Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

TUBERKULOSIS PARU

DISUSUN OLEH :

NABILA RIVANA
EKA DIANA
MUHAMMAD DANIL
M. HADIST MAULANA
NANDA RAHMAYANTI (PERBAIKAN)
KELAS : II REGULER A

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Niswah, S. Kep., MNS

POLTEKKES KEMENKES ACEH


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN BANDA ACEH
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang , puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah dengan
judul asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberkulosis paru. Makalah ini
merupakan tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah I.
Untuk ini rasa terimakasih kami kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas kepada kami untuk membuat makalah ini dengan tujuan untuk
menambah kemampuan kami dalam mengenai asuhan keperawatan tuberkulosis
paru. Terlepas dari itu kami menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala
kritikan dan saran dari pembacanya dengan tujuan untuk memperbaiki makalah
ini.cob abaca kata pengantarpadaartikeldan buku2,
bagaimanamerekamenyusunnya?
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kami pribadi
dan juga dapat bermanfaat bagi semua masyarakat dan dapat menambah inspirasi
bagi setiap pembacanya.

Banda Aceh, 05 Agustus 2020

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................1
BAB II KONSEP TEORITIS
I. Konsep teori...................................................................................2
A. Definisi...................................................................................2
B. Penyebab.................................................................................3
C. Gambaran klinis......................................................................5
D. Patofisiologi( pathway)...........................................................9
E. Penatalaksanaan .....................................................................11
BAB IIIPROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian......................................................................................12
A. Riwayat keperawatan..............................................................12
B. Pemeriksaan fisik....................................................................14
C. Diagnostik test........................................................................14
D. Analisa data ...........................................................................16
II. Diagnosa keperawatan (NANDA/SDKI).......................................17
III. Tujuan dan hasil yang diharapkan(NOC/SLKI)............................17
IV. Rencana tindakan dan rasionalisasi(NIC/SIKI).............................19
V. Evaluasi .........................................................................................20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................21
B. Saran..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
TB Paru merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang terus meningkat. Penyakit inisangat erat kaitannya
dengan kemiskinan, malnutrisi, tempat kumuh, perumahan dibawah standar, dan
perawatan kesehatan yang tidak adekuat. Mikobakterium tuberculosis telah
menginfeksi sepertiga penduduk dunia.apaartimortalitasdanmorbiditas?
Pada tahun 1993 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC,
karena pada sebagian besar negara di dunia penyakit TBC tidak terkendali.--
>maksudnya? Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil
disembuhkan terutama penderita menular (BTA Positif). Pada tahun 1995
diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TBC dengan
kematian 3 juta orang (WHO, Treatment of Tuberculosis, Guidelines for National
Programmes, 1997). Di negara-negara berkembang, kematian TBC merupakan
25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95%
penderita TBC ada di negara berkembang, 75% adalah kelompok usia produktif
(15-50 tahun). Munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia, diperkirakan akan
memicu peningkatatn jumlah penderita TBC.
Di Indonesia TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga(SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa
penyakit TBC meupakan penyebab kematian nomor tiga(3) setelah kardiovaskuler
dan penyakit saluran pernapasan dan nomor saru dari golongan penyakit infeksi.
Pada tahun 1999 WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi
583.000 kasus baru TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 kasus baru TBC
Paru BTA Positif.jangangunakan data sebelum kalian lahir, gunakan data tahun
2015 keatas. TBC merupakanmasalah no berapa di dunia ?mengapademikian?
Masalah no berapa di Indonesia? Kenapademikian? Apa factor pencetus, factor

1
pendukungnya? Apa program pemerintahuntukmenurunkanangkakejadian TBC di
duniadan di Indonesia?

B. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan tuberkulosis
paru.diskusikandengankelompok, apatujuanpenulisanmakalahini?

2
BAB II
KONSEP TEORITIS

I. Konsep Teori
A. Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), yang menyerang terutama paru.
(Bambang Ruswanto,2005). Tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain
infeksisaluran napas bawah. Penyakit ini sebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan
ludah (droplet), dari satu individu ke individu yang lainnya, dan membentuk
kolonisasi di bronkioulus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh
melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercermar yang tidak dipasteurisasi,
atau kdang-kadang melalui lesi kulit. Apabila bakteri terbekulin dalam jumlah
yang bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan
berhasil menempati saluran napas bawah, pejamu akan melakukan respon imun
dan inflamsi yang kuat.(corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisologi.
Jakarta: Buku Keokteran EGC).
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infektius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh hasil mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar hasil tuberkulosis masuk ke
dalam jaringan paru melalui aorbone infection dan selanjutnya mengalami proses
yang dikenal sebagai focus primer dari ghon (Hood Alsagaff, 1995: 73) (Wijaya,
Andra Saferi, Skep dan Yessie Mariza Putri, Skep. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah Jilid I. Yogyakarta: Nuha Medika).janganterlalubanyakpengertian, ambil
1 sajapengertiannya. Perhatiakancarapenulisansumberbukudandaftarpustaka.
Menulisadaaturannya, bukanasal-asaltulis.

B. Penyebab Tuberkulosis Paru

3
Penyebab agen infeksius utama tuberkulosis adalah mikrobakterium 
mycobacterium ataumikrobakterium? tuberkulosis.Mmikrobakterium tuberkulosis
adalah batang aerolik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet. Mikrobakterium bovis dan mikrobakterium
avium pernah, pada kejaian yang jarang,maksudnyaapa? berkaitan dengan
terjadinya infeksius tuberkulosis. (Wijaya, Andra Saferi, Skep dan Yessie Mariza
Putri, Skep. 2013. Keperawatan Medikal Beah Jilid I. Yogyakarta: Nuha
Nedika).bagaimanacarapenulisankutipandansumberbuku?
Mycobacterium tuberculosis
Kingdom : bacteria. 
Filum : actinobacteria
Ordo : actinimycetales 
Upaordo : corynebacterineae
Family : mycobacteriaceae
Genus : mycobacterium
Spesies : mycobacterium tuberculosis

Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil


tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus
ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 µm dan lebar 0,2 -0,5 µm yang
bergabung membentuk rantai. Besar bakteri itu tergantung pada kondisi
lingkungan (Wikipedia ,2010).tidakperlu.
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri
gram positif atau bakterigram negative,jangankutipdariblospot internet.
karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebuttidak dapat
dihilangkan dengan alcohol, meskipun dibubuh iodium..Oleh sebab itu bakteri
termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosa
cenderung permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombolmaksudnya?
Mycobacteriumtuberculosis tidak menghasilkan kapsul atauspora serta
dinding selnya terdiri dari peptidoglikan di bawahnya.Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektifitas 

4
dari antibiotik. Lipoarabinomannan,suatu molekul lain dalam dinding
sel mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup di dalammakrofag (indah,
2010).
Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati
pada suhu 6 derajat celcius selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika
terkena sinar mataharilangsung selama 2 jam.Dalam dahak, bakteri
mycobacterium dapat bertahan selama 20 -30jam.Basil yang berada dalam
percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil iniapabila
berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam
lemaridengan suhu 20 derajat celcius selama 2 tahun. Mycobacterium tahan
terhadap berbagi khemikalidan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15
%, asam sitrat 3%, dan NaOH. Basil inidihancurkan oleh jodium tincture dalam 5
menit, dengan alcohol 80% akan hancur dalam 2-10menit (hiswani M. Kes,
2010).
Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun
dalam keadaandingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es.Hal ini
dapat terjadi
apabilakuman berada dalam sifat dormant(tidur).Pada sifat dormant ini apabila su
atu saat terdapat keadaandimana memungkinkan untunk berkembang, kuman
tuberculosis ini dapat bangkit kembali(hiswani M. Kes, 2010).Mycobacterium
tuberculosis merupakan bakteri aerob,oleh karena itu pada kasus TBC biasanya
mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya. Microbacteria
mendapat energydari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Aktivitas
biokimianya tidak khas,dan laju
Pertumbuhannyalebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karena sifatnya yang c
ukupkompleks dan dinding selnya yang impermeable, sehingga penggandaannya
hanya berlangsungsetiap kurang lebih 18 jam. Karena pertumbuhannya yang
lamban, seringkali sulit untukmendiagnostik tuberculosis dengan cepat. Bentuk
saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembang biak pada tahun 22-
23 derajat celcius,mengahasilkan lebih banyak pigmen , dankurang tahan asam
dari pada bentuk yang pathogen. Mikrobacterium cepat mati dengan sinarmatahari

5
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan
lembab.Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya
melaluisaluran pernapasan, keluar melaluiudara yang dihembus
pada proses respirasi dan terhisap masusaat seseorang menarik nafas. Habitat asli
bakteri mycobacterium tuberculosis sendiri adalah paru paru manusia.Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga sampai di alveolus danmenetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman tuberculosis berhasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di dalam paru-paru (anonima, 2010).Bakteri mycobacterium
tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakittuberculosis atau
disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita tuberculosis (TB)
yangdahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (-)).Infeksi kuman ini paling
sering disebabkanmelalui udara.Penyebaran melalui udara berupa partikel-
partikel percikan 
dahak yangmengandung kuman yang bersala dari penderita saat batuk,
tertawa, bernyanyi atau berbicara.Partikel yang mengandung kuman ini akan
terhisap oleh orang sehat dan menimbulkaninfeksi di
saluranpernafasan. Bakteri aktif mikrobakteria mencemari udara yang ditinggali at
auditempati manusia, karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri
ini dapat hidupselama beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah dia
akan berterbangan di udarahingga akhirnya menemukan manusia sebagai tempat
hidup.Biasanya pencemaran oleh bakteri ini terjadi pada rumah yang dipenuhi
orang namunmemiliki ventilasi yang buruk. Juga ditempat tempat ramai yaitu
sarana-sarana perhubunganseperti bis sekolah, kapal laut, asrama, penjara, dan
bahkan dari dokter yang kurangmempertahankan sanitasi tubuhnya. Habitat asli
dari kuman ini hanya manusia dan menjadikanlingkungan sebagai perantara.TB
paru pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh reaktivasiinfeksi sebelumnya
sedangkan pada anak-anak menunjukkan penularan aktifM. tuberculosis.(Utis
Sutisna dan Trimar Handayani,2009)jangan copy paste dariblogspot internet,
tulislahdenganbahasailmiahygandabuatdengankelompokberdasarkanhasilbacaanar
tikeldanbuku KMB terkait TBC.

6
C. Gambaran Klinis
1. Gejala penyakit tbc
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik atau umum:
a. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
b. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demamseperti influenza dan bersifat hilang timbul
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”,suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin
positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita

7
TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi atau darah.
1. Diagnosis tuberkulosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
a. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
d. Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
e. Rontgen dada (thorax photo).
f. Uji tuberkulin.
2. Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien
anak.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan
yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

8
a. S(sewaktu):Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertamakali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak
untukmengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
b. P(Pagi):Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera
setelahbangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di
UPK.
c. S(sewaktu):Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahakpagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan
denganditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan
BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak
dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu
menunjukkan aktifitaspenyakit.
3. Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaandahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun
pada kondisitertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan
indikasi sebagaiberikut:
a. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus
inipemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB
paruBTA positif.
b. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
padapemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelahpemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon).
c. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukanpenanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,

9
efusi perikarditisatau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untukmenyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
4. Diagnosis TB Ekstra Paru
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
padaMeningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfesuperfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) padaspondilitis TB dan lain-lainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkanberdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkankemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis bergantung
pada metodepengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat
diagnostik, misalnyauji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks,
dan lain-lain.
5. Uji Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat
untuk menunjukkan sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis
dan seringdigunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan
infeksi TBCdengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur
kurang dari 1tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur
1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari
persentase tersebutdapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakinkurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantouxlebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada
½ bagianatas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit).Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan
diukurdiameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
a. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
b. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan

10
Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
c. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
D. Patofisiologi (Pathway)
Tempat masuknya kuman tuberkulosis adalah saluran pernapasan, pencernaan,
dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi melalui udara
yaitu melalui inhalasi doplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkul dari
orang terinfeksi. Basil tuberkul yang mencapai permukaan alveolus biasanya
berada dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah dan
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear(PMN) memfagosit
bakteri namun tidak membunuhnya. Selanjutnya leukosit diganti oleh makrofag,
alveoli yag terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Gejala ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Proses dapat terus berlanjut dan bakteri teris difagosit dan berekembangbiak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi berkembang
dan terbentuk jaringan parut yang mengelilingi tuberkel yang disebut fokus ghon
dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan fokus ghon disebut
kompleks ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan membentuk masa seperti
keju, dapat mengalami klasifikasi membentuk lapisan protektif sehingga kuman
menjadi dorman.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respons inaekuat dari sistem imun. Panyakit aktif dapat juga
terjadi akibat infeksi ulang atau aktivitasi bakteri dorman. Hanya sekitar 10%
yang awalnya terinfeksi yang mengalami panyakit aktif. Basil TB dapat bertahan
lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman. Penyakit dapat juga menyebar melalui
kelnjar limfe dan pembuluh darah yang dikenal dengan penyebaran
limfohematogen ke berbagai organ lain seperti usus, ginjal, selaput otal, kulit dan
lain-lain. (Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC).

11
Sumber : NANDA (2013) dan Soemantri (2008)

E. Penatalaksanaan

12
Pengobatan untuk individu dengan tuberkulosis aktif memerlukan waktu lama
karena basil risiten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat bermutasi apabila
terpajan antibiotik yang masih sensitif. Saat ini, terapi untuk individu pengidap
infeksi akfif adalah kombinasi empat obat dan setidaknya selama sembilan bula
atau lebih lama. Apabila pasien tidak berespon terhadap obat-obatan tersebut, obat
dan protokol pengobatan lain akan diupayakan.
Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah sebelumnya
negatif, bahkan jika individu tidak memperlihatkan adanya gejala aktif, biasanya
mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk membantu respons imunnya dan
meningkatkan kemungkinan eradikasi basis total.
Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan
diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap dirumah sakit atau di bawah
pengawasan sejenis karantina jikat tingkat kepatuhan terhadap terapi medis
cenderung rendah. (Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC).

13
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Riwayat keperawatan
1. klien
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Status
 Pendidikan
 Agama
 No. RM
 Diagnosis medic
 Tanggal masuk
 Tanggal pengkajianjelaskandalambentuknarasasaja,
tidakberbentukpanjangsepertiini.
2. Penanggung jawab
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Pendidikan
 Agama
 Pekerjaan
 Alamat
 Hubungan keluarga
3. Keluhan utama
Tuberkulosis sering dijuluki the great iminator, yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah klien gejala yang timbul tidak

14
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimptomatik. Keluhan yang
sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim
kesehatan, keluhan ini dibagi 2 golongan :
1. Keluhan respiratoris
a. Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan.
b. Keluhan batuk berdarah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan
utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan
rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan nafas
c. Keluhan sesak nafas ini ditemukan bila kerusakan paremkim paru sudah
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia, dll.
d. Keluhan nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem pernapasan dipleura terkena TB.
2. Keluhan sistemis
a. Demam, keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul, dan semakin lama
semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin
pendek.
b. Keluhan sistem lain yang biasanya timbul adalah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan
bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu/bulan. Akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas dan sesak nafas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gajala pneumonia.
4. riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan
utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan
batuk muncul. Tanyakan selama keluhan batuk muncul apakah ada keluhan lain
seperti demam, keringat malam, atau menggigil yang mirip dengan demam
influneza karena keluhan demam dan batuk merupakan gejala awal penyakit TB

15
paru. Apabila keluhan utama batuk berdarah maka perlu ditanyakan kembali
berapa banyak darah yang keluar, klien TB paru sering menderita batuk darah.
5. riwayat kesehatan lalu
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien
menderita TB paru, keluhan yang batuk lama pada masa kecil, tuberkolosis dari
organ lain, pembesaran gatah bening, dan penyakit lainyangh memberat TB paru
seperti diabetes melitus. Tanyakan obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada
masa yang lalu masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif.
Penurunan berat badan pada klien TB paru berhubungan erat dengan proses
penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan
kerena meminum OAT.
6. riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami olehanggota keluargalain sebagai faktor
predisposisi penularan dalam rumah.
B. pemeriksaan fisik
Keadaan umum pada klien TB paru dapat dilakukan pada selintas pandang
dengan menilai keadaan fisik pada bagian tubuh.
a. Tingkat kesadaran
 Kualitas
 Kuantitas : respon motorik, respon verbal, respon membuka mata
 Jumlah
b. Tanda-tanda vital
 Suhu
 Nadi
 Pernapasan
 Tekanan darah
C. Diagnostik test
pada klien TB paru merupakan pemeriksaan fokus yang terdiri atas inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.

16
1. Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan, sekilas pandangan klien dengan TB
paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanyanya penurunan proporsi
diameter batuk dada antero-prosterior dibandikan proporsi diameter lateral.
Pada klien TB paru minimal dan tanpa komplikasi biasanya gerakan
pernapasan tidak memiliki perubahan
Batuk dan sputum, saat melakukan pengkajian TB paru biasanya didapatkan
batuk produktif disertai dengan peningkatan produksi sekret dan sekresi
sputum yang purulen.
2. Palpasi
Palpasi trakea, adanya pergeseran trakea yang menunjukkan meskipun tidak
spesifik, penyaki dari lobus atas paru.
Gerakan dinding thorak anterior/ekskrusi pernapsan, TB paru pada komplikasi
pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan
seibang pada bagian kanan dan kiri.
Getaran suara, getaran suara yang terasa ketika perawat melakukan tangan
dada klien saat klien berbicara ada bunyi yang dibangkitkan oleh penlajaran
oleh laring arah distalsepanjang pohon bronkial untuk membuat dinding dada
dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk
merasakan bunyi pada dinding dadadisebut taktil fremitus. Adanya penurunan
taktil fremitus pada klien dengan TB paru biasanya dijumpai pada klien
komplikasi efusi pleura masif, sehingga hantaran suara menurun karena
tranmisi getaran suara harus melewati cairan yang berakumulasi dirongga
pleura.
3. Perkusi
pada klien dengan TB paru minimal tanpa kompliksi, biasanya akan
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapangan paru. Pada klien
TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi
redup sangat pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan
dirongga pleura.
4. Auskultasi

17
pada klien TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronkhi) pada sisi yang
sakit. Penting bagi perawat untuk mendokumentasikan hasil auskultasi daerah
mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop
ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vocal. Klien dengan TB paru
disertai dengan komplikasi seperti efusi pleuradan pneumothorakskan
didapatkan penurunan renonan vocal pada sisi yang sakit.
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapatkan meliputi :
 Inspeksi : tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik
 Palpasi : denyut nadi perifer melemah
 Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi
pleura masih mendorong ke sisi sehat
 Auskultasi : tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya
tidak didapatkan.
5. kebiasaan sehari hari
 Pola makan
 Pola istirahat dan tidur
 Pola BAB dan BAK
D. Analisa data
1. Data psikologi, sosial, dan spritual
Pengkajian psikologi klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perwat memperoleh perpepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko
sosial spritual yang seksama. Perawat perlu menanyakan kondisi pemungkiman
klien bertempat tinggal karena TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yeng
bertempat tinggal dipemukiman padat dan kumuh dikarena populasi bakteri TB
paru lebih mudah hidup ditempat yang kumuh dan pencahayaan mathari yang
kurang. TB paru penyakit yang pada umum nya menyerang masyarakat miskin
karena tidak sanggup meningkatkatkan daya tahan tubuh non spesifik,
menggosumsi makanan kurang bergizi, tidak kesanggupan membeli obat dan
mempersulit penyembuhan penyakit. Klien TB paru kebanyakan berpendidikan

18
rendah, akibatnya mereka sering kali tidak menyadari bahwa penyembuhan
penyakit dan kesehatan merupakan hal penting.
2. Data penunjang
3. Program terapi dan penatalaksanaan
II. Diagnosa keperawatan
1. ketidak ektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus
yang kental, hemomtisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema
trakea/farigeal
2. ketidak ektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pluera
3. kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membran
alveora/kapiler
4. pengurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
keletihan, anoreksia, dipsnea, peningkatan metabolisme tubuh.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang berhubungan dengan adanya
batuk, sesak nafas dan nyeri dada.
6. Ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari (ADL) yang berhubungan
dengan keletihan (keadaan fisik yang melemah)
7. Cemas yang berhubungan dengan adanya kematian yang dibayangkan
ketidakmampuan bernafas dan prognosis penyakit yang belum jelas.
8. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang
berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses penyakit dan
penatalaksaan perawatan dirumah
9. Resiko dengan transmisi infeksi yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang risiko patogen.
III. Tujuan dan hasil yang diharapkan
 tujuan dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan
nafas kembali efektif
 klien mampu melakukan batuk efektif
 pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu
nafas. Bunyi nafas normal, Rh-/- dan pengerakan pernapasan normal

19
 tujuan dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi pola napas kembali
efektif
 hasil yang dihapkan : klien mampu melakukan batuk efektif, irama, frekuensi
dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal, pada pemeriksaan
rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi napas
terdengar jelas.
 Tujuan dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan gangguan pertukaran gas
tidak terjadi
 Hasil yang diharapkan : melaporkan tak adanya penurunan dispnea, klien
menunjukkan tidak adanya gejala stress pernapasan
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat dengan
gas darah arteri dalam rentan normal
 Tujuan dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan, intake
nutrisi klien terpenuhi
 Hasil yang diharapkan : klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang
semula kurang menjadi adekuat, pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
 Tujuan dalam waktui 1x24 jam klien mampu memahami dan menerima
keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan
 Hasil yang diharapkan : klien terlihat mampu bernapas secara normal dan
mampu beradaptasi dengan keadaannya. Respon nonverbal klien lebih rileks
dan santai
 Tujuan dalam waktu 1x24 jam klien mampu melaksanakan apa yang telah
diinformasikan
 Hasil yang diharapkan : klien terlihat mengalami penurunan potensi
menularkan penyakit yang ditunjukan oleh kegagalan kontrak klien
 Tujuan klien dapat memperhatikan perilaku sehat menutup mulut ketika batuk
dan bersin
Tidak muncul tanda-tanda infeksi lanjutan
Tidak ada anggota keluarga/ orang terdekat yang tertular TB

20
 Hasil yang diharapkan : mengindentifikasikan invervensi untuk mencegah
atau menurunkan resiko penyebaran infeksi
Menunjukkan teknik/ melakukan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan
aman
IV. Rencana tindakan dan rasionalisasi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan NOC: NIC :
jalan nafas 1. Respiratory 1. Mendemonstra  Posisikan pasien untuk  Posisikan
tidak status : sikanbatuk memaksimalkan pasien
efektif ventilation efektif dan ventilasi. dengan
suara nafas Posisi semi
yang bersih, fowler untuk
tidak ada mengurangi
sianosis dan sesak
dyspneu  sisikan
(mampu pasien
 Posisikan untuk
mengeluarkan dengan
meringankan sesak
sputum, posisi semi
nafas
mampu fowler
bernafas  Untuk
dengan mengetahui
mudah, tidak  Monitor respirasi dan perkembang
ada pursed status O2 an status
lips) kesehatan
pasien dan
2. Menujukkan mencegah
2. Respiratory jalan nafas komplkasi
status : yang paten lanjutan
airway (klien tidak  Untuk
patency merasa mengetahui
tercekik, irama  Auskultasi suara nafas, perkembang
nafas, catat area yang an status
frekuensi ventilasinya menurun kesehatan
pernafasan atau tidak ada adanya pasien dan
dalam rentang suara nafas buatan mencegah
normal, tidak komplkasi
ada suara lanjutan
nafas
abnormal)

3. Mampu
mengidentifika
3. Aspiration si dan
control mencegah
factor yang
dapat
menghambat
jalan nafas
2 Gangguan NOC : Kriteria Hasil : NIC :
pertukaran 1. Respiratory 1. Mendemonstra  Posisikan paisen untuk  sisikan
gas status : gas sikan memaksimalkan

21
exhange peningkatan ventilasi pasien
2. Respirator ventiasi dan dengan
status : oksigenasi posisi semi
ventilation yang adekuat  Keluarkan sekret fowler
3. Vital sign dengan batuk atau  ajarkan
status sucsion pasien nafas
dalam dan
batuk efektif
 Monitor respirasi dan  Untuk
status O2 mengetahui
perkembang
an status
kesehatan
pasien dan
mencegah
komplkasi
lanjutan
3 Kurang NOC : Kriteria hasil : NIC :
pengetahua 1. Kowledge : 1. Pasien dan  Kaji kemampuan  Kemampuan
n disease keluarga belajar pasien belajar
procces menyatakan berkaitan
pemahaman dengan
tentang keadaan
payakit, emosi dan
kondisi, kesiapan
prognosis dan fisik.
program  Mencukupi
pengobatan  Tekankan pentingnya
kebutuhan
2. Pasien dan diet tinggi protein dan
metabolik
2. Kowledge : keluarga intake cairan yang
mengurangi
health mampu adekuat
kelelahan
behavior melakanakan intake cairan
prosedur yang membantu
dujelaskan mengencerk
secara benar an dahak

 Cobadicek, apakah diagnose diatas, rencanatindakannyasesuaidengankasus


TBC? Kenapahanya 3 ygdibahas?

V. Evaluasibagaimanabahasaygdigunakanuntukmengevaluasitindakanke
perawatan?
1. Keefektifan bersihan jalan nafas
2. Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
3. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan
perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

22
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
TB Paru merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang terus meningkat. Penyakit inisangat erat kaitannya
dengan kemiskinan, malnutrisi, tempat kumuh, perumahan dibawah standar, dan
perawatan kesehatan yang tidak adekuat. Mikobakterium tuberculosis telah
menginfeksi sepertiga penduduk dunia.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus TB paru adalah lingkungan yang
lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak
ada tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut.
Dalam mengkaji penyakit TB paru ini perlu diperhatikan riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, diagnostik test, dan analisa data. selain dapat
mengetahui penyakit TB paru kita juga bisa mengetahui komplikasi penyakit lain
pada seorang klien
 Kesimpulandaribab 2 dan 3, perhatikancarapenulisannya,
penggunaanhurufbesar, tandabacakoma, titik.

B. Saranapa saran
kelompokuntukmahasiswadanperawatygmelakukanasuhankeperawatanp
adapasien TBC, dalammenjalankan sop, panduanperawatan,
menerapkan guideline dari WHO ataukemenkes ? kaitkandengan
temuan2 barudalamaskeppasien TBC.
TB paru penyakit yang pada umum nya menyerang masyarakat miskin karena
tidak sanggup meningkatkatkan daya tahan tubuh non spesifik, menggosumsi
makanan kurang bergizi, tidak kesanggupan membeli obat dan mempersulit
penyembuhan penyakit. Klien TB paru kebanyakan berpendidikan rendah,
akibatnya mereka sering kali tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan
kesehatan merupakan hal penting. Oleh karena itu marilah menjaga kesehatan
dengan pola hidup sehat dan lingkungan yang bersih agar terhindar dari penyakit

24
serta perduli kepada diri sendiri ketika terinfeksi untuk segera diobati agar tidak
berkelanjutan pada yang lain.

25
DAFTAR PUSTAKAcaritahubagaimanamenulisdaftarpustaka.

Asih, Niluh Gede Yasmin, S.Kp dan Christantie Effendy, S.Kp. 2004.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisologi. Jakarta: Buku Keokteran
EGC.
Wijaya, Andra Saferi, Skep dan Yessie Mariza Putri, Skep. 2013. Keperawatan
Medikal Bedah Jilid I. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes RI. Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat Data
dan Kemetrian RI. 2016
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolusis
Paru. Jakarta. Kemenkes. 20019

26

Anda mungkin juga menyukai