PENDAHULUAN
2.9 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis Pada Pasien Dengan Trauma Medulla
Spinalis
2.9.1 Pengkajian
1. Identitas klien : terdiri atas nama, No MR, umur, pekerjaan, agama,
jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk, cara masuk,
penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : karna kecelakaan yang
mengakibatkan trauma tulang belakang pasien mengalami
gangguan mobilitas fisik, nyeri dan komplikasi
lain.
b. Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat kecelakaan di jalan
raya (penyebab paling sering), olahraga, menyelam pada
air yang dangkal, luka tembak atau luka tikam. Gangguan lain
yang dapat menyebabkan cedera medula spinalis seperti
spondiliosis servikal dengan mielopati, yang menghasilkan
saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap
medula spinalis.
c. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya trauma tulang belakang
tidak ada factor herediter, tapi dikarenakan ada riwayat seperti
kecelakaan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan wajah : rambut hitam,tidak ada ketombe, tidak rontik,
kulit kepala bersih, tidak ada oedema.
b. Mata : sklera biasanya tidak ikhterik, reaksi pupil ptosi.
c. Kesadaran : kompos mentis.
d. Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
e. Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
pendarahan, mukosa mulut tidak pucat.
f. Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak
ada lesi atau nyeri tekan.
g. Leher : biasanya JVP dalam batas normal.
h. Thorax / dada :
Inspeksi : biasanya simetris kiri kanan, tidak ada lesi, pernafasan
Bradikardi.
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan kiri.
Perkusi : tidak ada nyeri.
Auskultasi : napas pendek,ada ronki, pernafasan bradikardi.
i. Abdomen :
Inspeksi : distensi abdomen.
Auskultasi : peristaltic usus hilang.
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar.
Perkusi : tidak ada nyeri.
j. Genitalia : biasanya tidak ada edema.
k. Ekstermitas : ekstermitas dingin atau pucat kelumpuhan otot
terjadi
kelemahan selama syok spinal. kesemutan, rasa terbakar pada
lengan atau kaki, paralisis flasid, Hilangnya sensasi dan hilangnya
tonus otot, hilangnya reflek.
4. Pola kebiasaan sehari-hari :
a. Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine,
distensi perut, peristaltik usus hilang, melena emesis berwarna
seperti kopi atau tanah / hemaetemesis.
b. Nutrisi : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilang.
c. Tidur / istirahat : terganggu yaitu kurang dari 7-8 jam perhari
karna trauma dan adanya kompresi syaraf.
d. Aktivitas dan latihan : terganggu, karna terjadi kelumpuhan otot
(terjadi kelemahan selama syok spinal) pada atau dibawah lesi.
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul (Carpenito (2000),
Doenges at al (2000))
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d kelumpuhan otot diafragma.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelumpuhan.
3. Nyeri akut b.d adanya cedera
2.9.3 Intervensi Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas
Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Identivikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
Berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab.
Atur intake untuk cairan mengobtimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2.
Pertahankan jalan nafas yang paten.
Atur peralatan oksigen.
Monitor aliran oksigen.
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury (biologi, kimia, fisik
psikologis) kerusakan jaringan.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi,
karakteristik, lokasi, durasi kwalitas dan faktor presipitasi.
Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan.
Bantu pasien dan keluarga untuk mencapai dan menemukan
dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapt mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan pencahayaan dan kebisingan,
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi napas dalam, relaksasi,
distraksi, kompres hangat / dingin.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Tingkatkan istirahat.
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari
prosedur.
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlembatan
perkembangan.
Monitoring vital sign sebelm / sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan.
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan.
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera.
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi.
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan.
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa cedera
medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh benturan pada daerah medulla spinalis. Penyebab dari cidera medulla
spinalis adalah otomobil, industri , terjatuh, olahraga, terluka tusuk, tembak,
tumor. Tanda dan gejala cedera spinalis Menurut campbell (2004), yaitu :
kelemahan otot, deformitas tulang belakang, nyeri, perubahan bentuk pada
tulang servikal, kehilangan kontrol eliminasi dan feses, terjadi gangguan
ereksi penis (priapism).
Pemeriksaan diagnostic cedera spinalis menurut Mahadewa dan
Maliawan (2009) adalah : Foto Polos, CT Scan, MRI, Elektromiografi dan
Pemeriksaan Hantaran Saraf. Komplikasi cedera spinalis diantaranya
neurogenik shock, hipoksia, instabilitas spinal, infeksi saluran kemih,
kontraktur, dekubitus, inkontinensia blader, Dan konstipasi. Diagnosa
banding cedera spinalis yaitu Herniasi discus lumbalis dan kompresi medulla
spinalis.
3.2 Saran
Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat
dalam setiap pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan
keperawatan cedera medulla spinalis menggunakan konsep yang sesuai
dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek
biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh
khalayak umum.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol.
3 . Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta. Salemba Medika.
Batticaca, F. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta. Salemba Medika.
Irapanussa, Frans. 2012. Diagnosis Dan Diagnosis Banding Cedera Spinalis.
Maluku. Diunduh dari : http://irapanussa.blogspot.co.id/2012/06/diagnosis-dan-
diagnosis-banding-cedera.html.
Setiawan, Iwan & Intan Mulida. 2010. Cedera Saraf Pusat Dan Asuhan
Keperawatannya. Yogyakarta. Nuha Medika.