Disusun Oleh :
NIM. 19037140059
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR LUMBAL
A. DEFINISI
Fraktur lumbal adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang belakang bagian
bawah. Bentuk cidera ini mengenai ligament, fraktur vertebra, kerusakan pembuluh
darah, dan mengakibatkan iskemia pada medulla spinalis (Suriya & Zuriati, 2019).
Vertebra lumbalis terletak di region punggung bawah antara region torakal dan
sacrum. Vertebra pada region ini ditandai dengan corpus vertebra yang berukuran
besar, kuat, dan tiadanya costal facet. Vertebra lumbal ke 5 (VL5) merupakan
vertebra yang mempunyai gerakan terbesar dan menanggung beban tubuh bagian atas
(Purwanto, 2016).
lumbalis akibat trauma dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga
dan sebagainya yang menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang
B. ETIOLOGI
Menurut teori (Nurarif & Kusuma, 2016) penyebab dari fraktur adalah :
2. Putaran dengan kekuatan yang berlebihan (hiperfleksi) pada tulang akan dapat
3. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian,
5. Kecelakaan sebab olah raga (penunggang kuda, pemain sepak bola, penyelam, dan
sebagainya)
7. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Edema/pembengkakan
b. Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada
fraktur.
d. Deformitas
f. Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka
4. Manifestasi klinis fraktur vertebra pada lumbal gangguan motorik yaitu kerusakan
L1 : Abdominalis
L3 : Quadriceps
L4-L5 : Ganguan Hamstring dan knee, gangguan fleksi kaki dan lutut
5. Manifestasi klinis fraktur vertebra pada sacral gangguang motorik kerusakan pada
daerah sacral menyebabkan gangguan miksi & defekasi tanpa para parese segmen
lumbar dan sacral . Cedera pada segmen lumbar dan sakral dapat mengganggu
pengendalian tungkai, sistem saluran kemih dan anus. Selain itu gangguan fungsi
sensoris dan motoris, cedera vertebra dapat berakibat lain seperti spastisitas atau
atrofi otot.
Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma yang hebat,
sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi ke rumah sakit penderita
harus secara hati-hati. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak
pada tulang belakang, tulang belakang sendiri dan sumsum tulang belakang (medulla
a. Fleksi
Trauma terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada
ligamen posterior, maka fraktur bersifat tidak stabil dan dapat terjadi subluksasi.
Trauma jenis ini merupakan trauma fleksi yang bersama-sama dengan rotasi.
Terdapat strain dari ligamen dan kapsul, juga ditemukan fraktur faset. Pada keadaan
ini terjadi pergerakan ke depan/ dislokasi vertebra diatasnya. Semua fraktur dislokasi
Suatu trauma vertikal yang secara langsung mengenai vertebra yang akan
serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk dalam badan
vertebra dan menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada trauma ini elemen
ekstensi. Keadaan ini sering ditemukan pada vertebra servikal dan jarang pada
vertebra torakolumbal. Ligamen anterior dan diskus dapat mengalami kerusakan atau
terjadi fraktur pada arkus neuralis. Fraktur ini biasanya bersifat stabil.
e. Fleksi lateral
menyebabkan fraktur pada komponen lateral yaitu pedikel, foramen vertebra dan
edema atau hematoma. Kompresi akibatnya sering menyebabkan iskemia otot. Gejala
pemendekan atau pemanjangan tulang dan kedudukan yang khas untuk dislokasi
Terjatuh dari Kecelakaan lalu Kecelakaan olahraga Luka tembak/ jejas Gangguan spinal
ketinggian lintas (penunggang kuda, pemain di daerah vertebra bawaan
sepak bola, penyelam, dsb)
Penurunan
Respon nyeri Gagal nafas
Paralisis dan paraplegia kemampuan
hebat dan akut
melakukan
perawatan diri
MK : Pola Nafas
MK : Gangguan MK : Nyeri Akut Tidak Efektif
Mobilitas Fisik MK : Defisit
Perawatan Diri
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
foto polos terpenting adalah AP Lateral dan Oblique view. Posisi lateral dalam
keadaan fleksi dan ekstensi mungkin berguna untuk melihat instabilitas ligament.
2. CT Scan
CT scan baik untuk melihat fraktur yang kompleks, dan terutama yang mengenai
elemen posterior dari tulang belakang. Fraktur dengan garis fraktur sesuai bidang
horizontal, seperti Chane fraktur, dan fraktur kompresif kurang baik dilihat dengan
CT scan aksial.
3. MRI
MRI memberikan visualisasi yang lebih baik terhadap kelainan medula spinalis
dan struktur ligamen. Identifikasi ligamen yang robek seringkali lebih mudah
dibandingkan yang utuh. Kelemahan pemakaian MRI adalah terhadap penderita yang
penilaian.
ekstremitas bawah. Pemeriksaan pada otot paraspinal dapat membedakan lesi pada
medula spinalis atau cauda equina, dengan lesi pada pleksus lumbal atau sacral.
4. Pemeriksaan Laboratorium
G. PENATALAKSANAAN
a. Survey primer
b. Resusitasi
output.
c. Survey sekunder
2. Terapi pada fraktur vertebra diawali denganmengatasi nyeri dan stabilisasi untuk
fraktur vertebra lumbal diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk
mencegah kerusakan yang lebih parah lagi. Semuanya tergantung dengan tipe
berikut :
terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Traksi Adalah alat yang
fungsi.
1. Pengkajian
a. identitas klien, meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada. usia muda), jenis
kela min (kebanyakan laki-laki karena sering mengebut saat mengendarai motor
tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan
inkontinensia alvi, nyeri tekan otot, hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, jatuh dari pohon
atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali pengaman (fraktur
chance), dan kejatuhan benda keras. Pengkajian yang didapat meliputi hilangnya
secara total dan melemah/menghilangnya reeks alat dalam) ileus paralitik, retensi
atau keluarga yang mengantar klien (bila klien tidak sadar) karena sering terjadi
beberapa klien yang suka kebu t-kebu tan meneeunakan obat-oba tan adiktif atau
alkohol.
aspirin, vasodilator, dan obat-obat adiktif perlu ditanyakan agar pengkajian lebih
komprehensif.
digunakan klien diperlukan untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga
dengan keluhan klien. Umumnya, klien yang mengalami cedera tulang belakang
karena adanya kerusakan jalur simpatik desenden akibat trauma pada tulang
keadaan trauma sumsum tulang belakang pada daerah servikal dan toraks
bronkus, fraktur tulang iga, dan pneumotoraks. Selain itu, juga dinilai retraksi
c) Palpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan
d) Perkusi. Didapatkan adanya suara redup sampai pekak apabila trauma terjadi
pada toraks/hematoraks.
e) Auskultasi. Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronki pada
klien dengan peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk menu run
lumbalis dan protrusi diskus intervertebralis L-5 dan S-1, klien tidak
taktil fremitus seimbang kanan dan kin. Pada auskultasi, tidak didapatkan
pusing saat melakukan perubahan posisi, dan ekstremitas dingin atau pucat.
Bradikardia merupakan tanda perubahan perfusi jaringan otak. Kulit yang tampak
renjatan.
3) Persyarafan
adalah indika tor paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa
penampilan, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik
klien. Klien yang telah lama mengalami cedera tulang belakang biasanya
Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan pada klien cedera tulang belakang dan
Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi normal.
Saraf III, 1V, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata
pada otot wajah dan refleks komea biasanya tidak ada kelainan
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Ada usaha
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
menghilang dan refleks pa tela biasanya melemah karena kelemahan pada otot
hamstring. (2) Pemeriksaan refleks patologis. Pada fase akut refleks fisiologis
akan menghilang. Se telah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
yang didahului dengan refleks patologis. (3) Refleks Bullbo Cavemosus positif
f) Perkemihan Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik
urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
adanya ileus paralitik. Data klinis menunjukkan hilangnya bising usus serta
kembung dan defekasi tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari syok
nutrisi. Pemeriksaan rongga mulut dengan menilai ada tidaknya lesi pada mulut
1) Gambaran umum
Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
keadaan klien.
a) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada
b) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk.
2) Head to toe
a) Sistem integument
nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan,
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan).
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
g) Hidung
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.
i) Thoraks
j) Paru-paru
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
k) Jantung
Perkusi : Pekak
Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
l) Abdomen
Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
m) Genitalia
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Diagnosis Keperawatan
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Aktivitas/Istirahat
Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
Penyebab
2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
16. Nyeri
18. Kecemasan
Subjektif
Objektif
Subjektif
Objektif
1. Sendi kaku
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
1. Stroke
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
Intervensi Rasional
Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Observasi
Identifikasi adanya nyeri alau keluhan fisik Untuk mengetahui penyebab dari nyeri
lainnya yang di alami pasien dan keluhan yang
dirasakan pasien
Identifikasi toleransi fisik melakukan Menentukan batas gerakan yang akan
pergerakan dilakukan
Monitor frekuensi jantung dan tekanan Mengetahui perkembangan klien
darah sebelum memulai mobilisasi
Monitor kondisi umum selama melakukan Mengetahui adanya perubahan pada kondisi
mobilisasi fisik selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat Untuk meminilisir terjadinya jatuh pada
bantu (mis. pagar tempat tidur) pasien
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika pertu Untuk membantu melakukan pergerakan
agar mudah
Libatkan keluarga untuk membantu pasien Agar klien beserta keluarga dapat
dalam meningkatkan pergerakan memahami dan mengetahui dalam
melakukan peningkatan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi Agar klien dan keluarga mengetahui tujuan
dan prosedur dari melakukan mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi dini Untuk mempercepat klien secepat mungkin
turun dari tempat tidur dan berjalan
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus Untuk mempercepat proses penyembuhan
dilakukan (mis duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur. pindah dari
tempat tidur ke kursi)
2. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan (D.0015)
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Sirkulasi
Definisi
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
Faktor Risiko
1. Hiperglikemial
3. Hipertensi
4. Merokok
5. Prosedur endovaskuler
6. Trauma
7. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok, gaya hidup
1. Arterosklerosis
2. Raynaud's disease
3. Trombosis arteri
4. Atritis reumatoid
5. Leriche's syndrome
6. Aneurisma
7. Buerger's disease
8. Varises
9. Diabetes melitus
10. Hipotensi
11. Kanker
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Observasi
Identifikasi penyebab gangguan integritas Untuk mengetahui penyebab gangguan
kulit (mis. perubahan sirkulasi, perubahan integritas kulit dan jaringan yang dialami
status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu pasien
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
Terapeutik
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring Mencegah terjadinya dekubitus
Lakukan pemijatan pada area penonjolan Untuk mempercepat penyembuhan
tulang, jika perlu
Bersihkan perineal dengan air hangat, Agar perianal tetap bersih
terutama selama periode diare
Gunakan produk berbahan petrolium atau Untuk melembabkan kulit yang kering
minyak pada kulit kering
Gunakan produk berbahan ringan alami dan Gunakan produk berbahan ringan untuk
hipoalergik pada kulit sensitif mencegah adanya alergi
Hindari produk berbahan dasar alkohol Untuk mencegah terjadinya iritasi
pada kulit kering
Edukasi
Edukasi Untuk membantu melembabkan kulit
Anjurkan menggunakan pelembab (mis. pasien
lotion, serum)
Anjurkan minum air yang cukup Untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada
pasien
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi Untuk meningkatkan metabolisme pasien
Anjurkan meningkatkan asupan buah dan Untuk pemenuhan asupan yang bergizi
sayur
Anjurkan menghindari terpapar suhu Untuk menghindari terjadinya iritasi pada
ekstrem kulit karna terpapar suhu yang ekstrem
Anjurkan menggunakan tabir surya SPF Untuk melindungi kulit dari paparan sinar
minimal 30 saat berada di luar rumah matahari secara langsung
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun Agar tetap menjaga kebersihan diri
secukupnya
Kategori: Perilaku
Definisi
Penyebab
1. Gangguan muskuloskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
5. Penurunan motivasi/minat
Subjektif
Objektif
mandiri
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)
1. Stroke
3. Depresi
4. Arthritis reumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
Observasi
Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan Untuk memberikan rasa nyaman pada
diri sesuai usia pasien untuk melakukan perawatan diri
Monitor tingkat kemandirian Kaji tingkat kemandirian untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri
Identifikasi kebutuhan alat bantu Untuk mengetahui kebutuhan apa yang
kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan pasien butuhkan
makan
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Agar pasien nyaman
suasana hangat, rileks, privasi)
Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, Mempersiapkan keperluan pribadi untuk
sikat gigi, dan sabun mandi) kebersihan diri
Dampingi dalam melakukan perawatan diri Untuk memantau perkembangan pasien
sampai mandiri sampai melakukan perawatan secara
mandiri
Fasilitasi untuk menerima keadaan Menyiapkan untuk menerima keadaan
ketergantungan ketergantungan
Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak Pantau kemandirian pasien
mampu melakukan perawatan diri
Jadwalkan rutinitas perawatan diri Membuat jadwal rutin untuk perawatan diri
Edukasi
Anjurkan melakukan perawatan diri secara Agar pasien terbiasa melakukan perawatan
konsisten sesuai kemampuan diri sesuai kemampuan
Kategori: Psikologis
Definisi
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
Penyebab
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
3. Gelisah
5. Sulit tidur
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
5. Menarik diri
7. Diaforesis
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
5. Glaukoma
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Untuk mengetahui PQRST nyeri pada
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pasien
Identifikasi skala nyeri Identifikasi respons Untuk mengetahui skala nyeri 1-10 yang
nyeri non verbal dirasakan pasien
Identifikasi faktor yang memperberat dan Untuk mengetahui faktor memperberat
memperingan nyeri dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan Untuk mengetahui pengetahuan dan
tentang nyeri keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon Untuk mengetahui pengaruh budaya
nyeri terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas Untuk mengetahui pengaruh nyeri pada
hidup kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer Untuk mengetahui keberhasilan terapi
yang sudah diberikan komplementer yang sudah diberikan pada
pasien
Monitor efek samping penggunaan analgetik Kaji adanya efek samping penggunaan
analgesik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk Agar mengurangi rasa nyeri dengan
mengurangi rasa nyeri (mis, akupresur, terapi melakukan teknik nonfarmakologis
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat
dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa Untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam Pertimbangan dalam melakukan tindakan
pemilihan strategi meredakan nyeri untuk pereda nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur Agar mengurangi rasa sakit yang di
rasakan klien
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu Agar klien mengetahui penyebab, periode,
nyeri dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri Agar klien mengetahui tentang strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan
Anjurkan menggunakan analgetik secara Untuk mengurangi rasa nyeri yang
tepat dirasakan
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk Selain dengan analgetik, klien dapat
mengurangi rasa nyeri melakukan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Kolaborasi untuk mengirangi rasa nyeri
dengan pemberian analgetik
5. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Respirasi
Definisi
Penyebab
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
5. Gangguan neuromuskular
ganguan kejang)
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energi
9. Obesitas
15. Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
cheyne-stokes)
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
5. Mutiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, Untuk mengetahui kondisi pola napas klien
usaha napas) dengan cara periksa frekuensi, kedalaman
dan usaha napas
Monitor bunyi napas tambahan (mis, Untuk mengetahui bunyi napas tambahan
gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kening) seperti gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kening
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Untuk mengetahui sputum seperti jumlah,
warna, aroma
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan Lakukan pemeriksaan head-tiil dan chin-till
head-tiil dan chin-till (Jaw-thrust ja curiga (Jaw-thrust ja curiga trauma servikal)
trauma servikal)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler Untuk mengurangi rasa sesak pada pasien
Berikan minum hangat Untuk mengangatkan tenggorokan pada
pasien, jika perlu
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Melakukan tindakan fisioterapi untuk
pemeriksaan lebih lanut, jika perlu
Berikan oksigen, jika perlu Untuk membantu memberikan oksigen
pada pasien
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika Untuk mencegah terjadinya kelebihan
tidak kontraindikasi cairan
Ajarkan teknik batuk efektif Teknik untuk mengurangi sesak napas
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu ekspektoran, mukolitik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif A. H. dan Kusuma H (2016). Asuhan Keperawatan Praktis, Edisi Revisi Jilid
2. Yogyakarta: Mediaction.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Suriya, M & Zuriati (2019). Asuhan Keperawatan medikal Bedah gangguan pada
Sistem Muskuloskeletal Aplikasi Nanda, NIC & NOC. Padang: Pustaka Galeri
mandiri.