DOSEN PEMBIMBING
DR. Yunita Amraeni, SKM, M.Kes
OLEH :
KELOMPOK III
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang
Kendari”
Pada kesempatan ini kami tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu DR. Yunita Amraeni, SKM, M.Kes selaku dosen
mata kuliah Investigasi Wabah yang telah memberikan tugas ini dan mengarahkan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa hasil tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran-saran dari semua pihak yang sifatnya
Demikian semoga hasil laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kelompok III
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................ 4
BAB II ANALISIS DATA PENYAKIT
A. Hasil Pengumpulan/ Pengamatan Data Penyakit............................... 7
B. Gambaran Penyakit Terbesar di Puskesmas yang Potensial Menjadi
KLB dalam Kurun Waktu 5 Tahun Terkhir.........................................8
C. Prioritas Penyakit KLB.......................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Wilayah.............................................................................12
B. Upaya Identifikasi Kasus Terkait dengan Etiologi dan Sumber
Penularan Penyakit.............................................................................13
C. Distribusi Penyakit Berdasarkan Variabel Epidemiologi..................16
D. Faktor Risiko ISPA melalui Studi Literatur...................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
besar ISPA adalah melalui droplet, tapi penularan melalui kontak (termasuk
kontaminasi tangan yang diikuti oleh inokulasi tak sengaja) dan aerosol
pernapasan infeksius berbagai ukuran dan dalam jarak dekat bisa juga terjadi
menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap
mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama
pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap
1
Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah, dan
umum pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh
ISPA akibat organisme baru yang dapat menimbulkan epidemi atau pandemi
infeksi dalam pelayanan kesehatan dan harus dilakukan secara rutin di semua
semua pasien. Bila tindakan ini tidak dilakukan, tindakan pencegahan spesifik
tambahan tidak akan efektif. Unsur utama dari Kewaspadaan Standar meliputi
kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, sekret , dan kulit yang tidak
pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Komplikasi ISPA yang
Tenggara. Tahun 2017 kasus ISPA sebanyak 77.253, tahun 2018 sebanyak
2
110.264, tahun 2019 sebanyak 115.331 kasus dan tahun 2020 sebanyak
2.544, tahun 2018 berjumlah 2.633 kasus, tahun 2019 berjumlah 2.180 kasus,
tahun 2020 berjumlah 581 kasus dan tahun 2021 bulan Januari sampai Mei
76,7% dan tahun 2020 mencapai 81,11%, hal ini masih dibawah target yaitu
ISPA sangat erat kaitannya dengan sanitasi dan lingkungan fisik rumah.
Lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat, berisiko besar terhadap
penyakit salah satunya penyakit ISPA. Hal ini dikarenakan lingkungan rumah
yang tidak sehat akan menjadi tempat bakteri dan virus tumbuh dan
lingkungan tercermin dari luas lantai, jenis dinding, jenis atap, sumber
penerangan, sumber air minum serta jamban yang dimiliki oleh rumah
3
tangga. Pencemaran lingkungan seperti asap yang berasal dari sarana
terutama ISPA. Perubahan iklim global terutama suhu, kelembaban dan curah
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
investigasi wabah.
Mandala Waluya.
penyakit di puskesmas.
5
4. Bagi Masyarakat Setempat Memberi pengetahuan kepada masyarakat
6
BAB II
Lepo Kota Kendari dari tahun 2016-2020 ditambah data tahun 2021 sampai
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa 10 besar penyakit yang terjadi di
endemis KLB suatu penyakit. sehingga dari 10 besar penyakit tersebut kami
tidak menemukan KLB yang sedang terjadi selama kurun waktu 5 tahun
terakhir.
7
Dari grafik 10 besar penyakit diatas, penyakit yang berada pada urutan
pertama adalah ISPA yaitu dengan jumlah 10.814 kasus dalam kurung 5
tahun terakhir. Berdasarkan survei yang dilakukan, hal ini dipicu karena
faktor lingkungan dimana masih adanya rumah yang belum tergolong dalam
kriteria rumah sehat. Urutan kedua yaitu penyakit hipertensi dengan jumlah
8.528 kasus, penyakit pulpa & jaringan periaprical 7.565 kasus, ginggivitis &
penyakit periodental 7.317 kasus, penyakit infeksi usus 5.056 kasus, diabetes
melitus 3.700 kasus, gangguan gigi & jaringan penyangga 3.127 kasus,
dermatitis kontak alergi 2.719 kasus, polimyalgia 1.996 kasus, dan yang
sebelumnya.
sebelumnya.
8
6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dari suatu kurun waktu
periode sebelumnya.
menunjukkan kenaikan 2 kali atatu lebih dibanding periode yang sama dan
1. ISPA
2. Diare
mulai terjadi pada tahun 2019. Dimana banyak yang takut untuk berobat ke
9
Puskesmas/fasilitas kesehatan. Pada kasus Diare setiap bulan terjadi kasus,
hal tersebut terjadi karena kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat yang
masih rendah.
(saverity).
unmeet need).
benefit).
kategori sangat tinggi, 4 untuk tinggi, 3 untuk sedang, 2 untuk rendah dan 1
untuk kategori sangat rendah. Dan hasil analis dengan teknik skoring dapat
10
Tabel 1. Prioritas Masalah dengan Skoring
Parameter
Degr
Socia Techn Resour
N Penyaki Rate ee of
Preval Seve l ical ces Jml
o t Incre Unm
ence rity Bene Feasi Availab
ase eet
fit bility ility
Need
1 ISPA 3 2 3 3 3 4 4 22
2 Diare 2 2 2 3 3 4 4 20
Dari angka tabel diatas didapatkan angka skor tertinggi adalah 2 maka
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Wilayah
...............................Kota Kendari
12
UPTD puskesmas Lepo_lepo adalah Puskesmas Perawatan (kebidanan
dan Unit Gawat Darurat) dengan jumlah penduduk sebesar 25.490 jiwa yang
berjumlah 132 orang yang meliputi dokter umum 5 orang, dokter gigi 2
yang sampai saat ini masih tinggi angka kejadianya dan penangananya belum
atas dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi saluran pernapasan
akut bagian atas sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada musim
dingin. Dan penyakit infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah bersifat
Penyebab ISPA terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Bakteri
13
Cara penularan utama sebagian besar ISPA adalah melalui droplet, tapi
inokulasi tak sengaja) dan aerosol pernapasan infeksius berbagai ukuran dan
dalam jarak dekat bisa juga terjadi untuk sebagian patogen. Karena banyak
ISPA sangat erat kaitannya dengan sanitasi dan lingkungan fisik rumah.
Lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat, berisiko besar terhadap
rumah yang tidak sehat akan menjadi tempat bakteri dan virus tumbuh dan
hunian kamar tidur yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko
14
2004). Kondisi lantai dan dinding yang tidak kedap air dan sulit dibersihkan
lingkungan tercermin dari luas lantai, jenis dinding, jenis atap, sumber
penerangan, sumber air minum serta jamban yang dimiliki oleh rumah
transportasi dan polusi udara dalam rumah seperti asap dapur dan perilaku
kasus ISPA, hal tersebut sesuai dengan penelitian William (2015) yang
menyatakan bahwa merokok dalam rumah merupakan salah satu faktor yang
terutama suhu, kelembaban dan curah hujan merupakan beban ganda dalam
Lepo, faktor pencetus terjadinya kasus ISPA yang tinggi di wilayah kerja
masuk kategori tidak sehat seperti luas ventilasi yang tidak memadai, dimana
walaupun ada jendela dalam rumah tapi rata-rata jendela tersebut tidak selalu
15
dibuka, kepadatan hunian kamar tidak memenuhi syarat karena luas <8m²
perbandingan luas lantai rumah (m) dengan jumlah orang penghuni rumah,
rumah, jenis dinding rumahnya tidak memenuhi syarat yaitu rumahnya ada
Lepo yaitu lebih banyak terjadi pada balita. Dimana data kasus pada tahun
2016 berjumlah 1.361 kasus dari total 2.567 kasus, tahun 2017 berjumlah
1.394 kasus dari total 2.544 kasus, tahun 2018 berjumlah 1.461 kasus dari
total 2.633 kasus, 2019 berjumlah 1.192 kasus dari total 2.180 kasus, tahun
16
2020 berjumlah 420 kasus dari total 581 kasus dan tahun 2021 bulan
tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem
anggota keluarga terkena pilek, anak- anak akan lebih mudah tertular.
menjadi lebih cepat. ISPA merupakan penyebab utama kematian pada bayi
dan balita di Indonesia. Menurut para ahli hampir semua kematian ISPA
pada bayi dan balita umumya disebabkan oleh ISPA bawah. Infeksi
0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per
17
anak/tahun di negara maju. Menurut Rikesdas prevalensi ISPA pada balita
desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal
cenderung meningkat jumlahnya pada waktu atau musim hujan. Hal ini
18
terjadinya kepadatan hunian yang akan memengaruhi terhadap terjadinya
cross infection.
1. Ventilasi
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal
19
mengurangi polusi asap yang ada dalam rumah sehingga dapat mencegah
dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir artinya
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
ventilasi alamiah yang permanen yaitu lebih dari satu sama dengan 10%
dari luas lantai rumah, sedangkan tidak memenuhi syarat jika kurang dari
kecamatan Sario kota Manado rata-rata tidak di buka pada siang hari,
Karo dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko terkena
20
ISPA 3,1 kali lebih besar dibanding dengan ventilasi yang memenuhi
syarat.
2. Kepadatan hunian
jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lain minimum 90 cm
dan sebaiknya kamar tidur tidak dihuni lebih dari 2 orang. Berbagai
ISPA, yaitu besarnya anak terkena ISPA adalah 2,27 kali lipat dari rumah
21
rumah, maka penularan penyakit khususnya melalui udara akan semakin
cepat.
ISPA 4,5 kali lebih besar dibanding dengan kepadatan hunian yang
memenuhi syarat.
didalam rumah sambil istirahat seperti menonton tv, membaca koran dan
sebagainya. Asap rokok yang dikeluarkan adalah gas beracun dari hasil
22
balita yang tinggal bersama penguni yang merokok beresiko 2,04 kali
lebih besar terkena ISPA dibanding dengan balita yang tidak terdapat
Asap rokok dari seseorang yang merokok dalam rumah, tidak saja
akan menyebabkan kesakitan dari toksik yang lain dan anak-anak yang
balita 7,83 kali dibandingkan dengan rumah balita yang penghuninya tidak
merokok.
4. Jenis dinding
23
dalam rumah. Jenis dinding mempengaruhi terjadinya ISPA, karena
ini pertama-tama akan ditemukan pada sistem pernafasan dan kulit serta
24
dapur yang sehat harus memiliki lubang asap dapur. Di perkotaan, dapur
umumnya.
pernapasan
dengan kejadian ISPA di Desa Guyung Kecamatan Gerih. Hasil uji Chi
Square diperoleh nilai p-value sebesar 0,041 < α = 0,05 yang berarti ada
ISPA dan nilai risiko (OR) sebesar 4,200, menunjukkan bahwa yang
tinggal lama dalam rumah dengan kondisi dapur yang tidak memenuhi
syarat 4,200 kali lebih berisiko terkena ISPA dibanding dengan yang
Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan
tidak lembab. Lantai rumah yang tidak memenuhi syarat adalah lantai
rumah yang terbuat dari tanah, semen atau belum berubin. Bahan lantai
25
harus kedap air dan mudah dibersihkan, jadi paling tidak lantai perlu
diplester dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah
berupa lantai semen yang tidak di plaster dan lantai dari tanah, sehingga
pada saat musim kemarau akan menghasilkan debu. Lantai yang terbuat
dari semen rata-rata sudah rusak dan tidak kedap air, sehingga lantai
desa Marinsow dan Pulisan masih memiliki rumah dengan jenis lantai
pernapasan.
26
BAB IV
RENCANA PENYELIDIKAN DAN TINDAKAN PENANGGULANGAN
sampai saat ini masih tinggi angka kejadianya dan penangananya belum
ISPA.
a. Rencana Penyelidikan
b. Tindakan Penangulangan
1. Tujuan
2. Strategi program
27
Dapat dilakukan melalui pertemuan dalam rangka mendapatkan
28
d) Peningkatan mutu pelayanan
ISPA tidak hanya tertuju pada penderita saja tetapi terhadap faktor risiko
29
menjelang meninggal. Petugas yang akan melaksanakan AV adalah
tahun/periode berikutnya
30
31