Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN AKIBAT TUBERCULOSIS DI RUANG ZAITUN I
RSUD AL-IHSAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :

1. Aldan Renaldi : J.0105.19.003


2. Putri Ainun Zaskia : J.0105.19.027
3. Rosa Dwi Apriyani : J.0105.19.032
4. Yusup Mulyana : J.0105.19.053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS (PROFESI)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang asuhan keperawatan Sistem Pernapasan. Kami berterima kasih
kepada Ibu Ns Siti Aminah, M.Kep selaku pembimbing akdemik profesi Ners
Medikal Bedah dan ibu Ns Nur Jamilah S.Kep selaku pembimbing lapangan di
ruang Zaitun I RSUD Al-Ihsan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Baleendah, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 4

C. TUJUAN PENULIS ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 5

A. DEFINISI ............................................................................................... 5

B. ETIOLOGI ............................................................................................. 5

C. KLASIFIKASI......................................................................................... 5

D. MANIFESTASI KLINIS .......................................................................... 7

E. PATOFISIOLOGI................................................................................. 10

F. PATHWAY .......................................................................................... 11

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC ........................................................... 12

H. PENATALAKSANAAN ........................................................................ 13

BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................... 39

I. DATA DASAR ..................................................................................... 39

II. RIWAYAT KESEHATAN ..................................................................... 39

III. ANALISA DATA .................................................................................. 45

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS ........... 53

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ............................................. 35

CATATAN IMPLEMENTASI ................................................................. 42


BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 44

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 46

A. KESIMPULAN ..................................................................................... 46

B. SARAN ................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 47

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TBC yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat juga menyerang organ

lainnya. Pada tahun 1993 WHO (World Health Organization) telah

mencanangkan TBC sebagai Global Emergency karena jumlah kasus TBC

meningkat dan tidak terkendali khususnya pada negara yang dikelompokkan

dalam 22 negara dengan masalah TBC terbesar.

Perkiraan kasus TBC secara global pada tahun 2009 adalah : insiden

kasus 9,4 juta, prevalens kasus 14 juta. Jumlah kasus TBC tiga terbanyak

adalah di wilayah Asia tenggara (35%), wilayah Afrika 30%, wilayah Pasifik

barat 20%. Diperkirakan kasus TBC-MDR (Multi drug resistant) sebanyak

250.000 (230.000 - 270.000 kasus), tetapi hanya 12% atau 30.000 kasus

yang sudah terkonfirmasi.

Dari hasil data WHO tahun 2009, lima negara dengan insidens kasus

terbanyak yaitu india (1.6–2.4 juta) menyumbang kira-kira seperlima dari

seluruh jumlah kasus didunia (21%), China (1.1–1.5 juta), Afrika Selatan

(0.4–0.59 juta), Nigeria (0.37–0.55 juta) dan Indonesia (0.35–0.52 juta)

(PDPI, 2011).

Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang

termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan ancaman besar bagi

1
pembangunan sumber daya manusia sehingga perlu mendapatkan

perhatian yang lebih serius dari semua pihak.

TBC adalah penyakit menular yang telah menginfeksi sepertiga

penduduk dunia. Sekitar 75% pasien TBC adalah kelompok usia produktif

secara ekonomis (15-50 Tahun). Diperkirakan seorang pasien TBC dewasa

akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, hal tersebut

berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangga sekitar 20–

30%. Jika ia meninggal akibat TBC, maka akan kehilangan pendapatan

sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TBC juga memberikan

dampak buruk lainnya secara sosial, stigma, bahkan dikucilkan oleh

masyarakat. (Depkes RI, 2008)

Diperkirakan saat ini jumlah pasien TBC di Indonesia sekitar 5,8 %

dari total jumlah pasien TBC didunia dan setiap tahun terdapat 539.000

kasus baru. Insiden kasus TBC-BTA (bakteri tahan asam) positif sekitar 107

per 100.000 penduduk. Data survei Tuberkulosis Nasional tahun 2004 masih

mendapatkan bahwa kasus baru di Indonesia rata-rata 110 per 100.000

penduduk dengan kematian 100.000 pertahun.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007 menyatakan

penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit

stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Berdasarkan data statistik

rumah sakit tahun 2007, TBC menempati urutan pertama dalam proporsi

penyakit menular (27,8%) dan menempati urutan ke 14 terbanyak di rawat

inap, sedangkan tahun 2008 menempati urutan ke 7 sebagai penyakit

terbanyak di rawat jalan (Kemenkes RI, 2010).

2
Secara regional prevalensi TBC BTA positif di Indonesia

dikelompokan dalam 3 wilayah, yaitu wilayah Sumatra (160 per 100.000

penduduk), wilayah Jawa dan Bali (110 per 100.000 penduduk), dan wilayah

Indonesia Timur (210 per 100.000 penduduk), khusus untuk provinsi DIY

dan Bali angka prevalensi TBC adalah 68 per 100.000 penduduk. Mengacu

pada hasil survei prevalensi tahun 2004, diperkirakan terjadi penurunan

insiden TBC BTA positif secara nasional 3–4 % setiap tahunnya (Kemenkes

RI 2010).

Prevalensi dan insiden kasus TBC di Jawa Barat adalah 107 per

100.000 penduduk. Di perkiraan kasus baru TBC paru BTA positif adalah

45.149 kasus, dari total kasus TBC 245 per 100.000 atau 103.377 dari

penduduk Jawa Barat. Total kasus TBC yang ditemukan pada tahun 2009

sejumlah 61.429 kasus (Dinkes Prov.Jabar 2010).

Provinsi Jawa Barat dalam penanganan Tuberculosa menghadapi

masalah yang cukup komplek dengan luas wilayah dan jumlah penduduk

yang besar. Tercatat pada tahun 2009 jumlah penduduk adalah 42.194.869

jiwa, dengan luas wilayah yang terdiri dari 17 Kabupaten dan 9 kota. Hal

tersebut mengakibatkan Jawa Barat sebagai kontributor utama di Indonesia

dalam penemuan kasus TBC.

Penyakit TBC merupakan jenis penyakit yang masuk ke dalam

sepuluh besar penyakit, di ruangan Zaitun 1 Medikal Rumah sakit Umum

Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat dengan jumlah klien yang dirawat dari

bulan Januari sampai dengan Oktober 2019 sebanyak 58 orang. Maka

dengan itu penyusun tertarik untuk membuat makalah mengenai asuhan

keperawatan pada klien TBC.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan TBC?
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab TBC dan patofisiologi
TBC?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny.Y dengan gangguan sistem
penafasan akibat TBC?

C. TUJUAN PENULIS
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ny.Y
dengan gangguan sistem pernafasan akibat TBC di ruang Zaitun I RSUD
Al-Ihsan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi, penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathway, penatalaksanaan serta konsep asuhan keperawatan pada
penyakit TBC.
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ny.Y yang mengalami
penyakit TBC.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
TB paru adalah penyakit menular yang terutama mempengaruhi

parenkim paru-paru. Itu juga dapat ditularkan ke bagian lain dari tubuh,

termasuk meninges, ginjal, tulang, dan kelenjar getah bening. Agen infeksi

utama Mycobacterium tuberculosis, TB paru adalah batang aerobik tahan

asam (BTA) yang tumbuh lambat dan peka terhadap panas dan sinar

matahari (Smeltzer, 2010).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan

dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling

banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi

bakteri tersebut. (Syvia A.price dalam Nurarif & Kusuma, 2015)

B. ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosi ini tidak bisa berspora sehingga mudah

dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua

macam mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil

tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal

dari penderita TB paru, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila

menghirupnya. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita

mastitis tuberculosis usus (Wim De Jong dalam Nurarif & Kusuma, 2015).

5
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat

bertahan hidup menyebar kenodus limfatukus lokal. Penyebaran melalui

aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten

dapat bertahan sampai bertahun-tahun (Nurarif & Kusuma, 2015).

Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase (Wim De Jong dalam

Nurarif & Kusuma, 2015):

1. Fase 1 (fase tuberculosis primer): Masuk kedalam paru dan

berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh.

2. Fase 2

3. Fase 3 (fase laten): Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-

tahun/seumur hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan

daya tahan tubuh, dan bisa terdapat di tulang panjang, vetebral, tuba

fallopi, otak, kelenjar limf hilus, leher dan ginjal

4. Fase 4: Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaiknya, juga dapat

menyebar ke organ yang lain dan yang kedua keginjal setelah paru.

C. KLASIFIKASI
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi, yaitu:
Derajat 1: Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (digital rectal
examination) atau colok dubur ditemukan penonjolan prostat dan
sisa urine kurang dari 50 ml.
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml
tetapi kurang dari 100 ml.
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan
sisa urin lebih dari 100 ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.

6
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurarif & Kusuma (2015):

1. Demam 40-41 0c, serta ada batuk/batuk darah

2. Sesak nafas dan nyeri dada

3. Malaise, keringat malam

4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada

5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

6. Pada anak

a. Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau

gagal tumbuh.

b. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.

c. Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.

d. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

Gejala umum (khas) menurut Tilong A (2012) yang terlihat ialah sebagai

berikut:

1. Tergantung dari organ tubuh yang terinfeksi. Bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju paru-paru) akibat penekanan

kelenjar getah bening yang membesar, maka bisa menimbulkan suara

mengi dan suara napas melemah yang disertai sesak.

2. Jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), maka dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang

yang sesuatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di

atasnya. Pada muara akan keluar cairan nanah.

7
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) yang

disebut meningitis (radang selaput otak). Gejalanya demam tinggi,

adanya penurunan kesadaran, dan kejang-kejang.

Manifestasi klinis TB paru berbahaya. sebagian besar pasien

mengalami demam dengan perubahan yang rendah, batuk, keringat malam,

kelelahan, dan penurunan berat badan, mengalami batuk produktif/tidak

produktif, hemoptisis (batuk darah) juga dapat terjadi. Baik gejala sistemik

dan paru kronis dan mungkin telah terifeksi selama berminggu-minggu

hingga berbulan-bulan. pasien yang lebih parah biasanya muncul dengan

gejala yang kurang jelas dibandingkan pasien yang lebih muda. (Smeltzer,

2010).

1. Sumber penularan dan faktor resiko terjadinya TB Paru

Menurut LeMone dkk (2016), resiko infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosi dipengaruhi oleh karakteristik orang yang terinfeksi, derajat

kontaminasi udara, durasi pajanan, dan kerentanan pejamu. Jumlah

mikroba dalam sputum, frekuensi, dan dorongan batuk, serta perilaku

seperti menutup mulut ketika batuk menyebabkan produksi droplet

neklei. Pada ruang dengan ventilasi yang kecil, tertutup, atau buruk,

droplet neklei menjadi lebih pekat, meningkatkan risiko pajanan.

Menurut Depkes RI (2011), cara penularan dan faktor resiko TB

paru adalah sebagai berikut:

a. Cara penularan

1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

8
2) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke

udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk

dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

3) Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan

dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat

mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung

dapat membunuh kuman.

4) Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan

yang gelap dan lembab.

5) Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat

kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien

tersebut.

6) Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB

ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut.

b. Risiko penularan

1) Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan

dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan

kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru

dengan BTA negatif.

2) Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual

Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk

yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%,

9
berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi

setiap tahun.

3) ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

4) Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif

menjadi positif.

c. Risiko menjadi sakit TB

1) Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

2) Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-

rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang)

akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya

adalah pasien TB BTA positif.

3) Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi

pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya

infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).

E. PATOFISIOLOGI
Menurut LeMone dkk (2016), patofisiologi TB paru dimana droplet

nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang menghindari

sistem pertahanan jalan napas untuk masuk paru tertanam pada alveolus

dan bronkiolus pernapasan, biasanya pada lobus atas. Karena bakteri

memperbanyak diri, meraka menyebabkan respons inflamasi lokal. Respons

inflamasi membawa neutrofil dan makrofag ke tempat tersebut. Sel fagositik

ini mengitari dan menelan basili, mengisolasi mereka dan mencegah

penyebaran. Mycobacterium tuberculosi terus memperbanyak diri secara

lambat; beberapa masuk sistem limfatik untuk menstimulasi respon imun

yang dimediasi sel. Neutrofil dan makrofag mengisolasi bakteri, tetapi tidak

10
dapat menghancurkannya. Lesi granulomarosa disebut tuberkel, koloni basil

yang terlindungi, terbentuk. Dalam tubekel, jaringan terinfeksi mati,

membentuk pusat seperti keju, proses yang disebut nekrosis degenerasi

jaringan mati.

Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan parut seitar tubekel dan

basili tetap tertutup. Lesi ini pada akhirnya mengalami kabifikasi dan terlihat

pada sinar-X. Pasien, ketika terinfeksi Mycobacterium tuberculosi tidak terjadi

penyakit TB. Jika respons imun tidak adekuat untuk mengandung basili,

penyakit TB dapat terjadi. Terkadang,infeksi dapat memburuk, menyebabkan

dekstruksi jaringan paru yang luas. Pada tuberculosis primer, jaringan

granulomatosa dapat mengikis ke dalam bronkus atau ke dalam pembuluh

darah, memungkinkan penyakit menyebar ke seluruh paru atau organ lain.

Bentuk parah TB ini tidak lazim pada orang dewasa (LeMone dkk, 2016).

Lesi TB yang telah sembuh sebelumnya dapat diaktif kembali.

Tuberculosis reaktivasi terjadi ketika sistem imun tertekan akibat usia,

penyakit, atau penggunaan obat imunosupresif. Luas penyakit paru dapat

beragam dari lesi kecil hingga kavitasi luas jaringan paru. Tuberkel ruptur,

basili menyebar ke jalan napas untuk membentuk lesi setelit dan

menghasilkan pneumonia tuberculosis. Tanpa terapi, keterlibatan paru masif

dapat menyebabkan kematian, atau proses yang lebih kronik pembentukan

tubekel dan kavitasi dapat terjadi. Orang yang mengalami penyakit kronik

terus menyebabkan Mycobacterium tuberculosi ke lingkungan, kemungkinan

menginfeksi orang lain (LeMone dkk, 2016).

F. PATHWAY
Terlampir

11
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

Menurut Williams & Willins (2011) yaitu sinar-X dada, uji kulit tuberkulin,

dan pulasan (smear) dan kultur sputum memastikan adanya M.tuberculosis.

1. Sinar-X dada menunjukan nodula lesi, infiltrasi berpetak (terutama di

lobus atas), pembentukan rongga, jaringan parut, dan endapan kalsium.

Akan tetapi, uji ini mungkin tidak bisa membedakan TB aktif dengan TB

tidak aktif.

2. Uji kulit tuberkulin mendeteksi paparan TB. Derivatif protein termurnikan

kekuatan sedang atau 5 unit tuberkulin diinjeksikan secara intradermal di

lengan atas. Hasil uji dibaca dalam waktu 48 sampai 74 jam. Reaksi

positif (indurasi lebih besar atau sama dengan 10 mm, tergantung pada

faktor risiko) berkembang dalam waktu 2 sampai 10 minggu setelah

infeksi pada TB aktif dan Tidak aktif. Akan tetapi, pasien yang menderita

imunosupresi para mingkin tidak pernah mengalami reaksi positif.

3. Pewarnaan (stain) kultur sputum, cairan serebrospinal, urin, drainase dari

abses, atau cairan pleura) menunjukan basilus yang sensitif terhadap

panas, non-motif, aerobik, dan acid-fast (tak berubah warna saat

dilakukan pewarnaan oleh larutan asam).

4. Computed tomography scan atau magnetic resonance imaging

mengevaluasi kerusakan paru-paru atau memastikan diagnosis yang

sulit.

5. Bronkoskopi bila dilakukan jika pasien tidak bisa menghasilkan spesimen


sputum yang mencukupi.
6. TCM (test cepat molecular) atau rapid molecular diagnostic

12
H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan TB adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6-

9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat. Pengobatan simtomatik

diberikan untuk meredakan batuk, menghentikan perdarahan dan keluhan

lainnya, sedangkan pengobatan suportif diberikan untuk meningkatkan

kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh penderita (Soedarto Dalam Putri A,

2017).

1. Klasifikasi pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya menurut

(Kemenkes RI, 2014):

a. Pasien baru

Pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya

atau sudah penah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan.

b. Pasien yang pernah diobati

Pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau

lebih, yang diklasifikasikan menjadi :

1) Pasien kambuh

Pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan

lengkap, dan saat pemeriksaan bakteriologis atau klinis

terdiganosis TB

2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal

Pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada

pengobatan terakhir

3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow

up) Pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow

up

13
4) Lain-lain adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir

pengobatan sebelumnya tidak diketahui

c. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui

2. Hasil Pengobatan Pasien TB (Kemenkes RI, 2014)

a. Sembuh

Pasien telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan

pemeriksaan apusan dahak ulang (follow up) hasilnya negatif pada

akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

b. Pengobatan Lengkap

Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap

tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada akhir

pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

c. Gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan, atau

kapan saja apabila selama dalam pengobatan diperoleh hasil

laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi OAT.

d. Meninggal

Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan dalam masa

pengobatan karena sebab apapun.

e. Putus berobat (lost to follow-up)

Pasien yang tidak berobat selama 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatannya selesai.

14
f. Pindah (transfer out)

Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan (register)

lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

g. Tidak Dievaluasi

Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.

3. Tahapan Pengobatan TB (Kemeskes RI, 2014).

a. Tahap awall

Pengobatan diberikan setiap hari. Pengobatan pada tahap ini

dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang

ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian

kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien

mendapatkan pengobatan. Pengobatan pada tahap awal diberikan

selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur

dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun

setelah pengobatan selama 2 minggu.

b. Tahap lanjut

Pengobatan pada tahap ini bertujuan untuk membunuh sisa-sisa

kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister

sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya

kekambuhan30.Diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4

H3R3), diminum sebanyak 48 kali2.

c. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) (Kemeskes RI, 2014).

Tabel 1.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama

Jenis Sifat Efek samping

Isoniazid bakteriosidal Neuropati perifer, psikosis toksik,

15
(H) gangguan fungsi hati, kejang
Rifampisin bakteriosidal Flu syndrome, gangguan
(R) gastrointestinal. Urine berwarna
merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash,
sesak nafas, anemia hemolitik
Pirazinamis bakteriosidal Gangguan gastrointestinal, gangguan
(Z) fungsi hati, gout artritis
Streptomisin bakteriosidal Nyeri ditempat suntikan, gangguan
(S) keseimbangan dan pendengaran,
renjatan anafilaktik, anemia,
agranulositosis, trombositopeni
Etambutol bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna,
(E) neuritis perifer
Sumber: Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis

d. Panduan OAT

Menurut Kemeskes RI (2014) ada beberapa kategori panduan OAT

sebagai berikut:

1) Kategori I : 2(HRZE)/4(HR)

Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan diminum

setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Diberikan untuk pasien

TB Paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif,

dan pasien TB ekstra paru.

Tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak untuk

memantau kemajuan hasil pengobatan adalah sebagai berikut

a) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :

(1) Segera berikan dosis pengobatan tahap lanjutan pada pasien

baru maupun pengobatan ulang

16
(2) Lakukan pemeriksaan dahak ulang pada bulan ke 5 dan akhir

pengobatan.

b) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :

Pada pasien baru :

(1) Kaji keteraturan pengobatan pasien, jika tidak teratur berikan

penjelasan pentingnya minum obat teratur

(2) Berikan dosis tahap lanjutan (tanpa OAT sisipan)

(3) Lakukan pemeriksaan ulang dahak setelah pemberian OAT

tahap lanjutan 1 bulan. Jika hasil pemeriksaan dahak ulang

positif, lakukan uji kepekaan obat.

(4) Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat,

lanjutkan pengobatan tahap lanjutan, periksa ulang dahak

pada akhir bulan ke 5.

Pada pasien dengan pengobatan ulang lakukan

(1) Kaji keteraturan pengobatan pasien, jika tidak teratur berikan

penjelasan pentingnya minum obat teratur

(2) Pasien dinyatakan sebagai pasien TB MDR

(3) Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS

Pusat Rujukan TB MDR.

(4) Berikan dosis OAT tahap lanjutan (tanpa OAT sisipan) dan

periksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5.

2) Kategori II : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E

Paduan OAT diberikan untuk pasien BTA positif yang

pernah diobati sebelumnya, pasien kambuh, pasien gagal pada

17
pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya, pasien

yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow up).

Tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak

untuk memantau kemajuan hasil pengobatan adalah sebagai

berikut.

a) Apabila hasil pemeriksaan dahak negatif

Pengobatan dilanjutkan sampai seluruh dosis pengobatan

selesai diberikan.

b) Apabila hasil pemeriksaan dahak positif

Pengobatan dinyatakan gagal, pasien dinyatakan sebagai

terduga pasien TB MDR. Dilakukan pemeriksaan uji kepekaan

obat atau dirujuk ke RS.

3) Kategori Anak : 2 (HRZ)/4 (HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR

OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat

untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk

membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN


1. PENGKAJIAN

Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan

yaitu :

a. Identitas klien

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,

tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi

menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang

18
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan

penderita TB patu yang lain.

b. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan

penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas,

batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu

badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

c. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh

penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara

lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

d. Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang

menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan

penularannya.

e. Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan

sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk

dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru

yang lain

f. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang

berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi

udara dan tinggal dirumah yang sumpek.

19
2) Pola nutrisi dan metabolic

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia,

nafsu makan menurun.

3) Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan

dalam miksi maupun defekasi

4) Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan

menganggu aktivitas

5) Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada

penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan

tidur dan istirahat.

6) Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan isolasi

karena penyakit menular.

7) Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa,

penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan.

8) Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan

meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.

9) Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual

akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada.

20
10) Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan

penolakan terhadap pengobatan.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan

terganggunya aktifitas ibadah klien.

g. Pemeriksaan fisik

Berdasarkan sistem – sistem tubuh

1. Sistem integument

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun

2. Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

 inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, penggunaan

otot bantu pernapasan diafragma, pergerakan napas yang

tertinggal, suara napas melemah.

 Palpasi : Taktil Fremitus suara meningkat.

 Perkusi : TB tanpa komplikasi resonan atau sonor, jika

efusi pleura redup

 Auskultasi : Suara napas tambahan (ronkhi, wheeze)

3. Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

4. Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.

5. Sistem gastrointestinal

21
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.

6. Sistem musculoskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan

keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.

7. Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 15

8. Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

1. DS: Mycobacterium tuberculosis Bersihan Jalan


- Napas Tidak Efektif

Droplet dalam udara


DO:
1. Klien batuk tidak Masuk lewat jalan nafas
efektif/tidak mampu
batuk Menetap di jaringan paru
2. Sputum berlebih /
obstruksi di jalan inflamasi
napas
3. Terdapat wheezing, bakteri tumbuh dan
ronkhi berkembang di sitoplasma
makrofag

kuman bersarang di jaringan


paru (sarang primer/fokus
ghon)

limfangistis local, limfadenitis


regional

22
menyebar ke organ pembuluh
darah alveolar

kekebalan tubuh menurun

membentuk tuberkel

kerusakan membran alveolar

akumulasi cairan di alveolar

pembentukan sputum

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif

2. DS: Mycobacterium tuberculosis Gangguan


Klien mengeluh sesak Pertukaran Gas

Droplet dalam udara


DO:
1. PCO2 Masuk lewat jalan nafas
meningkat/menurun
2. PO2 menurun Menetap di jaringan paru
3. Takikardia
4. Bunyi napas inflamasi
tambahan
bakteri tumbuh dan
berkembang di sitoplasma
makrofag

kuman bersarang di jaringan


paru (sarang primer/fokus

23
ghon)

limfangistis local , limfadenitis


regional

menyebar ke organ pembuluh


darah alveolar

kekebalan tubuh menurun

membentuk tuberkel

kerusakan membran alveolar

akumulasi cairan di alveolar

alveolus mengalami
konsolidasi & eksudasi

Gangguan Pertukaran Gas

3. DS: Mycobacterium tuberculosis Pola Napas Tidak


Klien mengeluh sesak Efektif

Droplet dalam udara


DO:
1. Penggunaan otot Masuk lewat jalan nafas
bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi Menetap di jaringan paru
memanjang
3. Pola napas abnormal inflamasi
(takikpnea,
bradipnea) bakteri tumbuh dan
berkembang di sitoplasma
makrofag

24
kuman bersarang di jaringan
paru (sarang primer/fokus
ghon)

limfangistis local, limfadenitis


regional

menyebar ke organ pembuluh


darah alveolar

kekebalan tubuh menurun

membentuk tuberkel

kerusakan membran alveolar

akumulasi cairan di alveolar

pembentukan sputum

Tubuh berkompensasi untuk


bernapas

Sesak

RR meningkat

Pola Napas Tidak


Efektif

4. DS: Mycobacterium tuberculosis Hipertermia


-

25
Droplet dalam udara
DO:
1. Suhu tubuh diatas Masuk lewat jalan nafas
normal (36.5oC –
37oC) Menetap di jaringan paru

inflamasi

pengeluaran zat pirogen

mempengaruhi hipotalamus

mempengaruhi sel point

suhu meningkat diatas normal

Hipertemia

5. DS: Mycobacterium tuberculosis Defisit Nutrisi


Klien mengatakan nafsu
makan menurun Droplet dalam udara

DO: Masuk lewat jalan nafas


1. Berat badan menurun
2. Membrane mukosa Menetap di jaringan paru
pucat
inflamasi

bakteri tumbuh dan


berkembang di sitoplasma
makrofag

kuman bersarang di jaringan

26
paru (sarang primer/fokus
ghon)

limfangistis local, limfadenitis


regional

menyebar ke bronkus

berkembang dan
menghancurkan jaringan ikat
sekitar

nekrosis

membentuk jaringan keju

batuk produktif dengan sekret


keluar saat batuk

merangsang trigger zone

hipotalamus

saraf vagus terganggu

merangsang produksi HCl di


sel parietal lambung

asam lambung meningkat

otot lambung berkonstraksi

mual dan muntah

27
Defisit Nutrisi

6. DS: Mycobacterium tuberculosis Intoleransi Aktivitas


Klien mengeluh lelah,
dyspnea saat aktivitas Droplet dalam udara
dan merasa lemah
Masuk lewat jalan nafas
DO:
1. Nadi meningkat Menetap di jaringan paru
2. Sianosis
inflamasi

bakteri tumbuh dan


berkembang di sitoplasma
makrofag

kuman bersarang di jaringan


paru (sarang primer/fokus
ghon)

limfangistis local, limfadenitis


regional

menyebar ke organ pembuluh


darah alveolar

kekebalan tubuh menurun

membentuk tuberkel

kerusakan membran alveolar

akumulasi cairan di alveolar

28
pembentukan sputum

Tubuh berkompensasi untuk


bernapas

Sesak

Lemah saat beraktifitas

Intoleransi Aktivitas

7. DS: Mycobacterium tuberculosis Defisit pengetahuan


Menanyakan masalah
yang dihadapi Droplet dalam udara

DO: Masuk lewat jalan nafas


1. Menunjukan perilaku
yang tidak sesuai Menetap di jaringan paru
anjuran
2. Menunjukan persepsi inflamasi
yang keliru
3. Tampak bingung bakteri tumbuh dan
berkembang di sitoplasma
makrofag

kuman bersarang di jaringan


paru (sarang primer/fokus
ghon)

limfangistis local, limfadenitis


regional

29
menyebar ke bronkus

berkembang dan
menghancurkan jaringan ikat
sekitar

nekrosis

membentuk jaringan keju

batuk produktif > 3 minggu


(kronik) keluarr sekret beserta
darah

perilaku buang sputum


sembarangan

Kurang terpapar informasi

Defisit pengetahuan

8. DS : Mycobacterium tuberculosis Ketidakpatuhan


klien menolak menjalani
pengobatan Droplet dalam udara

DO : Masuk lewat jalan nafas


1. perilaku tidak
mengikuti dan Menetap di jaringan paru
menjalankan program
perawatan/pengobatan inflamasi

bakteri tumbuh dan


berkembang di sitoplasma

30
makrofag

kuman bersarang di jaringan


paru (sarang primer/fokus
ghon)

limfangistis local, limfadenitis


regional

menyebar ke bronkus

berkembang dan
menghancurkan jaringan ikat
sekitar

nekrosis

membentuk jaringan keju

batuk produktif > 3 minggu


(kronik) keluarr sekret

pengobatan yang lama

Timbulnya efek samping dari


pengobatan

Ketidakpatuhan

31
3. DIANGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas,
hipersekresi jalan napas, d.d klien batuk tidak efektif, sputum berlebih,
terdapat wheezing, ronkhi.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler,
d.d klien mengeluh sesak, PCO2 menurun, PO2 menurun, takikardia
dan tampak sianosis.
c. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan
upaya napas d.d klien mengeluh sesak, tampak penggunaan otot
bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, takukpnea/bradipnea.
d. Hipertemi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh meningkat diatas 37oC,
kulit terasa hangat.
e. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d klien mengeluh
nafsu makan menurun, berat badan menurun.
f. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d klien mengeluh lelah, dyspnea saat aktivitas
dan merasa lemah, nadi meningkat.
g. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Menanyakan
masalah yang dihadapi, klien menunukan perilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukan persepsi yang keliru dan klien tampak bingung
h. Ketidakpatuhan b.d efek samping program pengobatan, program
terapi komples/lama d.d klien menolak menjalani pengobatan,
perilaku tidak mengikuti dan menjalankan program
perawatan/pengobatan

4. INTERVENSI

NO DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEP KRITERIA HASIL
1. a. TUPAN : LATIHAN BATUK 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan EFEKTIF sejauh mana klien
asuhan keperawatan (OBSERVASI) bisa batuk efektif
selama…jam 1. Identifikasi 2. Untuk mengetahui
diharapkan bersihan kemampuan batuk apakah sputum

32
jalan napas teratasi 2. Monitor adanya susah keluar atau
retensi sputum tidak
TUPEN : (TERAPEUTIK) 3. Semi fowler
Setelah dilakukan 3. Atur posisi semi membantu
asuhan keperawatan fowler memaksimalkan
selama 1x7 jam (EDUKASI) ekspansi paru dan
diharapkan spasme 4. Jelaskan tujuan dan meminimalkan
jalan napas, prosedur batuk upaya pernapasan
hipersekresi jalan napas efektif 4. Tarik napas dalam
teratasi dengan KH : 5. Anjurkan tarik napas dapat membantu
- RR dalam batas dalam melalui klien dalam
normal hidung, kemudian mengatur napas
keluarkan dari 5.
mulut.
6. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke3x
2. b. TUPAN : PEMANTAUAN
Setelah dilakukan RESPIRASI
asuhan keperawatan (OBSERVASI)
selama ….. jam 1. Monitor frekuensi, 1. Penurunaan bunyi
diharapkan gangguan irama, kedalaman napas dapat
pertukaran gas teratasi 2. Monitor pola napas menunujukkan
(seperti bradipnea, atelectasis, ronchi
TUPEN : takipnea, menunjukkan
Setelah dilakukan hipervemtilasi) akumulasi
asuhan keperawatan 3. Monitor adanya 2. Tb paru
selama …… jam sumbatan jalan menyebabkan efek
diharapkan perubahan napas efek luas pada paru
membrane alveolus- 4. Palpasi dan bagian kecil
kapiler teratasi dengan kesimetrisan bronkopnemonia
KH : ekspansi paru sampai
- Klien tidak mengeluh 5. Auskultasi bunyi inflamasi,difusi luas,
napas nekrosis, efusi

33
6. Monitor saturasi pleura
oksigen 3. Untuk mengetahui
(TERAPEUTIK) apakah ada
7. Atur interval sumbatan di jalan
pemantauan napas
respirasi sesuai 4. Untuk
kondisi pasien 5. Untuk mengetahui
(EDUKASI) bunyi napas
8. Jelaskan tujuan dan tambahan
prosedur
pemantauan
3. c. Setelah dilakukan MANAJEMEN JALAN 1. Penurunan bunyi
asuhan keperawatan NAPAS napas dapat
selama …….. jam (OBSERVASI) menunujukkan
diharapkan pola napas 1. Monitor pola napas atelectasis, ronchi
tidak efektif teratasi (frekuensi, menunjukkan
kedalaman, usaha akumulasi secret
TUPEN : napas) 2. Pengeluaran secret
Setelah dilakukan 2. Monitor sputum sulit jika secret
asuhan keperawatan (jumlah, warna, kental, sputum
selama 1x7jam bau) berdarah diakibatkan
diharapkan depresi (TERAPEUTIK) oleh kerusakan paru-
pusat pernapasan. 3. Posisikan semi paru
Hambatan upaya napas fowler 3. Semifowler
teratasi dengan KH : 4. Berikan minum membantu
- Klien dapat hangat memaksimalkan
mengeluarkan (EDUKASI) ekspansi paru dan
secret tanpa 5. Ajarkan batuk meminimalkan upaya
bantuan, efektif pernapasan
- Klien dapat 4. Air hangat dapat
menunjukkan mengencerkan
perilaku dahak
mempertahankan 5. Batuk efektif
jalan napas membantu
pengeluaran sputum
4. d. TUPAN : MANAJEMEN 1. Untuk mengetahui

34
Setelah diberikan HIPERTERMI intervensi
asuhan keperawatan (OBSERVASI) selanjutnya
selama 3x24 jam 1. Identifikasi 2. Mencegah terjadinya
diharapkan hipertermi penyebab syok hipovolemik
teratasi hipertermi 3. Tindakan tersebut
2. Monitor suhu tubuh meningkatkan
TUPEN : setelah (TERAPEUTIK) kenyamanan dan
dilakukan asuhan 3. Sediakan menurunkan
keperawatan selama lingkungan yang temperature suhu
1x7 jam diharapkan dingin dan 4. Meminimalisir aga
proses penyakit teratasi Longgarkan atau suhu tetapi stabil
dengann KH : lepaskan pakaian
- Suhu tubuh dalam (EDUKASI)
batas normal 4. Anjurkan tirah
- Klien tidak mengigil baring

5. e. Setelah diberikan MANAJEMEN 1. Untuk mengetahui


asuhan keperawatan NUTRISI intervensi
selama ……. jam (OBSERVASI) selanjutnya
diharapkan defisit nutrisi 1. Identifikasi status 2. Untuk mengevaluasi
teratasi nutrisi kebiasaan makan
2. Identifikasi dan masukan
TUPEN : makanan yang makanan yang
Setelah dilakukan disukai disukai ke dalam diet
asuhan keperawatan 3. Monitor asupan pasien
selama 1x7jam makanan 3. meningkatkan berat
diharapkan kurangnya 4. Monitor berat badan yang ideal
asupan makanan badan 4. memantau
teratasi dengan KH : (TERAPEUTIK) keefektifan rencana
1. Klien 5. Sajikan makanan diet
mengatakan napsu secara menarik dan 5. meningkatkan napsu
makan bertambah suhu yang sesuai makan
2. BB dalam batas (EDUKASI) 6. meningkatkan berat
normal 6. Ajarkan diet sesuai badan
dengan program.

35
6. f. TUPAN : Terapi Aktivitas
Setelah diberikan (OBSERVASI)
asuhan keperawatan 1. Identifikasi deficit 1. Untuk mengetahui
selama …… intoleransi tingkat aktivitas sejauh mana
aktivitas teratasi 2. Identifikasi aktivitas yang bias
kemampuan dilakukan klien dan
TUPEN : berpartisipasi dalam menilai kemampuan
Setelah dilakukan aktivitas tertentu klien dalam
asuhan keperawatan (TERAPEUTIK) beraktivitas
selama …… diharapkan 3. Fasilitasi memilih 2. Untuk memenuhi
ketidakcukupan energy aktivitas dan kebutuhan aktivitas
teratasi dengan KH : tetapkan tujuan sehari-hari klien
3. Klien tidak aktivitas yang sesuai dengan
mengatakan lelah konsisten sesuai kemampuannya
4. Klien merasa kemampuan fisik 3. Diharapkan klien
nyaman setelah 4. Libatkan keluarga lebih termotivasi
beraktivitas dalam aktivitas dengan adanya
5. Klien tidak sehari-hari dukungan keluarga
sianosis (EDUKASI) 4. Agar klien lebih
6. Tekanan darah 5. Ajarkan cara paham dan mau
dalam batas normal melakukan aktivitas melakukan
yang dipilih aktiviatas sesuai
6. Anjurkan melakukan yang dianjurkan
aktivitas fisik dalam petugas
menjaga fungsi dan
kesehatan
7. g. Setelah diberikan (OBSERVASI)
asuhan keperawatan 1. Identifikasi 1. Agar petugas lebih
selama …… jam depisit kesiapan dan mudah menetapkan
pengetahuan teratasi kemampuan intervensi selanjutnya
menerima
TUPEN : informasi
Setelah dilakukan 2. Identifikasi factor- 2. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan faktor yang dapat sejauh mana
selama ….. jam meningkatkan dan pengetahuan klien
diharapkan klien menurunkan mengenai hidup

36
terpapar informasi motivasi perilaku bersih dan sehat
dengan KH : hidup bersih dan
1. Klien menunjukan sehat
perilaku sesuai (TERAPEUTIK)
anjuran 3. Sediakan materi 3. Terpenuhinya
2. Klien menunjukan dan media informasi mengenai
persepsi yang benar pendidikan pengobatan klien
terhadap masalah kesahatan
3. Klien menjalani 4. Berikan 4. Agar masalah klien
pemeriksaan yang kesempatan untuk teratasi
tepat bertanya.
(EDUKASI)
5. Jelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi 5. Supaya klien lebih
kesehatan paham dan mau
6. Ajarkan perilaku melaksanakan
hidup bersih &
sehat
7. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

8. h. Setelah diberikan (OBSERVASI)


asuhan keperawatan 1. Identifikasi 1. Untuk
selama …. kepatuhan kepatuhan memudahkan
teratasi menjalani program intervensi
pengobatan selanjutnya
TUPEN : (TERAPEUTIK)
Setelah dilakukan 2. Buat komitmen 2. Agar penyakitnya
asuhan keperawatan menjalani program sembuh tanpa
selama ……. pengobatan dengan meninggalkan
diharapkan klien baik gejala sisa

37
mengetahui program 3. Buat jadwal 3. Agar pengobatan
terapi dengan KH : pendampingan tidak putus
1. Klien menunjukan keluarga untuk ditengah jalan
perilaku sesuai bergantian
anjuran menemani klien
2. Klienmenunjukan selama menjalani
persepsi yang benar program
terhadap masalah pengobatan
3. Klien menjalani 4. Libatkan keluarga 4. Meningkatkan
pemeriksaan yang untuk mendukung motivasi pada klien
tepat pengoban yang untuk sembuh
dijalani
(EDUKASI)
5. Informasikan 5. Agar klien paham
program dan mengerti
pengobatan yang pengobatan yang
harus dijalani benar dan tuntas
6. Informasikan
manfaat yang akan 6. Meningkatkan
diperoleh jika pengetahuan klien
teratur menjalani mengenai
program pengobatan
pengobatan
7. Anjurkan keluarga 7. Meningkatkan
untuk mendampingi motivasi pada klien
dan merawat klien
selama program
pengobatan
8. Anjurkan klien dan 8. Masalah
keluarga penyakitnya segera
melakukan teratasi
konsultasi ke
pelayanan
keshatan terdekat

38
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama ( Inisial Klien ) : Ny. Y
2. Usia : 34 tahun
3. Status Perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : IRT/Wiraswasta
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Suku : Sunda
8. Bahasa Yang Digunakan : Sunda
9. Alamat Rumah : Banjaran Kulon 05 Rw 05
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung
10. Sumber Biaya : Umum
11. Tanggal Masuk RS : 01 November 2019
12. Diagnosa Medis : TB
13. Tanggal Pengkajian : 02 November 2019
14. No RM : 00-317 796
B. Sumber informasi ( penanggung jawab ) :
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 36 Tahun
3. Hubungan dengan klien : Suami
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Swasta
6. Alamat : Padalarang Kab Bandung Barat

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama
Penurunan napsu makan

39
B. Riwayat kesehatan saat pengkajian
Klien mengatakan mengalami penurunan napsu makan sejak 2 bulan
yang lalu sehingga berat badan menurun drastis, adanya mual dan batuk-
batuk di malam hari sehingga menganggu pola tidurnya. Klien juga
mengatakan adanya kelemahan di kedua kakinya terutama di kaki
sebelah kiri terasa berat.
C. Riwayat kesehatan masuk RS
Klien mengatakan dibawa ke UGD pada malam hari tanggal 01 November
2019 di RSUD Al-Ihsan, dengan keluhan adanya kelemahan, tidak ada
asupan makanan, mual-mual, kemudian klien di rawat di ruang zaitun 1
Medikal RS Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
D. Riwayat Kesehatan Lalu:
Klien mengatakan 10 tahun yang lalu di diagnosis TBC dan pernah
dirawat namun pengobatan tidak tuntas.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya ada yang menderita penyakit TBC
seperti yang diderita klien yaitu ayahnya, namun ayahnya sudah
meninggal karena penyakit tersebut.
F. Riwayat Psikososial – spiritual
Klien tampak tenang dan berorientasi dengaan baik, klien mengatakan
saat dirumah ibadah sholatnya dilakukan dengan duduk dikursi namun
ketika sakit ibadahnya tidak dilakukan. Klien dan keluarga klien
menanyakan bagaimana pengobatan penyakit yang diderita klien.
G. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:
No Pola Aktivitas Di rumah Di rumah sakit

1 Pola Nutrisi dan cairan


a. Pola Nutrisi
1) Asupan 1) Oral 1) Oral
2) Frekuensi Makan 2) 3x/hari 2) 3x/hari
3) Nafsu makan: 3) Baik 3) Menurun
4) Diit 4) Tidak ada 4) TKTP
5) Makanan yang 5) Tidak ada 5) Tidak ada
tidak

40
disukai/alergi/panta
ngan
6) Perubahan berat 6) Tidak dikaji Sebelum sakit
badan 3 bulan 50kg, Saat sakit
terakhir 28,4kg, turun 21,6
b. Pola Cairan: kg
1) Asupan cairan
1) Oral
2) Jenis 1) Oral & parenteral
2) Air putih
3) Frekuensi 2) Air putih, cairan
3) 7x/hari
4) Volume total RL 20 gtt, Spulling
4) 1400 cc
NaCl
3) -
4) Spuling : 2000
cc/24 jam
Cairan infuse:
1500 cc/24 jam

2 Pola Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 1) 7x/hari 1) Menggunakan
kateter hari ke-2
2) Warna 2) Kuning jernih 2) Kuning jernih
3) Bau 3) Khas 3) Khas
4) Keluhan yang 4) Tidak ada 4) Menggunakan
berhubungan kateter
dengan BAK
b. BAB
1) Frekuensi 1) 1x/hari 1) Belum
2) Waktu 2) Pagi 2) –
3) Warna 3) Kuning 3) _
4) Bau 4) Khas 4) _
5) Konsistensi 5) Lembek 5) _
6) Penggunaan 6) Tidak ada 6) _
pencahar/laksatif:

41
7) IWL (Insensible
Water Loss)
3 Pola Personal Hygiene
1) Mandi 1) 2x/hari 1) 1x/hari
2) Oral Hygiene 2) 2x/hari 2) Belum dilakukan
3) Cuci Rambut 3) 2x/minggu 3) Belum dilakukan
4 Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama tidur 1) 6 jam/hari 1) 2 jam/hari
b. Waktu
Siang 2) 2 jam 2) 1 jam/hari
Malam 3) 4 jam/hari 3) 1 jam/hari
c. Penggunaan obat tidur 4) Tidak ada 4) Tidak ada
d. Kesulitan dalam hal 5) Tidak ada 5) Tidak ada
tidur
5 Pola Aktivitas dan Latihan:
a. Kegiatan dalam 1) wiraswasta 1) Tidak melakukan
pekerjaan pekerjaan
b. Kegiatan waktu luang 2) Kumpul bersama 2) Tirah baring
keluarga
c. Keluhan dalam 3) Lemah 3) Ada
beraktivitas
d. Olahraga 4) Jarang 4) Tidak
e. Keterbatasan dalam berolahraga
hal 5) Tidak ada 5) ADL

6 Pola kebiasaan yang


mempengaruhi kesehatan
a. Merokok 1) Tidak 1) Tidak
b. Minuman keras 2) Tidak 2) Tidak
c. Ketergantungan Obat 3) Tidak ada 3) Tidak ada

42
H. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan Darah : 73/57 mmHg
- Nadi : 98 x/Menit
- Pernafasan : 22 x/Menit
- Suhu : 35,7oC
- Spo2 : 100 %
- BB sebelum sakit : 50 kg
- BB saat ini : 28,4 kg

2. Pemeriksaan fisik per system


a. Sistem Perkemihan
Abdomen tampak simetris, datar, tidak ada nyeri tekan.
b. Sistem Pernapasan
Dada klien simetris, tampak terlihat tulang klavikula, tidak ada nyeri
tekan, suara napas vesikuler, tidak ada sesak. R : 22x/menit
c. Sistem Kardiovaskuler
Suara jantung S1 dan S2, CRT < 2 detik, tidak ada pembesaran
JPV.
d. Sistem Endokrin
Keadaan rambut bersih tidak lengket dan berwarna hitam. Bentuk
wajah dan leher simetris, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada
benjolan dan nyeri tekan, reflek menelan baik.
e. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk tangan dan kaki simetris, kekuatan otot kaki menurun, klien
tirah baring karena terasa lemas pada kedua kaki dan 5 5
badannya terutama terasa berat pada kaki bagian kiri.. 4 4
f. Sistem persyarafan
Kesadaran compos mentis, GCS 15. Pergerakan bola mata baik,
bisa mengedip saat diberikan rangsangan. Reflek menelan baik.
Bisa mengenali bau minyak freshcare.

43
g. Sistem Sensori persepsi
Bentuk mata, telinga, hidung dan mulut simetris, konjungtiva
berwarna anemis, sklera berwarna putih, reflek pupil baik dan dapat
bereaksi terhadap cahaya, mukosa bibir berwarna merah muda dan
lembab berwarna merah muda..
h. Sistem pencernaan
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, bising usus 12
x/menit.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 1 Oktober 2019
Nama Test Hasil Unit Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Masa pendarahan/BT 2`00`` Menit 1 ~3
Masa pembekuan/CT 9`00`` Menit 5 ~ 11
DARAH RUTIN
Hemoglobin 8.1 g/dL 15.1
Lekosit 17870 sel/uL 3800 ~ 10600
Eritrosit 3.19 Juta/uL 4.5 ~ 6.5
Hematokrit 26,1 % 40 ~ 52
Trombosit 446000 Sel/uL 150000 ~ 440000
Natrium 117 mm0l/L 135-145
Kalium 3.3 mEq/L 3.5 ~ 5
Kalsium 0.89 mg/dL 8.8 ~10.4
Tanggal 3 November 2019
DARAH RUTIN
Hemoglobin 12.1 g/dL 15.1
Lekosit 15090 sel/uL 3800 ~ 10600
Eritrosit 4.49 Juta/uL 4.5 ~ 6.5
Hematokrit 37.2 % 40 ~ 52
Trombosit 309.000p Sel/uL 150000 ~ 440000

44
2. Pemeriksaan Radiologi
Hasil Ronsent Thorax tanggal 1 November 2019 adalah Terdapat
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Nama Obat Dosis Rute Waktu Golongan
Ondansentron 3x1 IV Antiemetik
Pantoprazole 1x1 IV 04 .00 dan 16.00 Antiemetik
Magtral 2x1 IV 04 .00 dan 16.00 Antiemetik
Sanmol 3x1 IV Antipiretik
NaCl 0,9 % 1500 IV Cairan elektrolit
NaCl 3 % IV

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Observasi TTV
b. Monitoring intake dan output
c. Berikan fisioterapi dada
d. Edukasi pengobatan dan kepatuhan dalam perawatan/pengobatan

III. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Mycobacterium tuberculosis Defisit nutrisi


Klien mengatakan
penurunan napsu Droplet dalam udara
makan, pada saat
dibawah ke Rs klien Masuk lewat jalan nafas
tidak ada asupan
makanan Menetap di jaringan paru
DO:
1. BB menurun inflamasi
2. Sebelum sakit 50kg

45
3. Saat sakit 28,4kg bakteri tumbuh dan berkembang di
4. LLA : 16 cm sitoplasma makrofag
5. Lingkar perut :69 cm
kuman bersarang di jaringan paru
(sarang primer/fokus ghon)

limfangistis local, limfadenitis regional

menyebar ke bronkus

berkembang dan menghancurkan


jaringan ikat sekitar

nekrosis

membentuk jaringan keju

batuk produktif dengan sekret keluar


saat batuk

merangsang trigger zone

hipotalamus

saraf vagus terganggu

merangsang produksi HCl di sel


parietal lambung

asam lambung meningkat

otot lambung berkonstraksi

mual dan muntah

46
Defisit Nutrisi

2. DS : Mycobacterium tuberculosis Hipovolemia


Klien mengatakan
sering haus Droplet dalam udara
DO :
1. Turgor kulit Masuk lewat jalan nafas
menurun
2. Tekanan darah Menetap di jaringan paru
menurun
Membran mukosa inflamasi
tampak pucat
bakteri tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag

kuman bersarang di jaringan paru


(sarang primer/fokus ghon)

limfangistis local, limfadenitis regional

menyebar ke bronkus

berkembang dan menghancurkan


jaringan ikat sekitar

nekrosis

membentuk jaringan keju

batuk produktif dengan sekret keluar


saat batuk

merangsang trigger zone

47
hipotalamus

saraf vagus terganggu

merangsang produksi HCl di sel


parietal lambung

asam lambung meningkat

otot lambung berkonstraksi

mual dan muntah

Hipovolemia

3. DS : Mycobacterium tuberculosis Intoleransi


Klien mengatakan aktivitas
adanya kelemahan di Droplet dalam udara
kedua kakinya
terutama di kaki Masuk lewat jalan nafas
sebelah kiri
terasa berat Menetap di jaringan paru
DO :
1. Kekuatan otot inflamasi
5 5
4 4 bakteri tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag

kuman bersarang di jaringan paru


(sarang primer/fokus ghon)

limfangistis local, limfadenitis


regional

48
menyebar ke organ pembuluh darah
alveolar

kekebalan tubuh menurun

membentuk tuberkel

kerusakan membran alveolar

akumulasi cairan di alveolar

pembentukan sputum

Tubuh berkompensasi untuk


bernapas

Sesak

Lemah saat beraktifitas

Intoleransi Aktivitas

4. DS : Mycobacterium tuberculosis Gangguan pola


Klien mengatakan tidur
batuk-batuk pada Droplet dalam udara
malam hari sehingga
membuat klien mudah Masuk lewat jalan nafas
terbangun pada malam
hari Menetap di jaringan paru
DO:
1. mata tampak sayup inflamasi
2. konjugtiva anemis
bakteri tumbuh dan berkembang di

49
sitoplasma makrofag

kuman bersarang di jaringan paru


(sarang primer/fokus ghon)

limfangistis local, limfadenitis regional

menyebar ke bronkus

berkembang dan menghancurkan


jaringan ikat sekitar

nekrosis

membentuk jaringan keju

batuk produktif dengan sekret keluar


saat batuk

Pada malam hari

Mengaktivasi RAS

Klien terjaga

Defisit Nutrisi

5. DS : Mycobacterium tuberculosis Defisit


Menanyakan masalah pengetahuan
yang dihadapi Droplet dalam udara

DO : Masuk lewat jalan nafas

50
Klien dan keluarga Menetap di jaringan paru
tampak bingung
inflamasi

bakteri tumbuh dan berkembang di


sitoplasma makrofag

kuman bersarang di jaringan paru


(sarang primer/fokus ghon)

limfangistis local, limfadenitis regional

menyebar ke bronkus

berkembang dan menghancurkan


jaringan ikat sekitar

nekrosis

membentuk jaringan keju

batuk produktif > 3 minggu (kronik)


keluarr sekret beserta darah

perilaku buang sputum sembarangan

Kurang terpapar informasi

Defisit pengetahuan

6. DS : Mycobacterium tuberculosis Ketidakpatuhan


Klien mengatakan 10
tahun yang lalu di Droplet dalam udara
diagnosa TBC dan

51
pengobatannya tidak Masuk lewat jalan nafas
tuntas.
DO : Menetap di jaringan paru
perilaku tidak
mengikuti dan inflamasi
menjalankan program
perawatan/pengobatan bakteri tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag

kuman bersarang di jaringan paru


(sarang primer/fokus ghon)

limfangistis local, limfadenitis regional

menyebar ke bronkus

berkembang dan menghancurkan


jaringan ikat sekitar

nekrosis

membentuk jaringan keju

batuk produktif > 3 minggu (kronik)


keluarr sekret

pengobatan yang lama

Timbulnya efek samping dari


pengobatan

Ketidakpatuhan

52
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS
1. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d Klien mengatakan
penurunan napsu makan, berat badan menurun.
2. Hipovolemi b.d kekurangan intake cairan d.d klien mengatakan sering
haus
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d klien mengatakan adanya
kelemahan di kedua kakinya terutama di kaki sebelah kiri
4. Gangguan pola tidur b.d Restraint fisik d.d klien mengatakan batuk-
batuk
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d klien
menanyakan masalah yang dihadapi dan klien tampak bingung
6. Ketidakpatuhan b.d program pengobatan yang lama d.d perilaku tidak
mengikuti dan menjalankan program perawatan/pengobat

53
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny.Y Ruang : Zaitun RSUD Al-


Ihsan
Dx. Medis : TBC No. MR : 317796

Diagnosa
No Tanggal Keperawatan dan Tujuan ( SMART) Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang

1 Sabtu Defisit nutrisi b.d Tupan: MANAJEMEN NUTRISI


02-11- kurangnya asupan Setelah di berikan (OBSERVASI)
2019 makanan d.d Klien asuhan keperawata 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui intervensi
mengatakan selama 4 x 12jam, selanjutnya
penurunan napsu devisit nutrisi teratasi 2. Identifikasi makanan yang 2. Untuk mengevaluasi kebiasaan
makan, berat badan sebagian. disukai makan dan masukan makanan

menurun. yang disukai ke dalam diet pasien


3. Monitor asupan makanan 3. meningkatkan berat badan yang
Tupen :
ideal
Setelah di berikan
4. Monitor berat badan 4. memantau keefektifan rencana
asuhan keperawatan
(TERAPEUTIK) diet
selama 1x/12 jam,
5. Sajikan makanan secara 5. meningkatkan napsu makan

35
kurangnya asupan menarik dan suhu yang
makanan teratasi sesuai
dengan kriteria hasil : (EDUKASI)
1. Napsu makan 6. Ajarkan diet yang 6. meningkatkan berat badan

meningkat diprogramkan

2. BB meningkat
0,50kg
2. Sabtu Hipovolemi b.d Tupan : MANAJEMEN HIPOVOLEMIA
02-11- kekurangan intake Setelah dilakukan (OBSERVASI)
2019 cairan d.d klien auhan keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Menentukan
mengatakan sering selama 3x12 jam hipovolemia (mis. Frekuensi intervensi
haus hipovolemi teratasi nadi, nadi terabah lemah, selanjutnya
sebagian tekanan darah menurun,
turgor kulit mmenurun)
2. Monitor intake dan output
Tupen :
cairan 2. Mengetahui intake
Setelah dilakukan
(TERAPEUTIK) dan output cairan
asupan keperawatan
3. Hitung kebutuhan cairan
selama 1x12 jam
3. Memenuhi
kekurangan intake kebutuhan cairan
cairan klien teratasi dan elektrolit klien

36
dengan KH : (EDUKASI)
1. Klien tidak 4. Aanjurkan memperbanyak
mengeluh sering cairan oral 4. Mencegah dehidrasi
haus
2. Turgor kulit baik
3. Tekanan darah
dalam batas
normal
4. Membran mukosa
baik
3. Sabtu Intoleransi aktivitas Tupan: Terapi Aktivitas
02-11- b.d kelemahan d.d Setelah di berikan (OBSERVASI)
2019 klien mengatakan asuhan keperawata 1. Identifikasi defisit tingkat 1. mengetahui tingkat kekuatan otot
adanya kelemahan selama 4 x 12 jam, aktivitas
di kedua kakinya intoleransi aktivitas 2. Identifikasi kemampuan 2. mengetahui sejauh mana klien
terutama di kaki teratasi berpartisipasi dalam aktivitas bias beraktivitas mandiri
sebelah kiri tertentu
Tupen : (TERAPEUTIK)
Setelah di berikan 3. Libatkan keluarga dalam 3. agar mengetahui kebutuhan ADL
asuhan keperawatan aktivitas sehari-hari klien

37
selama 1x12 jam, (EDUKASI)
kelemahan klien 4. Anjurkan melakukan aktivitas 4. Agar otot-otot klien tidak kaku jika
teratasi dengan kriteria fisik dalam menjaga fungsi di diamkan terus
hasil : dan kesehatan
1. kelemahan
berkurang
2. kekuatan otot
meningkat

4. Sabtu Gangguan pola tidur Tupan : DUKUNGAN TIDUR


02-11- b.d Restraint fisik Setelah diberikan (OBSERVASI)
2019 d.d klien asuhan keperawatan 5. identifikasi pola aktivitas dan 1. mengetahui aktivitas yang dapat
mengatakan batuk- selama 3x12 jam tidur menganggu pola tidur klien
batuk gangguan pola tidur 6. identifikasi factor penganggu 2. meminimalisir faktor penyebab
teratasi tidur tidur
(TERAPEUTIK)
Tupen : 7. modifikasi lingkungan 3. membantu kualitas tidur klien
Setelah diberikan (EDUKASI)
asuhan keperawatan 8. jelaskan pentingnya tidur 4. menambah pengetahuan klien
selama 1x12 jam selama sakit

38
restraint fisik teratasi 9. anjurkan menepati 5. agar pola tidur teratur
dengan KH : kebiasaan waktu tidur
1. Batuk-batuk klien
berkurang
2. Mata tampak sayup
3. konjugtiva
ananemis

5. Sabtu Defisit pengetahuan Tupan: EDUKASI KESEHATAN


02-11- b.d kurang terpapar Setelah di berikan (OBSERVASI)
2019 informasi d.d klien asuhan keperawata 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Agar tercapainya tujuan dan
menanyakan selama 1 x 12 jam, kemampuan menerima intervensi
masalah yang defisit pengetahuan informasi
dihadapi dan klien teraasi. (TERAPEUTIK)
tampak bingung 2. Sediakan materi dan media 2. Terpaparnya informasi dengan
Tupen : pendidikan kesahatan jelas
Setelah di berikan
asuhan keperawatan 3. Berikan kesempatan untuk 3. Agar tidak ada kebinggungan
selama 1x7 jam, bertanya. lagi pada klien

39
kurang terpaparnya 4. Jelaskan faktor risiko yang 4. Klien lebih paham akan
informasi teratasi dapat mempengaruhi komplikasi yang akan terjadi
dengan kriteria hasil : kesehatan pada penyakitnya
1. Klien tidak (EDUKASI)
menanyakan 5. Ajarkan perilaku hidup 5. Meningkatkan kesehatan klien
masalah yang bersih & sehat
dihadapinya lagi
2. Klien dan keluarga
sudah paham
tentang penyakitnya

6. Sabtu Ketidakpatuhan b.d Tupan: DUKUNGAN KEPATUHAN 1. Mengetahui sejauh mana klien
02-11- program Setelah di berikan PROGRAM PENGOBATAN mematuhi pengobatannya selama
2019 pengobatan yang asuhan keperawata (OBSERVASI) ini
lama d.d perilaku selama 3 x 12 jam, 1. Identifikasi kepatuhan 2. Memastikan agar klien benar-
tidak mengikuti dan ketidakpatuhan teratasi menjalani program benar paham akan pentingnya
menjalankan pengobatan pengobatan yang tuntas
program Tupen : (TERAPEUTIK) 3. agar pengawasan minum obat
2. Buat komitmen menjalani selama pengobatan klien tuntas
perawatan/pengobat Setelah di berikan
program pengobatan serta memberikan dukungan
asuhan keperawatan
dengan baik kepada klien

40
selama 1x12 jam, 3. Libatkan keluarga untuk 4. Agar klien mengetaahui jadwal
program pengobatan mendukung pengoban yang pengobatan yang harus dijalani
yang lama teratasi dijalani 5. agar pengobatan tidak lama
dengan kriteria hasil : (EDUKASI) dan biaya tidak bertambah besar
1. Klien paham 4. Informasikan program 6. agar klien dan keluarga bisa
akan pengobatan pengobatan yang harus mencegah penularan

dan dijalani
5. Informasikan manfaat yang
perawatannya
akan diperoleh jika teratur
dan
menjalani program
2. mengikuti dan
pengobatan
menjalankan
6. Anjurkan klien dan
program keluarga melakukan
perawatan/pengo konsultasi ke pelayanan
batan keshatan terdekat

41
CATATAN IMPLEMENTASI

Nama Klien : Ny.Y Ruang : Zumar RSUD Al-


Ihsan
Dx. Medis : TBC No. MR : 00-317796

No. Dx. Tanggal/Ja Implementasi


No Paraf Evaluasi ( SOAP) dan paraf
Kep m ( Respon dan atau Hasil )

1 1 Sabtu 02-11- 1. Mengidentifikasi status nutrisi Perawat Tanggal : sabtu, 02 November


2019 R/ 2019
a. klien mengatakan mengalami penurunan
09:00 Jam : 13.00 WIB
napsu makan,
b. Frekuensi makan habis 4 sendok S : klien mengatakan napsu
c. LLA 16cm makan masih menurun dan
d. Lingkar perut 69cm
hanya makan 4 sendok
2. Memonitor asupan makanan
09:15
R/ Klien hanya makan 4 sendok pagi ini O:- makanan klien habis ¼
09:20 3. Memonitor berat badan porsi
R/ BB sebelum sakit 50kg dan BB saat ini 28,4kg
09:25 4. Mengajarkan diet sesuai dengan program - Penurunan BB : 22,6kg
R/ klien harus banyak makan dan klien mengatakan A : Masalah asupan nutrisi

42
masih mengalami penurunan napsu makan. belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan no.


1,2,3,4

2 2 Sabtu 02-11- 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Tanggal : sabtu, 02 November
2019 Frekuensi nadi, nadi terabah lemah, tekanan darah 2019
menurun, turgor kulit mmenurun)
08:50 Jam : 13.10 WIB
R/ TD : 75/56 N: 98x/menit S: 35,7 R:22x/menit
09:30 Turgor kulit menurun S : klien mengatakan masih
2. Memonitor intake dan output cairan lemas
09:35 R/ Intake : 240ml (minum), NaCl 500ml
Output : 600ml O:
09:40
3. Menghitung kebutuhan cairan
1. klien tampak lemah
R/ kebutuhan cairan klien 1,5L/hari
4. Menganjurkan memperbanyak cairan oral 2. turgor kulit menurun

R/ klien baru minum 1 botol aqua 3. TD : 75/56 mmHg


4. Mukosa bibir pucat

A : Masalah kekurangan intake


cairan belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

43
3. 3 Sabtu 1. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas Perawat Tanggal : sabtu, 02 November
R/ 2019
02-11-2019
a. klien mengeluh lelah saat beraktivitas
Jam : 13.20 WIB
b. Adanya kelemahan di kedua kakinya
terutama di kaki sebelah kiri S : klien mengeluh masih ada
terasa berat kelemahan
c. Kekuatan otot
5 5 O : kekuatan otot
4 4
A : Masalah kelemahan belum
2. Mengidentifikasi kemampuan berpartisipasi dalam teratasi
aktivitas tertentu
R/ klien hanya bisa bergeser dan miring kanan dan P : Intervensi di lanjutkan
kiri, tetapi dibantu oleh keluarga dengan no 1,2,.3, 4
3. Melibatkan keluarga dalam aktivitas sehari-hari
R/ keluarga klien membantu aktivitas sehari-hari
seperti berpakaian dan miring kanan dan miring kiri
4. Menganjurkan melakukan aktivitas fisik dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
R/ klien hanya tirah baring

44
4. 4 Sabtu 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Tanggal : sabtu, 02 November
R/ klien mengatakan tidur malam 2 jam, siang ± 30 2019
02-11-2019
menit
Jam : 13.30 WIB
2. Mengidentifikasi faktor penganggu tidur
R/ klien mengatakan gatal pada tengerokan S : klien mengatakan tidur
sehingga batuk-batuk danitu menganggu tidur masih belum nyenak dan tidur
malamnya ± 2 jam
3. Memodifikasi lingkungan O : mata klien tampak sayup,
R/ klien hanya tidur sendiri di satu ruangan wajah klien tampak pucat
4. Menjelaskan pentingnya tidur selama sakit A : Masalah restrain fisik
R/ klien paham tentang pentingnya tidur, dan belum teratasi
mengatakan ingin memiliki pola tidur yang baik P : Intervensi di lanjutkan

45
5 5 Sabtu 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan Tanggal : sabtu, 02 November
menerima informasi 2019
02-11-2019
R/ klien tampak menerima informasi dan masukan
Jam : 13.40WIB
yang diberikan oleh perawat
2. Memberikan kesempatan untuk bertanya S : klien mengatakan mulai
R/ klien bertanya bagaimana pengobatannya paham dengan pengobatan
3. Menjelaskan faktor resiko yang dapat penyakitnya
mempengaruhi kesehatan O : klien tampak mengerti apa
R/ klien mulai paham setelah dijelaskan oleh yang disampaikan oleh
perawat perawat
4. Mengajarkan perilaku sehat bersih A : masalah kurang
R/ klien dan keluarga klien menggunakan masker terpaparnya informasi teratasi
untuk menghindari penularan P : intervensi dihentikan
6 6 Sabtu 1. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani program Tanggal : sabtu, 02 November
pengobatan 2019
02-11-2019
R/ klien mengatakan 10 tahun yang lalu mengalami
Jam : 13.50 WIB
di diagnose TBC yang sama dengan penyakit yang
dialami sekarang S : klien mengatakan belum
2. Membuat komitmen menjalani program pengobatan patuh dalam menjalani
dengan baik pengobaatan

46
R/ klien akan mencoba menepati pengobatan TBC
secara tuntas O : klien tampak tidak
3. Melibatkan keluarga untuk mendukung pengobatan mengikuti dan menjalankan
yang dijalani program
R/ keluarga klien mengatakan sebelumnya klien perawatan/pengobatan
tinggal dengan suami dan anaknya, sehingga tidak
ada yang mengontrol untuk pengobatan A : program pengobatan yang
4. Menginformasikan program pengobatan yang harus lama belum teratasi
dijalani
R/ klien sebenarnya sudah mengetahui P : lanjutkan intervensi
pengobatannya namun tidak sabar dalam
menjalaninya

5. Menganjurkan klien dan keluarga melakukan


konsultasi ke pelayanan kesehatan
R/ klien dan keluarga sebelumnya belum
mengetahui pentingnya skrinning kesehatan

47
No. Dx. Tanggal/Ja Implementasi
No Paraf Evaluasi ( SOAP) dan paraf
Kep m ( Respon dan atau Hasil )

1 1 Minggu 03- 1. Mengidentifikasi status nutrisi Perawat


11-2019 R/
 klien mengatakan mengalami penurunan napsu
09:00
makan,
Frekuensi makan habis 4 sendok

Minggu 1. Mengobservasi Tanda-tanda Vital


2 2
R/ TD : 82/63 N: 82x/menit
3-11-2019
Turgor kulit menurun
09:15 2. Memonitor intake dan output cairan
R/ Intake : 500ml (minum), NaCl 500ml
Output : 400ml

48
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny Y Ruang : Zaitun 1 Medikal

Dx Medis : TBC No MR : 00-317796


No Tanggal No Dx Kep Evaluasi (SOAPIER) Paraf
1 3-11-2019 1 - S : Klien mengatakan masih mengalami penurunan
nafsu makan dan terdapat nyeri ulu hati dengan skala
nyeri 2 (0-10)
- O : porsi makan ¼ habis
- A : defisit nutrisi belum teratasi
- P : identifikasi status nutrisi, monitor asupan makanan,
monitor berat badan, ajarkan diet sesuai program.
- I : mengidentifikasi status nutrisi, monitor asupan
makanan, memonitor berat badan, mengajarkan diet
sesuai program.

49
- E: defisit nutrisi & nyeri akut

- R: lanjutkan intervensi
2 3-11-2019 2 - S : Klien mengatakan masih lemas
- O : turgor kulit menurun
Natrium : 117
TD : 82/63 mmHg, N : 82x/menit
Intake : minum 500 ml, Nacl : 500 ml
Output : 400 ml
- A : hipovolemi belum teratasi
- P : observasi TTV, monitor intake dan output, anjurkan
perbanyak cairan oral.
- I : mengidentifikasi status nutrisi, monitor asupan
makanan, memonitor berat badan, mengajarkan diet
sesuai program.
- E : hipovolemi
- R : lanjutkan intervensi
3 3-11-2019 3 - S : Klien mengatakan masih lemas 1
- O : turgor kulit menurun
Natrium : 117
TD : 82/63 mmHg, N : 82x/menit

50
Intake : minum 500 ml, Nacl : 500 ml
Output : 400 ml
- A : hipovolemi belum teratasi
- P : observasi TTV, monitor intake dan output, anjurkan
perbanyak cairan oral.
- I : Mengobservasi TTV, memonitor intake dan output,
menganjurkan perbanyak cairan oral.
- E : hipovolemi
- R : lanjutkan intervensi
4 3-11-2019 4 - S : Klien mengatakan tidur malam masih belum
nyenyak, ± 1 jam setengah
- O : mata klien tampak sayup
- A : hipovolemi belum teratasi
- P : identifikasi status nutrisi, monitor asupan makanan,
monitor berat badan, ajarkan diet sesuai program.
- I : mengidentifikasi status nutrisi, monitor asupan
makanan, memonitor berat badan, mengajarkan diet
sesuai program.
- E : hipovolemi
- R : lanjutkan intervensi

51
5 3-11-2019 6 - S : Klien mengatakan akan mematuhi pengobatan
yang akan di jalankan.
- O : mata klien tampak sayup
- A : ketidakpatuhani belum teratasi
- P : identifikasi kepatuhan menjalani program, libatkan
keluarga untuk mendukung pengobatan yang di jalani
- I : mengidentifikasi kepatuhan menjalani program,
melibatkan keluarga untuk mendukung pengobatan
yang di jalani sesuai program.
- E : ketidakpatuhan
- R : lanjutkan intervensi

52
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari kasus di atas diketaui bahwa klien memiliki diagnosa medis TBC
dengan diagnosa keluahan utama adalah adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat, sesuai
dengan teori bahwa pada pasien di lapangan dengan kasus TBC ditemukan
keluahn utama yaitu klien mengeluh lemas, dan mengalami penurunan napsu
makan. Pada diagnosa keperawatan di teroi terdapat enam diagnosa yaitu :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi jalan
napas, d.d klien batuk tidak efektif, sputum berlebih, terdapat wheezing,
ronkhi.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler, d.d
klien mengeluh sesak, PCO2 menurun, PO2 menurun, takikardia dan tampak
sianosis.
c. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya
napas d.d klien mengeluh sesak, tampak penggunaan otot bantu
pernapasan, fase ekspirasi memanjang, takukpnea/bradipnea.
d. Hipertemi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh meningkat diatas 37oC, kulit
terasa hangat.
e. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d klien mengeluh
nafsu makan menurun, berat badan menurun.
f. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d klien mengeluh lelah, dyspnea saat aktivitas dan merasa lemah,
nadi meningkat.
g. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Menanyakan masalah
yang dihadapi, klien menunukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan
persepsi yang keliru dan klien tampak bingung
h. Ketidakpatuhan b.d efek samping program pengobatan, program terapi
komples/lama d.d klien menolak menjalani pengobatan, perilaku tidak
mengikuti dan menjalankan program perawatan/pengobatan
Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus adalah
sebagai beikut :
1. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d Klien mengatakan
penurunan napsu makan, berat badan menurun.
2. Hipovolemi b.d kekurangan intake cairan d.d klien mengatakan sering haus
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d klien mengatakan adanya kelemahan
di kedua kakinya terutama di kaki sebelah kiri
4. Gangguan pola tidur b.d Restrain fisik d.d klien mengatakan batuk-batuk
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d klien menanyakan
masalah yang dihadapi dan klien tampak bingung
6. Ketidakpatuhan b.d program pengobatan yang lama d.d perilaku tidak
mengikuti dan menjalankan program perawatan/pengobat

Hal ini disebabkan diagnosa yang muncul dalam kasus mengambil semua
keluhan yang ada pada pasien sehingga terdapat perbedaan antara kasus pada
lapangan dengan teori.

45
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
TB paru adalah penyakit menular yang terutama mempengaruhi parenkim

paru-paru. Itu juga dapat ditularkan ke bagian lain dari tubuh, termasuk

meninges, ginjal, tulang, dan kelenjar getah bening. Agen infeksi utama

Mycobacterium tuberculosis, TB paru adalah batang aerobik tahan asam

(BTA) yang tumbuh lambat dan peka terhadap panas dan sinar matahari

(Smeltzer, 2010).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan

saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak

melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri

tersebut. (Syvia A.price dalam Nurarif & Kusuma, 2015)

B. SARAN
Bagi mahasiswa, sudah seharusnya memberikan peran dengan
mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang kebutuhan asuhan
keperawatan medical bedah khususnya pada sistem pernapasan

46
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Huda Amin & Kusuma Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Medi
Action: Jogjakarta.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: PPNI.

PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.

47

Anda mungkin juga menyukai