Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA

DIAGNOSA TB PARU

NAMA : FRISKILIA TUKAN

NIM : 19026

YAYASAN KASIH BUNDA KALALEMBANG

AKADEMI KEPERAWATAN RANTEPAO

PROGRAM DIPLOMA III

TANA TORAJA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat-Nya, karena atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga Kami mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini Kami susun
untuk menjelaskan mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA
DIAGNOSA TB PARU’

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing, teman-


teman dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu karena telah
membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi Kami penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya. Kami menyadari sepenuhnya Kami
hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kekurangan, begitu juga dengan
makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun tentunya sangat kami harapkan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1. Latar belakang.....................................................................................1
2. Rumusan masalah................................................................................2
3. Tujuan masalah ...................................................................................3
4. Manfaat................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................4

1. Definsi lansia......................................................................................4
2. Batasan lansia......................................................................................4
3. ciri-ciri lansia......................................................................................5
4. Perubahan akibat proses menua...........................................................6
5. pendekatan perawatan lansia................................................................8
6. Defenisi dari TB paru ..........................................................................9
7. etiologi TB Paru...................................................................................9
8. patofisiologi TB paru ..........................................................................9
9. manifestasi klinis TB Paru ..................................................................9
10. pemeriksaan fisik TB Paru .................................................................10
11. pemeriksaan diagnostic TB paru.........................................................10
12. penatalaksanaan TB paru....................................................................10
13. prognosis TB paru...............................................................................12
14. Konsep Dasar Asuhan keperawatan ...................................................12

BAB III TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian...........................................................................................21
2. Diagnosa keperawatan .......................................................................29
3. Rencana keperawatan..........................................................................29

iii
BAB IV PENUTUP........................................................................................33

1. Kesimpulan ...........................................................................................33
2. Saran .....................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu indicator keberhasilan pembangunan adalah semakin
tingginya usia harapan hidup penduduk. Menurut data world Bank pada
tahun 2010 ditemukan serbagai variasi data UHH, diantaranya Australia
82 tahun. Australia 80 tahun, Belgia 80 tahun, Canada 80 tahun, hongkong
dan china 83 tahun, sedangkan Indonesia usia harapan hidup Indonesia
tetap 69 tahun. Menurut kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2012)
usia harapan hidup di Indonesia sendiri termasuk cukup tinggi yaitu 71
tahun (yuda et al, 2015).
Tuberkolosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global utama.
Hal ini menyebabkan kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap
tahun dan peringkat kedua sebagai penyebab utama kematian dan penyakit
menular di seluruh dunia, setelah Human kematian dari penyalit menular
diseluruh dunia. Setelah Human immunodefecieney Virus, kelima Negara
dengan jumlah terbesar dari insiden kasus tahun 2011 adalah india (2,0
juta-2,5 juta), cina (900.00-1.100.000), afrika selatan (0,4-0,6 juta)
Indonesia (400-500.000) dan Pakistan (300.000-500.000) (WHO,2015).
Menurut Kementriaan Kesehatan Republik Indonesia (2012), jumlah
penemuan kasus TB paru dengan BTA positif pada tahun 2011 yaitu
194.780 jiwa, dengan jumlah laki-laki 115.450 jiwa (59,3%) dan jumlah
perempuan 79.330 jiwa (40.7%) jumlah kasus baru TB paru pada lansia
adalah 12.868 jiwa. Tuberkolosis paru merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberkolosis masukdalam saluran
pernapasan dan menyerang parui-paru sehingga pada baguan alveolus
terdapat binti-binti atau peradangan pada dinding alveolus akan mengecil.
(fadilah, 2016).
Penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang
masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat terutama dinegara

1
berkembang. Saat ini penyakit TB paru masih sebagai salah satu prioritas
pemberantasan penyakit menular. Perhitungan World Health Organization
(WHO) menunjukan bahwa saat ini ditemukan 8 sampai 10 juta kasus bari
di seluruh dunia dan dari jumlah kasus tersebut 3 juta mengalami kematian
pertahunnya ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil
disembuhkan terutama pada penderita melular. ( Erni erawaty, 2009)
Tuberkolosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman tuberkolosis( Microbacterium tuberkolosis) yang lebih sering
menginfeksi paru maupun dapat menginfeksi susunan saraf pusat, system
limfatik, sirkulatorik, genitourium, tulang, dan persendian (Diantika
Prameswara. 2013). Prevelensi penyakit TBC pada lansia dengan penyakit
TBC merupakan populasi yang perlu mendapat perhatian dari pemberi
pelayanan kesehatan karena dampak dari TBC dapat menimbulkan
permasalahan bagi lansiaitu sendiri dan berpotensi menimbulkan beban
bagi keluarga dan masyarakat. Jumlah lansia yang sedikit mengalami TBC
tersebut perlu mendapatkan perhatian yang besar terutama oleh keluarga.
Perawatan lansia harus dilakukan dengan teliti, sabar, dan penuh cinta.
B. Rumusan masalah
15. Bagaimana konsep tentang lansia?
16. Bagaimana konsep penyakit TB paru ?
17. Bagaimana konsep asuhan keperawatan lansia dengan masalah system
pernapasan dengan TB paru?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definsi lansia
2. Untuk Mengetahui batasan lansia
3. Untuk Mengetahui ciri-ciri lansia
4. Untuk Mengetahui perubahan akibat proses menua
5. Untuk Mengetahui pendekatan perawatan lansia
6. Untuk Mengetahui defenisi dari TB paru
7. Untuk Mengetahui etiologi TB Paru
8. Untuk Mengetahui patofisiologi TB paru

2
9. Untuk Mengetahui manifestasi klinis TB Paru
10. Untuk Mengetahui pemeriksaan fisik TB Paru
11. Untuk Mengetahui pemeriksaan diagnostic TB paru
12. Untuk Mengetahui penatalaksanaan TB paru
13. Mengetahui prognosis TB paru
14. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan
D. Manfaat
a. Manfaat bagi penulis
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh penulis dapat berupa
pengalaman berharga dalam menyusun makalah tentang TB Paru ini,
serta penulis juga bias memperoleh informasi secara langsung dari
berbagai macam sumber ilmiah tentang definisi lansia, batasan-batasan
lansia, ciri-ciri lansia.
b. Bagi pembaca
Manfaat yang diperoleh pembaca dapa berupa informasi tentang
defines lansia, batasan lansia, ciri-ciri lansia, perubahan akibat proses
menua, pendekatan perawatan lansia, definii tb paru, etiologi TB paru,
patofisiologu TB paru, manifestasi klinis TB Paru.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP LANSIA
1. Defenisi lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Menua bukanlah suatu penyalit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh, dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh, seperti didalam undang-undang no. 14 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasil dan undang-undang dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
social masayarakat yang makin membaik dan usia makin bertambah.
Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan
penting aktif dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(kholifah, 2016).
WHO dan Undang-undang NO.13 Tahun 1998 tentang kesehjateraan
lanjut usia pada Bab 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
suatu proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
(Nugroho, 2015).
2. Batasan lansia
a. Menurut WHO
Menurut bdan kesehatan dunia(world Health Organozer) yang dikatakan
lanjur usia tersebut dibagi kedalam tiga kategori:
 Usia lanjut : 60-74 tahun
 Usia tua : 75-89 tahun
 Usia setengah lanjut : >90 tahun

4
b. Menurut Depkes RI
 Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) keadaan ini
dikatakan sebagai masa virilitas
 Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium
 Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan
sebagai senium
c. Menurut UU No.13 tahun 1998
 Kelompok lansia dini (55-64 tahun) yakni kelompok yang baru
memasuki lansia
 Kelompok lansia (65 tahun keatas)
 Kelompok lansia risiko tinggi yakni berusia lebih daari 70 tahun.
(Aspiani, 2014).
d. Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri lansia menurut Kholifah, 2016 sebagai berikut:
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagai dating dari factor fisik dan factor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motovasi
yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memilii
motivasi yang tinggim maka kemuduran fisik pada lansia akan
lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap social yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkiat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap social di masyarakat menjadi negative,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang
lain sehingga sikap social masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan peran

5
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri menduduki
jabatan social di masyarakat sebagai ketua RW, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena
usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperhatikan bentuk perilaku yang buruk.
e. Perubahan akibat proses menua
a. Sel:
- Jumlah sel menurun/lebih sedikit
- Ukuran sel lebih besar
- Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
- Proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati menurun
- Jumlah sel otak meurun
- Mekanisme perbaikan sel terganggu
- Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
b. Sistem pendengaran
- Gangguan pendengaran
- Membran impani menjadi atrofi menyebakan
otosklerosis
- Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeran karena
meningkatnya keratin
- Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan/stress.
- Tinnitus
- Vertigo
c. System penglihatan

6
- Sfinter pupil timbul sclerosis dan respon terhadap sinar
penghilang
- Kornea lebih berbentuk sferis(bola)
- Lensa lebih suram
- Meningkatnya ,ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan
- Penurunan/hilangnya daya akomodas, dengan
manifestasi presbyopia.
- Lapang pandang menurun
d. System kardiovaskuler
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
sesudah berumur 20 tahun.
- Curah jantung menurun
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah
- Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh
darah perifer meningkat .
e. System pengaturan tubuh
- Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara
fisiologis kurang lebih 35 derajat metabolism yang
menurun.
- Pada kondisi ini lanjut usia akan merasa kedinginan
dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah
- Keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
penurunan aktivitas otot.
f. Sistem pernapasan
- Kehilangan gigi
- Indra pengevap menurun
- Esophagus melebar

7
- Rasa lapar menurun
- Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi
- Fungsi absorsi lemah
- Hati semakin mengecil dan tempat penyimpangan
menurun
g. System integument
- Kulit megerut atau keriput
- Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan berisik
- Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis
yang tidak merata
- Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata.
- Respon terhadap trauma menurun
h. System musculoskeletal
- Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh
- Gangguan tulang, yakni mudah mengalami
demineralisasi
- Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama
vertebrata, pergelangan dan paha.
f. Pendekatan perawatan lansia
a. Pendekatan fisik
Pendekatan fisik secara umum dibagi klien lanjut usia dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
- Klien yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa banyuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya
sendiri.
- Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
edukatif pada klien lansia.

8
c. Pendekatan social
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah
satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan social.
B. KONSEP PENYAKIT TB Paru
1. Defenisi
Tuberkolosis adalah suatu infeksi kronik jaringan paru terutama
menyeraang parenkim paru dan merupakan penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberkolisis. Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Penyakit ini bila tidak di obati atau pengobatn tidak tuntas
dapat menimbulkan komplikasi berbahay hingga kematian (Kasno, 2011:
Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Pusat Data dan informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2015).
2. Etiologi
Penyebab penyakit tuberkolisis adalah bakteri
Mycrobacterium tuberkolisis dan Mycobacterium bovis. Kumaan
tersebut mempunyai ukuran 0.5-4 mikroban x 0,3-0,6 mikron dengan
bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok bergranular atau
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal terdiri dari
lipoid (terutama asam mikolat), sehingga kuman tahan terhadap asam
atau lebih tahan kimia atau fisik. Sifat dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah dengan banyak oksigen dan daerah yang memiliki
kandungan oksigen tingi yaitu apical atau apeks paru.
(Widoyono,2011;somantri,2012).
3. Patofisiologi
Proses infeksi penyakit tuberkolosis dibagi menjadi dua yaitu infeksi
primer dan infeksi sekunder. Infeksi primer adalah waktu pertama kali
terifeksi TB. TB sekuder ialah TB yang baru timbul setelah lewat 5 tahun
sejak terjadinya infeksi primer (somantri, 2012).
4. Manifestasi klinis

9
Gejala penyakit TBC yang tampak pada orang dewasa adalah sebagai
berikut:
a. Batuk terus-menerus dengan dahak selama tiga minggu atau lebih.
Terjadi karena adanaya iritasi pada bronkus
b. Kadang-kadang dahak keluar bercampur dengan darah, keluhan
batuk darah pada klien dengan Tb paru selalu menjadi masalah
utama seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood
streak, garis dan bercak-bercak darah.
c. Sesak nafas dan rasa nyeri didada
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun
e. Berkeringat dimalam hari walaupun tanpa aktivitas
f. Demam meriang
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
kebersihan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan beruoa sewaktu-pagi-sewaktu(SPS).
b. Tes tuberculin(mantoux)
1. Tes kulit positive mantoux
2. Sinar X dada mungkin menunjukan area granuloma atau berongga
3. Sputum test
c. Pemeriksaan thorax
Pada pemeriksaan rontgen thorax, sering didapatkan adanya suatu
lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjekif awal dan sebelum
pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru.
d. Uji kepekaan obat TB
Uji kepekaan obat TB bertujuan untuk resistensi Microbacterium
tuberkolosis terhadap OAT.
6. Penatalaksanaan

10
a. Farmakologis
1. Kategori -1(2HRZE/4H3R3)
Pada OAT ini diberikan untuk pasien baru:
- Pasien baru TB paru BTA Positif
- Pasien TB paru BTA negative foto toraks positif
- Pasien TB ekstra paru

Table 2.1 dosis panduan OAT KDT kategori 1

Berat badan Tahap intensif tiap hari selama 50 Tahap lanjutan 3 kali seminggu
hari RHZE(150/70/400/2765) selama 16 minggu RH
(150/150)
30-37kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
>71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT
(Kementrian kesehatan RI, 2014).

2. Kategori 2’2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3)


Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya(pengobatan ulang):
a. Pasien kambuh
b. Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
c. Pasien yang di obati kembali setelah putus berobat (Lost to
follow-up)
b. Non farmokologis
1. Diet pada tuberkolosis
Diet tinggi energy protein adalah diet yang mengandung energy
dan protein diatas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi

11
seperti susu, telur, dan daging atau bahan makanan enteral energy
tinggi protein
2. Aktivitas pada penderita tuberkolosis
Pada penderita tb paru pasien tidak dapat bebas melakukan
aktivitas karena pasien tb paru cepat sekali letih.
3. Tempat perawaan pasien tuberkolosis
- Terdapat ventilasi
- Cahaya yang cukup
- Tempat tidur minimal dijemur seminggu sekali
4. Pengawasan menelan obat
7. Prognosis
a. Bila tidak menerima pengobatan spesifik adalah sebagai berikut :
1. 25% akan meninggal dalam 18 bulan
2. 50% akan meninggal dalam 5 tahun
3. 8-12,5% akan menjadi ‘chronic exretors’
4. Sisanya akan mengalami kesembuhan spontan dengan bekas berupa
proses fibrotic dan perkapuran.
b. Bila diberikan pengobatan spesifik
1. Bila pengobatan spesifik sesuai aturan sebenarnya(penyembuhan)
2. Bila pengobatan spesifik tak memenuhi syarat.
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a. Batuk darah
b. Pneumotoraks
c. Luluh paru
d. Gagal napas
e. Gagal jantung
f. Efusi pleura
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis

12
1. Data pasien
Penyakit tuberkolosis dapat meyerang manusia mulai dari usia
anak sampi dewasa dengan perbandingan yang hampir sama
antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan pada pada pasien yang tiggi sehingga masuknya cahaya
matahari kedalam rumah sangat minim.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :
- Demam : subfebris(40-41 derajat) hilang timbul
- Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini
untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang
dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk
purulent(menghasilkan sputum).
- Sesak nafas; bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru
- Nyeri dada : jarang ditemukan nyeri akan timbul bila infitrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
- Malaise : ditemukan berupa anoreksia selama nafsu makan
menurun
- Sianosis, sesak nafas, koleps
- Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tingga, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit
keturuanan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh
c. Pernah berobat tapi tidak teratur
d. Riwayat kontak dengan penderita tuberkolosis paru
e. Daya tahan tubuh yang menurun
f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
4. Riwayat pengobatan sebelumnya:

13
a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan
sakitnya
b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum
c. Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
5. Riwayat social ekonomi
a. Riwayat pekerjaan : jenis pekerjaan, waktu pekerjaan, dan
tempat pekerjaan, jumlah penghasilan
b. Aspek psikososial, merasa dikucilkan, tidak dapat
berkomunikasi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada
keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan
kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan
biaya yang banyak.
6. Factor pendukung
a. Riwayat lingkungan
b. Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alcohol, pola
nutrisi dan tidur, keberhasilan diri
c. Tingkat pengetahuan
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Kultur sputum : mikobakterium tuberkolosis positif pada tahap
akhir penyakit
b. Tes tuberculin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-
15 mm terjadi 48-72 jam)
c. Foto toraks : infitrasi lesi awal pada area paru atas
d. Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau
kerusakan dengan densitas tinggi
e. Darah : peningkatan leukosir dan laju endap darah
f. Spirometri : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun
8. Pemeriksaan fisik

14
a. Pada tahap dini sulit diketahui
b. Ronchi basah, kasar dan nyaring
c. Hipersonor/tympani bila terdapat kapasitas yang cukup dan
pada auskultasi memberikan suara umforik
d. Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
e. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola aktivitas dan istirahat
- Subjektif : rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul,
sesak nafas, sulit tidur, demam, menggigil.
- Obyektif : takikardia, takipnea/dispea saat kerja
b. Pola nutrisi
- Subjektif : anoreksia, mual, tidak enak diperut,
penurunan berat badan
- Obyektif : turgor kulit kering, bersisik
c. Respirasi
- Subjektif : batuk produktif/non produktif sesak nafas,
sakit dada
- Obyektif : mulai batuk kering sampai batuk dengan
sputum hijau/purulent, pembengkakan kelenjar limfe.
d. Rasa nyaman/nyeri
- Subjektif : nyeri dada meningkat karena batuk berulang
- Obyektif : berhati-hati pada area yang sakit
e. Integritas ego
- Subjektif : factor stress lama, masalah keungan,
perasaan tidak berdaya/tak ada harapan
- Obyektif : menyangkal(selama tahap dini), ansietas,
ketakutan
10. Diagnosa keperawatan

15
Diagnosa keperawatan pada klien dengan tiberkolosis paru
adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi secret
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
hiperventilasi
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan
berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
11. Perencanaan keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi SIKI


dx SIKI
1 D.0001 bersihan jalan nafas L. 01001 I.01006
tidak efektif . Bersihan jalan nafas: Latihan batuk efektif
Defenisi : ketidakmampuan 1. Batuk efektif Observasi :
membersihkan secret atau menurun 1. Identifikasi
obstruksi jalan nafas untuk 2. Mengi sedang kemampuan batuk
mempertahankan jalan nafas 3. Frekuensi nafas 2. Monitor adanya
tetap paten. cukup membaik retensi sputum
Penyebab : 4. Gelisah cukup 3. Monitor tanda dan
Fisiologis membaik gejala infeksi
1. Spasme jalan nafas 5. Pola nafas saluran nafas
2. Hipersekresi jalan nafas membaik Terapeutik:
3. Disfungsi 1. Atur posisi semi
neuromuskuler fowler
4. Benda asing dalam 2. Pasang perlak dan
jalan nafas bengkok
5. Adanya jalan nafas dipangkuan pasien
buatan 3. Buang secret pada
6. Sekresi yang bertahan tempat sputum.

16
Situasional : Edukasi :
1. Merokok aktif 1. Jelaskan tujuan dan
2. Merokok pasif prosedur batuk
3. Terpajan polutan efektif
Gejala dan tanda mayor : 2. anjurkan
Objektif : mengulangi Tarik
1. Batuk tidak efektif nafs dalam selama
2. Tidak mampu batuk 3 menit
3. Sputum berlebih 3. anjurkan batuk
4. Mengi, whezzing dengan kuat
5. Meconium dijalan nafas langsung setelah
Gejala dan tanda minor: Tarik nafas dalam
Subjektif : yang ke -3.
1. Dyspnea Kolaborasi :
2. Sulit bicara Kolaborasi pemberian
3. Ortopnea mukolitik atau
Objektif : ekspektoran, jika perlu.
1. Gelisah
2. Sianosis

2. 3. Bunyi nafas menurun


4. Frekuensi nafas L. 08065
berubah Tingkat nausea
5. Pola nafas berubah 1. Nafsu makan
I.03117
cukup meningkat
Manajemen mual :
D.0076 2. Keluhan mual
Observasi :
Nausae cukup menurun
1. identifikasi
Defenisi : perasaan tidak 3. Perasaan ingin
pengalaman mual
nyaman pada bagian belakang muntah cukup
2. identifikasi dampak
tenggorakan atau lambung menurun
mual terhadap
yang dapat mengakibatkan 4. Sensai panas
kualitas
muntah.

17
Penyebab : cukup menurun hidup(missal.nafsu
1. Gangguan biokimiawi 5. Frekuensi menelan makan, aktivitas
2. Gangguan pada cukup meningkat kinerja,
esophagus tanggungjawab
3. Distensi lambung peran)
4. Gangguan pancreas 3. identifikasi factor
Gejala dan mayor: penyebab mual
Subjektif : 4. monitor
1. Mengeluh mual mual(missal.
2. Merasa ingin muntah Frekuensi, durasi,
3. Tidak berminat makan dan tingkay
Gejala dan tanda minor keparahan).
Subjektif: 5. Monitor asupan
1. Merasa asam dimulut nutrisi.
2. Sensasi panas dingin Terapeutik:
3. Sering menelan 1. Kendalikan factor
Objektif : lingkungan
1. Saliva meningkat penyebab
2. Pucat mual(misal. Bau tak
3. Diaphoresis sedap, suara, dan
4. Kakikardia rangsangan visual
Kondisi klinis terkait yang tidak
1. Meningitis menyenangkan.
2. labirinitis 2. Kurangi atau
hilangkan penyebab
mual
3. Berikan makanan
dalam jumlah kecil
dan menarik
Edukasi :
1. Anjurkan istirahat

18
dan tidur yang
cukup
2. Anjurkan sering
membersihkan
mulut, kecuali jika
merangsang mual
3. Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
3. Kolaborasi :
L. 01004 Kolaborasi pemberian
Toleransi aktivitas antiemetik, jika perlu.
1. Frekuensi nadi
sedang
2. Kemudahan dalam I.05178
melakukan Manajemen energi:

aktivitas sehari- Observasi :


D.0056
hari sedang 1. Identifikasi
Intoleransi aktivitas
3. Kelelahan lelah gangguan fungsi
Defenisi :
sedang tubuh yang
Ketidakcukupan energi untuk
4. Dyspnea saat mengakibatkan
melakukan aktivitas sehar-hari
aktivitas sedang kelelahan
Penyebab :
2. Monitor kelelahan
1. ketidakseimbangan
fisik dan emosional
antara suplai dan
3. Monitor pola dan
kebutuhan oksigen
jam tidur
2. tiraj baring
4. Monitor lokasi dan
3. kelemahan
ketidaknyamanan
4. imobilitas
selama melakukan
5. gaya hidup monoton
aktivitas.
gejala dan tanda mayor:
Terapeutik

19
subjektif : 1. Sediakan
1. mengeluh lelah lingkungan nyaman
objektif : dan rendah
frekuensi jantung stimulus(cahaya,
meningkat>20% dari konsidi suara, kunjungan)
istirahat. 2. Lakukan latihan
Gejala dan tanda minor : rentang gerak pasif
Subjektif: atau aktif
1. mengeluh lelah 3. Berikan aktivitas
distraksi yang
objektif : menenangkan
2. tekanan darah berubah Edukasi :
>20% dari kondisi 1. Anjurkan tirah
klinis istirahat baring
3. gambaran EKG 2. Anjurkan
menunjukan aritmea melakukan aktivitas
saa/setalah beraktivitas. secara bertahap
4. Sianosis 3. Ajarkan strategi
Kondisi klinis terkait: koping untuk
1. Anemia mengurangi
2. Gagal jantung kongesif kelalahan
3. Penyakit jantung Kolaborasi;
coroner Kolaborasi dengan ahi gizi
4. Gangguan metabolic tentang cara meningkatkan
5. Gangguan asupan makanan.
muskuloskeletal

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas :
Nama : Tn. U
Jenis kelamin :Laki-laki
Umur :62 tahun
Agama :islam
Status perkawinan :menikah
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Swasta
Alamat Rumah : Kp. Polotot, RT.001/RW,001. Kel.
Sukaraja
2. Riwayat kesehatan
a. Masalah kesehatan yang pernah dialami:
Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu pernah dirawat di Rumah
Sakit Dr. Adjidarmo karena diabetes mellitus.
b. Masalah kesehatan yang dirasakan saat ini ;
Pasien mengatakan sejak tiga bulan yang lalu tepatnya tanggal 2
november 2021, mengeluh batuk, berobat diklinik dan sembuh, 2
bulan kemudian pasien mengeluh kembali batuk berdahak dan
disertai dengan bercak darah berwarna merah segar, karena merasa
cemas, pasien dan kelurga pada tanggal 6 februari 2022 berobat ke
klinik talita, dikarenakan sakit pasien dirasa bertambah
parah(setiap batuk mengeluarkan darah kurang lebih satu sendok),
keluarga memutuskan untuk membawa ke RSUD malingping
tanggal 12 februari 2022, hasil pemeriksaan dokter jaga, pasien

21
dianjurkan untuk dirawat , pada tanggal 13 ferbruari 2021
dilakukan pengkajian, pasien mengeluih batuk berdahak disertai
dengan bercak darah berwarna merah segar dan terasa berat di
dada, natuk kambuh saat dingin, berkurang bila minum air hangat,
saat di auskultasi terdengar bunyi ronchi dipercabangan bronchus.
Selain batuk pasien juga mengeluh sesak nafas, pasien tampak
sesak nafas dengan frekuensi nafas 28x/menit, mual, tidak nafsu
makan, badan terasa lemas, pasien tampak batuk, dan terlihat
bercak darah disekretnta, secret tampak kental, pasien mengatakan
tidak tahu bila penyakitnya menular melalui batuk dan berdahak,
tampak pasien bingung saat ditanya tentang penyakitnya, tampak
bertanya kepada perawat mengenai kondisinya.
c. Masalah kesehatan keluarga/keturunan
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai
penyakit menular seperti TB paru, hepatitis maupun penyakit kulit.
Pasien mengatakan dalam keluarganya (ibu) mempunyai penyakit
keturunan yaitu DM, tidak ada penyakit hipertensi.
3. Keadaan biologis

no Pola kebiasaan Dirumah Dirumah sakit


1 Pola makan dan Ds : Ds :
minum -pasien mengatakan tidak -pasien mengatakan nafsu makan
ada gangguan makan dan menurun, mual
minum -minum air putih sedikit
-tidak ada mual dan muntah -makan hanya habis 2 sendok
-pasien mengatakan makan Do :
3x1 hari dengan porsi -pasien tampak menghabiskan ¼
makan satu piring penuh porsi makan yang disediakan oelh rs
dan menu nasi, ikan dan -pasien menim air putih 4 gls/hari
sayur.
-pasien mengatakan minum

22
8 gelas/hari dengan jenis air
putih.
2. Istirahat dan tidur Ds : Ds:
-pasien mengatakan tidur -pasien mengatakan tidur 7 jam (dari
malam 6 jam(dari pukul pukul 22.00 wib- 04.00 wib), pasien
32.00 wib-04.00 wib ) dan sesekali terbangun karena batuk
tidak pernah tidur siang.
-pasien mengatakan tidak
ada gangguan pola tidur.
3 Personal hygene Ds: Ds:
-pasien mengatakan mandi -pasien mengatakan selama di rumah
2x sehari pagi dan sore, sakit belum mandi, dan makan
personal hygiene dibantu
menggosok gigi Do:
-gigi kotor
Badan tampak kotor, baud an lengket
4 Eliminasi BAB dan Ds: Ds:
BAK -pasien BAB setiap hari -pasien mengatakan selama di rumah
dengan konsistensi lunak, sakit belum BAB dan BAK hanya 2
warna kuning, kecoklatan, kali.
bau khas feses dan tidak ada Do :
gangguan seperti diare -BAK 6-7 kali dalam sehari, warna
ataupun konstipasi. urin jernih, tidak ada darah dan tidak
-pasien BAK 6-7c dalam ada keluhan saar BAK
sehari, bau khas urine dan
tidak ada gangguan
5 Pola aktivitas Ds: Ds:
-pasien mengatakan sehari- -pasien mengatakan hanya bias
hari mampu melakukan melakukan aktivitas ditempat tidur
aktivitas secara mandiri dan Do :
tanpa gangguan pasien juga

23
mampu berwirausaha. -pasien tampak terbaring ditempat
tidur, skala aktovitas 2(memerlukan
bantuan dengan pengawan
4. Keadaan psikologis dan social
a. Keadaan emosi :
Pasien mengatakan tidak mau harus menerima kondisunya
sekarang dan berupaya untuk sembuh. Pasien mengatakan sakit
adalah hal biasa dan merupakan ujian untuk semua manusia
sehingga ia pun harus menerimanya dengan baik.
b. Dukungan keluarga :
Pasien mengatakan keluarganya memberikan support pebuh
untuknya, menemaninya saat di RS dan menyediakan
kebutuhannya saat di RS.
c. Hubungan antar keluarga
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya baik, jika ada
masalah dalam keluarganya pasien selalu mendiskusikan dan
membicarakan baik-baik serta bersama-sama mencari solusi dari
permasalahan.
d. Hubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan hubungan dengan masyarakat dan teman
kerja baik, pasien juga sering mengikuti acara perkumpulan RT
yang tidak di adakan dikampungnya.
e. Hubungan dengan tenaga medis baik, pasien kooperatif dan mau
mengikuti anjuran dokter serta perawat dengan baik.
5. Spiritual/kultural
a. Pelaksanaan ibadah
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan mampu beribadah
sholat 5 waktu dengan baik tanpa gangguan.
Selama di RS : pasien mengatakan selama di RS pola ibadah
sedikit tergaggu karena pasien terpasang infus, namun pasien tetap

24
beribadah sesuai kemampuannya, jika hanya mampu duduk maka
pasien sholat dengan cara duduk ditempat tidur.
b. Keyakinan tentang kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hala yang sangat
penting. Oleh karena itu, setelah di diagnosis TB paru, pasien
mulai menerapkan pola hidup sehat da tidak
kepercayaan/pantangan tertentu terhadap medis.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
1. Keadaan umum : sakit sedang
2. Kesadaran :
Kualitatif : kesadaran composmentis
Kualitatif :
Respon motoric : 6 (mampu mengikuti perintah
sederhana.)
Respon verbal : 5 (pasien dapat bicara verbal)
Respon buka mata :4
Jumlah :15
Kesimpulan : pasien sadar penuh
3. Suhu : 36,5 derajat celcius
4. Tekanan darah : 110/70 mmHg
5. Pernafasan : 28x/menit
6. TB : 170cm
7. BB : 67kg
8. Indeks massa tubuh (IMT) : 67 =23,18
(1,7)2
Kesimpulan : pasien cukup pangan

b. Pemerikaan head to toe


1. Kepala

25
a. Rambut : pada saat dikaji warna rambut hitam, tampak
berupa uban, ketombe, tidak ada lesi, warna kulit sawo
matang.
b. Mata : bentuk mata simetris tidak ada ikterik, tidak ada
peradangan pada konjungtiva, reflex pada miosis, tidak ada
kelainan pada mata.
c. Hidung : bentuk hidung simetris, septum hidung ditengah,
hidung tidak tampak kotor, tidak terliahat pernapasan
cuping hidung.
d. Mulut : tidak stomatitis, tidak ada caries, gigi tampak kotor
e. Telinga : bentul telinga tampak simetris, pendengaran
normal pada saat disorot cahaya memantul.
2. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada kesulitan
menelan
3. Dada
a. Dada : bentuk dada simetris, tidak ada lesi
b. Paru-paru :
Inspeksi : ekspansi dada simetris, tidak ada terdapat bekas
luka, tidak tampak penggunaan otot bantu nafas, pola nafas
28x/menit
Palpasi : vodal preitus sama getarannya
Perkusi : sonor disemua lapang paru
Auskultasi : suara nafas ronchi dipercabangkan bronchus
c. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 3 jari di ICS mid clavicularis
sinistra,
Perkusi : BJ I-II regular
Auskultasi : tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
d. Abdomen :

26
Inspeksi : tidak terdapat memar atau bekas luka, turgor kulit
elastis
Auskultasi : bising usus 13x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
e. Musculoskeletal : tidak ada kelainan bentuk tubuh,
ektermitas atas dan bawah normal.
c. Lingkungan
1. Pola komunikasi
Gaya bicara sopan dan tenang dalam menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan
2. Pola interaksi
Pasien sangat kooperatif dengan perawat serta keluarga dan
sangat baik dengan lingkungannya baik tetangga mampu
masyarakat.
d. Informasi penunjang
a. Diagnosa medic
b. Laboratorium
B. Analisis Data

NO Tanggal Data Etiologi Masalah


1. 14/02/2022 Ds: - pasien mengatakan Akumulasi secret Bersihan jalan nafas
sesak dan batuk berdahak tidak efektif
dan ada darah.
DO:
-pasien tampak batuk
bercampur darah
-RR: 28x/menit\
-Ronchi dipercabangan
bronchus
-foto rontgen menunjukan

27
TB paru aktif
2. 14/2/2022 DS: Distensi lambung Nausea
-Pasien mengatakan nafsu
makan menurun dan mual
-minum air putih sedikit
-makan hanya habis 2
sendok
DO :
-Pasien tampak
menghabiskan ¼ porsi
makan yang disediakan oleh
RS
-pasien minum air putih 4
gels/hari (800cc)
3. 14/2/202212 DS : - Pasien mengatakan Kurangnya infomasi Kurang pengetahuan
tidak tahu bila penyakitnya tentang proses penyakit tentang kondisi
menular melalui batuk dan
dahak
DO :
-Tampak pasien bingung saat
ditanya tentang penyakitnya
-tampak pasien bertanya
kepada perawat mengenai
kondisinya.
4. 14/02/2022 DS: Kelemahan Intoleransi aktivitas
-Pasien mengatakan selama
di Rumah sakit belum mandi
-kebutuhan dbantu
DO:
-Kulit teraba lengket
-rambut teraba lengket dan

28
bau
-gigi kotor
-pasien tampak berbaring di
tempat tidur
-BAK, mandi dilakukan
ditempat tidur.

C. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dnegan akumulasi
secret
b. Nausea berhubungan dengan distensi lambung
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan
berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
D. Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi


dx SDKI Hasil SLKI SIKI
1. D.0149 L.01001 I.01006
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
berhubungan dengan diharapkan bersihan jalan nafas 1. Identifikasi
akumulasi sercret. meningkat dengan kriteria hasil : kemampuan batuk
Ds: pasien mengatakan 1. Batuk efektif cukup 2. Monitor adanya retensi
sesak dan batuk berdahak menurun sputum
da nada darah 2. Mengi sedang 3. Monitor tanda dan
DO : 3. Frekuensi nafas cukup gejala infeksi saluran
-Pasien tampak batuk membaik nafas
bercampur darah 4. Gelisah cukup menurun Terapeutik:
-RR 28x/menit 5. Pola nafas cukup membaik 1. Atur posisi semi
fowler

29
2. asang perlak dan
bengkok dipangkuan
pasien
3. Buang secret pada
tempat sputum.
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. anjurkan mengulangi
Tarik nafs dalam
selama 3 menit
3. anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
Tarik nafas dalam
yang ke -3.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu.

2. D.0076 L. 08065 I.03117


Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual :
DS : keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
-Pasien mengatakan nafsu diharapkan tingkat nausea menurun 6. identifikasi pengalaman
makan menurun dan mual dengan kriteria hasil : mual
-minum air putih sedikit 1. Nafsu makan cukup 7. identifikasi dampak mual
-makan hanya habis 2 meningkat terhadap kualitas
sendok 2. Keluhan mual cukup hidup(missal.nafsu makan,
menurun aktivitas kinerja,
3. Perasaan ingin muntah tanggungjawab peran)

30
cukup menurun 8. identifikasi factor
4. Sensai panas cukup penyebab mual
menurun 9. monitor mual(missal.
5. Frekuensi menelan cukup Frekuensi, durasi, dan
meningkat tingkay keparahan).
10. Monitor asupan nutrisi.
Terapeutik:
4. Kendalikan factor
lingkungan penyebab
mual(misal. Bau tak sedap,
suara, dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan.
5. Kurangi atau hilangkan
penyebab mual
6. Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
Edukasi :
4. Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
5. Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
6. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu.
3 D.0056 L.01004 I.05178

31
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
kelemahan diharapkan toleransi aktivitas 5. Identifikasi gangguan
DS: Pasien mengatakan meningkat dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang
selama dirumah sakit 1. Frekuensi nadi sedang mengakibatkan kelelahan
belum mandi 2. Kemudahan dalam 6. Monitor kelelahan fisik
-kebutuhan dibantu melakukan aktivitas sehari- dan emosional
DO: hari sedang 7. Monitor pola dan jam tidur
-kulit teraba lengket 3. Kelelahan lelah sedang 8. Monitor lokasi dan
Rambut teraba lengket dan 4. Dyspnea saat aktivitas ketidaknyamanan selama
bau sedang melakukan aktivitas.
-gigi motor Terapeutik
Pasien tampak berbaring di 4. Sediakan lingkungan
tempat tidur nyaman dan rendah
-BAK, mandi, dilakukan di stimulus(cahaya, suara,
tempat tidur. kunjungan)
5. Lakukan latihan rentang
gerak pasif atau aktif
6. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Edukasi :
4. Anjurkan tirah baring
5. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
6. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelalahan
Kolaborasi;
Kolaborasi dengan ahi gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan Tn.U dengan teberkolosis paru,


dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengkajian
Tuberkolosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycabcterium tuberkolosis yang menyerang paru-paru dan hampir
seluruh organ tubuh lainnya, ini sejalan dengan hasil rongen yang ada
pada Tn. U dengan TB paru aktif. Dan penyebab tuberkolusis
adalah Mycobacterium Tuberkolusis Menurut Amin dan Hardhi,
(2015). Tanda dan gejala yang muncul manifestasi klinis yang
muncul pada pasien dengan TB adalah, Demam dengan Suhu 40 0-
410C, serta ada batuk/ batuk darah, Sesak nafas dan nyeri dada,
Malaise, keringat malam (Brunner & Suddart, 2014), Suara khas
pada perkusi dada dan bunyi dada, Peningkatan sel darah putih
dengan dominasi limfosit, Penurunan berat badan ( Brunner &
Suddart, 2014), Batuk nonproduktif yang berlanjut menjadi sputum
mukopurulen dengan hemoptisis. Pada saat pengkajian pada
pasien Tn “U” dengan TB Paru aktif pasien mengeluh batuk
berdahak disertai bercak darah berwarna merah segar dan terasa
berat didada, batuk kambuh saat dingin, dan berkurang bila minum

33
air hangat, saat di auskultasi terdengar bunyi ronchi di percabangan
bronchus. Selain batuk pasien juga mengeluh sesak nafas, pasien
tampak sesak nafas RR 32 x/menit, mual, tidak nafsu makan,
badan terasa lemas, pasien tampak batuk, dan terlihat bercak darah
di secretnya, sekret tampak kental.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Tn. “U”


dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bugenville RSUD Malingping
adalah, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi secret, Ketidak efektifan polanafas berhubungan dengan
hiperventilasi, Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan
pencegahan berhubungan dengan Kurangnya terpapar informasi,
Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Intervensi keperawatan
Intervensi untuk masalah TB Paru dibuat untuk memenuhi
memberikan rasa nyaman, mempertahankan nutrisi, membantu dalam
pemenuhan kebutuhansehari-hari, dan adekuat informasi yang
didapat oleh pasien dan keluarga untuk mengurangi
kecemasan, dan implementasinya hampir semua dapat dilaksanakan
sesuai dengan intervensi. Pada tahap intervensi dilakukan langkah-
langkah penyusunan berdasarkan prioritas utama. Dalam
penyusunan rencana tindakan disesuaikan dengan teori dan
kebutuhan serta masalah yang dihadapi klien dengan melibatkan
pasien, keluarga maupun tim kesehatan lain, walaupun selanjutnya
penulis melakukan asuhan keperawatan dirumah klien ( home
care ), itu tidak dijadikan kendala untuk penulis untuk melanjutkan
rencana intervensi yang sudah disusun.
B. Saran
Demi tercapainya asuhan keperawatan yang optimal maka penulis
memberikan saran ke berbagai pihak diantaranya :

34
1. Meningkatkan lingkungan yang bersih dan nyaman
2. Melengkapi pemeriksaan penunjang untuk kasus TB Paru
3. Jangan lupa menggunakan APD yang lengkap bila masuk isolasi
TB Paru

DAFTAR PUSTAKA

Adb.wahid & imam S.(2013).Keperawatan Medikal Bedah :


Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi, CV, Trans Info
Media:Jakarta.
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.ECC : Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai