Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN CHF DIRUANG TERATAI

RSUD dr.KOESNADI BONDOWOSO

Oleh:

NOFIA HASANATUL M.P

19037140037

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN CHF

1. DEFINISI

Gagal Jantung/Gagal Jantung Kongestif / Congestive Heart Failure (CHF)

adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Digolongkan berdasarkan

sisi jantung yang terkena (jantung sisi kanan/kiri) atau siklus jantung yang terkena

(sistolik/diastolik). (Kasron, 2012)

Gagal jantung (congestive heart failure, CHF) adalah suatu kondisi

ketidakcukupan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, baik

pada saat istirahat ataupun aktivitas. CHF merupakan suatu sindrom klinis sebagai

respons terhadap kegagalan ventrikel, yang ditandai oleh kongesti pulmonar

dan/atau kongesti vena sistemik. (Shofia, 2014)

CHF adalah suatu kondisi di mana jantung mengalami kegagalan dalam

memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan

oksigen. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna

menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau

mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jan tung hanya mampu memompa

darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak

mampu memompa dengan kuat. (Egi yuda, 2008)

2. ETIOLOGI

Terdapat beberapa penyebab (etiologi) dari gagal jantung kongestif, yaitu:

1) Penyakit Jantung Koroner

2) Hipertensi

3) Serangan Jantung

4) Kardiomiopati
5) Aritmia jantung

6) Anemia

7) Kelainan Katup Jantung. ( eka apriyanti, DKK, 2021)

3. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer & Bare (2013), tanda dan gejala gagal jantung

dibedakan menurut:

1) gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Pada gagal jantung kiri

menimbulkan tanda dan gejala seperti kongesti pulmonal: dispnea atau

sulit bernafas; dispnea saat beraktifitas, ortopnea, Paroksimal Nortural

Dispnea (PND) atau mendadak terbangun karena dispnea dipicu oleh

timbulnya edema paru intertisial, batuk, sputum berbusa, krekles pada

kedua paru, oliguria dan nokturia, gangguan pencernaan, pusing, sakit

kepala, konfusi, gelisah, ansietas, kulit pucat atau dingin, dan takikardia.

2) gagal jantung kanan menimbulkan tanda dan gejala seperti kongesti pada

jaringan viseral dan perifer, edema ekremitas bawah, hepatomegali, asites,

kehilangan nafsu makan dan mual, lemah, peningkatan berat badan akibat

akumulasi cairan.
4. PATHWAY
5. PENATALAKSANAA MEDIS

Menurut Black dan Hawks (2014), penatalaksanaan medis untuk CHF yaitu:

mengurangi beban miokardial, dengan pemberian diuretik, menempatkan klien

pada posisi semi fowler untuk mengurangi dispnea, mengurangi retensi cairan,

retensi cairan dan natrium, pemberian obat inotropik, pemberian oksigen,

pemberian inhibitor ACE, dan mengurangi stress. (Egi komara, 2008)

6. PENATALAKSANAAN PENUNJANG

(Anisa rahmalia, DKK, 2006) Dilakukan untuk menemukan penyebab, menilai

beratnya penyakitdan memantau pengobatan:

1) Ekokardiografi: teknik esensial yang sederhana dan non invasif dalam

menegakkan diagnosis etiologi, keparahan dan menyingkirkan penyakit

katup jantung yang penting.

2) EKG: MI lama, hipertrofi ventrikel kiri (LVH, misalnya pada hipertensi,

stenosis aorta). Gambaran EKG yang normal sangat jarang dijumpai pada

CHF. Aritmia, misalnya fibrilasi atrium. Foto toraks: pembesaran jantung,

kongesti paru (garis Kerley B) atau edema paru.

3) Biokimiawi: elektrolit, fungsi ginjal, dan hematologi (anemia). Fungsi

tiroid.

4) Scan isotop nuklir: bermanfaat untuk pengukuran fraksi ejeksi yang akurat

(ventrikulografi isotop atau multiple-gated acquisi tion scans [MUGA])

atau miokardium yang tidak berfungsi (otot jantung masih ada, namun

tidak berkontraksi akibat stenosis koroner yang hebat pada arteri yang

memberi nutrisi, yang akan berkontraksi bila aliran darah membaik

misalnya dengan angio plasti transluminal perkutan [PTCA] atau cangkok

bypass arteri koroner (CABG]).

5) Kateterisasi jantung: pada semua gagal jantung yang penyebabnya tidak

diketahui untuk menyingkirkan penyakit jantung koroner kritis, atau untuk


menilai keparahan PJK dan pilihan pengobatan pada mereka yang

memiliki riwayat penyakit jantung iskemik (ischaemic heart disease

[IHD]).

6) Pencatatan EKG 24-jam untuk menilai adanya aritmia

7. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian pada klien dengan gagal jantung merupakan salah satu aspek

penting dapam proses keperawatan. Hal ini untuk merencanakan tindakan

lanjutnya. Perawat mengumppulkan data dasar mengenai informasi status

terkini klien tentang pengkajiaan sistem kardiovaskuler sebagai prioritas

pengkajian. Pengkajian sistematis pasien mencangkup riwayat yang

cermat, khususnya yang berhubungan dengan gambaran gejala. Tanda dan

gejalan yang muncul pada klien Congestive Heart Failure (CHF) antara

lain dyspnea, batuk, mudah lelah, insomnia, kegelisahan, edema

ekstremitas dan anoreksia.

2) Identitas Meliputi: nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, suku/ bangsa, agama, tanggal masuk rs, tanggal pengkajian,

nomor medrec, diagnosa medis dan alamat.

3) Riwayat kesehatan Keluhan utama yang paling sering manjadi alasan klien

meminta pertolongan kesehatan, meliputi:

a. Dispnea

Keluhan dispnea atau sesak nafas merupakan manifestasi kongesti

pulmonalis skunder dan kegagalan ventrikel kiri dalam melakukan

kontraktilitas sehingga akan m engurangi curah secukupnya.

b. Kelemahan fisik

Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan

dalam melakukan aktivitas.


c. Edema sistematik Tekanan arteri paru dapat meningkatkan respons

terhadap peningkatan kronis terhadap vena paru.

4) Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama

dilakukan dengan melanjutkan serangkaian pertanyaan mengenai

kelemahan fisik klien.

5) Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mngkaji

apakah sebelumya klien pernah menderita nyeri dada khas infark

miokardium, hipertensi, DM dan hiperlipidemia

6) Riwayat keluarga

Perawat menanyakan tentang pakit yang pernah dilami anggota keluarga,

serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian

juga ditanyakan.

7) Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya

didapatkan kesadaran yang komposmetis dan akan berubah sesuai

tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat. TTV

normal.

b. Pemeriksaan persistem

1. Sistem pernafasan: Pengkajian yang didapat adanya tanda, kongesi

vaskuler pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea nokturnal

proksimal, batuk dan edema pulmonal akut dan retraksi dinding

dada.

2. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi: adanya parut pada dada, kelemahan fisik, dan adanya

edema ekstremitas.
Palpasi: oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan

respon awal jantung terhadap stress, sinus takikardia mungkin

dicurigai dan sering ditemukan pada pemeriksaan klien dengan

kegagalan pompa jantung.

Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan

volume sekuncup.

Perkusi: batas jantung pergeseran yang menunjukan adanya

hipertrofi jantung

3. Sistem persyarafan Kesadaran biasanya composmetis, didapatkan

sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. pengkajian

objektif klien: wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan

menggeliat.

4. Sistem pencernaan Klien biasanya didapatkan mual dan muntah,

penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena dan statis vena di

dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan.

5. Sistem endokrin Melalui auskultasi, pemeriksaan dapat

mengdengar bising. Bising kelenjer tiroid menunjukkan

peningkatan vaskulariasis akibat hiperfungsi tiroid.

6. Sistem integumen Pemeriksaan wajah pada klien bertujuan

menemukan tanda – tanda yang menggambarkan kondisi klien

terkait dengan penyakit jantung yang di alaminya.

7. Sistem mukulusskeletal Kebanyakan klien yang mengalami

Congestive Heart Failure juga mengalami penyakit vaskuler atau

edema perifer. Pengkajian sistem muskuluskeletal pada gangguan

kardiovaskuler CHF, mungkin di temukan kelemahan fisik,

kesulitan tidur, aktifitas terbatas pan personal hygine. (Muttaqin,

2009)
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

Definisi

Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu

metabolisme tubuh

Penyebab

1. Hiperglikemia

2. Penurunan konsentrasi hemoglobin

3. Peningkatan tekanan darah

4. Kekurangan volume cairan

5. Penurunan aliran arteri dan/atau vena

6. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis merokok gaya

hidup monoton, Irauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)

7. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis diabetes melitus,

hiperlipidemia)

8. Kurang aktivitas fisik

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Pengisian kapiler >3 detik

2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba

3. Akral teraba dingin

4. Warna kulit pucal


5. Turgor kulit menurun

2) Penurunan curah jantung (D.0008)

Definisi
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

Penyebab
1. Perubahan irama jantung
2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan kontraktifitas
4. Perubahan preload
5. Perubahan afterload

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Perubahan irama jantung
1) Palpitasi
Objektif
1) Penurunan irama jantung
a. Bradikardia/takikardia
b. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi

Subjektif
2. Perubahan preload
1) Lelah
Objektif
2. Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun
4) Hepatomegali

Subjektif
3. Perubahan afterload
1) Dispnea
objektif
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah 3) Capillary refill time >3 detik
3) Oliguria
4) Warna kulit pucat dan/atau sianosis

Subjektif
4. Perubahan kontrakulitas
1) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
2) Ortopnea
3) Batuk
Objektif
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4
2) Ejection fraction (EF) menurun

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Perubahan preload
(tidak tersedia)
Objektif
1. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun

Subjektif
2. Perubahan afterload
(tidak tersedia)
Objektif
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular resistance (PVR) meningkat/menurun
2) Systemic vascular resitance (SVR) meningkat/menurun.

Subjektif
3. Perubahan kontraktitas
(tidak tersedia)
Objektif
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI) menurun
2) Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun
3) Stroke volume index (SVI) menurun

Subjektif
4. Perilaku/emosional
1) Cemas
2) Gelisah
Objektif
4. Perilaku/emosional
(tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


1. Gagal jantung kongestif
2. Sindrom koroner akut
3. Stenosis mitral
4. Regurgitasi mitral
5. Stenosis aorta
6. Regurgitasi aorta
7. Stenosis trikuspidal
8. Regurgitasi trikuspidal
9. Stenosis pulmonal
10. Regurgitasi pulmonal
11. Aritmia
12. Penyakit jantung bawaan

3) Hipervolemia (D.0022)
Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskular interstisial, dan/atau intraselular

Penyebab
1. Gangguan mekanisme regulasi
2. Kelebihan asupan cairan
3. Kelebihan asupan natrium
4. Gangguan aliran balik vena
5. Efek agen farmakologis (mis, kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarbamazepine)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Orlopnea
2. Dispnea
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

Objektif
1. Edema anasarka dan/atau edema perifer
2. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure (JVP) dan/atau Cental Venous Pressure (CVP)
meningkat
4. Refleks hepatojugular positif

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
1. Distensi vena jugularis
2. Terdengar suara napas tambahan
3. Hepatomegali
4. Kadar Hb/Ht turun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
7. Kongesti paru

Kondisi Klinis Terkait


1. Penyakit ginjal gagal ginjal akut/kronis, sindrom nefrotik
2. Hipoalbuminemia
3. Gagal jantung kongestif
4. Kelainan hormon
5. Penyakit hati (mis sirosis, asites, kanker hali)
6. Penyakit vena perifer (mis, varises vena, trombus vena, plebitis)
9. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI & SLKI)

1) Perfusi perifer tidak efektif

SLKI: perfusi perifer (L.02011)

1. Denyut nadi perifer 5 meningkat

2. Warna kulit pucat 5 menurun

3. Nyeri ekstermitas 5 menurun

4. Akral 5 membaik

5. Turgor kulit 5 membaik

Rencana intervensi Rasional


Perawatan sirkulasi (I.02079) 1. Sirkulasi perifer dapat
Observasi menunjukkan tingkat
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, keparahan penyakit
edema, pengisian kapiler, warna, suhu, 2. Mengetahui faktor
anklebrachial index) yang mengganggu
2. Identifikasi faktor gangguan sirkulasi (mis, sirkulasi
diabetes, perokok, orangtua, hipertensi, dan 3. Mengetahui dan
kadar kolesterol tinggi) mengontrol panas
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau kemerahan, nyeri,
bengkak pada ekstermitas atau bengkak pada
Terapeutik ekstermitas
4. Lakukan perawatan kaki dan kuku 4. Agar
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada 5. Menghindari nyeri
ekstermitas dengan keterbatasan perfusi pada pasien
Edukasi 6. Agar tekanan darah
6. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan dapat terkontrol
darah secara teratur secara efektif

2) Penurunan curah jantung


SLKI: Curah jantung (L.02008)
a) Bradikardia 5 meningkat
b) Takikardia 5 meningkat
c) Gambaran EKG aritmia5 meningkat
d) Lelah5 meningkat
e) dispnea5 meningkat
Rencana intervensi Rasional
Perawatan jantung (I.02075) 1. Mengetahui tanda dan
Observasi gejala dari penurunan
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, 2. Mengetahui tekanan
edema, ortopnea, paroxymal nocturnal darah pasien
dyspnea, peningkatan CVP) 3. Mengetahui saturasi
2. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan oksigen pasien
darah ortostatik, jika pertu) 4. Mengetahui nyeri
3. Monitor saturasi oksigen yang dirasakan pasien
4. Monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas, 5. Agar pasien merasa
lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang nyaman
mengurangi nyeri) 6. Agar memudahkan
Terapeutik untuk menuntaskan
5. Posisikan pasien semi fowler/fowler dengan aktivitas
kaki ke bawah atau posisi nyaman 7. Agar tidak semakin
Edukasi parah
6. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap 8. Untuk mengetahui
7. Anjurkan berhenti merokok berat badan pasien
8. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian antiaritmmia, jika perlu

3) Hipervolemia

SLKI: keseimbangan cairan (L.03020)

1. Haluaran urin 5 meningkat

2. Kelembapan membran mukosa 5 meningkat

3. Edema 5 menurun

4. Tekanan darah 5 membaik


Rencana intervensi Rasional
Manajemen hipervolemia (L.03114) 1. Mengetahui tanda dan
Observasi gejala hipervolemia
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. 2. Mengetahui penyebab
Ortoneaa, dipsnea, edema, JVP/CVP hipervolemia
meningkat, refleks hepatojugular positif, suara 3. Mengetahui statys
napas tambahan hemodinamika
2. Identifikasi penyebab hipervolemia 4. Mengetahui intake
3. Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi dan output pasien
jantung, tekanan darah) 5. Agar mengetahui
4. Monitor intake dan output cairan berat badan pasien
Terapeutik 6. Agar dapat
5. Timbang berat badan setiap hari pada waktu mengetahui BB
yang sama pasien
Edukasi 7. Untuk mentukan
6. Anjurkan melapor jika BB bertambah>1kg kehilangan cairan
dalam sehari tiba-tiba/berlebih
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian diuretik

4) Intoleransi Aktivitas (D.0056)

Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2. Tirah baring

3. Kelemahan

4. Imobilitas

5. Gaya hidup monoton

Gejala dan tanda Mayor

Subjektif
1. Mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat lebih 20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat atau setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat atau setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4. Sianosis

Kondisi klinis terkait

1. Anemia

2. Gagal jantung kongestif

3. Penyakit jantung koroner

4. Penyakit katup jantung

5. Aritmia

6. Penyakit paru obstruktif kronis PPOK

7. Gangguan metabolik

8. Gangguan musculoskeletal

1. Gangguan Eliminasi Urine (D.0149)

Definisi

Disfungsi eliminasi urine

Penyebab

1. Penurunan kapasitas kandung kemih


2. Iritasi kandung kemih

3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih

4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal, operasi saluran

kemih, anestesi, dan obat-obatan)

5. Kelemahan otot pelvis

6. Ketidakmampuan mengakses tollet (mis. imobilisasi)

7. Hambatan lingkungan

8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi

9. Out'et kandung kemih tidak lengkap (mis. anomall saluran kemih

kongenltal)

10. Imaturtas (pada anak usla < 3 tahun)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Desakan berkemih (Urgensi)

2. Urin menetes (dnibbling)

3. Sering buang air keci

4. Nokturia

5. Mengompol meningkat

6. Enuresis

Objektif

1. Distensi kandung kemih

2. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)

3. Volume residu urin meningkat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait

1. Infeksi ginjal dan saluran kemih

2. Hiperglikemi

3. Trauma

4. Kanker

5. Cedera/tumorinfeksi medula spinalis

6. Neuropati diabetikum

7. Neuropati alkoholik

8. Stroke

9. Parkinson

10. Skelorosis multipel

11. Obat alpha adrenergic

SLKI : Toleransi Aktivitas

1. Frekuensi nadi

2. Saturasi oksigen

3. Sispnea saat aktivitas

RENCANA INTERVENSI RASIONAL

Manajemen energi 1. Mencegah kekakuan sendi,

1. Monitor kelelahan fisik dan kelelahan.

emosional 2. Lingkungan yang nyaman

2. Sediakan lingkungan nyaman membuat pasien rileks

dan rendah stimulus 3. Meningkatkan kenyamanan

(mis.cahaya, suara, kunjungan) istirahat serta dukungan

3. Anjurkan tirah baring fisiologis

4. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Mempercepat proses

tentang cara meningkatkan penyembuhan

asupan maknan
5) Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)

Definisi

Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab

1. Depresi pusat pernapasan

2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot

pernapasan)

3. Deformitas dinding dada

4. Deformitas tulang dada

5. Gangguan neuromuscular

6. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram (EEG) positif, cedera

kepala, gangguan kejang)

7. Imaturitas neurologis

8. Penurunan energi

9. Obesitas

10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

11. Sindrom hipoventilasi

12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)

13. Cedera pada medulla spinalis

14. Efek agen farmakologis

15. Kecemasan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Dispnea

Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernapasan

2. Fase ekspirasi memanjang


3. Pola nafas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,

Cheyne-stokes)

Gejala dan Tanda Manor

Subjektif

1. Ortopnea

Objektif

1. Pernapasan pursed-lip

2. Pernapasan cuping hidung

3. Diameter thoraks anterior – posterior meningkat

4. Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekanan ekspirasi menurun

7. Tekanan inspirasi menurun

8. Ekskursi dada berubah

Kondisi Klinis Terkait

1. Depresi sistem saraf pusat

2. Cedera kepala

3. Trauma thoraks

4. Gullian barre syndrome

5. Multiple sclerosis

6. Myasthenia gravis

7. Stroke

8. Kuadriplegia

9. Intoksikasi alkohol

SLKI : Pola Napas

a) Dispnea

b) Pernafasan cuping hidung

c) Frekuensi napas
RENCANA INTERVENSI RASIONAL

Manajemen jalan napas 1. Mengetahui frekuensi, kedalaman,

1. Monitor pola napas irama pernapasan

2. Posisikan semi fowler atau 2. Membantu memaksimalkan ekspansi

fowler paru

3. Berikan oksigen jika perlu 3. Memaksimalkan bernapas

4. Ajarkan batuk efektif 4. Membantu mengeluarkan sekresi dan

mempertahankan jalan napas

Anda mungkin juga menyukai