Preseptor:
Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K)
2015
1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Medula spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat yang mengontrol tubuh. Medula
spinalis juga mengontrol pembuluh darah dithorak, abdomen dan pelvis.! Trauma
medula
spinalis adalah trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medula
spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian.
Trauma medula spinalis merupakan keadaan darurat neurologi yang memerlukan tindakan
cepat,
tepat dan cermat untuk mengurangi angka kecacatan dan kematian. Insiden trauma
medula
spinalis diperkirakan 30-40 per satu juta penduduk per tahun dengan sekitar 8000 -
10 000 kasus.
Angka mortalitas diperkirakan 48”6 dalam 24 jam pertama, dan lebih kurang 8040
meninggal di
tempat kejadian, ini disebabkan vertebra servikalis yang memiliki risiko trauma
yang paling
besar dengan level tersering C5 diikuti C4,C6, kemudian T12, L1 dan T10.? Usia
rata-rata untuk
trauma medula spinalis adalah 29 tahun. Kecelakaan motor merupakan penyebab paling
banyak
kasusnya. Dalam 25 tahun terakhir, lebih dari 9096 trauma medula spinalis yang
berkaitan
dengan olahraga dari menyelam, sepakbola, senam menyebabkan paralisis karena jenis
ini
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Trauma medula spinalis adalah trauma langsung atau tidak langsung terhadap medula
spinalis yang menyebabkan kerusakan medula spinalis.' Trauma medula spinalis dapat
menyebabkan hilangnya fungsi pada susunan saraf pusat yaitu fungsi motorik, fungsi
sensorik
Insiden trauma medula spinalis di Amerika Serikat adalah sekitar 40 kasus per satu
juta
penduduk atau sekitar 12.000 pasien per tahun berdasarkan data di database nasional
trauma
medula spinalis. Perkiraan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang
di
Amerika Serikat hidup pada tahun 2010 dengan trauma medula spinalis sekitar 265.000
orang.”
Lebih dari 50yo dari trauma medula spinalis terjadi pada umur 16-30 tahun. Sekitar
8046
Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab paling banyak pada trauma medula spinalis
akut (44”60). Kejadian bisa berhubungan dengan tindakan kekerasan (2456), jatuh
(2249), olahraga
Grade C : Fungsi motorik terganggu dibawah level, tapi otot-otot motorik utama
masih
punya kekuatan 3
Grade D : Fungsi motorik terganggu dibawah level, otot-otot motorik utama punya
kekuatan
23
Grade E : Fungsi motorik dan sensorik normal
2.5 Anatomi
Medula spinalis terdiri dari saraf yang menghubungkan otak ke saraf dalam tubuh.
Ada 7
Medula spinalis terdiri dari substansia alba dan substansia griseria. Substansia
alba
mengandung traktus serabut asenden dan desenden sedangkan substansia griseria
mengandung
berbagai jenis neuron, kornu anterius terutama mengandung neuron motorik. Kornu
lateral
terutama mengandung neuron otonom dan kornu posterius terutama mengandung neuron
somatosensorik yang berpartisipasi pada beberapa jaras aferen yang berbeda. Selain
itu medula
spinalis mengandung aparatus neuronal intrinsik yang terdiri dari interneuron,
neuron asosiasi,
dan neuron komisural, yang prosesusnya berjalan naik dan turun dalam fasikulus
proprius.
Efek trauma terhadap tulang belakang bisa bisa berupa fraktur-dislokasi, fraktur,
dan
dislokasi. Frekuensi relatif ketiga jenis tersebut adalah 3:1:1. Fraktur tidak
mempunyai tempat
mobil dan bagian yang terfiksasi, seperti vertebra C1-2, C5-6 dan T11-12.
Dislokasi bisa ringan dan bersifat sementara atau berat dan menetap. Tanpakerusakan
yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkanlesi yang
nyata di
medulla spinalis.Efek trauma yang tidak dapat langsung bersangkutan dengan fraktur
dandislokasi, tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis dikenal
sebagaitrauma tak
langsung. Tergolong dalam trauma tak langsung ini ialah whiplash (Jecutan), jatuh
terduduk atau
2. Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada jaringan, hal
ini
biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransimedulla spinmalis terhadap regangan
akan
Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal lateral
menimbulkan
kelumpuhan UMN pada otot-otot bagian tubuh terletak di bawah tingkat lesi. Lesi
yang
memotong melintang medula spinalis pada tingkat servikal mengakibatkan kelumpuhan
tipe
UMN. Lesi transversal yang memotong medula spinalis pada torakal atau tingkat
lumbal atas
Apabila medula spinalis tiba-tiba mengalami kerusakan maka akan ada 3 kelainan yang
muncul
yaitu :
a. Semua pergerakan volunter dibawah lesi hilang segera mendadak dan bersifat
Trauma medula spinalis dapat menimbulkan gejala yang permanen dan tidak permanen
dan menyebabkan kelemahan fungsi motorik dan sensorik. Fungsi motorik dan sensorik
tergantung dari level trauma. Trauma bisa terjadi pada cervikal, thorakal yang
dapat
Setelah onset terjadi pada trauma medula spinalis maka kondisi pasien disebut syok
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologis yang tepat, dilakukan pemeriksaan
laboratorium rutin untuk hemoglobin dan hematokrit untuk mendeteksi atau memonitor
kehilangan darah. Urinalisis juga diperlukan untuk mendeteksi adanya trauma pada
traktur
genitourinarius. Selain itu, dilakukan pemeriksaan dengan foto rontgen proyeksi
antero-posterior
dan lateral, dan bila perlu tomografi tulang belakang untuk mengidentifikasi trauma
tulang
belakang, namun jika penderita memiliki gejala atau terdapat trauma sumsum tulang
belakang,
dilakukan CT-Scan atau MRI pada penderita dengan defisit neurologis tetapi rontgen
tidak
menunjukkan adanya fraktur. Semua tindakan diagnostik tersebut dikerjakan tanpa
a. Laboratorium
— Urine lengkap
AP dan lateral.'
—- CT Scan/ MRI jika dengan foto konvensional masih meragukan atau jika akan
dilakukan tindakan operasi . CT Scan dapat memperlihatkan jaringan lunak, struktur
tulang dan kanalis spinalis dalam potongan aksial. CT Scan merupakan pilihan utama
untuk mendeteksi cedera fraktur pada tulang belakang. MRI dapat memperlihatkan
Tiga fokus utama penanganan awal pasien cedera medula spinalis yaitu :
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : In. P
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesis
Keluhan utama
Lemah kedua tungkai
Lemah kedua tungkai sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Lemah kedua tungkai
dirasakan tiba-tiba. Awalnya pasien kecelakaan sepeda motor 2 hari yang lalu dengan
posisi
jatuh terduduk. Kelemahan pada kedua tungkai dirasakan sepanjang hari. Akibatnya
pasien
- Rasa baal mulai dari lateral tungkai bawah sampai punggung kaki sejak 1 hari
sebelum
masuk rumah sakit. Rasa baal muncul bersamaan dengan lemahnya kedua tungkai
—- Kesulitan berkemih sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien kehilangan
sensai
berkemih dan mengalami kesulitan dalam mengeluarkan urin secara spontan. Urin hanya
bisa keluar melalui penekanan perut bagian bawah atau dengan ransangan batuk.
—- Pasien tidak BAB sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit karena hilangnya
rangsangan
untuk buang air besar. Biasanya pasien BAB minimal 1 kali dalam sehari.
10
— Mual muntah (-)
— Mulut mencong (-), bicara pelo (-)
— Demamt-)
- Nyeri kepala progresif (-)
—- Gangguan dalam ereksi dan ejakulasi (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat jatuh terduduk 2 hari yang lalu
— Riwayat hipertensi, jantung, DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kebiasaan
Pemeriksaan Fisik
11
Status Internus
Kulit
KGB
Kepala
Rambut
Mata
THT
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: normocephal
: bising (-)
12
Korpus vertebrae
Inspeksi : deformitas (-)
Status Neurologis
1. GCS 15 E4M6V5
2. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk #-)
Brudzinsky I :(-)
BrudzinskyIl : (-)
Tanda Kernig :(-)
3. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial (-)
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm , reflek cahaya -/4, papil edema (-), muntah
proyektil
N.I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif (H) H)
Objektif (dengan bahan) 4) 4)
N.II (Optikus)
13
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam Penglihatan Visus 5/5 Visus 5/5
Lapangan Pandang Normal Normal
Melihat warna ) »
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N.IH (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola Mata ditengah ditengah
Ptosis -) -
Gerakan Bulbus Bebas ke segalaarah | Bebas ke segala arah
Strabismus -) -
Nistagmus —) —)
Ekso/Endopthalmus —) —)
Pupil
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks Cahaya (H) »)
Refleks Akomodasi (t) (t)
Refleks Konvergensi (t) (t)
14
N.IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (t) »
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N.VI (Abdusens)
Kanan Kiri
Gerakan mata kemedial bawah 4) (t)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut H) »
Menggerakan rahang ») »
Menggigit ») H)
Mengunyah ») »)
Sensorik
- Divisi Oftlamika
Refleks Kornea ) »
15
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Maksila
Refleks Masseter (t) 4)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Mandibula
Sensibilitas Baik Baik
N.VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris
Sekresi air mata ») (t)
Menggerakan dahi (H) (H)
Menutup mata ») »)
Mencibir/bersiul (t) 4)
Memperlihatkan gigi (H) H)
Sensasi lidah 2/3 belakang Baik Baik
Hiperakusis -) -
N.VIH (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (t) (t)
Detik Arloji (t) »)
16
Nistagmus —) —)
Rinne Test 4) 4)
Weber Test Tidak ada lateralisasi
Scwabach Test Sama Sama
Pengaruh posisi kepala —)
N.IX (Glosofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi Lidah 1/3 belakang (t) (t)
Refleks muntah (gag refleks) —)
N.X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Simetris
Menelan Baik
Artikulasi Jelas
Suara »
Nadi Teratur
N.XI (Asesorius)
Kanan Kiri
17
Menoleh kekanan —)
Menoleh kekiri —)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Normal
Tremor -) -
Fasikulasi -) -
Atropi 0 D
Pemeriksaan Koordinasi
berjalan
Phenomen
18
A. Badan Respirasi Teratur
Duduk Teratur
B.Berdiri dan berjalan | Gerakan spontan (t)
Tremor —)
Atetosis —)
Mioklonik —)
Khorea —)
C.Ekstermitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 5/5/5 5/5/5 2/2/2 2/2/2
Tropi Eutropi Eutropi Atropi Atropi
Tonus Eutonus Eutonus Hipotonus Hipotonus
Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas (4) menurun Sensibilitas (4) menurun setinggi
taktil setinggi L5-S1 kortikal L5-S1
Sensibilitas (4) menurun Stereognosis (4) menurun setinggi
19
nyeri setinggi L5-S1 L5-S1
Lengan Tungkai
Fungsi Otonom
20
Fungsi Luhur
Pemeriksaan Laboratorium
Hb :15,7 gr/dl
Leukosit : 9.570/mm3
Trombosit : 285.000/mm3
Hematokrit : 435
b. MRI
Diagnosis :
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
: setinggi L5-S1
Diet MB
Khusus
Metilprednisolon 3x125 mg
Prognosis :
Ovo ad vitam : Dubia ed malam
Ouo ad sanam : Dubia ed malam
22
BAB IV
DISKUSI
Pasien laki-laki usia 34 tahun datang dengan keluhan utama lemah kedua tungkai.
Lemah
kedua tungkai sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Lemah kedua tungkai dirasakan
tiba-tiba.
Awalnya pasien kecelakaan sepeda motor 2 hari yang lalu dengan posisi jatuh
terduduk.
Kelemahan pada kedua tungkai dirasakan sepanjang hari. Rasa baal mulai dari lateral
tungkai
bawah sampai punggung kaki sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit yang bersamaan
dengan
lemahnya kedua tungkai. Pasien sulit berkemih sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien
kehilangan sensai berkemih dan mengalami kesulitan dalam mengeluarkan urin secara
spontan.
Pasien tidak BAB sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit karena hilangnya rangsangan
untuk
konstipasi.
Pasien di diagnosis klinis paraparese inferior tipe LMN, diagnosis topic setinggi
L5-S1
BAB V
23
KESIMPULAN
Trauma medula spinalis adalah kerusakan fungsi neurologis yang bisa menyebabkan
hilangnya fungsi motorik dan sensorik yang kebanyakan disebabkan kecelakaan lalu
lintas.
Trauma medula spinalis menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga menimbulkan
gangguan
neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian sehingga merupakan
keadaan
darurat neurologi yang memerlukan tindakan cepat, tepat dan cermat untuk mengurangi
angka
24
10.
11.
12.
DAFTAR PUSTAKA
PERDOSSI. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta,
CV Prikarsa Utama.hlm.19-21, 25
Selzer M, Dobkin B. 2008. Spinal cord injury. New York.h1.23
Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta, Dian Rakyat. 2009. Hlm.
35-36
Dewanto G, Suwono W.2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.
Jakarta, EGC. Hlm 21-23
25