Post Salphyngektomi Sinistra a.i Ruptur Tuba Pars Ampularis Sinistra e.c
KET
Preceptor :
dr. Arif Satria Wibowo, Sp.OG
IDENTIFIKASI KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Ny. M
• Usia : 30 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : IRT
• Pendidikan : SD
• No RM : 01174637
Identitas Suami
• Nama : Tn. A
• Usia : 40 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Pendidikan : SMP
• Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir sejak 1 bulan yang lalu (20 april 2019)
G5P4A0 merasa tidak hamil datang dengan keluhan Keluar darah dari jalan lahir
sejak 1 bulan yang lalu (20 april 2019). Darah yang keluar sedikit-sedikit, bercak darah
berwarna merah kehitaman, dan masih keluar hingga hari ini.
Keluhan juga terdapat nyeri di bagian perut kanan bawah sejak 1 bulan SMRS. Nyeri
dirasakan terus menerus seperti ditusuk-tusuk dan semakin lama semakin memburuk sejak 2
hari SMRS. Nyeri terasa semakin sakit apabila perut pasien ditekan. Pasien juga merasakan
mulas-mulas.
Pasien menyangkal adanya mual, muntah, pusing, dan menyangkal memiliki riwayat
trauma di bagian perut. Gerakan janin belum dirasakan oleh pasien.
pasien mengaku telah melakukan test kehamilan dengan test pack sebanyak 1 kali dan
hasilnya positif. Pasien mengatakan sebelumnya keluhan pasien belum pernah diobati.
RIWAYAT OBSTETRI
STATUS GINEKOLOGI
PEMERIKSAAN LUAR
Inspeksi : TAK
Palpasi : Fundus Uteri : Tidak teraba
Massa Tumor : Tidak teraba
Perkusi /Auskultasi : TAK
INSPEKULO
Tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo
PEMERIKSAAN DALAM
Vulva / Vagina : TAK
Portio : Tebal, nyeri goyang (+)
OUE : Tertutup. fluxus (-)
Corpus Uteri : TAK
Parametrium Ka/Ki : NT(+), NT(-)
Cavum Douglas : Menonjol, Teraba Massa, NT(+)
DIAGNOSIS
Kehamilan Ektopik Terganggu
RENCANA PENGELOLAAN
Observasi KU, TTV, Perdarahan
Infus RL 500cc 20 gtt/ menit
Laparaskopi
Cek Hematologi Rutin
R/ USG
Pemeriksaan Penunjang
(20/05/2019)
Darah rutin : Hemoglobin : 12,8 g/dl
Hematocrit : 37 %
Leukosit : 5.610/mm3
Trombosit : 164.000/mm3
Eritrosit : 4,026 juta/mm3
Imunoserologi : HIV : non reaktif
HbsAg : non reaktif
Urin : Tes Kehamilan (+)
FOLLOW UP
Tanggal Catatan
N: 80x/menit
R: 20x/menit
S: 36,8oC
A: KET
Laparaskopi
R/ USG
Hasil USG
LAPORAN OPERASI (21-05-2019)
Nama : Ny. M No CM : 01-17-46-37 Jam operasi mulai : 10.30
Umur : 30 tahun Ruang : Kalimaya Jam operasi selesai : 11.00
Bawah Lama operasi : 30 menit
Diagnosa akhir
Post Salphyngektomi Dextra a.i Ruptur Tuba Pars Ampularis Dextra e.c KET
Follow up
POD I mules (+), perdarahan jalan lahir (-), nyeri - Cefotaxim 2x1 gr IV
perut bagian bawah (-), nyeri saat bak (-)
- Metronidazole
O/ 3x500 mg
LO : tertutup verban
Perdarahan : -
A/
Perdarahan : -
A/
PERMASALAHAN
Pasien tidak merasa hamil dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 bulan
SMRS (20 april 2019). Darah yang keluar sedikit-sedikit, bercak darah berwarna
merah kehitaman.
Keluhan disertai dengan nyeri perut kanan bawah sejak 1 bulan SMRS yang dirasakan
terus menerus seperti ditusuk- tusuk dan semakin lama semakin memburuk sejak 2
hari SMRS.
HPHT: -
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
- USG :
Kesan : KET
Diagnosis:
Pada pasien dilakukan Operasi Laparatomi Eksploratif, diputuskan untuk dilakukan tindakan
Salphyngektomi Dextra
Diagnosis Akhir:
Post Salphyngektomi Dextra a.i Ruptur Tuba Pars Ampularis Dextra e.c KET
Penanganan pada pasien ini sudah tepat, karena setelah diagnosis kehamilan
saluran tuba yang pecah akibat dari perkembangan hasil konsepsi. Selain itu juga
membaik setiap harinya. Hasil pemeriksaan lain dalam batas normal, luka
Quo ad functionam :
kembali.
2. Seksual dan Menstruasi : Ad bonam, karena pada pasien ini masih dapat
seperti biasanya.
kehamilan berikunya.
Beneficence (berbuat baik) : Dokter melakukan tindakan dengan baik dan benar,
Autonomy : Dokter memberikan informed consent kepada keluarga pasien apa saja
tindakan yang harus dilakukan, dan keluarga pasien memiliki hak untuk
menentukannya sendiri.
Justice (adil) : Dokter tidak membeda-bedakan pelayanan, dan tetap adil dalam
melakukan pelayanannya terhadap pasien ini, tanpa membedakan ras, agama, dan
budaya.
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada
ukurannya. Yang mengetahui segala ghaib dan yang tampak; yang maha besar lagi maha
TINJAUAN TEORITIS
3.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi apabila ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
Batasan
Bila berakhir dengan abortus atau ruptur maka disebut Kehamilan Ektopik Terganggu
3.2 Epidemiologi
- Sebagian besar berlokasi di tuba falopi (>95%)
- 5% berimplantasi di ovarium, peritoneal cavity, atau luka bekas SC.
- Insidensi 1 : 30.000 kehamilan
• Beberapa penulis mengemukakan kejadian hamil ektopik:
– Jone Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan)
– SK Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 24-
34 tahun)
– Manuaba (1:97 kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 26-35
tahun)
2. Risiko sedang
- Infeksi genitalia
- Salpingitis isthmica nodosa
Merupakan suatu penyakit dimana terjadi penebalan stuktur anatomis pada bagian
proksimal tuba fallopi.
- Infertility
Penggunaan hormonal untuk menginduksi ovulasi dapat meningkatkan terjadinya
kehamilan ektopik.5
clomiphene citrate merupakan obat untuk menstimulasi terjadinya ovulasi pada
wanita yang bersifat non-steroid. Clomiphene bekerja pada jaringan yang
memiliki reseptor estrogen.
- Multiple sexual partner
Berisiko terjadinya infeksi sistem reproduksi.
3. Risiko rendah 1
- Infeksi pelvis sebelumnya
Infeksi pelvis dapat menyebabkna terjadinya oklusi pada tuba.
- Merokok
Nikotin pada rokok dapat menyebabkan terjadinya perubahan motilitas tuba,
aktivitas silia, dan implantasi blastokista.5
3.4 Klasifikasi
1. Kehamilan Ovarium 2
Kehamilan ovarial Jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture pada
hamil muda. Menegakkan diagnosis kehamilan ovarial harus memenuhi kriteria
Spiegelberg, yaitu:
1. Tuba pada sisi kehamilan masih tampak utuh
2. Kantung kehamilan menempati daerah ovarium
3. Ovarium dihubungkan dengan uterus oleh ligmnetum ovarii propium
4. Pemeriksaan histopatologi menemukan jaringan ovarium di dalam dinding
kantung kehamilan.
2. Kehamilan Abdominal
Kehamilan dengan implantasi pada peritoneal cavity.
Kejadian sangat jarang, 1:25.000 kasus
Diagnosis
a. Klinis
Posisi fetus abnormal
Serviks berubah posisi
b. Laboratorium
Kurang informatif
Peningkatan serum Alpha Fetoprotein
c. USG
Susah dibedakan, sering missdiagnosed.
Oligohidramnion, tapi tidak spesifik.
3. Kehamilan Serviks
Kehamilan servikal jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lender servik.
Pertumbuhan telur menyebabkan serviks menggembung. Kehamilan serviks biasanya
berakhir pada kehamila muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa
tindakan operasi. Plasenta sukar dilepaskan, dan pelepasan plasenta menimbulkan
perdarahan hebat sehingga serviks perlu ditampon; bila tindakan ini tidak menolong,
dilakukan histerektomi.
Kriteria Klinis Paalman dan McElin (1959):
1. Ostium uteri internum tertutup
2. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian
3. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endo servik
4. Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri
5. Servik lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga terbentuk hous-
glass uterus
4. Kehamilan Tuba
Berdasarkan tempat nidasi, kehamilan tuba dapat dibagi menjadi:2
- Kehamilan ampula
- Kehamilan istmus
- Kehamilan interstistial (cornual)
- Kehamilan infundulum (fimbrial)
Kehamilan paling sering terjadi di dalam ampula tuba.
b. Abortus Tuba
Abortus tuba tergantung dari tempat implantasinya. Abortus tuba biasanya pada kehamilan
ampula. Dengan adanya perdarahan, menujukan terjadinya gangguan hubungan antara
plasenta dan membran dengan dinding tuba. Ketika plasenta telah terpisah, semua hasil
konsepsi dapat keluar melalui ujung fimbrae menuju rongga peritoneum. Pada saat ini,
perdarahan terhenti dan gejala hilang. Beberapa perdarahan biasanya menetap selama produk
masih berada di tuba. Darah perlahan menetes dari tuba ke rongga peritoneum dan mengisi
rectouterine cul-de-sac (cavum douglas). Jika fimbrae tersumbat, tuba falopi secara perlahan
akan distensi berisi darah sehingga membentuk hematosalpinx.6, 2
c. Ruptur Tuba
Ruptur tuba bisanya pada kehamilan istmus. Hasil konsepsi yang semakin membesar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur tuba pada beberapa bagian. biasanya ruptur terjadi secara
spontan, tapi mungkin mengikuti pemeriksaan koitus atau bimanual. Biasanya ada gejala, dan
tanda-tanda hipovolemia biasa terjadi.6
gejala kehamilan muda, sedikit nyeri di perut bagian bawah, pemeriksaan vaginal:
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak khas
→ sukar didiagnosis.
- abortus/ruptur tuba
- tuanya kehamilan
Pemeriksaan vagina :
- Pada abortus tuba : teraba jelas suatu tumor disamping uterus dalam berbagai
- Pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak : tensi , nadi , jika perdarahan >>>
→ syok
TRIAS KET
a. Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba & intensitasnya
b. Pada abortus tuba , nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus menerus. Mula-
mula pada salah satu sisi kemudian menjalar ke tengah atau seluruh perut bawah
(seluruh darah masuk ke rongga perut). Darah dalam rongga perut meranngsang
diafragma → nyeri bahu. Jika membentuk hematokel retrouterina → nyeri
defekasi.
2. Perdarahan pervaginam
- Menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan
desidua.
- Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat tua.
3. Amenorea
haid berikutnya
3.6 Diagnosis
1. Anamnesis (symptom)
- Telat haid (amenorrhea)
- Nyeri abdomen
- Perdarahan pervaginam
- Tanda subjektif kehamilan:
o Mual muntah
o Sering BAK karena rahim yang membesar menekan kandung kemih
o Perasaan payudara terasa nyeri
- Nyeri bahu memburuk selama inspirasi. Disebabkan oleh iritasi phrenic nerve dari
darah subdiafragma.
- Gangguan vasomotor seperti vertigo dan pingsan karena hypovolemia
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemerikaan darah
Pemeriksaan darah yang paling penting adalah pemeriksaan darah rutin.
Karena pasien dengan ruptur tuba bisa menyebabkan terjadinya hipovolemik
hemoragika sehingga terjadi anemia.
- Tes kehamilan (b-HCG Measurements)
Tes kehamilan sangat penting untuk memastikan pasien sedang hamil atau
tidak. Sehingga bisa menyingkirkan diagnosis banding.
- Serum Progesterone
- Sonography
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik terganggu.
Diagnosis pastinya ialah apabila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang
didalam nya tampak denyut jantung janin. Dan dapat dinilai kavum uteri, kosong
atau berisi. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, adanya kantung
kehamilan di luar kavum uteri, adanya massa komplek di rongga panggul. Dengan
menggunakan transvaginal sonografi, dapat melihat cavum douglas yang terisi
cairan.
Algoritma Evaluasi Kehamilan Ektopik
3.8 Diagnosis Banding
1. Infeksi Pelvik
- Gejala biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah mengalami amenorea
- Nyeri perut bagian bawah dan tahanan yang dapat diraba pada pemeriksaan
- Leukositosis
- Amenorea (-)
- Tumor pada kista ovarium lebih besar dan bulat daripada kehamilan ektopik
3.9 Penatalaksanaan
A. Medical
Methotrexate merupakan asam folat antagons. Methotrexate berikatan dengan
dengan kuat ke dihydrofolate reductase sehingga menghalangi reduksi dihydrofolate
menjadi tetrahydrofolat yang merupakan bentuk aktif asm folat. Sehingga sintesis de
novo purine dan pyrimidin berhenti, yang menyebabkan sintesis DNA, RNA, dan
protein terhenti. Oleh arena itu, methotrexate sangat efektif untuk menghentikan
proliferasi jaringan yang cepat seperti trophoblast.
B. Surgical
- Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil
konsepsi tetapi pada kehamilan ektopik terganggu jika sudah terjadi ruptur maka tuba
harus diangkat.
- Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut
merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu
segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini
adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
3.9 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini
dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826
kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka
kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari
120 kasus. Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka
kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforth’s Obstetrics and Gynecology
10th Edition. 2008.
6. Cunningham F., Leveno K., Bloom S., Spong C., Dashe J. Williams Obstetrics. 24th
Edition.; 2014.