Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

KISTA OVARIUM

Al Mauliddio Muhammad Nauvaldy


12100118136

Preceptor :
dr. Rizky Safaat Nurahim Sp.OG.,M.Kes

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD DR. SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019
BAB I

IDENTIFIKASI KASUS

Identitas Pasien

• Nama : Ny. L

• Usia : 65 tahun

• TTL : Garut, 14-06-1952

• Agama : Islam

• Alamat : Sukawenin g

• Pekerjaan : IRT

• Pendidikan : SD

• No RM : 0115xxxx

• Tanggal masuk : 25 November 2019

• Jam masuk : 11.10

• Ruangan : Kalimaya

ANAMNESIS

• Dikirim dari : RS Guntur

• Keluhan utama : Benjolan di perut bawah

• Anamnesis khusus :

Pasien perempuan P6A0 tidak merasa hamil, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan merasa terdapat
benjolan pada perut bawah sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu. Benjolan awalnya disadari sudah sebesar bola
pingpong, dan kini terasa semakin lama semakin membesar , benjolan lebih terasa di sebelah kiri, keluhan
benjolan disertai adanya rasa nyeri. Keluhan adanya keluar darah dari jalan lahir disangkal.

Pasien mengatakan bahwa adanya keluhan pada BAK menjadi lebih sering , dan pasien juga mengeluhkan
bahwa BAB menjadi tidak lancar . Pasien menyangkal adanya penurunan berat badan .
Pasien mengatakan bahwa selama keluhan tersebut muncul pasien tidak pernah berobat, hingga pada
tanggal 19 januari 2019 pasien melakukan USG pada bagian perutnya dan dokter mengatakan bahwa
terdapat kista ovarium.

Pasien Menyangkal ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama, pasien menyangkal memiliki
kebiasaan merokok.

RIWAYAT OBSTETRI

Hamil Tempat Penolong Cara Cara BB Jenis Usia Keadaa


n
ke kehamilan persalinan Lahir Kelamin
1 Rumah Paraji Aterm Spontan - Pr 44 hidup

2 Rumah Paraji Aterm Spontan - Lk 42 hidup

3 Rumah Paraji Aterm Spontan - Lk 39 hidup

4 Rumah Paraji Aterm Spontan - Pr 34 hidup

5 Rumah Paraji Aterm Spontan - Lk 25 hidup

6 Rumah Paraji Aterm Spontan - pr 23 hidup

Keterangan Tambahan
Menikah : Pertama
: ♀ 23 tahun, SMP, IRT
: ♂ 26 tahun, SMK, Wiraswasta
Haid : Pasien mengatakan sudah tidak menstruasi sejak usia 50tahun,
menarche : 20th, siklus teratur, lama 7 hari, banyaknya darah banyaknya darah
biasa, ada nyeri haid
Kontrasepsi terakhir
Menggunakan Implant ( 1996 -2001 )

Prenatal care
Pasien tidak melakukan prenatal care karena tidak merasa hamil

Riwayat penyakit terdahulu


• Penyakit jantung (-)
• Penyakit paru-paru (-)
• Penyakit ginjal (-)
• Penyakit liver (-)
• penyakit Diabetes militus (-)
• Penyakit tiroid (-)
• penyakit epilepsi (-)
• Hipertensi (-)
• riwayat asma bronchial (-)
• Lain-lain (-)

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : CM
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/mnt
Respirasi : 24 x/mnt
Suhu : 37.0 0C
Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher : Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
KGB : tidak terdapat pembesaran kelenjar KGB
Thoraks : Jantung : S1 S2 murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS kanan=kiri, ronchi (-/-), wheezing(-/-)
Abdomen : Datar, lembut, NT (-)
Hepar : tidak terdapat pembesaran hepar
Lien : tidak terdapat pembesaran lien
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, Edema: (-), varises (-)

STATUS GINEKOLOGI
PEMERIKSAAN LUAR
Inspeksi : Cembung
Palpasi :
Fundus Uteri : Sulit dinilai
Massa Tumor : Teraba, ukuran, 15 x 10 x 7 cm, permukaan rata, mobilitas mobile, posisi lateral, konsistensi
kistik, Batas tegas
Perkusi /Auskultasi : Dull , BU +

INSPEKULO
Tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo

PEMERIKSAAN DALAM
Vulva / Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal kaku
OUE : Tertutup
Corpus Uteri : Tidak ada kelainan
Parametrium Kanan : Tidak ada kelainan
Parametrium Kiri : Teraba Massa Kistik
Cavum Douglas : Tidak Menonjol
: Tidak teraba massa
: Tidak ada nyeri tekan

DIAGNOSIS
P6A0 Dengan Kista Ovarium

RENCANA PENGELOLAAN
 Rawat inap
 Observasi KU, TTV,
 Cek lab hematologi , CA 125
 Infus RL 500cc 20 gtt/ menit
 R/ pro USG
Pemeriksaan Penunjang
(24/10/2019)
Haematologi : Masa perdarahan : 1’ menit
Masa pembekuan : 6’ menit
Darah rutin : Hemoglobin :12.5 g/dl
Hematocrit : 37 %
Leukosit : 5.420/mm3
Trombosit : 286.000/mm3
Eritrosit : 4.80 juta/mm3
Imunoserologi : HIV : non reaktif
HbsAg : non reaktif
Kimia Klinik : SGOT : 14 U/L
SGPT : 13 U/L
Ureum : 30 mg/dl
Kreatinin : 1,1 mg/dl
Kolesterol : 236 mg/dl
GDS : 97 mg/dl
Imunoserologi : CA 125 : 6.05 U/mL

Laporan Operasi

Jam Operasi Mulai : 09.15


Nama : Ny. L No. CM : 0115xx
Jam Operasi Selesai :10.15
Umur : 65 Tahun Ruang : Kalimaya
Lama Operasi : 1 jam

Akut / Terencana : Terencana Tanggal : 26-11-2019

Operator : Asisten I : Elis Perawat Instrumen:

dr. Arif S P , Sp.OG Asisten II : Sirkulasi:

Ahli Anestesi : Asisten Anestesi : Jenis Anestesi : Anestesi Umum

dr. Ibnu Sp.An Obat Anestesi :

Diagnosa Pra-Bedah : Indikasi Operasi :

Kista Ovarium Kista Ovarium

Diagnosa Pasca bedah : Jenis Operasi :

Post Salphingoovarektomi pada Kista SO ( Salphingoovarektomi )


Ovarii Kiri

Kategori Operasi : Besar

Disinfeksi dengan : Povidone Iodine Jaringan yang di eksisi : Dikirim PA

Laporan Operasi Lengkap :


- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.
- Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang ± 10 cm di daerah abdomen dan umbilikus.
- Setelah parietalis dibuka, setelah menyisihkan muscle rectus abdominalis.
- Dilakukan eksplorasi pada massa kistik
- tampak massa kistik berwarna putih keabu – abuan berukuran 18 x 15 x 10 cm.
Tidak melengket pada jaringan sekitarnya, tampak massa kistik berasal dari
ovarium kiri.
- Diputuskan untuk dilakukan salphingoovarektomi pada salphing kiri dengan massa di klem
dan dilakukan ligase ganda.
- Perdarahan dirawat
- Dilakukan reperitonealisasi dan penutupan abdomen.
- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.
- Perdarahan selama operasi 50 cc
- Diuresis selama operasi 100 cc
Hasil Patologi Anatomi
Makroskopis :
Sebuah kista ukuran 19 x 17 x 5 cm, pada lamelasi berongga satu, isi cairan warna kuning, menempel tuba
Panjang 18cm, diameter 0,5 cm
Mikroskopis :
Sediaan Ovarium berupa kista dilapisi epitel toraks yang sebagian besar erosive, inti sel dalam batas normal.
Subepitelial tampak stroma jaringan ikat yang mengalami hyalinisasi disertai bendungan dan dilatasi kapiler
pembuluh darah dan daerah daerah perdarahan. Tidak tampak tanda ganas .
Sediaan Tuba dengan rugae dilapisi epitel torak bersilia, inti dalam batas normal. Subepitelial tampak stroma
jaringan ikat fibromuskuler berebukan sel radang limfosit dengan dilatisi kapiler pembuluh darah. Tidak
tampak tumor sel ganas
Kesam :
Serous cystadenoma a.r ovarium kiri
Tuba kiri tidak ada kelainan

Follow UP

Tanggal/
CATATAN INSTRUKSI
Jam
25/11/19 S/ Terdapat benjolan pada perut bawah., nyeri pada P/
perut - Infus RL 500cc/
O/ 20gtt
KU : CM - Obs KU TTV
TD : 130/70 mmHg - Hematologi rutin
N : 82 x/mnt - Pro USG
R : 20 x/mnt - As. Mefenamat 3
S : AF x 500 mg

MATA : CA -/- SI -/-


ABDOMEN : Cembung, lembut NT (+) DM (-)
TFU : Sulit dinilai
BAB/BAK : -/+

A/ Kista Ovarium

26/11/19 S/ - P/
- Obs, KU, TTV
O/
KU : CM - Inf RL 500 cc 20
T : 120/70 mmHg gtt
R : 20 x/mnt - Pro LE  SOS
N : 80 x/mnt - Puasa 6 jam
sebelum OP
S : AF

MATA : CA -/- SI -/-


ABDOMEN : Datar lembut NT (+) DM (-), BU (+)
TFU : Sulit dinilai
BAB/BAK : -/+

A/ Kista Ovarium
Tanggal/
CATATAN INSTRUKSI
Jam

P/
- Cefotaxim
2x1 gr IV
27/11/19 S/ Nyeri Luka operasi - Metronidazole
POD I O/ 3x500mg
KU : CM - Kaltrofen 3x1
T : 110/70 mmHg supp
R : 20 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : AF

MATA : CA -/- SI -/-


ABDOMEN : Datar Lembut NT (+) , BU (+)
LO : Tertutup Verban, Rembesan (-)
TFU : Sulit dinilai
BAB/ BAK : -/DC

A/ Post Salphingoovarektomi ai Kista Ovarium


Sinistra P/
- Cefadroxil
2x500mg
28/11/19 S/- - Metronidazole
3x500mg
POD II O/
- As. Mefenamat
KU : CM
3x500mg
T : 110/70 mmHg
- BLPL
N : 88 x/mnt
R : 21 x/mnt

MATA : CA -/- SI -/-


ABDOMEN : Datar lembut NT (-) , BU (+)
LO : Kering Terawat
BAB/ BAK: -/-

A/ Post Salphingoovarektomi ai Kista Ovarium


Sinistra
Diagnosa akhir

Post Salphingoovarektomi pada Kista Ovarium Sinistra.


BAB II

PERMASALAHAN

1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?


Anamnesis

 Pasien tidak merasa hamil dengan keluhan terdapat benjolan pada perut bawah sejak 3
bulan yang lalu , awalnya benjolan awalnya disadari hanya sebesar bola pingpong , dan
kini terasa semakin membesar.

 Keluhan disertai dengan BAK yang menjadi lebih sering dan BAB yang menjadi tidak
lancar.

Pemeriksaan fisik

 Inspeksi : cembung

 Palpasi : fundus uteri sulit dinilai , teraba massa ber ukuran 15 x 10 x 7 cm , permukaan
rata, mobilitas mobile, posisi lateral, konsistensi kistik , berbatas tegas

 Perkusi : Dull

 Pemeriksaan Dalam : pemeriksaan parametrium kiri teraba massa kistik

Pemeriksaan penunjang

 Dalam Batas normal

Diagnosis:

Kista Ovarium

2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?

Pada Pasien ini pengelolaan yang telah dilakukkan sudah tepat, karena meliputi semua

tujuan dari penatalaksanaan kista ovarium, seperti :

1. Laparotomy eksplorasi

2. Salphingoovarektomi
Operasi dilakukkan karena ukuran kista yang melebihi 7 cm.

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

 Quo ad vitam : Ad bonam. Karena pada pasien ini setelah dilakukan

salphingovarektomi dengan laparotomi eksplorasi, keadaan pasien semakin

membaik setiap harinya. Hasil pemeriksaan lain dalam batas normal, luka

jahitan kering terawatt pada POD II dan pasien sudah tidak ada keluhan post

operasi.

 Quo ad functionam :

1. Reproduksi : Ad Malam. Dari fungsi reproduksi , pasien sudah berusia 65

th. Pasien sudah mengalami menopause, karena proses degenertif. Sehingga

pasien tidak mungkin memiliki keturunan lagi.

2. Seksual dan Menstruasi : Pasien sudah tidak mengalami menstruasi, untuk

fungsi seksual masih sama karena tidak ada intervensi pada genitalia

eksterna

 Quo as sanationam: Dubia ad bonam. Karena tergantung dari masih ada atau

tidaknya faktor resiko dan gaya hidup yang dimiliki pasien.

4. Bagaimanakah pandangan prinsip etika medis pada pasien ini?

 Beneficence (berbuat baik) : Dokter melakukan tindakan dengan baik dan benar,

sebagai tujuan untuk menyelamatkan pasien.

 Non-maleficence (tidak merugikan) : Dokter tidak melakukan perbuatan yang dapat

memperburuk keadaan pasien. Dokter sudah melakukan tindakan sesuai prosedur yang

ada di RS Dr. Slamet Garut.


 Autonomy : Dokter memberikan informed consent kepada keluarga pasien apa saja

tindakan yang harus dilakukan, dan keluarga pasien memiliki hak untuk

menentukannya sendiri.

 Justice (adil) : Dokter tidak membeda-bedakan pelayanan, dan tetap adil dalam

melakukan pelayanannya terhadap pasien ini, tanpa membedakan ras, agama, dan

budaya.

5. Bagaimanakah menurut pandangan agama Islam?

Dan apabila kamu sakit, dialah yang menyembuhkan aku. Esensinya adalah kita

sebagai dokter hanya berusaha mengobati, hanya Allah yang dapat menyembuhkan

seseorang. ( QS. Asy-Syu’ara :80)


BAB III

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh dimana
saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan
ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi tumor ovarium dibagi menjadi :

 Tumor ovarium jinak


a. Kistik tumor ovarium non neoplastik:

 Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh
terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh
dibawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
memebesar menjadi kista.

 Kista Korpus luteum


Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahan diri, perdarahan yang sering
terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah
cokelat karena darah tua.

 Kista inklusi germinal


Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada
permukaan ovarium.

 Kista teka lutein


Disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa.
 Kista endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium
 Kista stein leventhal
Disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuliovarium.

b) Tumor ovarium neoplastik

 Kistoma ovarii simpleks


Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
billateral, dan dapat menjadi besar

 Kistadenoma musinosum
Asal tumor ini belum diketahui pasti namun diperkirakan berasal dari suatu teratoma
dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen- elemen lain.

 Kistadenoma serosum
Para penulis berpaendapat bahwa kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal epithelium).

 Kista endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalamterdapat satu
lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

Kista dermoid
Sebenernya kista dermoid adalah satu teratoma kistik yang jinak di manastruktur-
struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,rambut, gigi, dan
produk glandula sebasea.

 Tumor ovarium ganas


 Kistik
Kistadenokarsinoma musinosum, kistadenokarsinoma serosum, dan
epidermoidkarsinoma
 Solid
Karsinoma endometroid dan mesonefroma.

2.3 Faktor Resiko


Penyebab kista ovarium dan beberapa faktor resiko berkembangnya ovarium adalah
wanita yang biasanya memiliki.

 Riwayat kista ovarium terdahulu


 Siklus haid tidak teratur
 Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
 Sulit hamil
 Penderita Hipotiroid
 Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi.

2.4 Etiologi

Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap gonadotropin

 Gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan


khoriokarsinoma)
 Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel permukaan
ovarium mengalami perubahan neoplastik.
 Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon polikistik
Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi induksiovulasi melalui
manipulasi hormonal.
2.1 Manifestasi klinik

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar dan
menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak biasa dilihat dari gejala-
gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. (Wiknjosastro , 2007)

Gejala-gejala berikut yang muncul bila anda mempunyai kista ovarium:

 Perut terasa penuh, berat, kembung.


 Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).
 Haid tak teratur.
 Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha.
 Nyeri senggama.
 Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil.

2.2 Diagnosis

 Anamnesa

Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga
rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi.Dapat terjadi penekanan terhadap kandung
kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.

 Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah abnormal
jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadisulit pada pasien yang
gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix
dan uterus dapat terdorong pada satu sisi.Dapat juga teraba, massa lain, termasuk
fibroid dan nodul padaligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Padaperkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.(Wiknjosastro,
2007).

 Pemeriksaan Penunjang

1. USG
Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan kista ovarium.Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal dariuterus,
atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan pulaantara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan tidak.Dapat membantumengidentifikasi
karakteristik kista ovarium.
2. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.Pemeriksaan
pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada kolon dapat untuk menentukan
apakah tumor bearasal dari ovarium atau tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium
yang terletak di daerah pelvis seperti tumor kolon sigmoid.

3. Pengukuran serum CA-125


Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-
125diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini
jinak atau ganas.

4. Laparoskopi
Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan
laparoskop.Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi dan mengambil sedikit contoh kista
untuk pemeriksaan PA

2.1 Penatalaksanaan

Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi


dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak
melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak
ganas adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba.

Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk
diperikasa. Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan terapi.
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista yang berukuran
kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan
terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk
wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak
dilakukan terapi. Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang
lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada pasien
dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan.
Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan pada pasien
dengan kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan
konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat
untuk fertilitas di masa mendatang.Pengangkatan ovarium sebelahnya harus
dipertimbangkan pada wanita post menopause, perimenopause, dan wanita
premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta
yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium.Diperlukan konsultasi dengan ahli
endokrin reproduksi dan infertilitas untuk endometrioma dan sindrom ovarium
polikistik. Konsultasi dengan onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium
kompleks dengan serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat
karsinoma ovarium pada keluarga.Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi
dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli
patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor ganas atau tidak.
Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama. Prosedurnya
adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo- ooforektomi,dan
appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja (ooforektomi
atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika stadiumnya iamasih muda, belum
mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti pada fow potential
malignancy (borderline). Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka
terhadap radisi, disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan
obat sitostatika seperti agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan
antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah
penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5
tahun dan seterusnya setiap tahun sekali.

2.5 Diagnosa Banding

 Kehamilan
 Mioma uteri
 Tumor kolon sigmoid
 Ginjal ektopik
 Limpa bertangkai
 Ascites

2.6 Komplikasi
a. TORSI 
 Torsi terjadi hanya jika pedikel sangat panjang dan tumor tidak terfiksasi pada
struktur yang lain.
 Tumor yang besar jarang terjadi pemutaran karena tidak memiliki ruang untuk
melakukan pergerakan secara bebas.

 Komplikasi ini biasanya khusus terjadi pada kista dermoid dan fibroma, tetapi
beberapa ukuran tumor yang moderate yang tidak mengalami fiksasi dapat
juga terjadi torsi.

 Ketika terjadi torsi, lilitan timbul pertama kali pada vena , suplai darah pada
arteri tetap berlanjut, dan tumor akan berisi darah yang kemudian akan
menjadi kemerahan dan kadang terjadi perdarahan intraperitoneal.

b. RUPTUR 
Ruptur spontan dari ovarium dapat timbul. Hal ini disebabkan suplai darah
yang tidak adekuat pada dinding tumor.
Kalau ruptur tumor terjadi pada tumor yang kecil maka nyeri yang
ditimbulkan minimal atau tidak ada, tetapi pada tumor yang besar , maka dapat
ditemukan nyeri yang berat disertai dengan muntah dan lebih lanjut dapat terjadi syok
c. PERDARAHAN 
Perdarahan dapat menyebabkan pembesaran tumor (distensi) sehingga
menyebabkan nyeri perut, kadang perdarahan masif timbul pada tumor ovarium,
terutama pada kasus keganasan, ini menyebabkan nyeri yang serupa dengan torsi.
d. PENEKANAN 
Penekanan pada bagian dalam pelvic akan menyebabkan retensio urin,
tumor biasanya akan selalu naik dari rongga pelvic ke rongga abdomen
e. INFEKSI 
Infeksi jarang terjadi dimana tumor terlibat pada proses inflamasi lokal
seperti appendicitis, divertikulitis atau penyebaran luas setelah abortus atau partus
f. KEGANASAN 
Setelah tumor diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopik yang seksama. Adanya ascites mencurigakan adanya anak sebar,
memperkuat diagnosa keganasan
2.7 Prognosis

Prognosis untuk kista jinak baik.Walaupun penanganan dan pengobatan kanker


ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya
sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk pengobatan yang
dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka kelangsungan hidup
5 tahun (“5 Years survival rate”) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-
kira 20-30%, sedangkan sebagian besar penderita 60- 70% ditemukan dalam keadaan
stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut juga dengan “silent killer”

Anda mungkin juga menyukai