Trauma Spinal
Nim : 052019027
Defenisi
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila Trauma itu mengenai daerah servikal pada
lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu
terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat
digunakan.
Etiologi
Penelitian terakhir menunjukkan 90% kejadian cedera medula spinalis disebabkan oleh
adalah trauma seperti kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%), olahraga (10%), atau
kecelakaan kerja.3 Angka mortalitas didapatkan sekitar 48% dalam 24 jam pertama.
Penyebab trauma sumsum tulang belakang meliputi kecelakaan sepeda motor (44 %), tindak
kekerasan (24 %), jatuh (22 %), kecelakaan olahraga misal menyelam (8 %), dan penyebab
lain (2 %). Jatuh merupakan penyebab utama trauma sumsum tulang belakang pada orang
usia 65 tahun ke atas. Trauma sumsum tulang belakang karena kecelakaan olahraga biasanya
terjadi pada usia 29 tahun.
Patofidiologis (Gambar)
Manifestasi klinis
Spinal Cord Inury mempunyai gambaran klinik yang berbeda-beda tergantung letak lesinya.
Pasien dengan cedera medulla spinalis dapat merasakan nyeri yang hebat atau mati rasa pada
area-area tertentu pada tubuhnya. Selain itu, cedera tulang belakan dapat menyebabkan
gangguan kontrol otot seperti tidak terkontrol, melemah, sampai tidak dapat digerakkan.
Selain itu, dapat juga ditemui adanya gangguan fungsi otot autonom sehingga pasien tidak
dapat menahan BAB maupun BAK. Pada cedera medulla spinalis terutama cedera cervical,
gejala-gejala yang timbul antara lain:
Cedera pada segmen C1-C2 menyebabkan gangguan bernafas
Cedera pada segmen C4 menyebabkan hilangnya fungsi otot bisep dan bahu
Cedera pada segmen C5 menyebabkan hilangnya gerakan pergelangan tangan dan telapak
tangan
Pemeriksan Diagnostik.
a. Sinar X spinal
Menentukan lokasi dan jenis Trauma tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi
setelah dilakukan traksi atau operasi
b. Skan ct
c. MRI
d. Mielografi.
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak jelas
atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan
dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).
e. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma,
atelektasis)
f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi
maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma
torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal).
a. Neurogenik shock.
b. Hipoksia.
c. Gangguan paru-paru
d. Instabilitas spinal
e. Orthostatic Hipotensi
f. Ileus Paralitik
h. Kontraktur
i. Dekubitus
j. Inkontinensia blader
k. Konstipasi
Penatalaksanaan.
a. Penatalaksanaan Kedaruratan
pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena penatalaksanaan yang
tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi neurologik.Korban kecelakaan
kendaraan bermotor atau kecelakaan berkendara , Trauma olahraga kontak, jatuh, atau trauma
langsung pada kepala dan leher dan leher harus dipertimbangkan mengalami Trauma medula
spinalis sampai bukti Trauma ini disingkirkan.
1) Ditempat kecelakaan, korban harus dimobilisasi pada papan spinal( punggung) ,dengan
kepala dan leher dalam posisi netral, untuk mencegah Trauma komplit.
2) Salah satu anggota tim harus menggontrol kepala pasien untuk mencegah fleksi, rotasi atau
ekstensi kepala.
3) Tangan ditempatkan pada kedua sisi dekat telinga untuk mempertahankan traksi dan
kesejajaran sementara papan spinalatau alat imobilisasi servikal dipasang.
4) Paling sedikit empat orangharus mengangkat korban dengan hati- hati keatas papan untuk
memindahkan memindahkan kerumah sakit. Adanya gerakan memuntir dapat merusak
medula spinais ireversibel yang menyebabkan fragmen tulang vertebra terputus, patah, atau
memotong medula komplit.
Sebaiknya pasien dirujuk keTrauma spinal regional atau pusat trauma karena personel
multidisiplin dan pelayanan pendukung dituntut untuk menghadapi perubahan dekstruktif
yang tejadi beberapa jam pertama setelah Trauma.Memindahkan pasien, selama pengobatan
didepartemen kedaruratan dan radiologi,pasien dipertahankan diatas papan pemindahan .
Pemindahan pasien ketempat tidur menunjukkan masalah perawat yang pasti. Pasien harus
dipertahankan dalam posisi eksternal.Tidak ada bagian tubuh yang terpuntir atau tertekuk,
juga tidak boleh pasien dibiarkan mengambil posisi duduk.
Pasien harus ditempatkan diatas sebuah stryker atau kerangka pembalik lain ketika
merencanakan pemindahan ketempat tidur. Selanjutnya jika sudah terbukti bahwa ini bukan
Trauma medula, pasien dapat dipindahkan ketempat tidur biasa tanpa bahaya.Sebaliknya
kadang- kadang tindakan ini tidak benar.Jika stryker atau kerangka pembalik lain tidak
tersedia pasien harus ditempatkan diatas matras padat dengan papan tempat tidur
dibawahnya.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah Trauma medula spinalis lebih lanjut
dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan resusitasi sesuai
kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan kardiovaskuler.
Konsep Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian Primer
1). Airway.
Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam
keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita yang tidak sadar,
yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya pangkal lidah, atau
akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan napas harus melindungi
vertebra servikalis (cervical spine control), yaitu tidak boleh melakukan ekstensi,
fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal ini, kita dapat melakukan chin
lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui hidung.
2). Breathing.
Bantuan napas dari mulut ke mulut akan sangat bermanfaat. Apabila tersedia,
O2 dapat diberikan dalam jumlah yang memadai. Jika penguasaan jalan napas belum
dapat memberikan oksigenasi yang adekuat, bila memungkinkan sebaiknya dilakukan
intubasi endotrakheal.1,3,5,6,7,8.
3). Circulation.
Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat kesadaran
dan denyut nadi Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mencari ada tidaknya
perdarahan eksternal, menilai warna serta temperatur kulit, dan mengukur tekanan
darah. Denyut nadi perifer yang teratur, penuh, dan lambat biasanya menunjukkan
status sirkulasi yang relatif normovolemik.
4). Disability.
5). Exprosure,
Melihat secara keseluruhan keadaan pasien. Pasien dalam keadaan sadar (GCS
15) dengan :Simple head injury bila tanpa deficit neurology
b) Pemeriksaan radiology
c) Pasien dipulangkan dan keluarga diminta untuk observasi bila terjadi penurunan
kesadaran segera bawa ke rumah sakit
Pengkajian Sekunder.
Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan
umum / kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).
2). Sirkulasi.
3). Eliminasi.
7). Higiene.
8). Neurosensori.
10). Pernapasan.
Suhu yang berfluktasi *(suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).
12). Seksualitas.
Intervensi
NOC label:
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam pasien dapat melakukan kontrol
nyeri , dengan criteria :
Kontrol Nyeri
Manajemen Nyeri
Mengelola analgetik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas nyeri sebelum pemberian obat pada pasien
2. Cek jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian
3. Cek adanya riwayat alergi pada pasien
4. Evaluasi kemampuan pasien untuk menggunakan rute analgesic (oral, IM, IV,
suppositoria)
5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik jenis narkotik
6. Evaluasi efektifitas dan efek samping yang ditimbulkan akibat pemakaian analgetik.
7. Kolaborasi dengan dokter jika ada perubahan advis dalam pemakaian analgetik
Distraksi
1. Tentukan jenis distraksi yang sesuai dengan pasien (musik, televisi, membaca, dll)
2. Ajarkan teknik buka-tutup mata dengan focus pada satu obyek, jika memungkinkan
3. Ajarkan teknik irama (ketukan jari, bernafas teratur) jika memungkinkan
4. Evaluasi dan catat teknik yang efektif untuk menurunkan nyeri pasien
Terapi Oksigen
Mengatur Posisi
NOC label:
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam perawatan diri klien (ADL)
terpenuhi
Indikator:
Tindakan Keperawatan:
1. Makan-minum
2. Berpakaian
3. Kebersihan diri
a. Memandikan pasien
4. Bak/bab
c. Manajemen nutrisi