Anda di halaman 1dari 14

Resume

Trauma Spinal

Nama : Mecthildis Andreana P.Boruk

Nim : 052019027

1. Nervus Hipoglossus, yaitu nervus yang mempersarafi daerah sekitar lidah.


2. Nervus Occipitalis Minor, yaitu nervus yang mempersarafi bagian otak belakang
dalam trungkusnya
3. Nervus Thoracicus, yaitu nervus yang mempersarafi otot serratus anterior atau otot
dada bagian depan.
4. Nervus Radialis, yaitu nervus yang mempersarafi bagian-bagian otot seperti otot
lengan bawah bagian belakang, otot triceps brachii (otot lengan atas), otot anconeus
(otot kecil pada permukaan belakang siku), otot brachioradialis (otot lengan bawah)
dan otot ekstensor lengan bawah. Selain itu, saraf ini juga mempersarafi kulit bagian
belakang lengan atas dan lengan bawah.
5. Nervus Thoracicus Longus, yaitu nervus yang mempersarafi otot subclavius (otot
berbentuk segitiga yang terletak antara tulang selangka dan tulang rusuk pertama)
6. Nervus Thoracodorsalis, yaitu nervus yang mempersarafi bagian otot deltoid (bahu),
otot trapezius (otot yang menyusun struktur punggung manusia), dan otot latissimus
dorsi (otot besar yang berada di bagian punggung belakang lengan).
7. Nervus Axillaris, yaitu saraf yang bersandar pada collum chirurgicum humeri (suatu
penyempitan pada tulang lengan humerus).
8. Nervus Subclavius, yaitu nervus yang berasal dari akar saraf C5 dan C6,
mempersarafi otot subclavius (otot kecil berbentuk segitiga yang berada di antara
tulang selangka dan tulang rusuk pertama).
9. Nervus Supcapulari, yaitu nervus yang berasal dari akar saraf C5, mempersarafi otot
rhomboideus major dan minor (otot yang menyusun bagian lengan atas), serta otot
levator scapulae (otot yang mengatur gerakan dari tulang belikat).
10. Nervus supracaplaris, yaitu nervus yang berasal dari trunkus superior (gabungan dari
akar saraf bagian atas), mempersarafi otot supraspinatus dan infraspinatus (otot kecil
di lengan atas).
11. Nervus Phrenicus, yaitu nervus yang mempersarafi organ diafragma.
12. Nervus Intercostalis
13. Nervus Intercostobrachialis, yaitu nervus yang mempersarafi kelenjar getah bening.
14. Nervus Cutaneus Brachii Medialis, yaitu nervus yang mempersarafi kulit sisi tengah
(medial) lengan atas.
15. Nervus Cutaneus Antebrachii Medialis, yaitu nervus yang mempersarafi kulit sisi
tengah (medial) lengan bawah.
16. Nervus Ulnaris, yaitu nervus yang mempersarafi satu setengah otot fleksor (otot yang
berperan dalam gerakan lipat) lengan bawah dan otot-otot kecil tangan, dan kulit
tangan di sebelah tengah (medial).
17. Nervus Medianus, yaitu nervus yang memberikan cabang C5, C6, C7 untuk nervus
medianus.
18. Nervus Musculocutaneus, yaitu nervus yang berasal dari C5 dan C6, mempersarafi
otot coracobrachialis (otot kecil yang melekat pada tulang belikat), otot brachialis
(otot lengan atas), dan otot biceps brachii (otot lengan atas yang mempunyai 2
cabang). Selanjutnya cabang ini akan menjadi nervus cutaneus lateralis dari lengan
atas.
19. Nervus Dorsalis Scapulae, yaitu nervus yang bersal dari ramus C5, mempersarafi otot
rhomboideus (otot yang menyususn lengan atas).
20. Nervus Transverses Colli
21. Nervus Nuricularis, yaitu nervus yang berjalan berdekatan menuju foramen (lubang
pada tulang), letak anatomisnya berada di sebelah atas lamina terminalis (daerah
hipotalamus di otak)
22. Nervus Subcostalis, yaitu nervus yang mempersarafi sistem kerja ginjal dan letaknya.
23. Nervus Iliochypogastricus, yaitu nervus yang berpusat pada medulla spinalis (sumsum
tulang belakang).
24. Nervus Iliongnalis, yaitu nervus yang mempersarafi sistem genital (alat reproduksi),
atau kelamin manusia.
25. Nervus Genitofemularis, yaitu nervus yang berpusat pada medulla spinalis L1-2,
berjalan ke caudal (ekor), menembus otot Psoas major (otot di bagian bokong
manusia) setinggi vertebra lumbalis (tulang belakang bagian lumbal) 3 atau 4.
26. Nervus Cutaneus Femoris Lateralis, yaitu nervus yang mempersarafi tungkai atas,
bagian luar (lateral) tungkai bawah, serta bagian luar (lateral) kaki.
27. Nervus Femoralis, yaitu nervus yang mempersarafi daerah paha dan otot paha.
28. Nervus Gluteus Superior, yaitu nervus yang bercabang dari tulang belakang L4, L5,
dan paha, walaupun sering dijumpai percabangan dengan letak yang lebih tinggi.
29. Nervus Ischiadicus, yaitu nervus yang mempersarafi bagian pangkal paha.
30. Nervus Cutaneus Femoris Inferior, yaitu nervus yang mempersarafi pada bagian
lengan bawah.
31. Nervus Pudendus, yaitu nervus yang letaknya berdekatan dengan ujung spina
ischiadica (tonjolan pada tulang ischium di bokong). Nervus pudendus mempersarafi
otot levator ani (otot yang terletak di sisi panggul), dan otot perineum (otot bagian
bawah kemaluan) ke kiri atau kanan, sedangkan letak kepalanya dibuat sedikit lebih
rendah.
Konsep Medis

Defenisi

Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila Trauma itu mengenai daerah servikal pada
lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu
terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat
digunakan.

Etiologi

Penelitian terakhir menunjukkan 90% kejadian cedera medula spinalis disebabkan oleh
adalah trauma seperti kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%), olahraga (10%), atau
kecelakaan kerja.3 Angka mortalitas didapatkan sekitar 48% dalam 24 jam pertama.
Penyebab trauma sumsum tulang belakang meliputi kecelakaan sepeda motor (44 %), tindak
kekerasan (24 %), jatuh (22 %), kecelakaan olahraga misal menyelam (8 %), dan penyebab
lain (2 %). Jatuh merupakan penyebab utama trauma sumsum tulang belakang pada orang
usia 65 tahun ke atas. Trauma sumsum tulang belakang karena kecelakaan olahraga biasanya
terjadi pada usia 29 tahun.
Patofidiologis (Gambar)

Manifestasi klinis

Gejala Spinal Cord Injury

Spinal Cord Inury mempunyai gambaran klinik yang berbeda-beda tergantung letak lesinya.
Pasien dengan cedera medulla spinalis dapat merasakan nyeri yang hebat atau mati rasa pada
area-area tertentu pada tubuhnya. Selain itu, cedera tulang belakan dapat menyebabkan
gangguan kontrol otot seperti tidak terkontrol, melemah, sampai tidak dapat digerakkan.
Selain itu, dapat juga ditemui adanya gangguan fungsi otot autonom sehingga pasien tidak
dapat menahan BAB maupun BAK. Pada cedera medulla spinalis terutama cedera cervical,
gejala-gejala yang timbul antara lain:
Cedera pada segmen C1-C2 menyebabkan gangguan bernafas

Cedera pada segmen C3 menyebabkan gangguan fungsi diafragma

Cedera pada segmen C4 menyebabkan hilangnya fungsi otot bisep dan bahu

Cedera pada segmen C5 menyebabkan hilangnya gerakan pergelangan tangan dan telapak
tangan

Cedera pada segmen C6 menyebabkan berkurangnya kontrol pergelangan tangan dan


kehilangan fungsi telapak tangan

Cedera pada segmen C7 menyebabkan berkurangnya fungsi jari-jari

Pemeriksan Diagnostik.

a. Sinar X spinal

Menentukan lokasi dan jenis Trauma tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi
setelah dilakukan traksi atau operasi

b. Skan ct

Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural

c. MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi

d. Mielografi.

Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak jelas
atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan
dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).

e. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma,
atelektasis)

f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi
maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma
torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal).

g. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi


Komplikasi.

a. Neurogenik shock.

b. Hipoksia.

c. Gangguan paru-paru

d. Instabilitas spinal

e. Orthostatic Hipotensi

f. Ileus Paralitik

g. Infeksi saluran kemih

h. Kontraktur

i. Dekubitus

j. Inkontinensia blader

k. Konstipasi

Penatalaksanaan.

a. Penatalaksanaan Kedaruratan

 pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena penatalaksanaan yang
tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi neurologik.Korban kecelakaan
kendaraan bermotor atau kecelakaan berkendara , Trauma olahraga kontak, jatuh, atau trauma
langsung pada kepala dan leher dan leher harus dipertimbangkan mengalami Trauma medula
spinalis sampai bukti Trauma ini disingkirkan.

1) Ditempat kecelakaan, korban harus dimobilisasi pada papan spinal( punggung) ,dengan
kepala dan leher dalam posisi netral, untuk mencegah Trauma komplit.

2) Salah satu anggota tim harus menggontrol kepala pasien untuk mencegah fleksi, rotasi atau
ekstensi kepala.
3) Tangan ditempatkan pada kedua sisi dekat telinga untuk mempertahankan traksi dan
kesejajaran sementara papan spinalatau alat imobilisasi servikal dipasang.

4) Paling sedikit empat orangharus mengangkat korban dengan hati- hati keatas papan untuk
memindahkan memindahkan kerumah sakit. Adanya gerakan memuntir dapat merusak
medula spinais ireversibel yang menyebabkan fragmen tulang vertebra terputus, patah, atau
memotong medula komplit.

Sebaiknya pasien dirujuk keTrauma spinal regional atau pusat trauma karena personel
multidisiplin dan pelayanan pendukung dituntut untuk menghadapi perubahan dekstruktif
yang tejadi beberapa jam pertama setelah Trauma.Memindahkan pasien, selama pengobatan
didepartemen kedaruratan dan radiologi,pasien dipertahankan diatas papan pemindahan .
Pemindahan pasien ketempat tidur menunjukkan masalah perawat yang pasti. Pasien harus
dipertahankan dalam posisi eksternal.Tidak ada bagian tubuh yang terpuntir atau tertekuk,
juga tidak boleh pasien dibiarkan mengambil posisi duduk.

Pasien harus ditempatkan diatas sebuah stryker atau kerangka pembalik lain ketika
merencanakan pemindahan ketempat tidur. Selanjutnya jika sudah terbukti bahwa ini bukan
Trauma medula, pasien dapat dipindahkan ketempat tidur biasa tanpa bahaya.Sebaliknya
kadang- kadang tindakan ini tidak benar.Jika stryker atau kerangka pembalik lain tidak
tersedia pasien harus ditempatkan diatas matras padat dengan papan tempat tidur
dibawahnya.

b. Penatalaksanaan Trauma Medula Spinalis ( Fase Akut)

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah Trauma medula spinalis lebih lanjut
dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan resusitasi sesuai
kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan kardiovaskuler.

Konsep Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian Primer
1). Airway.

Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam
keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita yang tidak sadar,
yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya pangkal lidah, atau
akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan napas harus melindungi
vertebra servikalis (cervical spine control), yaitu tidak boleh melakukan ekstensi,
fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal ini, kita dapat melakukan chin
lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui hidung.

2). Breathing.

Bantuan napas dari mulut ke mulut akan sangat bermanfaat. Apabila tersedia,
O2 dapat diberikan dalam jumlah yang memadai. Jika penguasaan jalan napas belum
dapat memberikan oksigenasi yang adekuat, bila memungkinkan sebaiknya dilakukan
intubasi endotrakheal.1,3,5,6,7,8.

3). Circulation.

Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat kesadaran
dan denyut nadi Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mencari ada tidaknya
perdarahan eksternal, menilai warna serta temperatur kulit, dan mengukur tekanan
darah. Denyut nadi perifer yang teratur, penuh, dan lambat biasanya menunjukkan
status sirkulasi yang relatif normovolemik.

4). Disability.

Melihat secara keseluruhan kemampuan pasien diantaranya kesadaran pasien.

5). Exprosure,

Melihat secara keseluruhan keadaan pasien. Pasien dalam keadaan sadar (GCS
15) dengan :Simple head injury bila tanpa deficit neurology

a) Dilakukan rawat luka

b) Pemeriksaan radiology

c) Pasien dipulangkan dan keluarga diminta untuk observasi bila terjadi penurunan
kesadaran segera bawa ke rumah sakit
Pengkajian Sekunder.

1). Aktifitas /Istirahat.

Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan
umum / kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).

2). Sirkulasi.

Hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.

3). Eliminasi.

Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis


berwarna seperti kopi tanah /hematemesis.

4). Integritas Ego.

5). Takut, cemas, gelisah, menarik diri.

6). Makanan /cairan.

Mengalami distensi abdomen, peristaltik usus hilang (ileus paralitik)

7). Higiene.

Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi)

8). Neurosensori.

Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan


pada syok spinal).Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dapat kembaki normak
setelah syok spinal sembuh).Kehilangan tonus otot /vasomotor, kehilangan refleks
/refleks asimetris termasuk tendon dalam. Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya
keringat bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.

9). Nyeri /kenyamanan.

Mengalami deformitas, postur, nyeri tekan vertebral.

10). Pernapasan.

Pernapasan dangkal /labored, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki,


pucat, sianosis.
11). Keamanan.

Suhu yang berfluktasi *(suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).

12). Seksualitas.

Ereksi tidak terkendali (priapisme), menstruasi tidak teratur.

Diagnosa Keperawatan yang muncul:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik


2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler

Intervensi

Nyeri akut b.d agen cede-ra fisik

NOC label:

Kontrol nyeri (1605)

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam pasien dapat melakukan kontrol
nyeri , dengan criteria :

Kontrol Nyeri

- Klien mengetahui pe-nyebab nyeri


- Klien mengetahui wak-tu timbulnya nyeri
- Klien mengenal gejala timbulnya nyeri
- Klien menggunakan analgetik jika diperlukan

Manajemen Nyeri

Mengelola analgetik

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas nyeri sebelum pemberian obat pada pasien
2. Cek jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian
3. Cek adanya riwayat alergi pada pasien
4. Evaluasi kemampuan pasien untuk menggunakan rute analgesic (oral, IM, IV,
suppositoria)
5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik jenis narkotik
6. Evaluasi efektifitas dan efek samping yang ditimbulkan akibat pemakaian analgetik.
7. Kolaborasi dengan dokter jika ada perubahan advis dalam pemakaian analgetik

Distraksi

1. Tentukan jenis distraksi yang sesuai dengan pasien (musik, televisi, membaca, dll)
2. Ajarkan teknik buka-tutup mata dengan focus pada satu obyek, jika memungkinkan
3. Ajarkan teknik irama (ketukan jari, bernafas teratur) jika memungkinkan
4. Evaluasi dan catat teknik yang efektif untuk menurunkan nyeri pasien

Terapi Oksigen

1 Bersihkan jalan nafas dari secret


2 Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3 Berikan oksigen sesuai instruksi
4 Monitor aliran oksigen, kanul oksigen, dan humidifier
5 Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen
6 Observasi tanda-tanda hipoventilasi
7 Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
8 Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktivitas dan tidurr

Mengatur Posisi

1.  Atur posisi yang nyaman untuk pasien

Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskelettal dan neuromuskuler

NOC label:

Perawatan diri (Activity Daily Living) (0300)

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam perawatan diri klien (ADL)
terpenuhi
Indikator:

1. Makan dan minum


2. adekuat dengan bantuan/mandiri
3. Berpakaian dg dibantu/mandiri
4. Kebersihan diri terpenuhi dg bantuan/mandiri
5. Buang air kecil/besar dg bantuan/mandiri

Tindakan Keperawatan:

1. Makan-minum

- Bantu pasien makan dan minum (menyuapi, mendekatkan alat-alat dan


makanan/minuman)
- Pertahankan kesehatan dan kebersihan mulut pasien

2. Berpakaian

a. Bantu pasien mamakai pakaiannya

b. Libatkan keluarga dan ajarkan cara memakaikan pakaian pada pasien

3. Kebersihan diri

a. Memandikan pasien

b. Libatkan keluarga untuk membantu memandikan pasien

c. Lakukan perawatan mata, rambut, kaki, mulut, kuku dan perineum

4. Bak/bab

a. Bantu pasien bak/bab

b. Lakukan perawatan inkontinensia usus

c. Manajemen nutrisi

d. Libatkan keluarga dalam perawatan


https://mikimikiku.wordpress.com/2014/03/22/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-cedera-
medula-spinalis-sistem-neurobehaviour/

Nurafif, Amin Huda.2015.NANDA NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai