Anda di halaman 1dari 32

PRESENTASI KASUS

Post Salphyngektomi Sinistra a.i Ruptur Tuba Pars Ampularis Sinistra e.c
KET

Muhammad Faishal Kartadinata


12100118183

Preceptor :
dr. Arif Satria Wibowo, Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD DR. SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019
BAB I

IDENTIFIKASI KASUS

Identitas Pasien

• Nama : Ny. M

• Usia : 30 tahun

• TTL : Garut 03-10-1990

• Agama : Islam

• Alamat : Karang Pawitan

• Pekerjaan : IRT

• Pendidikan : SD

• No RM : 01174637

• Tanggal Pengkajian : 23 mei 2019

• Tanggal masuk : 20 mei 2019

• Jam masuk : 11.00

• Ruangan : Kalimaya Bawah

Identitas Suami

• Nama : Tn. A

• Usia : 40 tahun

• Agama : Islam

• Suku Bangsa : Sunda

• Pekerjaan : Wiraswasta

• Pendidikan : SMP

• Alamat : Karang Pawitan


Anamnesis

• Dikirim dari : Poli Kebidanan RSU dr Slamet Garut

• Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir sejak 1 bulan yang lalu (20 april 2019)

G5P4A0 merasa tidak hamil datang dengan keluhan Keluar darah dari jalan lahir
sejak 1 bulan yang lalu (20 april 2019). Darah yang keluar sedikit-sedikit, bercak darah
berwarna merah kehitaman, dan masih keluar hingga hari ini.

Keluhan juga terdapat nyeri di bagian perut kanan bawah sejak 1 bulan SMRS. Nyeri
dirasakan terus menerus seperti ditusuk-tusuk dan semakin lama semakin memburuk sejak 2
hari SMRS. Nyeri terasa semakin sakit apabila perut pasien ditekan. Pasien juga merasakan
mulas-mulas.

Pasien menyangkal adanya mual, muntah, pusing, dan menyangkal memiliki riwayat
trauma di bagian perut. Gerakan janin belum dirasakan oleh pasien.

pasien mengaku telah melakukan test kehamilan dengan test pack sebanyak 1 kali dan
hasilnya positif. Pasien mengatakan sebelumnya keluhan pasien belum pernah diobati.

RIWAYAT OBSTETRI

Kehami Tempat Penolon Cara Cara BB lahir JK Usia Keadaan


lan ke g Kehamilan Persalinan
1. Klinik Bidan Bidan Normal Spontan 3000 gr P 6 bulan Mati

2. RS Bidan Normal Spontan 3500 gr P 7 bulan Mati

3 Rumah Paraji Normal Spontan 3200 gr L 7 tahun Hidup

4 Rumah Paraji normal Spontan 4000 gr L 10 tahun hidup

5 Kehamilan yang sekarang


Keterangan Tambahan
Menikah :
♀ : ke-1, 18 tahun, SD, IRT
♂ : ke-1, 30 tahun, SMP, Wiraswasta
HAID
• HPHT : Tidak ingat
• TP :-
• Siklus : Teratur
• Lama : 7 hari
• Banyak : 2x ganti/hari
• Nyeri : Ada
• Menarche : 14 tahun
Kontrasepsi terakhir
• Pasien menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sejak tahun 2017-2018
• Alasan berhenti kontrasepsi karena ingin berhenti
Prenatal care
• Pasien tidak melakukan prenatal care karena tidak merasa hamil
Keluhan selama kehamilan
• Mual muntah (-)
• Pusing (-)
• Nyeri perut kanan bawah (+)
• Perdarahan dari jalan lahir (+)
Riwayat penyakit terdahulu
• Penyakit jantung (-)
• Penyakit paru-paru (-)
• Penyakit ginjal (-)
• Penyakit liver (-)
• penyakit Diabetes militus (-)
• Penyakit tiroid (-)
• penyakit epilepsi (-)
• Hipertensi (-)
• riwayat asma bronchial (-)
• Lain-lain (-)
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : CM
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 110 x/mnt
Respirasi : 21 x/mnt
Suhu : 37,2 0C
Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) pupil isokor, reflek
cahaya (+/+)
Leher : Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
KGB : tidak terdapat pembesaran kelenjar KGB
Thoraks : Jantung : S1 S2 murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS kanan=kiri, ronchi (-/-), wheezing(-/-)
Abdomen : datar, lembut, DM (-), NT right lower quadrant (+)
Hepar : tidak terdapat pembesaran hepar
Lien : tidak terdapat pembesaran lien
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, Edema: (-), varises (-)

STATUS GINEKOLOGI
PEMERIKSAAN LUAR
Inspeksi : TAK
Palpasi : Fundus Uteri : Tidak teraba
Massa Tumor : Tidak teraba
Perkusi /Auskultasi : TAK

INSPEKULO
Tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo

PEMERIKSAAN DALAM
Vulva / Vagina : TAK
Portio : Tebal, nyeri goyang (+)
OUE : Tertutup. fluxus (-)
Corpus Uteri : TAK
Parametrium Ka/Ki : NT(+), NT(-)
Cavum Douglas : Menonjol, Teraba Massa, NT(+)

DIAGNOSIS
Kehamilan Ektopik Terganggu

RENCANA PENGELOLAAN
 Observasi KU, TTV, Perdarahan
 Infus RL 500cc 20 gtt/ menit
 Laparaskopi
 Cek Hematologi Rutin
 R/ USG

Pemeriksaan Penunjang
(20/05/2019)
Darah rutin : Hemoglobin : 12,8 g/dl
Hematocrit : 37 %
Leukosit : 5.610/mm3
Trombosit : 164.000/mm3
Eritrosit : 4,026 juta/mm3
Imunoserologi : HIV : non reaktif
HbsAg : non reaktif
Urin : Tes Kehamilan (+)
FOLLOW UP
Tanggal Catatan

20/05/201 S: Perdarahan dari jalan lahir (+) sedikit


9
nyeri di bagian perut kanan bawah (+) terus menerus

O: Kes: CM, KU: Sedang

TD: 100/70 mmHg

N: 80x/menit

R: 20x/menit

S: 36,8oC

Abd: cembung, NT right lower quadrant (+)

A: KET

P: Observasi KU, TTV, perdarahan

Infus RL 500cc 20 gtt/ menit

Laparaskopi

Cek Hematologi Rutin

R/ USG

Hasil USG
LAPORAN OPERASI (21-05-2019)
Nama : Ny. M No CM : 01-17-46-37 Jam operasi mulai : 10.30
Umur : 30 tahun Ruang : Kalimaya Jam operasi selesai : 11.00
Bawah Lama operasi : 30 menit

Akut/Terencana : Terencana Tanggal : 20-05-2019

Operator : Asisten I : Elis Dokter anestesi :


dr. Arif Prabowo, Sp.OG Sirkular Nurse : Itan dr. Dhadi , Sp.An

Perawat instrument : Penata anestesi : Jenis anestesi : regional


Neneng
Ramdan Obat anestesi : Bupivicin

Diagnosa pra-bedah : Indikasi operasi :


KET KET

Diagnosa pasca bedah : Jenis operasi :


Post Salphyngektomi Dextra a.i Ruptur Salphyngektomi Dextra
Tuba Pars Ampularis Dextra e.c KET
Posisi operasi :
Supine
Kategori operasi : Besar

Desinfeksi kulit dengan : Jaringan yang di eksisi :


Povidine iodine tidak dikirim ke PA
LAPORAN OPERASI LENGKAP :
 Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya
 Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang 10 cm
 Setelah peritoneum dibuka, tampak darah dan bekuan darah di rongga abdomen
sebanyak + 300cc.
 Pada eksplorasi tampak : Tuba pars ampularis kanan membesar dengan ukuran
4x3x2cm dengan ostium tuba pars abdominalis yang masih aktif mengeluarkan
darah
 Tuba pars ampularis kanan membesar dengan ukuran 5x4x4cm dengan robekan
compang-camping 1x1/2x1/2cm yang masih aktif mengeluarkan darah.
 Kesan ruptur tuba pars ampularis kanan
 Diputuskan untuk melakukan Salphingektomi kanan
 Ligamentum infundibulum kanan, diklem, dipotong dan diikat secara ligasi
ganda.
 Perdarahan dirawat.
 Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.
 Luka operasi dijahit lapis demi lapis. Fascia dijahit dengan PGA No.1, kulit
dijahit secara subkutikuler
 Perdarahan selama operasi 50cc
 Diuresis selama operasi 200cc
INTRUKSI PASCA BEDAH :
Observasi : KU, TD, HR, RR, suhu, perdarahan
Puasa :-
Infus : RL 500 cc 20 gtt
Antibiotik : Cefotaxime 2x1 gr IV
Metronidazole 3x500mg IV
Analgetik : Kaltrofen 2x100 mg sup

Pemeriksaan Lab (Post-Op)

• Hemoglobin : 13,1 g/dl


• Hematokrit : 39 %
• Lekosit : 7.100/mm3
• Trombosit : 139.000/mm3
• Eritrosit : 4,44 juta/mm3

Diagnosa akhir

Post Salphyngektomi Dextra a.i Ruptur Tuba Pars Ampularis Dextra e.c KET
Follow up

Tanggal / Catatan Instruksi


Jam

21/05/19 S/ nyeri didaerah luka operasi, mules (+), P/


perdarahan jalan lahir (+), nyeri perut
POD 0 Cefotaxim 2x1 gr IV
bagian bawah (+), nyeri saat bak (+)
  Metronidazole 3x500mg
O/
Hb: 13,1 Kaltrofen 2x100mg supp
Kes : CM
 
KU : Sakit Sedang
 
TD : 110/80 mmHg R: 20 x/mnt
 
N : 83 x/mn S: 36,90C
 
Mata : Ca -/- Si -/-
 
Abdomen : Datar lembut, NT (+)
 
TFU : Tidak Teraba
 
LO : Tertutup Verban
 
Perdarahan : +
 
BAB/BAK : -/DC
 
A/
 
Post Salphingektomi Dextra a.i Ruptur Tuba
  Pars Ampularis Dextra e.c KET
Tanggal / Catatan Instruksi
Jam

22/05/19 S/ nyeri didaerah luka operasi, pusing (+) P/

POD I mules (+), perdarahan jalan lahir (-), nyeri - Cefotaxim 2x1 gr IV
perut bagian bawah (-), nyeri saat bak (-)
  - Metronidazole
O/ 3x500 mg

Kes/KU: CM / sedang - Kaltrofen 2x100 mg


Supp
TD : 110/80 mmHg R: 20 x/mnt
- Aff DC
N: 81 x/mnt S: 36,5oC
 
Mata : Ca -/- Si -/-

Abdomen : datar lembut

TFU : Tidak Teraba

LO : tertutup verban

Perdarahan : -

BAB/ BAK: -/DC

A/

Post Salphingektomi Dextra a.i Ruptur Tuba


Pars Ampularis Dextra e.c KET
Tanggal / Jam Catatan Instruksi

23/05/19 S/ nyeri luka operasi minimal, P/


mules (-), perdarahan jalan lahir
POD II - Cefadroxil
(-), nyeri perut bagian bawah (-),
2x500 mg
nyeri saat bak (-)
- Metronodazole
O/
3x500 mg
Kes/KU: CM / sedang
- As. Mefenamat
TD : 120/90 mmHg R: 21 3x500 mg
x/mnt
- Aff infus
N: 80 x/mnt S: 36,9oC
 
Mata : Ca -/- Si -/-

Abdomen : datar lembut

TFU : Tidak Teraba

LO : kering, bersih, terawat

Perdarahan : -

BAB/ BAK: -/+

A/

Post Salphingektomi Dextra a.i


Ruptur Tuba Pars Ampularis
Dextra e.c KET
BAB II

PERMASALAHAN

1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?


Anamnesis

 Pasien tidak merasa hamil dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 bulan
SMRS (20 april 2019). Darah yang keluar sedikit-sedikit, bercak darah berwarna
merah kehitaman.

 Keluhan disertai dengan nyeri perut kanan bawah sejak 1 bulan SMRS yang dirasakan
terus menerus seperti ditusuk- tusuk dan semakin lama semakin memburuk sejak 2
hari SMRS.

 Pasien juga merasakan mulas-mulas.

 HPHT: -

Pemeriksaan fisik

 Abdomen : cembung, lembut, DM (-), NT right lower quadrant (+)

 Pemeriksaan Dalam (Ginekologi)

 Portio : Tebal, nyeri goyang (+)

 OUE : Tertutup. fluxus (-)

 Corpus Uteri : TAK

 Parametrium Ka/Ki : NT(+), NT(-)

 Cavum Douglas : Menonjol, Teraba Massa,NT(+)

Pemeriksaan penunjang

- Hematologi Rutin: Hb: 12,8 g/dl

- Urin : Tes Kehamilan (+)

- USG :

- Tampak Kehamilan Ekstra Uterine


- Cairan Retrovesika (+)

Kesan : KET

Diagnosis:

Kehamilan Ektopik Terganggu

Pada pasien dilakukan Operasi Laparatomi Eksploratif, diputuskan untuk dilakukan tindakan
Salphyngektomi Dextra

Diagnosis Akhir:

Post Salphyngektomi Dextra a.i Ruptur Tuba Pars Ampularis Dextra e.c KET

2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?

Penanganan pada pasien ini sudah tepat, karena setelah diagnosis kehamilan

ektopik terganggu ditegakkan segera dilakukan laparotomi eskplorasi untuk

mengangkat hasil konsepsi. Tindakan selanjutnya dengan melakukan pengangkatan

saluran tuba yang pecah akibat dari perkembangan hasil konsepsi. Selain itu juga

dilakukan pemantauan keadaan umum praoperatif dan pasca operatif.

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

 Quo ad vitam : Ad bonam. Karena pada pasien ini setelah dilakukan

salfingektomi dengan laparotomi eksplorasi, keadaan pasien semakin

membaik setiap harinya. Hasil pemeriksaan lain dalam batas normal, luka

jahitan kering, bersih dan terawat pada POD II.

 Quo ad functionam :

1. Reproduksi : Ad bonam. Karena pada pasien ini masih dapat hamil

kembali.
2. Seksual dan Menstruasi : Ad bonam, karena pada pasien ini masih dapat

melakukan hubungan seksual dengan normal dan mengalami menstruasi

seperti biasanya.

 Quo as sanationam: Dubia ad bonam. Karena pasien yang mengalami

kehamilan ektopik sebelumnya berisiko memiliki kehamilan ektopik pada

kehamilan berikunya.

4. Bagaimanakah pandangan prinsip etika medis pada pasien ini?

 Beneficence (berbuat baik) : Dokter melakukan tindakan dengan baik dan benar,

sebagai tujuan untuk menyelamatkan ibu.

 Non-maleficence (tidak merugikan) : Dokter tidak melakukan perbuatan yang dapat

memperburuk keadaan pasien. Dokter sudah melakukan tindakan sesuai prosedur

yang ada di RS Dr. Slamet Garut.

 Autonomy : Dokter memberikan informed consent kepada keluarga pasien apa saja

tindakan yang harus dilakukan, dan keluarga pasien memiliki hak untuk

menentukannya sendiri.

 Justice (adil) : Dokter tidak membeda-bedakan pelayanan, dan tetap adil dalam

melakukan pelayanannya terhadap pasien ini, tanpa membedakan ras, agama, dan

budaya.

5. Bagaimanakah menurut pandangan agama Islam?

Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan

rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada

ukurannya. Yang mengetahui segala ghaib dan yang tampak; yang maha besar lagi maha

tinggi. ( QS. Al-Ra’ad:8-9)


BAB III

TINJAUAN TEORITIS

3.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi apabila ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
Batasan
Bila berakhir dengan abortus atau ruptur maka disebut Kehamilan Ektopik Terganggu
3.2 Epidemiologi
- Sebagian besar berlokasi di tuba falopi (>95%)
- 5% berimplantasi di ovarium, peritoneal cavity, atau luka bekas SC.
- Insidensi 1 : 30.000 kehamilan
• Beberapa penulis mengemukakan kejadian hamil ektopik:
– Jone Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan)
– SK Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 24-
34 tahun)
– Manuaba (1:97 kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 26-35
tahun)

3.3 Etiologi dan Faktor Resiko


1. Faktor tuba : kelainan anatomi, infeksi/radang
2. Abnormalitas zigot (pertumbuhan zigot terlalu cepat)
3. Faktor ovarium
4. Faktor hormonal
5. Faktor lain : pemakaian IUD, merokok, penyakit menular seksual
Penyebab kehamilan ektopik adalah karena terhambatnya transportasi ovum yang dapat
disebabkan oleh penurunan motilitas tuba atau perubahan struktur anatomi tuba seperti
penyempitan lumen tuba
3.4 Lokasi
Berkaitan dengan lokasi, kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Tuba fallopi 95%
o Ampula 70%
o Isthmus 12%
o Interstitial (cornual) 2,4%
o Fimbria 11,1%
- Ovarium 3,2%
- Cervical < 1%
- Abdominal 1,3%

3.5 faktor resiko


Penyebab kehamilan ektopik adalah karena terhambatnya trasnportasi ovum yang
dapat disebabkan oleh penurunan motilitas tuba atau perubahan struktur anatomi tuba seperti
penyempitan lumen tuba.4
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik,
diantaranya yaitu:1
1. Risiko tinggi
- Operasi dan Ligasi tuba
Operasi dan ligasi tuba menyebabkan terjadinya obstruksi pada tuba sehingga
meningkatkan risiko kehamilan ektopik.5
- Kehamilan ektopik sebelumnya
- Diethylstilbesterol (DES)
DES merupakan jenis hormon estrogen sintetik. Penggunaan DES dapat mengubah
perkembanagn tuba sehingga hilangnya atau berkurangnya jaringan fimbria, ostium
tuba mengecil, dan diameter tuba mengecil, serta tuba menjadi lebih pendek.
- Patologi tuba
Kelainan patologi tuba sering disebabkan karena infeksi pelvis. Pasien dengan
riwayat infeksi pelvis yang disebabkan oleh gonnorrhea, chlamydia, dan
nonspesifik PID memiliki risiko 2-4 kali lebih besar mengalami kehamilan
ektopik.1
Kejadian infeksi hubungan seksual sangat berperan untuk terjadinya hamil ektopik,
khususnya infeksi Chlamydia trachomatis, infeksi ini akan merusak endometrium
dan sel siliaris sehingga mengganggu transportasi spermatozoa, ovum, dan hasil
konsepsi.         
Endometriosis atau leiomyoma bisa menyebabkan obstruksi tuba, sehingga
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.5

2. Risiko sedang
- Infeksi genitalia
- Salpingitis isthmica nodosa
Merupakan suatu penyakit dimana terjadi penebalan stuktur anatomis pada bagian
proksimal tuba fallopi.
- Infertility
Penggunaan hormonal untuk menginduksi ovulasi dapat meningkatkan terjadinya
kehamilan ektopik.5
clomiphene citrate merupakan obat untuk menstimulasi terjadinya ovulasi pada
wanita yang bersifat non-steroid. Clomiphene bekerja pada jaringan yang
memiliki reseptor estrogen.
- Multiple sexual partner
Berisiko terjadinya infeksi sistem reproduksi.

3. Risiko rendah 1
- Infeksi pelvis sebelumnya
Infeksi pelvis dapat menyebabkna terjadinya oklusi pada tuba.
- Merokok
Nikotin pada rokok dapat menyebabkan terjadinya perubahan motilitas tuba,
aktivitas silia, dan implantasi blastokista.5
3.4 Klasifikasi

1. Kehamilan Ovarium 2
Kehamilan ovarial Jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture pada
hamil muda. Menegakkan diagnosis kehamilan ovarial harus memenuhi kriteria
Spiegelberg, yaitu:
1. Tuba pada sisi kehamilan masih tampak utuh
2. Kantung kehamilan menempati daerah ovarium
3. Ovarium dihubungkan dengan uterus oleh ligmnetum ovarii propium
4. Pemeriksaan histopatologi menemukan jaringan ovarium di dalam dinding
kantung kehamilan.
2. Kehamilan Abdominal
 Kehamilan dengan implantasi pada peritoneal cavity.
 Kejadian sangat jarang, 1:25.000 kasus

a. Kehamilan Abdominal Primer


Dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut dengan
cirri-ciri tuba dan ovarium normal,tidak terdapat fistula utero-plasenter,dan implantasi
umumnya di sekitar uterus dan CD.

b. Hamil Abdominal Sekunder


Yang asalnya kehamilan tuba dan setelah rupture, ekspulsi dari ostium tuba
eksternumnya dan ekspulsi dari fistula utero-plasenter baru menjadi kehamilan
abdominal. Biasanya plasenta terdapat pada daerah tuba, permukaan belakang rahim
dan ligamentum latum. Ada kalanya hamil abdominal sekunder ini mencapai umur
cukup bulan, tapi hal ini jarang terjadi yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum
mencapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang
sempurna.

Diagnosis
a. Klinis
 Posisi fetus abnormal
 Serviks berubah posisi
b. Laboratorium
 Kurang informatif
 Peningkatan serum Alpha Fetoprotein
c. USG
 Susah dibedakan, sering missdiagnosed.
 Oligohidramnion, tapi tidak spesifik.

3. Kehamilan Serviks
Kehamilan servikal jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lender servik.
Pertumbuhan telur menyebabkan serviks menggembung. Kehamilan serviks biasanya
berakhir pada kehamila muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa
tindakan operasi. Plasenta sukar dilepaskan, dan pelepasan plasenta menimbulkan
perdarahan hebat sehingga serviks perlu ditampon; bila tindakan ini tidak menolong,
dilakukan histerektomi.
Kriteria Klinis Paalman dan McElin (1959):
1. Ostium uteri internum tertutup
2. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian
3. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endo servik
4. Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri
5. Servik lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga terbentuk hous-
glass uterus

4. Kehamilan Tuba
Berdasarkan tempat nidasi, kehamilan tuba dapat dibagi menjadi:2
- Kehamilan ampula
- Kehamilan istmus
- Kehamilan interstistial (cornual)
- Kehamilan infundulum (fimbrial)
Kehamilan paling sering terjadi di dalam ampula tuba.

Perkembangan Kehamilan Tuba


Kehamilan tuba tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berakhir pada minggu ke
6 hingga minggu ke 12, yang paling sering antara minggu ke 6-8.
Kehamilan tuba dapat berakhir dengan:
a. Hasil Konsepsi Mati Dini dan di Resorbsi
Implantasi kolumner → vaskularisasi kurang → ovum yang dibuahi cepat mati → resorbsi
total → penderita tidak mengeluh apa-apa → haid terlambat untuk beberapa hari.

b. Abortus Tuba
Abortus tuba tergantung dari tempat implantasinya. Abortus tuba biasanya pada kehamilan
ampula. Dengan adanya perdarahan, menujukan terjadinya gangguan hubungan antara
plasenta dan membran dengan dinding tuba. Ketika plasenta telah terpisah, semua hasil
konsepsi dapat keluar melalui ujung fimbrae menuju rongga peritoneum. Pada saat ini,
perdarahan terhenti dan gejala hilang. Beberapa perdarahan biasanya menetap selama produk
masih berada di tuba. Darah perlahan menetes dari tuba ke rongga peritoneum dan mengisi
rectouterine cul-de-sac (cavum douglas). Jika fimbrae tersumbat, tuba falopi secara perlahan
akan distensi berisi darah sehingga membentuk hematosalpinx.6, 2
c. Ruptur Tuba
Ruptur tuba bisanya pada kehamilan istmus. Hasil konsepsi yang semakin membesar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur tuba pada beberapa bagian. biasanya ruptur terjadi secara
spontan, tapi mungkin mengikuti pemeriksaan koitus atau bimanual. Biasanya ada gejala, dan
tanda-tanda hipovolemia biasa terjadi.6

3.5 Manifestasi Klinis


 Kehamilan tuba belum terganggu : Tidak khas & pada umumnya terdapat gejala-

gejala kehamilan muda, sedikit nyeri di perut bagian bawah, pemeriksaan vaginal:

uterus membesar & lembek.


 Gambaran klinik kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda: dari perdarahan

banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak khas

→ sukar didiagnosis.

Gejala & tanda tergantung dari :

- Lamanya kehamilan ektopik terganggu

- abortus/ruptur tuba

- tuanya kehamilan

- derajat perdarahan yang terjadi

- keadaan umum sebelum kehamilan.

 Pemeriksaan vagina :

- Pada usaha menggerakkan serviks uteri → nyeri

- Kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan

- Pada abortus tuba : teraba jelas suatu tumor disamping uterus dalam berbagai

ukuran dan konsistensi agak lunak

- Hematokel retrouterina : tumor kavum douglas

- Pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak : tensi , nadi , jika perdarahan >>>

→ syok

TRIAS KET

1. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.

a. Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba & intensitasnya

disertai dengan perdrahan → pingsan → syok.

b. Pada abortus tuba , nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus menerus. Mula-

mula pada salah satu sisi kemudian menjalar ke tengah atau seluruh perut bawah

(seluruh darah masuk ke rongga perut). Darah dalam rongga perut meranngsang
diafragma → nyeri bahu. Jika membentuk hematokel retrouterina → nyeri

defekasi.

2. Perdarahan pervaginam

- Menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan

desidua.

- Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat tua.

- Frekuensi perdarahan 51-93%

- Perdarahan berarti gangguan pembentuan HCG

3. Amenorea

- Lamanya bergantung kehidupan janin

- Sebagian tidak memngalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum

haid berikutnya

- Frekuensi amenorea : 23-97%

3.6 Diagnosis
1. Anamnesis (symptom)
- Telat haid (amenorrhea)
- Nyeri abdomen
- Perdarahan pervaginam
- Tanda subjektif kehamilan:
o Mual muntah
o Sering BAK karena rahim yang membesar menekan kandung kemih
o Perasaan payudara terasa nyeri
- Nyeri bahu memburuk selama inspirasi. Disebabkan oleh iritasi phrenic nerve dari
darah subdiafragma.
- Gangguan vasomotor seperti vertigo dan pingsan karena hypovolemia

2. Pemeriksaan Fisik (signs)


- Pasien tampak kesakitan
- Kulit pucat dan dingin
- Tanda vital: tekanan darah turun dan nadi meningkat pada saat perdarahan
berlangsung.
- Pemeriksaan Luar:
o Inspeksi:
 Perut telihat datar atau distensi
o Palpasi:
 Fundus uteri: teraba atau tidak teraba
 Masa tumor: teraba atau tidak teraba
 Nyeri tekan abdomen
o Auskultasi: bising usus menurun hingga hilang
- Pemeriksaan Dalam:
o Vulva dan vagina tak ada kelainan
o Portio: lunak, tebal
o Ostium utei eksternum: tertutup
o Cervical motion tenderness
o cavum douglas menonjol dan teraba masa serta nyeri tekan

3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemerikaan darah
Pemeriksaan darah yang paling penting adalah pemeriksaan darah rutin.
Karena pasien dengan ruptur tuba bisa menyebabkan terjadinya hipovolemik
hemoragika sehingga terjadi anemia.
- Tes kehamilan (b-HCG Measurements)

Tes kehamilan sangat penting untuk memastikan pasien sedang hamil atau
tidak. Sehingga bisa menyingkirkan diagnosis banding.
- Serum Progesterone
- Sonography
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik terganggu.
Diagnosis pastinya ialah apabila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang
didalam nya tampak denyut jantung janin. Dan dapat dinilai kavum uteri, kosong
atau berisi. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, adanya kantung
kehamilan di luar kavum uteri, adanya massa komplek di rongga panggul. Dengan
menggunakan transvaginal sonografi, dapat melihat cavum douglas yang terisi
cairan.
Algoritma Evaluasi Kehamilan Ektopik
3.8 Diagnosis Banding
1. Infeksi Pelvik
- Gejala biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah mengalami amenorea

- Nyeri perut bagian bawah dan tahanan yang dapat diraba pada pemeriksaan

vagina, umumnya bilateral

- Perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0,5oC

- Leukositosis

- Tes kehamilan (-)

2. Abortus imminens atau insipiens

- Perdarahan lebih merah dan lebih banyak setelah amenorea

- Rasa nyeri bersifat median dan mules

- Nyeri goyang serviks (-)

- Tidak ada tahanan di belakang atau samping uterus

3. Ruptur korpus luteum

- Pada pertengahan siklus haid


- Perdarahan per vagina (-)

- Tes kehamilan (-)

4. Torsi kista ovarium dan appendisitis

- Gejala dan tanda kehamilan muda (-)

- Amenorea (-)

- Perdarahan per vagina (-)

- Tumor pada kista ovarium lebih besar dan bulat daripada kehamilan ektopik

- Nyeri goyang serviks tidak seberapa nyeri

- Appendisitis: nyeri pada Mc Burney

3.9 Penatalaksanaan
A. Medical
Methotrexate merupakan asam folat antagons. Methotrexate berikatan dengan
dengan kuat ke dihydrofolate reductase sehingga menghalangi reduksi dihydrofolate
menjadi tetrahydrofolat yang merupakan bentuk aktif asm folat. Sehingga sintesis de
novo purine dan pyrimidin berhenti, yang menyebabkan sintesis DNA, RNA, dan
protein terhenti. Oleh arena itu, methotrexate sangat efektif untuk menghentikan
proliferasi jaringan yang cepat seperti trophoblast.
B. Surgical

- Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil
konsepsi tetapi pada kehamilan ektopik terganggu jika sudah terjadi ruptur maka tuba
harus diangkat.
- Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut
merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu
segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini
adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).

3.9 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini
dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826
kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka
kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari
120 kasus. Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka
kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforth’s Obstetrics and Gynecology
10th Edition. 2008.

2. Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, Effendi JS. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan


Reproduksi. Edisi 3. 2013.

3. Schorge, Schaffer, Halvorson, Hoffman, Bradshaw, Cunningham. Williams’


Gynecology. 2008.

4. Grossman S, Porth CM. Porth’s Pathophysiology 9th Edition. 2014.

5. Berek JS. Berek & Novak’s Gynecology, 14th ed. 2007.

6. Cunningham F., Leveno K., Bloom S., Spong C., Dashe J. Williams Obstetrics. 24th
Edition.; 2014.

Anda mungkin juga menyukai