Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA YANG

MENGALAMI ISPA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


KESIAPAN PENINGKATAN KOPING KELUARGA DI
DESA SUKOREJO RT 05 KECAMATAN
SUMBER WRINGIN KABUPATEN
BONDOWOSO
2022

Disusun Oleh :
Desy Aprilia Zaini
NIM. 19037140014

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022
B. Konsep Medis
1. Definisi
Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi
akut yang melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan
menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA
ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima tahun karena pada
kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
masih rentan terhadap berbagai penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya,
seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada balita dan anak-anak
mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang berat jika masuk kedalam
jaringan paru-paru akan menyebabkan Pneumonia. Pneumonia merupakan
penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak
(Jalil, 2018).

2. Etiologi
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari
genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella, dan
korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus
para influenza dan virus campak), adenoveirus, koronavirus, pikornavirus,
herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui partikel udara (droplet infection).
Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses
pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran
pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan
sebagainya. (Marni,2014).
Selain bakteri dan virus ISPA juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu kondisi lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar
memasak, kepadatan anggota keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban,
kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas pelayanan kesehatan serta
langkah-langkah pencegahan infeksi untuk pencegahan penyebaran (vaksin, akses
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), faktor penjamu
(usia, kebiasaan merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi,
infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain,
kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular,
faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba). (WHO,2007:12).
Menurut Widoyono (2008), Kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi faktor
risiko ispa adalah lingkungan yang banyak tercemar oleh asap kendaraan
bermotor, bahan bakar minyak, asap hasil pembakaran serta benda asing seperti
mainan plastik kecil.

3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,
nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu
berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. (Suriani, 2018) Gejala
ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut Rosana (2016) :
1. Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk.
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis).
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak
diraba dengan punggung tangan terasa panas.
2. Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih
untuk umur 2 -< 5 tahun.
b) Suhu tubuh lebih dari 39°C.
c) Tenggorokan berwarna merah.
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
3. Gejala dari ISPA berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut :
a) Bibir atau kulit membiru.
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
d) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
f) Tenggorokan berwarna merah.

4. Patofisiologi
Patofisiologi ISPA Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah
penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal
akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar
sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang
efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun
partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan
gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah
terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat
infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu
keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2
(polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan
dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat
di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap
rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri,
sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi
setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A.
Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi
ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi
pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena
infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika
atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen,
limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
Invasi kuman

Peradangan pada saluran Perubahan


Inflamasi
pernafasan status

Merangsang pengeluaran zat-zat


Kuman melepas
seperti mediator kimia bradykinin Kurang
endotoksin
, pengetahuan
serotinin, histamine, dan prostaglandin

Merangsang tubuh untuk Stressor bagi kilen dan


Nocisepter melepas zat pirogen oleh
leukosit keluarga tentang penyakit

Spina cord Hipotalamus Koping tidak efektif


kebagian
termoregulator
Korteks serebri
Kesiapan
peningkatan koping
Hipertermi keluarga

Thalamus

Ketidakefektifan pola
nafas Nyeri Akut
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISPA Terapi untuk ISPA atas tidak selalu dengan
antibiotik karena sebagian besar kasus ISPA atas disebabkan oleh virus. Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas yang disebabkan oleh virus tidak
memerlukan antiviral, tetapi cukup dengan terapi suportif.
a) Terapi Suportif Berguna untuk mengurangi gejala dan meningkatkan
performa pasien berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin.
b) Antibiotik Hanya digunakan untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri, idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab, utama ditujukan
pada pneumonia, influenza, dan aureus. (Kepmenkes RI, 2011).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data
secara terus-menerus terhadap keluarga yang dibinanya.
1. Pengumpulan Data.
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan
metode wawancara, observasi misalnya tentang keadaan/fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to too dan
telahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear dan lain
sebagainya.
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah :
1. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a. Nama kepala keluarga (KK).
b. Alamat dan telepon.
c. Pekerjaan kepala keluarga.
d. Pendidikan kepala keluarga.
e. Komposisi keluarga dan genogram.
Komposisi keluarga
Menjelaskan anggota keluarga yang di identifikasikan sebagai bagian dari
keluarga mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan penghuni rumah tangga,
tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Bentuk komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga
yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain
sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian
mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut,
tempat tanggal lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan.
Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelsi keluarga (pohon keluarga). Genogram merupakan alat pengkajian
informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga, riwayat dan sumber -
sumber keluarga. Diagram ini menggambarkan hubungan vertikal (lintas
generasi) dan horizontal (dalam generasi yang sama) untuk memahami
kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola penyakit. Untuk hal tersebut,
maka genogram keluarga harus memuat informasi tiga generasi (keluarga inti
dan keluarga masing-masing orang tua).
f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebut.
g. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
h. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
j. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan
menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivtas
rekreasi.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan samadengan pemeriksaan fisik klinik (Padila, 2012).
1. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkaijian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada (Padila, 2012).

2. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah
keperawatan yang di dapat dari data-data pada pengkajian yang
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian fungsi
perawat keluarga (Padila, 2012).
Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (Problem,
Etiologi, dan Simptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan
masalah SDKI, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan
lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah (Padila,
2012).
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa
keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), resiko
(ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (wellness).
(Tabel Skala prioritas masalah keluarga)
No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat masalah : Sifat masalah diagnosis keperawatan di atas merupakan sejahtera, karena keluarga
Aktual (tidak/ kurang sehat) 3 2/3 x 1 = 1 dan klien mengetaui kondisi yang dialami Tn. J dan sedikit memahami tentang
Ancaman kesehatan 2 1 kondisi Tn. J saat ini
Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat di Dalam keluarga Tn. J ini cenderung lebih mudah dalam kriteria mudah di ubah,
ubah : 2 2/2 x 2 = 2 karena anggota keluarga yang lainnya mampu dalam memahami arahan yang
Mudah 1 2 diberikan oleh perawat kepada keluarga dan klien
Sebagian 0
Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah Potensial masalah dapat dicegah dari masalah diatas yaitu tinggi, karena keluarga
: 3 3/1 x 1 = 3 memiliki pola komunikasi yang baik, memudahkan untuk menyampaikan segala
Tinggi 2 1 informasi yang baik antar anggotanya
Cukup 1
Rendah

Menonjolnya masalah keperawatan ini tidak dirasakan oleh seluruh anggota


4. Menonjolnya masalah skala : 2/1 x 1 = 2 keluarga, melainkan hanya dirasakan oleh salah satu anggota yang mengalami
Masalah berat, harus segera 2 masalah kesehatan.
ditangani 1 1
Ada masalah tetapi tidak perlu 0
ditangani
Masalah tidak dirasakan

JUMLAH 8
Cara melakukan skoring adalah :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikali dengan bobot.
c. Jumlah skor untuk semua kriteria.
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
Dalam menentukan prioritas, banyak faktor yang mempengaruhi untuk kriteria
yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar (3) diberikan pada
tidak/ kurang sehat karna kondisi ini biasanya disadari dan dirasakan oleh
keluarga, ancaman kesehatan skor dua dan keadaan sejahtera skor satu (Padila,
2012).
Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan maslah dapat diubah perawat perlu
memperhatikan faktor-faktor :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
b. Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga.
c. Sumber daya peraswata dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan
waktu.
sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan
dukungan masyarakat.
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut :
a. Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu
ada.
c. Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
d. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah
masalah.
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut (Padila,
2012).
4. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
Definisi
Pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara
efektif dan menunjukan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan
dan keluarga.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a. Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup
sehat
b. Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan
Objektif
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a. Anggota keluarga mengidentifikasi pengalaman yang mengoptimalkan
kesejahteraan
b. Anggota keluarga berupaya menjelaskan dampak krisis terhadap
perkembangan
c. Anggota keluarga mengungkapkan minat dalam membuat kontak dengan
orang lain yang mengalami situasi yang sama
Objektif
(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
a. Kelainan genetik (mis. Sindrom down, fibrosis kistik)
b. Cedera traumatic (mis. Amputasi, cedera spinal)
c. Kondisi kronis (mis. Asma, AIDS, penyakit Alzheimer)

5. Intervensi
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengatasi masalah-masalah yang telah di identiffikasi dalam
diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien (Rohmah & Walid, 2017).
(Tabel Format rencana tindakan keperawatan).
Diagnosa Standar luaran keperawatan Standar intervensi keperawatan indonesia
keperawatan indonesia
Kesiapan Peningkatan Tujuan adalah : Perubahan Dukungan Koping Keluarga (I.09260)
Koping Keluarga perilaku keluarga yang di Observasi
harapkan oleh perawat 1. Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini;
setelah tindakan berhasil di Terapeutik
lakukan 1. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga;
Kriteria Hasil : 2. Diskusikan rencana medis dan perawatan;
Status Koping Keluarga 3. Fasilitasi memperoleh pengetahuan,
(L.09088) 4. Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/jika keluarga
1.Perasaan diabaikan 5 tidak dapat memberikan perawatan;
(menurun); Edukasi
2.Kekhawatiran tentang 1. Informasikan kemajuan pasien secara berkala;
anggota keluarga 5 2. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia;
(menurun); 3.Kemampuan Pelibatan Keluarga (I.14525)
memenuhi anggota keluarga Observasi
5 (menurun); 4.Komitmen 1. Identifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam perawatan;
pada perawatan/pengobatan Terapeutik
5 (menurun); 1. Ciptakan hubungan terapeutik pasien dengan keluarga dalam perawatan;
5.Komunikasi antara 2. Motivasi keluarga mengembangkan aspek positif rencana keperawatan;
anggota keluarga 5 3. Fasilitasi keluarga membuat keputusan keperawatan;
(menurun); 6.Kepuasan Edukasi
terhadap perilaku bantuan 1. Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga;
anggota keluarga lain 5 2. Informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga
(meningkat); 3. Anjurkan kelurga terlibat dalam perawatan;
7.Keterpaparan informasi 5
(meningkat);
Keterangan : Dukungan Kelurga Merencanakan Perawatan (I.13477)
1: Meningkat Observasi
2 : Cukup meningkat 1. Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga;
3 : Sedang Terapeutik
4 : Cukup menurun 1. Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya kesehatan; Edukasi
5 : Menurunt Keterangan: 1. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatn yang ada secara optimal
1: Menurun 2. Ajarkan cara perawatan yang bisa di lakukan keluarga;
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Jalil, 2018. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Karundeng Y.M, et al. 2016. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernafasan. Yogyakarta : Salemba Medika.

PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai