi pembengkakan otak yang bisa menyebabkan
koma dan bahkan kematian.

Pengobatan Hiponatremia

Pengobatan yang diberikan untuk menangani hiponatremia akan disesuaikan dengan tingkat
keparahan dan penyebabnya.

Hiponatremia ringan dan kronis, bisa ditangani dengan memperbaiki pola makan, gaya hidup,
serta menyesuaikan jenis dan dosis obat-obatan yang digunakan. Dokter juga akan meminta
pasien mengurangi asupan cairan untuk sementara.

Sedangkan hiponatremia akut dan parah membutuhkan penanganan lebih serius. Penanganan
tersebut meliputi pemberian obat-obatan untuk mengatasi gejala sakit kepala, mual, dan
kejang, atau pemberian cairan elektrolit melalui infus.

Terapi Hiponatremia

- Terapi etiologis
- Batasi cairan < 1 – 2 L/hari
- NaCl 3% (hipertonis). Indikasi : pasien dengan :
o Hiponatremia berat (Na serum <110 mEq/L) o
Gejala nervous system

Pencegahan Hiponatremia

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari hiponatremia, di antaranya adalah:

 Mengatasi kondisi yang bisa memicu hiponatremia, misalnya kekurangan hormon


adrenal.
 Minum air secukupnya, jangan kurang atau berlebihan. Anda bisa mengetahui apakah
tubuh Anda kekurangan cairan atau tidak dari rasa haus atau dengan melihat warna
urine Anda.
 Minum minuman yang bisa menggantikan elektrolit tubuh yang hilang, saat
beraktivitas dan berolahraga.

Anda mungkin juga menyukai