Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPARAWATAN PADA

KLIEN DENGAN TB PARU DI RUANG BOUGENVIL

DI RSU dr. H. KOESNADI BONDOWOSO

Disusun Oleh :

Vera Lusiana

19037140062

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien :


.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
....................................
Telah Dilaksanakan Pada Tanggal......................................Di Ruang
...................................... RSU..............................................

Asuhan Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada
Praktek Klinik Keperawatan III

..................., ............................. 2022


Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

.................................... ............................................

Kepala Ruangan

.....................................
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Pada Klien :


.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
....................................
Telah Dilaksanakan Pada Tanggal......................................Di Ruang
...................................... RSU..............................................

Laporan pendahuluan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada
Praktek Klinik Keperawatan III

..................., ............................. 2022


Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

.................................... ............................................
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Vera Lusiana

Ruangan : Bougenville

NO TANGGAL MATERI YANG DIKONSULTASIKAN PARAF CI


A. Konsep Medis

1. Definisi

Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru

melalui airbond infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai

focus primer dari ghon (Wijaya , Putri 2017).

Tuberkulosis (TB) Paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan Mycobakterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat menyerang hampir

seluruh organ tubuh manusia, tetapi sebagian besar menyerang organ paru.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit system pernafasan yang mengalami

peradangan pada paru-paru disebabkan oleh mycobakterium tuberkolosis.

2. Etiologi

Penyakit Tubercolosa Paru disebabkan oleh Mycibakterium Tuberkolosis,

yang mempunyai sifat :

1. Basil berbentuk batang

2. Bersifat aerob

3. Mudah mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 80°C)

4. Mudah mati terkena sinar ultra violet (matahari) serta tahan hidup

berbulan-bulan pada suhu kamar dan ruangan yang lembab.

3. Manifestasi Klinis

Gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1) Gejala respratorik

a) Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling

sering dikeluhkan.

b) Batuk darah

Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama klien

untuk meminta pertolongan kesehatan.


c) Sesak nafas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena

ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan

lain-lain.

d) Nyeri dada

Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini timbul

apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.

2) Gejala sistematis

a) Demam

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari

mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin

panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

b) Keluhan sistemis lain

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul

dalam beberapa minggusampai bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan

batuk, panas, dan sesak nafas.

4. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan TBC bertujuan untuk; menyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah relaps, menurunkan penularan ke orang lain, mencegah

terjadinya resistensi terhadap obat. Pengobatan membutuhkan waktu yang lama 6-8

bulan untuk membunuh kuman Dorman.

Terdapat 3 aktifitas anti TBC yaitu :

a. Obat bacterisidal : Isoniasid (INH), rifampisin, pirasinamid

b. Obat dengan kemampuan sterilisasi : rifampisin, PZA

c. Obat dengan kemampuan mencegah resistensi: rifampisin dan INH, sedangkan

etambutol dengan streptomisin kurang efektif.

5. Penatalaksanaan Penunjang

a) Bakteriologis dengan specimen dahak, cairan pleura, cairan serebrospinalis.


b) Dahak untuk menentukan BTA, specimen dahak SPS (sewaktu, Pagi,

sewaktu). Dinyatakan positip bila 2 dari 3 pemeriksaan tersebut ditemukan

BTA positip.

c) Foto thorax : Bila ditemukan 1 pemeriksaan BTA positip, maka perlu

dilakukan foto thorax atau SPS ulang, bila foto thorax dinyatakan positip

maka dinyatakan seseorang tersebut dinyatakan BTA positip, bila foto thorax

tidak mendukung maka dilakukan SPS ulang, bila hasilnya negatip berarti

bukan TB paru.

d) Uji Tuberkulin yaitu periksaan guna menunjukan reaksi imunitas seluler yang

timbul setelah 4 – 6 minggu pasien mengalami infeksi pertama dengan basil

BTA. Uji ini sering dengan menggunakan cara Mantoux test.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan data mengenai biodata klien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan

keluarga, riwayat pekerjaan dan kebiasaan dan pemeriksaan fisik.

1. Biodata klien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan) Umur klien dapat

menunjukan tahap perkembangan klien baik secara fisik maupun psikologi,

jenis kelamin dan pekerjaan juga berpengaruh terhadap terjadinya penyakit

yang diderita klien, dan tingkat pengetahuan klien terhadap penyakit yang

dideritannya.

2. Keluhan utama Keluhan utama ialah keluhan yang paling menganggu klien.

Keluhan utama digunakan untuk menentkan prioritas intervensi dan mengkaji

pengetahuan klien terhadap penyakitnya. Keluhan utama yang biasa timbul

ialah :

1) Batuk : batuk bisa menunjukkan adanya penyakit paru yang serius. fat

produktif / nonproduktif, jika produktif apakah sputum bercampur darah.

2) Peningkatan produksi sputum Sputum adalah substansi yang keluar

bersama dengan batuk atau bersihan tenggorok.


3) Dispnea Adalah suatu persepsi kesulitan bernafas / nafas pendek dan

merupakan perasaan subjektif klien.

4) Hemoptysis Adalah batuk yang bercampur darah.

5) Mengi.

3. Riwayat kesehatan saat ini

Pengkajian yang dilakukan dimulai dengan perawat menanyakan tentang

perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga alasan dibawa ke rumah

sakit, seperti sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali

keluhan dirasakan, bagamana sifat dan hebatnya keluhan yang dirasakan,

dimana pertama kali keluhan di rasakan, apa yang dilakukan ketika keluhan

tersebut timbul, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan,

usaha apa yang dilakukan untuk mengurangi keluhan tersebut apakah usaha

yang dilakukan berhasil.

4. Riwayat kesehatan masa lalu

Tanyakan klien tentang pengobatan masalah pernapasan sebelumnya. Kaji

pula kapan kapan penyakit terjadi dan waktu perawatannya. Tanyakan apakah

klien pernah melakukan pemeriksaan rongten dan kapan terakhir dilakukan.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Perlu dicari apakah riwayat keluarga memberikan faktor predisposisi seperti

adanya riwayat sesak napas, batuk lama, batuk darah dari anggota keluarga

yang lain. Adanya penyakit darah tinggi dan kencing manis dapat

memperberat keluhan penderita

6. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan Perawat harus menanyakan bagaimana

lingkungan kerja klien dan juga kebiasaan sosial yang dilakukannya. Seperti

menanyakan kebiasaan merokok, menanyakan apakah pekerjaan penuh stress,

apakah lingkungan dipenuhi dengan polusi udara dan lain sebagainya

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

2. Pola Nafas Tidak Efektif

3. Nyeri Akut
4. Hipertermi

5. Defisit Nutrisi

6. Intoleransi Aktivitas

7. Resiko Infeksi

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk

mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Penyebab :

Fisiologis :

1. Spasme jalan napas.

2. Hipersekresi jalan napas.

3. Disfungsi neuromuskuler.

4. Benda asing dalam jalan napas.

5. Adanya jalan napas buatan.

6. Sekresi yang tertahan.

7. Hiperplasia dinding jalan napas.

8. Proses infeksi .

9. Respon alergi.

10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi).

Situasional :

1. Merokok aktif.

2. Merokok pasif.

3. Terpajan polutan.

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif : tidak tersedia.

Objektif :

1. batuk tidak efektif

2. tidak mampu batuk.

3. sputum berlebih.
4. Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.

5. Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Dispnea.

2. Sulit bicara.

3. Ortopnea.

Objektif :

1. Gelisah.

2. Sianosis.

3. Bunyi napas menurun.

4. Frekuensi napas berubah.

5. Pola napas berubah.

Kondisi Klinis Terkait

1. Gullian barre syndrome.

2. Sklerosis multipel.

3. Myasthenia gravis.

4. Prosedur diagnostik (mis. bronkoskopi, transesophageal echocardiography

[TEE] ).

5. Depresi sistem saraf pusat.

6. Cedera Kepala

7. Stroke

8. Kuadriplegia

9. Sindron aspirasi mekonium

10. Infeksi saluran Napas

Tujuan dan Kriteria Hasil

Bersihan JalanNafas (L.01001)

1. Bersihan sputum 5 menurun

2. Rochi 5 menurun

3. Gelisah 5 menurun
4. Frekuensi nadi 5 membaik

SIKI RASIONAL
ManajemenJalanNafas (I. 01011)
Observasi
1. Monitor polanapas (frekuensi, 1. Mengetahui frekuensi, kedalaman,
kedalaman, usahanapas) irama pernafasan
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. 2. Ronki dan weezing menyertai sional
Gurgling, mengi, weezing, obstruksi jalan napas / kegagalan
ronkhikering) napas
Teraupeutik 3. memudahkan klien untuk batuk
4. untuk memaksimalkan bernafas
3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu 5. terhindar dari dehitdrasi
4. Berikanoksigen, jikaperlu 6. kolaborasi pemberian obat dengen
dokter
Edukasi :
5. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jikatidakkontraindikasi.
Kalaborasi .
6. Kolaborasipemberianbronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jikaperlu.

2. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)

Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab

1. Depresi pusat pernapasn

2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernapasan)

3. Gangguan neuromuscular

4. Penurunan energi

5. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

6. Sindrom hipoventilasi

7. Kecemasan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Dispnea

Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernapasan

2. Fase ekspirasi memanjang

3. Pola nafas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,

Cheyne-stokes)

Gejala dan Tanda Manor

Subjektif
1. Ortopnea

Objektif

1. Pernapasan pursed-lip

2. Pernapasan cuping hidung ‘

3. Diameter thoraks anterior – posterior meningkat

4. Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekanan ekspirasi menurun

7. Tekanan inspirasi menurun

8. Ekskursi dada berubah

Kondisi Klinis Terkait

1. Depresi sistem saraf pusat

2. Cedera kepala

3. Trauma thoraks

4. Gullian barre syndrome

5. Multiple sclerosis

6. Myasthenia gravis

7. Stroke

8. Kuadriplegia

9. Intoksikasi alkohol

SLKI SIKI
Pola napas L.01004 Manajemen Jalan Napas (I.01011)
1. Dispnea Observasi :
2. Penggunaan otot bantu 1. Monitor pola napas
napas 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
3. Frekuensi napas wheezing, ronkhi kering)
Terapeutik :
3. Posisikan semi fowler atau fowler
4. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
5. Ajarkan batuk efektif

3. Nyeri Akut

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas

ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.


Penyebab

1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)

2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat

berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan

Gejala dan Tanda Mayor

subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

gejala dan Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. pola napas berubah

3. nafsu makan berubah

4. proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaforesis

Kondi Klinis Terkait

1. Kondisi pembedahan

2. Cedera traumatis

3. Infeksi

4. Sindrom koroner akut


5. Glaukoma

Tujuan dan Kriteria Hasil

Tingkatan Nyeri

1. Keluhan Nyeri (5 Menurun )

2. Gelisah (5 Menurun )

3. Meringis (5 Menurun )

4. Kesulitan Tidur (5 Menurun )

SIKI RASIONAL
MANAJEMEN NYERI
Observasi Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, 1. Mengetahuilokasi, karakteristik durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 2. mengetahui skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat 3. Mengetahui faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri dan memperingan nyeri
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk 1. Untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, TENS, hipnosis, akupresur, terapi
hipnosis, akupresur, terapi musik, musik, biofeedback, terapi pijat,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, aromaterapi, teknik imajinasi
teknik imajinasi terbimbing, kompres terbimbing, kompres hangat dingin,
hangat dingin, terapi bermain terapi bermain
2. Kontrol lingkungan yang memperberat 2. lingkungan yang memperberat rasa
rasa nyeri (mis. suhu ruangan, nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan) pencahayaan, kebisingan)
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu 1. Mengetahui tentang penyebab,
nyeri periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Mengetahui strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara Kolaborasi
Kolaborasi 1. Mengurangi rasa nyeri pada klien
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

4. Hipertermia

Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh

Penyebab

1. Dehidrasi

2. Terpapar lingkungan panas

3. Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)

4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5. Peningkatan laju metabolisme

6. Respon trauma

7. Aktivitas berlebihan

8. Penggunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. (tidak tersedia)

Objektif

1. Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. (tidak tersedia)

Objektif

1. Kulit merah

2. Kejang

3. Takikardi

4. Takipnea

5. Kulit terasa hangat

Kondisi Klinis Terkait

1. Proses infeksi

2. Hipertiroid

3. Stroke

4. Dehidrasi

5. Trauma

6. Prematuritas

Tujuan dan Kriteria Hasil

Termoregulasi:

1. Menggigil (5 menurun )

2. Takikardi (5 menurun )

3. Pucat (5 menurun )

4. Suhu tubuh (5 membaik )


SIKI RASIONAL
MANAJEMEN HIPERTERMI
Observasi Observasi
1. Identifiksi penyebab hiperermi (ms 1. Untuk mengetahui penyebab
dehidrasi, terpapar lingkungan ) hiperermi (ms dehidrasi, terpapar
2. Monitor suhu tubuh lingkungan )
Terapeutik 2. Mengetahui suhu tubuh
1. Sediakan lingkungan yang dingin Terapeutik
2. Lakukan pendingan 3. Agar lingkungan yang dingin
ektsernal(kompres dingin ) 4. Mengurangin terjadinya hipertermi
Edukasi
1. Anjurkan tira baring Edukasi
Kalaborasi 1. Agar klien istirahat
2. kalaborasi pemberian cairan dan Kalaborasi
elektrolit 2. mencegah terjadinya hipertermi

5. Defisit Nutrisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab:

1. Ketidakmampuan menelan makanan

2. Ketidakmampuan mencerna makanan

3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

4. Peningkatan kebutuhan metabolisme

5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)

6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif :

1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal .

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Cepat kenyang setelah makan

2. Kram/nyeri abdomen

3. Nafsu makan menurun .

Objektif :

1. Bising usus hiperaktif

2. Otot pengunyah lemah

3. Otot menelan lemah

4. Membran mukosa pucat


5. Sariawan

6. Serum albumin turun

7. Rambut rontok berlebihan

8. Diare

Kondisi Klinis terkait :

1. Stroke

2. Parkinson

3. Mobius syndrome

4. Celebral palsy

5. Cleft lip

6. Cleft palate

7. Amyotropic lateral sclerosis

8. Kerusakan neuromuskular

9. Luka bakar

10. Kanker

11. Infeksi

12. AIDS

13. Penyakit Crohn’s

14. Enterokolitis

15. Fibrosis kistik

Tujuan dan Kriteria Hasil

Status Nutrisi

1. Porsi makanan yang dihabiskan (5 meningkat )

2. Asuhan nutrisi yang tepat (5 meningkat )

3. Nafsu Makan (5 meningkat )

SIKI RASIONAL
MANAJEMEN NUTRISI
Observasi Observasi
1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 2. Mengetahui alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai 3. Mengetahui makanan yang disukai
4. Monitor berat badan 4. Mengetahui berat badan
Terapeutik Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika 1. Klien terlihat bersih
perlu 2. Untuk mencegah terjadinya konstipasi
2. Berikan makan tinggi serat 3. Nafsu makan bertamabah
untuk mencegah konstipasi Kolaborasi
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu 1. Untuk mengeurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),

6. Intoleransi Aktivitas

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari

Penyebab

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2. Tirah baring

3. Kelemahan

4. Imobilitas

5. Gaya hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat/setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukan iskemia

4. Sianosis

Kondisi Klinis Terkait

1. Anemia

2. Gagal jantung kongesif

3. Penyakit jantung koroner


4. Penyakit katup jantung

5. Aritmia

6. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)

7. Gangguan metabolik

8. Gangguan muskuloskeletal

Tujuan an Kriteria Hasil

Toleransi Aktivitas

1. Frekensi Nadi (5 Meningkat )

2. Keluhan Lelah (5 Menurun)

3. perasaan Lemah (5 Menurun )

SIKI RASIONAL
MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
Observasi
1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang 1. Untuk mengetahui gangguan fungsi
mengakibatkan kelelahan tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor pola dan jam tidur 2. Untuk mengetahui pola dan jam tidur
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan 3. Untuk mengetahui lokasi dan
selama melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama melakukan
Terapeutik aktivitas
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah Terapeutik
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) 1. lingkungan nyaman dan rendah
2. Berikan aktivitas distraksi yang stimulus (mis. cahaya, suara,
menyenangkan kunjungan)
3. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika 2. Agar aktivitas distraksi yang
tidak dapat berpindah atau berjalan menyenangkan
Edukasi 3. Agar duduk di sisi tempat tidur, jika
1. Anjurkan tirah baring tidak dapat berpindah atau berjalan
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara Edukasi
bertahap 1. Agar klien istirahat yang cukup
Kolaborasi 2. Untuk melakukan aktivitas secara
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara bertahap
meningkatkan asupan makanan Kolaborasi
1. Agar mengetahui gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

7. Risiko Infeksi

Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

Faktor Risiko

1. Penyakit kronis (mis. diabetes. melitus).

2. Efek prosedur invasi.

3. Malnutrisi.

4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.

5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :

 Gangguan peristaltik,
 Kerusakan integritas kulit,

 Perubahan sekresi pH,

 Penurunan kerja siliaris,

 Ketuban pecah lama,

 Ketuban pecah sebelum waktunya,

 Merokok,

 statis cairan tubuh.

6. Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder :

 Penurunan homolobin,

 Imununosupresi,

 Leukopenia,

 Supresi respon inflamasi,

 Vaksinasi tidak adekuat.

Kondisi Klinis Terkait

1. AIDS.

2. Luka bakar.

3. Penyakit paru obstruktif.

4. Diabetes melitus.

5. Tindakan invasi.

6. Kondisi penggunaan terapi steroid.

7. Penyalahgunaan obat.

8. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW).

9. Kanker.

10. Gagal ginjal.

11. Imunosupresi.

12. Lymphedema.

13. Leukositopedia.

14. Gangguan fungsi hati.

Tujuan dan Kriteria Hasil

Tingkat Infeksi
1. kebersihan badan (5 meningkat )

2. kemerah (5 menurun)

3. nyeri (5 menurun )

4. bengkak (5 menurun )

SIKI RASIONAL
Edukasi Pencegahan Infeksi
Observasi
1. Periksa kesiapan dan kemampuan 1. agar klien siap dalam menerima
menerima informasi informasi
Terapeutik 2. Mengetahui tentang faktor-faktor
1. Siapkan materi, media tentang faktor- penyebab, cara identifikasi dan
faktor penyebab, cara identifikasi dan pencegahan risiko infeksi di rumah sakit
pencegahan risiko infeksi di rumah maupun di rumah
sakit maupun di rumah 3. Mengetahui tenntang tanda dan gejala
2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi lokal dan sistemik
lokal dan sistemik 4. Mencegah terjadinya infeksi
3. Anjurkan mengikuti tindakan 5. Mengetahuin cara memeriksa kondisi
pencegahan sesuai kondisi luka atau luka operasi
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka 6. Mecegah penularan infeksi dengan cara
atau luka operasi mencuci tangan
5. Ajarkan cara mencuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

Barhrul dkk (2016) Medikal Keperawatan 1. Jakarta Kemenkes Indonesia

PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta DPPP PPNI

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta DPPP PPNI

PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta DPPP PPNI

Jaya Hewati dkk 2017. Faktor- faktor yang Berhubungan Dengan Tubercolosis Paru.

Poltekes Kemenkes Palembang

Wijaya, & Putri, . KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori

Dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika .

Anda mungkin juga menyukai