Disusun oleh :
CIMAHI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang asuhan keperawatan Sistem Pernapasan. Kami berterima kasih
kepada Ibu Ns Siti Aminah, M.Kep selaku pembimbing akdemik profesi Ners
Medikal Bedah dan ibu Ns Nur Jamilah S.Kep selaku pembimbing lapangan di
ruang Zaitun I RSUD Al-Ihsan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. DEFINISI ............................................................................................... 5
B. ETIOLOGI ............................................................................................. 5
C. KLASIFIKASI......................................................................................... 5
E. PATOFISIOLOGI................................................................................. 10
F. PATHWAY .......................................................................................... 11
H. PENATALAKSANAAN ........................................................................ 13
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 46
B. SARAN ................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 47
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang
Perkiraan kasus TBC secara global pada tahun 2009 adalah : insiden
kasus 9,4 juta, prevalens kasus 14 juta. Jumlah kasus TBC tiga terbanyak
adalah di wilayah Asia tenggara (35%), wilayah Afrika 30%, wilayah Pasifik
250.000 (230.000 - 270.000 kasus), tetapi hanya 12% atau 30.000 kasus
Dari hasil data WHO tahun 2009, lima negara dengan insidens kasus
seluruh jumlah kasus didunia (21%), China (1.1–1.5 juta), Afrika Selatan
(PDPI, 2011).
1
pembangunan sumber daya manusia sehingga perlu mendapatkan
penduduk dunia. Sekitar 75% pasien TBC adalah kelompok usia produktif
dari total jumlah pasien TBC didunia dan setiap tahun terdapat 539.000
kasus baru. Insiden kasus TBC-BTA (bakteri tahan asam) positif sekitar 107
per 100.000 penduduk. Data survei Tuberkulosis Nasional tahun 2004 masih
rumah sakit tahun 2007, TBC menempati urutan pertama dalam proporsi
2
Secara regional prevalensi TBC BTA positif di Indonesia
penduduk), wilayah Jawa dan Bali (110 per 100.000 penduduk), dan wilayah
Indonesia Timur (210 per 100.000 penduduk), khusus untuk provinsi DIY
dan Bali angka prevalensi TBC adalah 68 per 100.000 penduduk. Mengacu
insiden TBC BTA positif secara nasional 3–4 % setiap tahunnya (Kemenkes
RI 2010).
Prevalensi dan insiden kasus TBC di Jawa Barat adalah 107 per
100.000 penduduk. Di perkiraan kasus baru TBC paru BTA positif adalah
45.149 kasus, dari total kasus TBC 245 per 100.000 atau 103.377 dari
penduduk Jawa Barat. Total kasus TBC yang ditemukan pada tahun 2009
masalah yang cukup komplek dengan luas wilayah dan jumlah penduduk
yang besar. Tercatat pada tahun 2009 jumlah penduduk adalah 42.194.869
jiwa, dengan luas wilayah yang terdiri dari 17 Kabupaten dan 9 kota. Hal
Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat dengan jumlah klien yang dirawat dari
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan TBC?
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab TBC dan patofisiologi
TBC?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny.Y dengan gangguan sistem
penafasan akibat TBC?
C. TUJUAN PENULIS
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ny.Y
dengan gangguan sistem pernafasan akibat TBC di ruang Zaitun I RSUD
Al-Ihsan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi, penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathway, penatalaksanaan serta konsep asuhan keperawatan pada
penyakit TBC.
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ny.Y yang mengalami
penyakit TBC.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
TB paru adalah penyakit menular yang terutama mempengaruhi
parenkim paru-paru. Itu juga dapat ditularkan ke bagian lain dari tubuh,
termasuk meninges, ginjal, tulang, dan kelenjar getah bening. Agen infeksi
asam (BTA) yang tumbuh lambat dan peka terhadap panas dan sinar
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan
dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling
banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi
B. ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosi ini tidak bisa berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil
tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal
dari penderita TB paru, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita
mastitis tuberculosis usus (Wim De Jong dalam Nurarif & Kusuma, 2015).
5
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat
aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten
2. Fase 2
daya tahan tubuh, dan bisa terdapat di tulang panjang, vetebral, tuba
menyebar ke organ yang lain dan yang kedua keginjal setelah paru.
C. KLASIFIKASI
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi, yaitu:
Derajat 1: Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (digital rectal
examination) atau colok dubur ditemukan penonjolan prostat dan
sisa urine kurang dari 50 ml.
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml
tetapi kurang dari 100 ml.
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan
sisa urin lebih dari 100 ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.
6
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurarif & Kusuma (2015):
6. Pada anak
gagal tumbuh.
Gejala umum (khas) menurut Tilong A (2012) yang terlihat ialah sebagai
berikut:
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang sesuatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
7
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) yang
produktif, hemoptisis (batuk darah) juga dapat terjadi. Baik gejala sistemik
gejala yang kurang jelas dibandingkan pasien yang lebih muda. (Smeltzer,
2010).
neklei. Pada ruang dengan ventilasi yang kecil, tertutup, atau buruk,
a. Cara penularan
8
2) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
tersebut.
b. Risiko penularan
9
berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi
setiap tahun.
menjadi positif.
E. PATOFISIOLOGI
Menurut LeMone dkk (2016), patofisiologi TB paru dimana droplet
nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang menghindari
sistem pertahanan jalan napas untuk masuk paru tertanam pada alveolus
yang dimediasi sel. Neutrofil dan makrofag mengisolasi bakteri, tetapi tidak
10
dapat menghancurkannya. Lesi granulomarosa disebut tuberkel, koloni basil
jaringan mati.
Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan parut seitar tubekel dan
basili tetap tertutup. Lesi ini pada akhirnya mengalami kabifikasi dan terlihat
penyakit TB. Jika respons imun tidak adekuat untuk mengandung basili,
Bentuk parah TB ini tidak lazim pada orang dewasa (LeMone dkk, 2016).
beragam dari lesi kecil hingga kavitasi luas jaringan paru. Tuberkel ruptur,
tubekel dan kavitasi dapat terjadi. Orang yang mengalami penyakit kronik
F. PATHWAY
Terlampir
11
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Menurut Williams & Willins (2011) yaitu sinar-X dada, uji kulit tuberkulin,
Akan tetapi, uji ini mungkin tidak bisa membedakan TB aktif dengan TB
tidak aktif.
lengan atas. Hasil uji dibaca dalam waktu 48 sampai 74 jam. Reaksi
positif (indurasi lebih besar atau sama dengan 10 mm, tergantung pada
infeksi pada TB aktif dan Tidak aktif. Akan tetapi, pasien yang menderita
sulit.
12
H. PENATALAKSANAAN
kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh penderita (Soedarto Dalam Putri A,
2017).
a. Pasien baru
1) Pasien kambuh
terdiganosis TB
pengobatan terakhir
up
13
4) Lain-lain adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir
a. Sembuh
b. Pengobatan Lengkap
tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada akhir
c. Gagal
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan, atau
d. Meninggal
14
f. Pindah (transfer out)
g. Tidak Dievaluasi
a. Tahap awall
b. Tahap lanjut
15
(H) gangguan fungsi hati, kejang
Rifampisin bakteriosidal Flu syndrome, gangguan
(R) gastrointestinal. Urine berwarna
merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash,
sesak nafas, anemia hemolitik
Pirazinamis bakteriosidal Gangguan gastrointestinal, gangguan
(Z) fungsi hati, gout artritis
Streptomisin bakteriosidal Nyeri ditempat suntikan, gangguan
(S) keseimbangan dan pendengaran,
renjatan anafilaktik, anemia,
agranulositosis, trombositopeni
Etambutol bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna,
(E) neuritis perifer
Sumber: Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis
d. Panduan OAT
sebagai berikut:
1) Kategori I : 2(HRZE)/4(HR)
TB Paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif,
16
(2) Lakukan pemeriksaan dahak ulang pada bulan ke 5 dan akhir
pengobatan.
(4) Berikan dosis OAT tahap lanjutan (tanpa OAT sisipan) dan
2) Kategori II : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E
17
pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya, pasien
berikut.
selesai diberikan.
yaitu :
a. Identitas klien
18
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu
lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
penularannya.
e. Riwayat psikososial
yang lain
19
2) Pola nutrisi dan metabolic
3) Pola eliminasi
menganggu aktivitas
20
10) Pola penanggulangan stress
g. Pemeriksaan fisik
1. Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2. Sistem pernapasan
3. Sistem pengindraan
4. Sistem kordiovaskuler
5. Sistem gastrointestinal
21
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6. Sistem musculoskeletal
7. Sistem neurologis
8. Sistem genetalia
2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
22
menyebar ke organ pembuluh
darah alveolar
membentuk tuberkel
pembentukan sputum
23
ghon)
membentuk tuberkel
alveolus mengalami
konsolidasi & eksudasi
24
kuman bersarang di jaringan
paru (sarang primer/fokus
ghon)
membentuk tuberkel
pembentukan sputum
Sesak
RR meningkat
25
Droplet dalam udara
DO:
1. Suhu tubuh diatas Masuk lewat jalan nafas
normal (36.5oC –
37oC) Menetap di jaringan paru
inflamasi
mempengaruhi hipotalamus
Hipertemia
26
paru (sarang primer/fokus
ghon)
menyebar ke bronkus
berkembang dan
menghancurkan jaringan ikat
sekitar
nekrosis
hipotalamus
27
Defisit Nutrisi
membentuk tuberkel
28
pembentukan sputum
Sesak
Intoleransi Aktivitas
29
menyebar ke bronkus
berkembang dan
menghancurkan jaringan ikat
sekitar
nekrosis
Defisit pengetahuan
30
makrofag
menyebar ke bronkus
berkembang dan
menghancurkan jaringan ikat
sekitar
nekrosis
Ketidakpatuhan
31
3. DIANGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas,
hipersekresi jalan napas, d.d klien batuk tidak efektif, sputum berlebih,
terdapat wheezing, ronkhi.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler,
d.d klien mengeluh sesak, PCO2 menurun, PO2 menurun, takikardia
dan tampak sianosis.
c. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan
upaya napas d.d klien mengeluh sesak, tampak penggunaan otot
bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, takukpnea/bradipnea.
d. Hipertemi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh meningkat diatas 37oC,
kulit terasa hangat.
e. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d klien mengeluh
nafsu makan menurun, berat badan menurun.
f. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d klien mengeluh lelah, dyspnea saat aktivitas
dan merasa lemah, nadi meningkat.
g. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Menanyakan
masalah yang dihadapi, klien menunukan perilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukan persepsi yang keliru dan klien tampak bingung
h. Ketidakpatuhan b.d efek samping program pengobatan, program
terapi komples/lama d.d klien menolak menjalani pengobatan,
perilaku tidak mengikuti dan menjalankan program
perawatan/pengobatan
4. INTERVENSI
32
jalan napas teratasi 2. Monitor adanya susah keluar atau
retensi sputum tidak
TUPEN : (TERAPEUTIK) 3. Semi fowler
Setelah dilakukan 3. Atur posisi semi membantu
asuhan keperawatan fowler memaksimalkan
selama 1x7 jam (EDUKASI) ekspansi paru dan
diharapkan spasme 4. Jelaskan tujuan dan meminimalkan
jalan napas, prosedur batuk upaya pernapasan
hipersekresi jalan napas efektif 4. Tarik napas dalam
teratasi dengan KH : 5. Anjurkan tarik napas dapat membantu
- RR dalam batas dalam melalui klien dalam
normal hidung, kemudian mengatur napas
keluarkan dari 5.
mulut.
6. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke3x
2. b. TUPAN : PEMANTAUAN
Setelah dilakukan RESPIRASI
asuhan keperawatan (OBSERVASI)
selama ….. jam 1. Monitor frekuensi, 1. Penurunaan bunyi
diharapkan gangguan irama, kedalaman napas dapat
pertukaran gas teratasi 2. Monitor pola napas menunujukkan
(seperti bradipnea, atelectasis, ronchi
TUPEN : takipnea, menunjukkan
Setelah dilakukan hipervemtilasi) akumulasi
asuhan keperawatan 3. Monitor adanya 2. Tb paru
selama …… jam sumbatan jalan menyebabkan efek
diharapkan perubahan napas efek luas pada paru
membrane alveolus- 4. Palpasi dan bagian kecil
kapiler teratasi dengan kesimetrisan bronkopnemonia
KH : ekspansi paru sampai
- Klien tidak mengeluh 5. Auskultasi bunyi inflamasi,difusi luas,
napas nekrosis, efusi
33
6. Monitor saturasi pleura
oksigen 3. Untuk mengetahui
(TERAPEUTIK) apakah ada
7. Atur interval sumbatan di jalan
pemantauan napas
respirasi sesuai 4. Untuk
kondisi pasien 5. Untuk mengetahui
(EDUKASI) bunyi napas
8. Jelaskan tujuan dan tambahan
prosedur
pemantauan
3. c. Setelah dilakukan MANAJEMEN JALAN 1. Penurunan bunyi
asuhan keperawatan NAPAS napas dapat
selama …….. jam (OBSERVASI) menunujukkan
diharapkan pola napas 1. Monitor pola napas atelectasis, ronchi
tidak efektif teratasi (frekuensi, menunjukkan
kedalaman, usaha akumulasi secret
TUPEN : napas) 2. Pengeluaran secret
Setelah dilakukan 2. Monitor sputum sulit jika secret
asuhan keperawatan (jumlah, warna, kental, sputum
selama 1x7jam bau) berdarah diakibatkan
diharapkan depresi (TERAPEUTIK) oleh kerusakan paru-
pusat pernapasan. 3. Posisikan semi paru
Hambatan upaya napas fowler 3. Semifowler
teratasi dengan KH : 4. Berikan minum membantu
- Klien dapat hangat memaksimalkan
mengeluarkan (EDUKASI) ekspansi paru dan
secret tanpa 5. Ajarkan batuk meminimalkan upaya
bantuan, efektif pernapasan
- Klien dapat 4. Air hangat dapat
menunjukkan mengencerkan
perilaku dahak
mempertahankan 5. Batuk efektif
jalan napas membantu
pengeluaran sputum
4. d. TUPAN : MANAJEMEN 1. Untuk mengetahui
34
Setelah diberikan HIPERTERMI intervensi
asuhan keperawatan (OBSERVASI) selanjutnya
selama 3x24 jam 1. Identifikasi 2. Mencegah terjadinya
diharapkan hipertermi penyebab syok hipovolemik
teratasi hipertermi 3. Tindakan tersebut
2. Monitor suhu tubuh meningkatkan
TUPEN : setelah (TERAPEUTIK) kenyamanan dan
dilakukan asuhan 3. Sediakan menurunkan
keperawatan selama lingkungan yang temperature suhu
1x7 jam diharapkan dingin dan 4. Meminimalisir aga
proses penyakit teratasi Longgarkan atau suhu tetapi stabil
dengann KH : lepaskan pakaian
- Suhu tubuh dalam (EDUKASI)
batas normal 4. Anjurkan tirah
- Klien tidak mengigil baring
35
6. f. TUPAN : Terapi Aktivitas
Setelah diberikan (OBSERVASI)
asuhan keperawatan 1. Identifikasi deficit 1. Untuk mengetahui
selama …… intoleransi tingkat aktivitas sejauh mana
aktivitas teratasi 2. Identifikasi aktivitas yang bias
kemampuan dilakukan klien dan
TUPEN : berpartisipasi dalam menilai kemampuan
Setelah dilakukan aktivitas tertentu klien dalam
asuhan keperawatan (TERAPEUTIK) beraktivitas
selama …… diharapkan 3. Fasilitasi memilih 2. Untuk memenuhi
ketidakcukupan energy aktivitas dan kebutuhan aktivitas
teratasi dengan KH : tetapkan tujuan sehari-hari klien
3. Klien tidak aktivitas yang sesuai dengan
mengatakan lelah konsisten sesuai kemampuannya
4. Klien merasa kemampuan fisik 3. Diharapkan klien
nyaman setelah 4. Libatkan keluarga lebih termotivasi
beraktivitas dalam aktivitas dengan adanya
5. Klien tidak sehari-hari dukungan keluarga
sianosis (EDUKASI) 4. Agar klien lebih
6. Tekanan darah 5. Ajarkan cara paham dan mau
dalam batas normal melakukan aktivitas melakukan
yang dipilih aktiviatas sesuai
6. Anjurkan melakukan yang dianjurkan
aktivitas fisik dalam petugas
menjaga fungsi dan
kesehatan
7. g. Setelah diberikan (OBSERVASI)
asuhan keperawatan 1. Identifikasi 1. Agar petugas lebih
selama …… jam depisit kesiapan dan mudah menetapkan
pengetahuan teratasi kemampuan intervensi selanjutnya
menerima
TUPEN : informasi
Setelah dilakukan 2. Identifikasi factor- 2. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan faktor yang dapat sejauh mana
selama ….. jam meningkatkan dan pengetahuan klien
diharapkan klien menurunkan mengenai hidup
36
terpapar informasi motivasi perilaku bersih dan sehat
dengan KH : hidup bersih dan
1. Klien menunjukan sehat
perilaku sesuai (TERAPEUTIK)
anjuran 3. Sediakan materi 3. Terpenuhinya
2. Klien menunjukan dan media informasi mengenai
persepsi yang benar pendidikan pengobatan klien
terhadap masalah kesahatan
3. Klien menjalani 4. Berikan 4. Agar masalah klien
pemeriksaan yang kesempatan untuk teratasi
tepat bertanya.
(EDUKASI)
5. Jelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi 5. Supaya klien lebih
kesehatan paham dan mau
6. Ajarkan perilaku melaksanakan
hidup bersih &
sehat
7. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
37
mengetahui program 3. Buat jadwal 3. Agar pengobatan
terapi dengan KH : pendampingan tidak putus
1. Klien menunjukan keluarga untuk ditengah jalan
perilaku sesuai bergantian
anjuran menemani klien
2. Klienmenunjukan selama menjalani
persepsi yang benar program
terhadap masalah pengobatan
3. Klien menjalani 4. Libatkan keluarga 4. Meningkatkan
pemeriksaan yang untuk mendukung motivasi pada klien
tepat pengoban yang untuk sembuh
dijalani
(EDUKASI)
5. Informasikan 5. Agar klien paham
program dan mengerti
pengobatan yang pengobatan yang
harus dijalani benar dan tuntas
6. Informasikan
manfaat yang akan 6. Meningkatkan
diperoleh jika pengetahuan klien
teratur menjalani mengenai
program pengobatan
pengobatan
7. Anjurkan keluarga 7. Meningkatkan
untuk mendampingi motivasi pada klien
dan merawat klien
selama program
pengobatan
8. Anjurkan klien dan 8. Masalah
keluarga penyakitnya segera
melakukan teratasi
konsultasi ke
pelayanan
keshatan terdekat
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama ( Inisial Klien ) : Ny. Y
2. Usia : 34 tahun
3. Status Perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : IRT/Wiraswasta
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Suku : Sunda
8. Bahasa Yang Digunakan : Sunda
9. Alamat Rumah : Banjaran Kulon 05 Rw 05
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung
10. Sumber Biaya : Umum
11. Tanggal Masuk RS : 01 November 2019
12. Diagnosa Medis : TB
13. Tanggal Pengkajian : 02 November 2019
14. No RM : 00-317 796
B. Sumber informasi ( penanggung jawab ) :
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 36 Tahun
3. Hubungan dengan klien : Suami
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Swasta
6. Alamat : Padalarang Kab Bandung Barat
39
B. Riwayat kesehatan saat pengkajian
Klien mengatakan mengalami penurunan napsu makan sejak 2 bulan
yang lalu sehingga berat badan menurun drastis, adanya mual dan batuk-
batuk di malam hari sehingga menganggu pola tidurnya. Klien juga
mengatakan adanya kelemahan di kedua kakinya terutama di kaki
sebelah kiri terasa berat.
C. Riwayat kesehatan masuk RS
Klien mengatakan dibawa ke UGD pada malam hari tanggal 01 November
2019 di RSUD Al-Ihsan, dengan keluhan adanya kelemahan, tidak ada
asupan makanan, mual-mual, kemudian klien di rawat di ruang zaitun 1
Medikal RS Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
D. Riwayat Kesehatan Lalu:
Klien mengatakan 10 tahun yang lalu di diagnosis TBC dan pernah
dirawat namun pengobatan tidak tuntas.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya ada yang menderita penyakit TBC
seperti yang diderita klien yaitu ayahnya, namun ayahnya sudah
meninggal karena penyakit tersebut.
F. Riwayat Psikososial – spiritual
Klien tampak tenang dan berorientasi dengaan baik, klien mengatakan
saat dirumah ibadah sholatnya dilakukan dengan duduk dikursi namun
ketika sakit ibadahnya tidak dilakukan. Klien dan keluarga klien
menanyakan bagaimana pengobatan penyakit yang diderita klien.
G. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:
No Pola Aktivitas Di rumah Di rumah sakit
40
disukai/alergi/panta
ngan
6) Perubahan berat 6) Tidak dikaji Sebelum sakit
badan 3 bulan 50kg, Saat sakit
terakhir 28,4kg, turun 21,6
b. Pola Cairan: kg
1) Asupan cairan
1) Oral
2) Jenis 1) Oral & parenteral
2) Air putih
3) Frekuensi 2) Air putih, cairan
3) 7x/hari
4) Volume total RL 20 gtt, Spulling
4) 1400 cc
NaCl
3) -
4) Spuling : 2000
cc/24 jam
Cairan infuse:
1500 cc/24 jam
2 Pola Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 1) 7x/hari 1) Menggunakan
kateter hari ke-2
2) Warna 2) Kuning jernih 2) Kuning jernih
3) Bau 3) Khas 3) Khas
4) Keluhan yang 4) Tidak ada 4) Menggunakan
berhubungan kateter
dengan BAK
b. BAB
1) Frekuensi 1) 1x/hari 1) Belum
2) Waktu 2) Pagi 2) –
3) Warna 3) Kuning 3) _
4) Bau 4) Khas 4) _
5) Konsistensi 5) Lembek 5) _
6) Penggunaan 6) Tidak ada 6) _
pencahar/laksatif:
41
7) IWL (Insensible
Water Loss)
3 Pola Personal Hygiene
1) Mandi 1) 2x/hari 1) 1x/hari
2) Oral Hygiene 2) 2x/hari 2) Belum dilakukan
3) Cuci Rambut 3) 2x/minggu 3) Belum dilakukan
4 Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama tidur 1) 6 jam/hari 1) 2 jam/hari
b. Waktu
Siang 2) 2 jam 2) 1 jam/hari
Malam 3) 4 jam/hari 3) 1 jam/hari
c. Penggunaan obat tidur 4) Tidak ada 4) Tidak ada
d. Kesulitan dalam hal 5) Tidak ada 5) Tidak ada
tidur
5 Pola Aktivitas dan Latihan:
a. Kegiatan dalam 1) wiraswasta 1) Tidak melakukan
pekerjaan pekerjaan
b. Kegiatan waktu luang 2) Kumpul bersama 2) Tirah baring
keluarga
c. Keluhan dalam 3) Lemah 3) Ada
beraktivitas
d. Olahraga 4) Jarang 4) Tidak
e. Keterbatasan dalam berolahraga
hal 5) Tidak ada 5) ADL
42
H. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan Darah : 73/57 mmHg
- Nadi : 98 x/Menit
- Pernafasan : 22 x/Menit
- Suhu : 35,7oC
- Spo2 : 100 %
- BB sebelum sakit : 50 kg
- BB saat ini : 28,4 kg
43
g. Sistem Sensori persepsi
Bentuk mata, telinga, hidung dan mulut simetris, konjungtiva
berwarna anemis, sklera berwarna putih, reflek pupil baik dan dapat
bereaksi terhadap cahaya, mukosa bibir berwarna merah muda dan
lembab berwarna merah muda..
h. Sistem pencernaan
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, bising usus 12
x/menit.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 1 Oktober 2019
Nama Test Hasil Unit Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Masa pendarahan/BT 2`00`` Menit 1 ~3
Masa pembekuan/CT 9`00`` Menit 5 ~ 11
DARAH RUTIN
Hemoglobin 8.1 g/dL 15.1
Lekosit 17870 sel/uL 3800 ~ 10600
Eritrosit 3.19 Juta/uL 4.5 ~ 6.5
Hematokrit 26,1 % 40 ~ 52
Trombosit 446000 Sel/uL 150000 ~ 440000
Natrium 117 mm0l/L 135-145
Kalium 3.3 mEq/L 3.5 ~ 5
Kalsium 0.89 mg/dL 8.8 ~10.4
Tanggal 3 November 2019
DARAH RUTIN
Hemoglobin 12.1 g/dL 15.1
Lekosit 15090 sel/uL 3800 ~ 10600
Eritrosit 4.49 Juta/uL 4.5 ~ 6.5
Hematokrit 37.2 % 40 ~ 52
Trombosit 309.000p Sel/uL 150000 ~ 440000
44
2. Pemeriksaan Radiologi
Hasil Ronsent Thorax tanggal 1 November 2019 adalah Terdapat
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Nama Obat Dosis Rute Waktu Golongan
Ondansentron 3x1 IV Antiemetik
Pantoprazole 1x1 IV 04 .00 dan 16.00 Antiemetik
Magtral 2x1 IV 04 .00 dan 16.00 Antiemetik
Sanmol 3x1 IV Antipiretik
NaCl 0,9 % 1500 IV Cairan elektrolit
NaCl 3 % IV
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Observasi TTV
b. Monitoring intake dan output
c. Berikan fisioterapi dada
d. Edukasi pengobatan dan kepatuhan dalam perawatan/pengobatan
45
3. Saat sakit 28,4kg bakteri tumbuh dan berkembang di
4. LLA : 16 cm sitoplasma makrofag
5. Lingkar perut :69 cm
kuman bersarang di jaringan paru
(sarang primer/fokus ghon)
menyebar ke bronkus
nekrosis
hipotalamus
46
Defisit Nutrisi
menyebar ke bronkus
nekrosis
47
hipotalamus
Hipovolemia
48
menyebar ke organ pembuluh darah
alveolar
membentuk tuberkel
pembentukan sputum
Sesak
Intoleransi Aktivitas
49
sitoplasma makrofag
menyebar ke bronkus
nekrosis
Mengaktivasi RAS
Klien terjaga
Defisit Nutrisi
50
Klien dan keluarga Menetap di jaringan paru
tampak bingung
inflamasi
menyebar ke bronkus
nekrosis
Defisit pengetahuan
51
pengobatannya tidak Masuk lewat jalan nafas
tuntas.
DO : Menetap di jaringan paru
perilaku tidak
mengikuti dan inflamasi
menjalankan program
perawatan/pengobatan bakteri tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag
menyebar ke bronkus
nekrosis
Ketidakpatuhan
52
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS
1. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d Klien mengatakan
penurunan napsu makan, berat badan menurun.
2. Hipovolemi b.d kekurangan intake cairan d.d klien mengatakan sering
haus
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d klien mengatakan adanya
kelemahan di kedua kakinya terutama di kaki sebelah kiri
4. Gangguan pola tidur b.d Restraint fisik d.d klien mengatakan batuk-
batuk
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d klien
menanyakan masalah yang dihadapi dan klien tampak bingung
6. Ketidakpatuhan b.d program pengobatan yang lama d.d perilaku tidak
mengikuti dan menjalankan program perawatan/pengobat
53
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tanggal Keperawatan dan Tujuan ( SMART) Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang
35
kurangnya asupan menarik dan suhu yang
makanan teratasi sesuai
dengan kriteria hasil : (EDUKASI)
1. Napsu makan 6. Ajarkan diet yang 6. meningkatkan berat badan
meningkat diprogramkan
2. BB meningkat
0,50kg
2. Sabtu Hipovolemi b.d Tupan : MANAJEMEN HIPOVOLEMIA
02-11- kekurangan intake Setelah dilakukan (OBSERVASI)
2019 cairan d.d klien auhan keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Menentukan
mengatakan sering selama 3x12 jam hipovolemia (mis. Frekuensi intervensi
haus hipovolemi teratasi nadi, nadi terabah lemah, selanjutnya
sebagian tekanan darah menurun,
turgor kulit mmenurun)
2. Monitor intake dan output
Tupen :
cairan 2. Mengetahui intake
Setelah dilakukan
(TERAPEUTIK) dan output cairan
asupan keperawatan
3. Hitung kebutuhan cairan
selama 1x12 jam
3. Memenuhi
kekurangan intake kebutuhan cairan
cairan klien teratasi dan elektrolit klien
36
dengan KH : (EDUKASI)
1. Klien tidak 4. Aanjurkan memperbanyak
mengeluh sering cairan oral 4. Mencegah dehidrasi
haus
2. Turgor kulit baik
3. Tekanan darah
dalam batas
normal
4. Membran mukosa
baik
3. Sabtu Intoleransi aktivitas Tupan: Terapi Aktivitas
02-11- b.d kelemahan d.d Setelah di berikan (OBSERVASI)
2019 klien mengatakan asuhan keperawata 1. Identifikasi defisit tingkat 1. mengetahui tingkat kekuatan otot
adanya kelemahan selama 4 x 12 jam, aktivitas
di kedua kakinya intoleransi aktivitas 2. Identifikasi kemampuan 2. mengetahui sejauh mana klien
terutama di kaki teratasi berpartisipasi dalam aktivitas bias beraktivitas mandiri
sebelah kiri tertentu
Tupen : (TERAPEUTIK)
Setelah di berikan 3. Libatkan keluarga dalam 3. agar mengetahui kebutuhan ADL
asuhan keperawatan aktivitas sehari-hari klien
37
selama 1x12 jam, (EDUKASI)
kelemahan klien 4. Anjurkan melakukan aktivitas 4. Agar otot-otot klien tidak kaku jika
teratasi dengan kriteria fisik dalam menjaga fungsi di diamkan terus
hasil : dan kesehatan
1. kelemahan
berkurang
2. kekuatan otot
meningkat
38
restraint fisik teratasi 9. anjurkan menepati 5. agar pola tidur teratur
dengan KH : kebiasaan waktu tidur
1. Batuk-batuk klien
berkurang
2. Mata tampak sayup
3. konjugtiva
ananemis
39
kurang terpaparnya 4. Jelaskan faktor risiko yang 4. Klien lebih paham akan
informasi teratasi dapat mempengaruhi komplikasi yang akan terjadi
dengan kriteria hasil : kesehatan pada penyakitnya
1. Klien tidak (EDUKASI)
menanyakan 5. Ajarkan perilaku hidup 5. Meningkatkan kesehatan klien
masalah yang bersih & sehat
dihadapinya lagi
2. Klien dan keluarga
sudah paham
tentang penyakitnya
6. Sabtu Ketidakpatuhan b.d Tupan: DUKUNGAN KEPATUHAN 1. Mengetahui sejauh mana klien
02-11- program Setelah di berikan PROGRAM PENGOBATAN mematuhi pengobatannya selama
2019 pengobatan yang asuhan keperawata (OBSERVASI) ini
lama d.d perilaku selama 3 x 12 jam, 1. Identifikasi kepatuhan 2. Memastikan agar klien benar-
tidak mengikuti dan ketidakpatuhan teratasi menjalani program benar paham akan pentingnya
menjalankan pengobatan pengobatan yang tuntas
program Tupen : (TERAPEUTIK) 3. agar pengawasan minum obat
2. Buat komitmen menjalani selama pengobatan klien tuntas
perawatan/pengobat Setelah di berikan
program pengobatan serta memberikan dukungan
asuhan keperawatan
dengan baik kepada klien
40
selama 1x12 jam, 3. Libatkan keluarga untuk 4. Agar klien mengetaahui jadwal
program pengobatan mendukung pengoban yang pengobatan yang harus dijalani
yang lama teratasi dijalani 5. agar pengobatan tidak lama
dengan kriteria hasil : (EDUKASI) dan biaya tidak bertambah besar
1. Klien paham 4. Informasikan program 6. agar klien dan keluarga bisa
akan pengobatan pengobatan yang harus mencegah penularan
dan dijalani
5. Informasikan manfaat yang
perawatannya
akan diperoleh jika teratur
dan
menjalani program
2. mengikuti dan
pengobatan
menjalankan
6. Anjurkan klien dan
program keluarga melakukan
perawatan/pengo konsultasi ke pelayanan
batan keshatan terdekat
41
CATATAN IMPLEMENTASI
42
masih mengalami penurunan napsu makan. belum teratasi
2 2 Sabtu 02-11- 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Tanggal : sabtu, 02 November
2019 Frekuensi nadi, nadi terabah lemah, tekanan darah 2019
menurun, turgor kulit mmenurun)
08:50 Jam : 13.10 WIB
R/ TD : 75/56 N: 98x/menit S: 35,7 R:22x/menit
09:30 Turgor kulit menurun S : klien mengatakan masih
2. Memonitor intake dan output cairan lemas
09:35 R/ Intake : 240ml (minum), NaCl 500ml
Output : 600ml O:
09:40
3. Menghitung kebutuhan cairan
1. klien tampak lemah
R/ kebutuhan cairan klien 1,5L/hari
4. Menganjurkan memperbanyak cairan oral 2. turgor kulit menurun
P : Intervensi di lanjutkan
43
3. 3 Sabtu 1. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas Perawat Tanggal : sabtu, 02 November
R/ 2019
02-11-2019
a. klien mengeluh lelah saat beraktivitas
Jam : 13.20 WIB
b. Adanya kelemahan di kedua kakinya
terutama di kaki sebelah kiri S : klien mengeluh masih ada
terasa berat kelemahan
c. Kekuatan otot
5 5 O : kekuatan otot
4 4
A : Masalah kelemahan belum
2. Mengidentifikasi kemampuan berpartisipasi dalam teratasi
aktivitas tertentu
R/ klien hanya bisa bergeser dan miring kanan dan P : Intervensi di lanjutkan
kiri, tetapi dibantu oleh keluarga dengan no 1,2,.3, 4
3. Melibatkan keluarga dalam aktivitas sehari-hari
R/ keluarga klien membantu aktivitas sehari-hari
seperti berpakaian dan miring kanan dan miring kiri
4. Menganjurkan melakukan aktivitas fisik dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
R/ klien hanya tirah baring
44
4. 4 Sabtu 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Tanggal : sabtu, 02 November
R/ klien mengatakan tidur malam 2 jam, siang ± 30 2019
02-11-2019
menit
Jam : 13.30 WIB
2. Mengidentifikasi faktor penganggu tidur
R/ klien mengatakan gatal pada tengerokan S : klien mengatakan tidur
sehingga batuk-batuk danitu menganggu tidur masih belum nyenak dan tidur
malamnya ± 2 jam
3. Memodifikasi lingkungan O : mata klien tampak sayup,
R/ klien hanya tidur sendiri di satu ruangan wajah klien tampak pucat
4. Menjelaskan pentingnya tidur selama sakit A : Masalah restrain fisik
R/ klien paham tentang pentingnya tidur, dan belum teratasi
mengatakan ingin memiliki pola tidur yang baik P : Intervensi di lanjutkan
45
5 5 Sabtu 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan Tanggal : sabtu, 02 November
menerima informasi 2019
02-11-2019
R/ klien tampak menerima informasi dan masukan
Jam : 13.40WIB
yang diberikan oleh perawat
2. Memberikan kesempatan untuk bertanya S : klien mengatakan mulai
R/ klien bertanya bagaimana pengobatannya paham dengan pengobatan
3. Menjelaskan faktor resiko yang dapat penyakitnya
mempengaruhi kesehatan O : klien tampak mengerti apa
R/ klien mulai paham setelah dijelaskan oleh yang disampaikan oleh
perawat perawat
4. Mengajarkan perilaku sehat bersih A : masalah kurang
R/ klien dan keluarga klien menggunakan masker terpaparnya informasi teratasi
untuk menghindari penularan P : intervensi dihentikan
6 6 Sabtu 1. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani program Tanggal : sabtu, 02 November
pengobatan 2019
02-11-2019
R/ klien mengatakan 10 tahun yang lalu mengalami
Jam : 13.50 WIB
di diagnose TBC yang sama dengan penyakit yang
dialami sekarang S : klien mengatakan belum
2. Membuat komitmen menjalani program pengobatan patuh dalam menjalani
dengan baik pengobaatan
46
R/ klien akan mencoba menepati pengobatan TBC
secara tuntas O : klien tampak tidak
3. Melibatkan keluarga untuk mendukung pengobatan mengikuti dan menjalankan
yang dijalani program
R/ keluarga klien mengatakan sebelumnya klien perawatan/pengobatan
tinggal dengan suami dan anaknya, sehingga tidak
ada yang mengontrol untuk pengobatan A : program pengobatan yang
4. Menginformasikan program pengobatan yang harus lama belum teratasi
dijalani
R/ klien sebenarnya sudah mengetahui P : lanjutkan intervensi
pengobatannya namun tidak sabar dalam
menjalaninya
47
No. Dx. Tanggal/Ja Implementasi
No Paraf Evaluasi ( SOAP) dan paraf
Kep m ( Respon dan atau Hasil )
48
CATATAN PERKEMBANGAN
49
- E: defisit nutrisi & nyeri akut
- R: lanjutkan intervensi
2 3-11-2019 2 - S : Klien mengatakan masih lemas
- O : turgor kulit menurun
Natrium : 117
TD : 82/63 mmHg, N : 82x/menit
Intake : minum 500 ml, Nacl : 500 ml
Output : 400 ml
- A : hipovolemi belum teratasi
- P : observasi TTV, monitor intake dan output, anjurkan
perbanyak cairan oral.
- I : mengidentifikasi status nutrisi, monitor asupan
makanan, memonitor berat badan, mengajarkan diet
sesuai program.
- E : hipovolemi
- R : lanjutkan intervensi
3 3-11-2019 3 - S : Klien mengatakan masih lemas 1
- O : turgor kulit menurun
Natrium : 117
TD : 82/63 mmHg, N : 82x/menit
50
Intake : minum 500 ml, Nacl : 500 ml
Output : 400 ml
- A : hipovolemi belum teratasi
- P : observasi TTV, monitor intake dan output, anjurkan
perbanyak cairan oral.
- I : Mengobservasi TTV, memonitor intake dan output,
menganjurkan perbanyak cairan oral.
- E : hipovolemi
- R : lanjutkan intervensi
4 3-11-2019 4 - S : Klien mengatakan tidur malam masih belum
nyenyak, ± 1 jam setengah
- O : mata klien tampak sayup
- A : hipovolemi belum teratasi
- P : identifikasi status nutrisi, monitor asupan makanan,
monitor berat badan, ajarkan diet sesuai program.
- I : mengidentifikasi status nutrisi, monitor asupan
makanan, memonitor berat badan, mengajarkan diet
sesuai program.
- E : hipovolemi
- R : lanjutkan intervensi
51
5 3-11-2019 6 - S : Klien mengatakan akan mematuhi pengobatan
yang akan di jalankan.
- O : mata klien tampak sayup
- A : ketidakpatuhani belum teratasi
- P : identifikasi kepatuhan menjalani program, libatkan
keluarga untuk mendukung pengobatan yang di jalani
- I : mengidentifikasi kepatuhan menjalani program,
melibatkan keluarga untuk mendukung pengobatan
yang di jalani sesuai program.
- E : ketidakpatuhan
- R : lanjutkan intervensi
52
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus di atas diketaui bahwa klien memiliki diagnosa medis TBC
dengan diagnosa keluahan utama adalah adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat, sesuai
dengan teori bahwa pada pasien di lapangan dengan kasus TBC ditemukan
keluahn utama yaitu klien mengeluh lemas, dan mengalami penurunan napsu
makan. Pada diagnosa keperawatan di teroi terdapat enam diagnosa yaitu :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi jalan
napas, d.d klien batuk tidak efektif, sputum berlebih, terdapat wheezing,
ronkhi.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler, d.d
klien mengeluh sesak, PCO2 menurun, PO2 menurun, takikardia dan tampak
sianosis.
c. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya
napas d.d klien mengeluh sesak, tampak penggunaan otot bantu
pernapasan, fase ekspirasi memanjang, takukpnea/bradipnea.
d. Hipertemi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh meningkat diatas 37oC, kulit
terasa hangat.
e. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d klien mengeluh
nafsu makan menurun, berat badan menurun.
f. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d klien mengeluh lelah, dyspnea saat aktivitas dan merasa lemah,
nadi meningkat.
g. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Menanyakan masalah
yang dihadapi, klien menunukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan
persepsi yang keliru dan klien tampak bingung
h. Ketidakpatuhan b.d efek samping program pengobatan, program terapi
komples/lama d.d klien menolak menjalani pengobatan, perilaku tidak
mengikuti dan menjalankan program perawatan/pengobatan
Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus adalah
sebagai beikut :
1. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d Klien mengatakan
penurunan napsu makan, berat badan menurun.
2. Hipovolemi b.d kekurangan intake cairan d.d klien mengatakan sering haus
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d klien mengatakan adanya kelemahan
di kedua kakinya terutama di kaki sebelah kiri
4. Gangguan pola tidur b.d Restrain fisik d.d klien mengatakan batuk-batuk
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d klien menanyakan
masalah yang dihadapi dan klien tampak bingung
6. Ketidakpatuhan b.d program pengobatan yang lama d.d perilaku tidak
mengikuti dan menjalankan program perawatan/pengobat
Hal ini disebabkan diagnosa yang muncul dalam kasus mengambil semua
keluhan yang ada pada pasien sehingga terdapat perbedaan antara kasus pada
lapangan dengan teori.
45
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
TB paru adalah penyakit menular yang terutama mempengaruhi parenkim
paru-paru. Itu juga dapat ditularkan ke bagian lain dari tubuh, termasuk
meninges, ginjal, tulang, dan kelenjar getah bening. Agen infeksi utama
(BTA) yang tumbuh lambat dan peka terhadap panas dan sinar matahari
(Smeltzer, 2010).
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan
saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak
melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri
B. SARAN
Bagi mahasiswa, sudah seharusnya memberikan peran dengan
mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang kebutuhan asuhan
keperawatan medical bedah khususnya pada sistem pernapasan
46
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.
47